SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
1
PELESTARIAN LINGKUNGAN
DALAM PANDANGAN ALQUR’AN DAN HADITS
A. Pendahuluan
Alam semesta merupakan karunia yang paling besar terhadap manusia,
untuk itu Allah S.w.t. menuruh manusia untuk memanfaatkannya dengan baik dan
terus harusber-syukur kepadanya. Akan tetapi pada kenyataannya lain, malahan
terjadi kerusakan disana-sini akibat perbuatan orang-orang munafiq.
Rosulullah S.a.w. menyuruh untuk menanam kembali apa yang rusak dari
hutan yang telah ditebang dan dirusak. Rosulullah sendiri memuji perbuatan ini
dengan salah satu perbuatan yang terpuji.
Didalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa alam dunia ini akan rusak
disebabkan oleh tangan orang-orang yang munafiq. Mereka sangat seraka dalam
mengeksploitasi kekayaan alam, mereka tidak mempedulikan tentang akibatnya.
Sekarang sudah banyak kerusakan didarat, dilaut, dan diudara. Akibatnya banyak
bencana yang terjadi sana-sini, seperti banjir, gempa, gunung meletus, angina putting
beliung, dan ada lagi yang sangat mengkhawatirkan yaitu issu akan terjadinya
pemanasan global.
Sekarang hutan banyak yang rusak karena banyaknya penebang liar dan
tidak adanya lagi penghijauan kembali. Dalam hal ini Rosulullah S.a.w. sangat tidak
menyukai, malahan Rosulullah S.a.w. melarang dengan haditsnya yang diriwayatkan
oleh beberapa sahabatnya. Untuk itu didalam pembahasan yang sedikit ini saya akan
mencoba menjelaskan apa yang telah disampaikan oleh hadits Rosulullah S.a.w.
2
B. Pembahasan Hadits Rosulullah S.a.w. tentang Lingkungan
Adapun mengenai hadits Rosulullah S.a.w tentang peduli lingkungan ini
banyak sekali, salah satu diantaranya sebagai berikut :
1. Larangan Menelantarkan Lahan
َ‫ج‬ ِ‫ر‬ِ‫ل‬ ْ‫َت‬‫ن‬‫ا‬َ‫ك‬ : َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ ,‫عنهما‬ ‫هللا‬ ‫رضى‬ ِ‫هللا‬ ِ‫د‬ْ‫ب‬َ‫ع‬ ِ‫ْن‬‫ب‬‫ا‬ ِ‫ر‬ِ‫ب‬‫ا‬َ‫ج‬ ُ‫ْث‬‫ي‬ِ‫د‬َ‫ح‬ِ‫ُع‬‫ب‬ُّ‫الر‬ َ‫و‬ ِ‫ث‬ُ‫ل‬ُّ‫ث‬‫ال‬ِ‫ب‬ ‫َا‬‫ه‬ُ‫ر‬ ِ‫اج‬َ‫ؤ‬ُ‫ن‬ ‫ا‬ ْ‫و‬ُ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬َ‫ف‬ ,َ‫ْن‬‫ي‬ ِ‫ض‬ َ‫ر‬َ‫ا‬ ُ‫ل‬ ْ‫و‬ُ‫ض‬ُ‫ف‬ ‫ا‬َّ‫ن‬ِ‫م‬ ٍ‫ل‬‫ا‬
ُ‫ي‬ْ‫ل‬َ‫ف‬ ‫ى‬َ‫ب‬َ‫أ‬ ْ‫ن‬ِ‫إ‬َ‫ف‬ ُ‫ه‬‫َا‬‫خ‬َ‫ا‬ ‫ا‬َ‫ه‬ْ‫ح‬َ‫ن‬ْ‫م‬َ‫ي‬ِ‫ل‬ ْ‫و‬َ‫ا‬ ‫ا‬َ‫ه‬ْ‫ع‬َ‫ر‬ْ‫ز‬َ‫ي‬ْ‫ل‬َ‫ف‬ ٌ‫ض‬ ْ‫ر‬َ‫ا‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬ ْ‫َت‬‫ن‬‫ا‬َ‫ك‬ ْ‫ن‬َ‫م‬ : .‫ص.م‬ ُّ‫ى‬ِ‫ب‬َّ‫ن‬‫ال‬ َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬َ‫ف‬ ,ِ‫ف‬ْ‫ص‬ِِّ‫ن‬‫ال‬ َ‫و‬.ُ‫ه‬َ‫ض‬ ْ‫ر‬َ‫أ‬ ْ‫ك‬ِ‫س‬ْ‫م‬
“ Hadist Jabir bin Abdullah r.a. dia berkata : Ada beberapa orang dari kami
mempunyai simpanan tanah. Lalu mereka berkata: Kami akan sewakan tanah itu
(untuk mengelolahnya) dengan sepertiga hasilnya, seperempat dan seperdua.
Rosulullah S.a.w. bersabda: Barangsiapa ada memiliki tanah, maka hendaklah ia
tanami atau serahkan kepada saudaranya (untuk dimanfaatkan), maka jika ia
enggan, hendaklah ia memperhatikan sendiri memelihara tanah itu. “ (HR. Imam
Bukhori dalam kitab Al-Hibbah)
Selain dari hadits diatas, ada juga bersumber dari Abu Hurairah r.a.
dengan lafazd sebagai berikut :
ْ‫ح‬َ‫ن‬ْ‫م‬َ‫ي‬ِ‫ل‬ ْ‫و‬َ‫ا‬ ‫ا‬َ‫ه‬ْ‫ع‬َ‫ر‬ْ‫ز‬َ‫ي‬ْ‫ل‬َ‫ف‬ ٌ‫ض‬ ْ‫ر‬َ‫ا‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬ ْ‫َت‬‫ن‬‫ا‬َ‫ك‬ ْ‫ن‬َ‫م‬ : ‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫رسول‬ ‫قال‬ :‫قال‬ ‫عنه‬ ‫هللا‬ ‫رضى‬ َ‫ة‬ َ‫ْر‬‫ي‬َ‫ر‬ُ‫ه‬ ‫ى‬ِ‫ب‬َ‫أ‬ ُ‫ْث‬‫ي‬ِ‫د‬َ‫ح‬ُ‫ه‬‫َا‬‫خ‬َ‫ا‬ ‫ا‬َ‫ه‬
)‫المزاعة‬ ‫كتاب‬ ‫فى‬ ‫البخارى‬ ‫ُ.(اخرجه‬‫ه‬َ‫ض‬ ْ‫ر‬َ‫أ‬ ْ‫ك‬ِ‫س‬ْ‫م‬ُ‫ي‬ْ‫ل‬َ‫ف‬ ‫ى‬َ‫ب‬َ‫أ‬ ْ‫ن‬ِ‫إ‬َ‫ف‬
Antara kedua tersebut terdapat persamaan, yaitu masing-masing
ditakhrijkan oleh Imam Bukhori. Sedangkan perbedaannya adalah sumber hadits
tersebut dari Jabir yang diletakkan dalam kitab Al-Hibbah yang satunya bersumber
dari Abu Hurairah dan diletakkan dalam kitab Al-Muzara’ah.
Dari ungkapan Nabi S.a.w. dalam hadits diatas yang menganjurkan bagi
pemilik tanah hendaklah menanami lahannya atau menyuruh saudaranya (orang lain)
untuk menanaminya. Ungkapan ini mengandung pengertian agar manusia jangan
membiarkan lingkungan (lahan yang dimiliki) tidak membawa manfaat baginya dan
3
bagi kehidupan secara umum. Memanfaatkan lahan yang kita miliki dengan
menanaminya dengan tumbuh-tumbuhan yang mendatangkan hasil yang berguna
untuk kesejahteraan pemiliknya, maupun bagi kebutuhan konsumsi orang lain. Hal ini
merupakan upaya menciptakan kesejahteraan hidup melalui kepedulian terhadap
lingkungan. Allah S.w.t. telah mengisyaratkan dalam Al-Qur’an supaya
memanfaatkan segala yang Allah ciptakan di muka bumi ini. Isyarat tersebut seperti
diungkapkan dalam firman-Nya:
“ Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu semua.” (Qs.
Al-Baqoroh : 29)
Dalam hadits dari Jabir di atas menjelaskan bahwa sebagian para sahabat
Nabi S.a.w. memanfaatkan lahan yang mereka miliki dengan menyewakan lahannya
kepada petani. Mereka menatapkan sewanya sepertiga atau seperempat atau malahan
seperdua dari hasil yang didapat oleh petani. Dengan adanya praktek demikian yang
dilakukan oleh para sahabat, maka Nabi meresponnya dengan mengeluarkan hadits
diatas, yang intinya mengajak sahabat menanami sendiri lahannya atau menyuruh
orang lain mengolahnya apabila tidak sanggup mengolahnya. Menanggapi
permasalahan sewa lahan ini, para ulama berbeda pendapat tentang kebolehannya.
Ibnu Rusyd dalam kitab Bidayatul Mujtahid menjelaskan bahwa
segolongan fuqoha tidak membolehkan menyewakan tanah. Mereka beralasan dengan
hadits Rafi’ bin Khuday yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dalam kitab Al-
Muzara’ah :
.ِ‫ع‬َ‫ار‬َ‫ز‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ِ‫اء‬َ‫ر‬َ‫ك‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ‫ى‬َ‫ه‬َ‫ن‬ .‫ص.م‬ ‫ى‬ِ‫ب‬َّ‫ن‬‫ال‬ َّ‫ن‬َ‫ا‬)‫البخارى‬ ‫(رواه‬
“ Bahwasanya Nabi S.a.w. melarang menyewakan lahan “ (HR. Bukhori)
Sedangkan jumhur ulama membolehkan, tetapi imbalan sewanya haruslah
dengan uang (dirham atau dinar) selain itu tidak boleh. Ada lagi yang berpendapat
boleh dengan semua barang, kecuali makanan termasuk yang ada dalam lahan itu.
Berbagai pendapat yang lain seperti yang dikemukakan Ibnu Rusyd bahwa dilarang
menyewakan tanah itu lantaran ada kesamaran didalamnya. Sebab kemungkinan
4
tanaman yang diusahakan di atas tanah sewaan itu akan tertimpa bencana, baik karena
kebakaran atau banjir. Dan akibatnya si penyewa harus membayar sewa tanpa
memperoleh manfaat apapun daripadanya.
Terkait dengan hadits diatas, disini Rosulullah S.a.w. juga bersabda dalam
kitab Al-Lu’lu’ wal Marjan tentang menyerahkan tanah kepada orang untuk
dikerjakan kemudian memberikan sebagian hasilnya :
