SlideShare a Scribd company logo
1 of 24
PEMBAHASAN
1. Masa kecil Soeharto
Jawa tengah merupakan pusat dari kerajaan-kerajaan jawa kuno, terdapat
sebuah desa bernama Kemusuk. Desa kecil dan damai ini hampir tidak pernah
diperhatikan orang sampai salah satu putranya menjadi presiden Indonesia
kedua.Putra itu adalah H.M. Soeharto yang dilahirkan pada 8 Juni 1921 di
Kampung Kemusuk, Argomulyo, Desa Godean, sekitar 15 kilometer dari kota
yogyakarta.Ia adalah anak pasangan Kertosudiro, seorang petugas ulu-ulu
(petugas irigasi desa), dan Sukirah.29 Dalam “Taksonomi” Jawa, Soe berarti lebih
baik dan hartoberarti kekayaan.Pada masa itu, desa kemusuk dibagi menjadi dua
bagian yaitu Kemusuk Lor (Utara) dan Kemusuk Kidul (Selatan). Kakek buyut
Soeharto, Demang Wongsomenggolo, merupakan salah satu pendiri desa
Kemusuk. Garis keluarga Soeharto dari pihak ayah Soeharto berasal dari bagian
sebelah selatan desa,sedangkan garis keluarga ibunya berasal dari Kemusuk Utara.
Pada zaman itu,merupakan hal yang lazim bagi orang-orang yang tinggal
dilingkungan yang sama untuk menikah satu dengan yang lain.Hal ini mengingat
sangat sulit dan tidak terpikirkan untuk dapat bertemu dengan orang yang berasal
dari luar daerah itu.
Kakek Soeharto dari pihak ayah bernama Kertoirono. Ia mempunyai dua
anak,Kertoredjo yaitu ayah Soeharto dan seorang anak perempuan yang bernama
Prawirohardjo.Dalam tradisi Jawa Tengah, adalah hal yang wajar bagi seorang
pria untuk mengganti nama ketika menikah. Oleh karena itu Kertoredjo mengubah
namanya menjadi Kertosudiro ketika menikah, menggunakan nama keluarga
istrinya.Kertosudiro bekerja sebagai petugas irigasi desa atau ulu-ulu. Jabatan ini
termasuk tinggi bagi mereka yang tinggal di lingkungan pedesaan. Ibu dari
Soeharto adalah anak dari Notosudiro, Ibunya bernama Sukirah, perkawinan
orangtua Soeharto berdasarkan perjodohan, dimana ayah Soeharto sebelumnya
sudah pernah menikah dan mempunyai anak dua dari perkawinan
sebelumnya.Tahun 1921 bukanlah tahun yang mengembirakan, bukan pula saat
yang menjanjikan kesejahteraan bagi penduduk Kampung Kemusuk. Tiga tahun
setelah berakhirnya perang Dunia I ditandai dengan krisis ekonomi yang merata
sampai ke Jawa, Sumatera, dan pulau-pulau penghasil rempah-rempah lainnya
dalam koloni Hindia Belanda. Dalam kondisi kesejahteraan yang terbatas itulah,
Kertosudiro berharap kelak putranya tumbuh menjadi orang yang kaya dan
berkedudukan tinggi. Harapan itu dimulai dengan kenyataan yang tidak terlalu
baik, tidak lama setelah melahirkan Soeharto, Sukirah dan Kertasudiro bercerai.
Sukirah kemudian menikah lagi dengan Atmopawiro dan memiliki tujuh anak
yang salah satunya adalah Probosutedjo, yang pada masa pemerintahan Orde Baru
dikenal sebagai konglomerat kontroversial, sedang Kertosudiro juga menikah lagi
dan memperoleh empat orang anak.Soeharto adalah putra satu-satunya dari
perkawinan Kertosudiro dan Sukirah. Belum genap berumur 40 hari, Soeharto
dibawa ke rumah adikkakeknya, Kromodiryo, seorang dukun bayi yang juga
membantu kelahiran Soeharto, hal ini disebabkan karena kesehatan Sukirah
memburuk, akhirnya Soeharto harus tinggal dirumah Kromodiryo lebih lama
kurang lebih empat tahun.Di rumah Kromodiryo, Soeharto menemukan
kehangatan kasih sayang, dirumah Kromodiryo, Soeharto belajar berdiri dan
berjalan.
Kromodiryo membawa Soeharto kecil ke mana pun ia pergi dan mengajarkan
Soeharto berdiri dan menapaki langkah-langkah pertamanya.Apabila Kromodiryo
harus melaksanakan tugas sebagai bidan, kakeknya akan membawa Soeharto
kesawah. Anak laki-laki kecil itu dipanggul di pundak kakeknya sementara sang
kakek mencangkul tanah untuk bertani. Kehidupan desa sangat menyenangkan
bagi Soeharto. Pada masa kecilnya, ia mengalami kecelakaan pada saat memotong
sebatang pohon pisang dan pisaunya jatuh mengenai jari kakinya, neneknya
Kromodiryo sangat menyayangi Soeharto,ketika melihat mengalami kecelekaan
tersebut neneknya langsung membalut luka Soeharto dengan penuh kasih sayang.
Bagi Soeharto, masa-masa itu adalah masa yang paling membahagiakan dalam
hidupnya. Tahun-tahun di masa kecilnya itu membawa pengaruh sangat besar
baginya, dan ini terlihat dari kebiasaan Soeharto yang lebih suka makan makanan
sederhana dan memakai pakaian yang sederhana.Ketika berumur empat tahun,
Soeharto diambil kembali oleh Sukirah dan diajak tinggal bersama Atmopawiro
yaitu ayah tiri Soeharto. Atmopawiro saying pada putra tirinya dan bahkan
membelikan Soeharto seekor kambing. Tindakan ini dengan tegas
memperlihatkan kasih sayangnya pada Soeharto karena kambing adalah ternak
yang bernilai tinggi di Indonesia. Setelah mulai beranjak besar,Soeharto
menghabiskan waktu senggangnya dengan mengembala.
2. Jatuh Bangun Karier H.M Soeharto
Di usia 17 tahun, Soeharto pernah berprofesi sebagai asisten pegawai bank
desa (Volksbank) di Wuryantoro, pada masa itu pegawai bank desa adalah tugas
utama Soeharto, yang setiap bertugas mengenakan seragam pakaian adat jawa
lengkap, mendampingi pegawai bank mengambil aplikasi pinjaman. Soeharto
dipecat sebagai pegawai bank disebabkan seragam pakaian adat yang
dikenakannya dalam bertugas rusak dan tidak dapat menggantikan seragam yang
baru. Setelah kehilangan pekerjaan,Soeharto kembali terjebak pada kehidupan
yang tidak menentu. Dan dalam ketidak menentuan tersebut, Soeharto seperti juga
masyarakat yang bernasib sama dengannya di masa itu, mengalihkan pandangan
mereka kearah kemiliteran. Imbas perang Duni ke II yang juga telah sampai ke
Indonesia menjadikan kemiliteran sebagai “sebuah pekerjaan” yang tampak lebih
bersinar dibanding bidang pekerjaan-pekerjaan yang lain. Soeharto sempat
berfikir melamar menjadi tentara Angkatan laut, namun niat itu dibatalkan, karena
Soeharto tahu akan menempati posisi sebagai juru masak.
a. Menjadi Anggota KNIL
Karier Soeharto sebagai parjurit diawali dengan Soeharto mendaftar ke KNIL
(Koninklijk Nederlans Indisch leger sebutan bagi Angkatan Bersenjata hindia-
Belanda),yang kemudian Soeharto mendapat surat panggilan untuk bergabung
dengan KNIL. Kelak Soeharto mencatat,” Pada mulanya saya sama sekali tidak
akan mengira bahwa lamaran yang saya ajukan akan merupakan anak
kunci yang membuka pintu lapangan hidup yang menyenangkan”. Soeharto
bergabung dengan KNIL pada 1 juni 1940 dan itu merupakan 1940 langkah
pertama yang mengawali karir militernya yang panjang.Soeharto memulai
pelatihan militer dasar di gombong, sebelah barat Yogya.disinilah kualitas
kepemimpinan Soeharto dan keterampilan berpikirnya yang sangat startegis
diasah. Ada dua cara menjadi anggota KNIL, cara panjang dan cara pendek. Cara
panjang atau yang disebut Langverband adalah dinas yang diperuntukkan bagi
mereka yang belum pernah mengeyam bangku pendidikan hingga kelas tiga HIS
(Holands Inlandse School-SD di zaman Belanda). Lulusan Langverband
membutuhkan waktu yang lama , yaitu sepuluh tahun, untuk menjadi kopral.
Sedangkan cara pendek atau Kortverband diperuntukkan bagi mereka yang telah
lulus HIS atau lebih. Lulusan kortverband kemudian dapat melanjutkan
pendidikannya ke Kader School untuk menjadi kopral. Karena tingkat pendidikan
yang dimiliki Soeharto, maka Soeharto masuk Kortcerband.Setelah lulus dengan
memperoleh predikat terbaik, Soeharto ditempatkan di Batalion XII di Rampal,
malang. Pada tanggal 2 desember 1940, Soeharto memperoleh pangkat kopral.
Kemudian Soeharto dikirim kembali ke Gombong untuk menjalani latihan
lanjutan dan mendapatkan pangkat sersan. Pada saat itu jepang mulai mendekat
dan Soeharto pergi ke Bandung sebagai prajurit cadangan di markas besar tentara
Circasua. Soeharto hanya sempat tinggal selama seminggu disana karena pada
tanggal 8 Maret 1942 belanda menyerah dengan jepang.
b. Menjadi Anggota PETA
Situasi negeri semakin memburuk, Soeharto memutuskan untuk mencari
pekerjaan yang lebih baik. Yogya menjadi pilihan Soeharto, karena Yogya
memiliki prospek yang lebih baik. Soeharto mulai belajar mengetik, tetapi
Soeharto terhenti karena ia jatuh sakit. Secara tidak sengaja , suatu hari Soeharto
mendengar adanya rekrutmen anggota baru keibuho, sebutan bagi polisi di masa
pendudukan jepang. Awalnya Soeharto ragu untuk mendaftarkan karena takut
ketahuan sebagai bekas anggota KNIL. Kondisi serta kebutuhan yang akhirnya
membuat Soeharto berani mendaftarkan diri. Soeharto yang pernah memperoleh
pendidikan kemiliteran di masa Belanda dapat melalui semua tes dengan baik.
Bahkan selama tiga bulan pelatihan, Soeharto menjadi lulusan terbaik. Atas saran
Kepala Polisi Jepang. Soeharto mendaftarkan diri ke PETA (Pemebela Tanah
Air).
PETA adalah angkatan pertahanan yang dibentuk pada Oktober 1943 oleh
Jepang, dengan orang Indonesia sebagai angkatannya. Anggota PETA dilatih
dengan tujuan mempertahankan tanah airnya dari serbuan tentara sekutu yang
mencoba merebut kembali Indonesia dari tangan Jepang. Pada tahun 1944,
Soeharto mengikuti kursus perwira untuk menjadi Chudancho atau komandan
kompi di Bogor. Latihan untuk menjadi Chodancho dan Daidancho atau
komandan batalion tidak terlalu keras dan lebih rileks. Soeharto menyelesaikan
kursus taktik dan strategi militer di tahun 1944 dan kemudian ditugaskan ke
Seibu, markas PETA di Solo, dan bertanggung jawab atas pelatihan di sana.
Selama di PETA, Soeharto mencatat bahwa rasa patriotisme serta
nasionalismenya mulai bangkit.39 Ini tidak terlepas dari propaganda Jepang yang
menanamkan semangat anti-Barat. Selain itu, tekanan keras yang diberikan
Jepang kepada rakyat Indonesia telah membangkitkan semangat kekeluargaan dan
persatuan dikalangan prajurit PETA. Semboyan “Tiga A” yang
digembargemborkan Jepang, yaitu Jepang pemimpin Asia, jepang pelindung Asia,
Jepang cahaya Asia, terbukti hanya bohong belaka.
Perlakuan jepang terhadap Indonesia justru mencerminkan sikap memandang
rendah. Akibatnya, mulai muncul pemberontakan PETA di Blitar pada februari
1945, PETA kemudian menjadi bagian inti dari angkatan perang Indonesia yang
baru. Kesatuan ini bukan merupakan kelanjutan angkatan perang belanda atau
Jepang, tetapi dilahirkan pada masa-masa angkatan revolusi, bentukan para
pemuda dan pejuang kemerdekaan yang mandiri.Menyusul menyerahnya Jepang
dan Tentara Sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945, Bung Karno dan Bung Hatta
memproklamirkan kemerdekaan Indonesia pada hari jum’at, 17 Agustus 1945
pada jam 10 pagi. Yang berarti dimulainya suatu babak baru bagi seluruh bangsa
Indonesia. Hal ini berarti pula babak baru bagi karier militer Soeharto.
c. Kiprah Soeharto di Era Revolusi Fisik
Saat kemerdekaan Indonesia diproklamirkan, Soeharto sedang berada di
Brebeg untuk melatih para prajurit dari batalion Blitar untuk menjadi Bundancho
(komnadan regu). Di Yogyakarta inilah Soeharto mendengar bahwa kemerdekaan
Indonesia telah dikumandangkan di Jakarta. Pada tanggal 19 Agustus
1945,melalui surat kabar Matahari, Soeharto memastikan kebenaran berita
tentang kemerdekaan Indonesia serta terpilihnya Soekarno dan Muhammad Hatta
sebagai presiden dan wakil presiden RI.Di masa-masa ini juga Soeharto masih
“buta” terhadap masalah politik,mencoba memperdalam pengetahuan Soeharto
dengan bergabung pada Kelompok Phatuk, sebuah kelompok yang secara aktif
menyelenggarakan diskusi-diskusi masalah politik dan kenengaraan. Sementara
itu Presiden Soekarno menghimbau kepada seluruh mantan anggota PETA, Heiho
(tentara Jepang local yang terdiri dari relawan dan milisi), Kaigun (angkatan laut
Jepang) dan KNIL untuk bergabung dan bersatu di bawah Badan Keamanan
Rakyat (BKR), yang didirikan oleh Komite Persiapan Kemerdekaan Indonesia
pada tanggal 22 Agustus 1945. Soeharto mematuhi himbauan ini, Soeharto
bersama dengan kolegakoleganya mantan anggota PETA kemudian bergabung
dengan BKR. Maka terbentuklah BKR dengan senjata seadanya, atas
pertimbangan senioritas,kemudian terpilih Umar Slamet sebagai ketua BKR
sedang Soeharto menjadi wakilnya.
BKR inilah yang kemudian mengawali karir cemerlang Soeharto di bidang
militer. Semakin hari semakin banyak pihak yang bergabung dengan BKR
pimpinan Umar Slamet dan Soeharto. Masalah utama mereka saat itu bukan
semangat juang tetapi kurangnya persenjataan yang memadai. Untuk itu
diputuskan merebut senjata dari setiap tentara jepang yang ditemui. Untuk
melucuti tentara-tentara Jepang, Soeharto sebagai wakil komandan
lalu melakukan inisiatif memimpin sebagai BKR (yang berubah nama menjadi
Tentara Keamanan Rakyat-TKR pada tanggal 5 Oktober 1945) ditambah para
pemuda dan rakyat untuk menyerbu asrama jepang. Soeharto berhasil
melaksanakan niatnya merebut persenjataan dari asrama jepang di
Kotabaru.Tentara jepang yang tidak menyangka akan mendapat serangan,
akhirnya menyerahkan senjata setelah sebelumnya terjadi pertempuran 12 jam.
Ratusan senapan, mesin dan juga senjata lainnya berhasil dirampas.ini pertama
kali Soeharto (yang pada saat itu baru berusia 24 tahun) menunjukkan
keterampilannya dalam mengambil sebuah keputusan yang secara politis memiliki
arti penting bagi karir Soeharto.Karena prestasinya, Soeharto kemudian diangkat
menjadi pimpinan Batalion X dengan pangkat mayor. Bersama tiga Batalion
lainnya, Soeharto tergabung dalam divisi IX yang dipimpin oleh Jendral Mayor
Soedarsono. Pada tanggal 19 Oktober 1945, sekutu yang diboncengi NICA
(Netherland Indies Civil Administration) datang ke Indonesia melalui Semarang.
Tujuannya, melucuti dan juga memulangkan tentara Jepang.
Pada masa itu beredar kabar kedatangan Belanda ingin kembali berkuasa di
Indonesia.Sekutu telah tiba di Magelang dan Ambarawa. Ini berarti keselamatan
Yogyakarta, sebagai salah satu kota terpenting di awal berdirinya RI,
terancam.Para pimpinan militer pertemuan di Yogyakarta pada tanggal 12
November 1945.hasilnya, Panglima Divisi V/ Banyumas Kolonel Soedirman
terpilih sebagai pemimpin tertinggi. Soeharto bersama Batalion X ditugaskan
bergabung dengan pasukan lainnya di bawah resimen yang dipimpin oleh Letkol
Sarbini dengan tujuan menghambat gerak laju tentara sekutu di Magelang.
Soeharto dengan pasukannya ditugaskan menduduki Banyubiru. Tugas, sekutu
menembakkan meriam ke Banyubiru dari arah Ambarawa. Sekutu akhirnya dapat
dipukul mundur ke Semarang.Kolonel Soedirman lalu secara resmi dilantik
menjadi Panglima Besar TKR, atas jasa Soeharto, Soedirman mengangkat
Soeharto sebagai Komandan Resimen III dari Divisi IX (Istimewa) dengan
pangkat letnan kolonel. Berdasarkan dokumen Belanda, sekitar bulan Maret 1946
dikabarkan Soeharto mengepalai tiga batalion, yaitu Batalion X dibawah
pimpinan Mayor Sudjono,Batalion XX di bawah Mayor Sardjono, dan Batalion
XXV dibawah pimpinan Basyuni. Dan karena adanya reorganisasi, pada bulan
Mei 1946, Soeharto masuk ke dalam Divisi III (Pekalongan, Kedu, dan
Yogyakarta) hasil penggabungan antara Divisi IX (Istimewa) dengan Divisi V
(Pekalongan Kedu).
Tahun 1946 adalah tahun yang menjadi titik balik dari kehidupan Soeharto.
Bermodalkan kualitas diri yang dimilikinya, Soeharto sangat menikmati
kehidupan militer yang menjanjikan.42 meskipun pada tahun 1946 juga, Soeharto
mengalami kemalangan, Ibundanya meninggal dunia, namun secara umum tahun
1946 telah menjadi awal bagi kecermelangan karier militer Soeharto di masa masa
mendatang.
d. Kembali ke Revolusi
Sejak proklamasi kemerdekaan dikumandangkan 17 Agustus 1945. Sejarah
mencatat Belanda terus menerus melakukan tekanan politik dan militer. Setelah
segala perundingan gagal, Belanda mengambil jalan pintas, menduduki ibu kota
republik Indonesia di Yogyakarta melalui operasi militer pada tanggal 19
Desember 1948. para pemimpin republik ditangkap, sebagian di eksekusi.
Pasukan RI menghindari kontak terbuka karena kalah persenjataan. Karier militer
Soeharto makin mengilap ketika memimpin Serangan fajar 1 maret 1949 melawan
agresi militer Belanda kedua di Yogyakarta, serangan ini bertujuan merebut
Yogyakarta dari tangan penjajah, dan berhasil menduduki ibu kota selama enam
jam, karena Yogyakarta sebagai simbol kedaulatan negara,dimana pada saat itu
Yogyakarta adalaha Ibukota Negara Indonesia.Pada 7 mei 1949, digelar
perundingan antar Indonesia dengan Belanda yang dikenal dengan Perundingan
Roem-Royen. Hasil perundingan ini adalah gencatan senjata, pembebasan
Soekarno-Hatta, penarikan pasukan Belanda di Yogyakarta dan penyelenggaraan
Konfrensi Meja Bundar di Den Haag untuk mengurus penyerahan kedaulatan
kepada Indonesia. Soeharto dipercaya bertugas untuk menjaga ketertiban di
Yogyakarta pada saat serah terima dari Belanda.
e. Menumpas Berbagai Pemberontakan
Tahun 1950-1959 adalah masa yang penuh ketidakpastian bagi
Indonesia.Hasil perundingan KMB telah membuat Indonesia pecah menjadi enam
belas negara bagian. Secara otomatis, hal ini ,memunculkan ancaman bagi
persatuan nasional. Meskipun hanya dalam beberapa minggu negara-negara
bagian lain dari RIS meleburkan diri ke dalam republik Indonesia, namun tetap
saja muncul segelintir orang yang menolak untuk bergabung dengan RI.
