SlideShare a Scribd company logo
1 of 2
Mutia Rahma Santika X7


          Mengubah Urin Menjadi Bahan Bakar Hidrogen
                                          Peneliti     dari    Amerika      telah
                                          mengembangkan cara yang efisien
                                          untuk memproduksi gas hidrogen dari
                                          urin – tentu saja hal ini menjadi salah
                                          satu alternative untuk sumber bahan
                                          bakar mobil dimasa depan melainkan
                                          juga       menjadi       cara    untuk
                                          memperdayagunakan         limbah  yang
                                          dihasilkan oleh manusia.

                                           Penggunaan gas hydrogen untuk bahan
                                           bakar mobil telah menjadi alternative
                                           bahan bakar yang penggunaannya
                                           semakin meningkat, hal ini disebabkan
dengan mengggunakan gas hydrogen maka gas buang yang dihasilkan tidak
mencemari lingkuangan karena yang keluar hanya uap air. Akan tetapi salah satu
kendala yang dihadapi adalah kurangnya sumber gas hydrogen yang murah dan
mudah diperbaharui. Gerardine Botte dari Universitas Ohio kemungkinan telah
menemukan jawaban atas permasalahan tersebut, dengan menggunakan
pendekatan proses elektrolisis dia berhasil menghasilkan gas hydrogen dari urin,
salah satu limbah yang sangat berlimpah di bumi dan tentu saja urine ini menjadi
sumber gratis sehingga dapat memangkas biaya produksi gas hydrogen.

Botte mengatakan bahwa ide ini muncul kepadanya beberapa tahun lalu pada saat
dia menghadiri konferensi bahan bakar, saat itu dia mendiskusikan bagaimana cara
mengubah sumber daya air menjadi sumber daya energi yang bersih. “Saya berharap
kita bisa mengubah air menjadi sumber energi yang ramah lingkungan”, katanya. Dia
pun mulai memikirkan dengan mencari sumber limbah yang dapat dijadikan sebagai
sumber untuk menghasilkan gas hydrogen.

Kandungan urin terutama adalah urea, dimana urea ini memiliki empat atom
hydrogen per molekulnya, iktan hydrogen dengan ataom N dalam urea lebih lemah
dibandingkan ikatan hydrogen dengan atom O dalam air. Botte kemudian
memutuskan untuk menggunakan elektrolisis untuk memecah bagian molekul urea
ini dengan menggunakan elektroda berbasis nikel yang bersifat selektif dan efisien
untuk mengoksidasi urea. Untuk memecah molekul urea ini diperlukan voltase
sebesar 0,37 Volt yang mana voltase ini masih lebih rendah jika dibandingkan yang
diperlukan untuk mengelektrolisis air yaitu sekitar 1,23 volt.
Selama proses yang terjadi urea teradsorbsi pada elektroda nikel, yang kemudian
mengalirkan electron yang kemudian molekul urea terurai. Gas hydrogen murni
terbentuk pada katoda, gas nitrogen dan sedikit gas oksigen dan hydrogen
terbentuk di anoda. Gas karbondioksida juga dihasilkan pada saat elektrolisis akan
tetapi gas ini tidak bercampur dengan gas yang dihasilkan pada anoda dan katoda
disebabkan gas ini bereaksi dengan KOH membentuk kalium karbonat. “Perlu waktu
bagi kami untuk menggunakan rine manusia sebagai percobaan sehingga kami bisa
mempubilkasikan penelitian kami ini”, kata Botte.

Menurut Botte, proses yang ada untuk memisahkan urin dari air saat ini sangat
mahal dan tidak efisien. Urin umumnya terhidrolisis menjadi amonik sebelum
terlepas keudara sebagai gas ammonia. Terbentuknya gas ini akan membentuk
ammonium sulfat dan partikel nitral di udara, dimana kedua zat ini dapat
menyebabkan berbagai macam permasalahan bagi kesehatan manusia seperti asma,
bronchitis, dan kematian dini.

Grup peneliti tersebut telah menghabiskan banyak waktu untuk mempelajari sitem
elektrolisis yang akan dipakai termasuk mempelajari mekanisme reaksinya secara
komputasional. Botte meyakini bahwa teknologi ini akan mampu dibuat dalam skala
yang besar untuk menghasilkan gas hydrogen. “salah satu kendala yang
menghalangi proses adalah banyaknya garam yang ada dalam sumber urin,” kata
Botte.

Bruce Logan, seorang ahli energi dari limbah dan direktur Pennsylvania State
University’s H2E Center and Engineering Environmental Institute memberikan
applause pada Botte yang telah memberi kontribusi atas alternative produksi
hydrogen tanpa memecah molekul air. Bagaimanapun juga dia memberi suatau
pernyataan bahwa urea lebih cepat diubah menjadi ammonia dengan menggunakan
bakteri, hal ini tentu saja menjadi batasan penelitian yang dilakukan oleh Botte. Tapi
Logan merasa bahwa ide Botte sangat bagus dengan memikirkan bagaimana cara
untuk mengolah limbah urine kita tidak hanya untuk menghasilkan hydrogen akan
tetapi juga untuk menghasilkan sumber lain misalnya fosfor sebagai sumber pupuk
menginggat dimasa mendatang seperti halnya minyak bumi fosfor bisa menjadi
barang yang langka dan kita harus memikirkan cara untuk mericycle fosfor untuk
keperluan di masa datang.