ٍ‫ع‬ْ‫ر‬َ‫ز‬ ْ‫و‬َ‫ا‬ ٍ‫ر‬َ‫م‬َ‫ث‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ‫ا‬َ‫ه‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ ُ‫ج‬ُ‫ر‬ْ‫خ‬َ‫ي‬‫ا‬َ‫م‬ ٍ‫ط‬ْ‫َر‬‫ش‬ِ‫ب‬ َ‫ر‬َ‫ب‬ْ‫ي‬َ‫خ‬ َ‫ل‬َ‫م‬‫ا‬َ‫ع‬ .‫ص.م‬ َ‫ى‬ِ‫ب‬َّ‫ن‬‫ال‬ َّ‫ن‬َ‫ا‬ ,‫عنه‬ ‫هللا‬ ‫رضى‬ َ‫ر‬َ‫م‬ُ‫ع‬ ُ‫ْن‬‫ب‬‫ا‬ ُ‫ْث‬‫ي‬ِ‫د‬َ‫ح‬‫ى‬ِ‫ط‬ْ‫ع‬ُ‫ي‬ َ‫ان‬َ‫ك‬َ‫ف‬ ,
ْ‫ي‬َ‫خ‬ ُ‫ر‬َ‫م‬ُ‫ع‬ َ‫م‬َ‫س‬َ‫ق‬َ‫ف‬ : ٍ‫ْر‬‫ي‬ِ‫ع‬َ‫ش‬ َ‫ق‬ْ‫س‬ِ‫و‬ َ‫ن‬ ْ‫و‬ُ‫ر‬ْ‫ش‬ِ‫ع‬ َ‫و‬ , ٍ‫ر‬ْ‫م‬َ‫ت‬ َ‫ق‬ْ‫س‬ِ‫و‬ َ‫ن‬ ْ‫و‬ُ‫ن‬‫ا‬َ‫م‬َ‫ث‬ :ٍ‫ق‬ْ‫س‬ِ‫و‬ َ‫ة‬َ‫ئ‬‫ا‬ِ‫م‬ ُ‫ه‬َ‫ج‬‫ا‬ َ‫و‬ْ‫ز‬َ‫ا‬ْ‫ن‬َ‫ا‬ .‫ص.م‬ ِِّ‫ى‬ِ‫ب‬َّ‫ن‬‫ال‬ َ‫ج‬‫ا‬ َ‫و‬ْ‫ز‬َ‫ا‬ َ‫َّر‬‫ي‬َ‫خ‬َ‫ف‬ َ‫ر‬َ‫ب‬
َ‫ار‬َ‫ت‬ْ‫خ‬‫ا‬ ِ‫ن‬َ‫م‬ َّ‫ن‬ُ‫ه‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫و‬ َ‫ض‬ ْ‫ر‬َ‫ال‬‫ا‬ َ‫ار‬َ‫ت‬ْ‫خ‬‫ا‬ ِ‫ن‬َ‫م‬ َّ‫ن‬ُ‫ه‬ْ‫ن‬ِ‫م‬َ‫ف‬ َّ‫ن‬ُ‫ه‬َ‫ل‬ َ‫ى‬ ِ‫ض‬ْ‫م‬ُ‫ي‬ ْ‫و‬َ‫ا‬ ِ‫ض‬ ْ‫ر‬َ‫ال‬‫ا‬ َ‫و‬ ِ‫اء‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫ن‬ِ‫م‬ َّ‫ن‬ُ‫ه‬َ‫ل‬ َ‫ع‬ِ‫ط‬ْ‫ق‬ُ‫ي‬ُ‫ة‬َ‫ش‬ِ‫ئ‬‫ا‬َ‫ع‬ ْ‫َت‬‫ن‬‫ا‬َ‫ك‬ َ‫و‬ ,َ‫ق‬ْ‫س‬ َ‫الو‬
)‫البخارى‬ ‫(اخرجه‬ . َ‫ض‬ ْ‫ر‬َ‫ال‬‫ا‬ ِ‫ت‬َ‫ار‬َ‫ت‬ْ‫خ‬‫ا‬
“ Ibnu Umar r.a. berkata : Nabi S.a.w. menyerahkan sawah ladang dan tegal di
khaibar kepada penduduk Khaibar dengan menyerahkan separuh dari
penghasilannya berupa kurma atau buah dan tanaman, maka Nabi S.a.w. memberi
istri-istrinya seratus wasaq (1 wasaq=60 sha’. 1 sha’ =4 mud atau 2 ½ Kg), delapan
puluh wasaq kurma tamar, dan dua puluh wasaq sya’er (jawawut). Kemudian dimasa
Umar r.a. membebaskan kepada istri-istri Nabi S.a.w. untuk memilih apakah minta
tanahnya atau tetap minta bagian wasaq itu, maka diantara mereka ada yang
memilih tanah dan ada yang minta bagian hasilnya berupa wasaq.” (HR. Bukhori)
2. Penanaman Pohon (reboisasi) Langkah Terpuji
ٌ‫ان‬َ‫س‬ْ‫ن‬ِ‫ا‬ ْ‫و‬َ‫ا‬ ٌ‫ْر‬‫ي‬َ‫ط‬ ُ‫ه‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ ُ‫ل‬ُ‫ك‬ْ‫أ‬َ‫ي‬َ‫ف‬ ‫ا‬ً‫ع‬ْ‫ر‬َ‫ز‬ ُ‫ع‬َ‫ر‬ْ‫ز‬َ‫ي‬ ْ‫و‬َ‫ا‬ ُ‫س‬ ِ‫ر‬ْ‫غ‬َ‫ي‬ ٍ‫م‬ِ‫ل‬ْ‫س‬ُ‫م‬ ْ‫ن‬ِ‫ام‬َ‫م‬ :َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ ‫عنه‬ ‫هللا‬ ‫رضى‬ ٍ‫َس‬‫ن‬َ‫ا‬ ُ‫ْث‬‫ي‬ِ‫د‬َ‫ح‬ِ‫ه‬ِ‫ب‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬ َ‫ان‬َ‫ك‬َّ‫ال‬ِ‫ا‬ ٌ‫ة‬َ‫م‬ْ‫ي‬ِ‫ه‬َ‫ب‬ ْ‫و‬َ‫ا‬
)‫المزاعة‬ ‫كتاب‬ ‫فى‬ ‫البخارى‬ ‫(اخرجه‬ .ٌ‫ة‬َ‫ق‬َ‫د‬َ‫ص‬
“ Hadits dari Anas r.a. dia berkata: Rosulullah S.a.w. bersabda : Seseorang muslim
tidaklah menanam sebatang pohon atau menabur benih ke tanah, lalu datang burung
atau manusia atau binatang memakan sebagian daripadanya, melainkan apa yang
dimakan itu merupakan sedekahnya “. (HR. Imam Bukhori)
Pada dasarnya Allah S.w.t. telah melarang kepada manusia agar tidak
merusak hutan, hal ini sebagaimana firman-Nya dalam surat Al-Baqoroh ayat 11 :
ِ‫ض‬ ْ‫ر‬َ‫ال‬‫ا‬ ‫ى‬ِ‫ف‬ ‫ا‬ ْ‫ُو‬‫د‬ِ‫س‬ْ‫ف‬ُ‫ت‬َ‫ال‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬َ‫ل‬ َ‫ل‬ْ‫ي‬ِ‫ق‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫ا‬ َ‫و‬…
5
“ Dan apabila dikatakan kepada mereka : Janganlah kamu membuat kerusakan
dimuka bumi “
Dan ada lagi dalam surat Al-Baqoroh ayat 204-205:
“ Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia
menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya,
padahal ia adalah penantang yang paling keras. Dan apabila ia berpaling (dari
kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak
tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan.”
Dalam ayat diatas, Allah menjelaskan sifat-sifat orang munafiq dan
tindakannya di muka bumi ini. Informasi yang disampaikan Al-Qur’an bahwa
sebagian dari manusia, kata-kata dan ucapannya tentang kehidupan dunia menarik
sekali, sehingga banyak yang terpedaya. Ia pintar dan pandai menyusun kata-kata
dengan gaya yang menawan. Orang munafiq seperti inilah yang selalu merusak bumi.
Tanam-tanaman dan hutan-hutan menjadi rusak, lingkungan dicemari, buah-buahan
dan binatang ternak dibinasakan. Apalagi kalau mereka sedang berkuasa, dimana-
mana mereka berbuat sesuka hatinya.
Gambaran ayat ini sejalan dengan firman Allah dalam surat Ar-Rum
ayat 41-42 :
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan Karena perbuatan tangan
manusia, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan
mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Katakanlah: “Adakanlah
perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang
yang terdahulu. kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang
mempersekutukan (Allah).”
Pada ayat ini sudah jelas bahwa Allah telah memperingatkan tentang
kerusakan yang terjadi di alam dunia ini, baik di darat, laut maupun udara adalah
6
akibat ulah perbuatan manusia itu sendiri. Kerusakan di darat seperti rusaknya hutan,
hilangnya mata air, tertimbunnya danau-danau penyimpan air, lenyapnya daerah-
daerah peresap air hujan dan sebagainya. Kerusakan di laut seperti pendangkalan
pantai, menghilangkan tempat-tempat sarang ikan, pencemaran air laut karena
tumpahan minyak, dan lain sebagainya. Allah memperingatkan itu, karena dampak
negatifnya akan dirasakan manusia itu sendiri.
Tidak sepantasnyalah alam ini dirusak karena ini merupakan salah satu
karunia Tuhan, untuk itu seharusnyalah manusia harus memperbaiki dan
memanfaatkannya, hal ini sebagaimana firman Allah S.w.t. dalam surat Al-An’am
ayat 141-142 yang artinya:
“ Dan dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak
berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun
dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). makanlah
dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya
di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah
kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-
lebihan. Dan di antara hewan ternak itu ada yang dijadikan untuk pengangkutan dan
ada yang untuk disembelih. makanlah dari rezki yang Telah diberikan Allah
kepadamu, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya
syaitan itu musuh yang nyata bagimu.”
Dekade terakhir ini, pemerintah Indonesia terus melancarkan program
penghijauan. Oleh karena itu, dimana-mana kita akan melihat reklame dan promosi
penghijauan, baik melalui media visual, maupun audio-visual. Promosi ini banyak
terpajang di sudut-sudut jalan, dan tertempel di mobil-mobil dan lainnya yang
mengajak kita menyukseskan program tersebut. Khusus Provinsi Sulawesi Selatan,
pemerintahnya telah mencanangkan program penghijauan dengan tema "South
Sulawesi Go Green" (Sulawesi Selatan Menuju Penghijauan). Sebagian orang
menyangka bahwa program penghijauan bukanlah suatu amalan yang mendapatkan
7
pahala di sisi Allah, sehingga ada diantara mereka yang bermalas-malasan dalam