Akibatnya, dibeberapa daerah muncul pemberontakan-pemberontakan yang
disulut oleh bekas pasukan bentukan Belanda, seperti KNIL/KL, bekas laskar
gerilya yang menolak bergabung dengan APRIS (Angkatan Perang Republik
Indonesia Serikat), maupun pemberontakan yang bersifat kedaerahan seperti
Permesta, PRRI, DI/TII dan sebagainya.Selain itu, juga muncul keretakan dalam
tubuh Angkatan Darat.
Perkembangan keadaan telah membuat Angkatan Darat terpecah menjadi
duakelompok. Kelompok pertama adalah kumpulan militer “Profesional” yang
menginginkan tentara menjadi pasukan teknis, efisien, dan berukuran kecil,
sementara kelompok kedua terdiri dari bekas anggota PETA atau angkatan
lainnya yang berpengalaman dalam pertempuran fisik di masa revolusi namun
takut tersingkir oleh rencana rasionalisasi TNI.46 Masalah ini diperparah dengan
bergabungnya beberapa kesatuan pada pemberontakan-pemberontakan di
daerah.Secara tidak sengaja, masa yang penuh ketidakpastian ini, telah
menyediakan banyak kesempatan bagi Soeharto untuk lebih meningkatkan karier
militernya di masa mendatang. Soeharto memperoleh kepercayaan untuk
menyelesaikan gejolak di beberapa tempat yang pada akhirnya turut mengangkat
namanya di jajaran Angkatan Darat.
Pada masa ini jugalah Soeharto mulai belajar bagaimana membangun bisnis
yang menguntungkan dengan memanfaatkan jaringan serta koneksi startegis yang
dimilikinya. Januari 1950, pemerintah RIS menambah jumlah pasukan APRIS ke
Makasar, kedatangan APRIS yang merupakan wujud TNI ini menimnbulkan
ketidaksukaan pada pasukan KNIL di Makassar yang dipimpin oleh Andi azis,
maka menyebabkan pemebrontakan Negara Indonesia Timur pimpinan Kapten
Andi Aziz di Makassar Sulawesi Selatan. Andi, dibantu pasukan KNIL berhasil
menguasai Makassar. Panglima Divisi Jawa Tengah, Kolonel Gatot Subroto di
perintahkan membentuk satuan tugas untuk menghancurkan pemberontakan
itu.Kolonel Gatot Subroto kemudian menunjuk Soeharto untuk memimpin
ekspedisi ini. Soeharto berangkat ke Makassar dengan pasukan bernama Brigade
Garuda Mataram, dan pada akhirnya pemberontakan tersebut dapat ditumpas.
Semasa di Makassar ini, Soeharto mengenal keluarga Habibie, dimana salah
seorang anaknya, yaitu Bacharuddin Jusuf Habibie yang saat itu berusia empat
belas tahun, kelak akan menggantikan Soeharto sebagai presiden. Masih di kota
yang sama, kembali muncul gerakan pemberontak.
Kali ini menamakan dirinya Batalion laskar rakyat yang dipimpin Arief
Radhi, pemberontakan ini berhasil ditumpas dengan pertempuran. Markas Besar
Angkatan Darat kemudian mengirimkan perwira lain untuk memulihkan situasi di
Makassar, yaitu Kahar Muzakar yang diterjunkan ke tanah kelahirannya untuk
membantu Soeharto bernegosiasi dengan kelompok gerilya yang masih menolak
untuk dimasukkan kedalam APRIS. Kahar kemudian memegang komando militer
di Sulawesi selatan setelah Soeharto dan pasukannya ditarik dari Makassar. Di
tahun 1952, Kahar Muzakar malah memimpin pemebrontakan terhadap
pemerintah pusat dan dibutuhkan waktu sepuluh tahun untuk benar-benar
memadamkan pemberontakan itu.Pada tahun 1951,
Soeharto ditunjuk memimpin Brigade Pragola dari Divisi Dipenegoro yang
berkedudukan di Salatiga, Jawa Tengah. Pada akhir 1952, Seharto dipindahkan ke
Markas Divisi Solo, kemudian pada tanggal 1 Maret 1953, Soeharto ditunjuk
untuk memimpin Resimen 15 di Solo yang baru saja kehilangan komandannya,
Mayor Kusmanto, Kerasnya suasana di Solo, membuat Soeharto merasa perlu
untuk memfokuskan perhatiaanya pada pasukan di bawah komandonya. Suhu
politik jelas-jelas mendominasi para tentara di Solo. Selama berada disini,
Soeharto hanya berhasil menyingkirkan sebagian saja dari pertikaian ideologi
yang terjadi di dalam militer.Masa berdinas di Solo juga dimanfaatkan oleh
Soeharto untuk melakukan
aktivitas-aktivitas baru seperti mengikuti kursus militer, bergabung dengan
anggota Klub Bridge, dan mengikuti kursus penerbangan di Aero Club.Selain itu
Soeharto mencoba merintis sebuah koperasi untuk membantu mencukupi
kesejahteraan keluarga prajurit,Soeharto tinggal di Solo selama tiga tahun.Pada
awal tahun 1956, Soeharto ditarik ke Jakarta untuk menjadi Staf Umum angkatan
Darat (SUAD). Hanya dalam hitungan bulan saja, Soeharto kemudian kembali ke
Divisi Diponegoro (TT-IV) dan Soeharto dipercaya menjadi Kepala Staf
Territorium IV yang berkedudukan di Semarang, jabatan ini menandai
berakhirnya pekerjaan sebagai Komandan Lapangan dan awal dari pekerjaan Staf.
Soeharto menjalankan perannya sebagai kepala Staf di Divisi Diponegoro
dalam waktu yang relatif singkat. Pada tanggal 3 juni 1956, Soeharto diangkat
menjadi pejabat sementara Panglima Diponegoro menggantikan Kolonel
M.Bachrum. tanggal 1 januari 1957, pangkat Soeharto naik menjadi Kolonel
(Infanteri), kenaikan pangkat ini seiring posisi Soeharto yang naik menjadi
Panglima Divisi Diponegoro. Soeharto meninggalkan Semarang pada tahun 1959
setelah diperintahkan mengikuti Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat
(Seskoad) di Bandung. Ini menjadi hal pertama bagi Soeharto mengikuti
pendidikan staf militer tertinggi semenjak memasuki institusi TNI. Setahun
kemudian pangkat Soeharto naik lagi,mendapat satu bintang. Usai menamatkan
pendidikan di Seskoad, Soeharto menjadi Deputi I Kepala Staf Angkatan Darat.
Pada waktu bersamaan, Soeharto menyandang jabatan Panglima Korps Cadangan
Umum Angkatan Darat dan Panglima Pertahanan Udara Angkatan Darat. Pada
tahun 1961, untuk pertama kalinya, Soeharto mendapat tugas ke luar negeri
melakukan inspeksi atase militer di Beograd, Paris, dan Bon. Soeharto ke luar
negeri menemani Jendral A.H Nasution. Tanggal 1 januari 1962, pangkat
Soeharto dinaikkan menjadi Mayor Jenderal dan secara resmi menjadi Panglima
Komandan Mandala sejak tanggal 23 Januari 1962. penunujukan diri Soeharto
sebagai Panglima Komando Mandala ini
menandai berakhirnya kekelaman karier militer Soeharto yang selama ini berjalan
biasa-biasa saja. Segera sosok Soeharto menjadi sosok popular yang sering
menghiasi suratkabar di Jakarta. Pers menjuluki Soeharto sebagai Seorang militer
yang memiliki wajah yang bersih, murah senyum, rambut berombak tersisir ke
belakang, tapi selalu menjadi “momok bagi Belanda”. Prestasi Soeharto di
Serangan umum 1 Maret diangkat ke permukaan.
Pada tahun 1963, pangkat Soeharto naik menjadi Mayor jenderal. Seiring
kenaikan pangkat, Soeharto diberi kepercayaan sebagai panglima komando Antar
Daerah Indonesia Timur merangkap Panglima Mandala untuk pembebasan Irian
Barat (sekarang Papua). Tanggal 1 Oktober 1965, meletus G-30-S/PKI yang
menewaskan enam jenderal dan satu Letnan Angkatan darat. Peristiwa ini
membuat situasi dan kondisi negara menjadi tidak stabil. Soeharto kemudian
mengambil alih pimpinan Angkatan Darat. Selain dikukuhkan sebagai Panglima
Anglatan Darat saat berpangkat Mayor Jenderal, Soeharto ditunjuk sebagai
Pangkopkamtib oleh Presiden Soekarno.
Pada Maret 1966, Soeharto menerima surat perintah 11 Maret (Supersemar)
dari Presiden Soekarno. Tugasnya, mengembalikan keamanan dan ketertiban serta
mengamankan ajaran-ajaran Pemimpin Besar Revolusi Bung Karno. Bermodal
Supersemar, Soeharto kemudian memulihkan stabilitas nasional. Langkah yang
diambil Soeharto adalah segera membubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI)
sekalipun sempat di tentang Presiden Soekarno. Soeharto jugamelakukan
penangkapan besar-besaran terhadap orang yang diduga terlibat G-30-S. Banyak
yang menilai, sebenarnya Supersemar merupakan alat legitinmasi
Soeharto untuk rengkuh kekuasaan yang lebih besar, tapi Soeharto pernah
membantah, Soeharto mengatakan “Saya tidak pernah menganggap Supersemaritu
sebagai tujuan untuk memperoleh kekuasaan, suart perintah 11 maret itu juga
bukan alat untuk mengadakan coup secara terselubung, supersemar itu adalah
awal perjuangan Orde Baru”.
Pernyataan tersebut berbanding terbalik, karena itulah kasak-kusuk tentang
abash tidaknya Supersemar dan ada atau tidaknya, masih menjadi bahan
perdebatan hingga sekarang setelah Soeharto jatuh dari kursi kekuasaan.
Perpindahan kekuasaan ke tangan Soeharto tidak bisa diterjemahkan secara hitam
putih bahwa terjadi peralihan ke demokrasi atau transisi ke demokrasi, karena
kegelapan peralihan kekuasaan itu sudah menjadi bukti ketidakjelasan jarum jam
perjalanan bangsa di bawah Soeharto. Soeharto sendiri selalu mengklaim bahwa
kenaikannya ke panggung kekuasaan adalah melalui jalur konstitusional, dan
merupakan suatu proses transisi ke demokarsi, tetapi banyak ahli sejarah yang
menduga bahwa aspek konstitusional yang mengantar Soeharto ke meja pejabat
presiden sudah “by design” (dirancang) sebelumnya, bahkan konsep-konsep
pembangunan awal Soeharto yang praktis dan pragmatis itu sudah dirancang jauh
sebelun Soekarno mundur. Dan hal ini semua belum terjawab secara jelas sampai
sekarang.
f. Jalan Menuju Kursi Presiden
Setelah menerima Supersemar dari Presiden Soekarno, Soeharto mulai
menampakkan pengaruhnya di pemerintahan. Krisis politik yang disebabkan oleh
pemberontakan PKI menuntut dilakukannya Sidang Umm ke IV MPRS 1966
yang menghasilkan 24 ketetapan. Ketetapan-ketetapan itu diantaranya yang
terpenting adalah Tap No.X/MPRS/1966 tentang pengfungsian kembali
lembagalembaga negara dari tingkat pusat sampai ke tingkat daerah sesuai dengan
yang diatur dalam UUD 1945. ketetapan ini kemudian dipertegas dengan UU
No.5/1974/ tentang sistem pemerintahan desa. Tap No.XXV/MPRS/1966 tentang
pembubaran/larangan terhadap faham Leninisme-Marxisme di Indonesia. Melalui
ketetapan ini, Soeharto mendapatkan legitimasi yuridis konstitusional untuk
melakukan pembersihan terhadap unsur-unsur yang berkaitan dengan PKI,
termasuk orang-orang PKI yang dibunuh tanpa melalui proses pengadilan.
Pada tanggal 7 maret 1967, MPRS mengadakan Sidang Istimewa untuk
menghapus dualisme kepemimpinan. Melalui Tap No.XXXIII/MPRS/1967,
kekuasaan Pemerintahan negara dari tangan Presiden Soekarno dicabut, karena
dianggap tidak dapat memenuhi pertanggung jawaban konstitusional. Dengan
adanya Tap ini, maka Soeharto yang sebelumnya hanya mengemban Supersemar
untuk memulihkan keamanan dan ketertiban dikukuhkan sebagai Pejabat Presiden
RI. Dalam Sidang Umum ke-V MPRS 1968 berbarengan dengan memuncaknya
konflik yang terjadi dalam masyarakat, MPRS melahirkan beberapa ketetapan
yang memperkokoh kembali kekuasaan Soeharto melalui Tap No.XLIV/1968
tentang pengangkatan Soeharto menjadi Prediden RI. Dengan demikian naiklah
Soeharto ke pentas kekuasaan menjadi tanda lahirnya Orde Baru.
3. Orde Baru di Bawah Pemerintahan Soeharto
Munculnya Soeharto di atas pentas kekuasaan, sebagai Presiden kedua setelah
Soekarno, menjadi tanda lahirnya Orde Baru. Hakekat Orde Baru seperti yang
dipropagandakan oleh Soeharto merupakan suatu sikap mental dan itikad baik
yang mendalam untuk mengabdi kepada rakyat dan kepentingan nasional
berlandaskan Pancasila dan UUD 1945, sebagai hasil refleksi total terhadap
seluruh penyelewengan yang dilakukan selama Orde Lama. Orde baru itu sendiri
mengandung empat pengertian yang lahir dari pembacaan situasi nasional pada
masa awal kemunculannya. Orde Baru menganggap dirinya sebagai :
1. Suatu orde yang merupakan tatanan seluruh kehidupan rakyat, bangsa dan
negara yang diletakkan kembali pada kemurnian pelaksanann Pancasila dan
UUD 1945.
2. Orde Baru juga menyatakan dirinya sebagai Orde yang memberikan koreksi
total atas penyelewengan-penyelewengan di segala bidang yang terjadi pada
masa-masa sebelumnya.
3. Orde Baru sendiri menganggap bahwa kekuasaan yang dicapainya merupakan
suatu proses sosial yang panjang, sebab penyelewengan-penyelewengan yang
terjadi di masa lampau.
4. Nilai yang terakhir yang menjadi konsen Orde Baru yang memiliki peluang
besar terhadap penyelewengan adalah perubahan sikap mental yang
mendahulukan kepentingan bersama dari pada kepentingan pribadi atau golongan
yang memerlukan pola dan sikap yang berorentasi kepada program, sehingga
urgensi Orde Baru adalah menyusun kembali kekuatan bangsa dan menentukan
cara-cara yang tepat untuk menumbuhkan stabilitas nasional jangka panjang,
untuk mempercepat proses pembangunan bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD
1945.
Disamping itu, Orde Baru menurut sosio historisnya merupakan rezim yang
memperjuangkan “Tritura” dalam kerangka pembubaran PKI, pembersihan
kabinet dari unsur-unsur G-30-S/PKI, penurunan harga /perbaikan ekonomi dan
sejak awal kelahirannya juga, Soeharto menamakan Orde Baru sebagai orde
pembangunan yang diterjemahkan sebagai kesempatan untuk menciptakan situsi
politik yang menguntungkan pembangunan ekonomi, menciptakan kesatuan
struktur politik, yang mengarahkan setiap proses politik pada pembaharuan sosio
kultural, pembaharuan struktur politik, dan pembangunan ekonomi. Awal
kelahiran rezim Soeharto dilatarbelakangioleh krisi ekonomi dan politik yang
sangat kompleks. Perekonomian nasional waktu itu berada dalam kondisi yang
sangat buruk. Pada tahun 1965, sebagaimana digambarkan Harold Crouch, inflasi
mencapai 500% dan harga beras naik 900%. Defisit anggaran belanja pada tahun
itu mencapai 300% dari pemasukan, dan deficit dari triwulan pertama tahun1966
hampir sebesar jumlah defisit keseluruhan tahun 1965. Selain itu, kewajiban
membayar hutang luar negeri yang segera harus dibayar yang dijadwalkan selama
tujuh tahun, mulai pada tahun 1966. Demokrasi Terpimpin ternyata telah
menciptakan hutang luar negeri yang berjumlah $2.358 juta: 42% kepada Uni
Soviet, 10% kepada Jepang, dan 7,5% kepada Amerika Serikat. Sementara
persoalan hutang luar negeri sulit diatasi, pemerintah Indonesia juga harus
membiayai impor bahan pangan, tekstil, mesin
dan suku cadang yang berjumlah lebih $600 juta, sehingga devisa negara yang
diperkirakan sebesar $714 juta yang diperoleh tahun itu juga hampir habis
digunakan untuk membayar hutang.
Dari Oktober 1965 sampai awal tahun 1966, Indonesia nyata telah mengalami
pergolakan yang diiringi oleh kekerasan yang berdarah. Ini semua merupakan
ujung dari poralisasi sejak akhir era 1950-an sebgai akibat dari manipulasi massa
demi kepentingan para elite di Jakarta. Persaingan sengit selama puluhan tahun
antara organisasi-organisasi Islam, komunis, dan nasionalis serta angkatan
bersenjata telah mencapai puncaknya dalam suatu tragedy berdarah Harold
Crouch, Militer dan Politik di Indonesia, gerakan 30 september 1965 tersebut.
Dalam situasi ekonomi dan politik yang sama sekali tidak menguntungkan itu,
siapa pun yang memimpin, ,memang harusmencegah agar krisis tidak menjadi
lebih buruk dengan menerapkan startegi stabilitasi politik dan ekonomi. Dalam
konteks ini, langkah awal yang dilakukan Soeharto adalah meyakinkan rakyat
bahwa rezim baru yang dibawah kekuasaan Soeharto adalah pewaris yang sah dan
konstitusional dari Presiden Soekarno. Orde baru adalah sebutan bagi masa
pemerintahan Presiden Soeharto.
Orde Baru menggantikan Orde Lama yang merajuk kepada era pemerintahan
Soekarno. Orde baru berlangsung dari tahun 1968 hingga 1998. Pada tahun 1968,
MPR secara remi melantik Soeharto untuk masa jabatan 5 tahun sebagai presiden,
dan Soeharto kemudian dilantik kembali secara berturut-turut pada tahun 1973,
1978, 1983, 1993, dan 1998. Pelantikannya secara berturut-turut ini tidak lepas
dari kebijakan represifnya yang menekankan rakyat agar memilih Golongan
Karya yaitu organisasi pemerintahan setara partai yang berkuasa ketika itu, fakta
membuktikan bahwa paling kurang 80% rakyat Indonesia dalam tiap pemilu
selalu mencoblos Golkar. Selanjutnya, Soeharto sebagai tokoh sentral Orde Baru
memulai startegi politik dan ideologisnya. Caranya dengan menggabungkan
antara pandangan hierarkis militer yang berpola ketaatan garis komando atasan
kepada bawahan
yang ketat di satu pihak lain. Birokrasi Orde Baru, walaupun memperlihatkan
cirri-ciri modern, namun tetap kental dengan nilai-nilai lama yang merupakan
tardisi dan budaya politik Jawa hubungan personal atau hubungan “majikan-
buruh” (Patron-client). Dengan nada yang sama, Richard Robison menyimpulkan
bahwa pemerintahan Orde Baru dapat dijelaskan melalui kerangka prespektif daya
tahan atau kelangsungan kebudayaan Jawa yang membentuk praktik politik para
pejabat atau elite birokrasi tersebut, identitas dan struktur keompok-kelompok
politik dan hakikat konflik politik ditentukan oleh hubungan politik yang bersifat
patrimodial, yaitu strukturstruktur patron-client yang bersifat pribadi dan tersusun
secara vertikal. Kesimpulan Robison di atas bisa membantu menjelaskan mengapa
Soeharto sangat kental dengan patron-client dalam cirri pemerintahnnya, dan
tampaknya ini yang membuat ideologisasi Jawa berikut kepercayaan-kepercayaan
mistiknya menghinggapi pola piker rezim Orba dan untuk kurun waktu yang lama
menjadi penopang tiang-tiang kekuasaanya, sekalipun soeharto bersikap sangat
pilih-pilih terhadap budaya Jawa hendak digunakannya, sistem Orde Baru ternyata
efektif selama tiga dasarwarsa.