Sumber : http://www.rsc.org/chemistryworld/News/2009/July/02070902.asp

Sumber gambar: http://www.sxc.hu

More Related Content

More from Mutia Santika

More from Mutia Santika (6)

Fisika : Mata
Fisika : MataFisika : Mata
Fisika : Mata
 
Asal usul telaga warna
Asal usul telaga warnaAsal usul telaga warna
Asal usul telaga warna
 
45 butir isi pancasila
45 butir isi pancasila45 butir isi pancasila
45 butir isi pancasila
 
Manusia Purba
Manusia PurbaManusia Purba
Manusia Purba
 
Sintren
SintrenSintren
Sintren
 
Imperative positive
Imperative positiveImperative positive
Imperative positive
 

MENGUBAH URIN MENJADI BAHAN BAKAR HIDROGEN

  • 1. Mutia Rahma Santika X7 Mengubah Urin Menjadi Bahan Bakar Hidrogen Peneliti dari Amerika telah mengembangkan cara yang efisien untuk memproduksi gas hidrogen dari urin – tentu saja hal ini menjadi salah satu alternative untuk sumber bahan bakar mobil dimasa depan melainkan juga menjadi cara untuk memperdayagunakan limbah yang dihasilkan oleh manusia. Penggunaan gas hydrogen untuk bahan bakar mobil telah menjadi alternative bahan bakar yang penggunaannya semakin meningkat, hal ini disebabkan dengan mengggunakan gas hydrogen maka gas buang yang dihasilkan tidak mencemari lingkuangan karena yang keluar hanya uap air. Akan tetapi salah satu kendala yang dihadapi adalah kurangnya sumber gas hydrogen yang murah dan mudah diperbaharui. Gerardine Botte dari Universitas Ohio kemungkinan telah menemukan jawaban atas permasalahan tersebut, dengan menggunakan pendekatan proses elektrolisis dia berhasil menghasilkan gas hydrogen dari urin, salah satu limbah yang sangat berlimpah di bumi dan tentu saja urine ini menjadi sumber gratis sehingga dapat memangkas biaya produksi gas hydrogen. Botte mengatakan bahwa ide ini muncul kepadanya beberapa tahun lalu pada saat dia menghadiri konferensi bahan bakar, saat itu dia mendiskusikan bagaimana cara mengubah sumber daya air menjadi sumber daya energi yang bersih. “Saya berharap kita bisa mengubah air menjadi sumber energi yang ramah lingkungan”, katanya. Dia pun mulai memikirkan dengan mencari sumber limbah yang dapat dijadikan sebagai sumber untuk menghasilkan gas hydrogen. Kandungan urin terutama adalah urea, dimana urea ini memiliki empat atom hydrogen per molekulnya, iktan hydrogen dengan ataom N dalam urea lebih lemah dibandingkan ikatan hydrogen dengan atom O dalam air. Botte kemudian memutuskan untuk menggunakan elektrolisis untuk memecah bagian molekul urea ini dengan menggunakan elektroda berbasis nikel yang bersifat selektif dan efisien untuk mengoksidasi urea. Untuk memecah molekul urea ini diperlukan voltase sebesar 0,37 Volt yang mana voltase ini masih lebih rendah jika dibandingkan yang diperlukan untuk mengelektrolisis air yaitu sekitar 1,23 volt.
  • 2. Selama proses yang terjadi urea teradsorbsi pada elektroda nikel, yang kemudian mengalirkan electron yang kemudian molekul urea terurai. Gas hydrogen murni terbentuk pada katoda, gas nitrogen dan sedikit gas oksigen dan hydrogen terbentuk di anoda. Gas karbondioksida juga dihasilkan pada saat elektrolisis akan tetapi gas ini tidak bercampur dengan gas yang dihasilkan pada anoda dan katoda disebabkan gas ini bereaksi dengan KOH membentuk kalium karbonat. “Perlu waktu bagi kami untuk menggunakan rine manusia sebagai percobaan sehingga kami bisa mempubilkasikan penelitian kami ini”, kata Botte. Menurut Botte, proses yang ada untuk memisahkan urin dari air saat ini sangat mahal dan tidak efisien. Urin umumnya terhidrolisis menjadi amonik sebelum terlepas keudara sebagai gas ammonia. Terbentuknya gas ini akan membentuk ammonium sulfat dan partikel nitral di udara, dimana kedua zat ini dapat menyebabkan berbagai macam permasalahan bagi kesehatan manusia seperti asma, bronchitis, dan kematian dini. Grup peneliti tersebut telah menghabiskan banyak waktu untuk mempelajari sitem elektrolisis yang akan dipakai termasuk mempelajari mekanisme reaksinya secara komputasional. Botte meyakini bahwa teknologi ini akan mampu dibuat dalam skala yang besar untuk menghasilkan gas hydrogen. “salah satu kendala yang menghalangi proses adalah banyaknya garam yang ada dalam sumber urin,” kata Botte. Bruce Logan, seorang ahli energi dari limbah dan direktur Pennsylvania State University’s H2E Center and Engineering Environmental Institute memberikan applause pada Botte yang telah memberi kontribusi atas alternative produksi hydrogen tanpa memecah molekul air. Bagaimanapun juga dia memberi suatau pernyataan bahwa urea lebih cepat diubah menjadi ammonia dengan menggunakan bakteri, hal ini tentu saja menjadi batasan penelitian yang dilakukan oleh Botte. Tapi Logan merasa bahwa ide Botte sangat bagus dengan memikirkan bagaimana cara untuk mengolah limbah urine kita tidak hanya untuk menghasilkan hydrogen akan tetapi juga untuk menghasilkan sumber lain misalnya fosfor sebagai sumber pupuk menginggat dimasa mendatang seperti halnya minyak bumi fosfor bisa menjadi barang yang langka dan kita harus memikirkan cara untuk mericycle fosfor untuk keperluan di masa datang. Sumber : http://www.rsc.org/chemistryworld/News/2009/July/02070902.asp Sumber gambar: http://www.sxc.hu