mendukung program tersebut. Kita mungkin masih mengingat sebuah hadits yang
masyhur dari Nabi Saw. beliau bersabda:
"Jika seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah seluruh amalannya,
kecuali dari tiga perkara: sedekah jariyah (yang mengalir pahalanya), ilmu yang
dimanfaatkan, dan anak shaleh yang mendo’akan kebaikan baginya". [HR. Muslim
dalam Kitab Al-Washiyyah (4199)]
Perhatikan, satu diantara perkara yang tak akan terputus amalannya bagi
seorang manusia, walaupun ia telah meninggal dunia adalah SEDEKAH JARIYAH,
sedekah yang terus mengalir pahalanya bagi seseorang. Para ahli ilmu menyatakan
bahwa sedekah jariyah memiliki banyak macam dan jalannya, seperti membuat sumur
umum, membangun masjid, membuat jalan atau jembatan, menanam tumbuhan baik
berupa pohon, biji-bijian atau tanaman pangan, dan lainnya. Jadi, menghijaukan
lingkungan dengan tanaman yang kita tanam merupakan sedekah dan amal jariyah
bagi kita –walau telah meninggal- selama tanaman itu tumbuh atau berketurunan.
Al-Imam Ibnu Baththol -rahimahullah- berkata: "Ini menunjukkan bahwa
sedekah untuk semua jenis hewan dan makhluk bernyawa di dalamnya terdapat
pahala". [Lihat Syarh Ibnu Baththol (11/473)]
Seorang muslim yang menanam tanaman tak akan pernah rugi di sisi
Allah -Azza wa Jalla-, sebab tanaman tersebut akan dirasakan manfaatnya oleh
manusia dan hewan, bahkan bumi yang kita tempati. Tanaman yang pernah kita
tanam lalu diambil oleh siapa saja, baik dengan jalan yang halal, maupun jalan haram,
maka kita sebagai penanam tetap mendapatkan pahala, sebab tanaman yang diambil
tersebut berubah menjadi sedekah bagi kita.
Penghijauan merupakan amalan sholeh yang mengandung banyak manfaat
bagi manusia di dunia dan untuk membantu kemaslahatan akhirat manusia. Tanaman
dan pohon yang ditanam oleh seorang muslim memiliki banyak manfaat, seperti
pohon itu bisa menjadi naungan bagi manusia dan hewan yang lewat, buah dan
8
daunnya terkadang bisa dimakan, batangnya bisa dibuat menjadi berbagai macam
peralatan, akarnya bisa mencegah terjadinya erosi dan banjir, daunnya bisa
menyejukkan pandangan bagi orang melihatnya, dan pohon juga bisa menjadi
pelindung dari gangguan tiupan angin, membantu sanitasi lingkungan dalam
mengurangi polusi udara, dan masih banyak lagi manfaat tanaman dan pohon yang
tidak sempat kita sebutkan di lembaran sempit ini. Jika demikian banyak manfaat dari
REBOISASI, maka tak heran jika agama kita memerintahkan umatnya untuk
memanfaatkan tanah dan menanaminya.
3. Harmonitas Manusia, Hewan dan Tumbuhan
Manusia, harus mampu menjaga harmonitas segi tiga keseimbangan ekologi:
dirinya (manusia), hewan dan tumbuhan. Manusia, seperti disinggung sebelumnya,
adalah wakil Allah (khalīfah) di permukaan bumi (Qs. 2: 30). Karena sebagai
khalīfah, maka dia harus bertanggungjawab terhadap apa yang dipimpinnnya, sebagai
pengganti Allah dalam memelihara keseimbangan ekologi. Dia harus memahami
fitrahnya yang mengerti maslahat dan kebutuhannya (Qs. 67: 14). Dengan akal yang
diciptakan oleh Allah untuknya, dia bisa membekali diri dengan ilmu dan
pengetahuan serta teknologi, supaya bisa memenuhi kebutuhan hidupnya dan
melaksanakan tugasnya tersebut (Qs. 7: 74).
Dengan bekal itu semua, manusia harus tampil sebagai sosok yang ‘ramah
lingkungan’. Dalam Islam, khalīfah adalah ‘manusia hijau’. Yaitu sosok yang benar-
benar melindungi dan memelihara lingkungan hidupnya. Dalam hal ini, konsep ihsān
dapat dijadikan sebagai landasan normatif-teologis dalam menciptakan harmonitas
manusia dan lingkungan hidup.
Dalam hadits Jibril yang diriwayatkan oleh Imam Muslim disebutkan bahwa
ihsān adalah “engkau menyembah Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Jika
engkau tidak mampu melihat-Nya, ketahuilah bahwa dia –dalam ibadahmu—sedang
melihatmu.” Ihsān disini dapat diartikan sebagai sikap ramah (baik), yang berarti
melindungi dan memelihara dengan baik. Di sini, konteks ihsān dalam ibadah.
9
Pemeliharaan lingkungan dapat menjadi ibadah, karena memelihara lingkungan yang
diberikan oleh Allah kepada manusia. Ketika lingkungan dipelihara dan dijaga
dengan baik, maka dia menjadi ibadah di hadapan Allah.
Orang yang tidak mengerti konsep ini, akan merusak lingkungannya. Maka
banyak terjadi penggundulan hutan besar-besaran, buang sampah sembarangan, dll.
Akhirnya, erosi terjadi dimana-mana. Sungai-sungai banyak yang meluap dan
merusak pemukiman masyarakat. Pada gilirannya, lingkungan tak lagi bersahabat
dengan manusia. Ini akibat dari menjauhkan Allah dari ranah dan lini kehidupan.
Konsep ihsān yang kedua adalah dalam Qs. 4: 36. Dimana ihsān di sini
dimaknai dengan memperhatikan, menyayangi, merawat, dan menghormati. Dalam
konteks ini, Islam menuntut manusia agar memperhatikan, menyayangi, merawat dan
menghormati lingkungan. Dua konsep ihsān tersebut pada realitanya memang
diperlukan oleh manusia dalam konteks interaksi dengan lingkungan. Karena,
memang, kita wajib memperlakukan lingkungan dengan cara melindungi dan
menjaganya. Bukan malah kita remehkan, lalaikan, serta musnahkan. Jika ini yang
berlaku, yang terjadi adalah kerusakan lingkungan hidup yang terjadi dimana-mana.
Itu semua, kata Allah, karena ulah tangan-tangan jahil manusia. Padahal, itu semua
bukan azab mutlak, melainkan peringatan agar manusia merasakan hasil perbuatan
jahilnya. Karena Allah berharap manusia-manusia jahil terhadap lingkungannya dapat
kembali lagi (Qs. 30: 41). Di samping itu, ihsān sejatinya adalah perbuatan baik yang
tanpa batas. Artinya, perhatian terhadap segala sesuatu, baik hidup maupun mati,
adalah tanpa perhitungan alias tak terhingga. Karena prinsip untuk bersikap lemah
lembut berlaku bagi setiap elemen lingkungan, baik makhluk hidup maupun makhluk
mati, serta yang berakal maupun yang tidak berakal. Dengan kata lain: prinsip untuk
bersikap ihsān ini mencakup manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan makhluk mati.
10
C. Kesimpulan
Untuk memudahkan dalam makalah yang sederhana ini, berikut kami
tampilkan sebuah kesimpulan sebagai berikut :
1. Hadist Jabir bin Abdullah r.a. ini merupakan larangan menelantarkan lahan,
karena hal ini termasuk perbuatan yang tidak bermanfaat.
2. Dalam menelantarkan lahan, Rosulullah S.a.w. menyarankan untuk
memanfaatkan dan mengupah orang lain untuk mengelolahnya.
3. Reboisasi adalah merupakan salah satu perbuatan yang terpuji.
4. Allah S.w.t. menggambarkan kerusakan alam merupakan akibat dari ulah
manusia itu sendiri.
5. Alam di dunia ini rusak diakibatkan ulah dari perbuatan manusia yang
munafiq.