Orde baru dalam prinsipnya menghindari dirinya dari keterjerumusan dalam
kancah pertarungan ideologi, tetapi sejak awal kemunculannya Orde Baru yang
dikomandoi Soeharto itu sendiri, telah merumuskan Panca Tertib sebagai
ideologinya. Dalam Panca tertib ini, Soeharto menempatkan diri sebagai
organisatoris dan kabinet Ampera sebagai megafonnya. Panca tertib ini secara
tidak langsung telah melahirkan empat faktor yang membumkam masyarakat
Orde Baru, empat faktor tersebut adalah :
Faktor pertama, dengan adanya tertib politik dengan langkah-langkahnya
menertibkan kekuatan- kekuatan sosial dengan langkah-langkahnya menertibkan
kekuatan-kekuatan sosial dengan azas dan prinsip Orde Baru, maka telah terjadi
penghangusan politik pada masyarakat di tingkat pedesaan. Tertib politik ini,
mewajibkan Parpol untuk tidak membuka basis politik ke tingkat desa (floating
mass) dan mengakibatkan pembatasan partisipasi masyarakat dalam politik.
Faktor kedua, dengan melakukan tindakan edukasi massa kearah sikap dan
kebiasaan-kebiasaan hidup yang tertib dan cinta pada ketertiban, sejak awal
mengindoktrinasi masyarakat untuk diam dengan berbagai bentuk kekerasan dan
berbagai tindakan represif yang dilakukan oleh mesin-mesin kekuasaan Soeharto
dan menjadikan masyarakat untuk tutup mulut terhadap berbagai bentuk
manipulasi, korupsi, kolusi dan nepotisme yang dilakukan oleh Soeharto dengan
patron-patronnya. Langkah penertiban ekonomi, sebagai langkah yang ketiga
telah melahirkan ideologi developmentalism yang mengarahkan seluruh potensi
dan masyarakat pada upaya peningkatan produktivitas, efisiensi dan keahlian yang
dimiliki dalam usaha meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Ketahanan,
kewaspadaan, dan kesiapsiagan nasional dalam tertib hukum, telah menjadi
aparatur hukum (polisi, tentara dan hakim) untuk mencurigai setiap tindakan yang
bertentangan dengan kebijakan Soeharto. Faktor yang terakhir yaitu telah
menjadikan Dwi Fungsi ABRI sebagai suatu ideologi yang mengharuskan ABRI
untuk terjun dalam dunia politik menukik tempat keberpijakannya.
Awal Orde Baru dimulai, pada saat Sidang Umum ke-V MPRS 1968 yang
bersamaan dengan memuncaknya konflik yang terjadi dalam masyarakat, MPRS
melahirkan beberapa ketetapan yang memperkokoh kembali kekuasaan Soeharto
melalui Tap No.XLIV/1968 tentang pengangkatan Soeharto menjadi Presiden R.I
yang sebelumnya masih mengemban Tap MPRS No. IX/1966 dan menugaskan
kepada presiden untuk membentuk kabinet pembangunan (Tap No.XLI/1968)
dengan missi Panca Krida Kabinet Pembangunan. Tugas utama kabinet
pembangunan tersebut adalah menciptakan satabilitas politik dan ekonomi,
menyusun dan melaksanakan Repelita, melaksanakan pemilu (Tap No.XLII/1968)
tentang pelaksanaan Pemilu 5 Juli 1975), mengembalikan ketertiban dan
keamanan masyarakat dengan mengikis habis sisa-sisa G30S/PKI dan setiap
usaha yang menyeleweng dan menghina Pancasila dan UUD 1945, dan
melanjutkan penyempurnaan dan pembersihan secara menyeluruh aparatur
negara. Dengan ketetapan-ketetapan tersebut, Soeharto mulai melaksanakan
tugasnya. Tugasnya adalah memilih anggota Kabinet Pembangunan yang dipilih
dari lingkaran Soehartois yang sejak masa perjuangan dan sejak revolusi PKI
sudah menunjukkan loyalitasnya terhadap Soeharto.
Kabinet yang pertama pada masa pemerintahan Soeharto, yang disebut
dengan Kabinet Pembangunan pertama dari tahun 1968-1973 dibentuk pada
tanggal 10 Maret 1968. Presiden Soeharto memilih 23 menteri. Lingkaran pertama
terdiri dari para politisi yang sejak awal munculnya Orde Baru menjadi arsitektur
yang bekerja keras untuk Soeharto, dalam lingkaran kedua ini, terdiri dari Adam
Malik dan Sri Sultan Hamengkubuwono IX yang di dalam cabinet Orde Baru
Adam Malik menjadi menteri luar negeri dan Sri Sultan menjadi wakil Presiden.
Untuk membalas jasa keduanya, Soeharto memilih Sri Sultan Hamengkubowono
IX sebagai Wapres dan disusul dengan Adam Malik pada periode berikutnya.
Lingkaran kedua dalam kabinet Soeharto adalah para teknokratis yang berhaluan
liberal, tamatan Perguruan Tinggi terpandang di Amerika, mereka terdiri dari
Widjojo Nitisastro, M.Sadli, Soebroto Sarbini Soemawinata, Ali Wardhana,
Soemitro Djojohadikusumo dan Emil Salim.57 Lingkaran ketiga terdiri dari para
perwira Angkatan Darat (AD) yang merupakan teman dekat Soeharto semasa
revolusi fisik (1940-an), demokrasi parlementer, demokrasi terpimpin, dan
G 30 S/PKI. Mereka terdiri dari Alamsyah, Sodjono Hoemardani, Ali Moertopo,
Yoga Sugama, Suryo, Abdul Kadir, selamet Danudirjo, Nawawi Alif,
Sudharmono, Sunarso, Mas Iman, Yusuf Singadikane,dll. Stabilisasi yang dicapai
Soeharto pada 1960-an, masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan
penduduk yang terus bertumbuh. Yang diperlukan adalah
perombakan di hampir seluruh aspek kehidupan perekonomian negara. Jumlah
penduduk bertumbuh pada tingkat 2,4 persen per tahun. Petani terus
menggantungkan diri pada metode pertanian tardisional yang sudah mererka
gunakan selama ratusan tahun. Hasil pertanian tidak cukup untuk ekspor.
Industriindustri dalam negeri tidak dapat menyerap tenaga kerja yang meluap dan
hamper tidak ada industri yang berarti Penerimaan devisa tidak ada artinya.
Upaya awal Soeharto sebagai presiden dengan restrukturisasi aparaturnegara.
Soeharto melakukan pengaturan kembali, beberapa departemen dijadikan satu
sementara yang lainnya dirampingkan, Departemen Industri Dasar Ringan dan
Enerji dibubarkan dan diambil alih oleh Kementrian Negara Perekonomian,
Keuangan dan Industri; Departemen Pertanian dan Departemen Urusan Maritim
juga dibubarkan.Di bawah kepemimpinan Soeharto, sebagian besar dari porsi
anggaran berasal dari bantuan luar negeri, khususnya dari negara-negara kapitalis.
Porsi ini jauh lebih besar dari sebelumnya ketika bantuan luar negeri kebanyakan
datang dari Moskow atau Peking. Selain mengangkat dua kelompok penasehat
ahlin khusus, stau untuk urusan politik dan satu lagi untuk masalah ekonomi.
Kelompok yang pertama terdiri dari cendikiawan, tokoh nasional dan militer.
Keompok yang kedua terdiri cendekiawan dari fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia. Kelompok penasihat politik dibubarkan pada tahun 1968 sementara
kelompok penasihat ekonomi meneruskan peranannya selama bertahun-tahun di
masa mendatang. Tim ekonomi inin melaksanakan tugas seperti para manajer di
Lembaga- Lembaga Swasta. Masalah pertama yang harus mereka hadapi adalah
bagaimana melunasi hutang luar negeri. Langkah pertama yang diambil adalah
dengan mengadakan perundingan-perundingan untuk menjadwal ulang
pembayaran hutang-hutang tersebut. Pada waktu itu yang sama disusun pula
pedoman-pedoman untuk menarik dana internasional. Prioritas ditekankan dengan
harus menghentikan hiperinflasi untuk mengatasi masalah neracar pembayaran
dan untuk memulihkan produksi, terutama dalam industri yang berorientasi
ekspor.
Langkah ini berhasil memenuhi target menstabilkan perekonomian yang
rapuh. Inflasi dikurangi dari 640% pada tahun 1966 menjadi 113% di tahun 1967
dan turun lagi ke 85% di tahun 1968. pada tahun 1969, Indonesia memasuki
periode kestabilan persediaan beras di mana indeks biaya hidup di Jakarta hanya
naik sebanyak 22% selama tiga tahun sesudahnya. Kemudian para ahli
mengusulkan untuk mengikuti perekonomian bebas agar negara dapat mengatasi
masalah-masalah fiskal dan moneternya.dengan kebijkan ini, Perusahaan-
perusahaan Jepang, Amerika, Cina dan pribumi yang besar maupun kecil,
berusaha untuk membentuk wajah kapitalisme di Indonesia. Sampai pada tahun
1970-an, Indonesia taat kepada pintu terbuka seperti disarankan oleh pandangan
ekonomi liberal Barat dari IMF, Bank Dunia, IBRD, IGGI dan badan-badan
internasional lainnya yang jumlahnya terus meningkat banyak. Di awal
pemerintahan Soeharto juga terjadi inflasi dan harga-harga bahan
pokok yang melambung tinggi, untuk mengatasi maslah ini, Soeharto membuat
suatu kebijakan yaitu dengan mencanangkan program Rencana Pembangunan
Lima Tahun (Repelita) dengan basis tiga kebutuhan pokok manusia: sandang,
pangan dan papan-pakaian. Tahap perencanaan jangka panjang pertama dimulai
pada tahun 1969 dan akan selesai pada tahun 1994, pada tanggal 1 April 1969,
Soeharto mengumumkan tujuantujuan yang ingin dicapai pemerintah pada akhir
repelita pertama. Tujuan utama repelita dari 1 April 1969 sampai bula Maret 1974
adalah, pertama dan yang paling utama, sandang dan pangan. Repelita kedua dari
april 1974 sampai maret 1979 ditujukan untuk mencapai swasembada sandang
dan pangan yang terjangkau oleh seluruh rakyat, dan rumah tinggal yang
terjangkau bagi rakyat kebanyakan. Infarstruktur dasar akan diperbanyak
danditingkatkan. Lowongan pekerjaan akan disediakan secara meluas dan
kekayaan akan disebar secara merata. Repelita ketiga dari April 1979 sampai
Maret 1984 menuntut standard kehidupan yang lebih tinggi, pendidikan yang
lebih baik dan kesejahteraan bagi semua orang, berdasarkan kesetaraan dan
keadilan. Karena beras merupakan makanan pokok yang utama, prioritas
ditetapkan untuk meningkatkan hasil pertanian dan mencapai swasembada di
bidang pertanian. Negara harus mampu mengekspor hasil produksi yang berkaitan
dengan pertanian, yang aktivitas produksinya dapat menyerap lebih banyak tenaga
kerja. Repelita keempat dari bulan april 1984 sampai Maret 1989 memusatkan
perhatian pada peningkatan keberhasilan yang sudah dicapai negeri ini pada saat
itu. Pemerintah mengakui bahwa memenuhi kebutuhan pokok masih merupakan
masalah utama bagi banyak kalangan masyarakat. Salah satu dari masalah-
masalah yang menonjol adalah perbaikan pemerataan kekayaan, dan juga
peningkatan kesempatan kerja tanpa diskriminasi (yaitu, kesempatan bagi
masyarakat yang berbeda dalam hal ras dan latar belakang ). Pembangunan
dibutuhkan di seluruh pelosok wilayah. Apabila pembangunan ekonomi dapat
dipercepat, stabilitas negara dapat dipertahankan.
Repelita kelima dari bulan April 1989-maret 1994 juga ditujukan sekali lagi
pada fase peningkatan standar hidup dan pendidikan rakyat Indonesia, demi agar
negara dapat lepas landas menjadi negara industri. Proses ini diperkirakanakan
memakan waktu 25 tahun. Pelantikan Soeharto secara berturut- turut ini tidak
lepas dari kebijakan represifnya yang menekan rakyat agar memilih Golongan
Karya, yaitu organisasi pendukung pemerintah setara partai yang berkuasa ketika
masa Orde Baru, daripada memilih partai oposisi seperti Partai Demokrasi
Indonesia atau Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Fakta membuktikkan bahwa
paling kurang 80% rakyat Indonesia dalam tiap pemilu selalu mencoblos
Golkar.59 Ketika Soeharto mengambil alih kepresidenan, Golkar menjadi
kendaraan politik yang paling
penting dalam pemerintahan Soeharto. Pada tanggal 4 februari 1970, dengan
menggunakan sebuah lambang partai yang tetap sama sampai sekarang . Golkar
memenangkan lebih dari 62% suara pada pemilu tahun 1971, pemilu yang
pertama kali diadakan di bawah pemerintahan Soeharto. Pada periode-periode
sesudahnya, Soeharto tampil ke panggung kekuasaan melalui Golkar memiliki
enam kali andil dalam Pemilu yang menang dengan suara mutlak dan koor setuju
di parlemen untuk enam kali juga mengangkat Soeharto menjadi Presiden.
Soeharto dipilih kembali untuk kedua kalinya pada tanggal 23 Maret 1973.
Soeharto memilih Sultan Hamengkubuwono IX sebagai wakilnya.pada priode ini
Kabinet Pembangunan kedua dibentuk pada tanggal 27 Maret 1973, ada 21 orang
menteri. Dua diantaranya yang paling utama adalah Ali Wardhana sebagai
Menteri Keuangan dan Widjojo Nitisastro sebagai Menteri Negara Perekonomian
dan Keuangan/Ketua Bappenas. Selama periode ini, dibangunnya jalan-jalan,
pelabuhan dan transportasi, Soeharto juga berhasil meredam gejolak politik.
Golkar berhasil memenangkan lebih dari 62% suara untuk kedua kalinya pada
pemilihan umum yang diadakan pada bulan Mei 1977. Soeharto menjalankan
kontrol lebih ketat ketika Soeharto memerintahkan pembreidelan sebuah surat
kabar terkenal dan pengawasan yang ketat terhadap gerakan mahasiswa. Pada
tanggal 22 Maret 1978 Soeharto berhasil menjadi Presiden kembali untuk ketiga
kalinya. Pada periode ini, Soeharto mengangkat Adam Malik sebagai Wakil
Presiden. Ada 24 menteri yang membantu Soeharto dalam Kabinet Pembangunan
babak ketiga ini, yang dibentuk pada tanggal 29 Maret 1978. Kabinet ini bertahan
sampai tahun 1983. Pada tanggal 19 Maret 1982, sebagai akibat dari banjirnya
penanaman modal asing yang berbondong-bondong datang ke Indonesia,
bangkitnya pengusaha domestik dan pesatnya pertumbuhan pembangunan,
Soeharto diberi gelar sebagai Bapak Pembangunan oleh MPR. Walau demikian,
ketidakpausan masyarakat semakin menumpuk menjelang dipilihnya Soeharto
kembali sebagai Presiden untuk ketiga kalinya, yang ditandai dengan kerusuhan-
kerusuhan yang berlangsung pada waktu berlangsungnya kampanye Golkar di
Lapangan Banteng. Golkar tetap mampu memenangkan suara sebanyak 54.2%
pada pemilu tanggal 4 Mei 1982. Pada saat itulah keprihatinan msayarakat mulai
mengemuka dan cara-cara yang digunakan oleh Golkar demi merekayasa
pengumpulan suara semakin terungkap. Para pegawai pemerintah mengaku telah
menerima amplop gaki mereka yang ditempeli Golkar, yang oleh banyak orang
dianggap sebagai sebuah peringatan mengenai partai mana yang seharusnya
mereka dukung dalam pemilu. Dalam praktik lainnya, kotak-kotak suara
diletakkan di gedung-gedung perkantoran, dimana nama sebuah partai politik dan
logonya ditempelkan pada masing-masing kotak. Beginilah cara pemerintah
mengawasi perusahaan mana dan di gedung mana yang mendukung Golkar atau
partai oposisi. Sayangnya, hanya sedikit sekali orang yang berani menyampaikan
keluhan tentang parktikpraktik seperti ini, terutama di antara para birokart yang
merupakan mayoritas sumber pemberi suara. Pegawai pemerintahan ingin
bermain dengan aman untuk melindungi posisi mereka sendiri. Sektor swasta juga
termotivasi oleh kepentingan mereka sendiri untuk mempertahankan status-quo,
karena perubahan seperti apa pun dalam hal kepemimpinan negara bisa jadi akan
membahayakan posisi mereka. Kebiasaan-kebiasaan seperti inilah yang kemudian
membuat pelayaran negeri ini menuju ke kesejahteraan bagi seluruh rakyat
menjadi semakin berat dan penuh rintangan.
Kabinet pembangunan keempat dibentuk pada tanggal 16 Maret 1983 dan
berakhir hingga 1988. kabinet ini terdiri dari 32 menteri dan lima menteri muda.
Soeharto memilih Jenderal Umar Wirahadikusumah sebagai Wakil Presiden.
Dalam urusan perekonomian Radius Prawiro menggantikan Ali Wardhana sebagai
Menteri Ekonomi dan Keuangan/Kepala Pembangunan Nasional. Dalam Kabinet
Pembangunan yang dibentuk pada tanggal 21 Maret 1988 dan berakhir pada
tahun1993, Sudharmono diangkat sebagai Wakil Presiden. Kabinet ini terdiri dari
32 menteri dan enam menteri muda. Kabinet Pembangunan keenam dibentuk pada
tanggal 17 Maret 1993 dan berakhir pada tahun 1998. kabinet baru telah
diumumkan dan 19 Maret 1993, Soeharto melantik 40 anggota kabinet yang
terdiri dari 38 menteri dan dua pejabat negara setingkat menteri. Komposisi
kabinet baru Soeharto itu tidak jauh berbeda dengan yang sebelumnya. Terdiri
dari 21 menteri yang membawakan departemen, 13 menteri negra, 4 menteri
koordinator, dari tiga dalam tiga periode yang lalu, dan tiga pejabat negara
setingkat menteri. Namun yang menarik dari kabinet ini , dari seluruh anggota
kabinet, 22 orang adalah wajah baru. Dan yang menonjol dari kabinet ini, dan ini
yang tampak berbeda dengan lima cabinet sebelumnya, adalah absennya tim
teknokrat. Sejak Orde Baru, tim menteri ekonomi selalu ditampilkan sebagai
teknokrat yang merancang dan
mengendalikan pembangunan. Tim ekonomi yang dibina Widjojo Nitisastro
adalah tim yang mendapat kepercayaan selama 25 tahun periode kepemimpinan
Soeharto. Kabinet Pembangunan ini terdiri dari berbagai sumber, ada birokrat,
politisi, ABRI, Golkar atau organisasi kemasyarakatan lainnya. Memang ada
beberapa ahli ekonomi, tapi berbeda dengan garis tim teknokrat periode. Kabinet
ini dibubarkan tahun 1998 dengan evaluasi atas hasil kerja para menteri
sepenuhnya berada di tangan Soeharto sebagai presiden sesuai dengan pasal 17
ayat 2 UUD 45 yang menyebutkan bahwa “menteri-menteri diangkat dan
diberhentikan oleh presiden.63 Dan kabinet pembangunan ketujuh sekaligus
menjadi kabinet terakhir masa kekuasaan Soeharto dibentuk pada tanggal 14
Maret 1998 dengan segara dibubarkan pada tanggal 22 Mei 1998,dengan Wakil
Presiden BJ.Habibie dan kabinet ini terdiri dari 34 menteri, semua pemain lama
dalam masalah-masalah perekonomian yang sudah beredar sejak tahun 1993,
Soeharto mengangkat putri sulungnya,Tutut sebagai Menteri Sosial dan Bob
Hasan yang notabene sahabat dekat Soeharto sebagai Menteri Perindustrian dan
perdagangan. kabinet pembangunan ketujuh ini berakhir, karena pada tanggal 21
Mei adalah tanggal yang paling penting dalam sejarah kekuasan Soeharto,
Soeharto menyerahkan kekuasaannya selam 32 Tahun kepada BJ.Habibie.