More Related Content

Viewers also liked

Dimensions of quality
Dimensions of qualityDimensions of quality
Dimensions of qualityepomajar
 
CV_LUCA ARPAIA_ENG_SHORT
CV_LUCA ARPAIA_ENG_SHORTCV_LUCA ARPAIA_ENG_SHORT
CV_LUCA ARPAIA_ENG_SHORTLuca Arpaia
 
กีตาร์และประเภทของกีตาร์
กีตาร์และประเภทของกีตาร์กีตาร์และประเภทของกีตาร์
กีตาร์และประเภทของกีตาร์khabee123
 
Lean sixsigmausedinmyindustry
Lean sixsigmausedinmyindustryLean sixsigmausedinmyindustry
Lean sixsigmausedinmyindustryepomajar
 
Fidel vargas hernandez estrategias
Fidel vargas hernandez estrategiasFidel vargas hernandez estrategias
Fidel vargas hernandez estrategiasFidel Vargas
 
Urban deca homes campville project presentation
Urban deca homes   campville project presentationUrban deca homes   campville project presentation
Urban deca homes campville project presentationRoy Buen
 
School talk podcast pitch (3 sistas and a brother group presentation)
School talk podcast pitch (3 sistas and a brother group presentation)School talk podcast pitch (3 sistas and a brother group presentation)
School talk podcast pitch (3 sistas and a brother group presentation)IndiaW
 
GoUSFBulls.com—Official Athletics Web Site of the University of South Florida
GoUSFBulls.com—Official Athletics Web Site of the University of South FloridaGoUSFBulls.com—Official Athletics Web Site of the University of South Florida
GoUSFBulls.com—Official Athletics Web Site of the University of South Floridaabhorrentharbin18
 

Viewers also liked (17)

finalreport
finalreportfinalreport
finalreport
 
Dimensions of quality
Dimensions of qualityDimensions of quality
Dimensions of quality
 
CV_LUCA ARPAIA_ENG_SHORT
CV_LUCA ARPAIA_ENG_SHORTCV_LUCA ARPAIA_ENG_SHORT
CV_LUCA ARPAIA_ENG_SHORT
 
finalresume (1)
finalresume (1)finalresume (1)
finalresume (1)
 
กีตาร์และประเภทของกีตาร์
กีตาร์และประเภทของกีตาร์กีตาร์และประเภทของกีตาร์
กีตาร์และประเภทของกีตาร์
 
Lean sixsigmausedinmyindustry
Lean sixsigmausedinmyindustryLean sixsigmausedinmyindustry
Lean sixsigmausedinmyindustry
 
mohammed_cv_2008
mohammed_cv_2008mohammed_cv_2008
mohammed_cv_2008
 
Apache hadoop
Apache hadoopApache hadoop
Apache hadoop
 
Fidel vargas hernandez estrategias
Fidel vargas hernandez estrategiasFidel vargas hernandez estrategias
Fidel vargas hernandez estrategias
 
Urban deca homes campville project presentation
Urban deca homes   campville project presentationUrban deca homes   campville project presentation
Urban deca homes campville project presentation
 
Donde?
Donde?Donde?
Donde?
 
School talk podcast pitch (3 sistas and a brother group presentation)
School talk podcast pitch (3 sistas and a brother group presentation)School talk podcast pitch (3 sistas and a brother group presentation)
School talk podcast pitch (3 sistas and a brother group presentation)
 
GoUSFBulls.com—Official Athletics Web Site of the University of South Florida
GoUSFBulls.com—Official Athletics Web Site of the University of South FloridaGoUSFBulls.com—Official Athletics Web Site of the University of South Florida
GoUSFBulls.com—Official Athletics Web Site of the University of South Florida
 
EL342- Evaluation
EL342- EvaluationEL342- Evaluation
EL342- Evaluation
 
divakar
divakardivakar
divakar
 
max cv
max cvmax cv
max cv
 
Pompano Beach, Florida
Pompano Beach, FloridaPompano Beach, Florida
Pompano Beach, Florida
 

Similar to PELESTARIAN ALQURAN

Kerusakan Dunia: Penyebab dan Solusinya
Kerusakan Dunia: Penyebab dan SolusinyaKerusakan Dunia: Penyebab dan Solusinya
Kerusakan Dunia: Penyebab dan SolusinyaErwin Wahyu
 
1. Bekerja dan Mencari Nafkah ok.pptx
1. Bekerja dan Mencari Nafkah ok.pptx1. Bekerja dan Mencari Nafkah ok.pptx
1. Bekerja dan Mencari Nafkah ok.pptxnjangmpiem1
 
Hukum doa berjamaah
Hukum doa berjamaahHukum doa berjamaah
Hukum doa berjamaahEl Wafi
 
PPT 1 Fenomena alam sosial.pdf
PPT 1 Fenomena alam sosial.pdfPPT 1 Fenomena alam sosial.pdf
PPT 1 Fenomena alam sosial.pdfOktavia Ningrum
 
Hijrah Membentuk Kejiranan Yang Harmoni.pptx
Hijrah Membentuk Kejiranan Yang Harmoni.pptxHijrah Membentuk Kejiranan Yang Harmoni.pptx
Hijrah Membentuk Kejiranan Yang Harmoni.pptxnurhayati588814
 
QV13_AGA6_Norman Mulyadana.pdf
QV13_AGA6_Norman Mulyadana.pdfQV13_AGA6_Norman Mulyadana.pdf
QV13_AGA6_Norman Mulyadana.pdfQIROATI
 
Islam dan Lingkungan Hidup
Islam dan Lingkungan HidupIslam dan Lingkungan Hidup
Islam dan Lingkungan HidupMahdif Indiarto
 
Buletin jumat al furqon tahun 06 volume 06 nomor 02 orang tua rosululloh musl...
Buletin jumat al furqon tahun 06 volume 06 nomor 02 orang tua rosululloh musl...Buletin jumat al furqon tahun 06 volume 06 nomor 02 orang tua rosululloh musl...
Buletin jumat al furqon tahun 06 volume 06 nomor 02 orang tua rosululloh musl...muslimdocuments
 

Similar to PELESTARIAN ALQURAN (11)

Kerusakan Dunia: Penyebab dan Solusinya
Kerusakan Dunia: Penyebab dan SolusinyaKerusakan Dunia: Penyebab dan Solusinya
Kerusakan Dunia: Penyebab dan Solusinya
 
1. Bekerja dan Mencari Nafkah ok.pptx
1. Bekerja dan Mencari Nafkah ok.pptx1. Bekerja dan Mencari Nafkah ok.pptx
1. Bekerja dan Mencari Nafkah ok.pptx
 
Hukum doa berjamaah
Hukum doa berjamaahHukum doa berjamaah
Hukum doa berjamaah
 
PPT 1 Fenomena alam sosial.pdf
PPT 1 Fenomena alam sosial.pdfPPT 1 Fenomena alam sosial.pdf
PPT 1 Fenomena alam sosial.pdf
 
Hijrah Membentuk Kejiranan Yang Harmoni.pptx
Hijrah Membentuk Kejiranan Yang Harmoni.pptxHijrah Membentuk Kejiranan Yang Harmoni.pptx
Hijrah Membentuk Kejiranan Yang Harmoni.pptx
 
2. panduan praktis zakat
2. panduan praktis zakat2. panduan praktis zakat
2. panduan praktis zakat
 
Bahaya Dajjal
Bahaya DajjalBahaya Dajjal
Bahaya Dajjal
 
Sikap mukmin terhadap musibah
Sikap mukmin terhadap musibahSikap mukmin terhadap musibah
Sikap mukmin terhadap musibah
 
QV13_AGA6_Norman Mulyadana.pdf
QV13_AGA6_Norman Mulyadana.pdfQV13_AGA6_Norman Mulyadana.pdf
QV13_AGA6_Norman Mulyadana.pdf
 
Islam dan Lingkungan Hidup
Islam dan Lingkungan HidupIslam dan Lingkungan Hidup
Islam dan Lingkungan Hidup
 
Buletin jumat al furqon tahun 06 volume 06 nomor 02 orang tua rosululloh musl...
Buletin jumat al furqon tahun 06 volume 06 nomor 02 orang tua rosululloh musl...Buletin jumat al furqon tahun 06 volume 06 nomor 02 orang tua rosululloh musl...
Buletin jumat al furqon tahun 06 volume 06 nomor 02 orang tua rosululloh musl...
 

Recently uploaded

kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptxkesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptxAhmadSyajili
 
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.pptpertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.pptAhmadSyajili
 
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxMARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxmariaboisala21
 
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet RiyadiManajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet RiyadiCristianoRonaldo185977
 
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompokelmalinda2
 
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptxPPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptxnursariheldaseptiana
 
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxMATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxrikosyahputra0173
 
Metode penelitian Deskriptif atau Survei
Metode penelitian Deskriptif atau SurveiMetode penelitian Deskriptif atau Survei
Metode penelitian Deskriptif atau Surveikustiyantidew94
 
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS AcehSKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS AcehBISMIAULIA
 

Recently uploaded (9)

kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptxkesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
 
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.pptpertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
 
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxMARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
 
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet RiyadiManajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
 
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
 
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptxPPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
 
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxMATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
 
Metode penelitian Deskriptif atau Survei
Metode penelitian Deskriptif atau SurveiMetode penelitian Deskriptif atau Survei
Metode penelitian Deskriptif atau Survei
 
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS AcehSKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
 