More Related Content

What's hot

Peranan Moh Hatta
Peranan Moh HattaPeranan Moh Hatta
Peranan Moh HattaFOXSFOR
 
Foto pahlawan revolusi + biografi
Foto pahlawan revolusi + biografiFoto pahlawan revolusi + biografi
Foto pahlawan revolusi + biografiKatarina Yuliana
 
Penjajahan jepang terhadap indonesia
Penjajahan jepang terhadap indonesiaPenjajahan jepang terhadap indonesia
Penjajahan jepang terhadap indonesiaNathasya
 
Kedatangan Jepang ke Indonesia
Kedatangan Jepang ke IndonesiaKedatangan Jepang ke Indonesia
Kedatangan Jepang ke IndonesiaAfifah Luthfiyyah
 
Kedudukan jepang di indonesia
Kedudukan jepang di indonesiaKedudukan jepang di indonesia
Kedudukan jepang di indonesiairfi bifadlillah
 
Kepemimpinan di negara jepang
Kepemimpinan di negara jepangKepemimpinan di negara jepang
Kepemimpinan di negara jepangAkbar Akbar
 
Presentasi anggit
Presentasi anggitPresentasi anggit
Presentasi anggitDea Lio
 
Lomba cerita kepahlawanan jendral ahmad yani 12222
Lomba cerita kepahlawanan jendral ahmad yani 12222Lomba cerita kepahlawanan jendral ahmad yani 12222
Lomba cerita kepahlawanan jendral ahmad yani 12222Budi Budiman
 
Zaman pendudukan jepang di indonesia
Zaman pendudukan jepang di indonesiaZaman pendudukan jepang di indonesia
Zaman pendudukan jepang di indonesiaAhmad Hafid
 
Perlawanan Rakyat Terhadap Pendudukan Jepang di Indonesia
Perlawanan Rakyat Terhadap Pendudukan Jepang di IndonesiaPerlawanan Rakyat Terhadap Pendudukan Jepang di Indonesia
Perlawanan Rakyat Terhadap Pendudukan Jepang di Indonesiairfi bifadlillah
 

What's hot (12)

Perlawanan Peta Di Blitar
Perlawanan Peta Di BlitarPerlawanan Peta Di Blitar
Perlawanan Peta Di Blitar
 
Peranan Moh Hatta
Peranan Moh HattaPeranan Moh Hatta
Peranan Moh Hatta
 
Foto pahlawan revolusi + biografi
Foto pahlawan revolusi + biografiFoto pahlawan revolusi + biografi
Foto pahlawan revolusi + biografi
 
Penjajahan jepang terhadap indonesia
Penjajahan jepang terhadap indonesiaPenjajahan jepang terhadap indonesia
Penjajahan jepang terhadap indonesia
 
Sejarah jepang(1)
Sejarah jepang(1)Sejarah jepang(1)
Sejarah jepang(1)
 
Kedatangan Jepang ke Indonesia
Kedatangan Jepang ke IndonesiaKedatangan Jepang ke Indonesia
Kedatangan Jepang ke Indonesia
 
Kedudukan jepang di indonesia
Kedudukan jepang di indonesiaKedudukan jepang di indonesia
Kedudukan jepang di indonesia
 
Kepemimpinan di negara jepang
Kepemimpinan di negara jepangKepemimpinan di negara jepang
Kepemimpinan di negara jepang
 
Presentasi anggit
Presentasi anggitPresentasi anggit
Presentasi anggit
 
Lomba cerita kepahlawanan jendral ahmad yani 12222
Lomba cerita kepahlawanan jendral ahmad yani 12222Lomba cerita kepahlawanan jendral ahmad yani 12222
Lomba cerita kepahlawanan jendral ahmad yani 12222
 
Zaman pendudukan jepang di indonesia
Zaman pendudukan jepang di indonesiaZaman pendudukan jepang di indonesia
Zaman pendudukan jepang di indonesia
 
Perlawanan Rakyat Terhadap Pendudukan Jepang di Indonesia
Perlawanan Rakyat Terhadap Pendudukan Jepang di IndonesiaPerlawanan Rakyat Terhadap Pendudukan Jepang di Indonesia
Perlawanan Rakyat Terhadap Pendudukan Jepang di Indonesia
 

Similar to SOEHARTO MASA MUDA

Chapter ii
Chapter iiChapter ii
Chapter iiLa Mone
 
BIOGRAFI_and_KEPEMIMPINAN_SOEKARNO.pptx
BIOGRAFI_and_KEPEMIMPINAN_SOEKARNO.pptxBIOGRAFI_and_KEPEMIMPINAN_SOEKARNO.pptx
BIOGRAFI_and_KEPEMIMPINAN_SOEKARNO.pptxEghiRizky1
 
jasmerah juni juli edisi pertama
jasmerah juni juli edisi pertamajasmerah juni juli edisi pertama
jasmerah juni juli edisi pertamamakio01
 
Jasmerah #01 juni juli 2013
Jasmerah #01 juni juli 2013Jasmerah #01 juni juli 2013
Jasmerah #01 juni juli 2013JasmerahMagz
 
Jasmerah juni juli 2013
Jasmerah juni juli 2013Jasmerah juni juli 2013
Jasmerah juni juli 2013menwakepri
 
BIOGRAFI_and_KEPEMIMPINAN_SOEKARNO.pptx
BIOGRAFI_and_KEPEMIMPINAN_SOEKARNO.pptxBIOGRAFI_and_KEPEMIMPINAN_SOEKARNO.pptx
BIOGRAFI_and_KEPEMIMPINAN_SOEKARNO.pptxssusera8a5ca
 