PELESTARIAN ALQURAN

  • 1. 1 PELESTARIAN LINGKUNGAN DALAM PANDANGAN ALQUR’AN DAN HADITS A. Pendahuluan Alam semesta merupakan karunia yang paling besar terhadap manusia, untuk itu Allah S.w.t. menuruh manusia untuk memanfaatkannya dengan baik dan terus harusber-syukur kepadanya. Akan tetapi pada kenyataannya lain, malahan terjadi kerusakan disana-sini akibat perbuatan orang-orang munafiq. Rosulullah S.a.w. menyuruh untuk menanam kembali apa yang rusak dari hutan yang telah ditebang dan dirusak. Rosulullah sendiri memuji perbuatan ini dengan salah satu perbuatan yang terpuji. Didalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa alam dunia ini akan rusak disebabkan oleh tangan orang-orang yang munafiq. Mereka sangat seraka dalam mengeksploitasi kekayaan alam, mereka tidak mempedulikan tentang akibatnya. Sekarang sudah banyak kerusakan didarat, dilaut, dan diudara. Akibatnya banyak bencana yang terjadi sana-sini, seperti banjir, gempa, gunung meletus, angina putting beliung, dan ada lagi yang sangat mengkhawatirkan yaitu issu akan terjadinya pemanasan global. Sekarang hutan banyak yang rusak karena banyaknya penebang liar dan tidak adanya lagi penghijauan kembali. Dalam hal ini Rosulullah S.a.w. sangat tidak menyukai, malahan Rosulullah S.a.w. melarang dengan haditsnya yang diriwayatkan oleh beberapa sahabatnya. Untuk itu didalam pembahasan yang sedikit ini saya akan mencoba menjelaskan apa yang telah disampaikan oleh hadits Rosulullah S.a.w.
  • 2. 2 B. Pembahasan Hadits Rosulullah S.a.w. tentang Lingkungan Adapun mengenai hadits Rosulullah S.a.w tentang peduli lingkungan ini banyak sekali, salah satu diantaranya sebagai berikut : 1. Larangan Menelantarkan Lahan َ‫ج‬ ِ‫ر‬ِ‫ل‬ ْ‫َت‬‫ن‬‫ا‬َ‫ك‬ : َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ ,‫عنهما‬ ‫هللا‬ ‫رضى‬ ِ‫هللا‬ ِ‫د‬ْ‫ب‬َ‫ع‬ ِ‫ْن‬‫ب‬‫ا‬ ِ‫ر‬ِ‫ب‬‫ا‬َ‫ج‬ ُ‫ْث‬‫ي‬ِ‫د‬َ‫ح‬ِ‫ُع‬‫ب‬ُّ‫الر‬ َ‫و‬ ِ‫ث‬ُ‫ل‬ُّ‫ث‬‫ال‬ِ‫ب‬ ‫َا‬‫ه‬ُ‫ر‬ ِ‫اج‬َ‫ؤ‬ُ‫ن‬ ‫ا‬ ْ‫و‬ُ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬َ‫ف‬ ,َ‫ْن‬‫ي‬ ِ‫ض‬ َ‫ر‬َ‫ا‬ ُ‫ل‬ ْ‫و‬ُ‫ض‬ُ‫ف‬ ‫ا‬َّ‫ن‬ِ‫م‬ ٍ‫ل‬‫ا‬ ُ‫ي‬ْ‫ل‬َ‫ف‬ ‫ى‬َ‫ب‬َ‫أ‬ ْ‫ن‬ِ‫إ‬َ‫ف‬ ُ‫ه‬‫َا‬‫خ‬َ‫ا‬ ‫ا‬َ‫ه‬ْ‫ح‬َ‫ن‬ْ‫م‬َ‫ي‬ِ‫ل‬ ْ‫و‬َ‫ا‬ ‫ا‬َ‫ه‬ْ‫ع‬َ‫ر‬ْ‫ز‬َ‫ي‬ْ‫ل‬َ‫ف‬ ٌ‫ض‬ ْ‫ر‬َ‫ا‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬ ْ‫َت‬‫ن‬‫ا‬َ‫ك‬ ْ‫ن‬َ‫م‬ : .‫ص.م‬ ُّ‫ى‬ِ‫ب‬َّ‫ن‬‫ال‬ َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬َ‫ف‬ ,ِ‫ف‬ْ‫ص‬ِِّ‫ن‬‫ال‬ َ‫و‬.ُ‫ه‬َ‫ض‬ ْ‫ر‬َ‫أ‬ ْ‫ك‬ِ‫س‬ْ‫م‬ “ Hadist Jabir bin Abdullah r.a. dia berkata : Ada beberapa orang dari kami mempunyai simpanan tanah. Lalu mereka berkata: Kami akan sewakan tanah itu (untuk mengelolahnya) dengan sepertiga hasilnya, seperempat dan seperdua. Rosulullah S.a.w. bersabda: Barangsiapa ada memiliki tanah, maka hendaklah ia tanami atau serahkan kepada saudaranya (untuk dimanfaatkan), maka jika ia enggan, hendaklah ia memperhatikan sendiri memelihara tanah itu. “ (HR. Imam Bukhori dalam kitab Al-Hibbah) Selain dari hadits diatas, ada juga bersumber dari Abu Hurairah r.a. dengan lafazd sebagai berikut : ْ‫ح‬َ‫ن‬ْ‫م‬َ‫ي‬ِ‫ل‬ ْ‫و‬َ‫ا‬ ‫ا‬َ‫ه‬ْ‫ع‬َ‫ر‬ْ‫ز‬َ‫ي‬ْ‫ل‬َ‫ف‬ ٌ‫ض‬ ْ‫ر‬َ‫ا‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬ ْ‫َت‬‫ن‬‫ا‬َ‫ك‬ ْ‫ن‬َ‫م‬ : ‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫رسول‬ ‫قال‬ :‫قال‬ ‫عنه‬ ‫هللا‬ ‫رضى‬ َ‫ة‬ َ‫ْر‬‫ي‬َ‫ر‬ُ‫ه‬ ‫ى‬ِ‫ب‬َ‫أ‬ ُ‫ْث‬‫ي‬ِ‫د‬َ‫ح‬ُ‫ه‬‫َا‬‫خ‬َ‫ا‬ ‫ا‬َ‫ه‬ )‫المزاعة‬ ‫كتاب‬ ‫فى‬ ‫البخارى‬ ‫ُ.(اخرجه‬‫ه‬َ‫ض‬ ْ‫ر‬َ‫أ‬ ْ‫ك‬ِ‫س‬ْ‫م‬ُ‫ي‬ْ‫ل‬َ‫ف‬ ‫ى‬َ‫ب‬َ‫أ‬ ْ‫ن‬ِ‫إ‬َ‫ف‬ Antara kedua tersebut terdapat persamaan, yaitu masing-masing ditakhrijkan oleh Imam Bukhori. Sedangkan perbedaannya adalah sumber hadits tersebut dari Jabir yang diletakkan dalam kitab Al-Hibbah yang satunya bersumber dari Abu Hurairah dan diletakkan dalam kitab Al-Muzara’ah. Dari ungkapan Nabi S.a.w. dalam hadits diatas yang menganjurkan bagi pemilik tanah hendaklah menanami lahannya atau menyuruh saudaranya (orang lain) untuk menanaminya. Ungkapan ini mengandung pengertian agar manusia jangan membiarkan lingkungan (lahan yang dimiliki) tidak membawa manfaat baginya dan
  • 3. 3 bagi kehidupan secara umum. Memanfaatkan lahan yang kita miliki dengan menanaminya dengan tumbuh-tumbuhan yang mendatangkan hasil yang berguna untuk kesejahteraan pemiliknya, maupun bagi kebutuhan konsumsi orang lain. Hal ini merupakan upaya menciptakan kesejahteraan hidup melalui kepedulian terhadap lingkungan. Allah S.w.t. telah mengisyaratkan dalam Al-Qur’an supaya memanfaatkan segala yang Allah ciptakan di muka bumi ini. Isyarat tersebut seperti diungkapkan dalam firman-Nya: “ Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu semua.” (Qs. Al-Baqoroh : 29) Dalam hadits dari Jabir di atas menjelaskan bahwa sebagian para sahabat Nabi S.a.w. memanfaatkan lahan yang mereka miliki dengan menyewakan lahannya kepada petani. Mereka menatapkan sewanya sepertiga atau seperempat atau malahan seperdua dari hasil yang didapat oleh petani. Dengan adanya praktek demikian yang dilakukan oleh para sahabat, maka Nabi meresponnya dengan mengeluarkan hadits diatas, yang intinya mengajak sahabat menanami sendiri lahannya atau menyuruh orang lain mengolahnya apabila tidak sanggup mengolahnya. Menanggapi permasalahan sewa lahan ini, para ulama berbeda pendapat tentang kebolehannya. Ibnu Rusyd dalam kitab Bidayatul Mujtahid menjelaskan bahwa segolongan fuqoha tidak membolehkan menyewakan tanah. Mereka beralasan dengan hadits Rafi’ bin Khuday yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dalam kitab Al- Muzara’ah : .ِ‫ع‬َ‫ار‬َ‫ز‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ِ‫اء‬َ‫ر‬َ‫ك‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ‫ى‬َ‫ه‬َ‫ن‬ .‫ص.م‬ ‫ى‬ِ‫ب‬َّ‫ن‬‫ال‬ َّ‫ن‬َ‫ا‬)‫البخارى‬ ‫(رواه‬ “ Bahwasanya Nabi S.a.w. melarang menyewakan lahan “ (HR. Bukhori) Sedangkan jumhur ulama membolehkan, tetapi imbalan sewanya haruslah dengan uang (dirham atau dinar) selain itu tidak boleh. Ada lagi yang berpendapat boleh dengan semua barang, kecuali makanan termasuk yang ada dalam lahan itu. Berbagai pendapat yang lain seperti yang dikemukakan Ibnu Rusyd bahwa dilarang menyewakan tanah itu lantaran ada kesamaran didalamnya. Sebab kemungkinan
  • 4. 4 tanaman yang diusahakan di atas tanah sewaan itu akan tertimpa bencana, baik karena kebakaran atau banjir. Dan akibatnya si penyewa harus membayar sewa tanpa memperoleh manfaat apapun daripadanya. Terkait dengan hadits diatas, disini Rosulullah S.a.w. juga bersabda dalam kitab Al-Lu’lu’ wal Marjan tentang menyerahkan tanah kepada orang untuk dikerjakan kemudian memberikan sebagian hasilnya : ٍ‫ع‬ْ‫ر‬َ‫ز‬ ْ‫و‬َ‫ا‬ ٍ‫ر‬َ‫م‬َ‫ث‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ‫ا‬َ‫ه‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ ُ‫ج‬ُ‫ر‬ْ‫خ‬َ‫ي‬‫ا‬َ‫م‬ ٍ‫ط‬ْ‫َر‬‫ش‬ِ‫ب‬ َ‫ر‬َ‫ب‬ْ‫ي‬َ‫خ‬ َ‫ل‬َ‫م‬‫ا‬َ‫ع‬ .‫ص.م‬ َ‫ى‬ِ‫ب‬َّ‫ن‬‫ال‬ َّ‫ن‬َ‫ا‬ ,‫عنه‬ ‫هللا‬ ‫رضى‬ َ‫ر‬َ‫م‬ُ‫ع‬ ُ‫ْن‬‫ب‬‫ا‬ ُ‫ْث‬‫ي‬ِ‫د‬َ‫ح‬‫ى‬ِ‫ط‬ْ‫ع‬ُ‫ي‬ َ‫ان‬َ‫ك‬َ‫ف‬ , ْ‫ي‬َ‫خ‬ ُ‫ر‬َ‫م‬ُ‫ع‬ َ‫م‬َ‫س‬َ‫ق‬َ‫ف‬ : ٍ‫ْر‬‫ي‬ِ‫ع‬َ‫ش‬ َ‫ق‬ْ‫س‬ِ‫و‬ َ‫ن‬ ْ‫و‬ُ‫ر‬ْ‫ش‬ِ‫ع‬ َ‫و‬ , ٍ‫ر‬ْ‫م‬َ‫ت‬ َ‫ق‬ْ‫س‬ِ‫و‬ َ‫ن‬ ْ‫و‬ُ‫ن‬‫ا‬َ‫م‬َ‫ث‬ :ٍ‫ق‬ْ‫س‬ِ‫و‬ َ‫ة‬َ‫ئ‬‫ا‬ِ‫م‬ ُ‫ه‬َ‫ج‬‫ا‬ َ‫و‬ْ‫ز‬َ‫ا‬ْ‫ن‬َ‫ا‬ .‫ص.م‬ ِِّ‫ى‬ِ‫ب‬َّ‫ن‬‫ال‬ َ‫ج‬‫ا‬ َ‫و‬ْ‫ز‬َ‫ا‬ َ‫َّر‬‫ي‬َ‫خ‬َ‫ف‬ َ‫ر‬َ‫ب‬ َ‫ار‬َ‫ت‬ْ‫خ‬‫ا‬ ِ‫ن‬َ‫م‬ َّ‫ن‬ُ‫ه‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫و‬ َ‫ض‬ ْ‫ر‬َ‫ال‬‫ا‬ َ‫ار‬َ‫ت‬ْ‫خ‬‫ا‬ ِ‫ن‬َ‫م‬ َّ‫ن‬ُ‫ه‬ْ‫ن‬ِ‫م‬َ‫ف‬ َّ‫ن‬ُ‫ه‬َ‫ل‬ َ‫ى‬ ِ‫ض‬ْ‫م‬ُ‫ي‬ ْ‫و‬َ‫ا‬ ِ‫ض‬ ْ‫ر‬َ‫ال‬‫ا‬ َ‫و‬ ِ‫اء‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫ن‬ِ‫م‬ َّ‫ن‬ُ‫ه‬َ‫ل‬ َ‫ع‬ِ‫ط‬ْ‫ق‬ُ‫ي‬ُ‫ة‬َ‫ش‬ِ‫ئ‬‫ا‬َ‫ع‬ ْ‫َت‬‫ن‬‫ا‬َ‫ك‬ َ‫و‬ ,َ‫ق‬ْ‫س‬ َ‫الو‬ )‫البخارى‬ ‫(اخرجه‬ . َ‫ض‬ ْ‫ر‬َ‫ال‬‫ا‬ ِ‫ت‬َ‫ار‬َ‫ت‬ْ‫خ‬‫ا‬ “ Ibnu Umar r.a. berkata : Nabi S.a.w. menyerahkan sawah ladang dan tegal di khaibar kepada penduduk Khaibar dengan menyerahkan separuh dari penghasilannya berupa kurma atau buah dan tanaman, maka Nabi S.a.w. memberi istri-istrinya seratus wasaq (1 wasaq=60 sha’. 1 sha’ =4 mud atau 2 ½ Kg), delapan puluh wasaq kurma tamar, dan dua puluh wasaq sya’er (jawawut). Kemudian dimasa Umar r.a. membebaskan kepada istri-istri Nabi S.a.w. untuk memilih apakah minta tanahnya atau tetap minta bagian wasaq itu, maka diantara mereka ada yang memilih tanah dan ada yang minta bagian hasilnya berupa wasaq.” (HR. Bukhori) 2. Penanaman Pohon (reboisasi) Langkah Terpuji ٌ‫ان‬َ‫س‬ْ‫ن‬ِ‫ا‬ ْ‫و‬َ‫ا‬ ٌ‫ْر‬‫ي‬َ‫ط‬ ُ‫ه‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ ُ‫ل‬ُ‫ك‬ْ‫أ‬َ‫ي‬َ‫ف‬ ‫ا‬ً‫ع‬ْ‫ر‬َ‫ز‬ ُ‫ع‬َ‫ر‬ْ‫ز‬َ‫ي‬ ْ‫و‬َ‫ا‬ ُ‫س‬ ِ‫ر‬ْ‫غ‬َ‫ي‬ ٍ‫م‬ِ‫ل‬ْ‫س‬ُ‫م‬ ْ‫ن‬ِ‫ام‬َ‫م‬ :َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ ‫عنه‬ ‫هللا‬ ‫رضى‬ ٍ‫َس‬‫ن‬َ‫ا‬ ُ‫ْث‬‫ي‬ِ‫د‬َ‫ح‬ِ‫ه‬ِ‫ب‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬ َ‫ان‬َ‫ك‬َّ‫ال‬ِ‫ا‬ ٌ‫ة‬َ‫م‬ْ‫ي‬ِ‫ه‬َ‫ب‬ ْ‫و‬َ‫ا‬ )‫المزاعة‬ ‫كتاب‬ ‫فى‬ ‫البخارى‬ ‫(اخرجه‬ .ٌ‫ة‬َ‫ق‬َ‫د‬َ‫ص‬ “ Hadits dari Anas r.a. dia berkata: Rosulullah S.a.w. bersabda : Seseorang muslim tidaklah menanam sebatang pohon atau menabur benih ke tanah, lalu datang burung atau manusia atau binatang memakan sebagian daripadanya, melainkan apa yang dimakan itu merupakan sedekahnya “. (HR. Imam Bukhori) Pada dasarnya Allah S.w.t. telah melarang kepada manusia agar tidak merusak hutan, hal ini sebagaimana firman-Nya dalam surat Al-Baqoroh ayat 11 : ِ‫ض‬ ْ‫ر‬َ‫ال‬‫ا‬ ‫ى‬ِ‫ف‬ ‫ا‬ ْ‫ُو‬‫د‬ِ‫س‬ْ‫ف‬ُ‫ت‬َ‫ال‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬َ‫ل‬ َ‫ل‬ْ‫ي‬ِ‫ق‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫ا‬ َ‫و‬…
  • 5. 5 “ Dan apabila dikatakan kepada mereka : Janganlah kamu membuat kerusakan dimuka bumi “ Dan ada lagi dalam surat Al-Baqoroh ayat 204-205: “ Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penantang yang paling keras. Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan.” Dalam ayat diatas, Allah menjelaskan sifat-sifat orang munafiq dan tindakannya di muka bumi ini. Informasi yang disampaikan Al-Qur’an bahwa sebagian dari manusia, kata-kata dan ucapannya tentang kehidupan dunia menarik sekali, sehingga banyak yang terpedaya. Ia pintar dan pandai menyusun kata-kata dengan gaya yang menawan. Orang munafiq seperti inilah yang selalu merusak bumi. Tanam-tanaman dan hutan-hutan menjadi rusak, lingkungan dicemari, buah-buahan dan binatang ternak dibinasakan. Apalagi kalau mereka sedang berkuasa, dimana- mana mereka berbuat sesuka hatinya. Gambaran ayat ini sejalan dengan firman Allah dalam surat Ar-Rum ayat 41-42 : “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan Karena perbuatan tangan manusia, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Katakanlah: “Adakanlah perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang terdahulu. kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah).” Pada ayat ini sudah jelas bahwa Allah telah memperingatkan tentang kerusakan yang terjadi di alam dunia ini, baik di darat, laut maupun udara adalah
  • 6. 6 akibat ulah perbuatan manusia itu sendiri. Kerusakan di darat seperti rusaknya hutan, hilangnya mata air, tertimbunnya danau-danau penyimpan air, lenyapnya daerah- daerah peresap air hujan dan sebagainya. Kerusakan di laut seperti pendangkalan pantai, menghilangkan tempat-tempat sarang ikan, pencemaran air laut karena tumpahan minyak, dan lain sebagainya. Allah memperingatkan itu, karena dampak negatifnya akan dirasakan manusia itu sendiri. Tidak sepantasnyalah alam ini dirusak karena ini merupakan salah satu karunia Tuhan, untuk itu seharusnyalah manusia harus memperbaiki dan memanfaatkannya, hal ini sebagaimana firman Allah S.w.t. dalam surat Al-An’am ayat 141-142 yang artinya: “ Dan dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih- lebihan. Dan di antara hewan ternak itu ada yang dijadikan untuk pengangkutan dan ada yang untuk disembelih. makanlah dari rezki yang Telah diberikan Allah kepadamu, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” Dekade terakhir ini, pemerintah Indonesia terus melancarkan program penghijauan. Oleh karena itu, dimana-mana kita akan melihat reklame dan promosi penghijauan, baik melalui media visual, maupun audio-visual. Promosi ini banyak terpajang di sudut-sudut jalan, dan tertempel di mobil-mobil dan lainnya yang mengajak kita menyukseskan program tersebut. Khusus Provinsi Sulawesi Selatan, pemerintahnya telah mencanangkan program penghijauan dengan tema "South Sulawesi Go Green" (Sulawesi Selatan Menuju Penghijauan). Sebagian orang menyangka bahwa program penghijauan bukanlah suatu amalan yang mendapatkan