Makalah Ir. soekarno (sman 1 Kepanjen, Malang, Jawa Timur)
Makalah Ir. soekarno (sman 1 Kepanjen, Malang, Jawa Timur) Makalah Ir. soekarno (sman 1 Kepanjen, Malang, Jawa Timur)
Makalah Ir. soekarno (sman 1 Kepanjen, Malang, Jawa Timur) eonnie martha
 
Biografi presiden ir soekarno
Biografi presiden  ir soekarnoBiografi presiden  ir soekarno
Biografi presiden ir soekarnoYadhi Muqsith
 
Kartosuwiryo_XII IPS 1_SMAN 1 KEJAYAN
Kartosuwiryo_XII IPS 1_SMAN 1 KEJAYANKartosuwiryo_XII IPS 1_SMAN 1 KEJAYAN
Kartosuwiryo_XII IPS 1_SMAN 1 KEJAYANriduuwanpungki
 
Biografi presiden indonesia
Biografi presiden indonesiaBiografi presiden indonesia
Biografi presiden indonesiaYadhi Muqsith
 
KD 3.6 Tokoh 1 Ir Soekarno.ppt
KD 3.6 Tokoh 1 Ir Soekarno.pptKD 3.6 Tokoh 1 Ir Soekarno.ppt
KD 3.6 Tokoh 1 Ir Soekarno.pptpancaparhusip1
 
ppt biografi soekarno
ppt biografi soekarnoppt biografi soekarno
ppt biografi soekarnoNovie Qodar
 

Similar to SOEHARTO MASA MUDA (20)

Soeharto
SoehartoSoeharto
Soeharto
 
Chapter ii
Chapter iiChapter ii
Chapter ii
 
BIOGRAFI_and_KEPEMIMPINAN_SOEKARNO.pptx
BIOGRAFI_and_KEPEMIMPINAN_SOEKARNO.pptxBIOGRAFI_and_KEPEMIMPINAN_SOEKARNO.pptx
BIOGRAFI_and_KEPEMIMPINAN_SOEKARNO.pptx
 
Tentang Soeharto
Tentang SoehartoTentang Soeharto
Tentang Soeharto
 
jasmerah juni juli edisi pertama
jasmerah juni juli edisi pertamajasmerah juni juli edisi pertama
jasmerah juni juli edisi pertama
 
Jasmerah #01 juni juli 2013
Jasmerah #01 juni juli 2013Jasmerah #01 juni juli 2013
Jasmerah #01 juni juli 2013
 
Jasmerah juni juli 2013
Jasmerah juni juli 2013Jasmerah juni juli 2013
Jasmerah juni juli 2013
 
BIOGRAFI_and_KEPEMIMPINAN_SOEKARNO.pptx
BIOGRAFI_and_KEPEMIMPINAN_SOEKARNO.pptxBIOGRAFI_and_KEPEMIMPINAN_SOEKARNO.pptx
BIOGRAFI_and_KEPEMIMPINAN_SOEKARNO.pptx
 
Makalah Ir. soekarno (sman 1 Kepanjen, Malang, Jawa Timur)
Makalah Ir. soekarno (sman 1 Kepanjen, Malang, Jawa Timur) Makalah Ir. soekarno (sman 1 Kepanjen, Malang, Jawa Timur)
Makalah Ir. soekarno (sman 1 Kepanjen, Malang, Jawa Timur)
 
Biografi sukarno
Biografi sukarnoBiografi sukarno
Biografi sukarno
 
Biografi presiden ir soekarno
Biografi presiden  ir soekarnoBiografi presiden  ir soekarno
Biografi presiden ir soekarno
 
Kartosuwiryo_XII IPS 1_SMAN 1 KEJAYAN
Kartosuwiryo_XII IPS 1_SMAN 1 KEJAYANKartosuwiryo_XII IPS 1_SMAN 1 KEJAYAN
Kartosuwiryo_XII IPS 1_SMAN 1 KEJAYAN
 
1.docx
1.docx1.docx
1.docx
 
Biografi presiden indonesia
Biografi presiden indonesiaBiografi presiden indonesia
Biografi presiden indonesia
 
KD 3.6 Tokoh 1 Ir Soekarno.ppt
KD 3.6 Tokoh 1 Ir Soekarno.pptKD 3.6 Tokoh 1 Ir Soekarno.ppt
KD 3.6 Tokoh 1 Ir Soekarno.ppt
 
Sukarni
SukarniSukarni
Sukarni
 
Biografi moh
Biografi moh Biografi moh
Biografi moh
 
Tugas ips surur
Tugas ips sururTugas ips surur
Tugas ips surur
 
ppt biografi soekarno
ppt biografi soekarnoppt biografi soekarno
ppt biografi soekarno
 
Ppt ti
Ppt tiPpt ti
Ppt ti
 

More from La Mone

Pembahasan
PembahasanPembahasan
PembahasanLa Mone
 
Tugas final sejarah politik
Tugas final sejarah politikTugas final sejarah politik
Tugas final sejarah politikLa Mone
 
Sampul tugas
Sampul tugasSampul tugas
Sampul tugasLa Mone
 
Tag archives
Tag archivesTag archives
Tag archivesLa Mone
 
Part one
Part onePart one
Part oneLa Mone
 
Daniel larner
Daniel larnerDaniel larner
Daniel larnerLa Mone
 
Daniel larne1
Daniel larne1Daniel larne1
Daniel larne1La Mone
 
Astria wulandari
Astria wulandariAstria wulandari
Astria wulandariLa Mone
 
Soeharto4
Soeharto4Soeharto4
Soeharto4La Mone
 
Soeharto3
Soeharto3Soeharto3
Soeharto3La Mone
 
Soeharto1
Soeharto1Soeharto1
Soeharto1La Mone
 
Soeharto before
Soeharto beforeSoeharto before
Soeharto beforeLa Mone
 
Soeharto 5
Soeharto 5Soeharto 5
Soeharto 5La Mone
 
Reinventing depsos
Reinventing depsosReinventing depsos
Reinventing depsosLa Mone
 

More from La Mone (20)

Pembahasan
PembahasanPembahasan
Pembahasan
 
Tugas final sejarah politik
Tugas final sejarah politikTugas final sejarah politik
Tugas final sejarah politik
 
Sampul
SampulSampul
Sampul
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Sampul tugas
Sampul tugasSampul tugas
Sampul tugas
 