  • 7. 7 pahala di sisi Allah, sehingga ada diantara mereka yang bermalas-malasan dalam mendukung program tersebut. Kita mungkin masih mengingat sebuah hadits yang masyhur dari Nabi Saw. beliau bersabda: "Jika seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah seluruh amalannya, kecuali dari tiga perkara: sedekah jariyah (yang mengalir pahalanya), ilmu yang dimanfaatkan, dan anak shaleh yang mendo’akan kebaikan baginya". [HR. Muslim dalam Kitab Al-Washiyyah (4199)] Perhatikan, satu diantara perkara yang tak akan terputus amalannya bagi seorang manusia, walaupun ia telah meninggal dunia adalah SEDEKAH JARIYAH, sedekah yang terus mengalir pahalanya bagi seseorang. Para ahli ilmu menyatakan bahwa sedekah jariyah memiliki banyak macam dan jalannya, seperti membuat sumur umum, membangun masjid, membuat jalan atau jembatan, menanam tumbuhan baik berupa pohon, biji-bijian atau tanaman pangan, dan lainnya. Jadi, menghijaukan lingkungan dengan tanaman yang kita tanam merupakan sedekah dan amal jariyah bagi kita –walau telah meninggal- selama tanaman itu tumbuh atau berketurunan. Al-Imam Ibnu Baththol -rahimahullah- berkata: "Ini menunjukkan bahwa sedekah untuk semua jenis hewan dan makhluk bernyawa di dalamnya terdapat pahala". [Lihat Syarh Ibnu Baththol (11/473)] Seorang muslim yang menanam tanaman tak akan pernah rugi di sisi Allah -Azza wa Jalla-, sebab tanaman tersebut akan dirasakan manfaatnya oleh manusia dan hewan, bahkan bumi yang kita tempati. Tanaman yang pernah kita tanam lalu diambil oleh siapa saja, baik dengan jalan yang halal, maupun jalan haram, maka kita sebagai penanam tetap mendapatkan pahala, sebab tanaman yang diambil tersebut berubah menjadi sedekah bagi kita. Penghijauan merupakan amalan sholeh yang mengandung banyak manfaat bagi manusia di dunia dan untuk membantu kemaslahatan akhirat manusia. Tanaman dan pohon yang ditanam oleh seorang muslim memiliki banyak manfaat, seperti pohon itu bisa menjadi naungan bagi manusia dan hewan yang lewat, buah dan
  • 8. 8 daunnya terkadang bisa dimakan, batangnya bisa dibuat menjadi berbagai macam peralatan, akarnya bisa mencegah terjadinya erosi dan banjir, daunnya bisa menyejukkan pandangan bagi orang melihatnya, dan pohon juga bisa menjadi pelindung dari gangguan tiupan angin, membantu sanitasi lingkungan dalam mengurangi polusi udara, dan masih banyak lagi manfaat tanaman dan pohon yang tidak sempat kita sebutkan di lembaran sempit ini. Jika demikian banyak manfaat dari REBOISASI, maka tak heran jika agama kita memerintahkan umatnya untuk memanfaatkan tanah dan menanaminya. 3. Harmonitas Manusia, Hewan dan Tumbuhan Manusia, harus mampu menjaga harmonitas segi tiga keseimbangan ekologi: dirinya (manusia), hewan dan tumbuhan. Manusia, seperti disinggung sebelumnya, adalah wakil Allah (khalīfah) di permukaan bumi (Qs. 2: 30). Karena sebagai khalīfah, maka dia harus bertanggungjawab terhadap apa yang dipimpinnnya, sebagai pengganti Allah dalam memelihara keseimbangan ekologi. Dia harus memahami fitrahnya yang mengerti maslahat dan kebutuhannya (Qs. 67: 14). Dengan akal yang diciptakan oleh Allah untuknya, dia bisa membekali diri dengan ilmu dan pengetahuan serta teknologi, supaya bisa memenuhi kebutuhan hidupnya dan melaksanakan tugasnya tersebut (Qs. 7: 74). Dengan bekal itu semua, manusia harus tampil sebagai sosok yang ‘ramah lingkungan’. Dalam Islam, khalīfah adalah ‘manusia hijau’. Yaitu sosok yang benar- benar melindungi dan memelihara lingkungan hidupnya. Dalam hal ini, konsep ihsān dapat dijadikan sebagai landasan normatif-teologis dalam menciptakan harmonitas manusia dan lingkungan hidup. Dalam hadits Jibril yang diriwayatkan oleh Imam Muslim disebutkan bahwa ihsān adalah “engkau menyembah Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak mampu melihat-Nya, ketahuilah bahwa dia –dalam ibadahmu—sedang melihatmu.” Ihsān disini dapat diartikan sebagai sikap ramah (baik), yang berarti melindungi dan memelihara dengan baik. Di sini, konteks ihsān dalam ibadah.
  • 9. 9 Pemeliharaan lingkungan dapat menjadi ibadah, karena memelihara lingkungan yang diberikan oleh Allah kepada manusia. Ketika lingkungan dipelihara dan dijaga dengan baik, maka dia menjadi ibadah di hadapan Allah. Orang yang tidak mengerti konsep ini, akan merusak lingkungannya. Maka banyak terjadi penggundulan hutan besar-besaran, buang sampah sembarangan, dll. Akhirnya, erosi terjadi dimana-mana. Sungai-sungai banyak yang meluap dan merusak pemukiman masyarakat. Pada gilirannya, lingkungan tak lagi bersahabat dengan manusia. Ini akibat dari menjauhkan Allah dari ranah dan lini kehidupan. Konsep ihsān yang kedua adalah dalam Qs. 4: 36. Dimana ihsān di sini dimaknai dengan memperhatikan, menyayangi, merawat, dan menghormati. Dalam konteks ini, Islam menuntut manusia agar memperhatikan, menyayangi, merawat dan menghormati lingkungan. Dua konsep ihsān tersebut pada realitanya memang diperlukan oleh manusia dalam konteks interaksi dengan lingkungan. Karena, memang, kita wajib memperlakukan lingkungan dengan cara melindungi dan menjaganya. Bukan malah kita remehkan, lalaikan, serta musnahkan. Jika ini yang berlaku, yang terjadi adalah kerusakan lingkungan hidup yang terjadi dimana-mana. Itu semua, kata Allah, karena ulah tangan-tangan jahil manusia. Padahal, itu semua bukan azab mutlak, melainkan peringatan agar manusia merasakan hasil perbuatan jahilnya. Karena Allah berharap manusia-manusia jahil terhadap lingkungannya dapat kembali lagi (Qs. 30: 41). Di samping itu, ihsān sejatinya adalah perbuatan baik yang tanpa batas. Artinya, perhatian terhadap segala sesuatu, baik hidup maupun mati, adalah tanpa perhitungan alias tak terhingga. Karena prinsip untuk bersikap lemah lembut berlaku bagi setiap elemen lingkungan, baik makhluk hidup maupun makhluk mati, serta yang berakal maupun yang tidak berakal. Dengan kata lain: prinsip untuk bersikap ihsān ini mencakup manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan makhluk mati.
  • 10. 10 C. Kesimpulan Untuk memudahkan dalam makalah yang sederhana ini, berikut kami tampilkan sebuah kesimpulan sebagai berikut : 1. Hadist Jabir bin Abdullah r.a. ini merupakan larangan menelantarkan lahan, karena hal ini termasuk perbuatan yang tidak bermanfaat. 2. Dalam menelantarkan lahan, Rosulullah S.a.w. menyarankan untuk memanfaatkan dan mengupah orang lain untuk mengelolahnya. 3. Reboisasi adalah merupakan salah satu perbuatan yang terpuji. 4. Allah S.w.t. menggambarkan kerusakan alam merupakan akibat dari ulah manusia itu sendiri. 5. Alam di dunia ini rusak diakibatkan ulah dari perbuatan manusia yang munafiq.