Tag archives
Tag archivesTag archives
Tag archives
 
Smelser
SmelserSmelser
Smelser
 
Part one
Part onePart one
Part one
 
No. 2
No. 2No. 2
No. 2
 
Daniel larner
Daniel larnerDaniel larner
Daniel larner
 
Daniel larne1
Daniel larne1Daniel larne1
Daniel larne1
 
Astria wulandari
Astria wulandariAstria wulandari
Astria wulandari
 
111
111111
111
 
Soeharto4
Soeharto4Soeharto4
Soeharto4
 
Soeharto3
Soeharto3Soeharto3
Soeharto3
 
Soeharto1
Soeharto1Soeharto1
Soeharto1
 
Soeharto before
Soeharto beforeSoeharto before
Soeharto before
 
Soeharto 5
Soeharto 5Soeharto 5
Soeharto 5
 
Reinventing depsos
Reinventing depsosReinventing depsos
Reinventing depsos
 

SOEHARTO MASA MUDA

  • 1. PEMBAHASAN 1. Masa kecil Soeharto Jawa tengah merupakan pusat dari kerajaan-kerajaan jawa kuno, terdapat sebuah desa bernama Kemusuk. Desa kecil dan damai ini hampir tidak pernah diperhatikan orang sampai salah satu putranya menjadi presiden Indonesia kedua.Putra itu adalah H.M. Soeharto yang dilahirkan pada 8 Juni 1921 di Kampung Kemusuk, Argomulyo, Desa Godean, sekitar 15 kilometer dari kota yogyakarta.Ia adalah anak pasangan Kertosudiro, seorang petugas ulu-ulu (petugas irigasi desa), dan Sukirah.29 Dalam “Taksonomi” Jawa, Soe berarti lebih baik dan hartoberarti kekayaan.Pada masa itu, desa kemusuk dibagi menjadi dua bagian yaitu Kemusuk Lor (Utara) dan Kemusuk Kidul (Selatan). Kakek buyut Soeharto, Demang Wongsomenggolo, merupakan salah satu pendiri desa Kemusuk. Garis keluarga Soeharto dari pihak ayah Soeharto berasal dari bagian sebelah selatan desa,sedangkan garis keluarga ibunya berasal dari Kemusuk Utara. Pada zaman itu,merupakan hal yang lazim bagi orang-orang yang tinggal dilingkungan yang sama untuk menikah satu dengan yang lain.Hal ini mengingat sangat sulit dan tidak terpikirkan untuk dapat bertemu dengan orang yang berasal dari luar daerah itu. Kakek Soeharto dari pihak ayah bernama Kertoirono. Ia mempunyai dua anak,Kertoredjo yaitu ayah Soeharto dan seorang anak perempuan yang bernama Prawirohardjo.Dalam tradisi Jawa Tengah, adalah hal yang wajar bagi seorang pria untuk mengganti nama ketika menikah. Oleh karena itu Kertoredjo mengubah namanya menjadi Kertosudiro ketika menikah, menggunakan nama keluarga istrinya.Kertosudiro bekerja sebagai petugas irigasi desa atau ulu-ulu. Jabatan ini termasuk tinggi bagi mereka yang tinggal di lingkungan pedesaan. Ibu dari Soeharto adalah anak dari Notosudiro, Ibunya bernama Sukirah, perkawinan orangtua Soeharto berdasarkan perjodohan, dimana ayah Soeharto sebelumnya sudah pernah menikah dan mempunyai anak dua dari perkawinan sebelumnya.Tahun 1921 bukanlah tahun yang mengembirakan, bukan pula saat
  • 2. yang menjanjikan kesejahteraan bagi penduduk Kampung Kemusuk. Tiga tahun setelah berakhirnya perang Dunia I ditandai dengan krisis ekonomi yang merata sampai ke Jawa, Sumatera, dan pulau-pulau penghasil rempah-rempah lainnya dalam koloni Hindia Belanda. Dalam kondisi kesejahteraan yang terbatas itulah, Kertosudiro berharap kelak putranya tumbuh menjadi orang yang kaya dan berkedudukan tinggi. Harapan itu dimulai dengan kenyataan yang tidak terlalu baik, tidak lama setelah melahirkan Soeharto, Sukirah dan Kertasudiro bercerai. Sukirah kemudian menikah lagi dengan Atmopawiro dan memiliki tujuh anak yang salah satunya adalah Probosutedjo, yang pada masa pemerintahan Orde Baru dikenal sebagai konglomerat kontroversial, sedang Kertosudiro juga menikah lagi dan memperoleh empat orang anak.Soeharto adalah putra satu-satunya dari perkawinan Kertosudiro dan Sukirah. Belum genap berumur 40 hari, Soeharto dibawa ke rumah adikkakeknya, Kromodiryo, seorang dukun bayi yang juga membantu kelahiran Soeharto, hal ini disebabkan karena kesehatan Sukirah memburuk, akhirnya Soeharto harus tinggal dirumah Kromodiryo lebih lama kurang lebih empat tahun.Di rumah Kromodiryo, Soeharto menemukan kehangatan kasih sayang, dirumah Kromodiryo, Soeharto belajar berdiri dan berjalan. Kromodiryo membawa Soeharto kecil ke mana pun ia pergi dan mengajarkan Soeharto berdiri dan menapaki langkah-langkah pertamanya.Apabila Kromodiryo harus melaksanakan tugas sebagai bidan, kakeknya akan membawa Soeharto kesawah. Anak laki-laki kecil itu dipanggul di pundak kakeknya sementara sang kakek mencangkul tanah untuk bertani. Kehidupan desa sangat menyenangkan bagi Soeharto. Pada masa kecilnya, ia mengalami kecelakaan pada saat memotong sebatang pohon pisang dan pisaunya jatuh mengenai jari kakinya, neneknya Kromodiryo sangat menyayangi Soeharto,ketika melihat mengalami kecelekaan tersebut neneknya langsung membalut luka Soeharto dengan penuh kasih sayang. Bagi Soeharto, masa-masa itu adalah masa yang paling membahagiakan dalam hidupnya. Tahun-tahun di masa kecilnya itu membawa pengaruh sangat besar baginya, dan ini terlihat dari kebiasaan Soeharto yang lebih suka makan makanan sederhana dan memakai pakaian yang sederhana.Ketika berumur empat tahun,
  • 3. Soeharto diambil kembali oleh Sukirah dan diajak tinggal bersama Atmopawiro yaitu ayah tiri Soeharto. Atmopawiro saying pada putra tirinya dan bahkan membelikan Soeharto seekor kambing. Tindakan ini dengan tegas memperlihatkan kasih sayangnya pada Soeharto karena kambing adalah ternak yang bernilai tinggi di Indonesia. Setelah mulai beranjak besar,Soeharto menghabiskan waktu senggangnya dengan mengembala. 2. Jatuh Bangun Karier H.M Soeharto Di usia 17 tahun, Soeharto pernah berprofesi sebagai asisten pegawai bank desa (Volksbank) di Wuryantoro, pada masa itu pegawai bank desa adalah tugas utama Soeharto, yang setiap bertugas mengenakan seragam pakaian adat jawa lengkap, mendampingi pegawai bank mengambil aplikasi pinjaman. Soeharto dipecat sebagai pegawai bank disebabkan seragam pakaian adat yang dikenakannya dalam bertugas rusak dan tidak dapat menggantikan seragam yang baru. Setelah kehilangan pekerjaan,Soeharto kembali terjebak pada kehidupan yang tidak menentu. Dan dalam ketidak menentuan tersebut, Soeharto seperti juga masyarakat yang bernasib sama dengannya di masa itu, mengalihkan pandangan mereka kearah kemiliteran. Imbas perang Duni ke II yang juga telah sampai ke Indonesia menjadikan kemiliteran sebagai “sebuah pekerjaan” yang tampak lebih bersinar dibanding bidang pekerjaan-pekerjaan yang lain. Soeharto sempat berfikir melamar menjadi tentara Angkatan laut, namun niat itu dibatalkan, karena Soeharto tahu akan menempati posisi sebagai juru masak. a. Menjadi Anggota KNIL Karier Soeharto sebagai parjurit diawali dengan Soeharto mendaftar ke KNIL (Koninklijk Nederlans Indisch leger sebutan bagi Angkatan Bersenjata hindia- Belanda),yang kemudian Soeharto mendapat surat panggilan untuk bergabung dengan KNIL. Kelak Soeharto mencatat,” Pada mulanya saya sama sekali tidak akan mengira bahwa lamaran yang saya ajukan akan merupakan anak kunci yang membuka pintu lapangan hidup yang menyenangkan”. Soeharto bergabung dengan KNIL pada 1 juni 1940 dan itu merupakan 1940 langkah pertama yang mengawali karir militernya yang panjang.Soeharto memulai
  • 4. pelatihan militer dasar di gombong, sebelah barat Yogya.disinilah kualitas kepemimpinan Soeharto dan keterampilan berpikirnya yang sangat startegis diasah. Ada dua cara menjadi anggota KNIL, cara panjang dan cara pendek. Cara panjang atau yang disebut Langverband adalah dinas yang diperuntukkan bagi mereka yang belum pernah mengeyam bangku pendidikan hingga kelas tiga HIS (Holands Inlandse School-SD di zaman Belanda). Lulusan Langverband membutuhkan waktu yang lama , yaitu sepuluh tahun, untuk menjadi kopral. Sedangkan cara pendek atau Kortverband diperuntukkan bagi mereka yang telah lulus HIS atau lebih. Lulusan kortverband kemudian dapat melanjutkan pendidikannya ke Kader School untuk menjadi kopral. Karena tingkat pendidikan yang dimiliki Soeharto, maka Soeharto masuk Kortcerband.Setelah lulus dengan memperoleh predikat terbaik, Soeharto ditempatkan di Batalion XII di Rampal, malang. Pada tanggal 2 desember 1940, Soeharto memperoleh pangkat kopral. Kemudian Soeharto dikirim kembali ke Gombong untuk menjalani latihan lanjutan dan mendapatkan pangkat sersan. Pada saat itu jepang mulai mendekat dan Soeharto pergi ke Bandung sebagai prajurit cadangan di markas besar tentara Circasua. Soeharto hanya sempat tinggal selama seminggu disana karena pada tanggal 8 Maret 1942 belanda menyerah dengan jepang. b. Menjadi Anggota PETA Situasi negeri semakin memburuk, Soeharto memutuskan untuk mencari pekerjaan yang lebih baik. Yogya menjadi pilihan Soeharto, karena Yogya memiliki prospek yang lebih baik. Soeharto mulai belajar mengetik, tetapi Soeharto terhenti karena ia jatuh sakit. Secara tidak sengaja , suatu hari Soeharto mendengar adanya rekrutmen anggota baru keibuho, sebutan bagi polisi di masa pendudukan jepang. Awalnya Soeharto ragu untuk mendaftarkan karena takut ketahuan sebagai bekas anggota KNIL. Kondisi serta kebutuhan yang akhirnya membuat Soeharto berani mendaftarkan diri. Soeharto yang pernah memperoleh pendidikan kemiliteran di masa Belanda dapat melalui semua tes dengan baik. Bahkan selama tiga bulan pelatihan, Soeharto menjadi lulusan terbaik. Atas saran
  • 5. Kepala Polisi Jepang. Soeharto mendaftarkan diri ke PETA (Pemebela Tanah Air). PETA adalah angkatan pertahanan yang dibentuk pada Oktober 1943 oleh Jepang, dengan orang Indonesia sebagai angkatannya. Anggota PETA dilatih dengan tujuan mempertahankan tanah airnya dari serbuan tentara sekutu yang mencoba merebut kembali Indonesia dari tangan Jepang. Pada tahun 1944, Soeharto mengikuti kursus perwira untuk menjadi Chudancho atau komandan kompi di Bogor. Latihan untuk menjadi Chodancho dan Daidancho atau komandan batalion tidak terlalu keras dan lebih rileks. Soeharto menyelesaikan kursus taktik dan strategi militer di tahun 1944 dan kemudian ditugaskan ke Seibu, markas PETA di Solo, dan bertanggung jawab atas pelatihan di sana. Selama di PETA, Soeharto mencatat bahwa rasa patriotisme serta nasionalismenya mulai bangkit.39 Ini tidak terlepas dari propaganda Jepang yang menanamkan semangat anti-Barat. Selain itu, tekanan keras yang diberikan Jepang kepada rakyat Indonesia telah membangkitkan semangat kekeluargaan dan persatuan dikalangan prajurit PETA. Semboyan “Tiga A” yang digembargemborkan Jepang, yaitu Jepang pemimpin Asia, jepang pelindung Asia, Jepang cahaya Asia, terbukti hanya bohong belaka. Perlakuan jepang terhadap Indonesia justru mencerminkan sikap memandang rendah. Akibatnya, mulai muncul pemberontakan PETA di Blitar pada februari 1945, PETA kemudian menjadi bagian inti dari angkatan perang Indonesia yang baru. Kesatuan ini bukan merupakan kelanjutan angkatan perang belanda atau Jepang, tetapi dilahirkan pada masa-masa angkatan revolusi, bentukan para pemuda dan pejuang kemerdekaan yang mandiri.Menyusul menyerahnya Jepang dan Tentara Sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945, Bung Karno dan Bung Hatta memproklamirkan kemerdekaan Indonesia pada hari jum’at, 17 Agustus 1945 pada jam 10 pagi. Yang berarti dimulainya suatu babak baru bagi seluruh bangsa Indonesia. Hal ini berarti pula babak baru bagi karier militer Soeharto. c. Kiprah Soeharto di Era Revolusi Fisik Saat kemerdekaan Indonesia diproklamirkan, Soeharto sedang berada di Brebeg untuk melatih para prajurit dari batalion Blitar untuk menjadi Bundancho
  • 6. (komnadan regu). Di Yogyakarta inilah Soeharto mendengar bahwa kemerdekaan Indonesia telah dikumandangkan di Jakarta. Pada tanggal 19 Agustus 1945,melalui surat kabar Matahari, Soeharto memastikan kebenaran berita tentang kemerdekaan Indonesia serta terpilihnya Soekarno dan Muhammad Hatta sebagai presiden dan wakil presiden RI.Di masa-masa ini juga Soeharto masih “buta” terhadap masalah politik,mencoba memperdalam pengetahuan Soeharto dengan bergabung pada Kelompok Phatuk, sebuah kelompok yang secara aktif menyelenggarakan diskusi-diskusi masalah politik dan kenengaraan. Sementara itu Presiden Soekarno menghimbau kepada seluruh mantan anggota PETA, Heiho (tentara Jepang local yang terdiri dari relawan dan milisi), Kaigun (angkatan laut Jepang) dan KNIL untuk bergabung dan bersatu di bawah Badan Keamanan Rakyat (BKR), yang didirikan oleh Komite Persiapan Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 22 Agustus 1945. Soeharto mematuhi himbauan ini, Soeharto bersama dengan kolegakoleganya mantan anggota PETA kemudian bergabung dengan BKR. Maka terbentuklah BKR dengan senjata seadanya, atas pertimbangan senioritas,kemudian terpilih Umar Slamet sebagai ketua BKR sedang Soeharto menjadi wakilnya. BKR inilah yang kemudian mengawali karir cemerlang Soeharto di bidang militer. Semakin hari semakin banyak pihak yang bergabung dengan BKR pimpinan Umar Slamet dan Soeharto. Masalah utama mereka saat itu bukan semangat juang tetapi kurangnya persenjataan yang memadai. Untuk itu diputuskan merebut senjata dari setiap tentara jepang yang ditemui. Untuk melucuti tentara-tentara Jepang, Soeharto sebagai wakil komandan lalu melakukan inisiatif memimpin sebagai BKR (yang berubah nama menjadi Tentara Keamanan Rakyat-TKR pada tanggal 5 Oktober 1945) ditambah para pemuda dan rakyat untuk menyerbu asrama jepang. Soeharto berhasil melaksanakan niatnya merebut persenjataan dari asrama jepang di Kotabaru.Tentara jepang yang tidak menyangka akan mendapat serangan, akhirnya menyerahkan senjata setelah sebelumnya terjadi pertempuran 12 jam. Ratusan senapan, mesin dan juga senjata lainnya berhasil dirampas.ini pertama kali Soeharto (yang pada saat itu baru berusia 24 tahun) menunjukkan
  • 7. keterampilannya dalam mengambil sebuah keputusan yang secara politis memiliki arti penting bagi karir Soeharto.Karena prestasinya, Soeharto kemudian diangkat menjadi pimpinan Batalion X dengan pangkat mayor. Bersama tiga Batalion lainnya, Soeharto tergabung dalam divisi IX yang dipimpin oleh Jendral Mayor Soedarsono. Pada tanggal 19 Oktober 1945, sekutu yang diboncengi NICA (Netherland Indies Civil Administration) datang ke Indonesia melalui Semarang. Tujuannya, melucuti dan juga memulangkan tentara Jepang. Pada masa itu beredar kabar kedatangan Belanda ingin kembali berkuasa di Indonesia.Sekutu telah tiba di Magelang dan Ambarawa. Ini berarti keselamatan Yogyakarta, sebagai salah satu kota terpenting di awal berdirinya RI, terancam.Para pimpinan militer pertemuan di Yogyakarta pada tanggal 12 November 1945.hasilnya, Panglima Divisi V/ Banyumas Kolonel Soedirman terpilih sebagai pemimpin tertinggi. Soeharto bersama Batalion X ditugaskan bergabung dengan pasukan lainnya di bawah resimen yang dipimpin oleh Letkol Sarbini dengan tujuan menghambat gerak laju tentara sekutu di Magelang. Soeharto dengan pasukannya ditugaskan menduduki Banyubiru. Tugas, sekutu menembakkan meriam ke Banyubiru dari arah Ambarawa. Sekutu akhirnya dapat dipukul mundur ke Semarang.Kolonel Soedirman lalu secara resmi dilantik menjadi Panglima Besar TKR, atas jasa Soeharto, Soedirman mengangkat Soeharto sebagai Komandan Resimen III dari Divisi IX (Istimewa) dengan pangkat letnan kolonel. Berdasarkan dokumen Belanda, sekitar bulan Maret 1946 dikabarkan Soeharto mengepalai tiga batalion, yaitu Batalion X dibawah pimpinan Mayor Sudjono,Batalion XX di bawah Mayor Sardjono, dan Batalion XXV dibawah pimpinan Basyuni. Dan karena adanya reorganisasi, pada bulan Mei 1946, Soeharto masuk ke dalam Divisi III (Pekalongan, Kedu, dan Yogyakarta) hasil penggabungan antara Divisi IX (Istimewa) dengan Divisi V (Pekalongan Kedu). Tahun 1946 adalah tahun yang menjadi titik balik dari kehidupan Soeharto. Bermodalkan kualitas diri yang dimilikinya, Soeharto sangat menikmati kehidupan militer yang menjanjikan.42 meskipun pada tahun 1946 juga, Soeharto mengalami kemalangan, Ibundanya meninggal dunia, namun secara umum tahun
  • 8. 1946 telah menjadi awal bagi kecermelangan karier militer Soeharto di masa masa mendatang. d. Kembali ke Revolusi Sejak proklamasi kemerdekaan dikumandangkan 17 Agustus 1945. Sejarah mencatat Belanda terus menerus melakukan tekanan politik dan militer. Setelah segala perundingan gagal, Belanda mengambil jalan pintas, menduduki ibu kota republik Indonesia di Yogyakarta melalui operasi militer pada tanggal 19 Desember 1948. para pemimpin republik ditangkap, sebagian di eksekusi. Pasukan RI menghindari kontak terbuka karena kalah persenjataan. Karier militer Soeharto makin mengilap ketika memimpin Serangan fajar 1 maret 1949 melawan agresi militer Belanda kedua di Yogyakarta, serangan ini bertujuan merebut Yogyakarta dari tangan penjajah, dan berhasil menduduki ibu kota selama enam jam, karena Yogyakarta sebagai simbol kedaulatan negara,dimana pada saat itu Yogyakarta adalaha Ibukota Negara Indonesia.Pada 7 mei 1949, digelar perundingan antar Indonesia dengan Belanda yang dikenal dengan Perundingan Roem-Royen. Hasil perundingan ini adalah gencatan senjata, pembebasan Soekarno-Hatta, penarikan pasukan Belanda di Yogyakarta dan penyelenggaraan Konfrensi Meja Bundar di Den Haag untuk mengurus penyerahan kedaulatan kepada Indonesia. Soeharto dipercaya bertugas untuk menjaga ketertiban di Yogyakarta pada saat serah terima dari Belanda. e. Menumpas Berbagai Pemberontakan Tahun 1950-1959 adalah masa yang penuh ketidakpastian bagi Indonesia.Hasil perundingan KMB telah membuat Indonesia pecah menjadi enam belas negara bagian. Secara otomatis, hal ini ,memunculkan ancaman bagi persatuan nasional. Meskipun hanya dalam beberapa minggu negara-negara bagian lain dari RIS meleburkan diri ke dalam republik Indonesia, namun tetap saja muncul segelintir orang yang menolak untuk bergabung dengan RI. Akibatnya, dibeberapa daerah muncul pemberontakan-pemberontakan yang disulut oleh bekas pasukan bentukan Belanda, seperti KNIL/KL, bekas laskar
  • 9. gerilya yang menolak bergabung dengan APRIS (Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat), maupun pemberontakan yang bersifat kedaerahan seperti Permesta, PRRI, DI/TII dan sebagainya.Selain itu, juga muncul keretakan dalam tubuh Angkatan Darat. Perkembangan keadaan telah membuat Angkatan Darat terpecah menjadi duakelompok. Kelompok pertama adalah kumpulan militer “Profesional” yang menginginkan tentara menjadi pasukan teknis, efisien, dan berukuran kecil, sementara kelompok kedua terdiri dari bekas anggota PETA atau angkatan lainnya yang berpengalaman dalam pertempuran fisik di masa revolusi namun takut tersingkir oleh rencana rasionalisasi TNI.46 Masalah ini diperparah dengan bergabungnya beberapa kesatuan pada pemberontakan-pemberontakan di daerah.Secara tidak sengaja, masa yang penuh ketidakpastian ini, telah menyediakan banyak kesempatan bagi Soeharto untuk lebih meningkatkan karier militernya di masa mendatang. Soeharto memperoleh kepercayaan untuk menyelesaikan gejolak di beberapa tempat yang pada akhirnya turut mengangkat namanya di jajaran Angkatan Darat. Pada masa ini jugalah Soeharto mulai belajar bagaimana membangun bisnis yang menguntungkan dengan memanfaatkan jaringan serta koneksi startegis yang dimilikinya. Januari 1950, pemerintah RIS menambah jumlah pasukan APRIS ke Makasar, kedatangan APRIS yang merupakan wujud TNI ini menimnbulkan ketidaksukaan pada pasukan KNIL di Makassar yang dipimpin oleh Andi azis, maka menyebabkan pemebrontakan Negara Indonesia Timur pimpinan Kapten Andi Aziz di Makassar Sulawesi Selatan. Andi, dibantu pasukan KNIL berhasil menguasai Makassar. Panglima Divisi Jawa Tengah, Kolonel Gatot Subroto di perintahkan membentuk satuan tugas untuk menghancurkan pemberontakan itu.Kolonel Gatot Subroto kemudian menunjuk Soeharto untuk memimpin ekspedisi ini. Soeharto berangkat ke Makassar dengan pasukan bernama Brigade Garuda Mataram, dan pada akhirnya pemberontakan tersebut dapat ditumpas. Semasa di Makassar ini, Soeharto mengenal keluarga Habibie, dimana salah seorang anaknya, yaitu Bacharuddin Jusuf Habibie yang saat itu berusia empat
  • 10. belas tahun, kelak akan menggantikan Soeharto sebagai presiden. Masih di kota yang sama, kembali muncul gerakan pemberontak. Kali ini menamakan dirinya Batalion laskar rakyat yang dipimpin Arief Radhi, pemberontakan ini berhasil ditumpas dengan pertempuran. Markas Besar Angkatan Darat kemudian mengirimkan perwira lain untuk memulihkan situasi di Makassar, yaitu Kahar Muzakar yang diterjunkan ke tanah kelahirannya untuk membantu Soeharto bernegosiasi dengan kelompok gerilya yang masih menolak untuk dimasukkan kedalam APRIS. Kahar kemudian memegang komando militer di Sulawesi selatan setelah Soeharto dan pasukannya ditarik dari Makassar. Di tahun 1952, Kahar Muzakar malah memimpin pemebrontakan terhadap pemerintah pusat dan dibutuhkan waktu sepuluh tahun untuk benar-benar memadamkan pemberontakan itu.Pada tahun 1951, Soeharto ditunjuk memimpin Brigade Pragola dari Divisi Dipenegoro yang berkedudukan di Salatiga, Jawa Tengah. Pada akhir 1952, Seharto dipindahkan ke Markas Divisi Solo, kemudian pada tanggal 1 Maret 1953, Soeharto ditunjuk untuk memimpin Resimen 15 di Solo yang baru saja kehilangan komandannya, Mayor Kusmanto, Kerasnya suasana di Solo, membuat Soeharto merasa perlu untuk memfokuskan perhatiaanya pada pasukan di bawah komandonya. Suhu politik jelas-jelas mendominasi para tentara di Solo. Selama berada disini, Soeharto hanya berhasil menyingkirkan sebagian saja dari pertikaian ideologi yang terjadi di dalam militer.Masa berdinas di Solo juga dimanfaatkan oleh Soeharto untuk melakukan aktivitas-aktivitas baru seperti mengikuti kursus militer, bergabung dengan anggota Klub Bridge, dan mengikuti kursus penerbangan di Aero Club.Selain itu Soeharto mencoba merintis sebuah koperasi untuk membantu mencukupi kesejahteraan keluarga prajurit,Soeharto tinggal di Solo selama tiga tahun.Pada awal tahun 1956, Soeharto ditarik ke Jakarta untuk menjadi Staf Umum angkatan Darat (SUAD). Hanya dalam hitungan bulan saja, Soeharto kemudian kembali ke Divisi Diponegoro (TT-IV) dan Soeharto dipercaya menjadi Kepala Staf Territorium IV yang berkedudukan di Semarang, jabatan ini menandai berakhirnya pekerjaan sebagai Komandan Lapangan dan awal dari pekerjaan Staf.
  • 11. Soeharto menjalankan perannya sebagai kepala Staf di Divisi Diponegoro dalam waktu yang relatif singkat. Pada tanggal 3 juni 1956, Soeharto diangkat menjadi pejabat sementara Panglima Diponegoro menggantikan Kolonel M.Bachrum. tanggal 1 januari 1957, pangkat Soeharto naik menjadi Kolonel (Infanteri), kenaikan pangkat ini seiring posisi Soeharto yang naik menjadi Panglima Divisi Diponegoro. Soeharto meninggalkan Semarang pada tahun 1959 setelah diperintahkan mengikuti Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (Seskoad) di Bandung. Ini menjadi hal pertama bagi Soeharto mengikuti pendidikan staf militer tertinggi semenjak memasuki institusi TNI. Setahun kemudian pangkat Soeharto naik lagi,mendapat satu bintang. Usai menamatkan pendidikan di Seskoad, Soeharto menjadi Deputi I Kepala Staf Angkatan Darat. Pada waktu bersamaan, Soeharto menyandang jabatan Panglima Korps Cadangan Umum Angkatan Darat dan Panglima Pertahanan Udara Angkatan Darat. Pada tahun 1961, untuk pertama kalinya, Soeharto mendapat tugas ke luar negeri melakukan inspeksi atase militer di Beograd, Paris, dan Bon. Soeharto ke luar negeri menemani Jendral A.H Nasution. Tanggal 1 januari 1962, pangkat Soeharto dinaikkan menjadi Mayor Jenderal dan secara resmi menjadi Panglima Komandan Mandala sejak tanggal 23 Januari 1962. penunujukan diri Soeharto sebagai Panglima Komando Mandala ini menandai berakhirnya kekelaman karier militer Soeharto yang selama ini berjalan biasa-biasa saja. Segera sosok Soeharto menjadi sosok popular yang sering menghiasi suratkabar di Jakarta. Pers menjuluki Soeharto sebagai Seorang militer yang memiliki wajah yang bersih, murah senyum, rambut berombak tersisir ke belakang, tapi selalu menjadi “momok bagi Belanda”. Prestasi Soeharto di Serangan umum 1 Maret diangkat ke permukaan. Pada tahun 1963, pangkat Soeharto naik menjadi Mayor jenderal. Seiring kenaikan pangkat, Soeharto diberi kepercayaan sebagai panglima komando Antar Daerah Indonesia Timur merangkap Panglima Mandala untuk pembebasan Irian Barat (sekarang Papua). Tanggal 1 Oktober 1965, meletus G-30-S/PKI yang menewaskan enam jenderal dan satu Letnan Angkatan darat. Peristiwa ini membuat situasi dan kondisi negara menjadi tidak stabil. Soeharto kemudian
  • 12. mengambil alih pimpinan Angkatan Darat. Selain dikukuhkan sebagai Panglima Anglatan Darat saat berpangkat Mayor Jenderal, Soeharto ditunjuk sebagai Pangkopkamtib oleh Presiden Soekarno. Pada Maret 1966, Soeharto menerima surat perintah 11 Maret (Supersemar) dari Presiden Soekarno. Tugasnya, mengembalikan keamanan dan ketertiban serta mengamankan ajaran-ajaran Pemimpin Besar Revolusi Bung Karno. Bermodal Supersemar, Soeharto kemudian memulihkan stabilitas nasional. Langkah yang diambil Soeharto adalah segera membubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI) sekalipun sempat di tentang Presiden Soekarno. Soeharto jugamelakukan penangkapan besar-besaran terhadap orang yang diduga terlibat G-30-S. Banyak yang menilai, sebenarnya Supersemar merupakan alat legitinmasi Soeharto untuk rengkuh kekuasaan yang lebih besar, tapi Soeharto pernah membantah, Soeharto mengatakan “Saya tidak pernah menganggap Supersemaritu sebagai tujuan untuk memperoleh kekuasaan, suart perintah 11 maret itu juga bukan alat untuk mengadakan coup secara terselubung, supersemar itu adalah awal perjuangan Orde Baru”. Pernyataan tersebut berbanding terbalik, karena itulah kasak-kusuk tentang abash tidaknya Supersemar dan ada atau tidaknya, masih menjadi bahan perdebatan hingga sekarang setelah Soeharto jatuh dari kursi kekuasaan. Perpindahan kekuasaan ke tangan Soeharto tidak bisa diterjemahkan secara hitam putih bahwa terjadi peralihan ke demokrasi atau transisi ke demokrasi, karena kegelapan peralihan kekuasaan itu sudah menjadi bukti ketidakjelasan jarum jam perjalanan bangsa di bawah Soeharto. Soeharto sendiri selalu mengklaim bahwa kenaikannya ke panggung kekuasaan adalah melalui jalur konstitusional, dan merupakan suatu proses transisi ke demokarsi, tetapi banyak ahli sejarah yang menduga bahwa aspek konstitusional yang mengantar Soeharto ke meja pejabat presiden sudah “by design” (dirancang) sebelumnya, bahkan konsep-konsep pembangunan awal Soeharto yang praktis dan pragmatis itu sudah dirancang jauh sebelun Soekarno mundur. Dan hal ini semua belum terjawab secara jelas sampai sekarang.
  • 13. f. Jalan Menuju Kursi Presiden Setelah menerima Supersemar dari Presiden Soekarno, Soeharto mulai menampakkan pengaruhnya di pemerintahan. Krisis politik yang disebabkan oleh pemberontakan PKI menuntut dilakukannya Sidang Umm ke IV MPRS 1966 yang menghasilkan 24 ketetapan. Ketetapan-ketetapan itu diantaranya yang terpenting adalah Tap No.X/MPRS/1966 tentang pengfungsian kembali lembagalembaga negara dari tingkat pusat sampai ke tingkat daerah sesuai dengan yang diatur dalam UUD 1945. ketetapan ini kemudian dipertegas dengan UU No.5/1974/ tentang sistem pemerintahan desa. Tap No.XXV/MPRS/1966 tentang pembubaran/larangan terhadap faham Leninisme-Marxisme di Indonesia. Melalui ketetapan ini, Soeharto mendapatkan legitimasi yuridis konstitusional untuk melakukan pembersihan terhadap unsur-unsur yang berkaitan dengan PKI, termasuk orang-orang PKI yang dibunuh tanpa melalui proses pengadilan. Pada tanggal 7 maret 1967, MPRS mengadakan Sidang Istimewa untuk menghapus dualisme kepemimpinan. Melalui Tap No.XXXIII/MPRS/1967, kekuasaan Pemerintahan negara dari tangan Presiden Soekarno dicabut, karena dianggap tidak dapat memenuhi pertanggung jawaban konstitusional. Dengan adanya Tap ini, maka Soeharto yang sebelumnya hanya mengemban Supersemar untuk memulihkan keamanan dan ketertiban dikukuhkan sebagai Pejabat Presiden RI. Dalam Sidang Umum ke-V MPRS 1968 berbarengan dengan memuncaknya konflik yang terjadi dalam masyarakat, MPRS melahirkan beberapa ketetapan yang memperkokoh kembali kekuasaan Soeharto melalui Tap No.XLIV/1968 tentang pengangkatan Soeharto menjadi Prediden RI. Dengan demikian naiklah Soeharto ke pentas kekuasaan menjadi tanda lahirnya Orde Baru. 3. Orde Baru di Bawah Pemerintahan Soeharto Munculnya Soeharto di atas pentas kekuasaan, sebagai Presiden kedua setelah Soekarno, menjadi tanda lahirnya Orde Baru. Hakekat Orde Baru seperti yang dipropagandakan oleh Soeharto merupakan suatu sikap mental dan itikad baik yang mendalam untuk mengabdi kepada rakyat dan kepentingan nasional berlandaskan Pancasila dan UUD 1945, sebagai hasil refleksi total terhadap
  • 14. seluruh penyelewengan yang dilakukan selama Orde Lama. Orde baru itu sendiri mengandung empat pengertian yang lahir dari pembacaan situasi nasional pada masa awal kemunculannya. Orde Baru menganggap dirinya sebagai : 1. Suatu orde yang merupakan tatanan seluruh kehidupan rakyat, bangsa dan negara yang diletakkan kembali pada kemurnian pelaksanann Pancasila dan UUD 1945. 2. Orde Baru juga menyatakan dirinya sebagai Orde yang memberikan koreksi total atas penyelewengan-penyelewengan di segala bidang yang terjadi pada masa-masa sebelumnya. 3. Orde Baru sendiri menganggap bahwa kekuasaan yang dicapainya merupakan suatu proses sosial yang panjang, sebab penyelewengan-penyelewengan yang terjadi di masa lampau. 4. Nilai yang terakhir yang menjadi konsen Orde Baru yang memiliki peluang besar terhadap penyelewengan adalah perubahan sikap mental yang mendahulukan kepentingan bersama dari pada kepentingan pribadi atau golongan yang memerlukan pola dan sikap yang berorentasi kepada program, sehingga urgensi Orde Baru adalah menyusun kembali kekuatan bangsa dan menentukan cara-cara yang tepat untuk menumbuhkan stabilitas nasional jangka panjang, untuk mempercepat proses pembangunan bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Disamping itu, Orde Baru menurut sosio historisnya merupakan rezim yang memperjuangkan “Tritura” dalam kerangka pembubaran PKI, pembersihan kabinet dari unsur-unsur G-30-S/PKI, penurunan harga /perbaikan ekonomi dan sejak awal kelahirannya juga, Soeharto menamakan Orde Baru sebagai orde pembangunan yang diterjemahkan sebagai kesempatan untuk menciptakan situsi politik yang menguntungkan pembangunan ekonomi, menciptakan kesatuan struktur politik, yang mengarahkan setiap proses politik pada pembaharuan sosio kultural, pembaharuan struktur politik, dan pembangunan ekonomi. Awal kelahiran rezim Soeharto dilatarbelakangioleh krisi ekonomi dan politik yang sangat kompleks. Perekonomian nasional waktu itu berada dalam kondisi yang sangat buruk. Pada tahun 1965, sebagaimana digambarkan Harold Crouch, inflasi
  • 15. mencapai 500% dan harga beras naik 900%. Defisit anggaran belanja pada tahun itu mencapai 300% dari pemasukan, dan deficit dari triwulan pertama tahun1966 hampir sebesar jumlah defisit keseluruhan tahun 1965. Selain itu, kewajiban membayar hutang luar negeri yang segera harus dibayar yang dijadwalkan selama tujuh tahun, mulai pada tahun 1966. Demokrasi Terpimpin ternyata telah menciptakan hutang luar negeri yang berjumlah $2.358 juta: 42% kepada Uni Soviet, 10% kepada Jepang, dan 7,5% kepada Amerika Serikat. Sementara persoalan hutang luar negeri sulit diatasi, pemerintah Indonesia juga harus membiayai impor bahan pangan, tekstil, mesin dan suku cadang yang berjumlah lebih $600 juta, sehingga devisa negara yang diperkirakan sebesar $714 juta yang diperoleh tahun itu juga hampir habis digunakan untuk membayar hutang. Dari Oktober 1965 sampai awal tahun 1966, Indonesia nyata telah mengalami pergolakan yang diiringi oleh kekerasan yang berdarah. Ini semua merupakan ujung dari poralisasi sejak akhir era 1950-an sebgai akibat dari manipulasi massa demi kepentingan para elite di Jakarta. Persaingan sengit selama puluhan tahun antara organisasi-organisasi Islam, komunis, dan nasionalis serta angkatan bersenjata telah mencapai puncaknya dalam suatu tragedy berdarah Harold Crouch, Militer dan Politik di Indonesia, gerakan 30 september 1965 tersebut. Dalam situasi ekonomi dan politik yang sama sekali tidak menguntungkan itu, siapa pun yang memimpin, ,memang harusmencegah agar krisis tidak menjadi lebih buruk dengan menerapkan startegi stabilitasi politik dan ekonomi. Dalam konteks ini, langkah awal yang dilakukan Soeharto adalah meyakinkan rakyat bahwa rezim baru yang dibawah kekuasaan Soeharto adalah pewaris yang sah dan konstitusional dari Presiden Soekarno. Orde baru adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soeharto. Orde Baru menggantikan Orde Lama yang merajuk kepada era pemerintahan Soekarno. Orde baru berlangsung dari tahun 1968 hingga 1998. Pada tahun 1968, MPR secara remi melantik Soeharto untuk masa jabatan 5 tahun sebagai presiden, dan Soeharto kemudian dilantik kembali secara berturut-turut pada tahun 1973, 1978, 1983, 1993, dan 1998. Pelantikannya secara berturut-turut ini tidak lepas
  • 16. dari kebijakan represifnya yang menekankan rakyat agar memilih Golongan Karya yaitu organisasi pemerintahan setara partai yang berkuasa ketika itu, fakta membuktikan bahwa paling kurang 80% rakyat Indonesia dalam tiap pemilu selalu mencoblos Golkar. Selanjutnya, Soeharto sebagai tokoh sentral Orde Baru memulai startegi politik dan ideologisnya. Caranya dengan menggabungkan antara pandangan hierarkis militer yang berpola ketaatan garis komando atasan kepada bawahan yang ketat di satu pihak lain. Birokrasi Orde Baru, walaupun memperlihatkan cirri-ciri modern, namun tetap kental dengan nilai-nilai lama yang merupakan tardisi dan budaya politik Jawa hubungan personal atau hubungan “majikan- buruh” (Patron-client). Dengan nada yang sama, Richard Robison menyimpulkan bahwa pemerintahan Orde Baru dapat dijelaskan melalui kerangka prespektif daya tahan atau kelangsungan kebudayaan Jawa yang membentuk praktik politik para pejabat atau elite birokrasi tersebut, identitas dan struktur keompok-kelompok politik dan hakikat konflik politik ditentukan oleh hubungan politik yang bersifat patrimodial, yaitu strukturstruktur patron-client yang bersifat pribadi dan tersusun secara vertikal. Kesimpulan Robison di atas bisa membantu menjelaskan mengapa Soeharto sangat kental dengan patron-client dalam cirri pemerintahnnya, dan tampaknya ini yang membuat ideologisasi Jawa berikut kepercayaan-kepercayaan mistiknya menghinggapi pola piker rezim Orba dan untuk kurun waktu yang lama menjadi penopang tiang-tiang kekuasaanya, sekalipun soeharto bersikap sangat pilih-pilih terhadap budaya Jawa hendak digunakannya, sistem Orde Baru ternyata efektif selama tiga dasarwarsa. Orde baru dalam prinsipnya menghindari dirinya dari keterjerumusan dalam kancah pertarungan ideologi, tetapi sejak awal kemunculannya Orde Baru yang dikomandoi Soeharto itu sendiri, telah merumuskan Panca Tertib sebagai ideologinya. Dalam Panca tertib ini, Soeharto menempatkan diri sebagai organisatoris dan kabinet Ampera sebagai megafonnya. Panca tertib ini secara tidak langsung telah melahirkan empat faktor yang membumkam masyarakat Orde Baru, empat faktor tersebut adalah :
  • 17. Faktor pertama, dengan adanya tertib politik dengan langkah-langkahnya menertibkan kekuatan- kekuatan sosial dengan langkah-langkahnya menertibkan kekuatan-kekuatan sosial dengan azas dan prinsip Orde Baru, maka telah terjadi penghangusan politik pada masyarakat di tingkat pedesaan. Tertib politik ini, mewajibkan Parpol untuk tidak membuka basis politik ke tingkat desa (floating mass) dan mengakibatkan pembatasan partisipasi masyarakat dalam politik. Faktor kedua, dengan melakukan tindakan edukasi massa kearah sikap dan kebiasaan-kebiasaan hidup yang tertib dan cinta pada ketertiban, sejak awal mengindoktrinasi masyarakat untuk diam dengan berbagai bentuk kekerasan dan berbagai tindakan represif yang dilakukan oleh mesin-mesin kekuasaan Soeharto dan menjadikan masyarakat untuk tutup mulut terhadap berbagai bentuk manipulasi, korupsi, kolusi dan nepotisme yang dilakukan oleh Soeharto dengan patron-patronnya. Langkah penertiban ekonomi, sebagai langkah yang ketiga telah melahirkan ideologi developmentalism yang mengarahkan seluruh potensi dan masyarakat pada upaya peningkatan produktivitas, efisiensi dan keahlian yang dimiliki dalam usaha meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Ketahanan, kewaspadaan, dan kesiapsiagan nasional dalam tertib hukum, telah menjadi aparatur hukum (polisi, tentara dan hakim) untuk mencurigai setiap tindakan yang bertentangan dengan kebijakan Soeharto. Faktor yang terakhir yaitu telah menjadikan Dwi Fungsi ABRI sebagai suatu ideologi yang mengharuskan ABRI untuk terjun dalam dunia politik menukik tempat keberpijakannya. Awal Orde Baru dimulai, pada saat Sidang Umum ke-V MPRS 1968 yang bersamaan dengan memuncaknya konflik yang terjadi dalam masyarakat, MPRS melahirkan beberapa ketetapan yang memperkokoh kembali kekuasaan Soeharto melalui Tap No.XLIV/1968 tentang pengangkatan Soeharto menjadi Presiden R.I yang sebelumnya masih mengemban Tap MPRS No. IX/1966 dan menugaskan kepada presiden untuk membentuk kabinet pembangunan (Tap No.XLI/1968) dengan missi Panca Krida Kabinet Pembangunan. Tugas utama kabinet pembangunan tersebut adalah menciptakan satabilitas politik dan ekonomi, menyusun dan melaksanakan Repelita, melaksanakan pemilu (Tap No.XLII/1968) tentang pelaksanaan Pemilu 5 Juli 1975), mengembalikan ketertiban dan
  • 18. keamanan masyarakat dengan mengikis habis sisa-sisa G30S/PKI dan setiap usaha yang menyeleweng dan menghina Pancasila dan UUD 1945, dan melanjutkan penyempurnaan dan pembersihan secara menyeluruh aparatur negara. Dengan ketetapan-ketetapan tersebut, Soeharto mulai melaksanakan tugasnya. Tugasnya adalah memilih anggota Kabinet Pembangunan yang dipilih dari lingkaran Soehartois yang sejak masa perjuangan dan sejak revolusi PKI sudah menunjukkan loyalitasnya terhadap Soeharto. Kabinet yang pertama pada masa pemerintahan Soeharto, yang disebut dengan Kabinet Pembangunan pertama dari tahun 1968-1973 dibentuk pada tanggal 10 Maret 1968. Presiden Soeharto memilih 23 menteri. Lingkaran pertama terdiri dari para politisi yang sejak awal munculnya Orde Baru menjadi arsitektur yang bekerja keras untuk Soeharto, dalam lingkaran kedua ini, terdiri dari Adam Malik dan Sri Sultan Hamengkubuwono IX yang di dalam cabinet Orde Baru Adam Malik menjadi menteri luar negeri dan Sri Sultan menjadi wakil Presiden. Untuk membalas jasa keduanya, Soeharto memilih Sri Sultan Hamengkubowono IX sebagai Wapres dan disusul dengan Adam Malik pada periode berikutnya. Lingkaran kedua dalam kabinet Soeharto adalah para teknokratis yang berhaluan liberal, tamatan Perguruan Tinggi terpandang di Amerika, mereka terdiri dari Widjojo Nitisastro, M.Sadli, Soebroto Sarbini Soemawinata, Ali Wardhana, Soemitro Djojohadikusumo dan Emil Salim.57 Lingkaran ketiga terdiri dari para perwira Angkatan Darat (AD) yang merupakan teman dekat Soeharto semasa revolusi fisik (1940-an), demokrasi parlementer, demokrasi terpimpin, dan G 30 S/PKI. Mereka terdiri dari Alamsyah, Sodjono Hoemardani, Ali Moertopo, Yoga Sugama, Suryo, Abdul Kadir, selamet Danudirjo, Nawawi Alif, Sudharmono, Sunarso, Mas Iman, Yusuf Singadikane,dll. Stabilisasi yang dicapai Soeharto pada 1960-an, masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang terus bertumbuh. Yang diperlukan adalah perombakan di hampir seluruh aspek kehidupan perekonomian negara. Jumlah penduduk bertumbuh pada tingkat 2,4 persen per tahun. Petani terus menggantungkan diri pada metode pertanian tardisional yang sudah mererka gunakan selama ratusan tahun. Hasil pertanian tidak cukup untuk ekspor.
  • 19. Industriindustri dalam negeri tidak dapat menyerap tenaga kerja yang meluap dan hamper tidak ada industri yang berarti Penerimaan devisa tidak ada artinya. Upaya awal Soeharto sebagai presiden dengan restrukturisasi aparaturnegara. Soeharto melakukan pengaturan kembali, beberapa departemen dijadikan satu sementara yang lainnya dirampingkan, Departemen Industri Dasar Ringan dan Enerji dibubarkan dan diambil alih oleh Kementrian Negara Perekonomian, Keuangan dan Industri; Departemen Pertanian dan Departemen Urusan Maritim juga dibubarkan.Di bawah kepemimpinan Soeharto, sebagian besar dari porsi anggaran berasal dari bantuan luar negeri, khususnya dari negara-negara kapitalis. Porsi ini jauh lebih besar dari sebelumnya ketika bantuan luar negeri kebanyakan datang dari Moskow atau Peking. Selain mengangkat dua kelompok penasehat ahlin khusus, stau untuk urusan politik dan satu lagi untuk masalah ekonomi. Kelompok yang pertama terdiri dari cendikiawan, tokoh nasional dan militer. Keompok yang kedua terdiri cendekiawan dari fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Kelompok penasihat politik dibubarkan pada tahun 1968 sementara kelompok penasihat ekonomi meneruskan peranannya selama bertahun-tahun di masa mendatang. Tim ekonomi inin melaksanakan tugas seperti para manajer di Lembaga- Lembaga Swasta. Masalah pertama yang harus mereka hadapi adalah bagaimana melunasi hutang luar negeri. Langkah pertama yang diambil adalah dengan mengadakan perundingan-perundingan untuk menjadwal ulang pembayaran hutang-hutang tersebut. Pada waktu itu yang sama disusun pula pedoman-pedoman untuk menarik dana internasional. Prioritas ditekankan dengan harus menghentikan hiperinflasi untuk mengatasi masalah neracar pembayaran dan untuk memulihkan produksi, terutama dalam industri yang berorientasi ekspor. Langkah ini berhasil memenuhi target menstabilkan perekonomian yang rapuh. Inflasi dikurangi dari 640% pada tahun 1966 menjadi 113% di tahun 1967 dan turun lagi ke 85% di tahun 1968. pada tahun 1969, Indonesia memasuki periode kestabilan persediaan beras di mana indeks biaya hidup di Jakarta hanya naik sebanyak 22% selama tiga tahun sesudahnya. Kemudian para ahli mengusulkan untuk mengikuti perekonomian bebas agar negara dapat mengatasi
  • 20. masalah-masalah fiskal dan moneternya.dengan kebijkan ini, Perusahaan- perusahaan Jepang, Amerika, Cina dan pribumi yang besar maupun kecil, berusaha untuk membentuk wajah kapitalisme di Indonesia. Sampai pada tahun 1970-an, Indonesia taat kepada pintu terbuka seperti disarankan oleh pandangan ekonomi liberal Barat dari IMF, Bank Dunia, IBRD, IGGI dan badan-badan internasional lainnya yang jumlahnya terus meningkat banyak. Di awal pemerintahan Soeharto juga terjadi inflasi dan harga-harga bahan pokok yang melambung tinggi, untuk mengatasi maslah ini, Soeharto membuat suatu kebijakan yaitu dengan mencanangkan program Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) dengan basis tiga kebutuhan pokok manusia: sandang, pangan dan papan-pakaian. Tahap perencanaan jangka panjang pertama dimulai pada tahun 1969 dan akan selesai pada tahun 1994, pada tanggal 1 April 1969, Soeharto mengumumkan tujuantujuan yang ingin dicapai pemerintah pada akhir repelita pertama. Tujuan utama repelita dari 1 April 1969 sampai bula Maret 1974 adalah, pertama dan yang paling utama, sandang dan pangan. Repelita kedua dari april 1974 sampai maret 1979 ditujukan untuk mencapai swasembada sandang dan pangan yang terjangkau oleh seluruh rakyat, dan rumah tinggal yang terjangkau bagi rakyat kebanyakan. Infarstruktur dasar akan diperbanyak danditingkatkan. Lowongan pekerjaan akan disediakan secara meluas dan kekayaan akan disebar secara merata. Repelita ketiga dari April 1979 sampai Maret 1984 menuntut standard kehidupan yang lebih tinggi, pendidikan yang lebih baik dan kesejahteraan bagi semua orang, berdasarkan kesetaraan dan keadilan. Karena beras merupakan makanan pokok yang utama, prioritas ditetapkan untuk meningkatkan hasil pertanian dan mencapai swasembada di bidang pertanian. Negara harus mampu mengekspor hasil produksi yang berkaitan dengan pertanian, yang aktivitas produksinya dapat menyerap lebih banyak tenaga kerja. Repelita keempat dari bulan april 1984 sampai Maret 1989 memusatkan perhatian pada peningkatan keberhasilan yang sudah dicapai negeri ini pada saat itu. Pemerintah mengakui bahwa memenuhi kebutuhan pokok masih merupakan masalah utama bagi banyak kalangan masyarakat. Salah satu dari masalah- masalah yang menonjol adalah perbaikan pemerataan kekayaan, dan juga
  • 21. peningkatan kesempatan kerja tanpa diskriminasi (yaitu, kesempatan bagi masyarakat yang berbeda dalam hal ras dan latar belakang ). Pembangunan dibutuhkan di seluruh pelosok wilayah. Apabila pembangunan ekonomi dapat dipercepat, stabilitas negara dapat dipertahankan. Repelita kelima dari bulan April 1989-maret 1994 juga ditujukan sekali lagi pada fase peningkatan standar hidup dan pendidikan rakyat Indonesia, demi agar negara dapat lepas landas menjadi negara industri. Proses ini diperkirakanakan memakan waktu 25 tahun. Pelantikan Soeharto secara berturut- turut ini tidak lepas dari kebijakan represifnya yang menekan rakyat agar memilih Golongan Karya, yaitu organisasi pendukung pemerintah setara partai yang berkuasa ketika masa Orde Baru, daripada memilih partai oposisi seperti Partai Demokrasi Indonesia atau Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Fakta membuktikkan bahwa paling kurang 80% rakyat Indonesia dalam tiap pemilu selalu mencoblos Golkar.59 Ketika Soeharto mengambil alih kepresidenan, Golkar menjadi kendaraan politik yang paling penting dalam pemerintahan Soeharto. Pada tanggal 4 februari 1970, dengan menggunakan sebuah lambang partai yang tetap sama sampai sekarang . Golkar memenangkan lebih dari 62% suara pada pemilu tahun 1971, pemilu yang pertama kali diadakan di bawah pemerintahan Soeharto. Pada periode-periode sesudahnya, Soeharto tampil ke panggung kekuasaan melalui Golkar memiliki enam kali andil dalam Pemilu yang menang dengan suara mutlak dan koor setuju di parlemen untuk enam kali juga mengangkat Soeharto menjadi Presiden. Soeharto dipilih kembali untuk kedua kalinya pada tanggal 23 Maret 1973. Soeharto memilih Sultan Hamengkubuwono IX sebagai wakilnya.pada priode ini Kabinet Pembangunan kedua dibentuk pada tanggal 27 Maret 1973, ada 21 orang menteri. Dua diantaranya yang paling utama adalah Ali Wardhana sebagai Menteri Keuangan dan Widjojo Nitisastro sebagai Menteri Negara Perekonomian dan Keuangan/Ketua Bappenas. Selama periode ini, dibangunnya jalan-jalan, pelabuhan dan transportasi, Soeharto juga berhasil meredam gejolak politik. Golkar berhasil memenangkan lebih dari 62% suara untuk kedua kalinya pada pemilihan umum yang diadakan pada bulan Mei 1977. Soeharto menjalankan
  • 22. kontrol lebih ketat ketika Soeharto memerintahkan pembreidelan sebuah surat kabar terkenal dan pengawasan yang ketat terhadap gerakan mahasiswa. Pada tanggal 22 Maret 1978 Soeharto berhasil menjadi Presiden kembali untuk ketiga kalinya. Pada periode ini, Soeharto mengangkat Adam Malik sebagai Wakil Presiden. Ada 24 menteri yang membantu Soeharto dalam Kabinet Pembangunan babak ketiga ini, yang dibentuk pada tanggal 29 Maret 1978. Kabinet ini bertahan sampai tahun 1983. Pada tanggal 19 Maret 1982, sebagai akibat dari banjirnya penanaman modal asing yang berbondong-bondong datang ke Indonesia, bangkitnya pengusaha domestik dan pesatnya pertumbuhan pembangunan, Soeharto diberi gelar sebagai Bapak Pembangunan oleh MPR. Walau demikian, ketidakpausan masyarakat semakin menumpuk menjelang dipilihnya Soeharto kembali sebagai Presiden untuk ketiga kalinya, yang ditandai dengan kerusuhan- kerusuhan yang berlangsung pada waktu berlangsungnya kampanye Golkar di Lapangan Banteng. Golkar tetap mampu memenangkan suara sebanyak 54.2% pada pemilu tanggal 4 Mei 1982. Pada saat itulah keprihatinan msayarakat mulai mengemuka dan cara-cara yang digunakan oleh Golkar demi merekayasa pengumpulan suara semakin terungkap. Para pegawai pemerintah mengaku telah menerima amplop gaki mereka yang ditempeli Golkar, yang oleh banyak orang dianggap sebagai sebuah peringatan mengenai partai mana yang seharusnya mereka dukung dalam pemilu. Dalam praktik lainnya, kotak-kotak suara diletakkan di gedung-gedung perkantoran, dimana nama sebuah partai politik dan logonya ditempelkan pada masing-masing kotak. Beginilah cara pemerintah mengawasi perusahaan mana dan di gedung mana yang mendukung Golkar atau partai oposisi. Sayangnya, hanya sedikit sekali orang yang berani menyampaikan keluhan tentang parktikpraktik seperti ini, terutama di antara para birokart yang merupakan mayoritas sumber pemberi suara. Pegawai pemerintahan ingin bermain dengan aman untuk melindungi posisi mereka sendiri. Sektor swasta juga termotivasi oleh kepentingan mereka sendiri untuk mempertahankan status-quo, karena perubahan seperti apa pun dalam hal kepemimpinan negara bisa jadi akan membahayakan posisi mereka. Kebiasaan-kebiasaan seperti inilah yang kemudian
  • 23. membuat pelayaran negeri ini menuju ke kesejahteraan bagi seluruh rakyat menjadi semakin berat dan penuh rintangan. Kabinet pembangunan keempat dibentuk pada tanggal 16 Maret 1983 dan berakhir hingga 1988. kabinet ini terdiri dari 32 menteri dan lima menteri muda. Soeharto memilih Jenderal Umar Wirahadikusumah sebagai Wakil Presiden. Dalam urusan perekonomian Radius Prawiro menggantikan Ali Wardhana sebagai Menteri Ekonomi dan Keuangan/Kepala Pembangunan Nasional. Dalam Kabinet Pembangunan yang dibentuk pada tanggal 21 Maret 1988 dan berakhir pada tahun1993, Sudharmono diangkat sebagai Wakil Presiden. Kabinet ini terdiri dari 32 menteri dan enam menteri muda. Kabinet Pembangunan keenam dibentuk pada tanggal 17 Maret 1993 dan berakhir pada tahun 1998. kabinet baru telah diumumkan dan 19 Maret 1993, Soeharto melantik 40 anggota kabinet yang terdiri dari 38 menteri dan dua pejabat negara setingkat menteri. Komposisi kabinet baru Soeharto itu tidak jauh berbeda dengan yang sebelumnya. Terdiri dari 21 menteri yang membawakan departemen, 13 menteri negra, 4 menteri koordinator, dari tiga dalam tiga periode yang lalu, dan tiga pejabat negara setingkat menteri. Namun yang menarik dari kabinet ini , dari seluruh anggota kabinet, 22 orang adalah wajah baru. Dan yang menonjol dari kabinet ini, dan ini yang tampak berbeda dengan lima cabinet sebelumnya, adalah absennya tim teknokrat. Sejak Orde Baru, tim menteri ekonomi selalu ditampilkan sebagai teknokrat yang merancang dan mengendalikan pembangunan. Tim ekonomi yang dibina Widjojo Nitisastro adalah tim yang mendapat kepercayaan selama 25 tahun periode kepemimpinan Soeharto. Kabinet Pembangunan ini terdiri dari berbagai sumber, ada birokrat, politisi, ABRI, Golkar atau organisasi kemasyarakatan lainnya. Memang ada beberapa ahli ekonomi, tapi berbeda dengan garis tim teknokrat periode. Kabinet ini dibubarkan tahun 1998 dengan evaluasi atas hasil kerja para menteri sepenuhnya berada di tangan Soeharto sebagai presiden sesuai dengan pasal 17 ayat 2 UUD 45 yang menyebutkan bahwa “menteri-menteri diangkat dan diberhentikan oleh presiden.63 Dan kabinet pembangunan ketujuh sekaligus menjadi kabinet terakhir masa kekuasaan Soeharto dibentuk pada tanggal 14
  • 24. Maret 1998 dengan segara dibubarkan pada tanggal 22 Mei 1998,dengan Wakil Presiden BJ.Habibie dan kabinet ini terdiri dari 34 menteri, semua pemain lama dalam masalah-masalah perekonomian yang sudah beredar sejak tahun 1993, Soeharto mengangkat putri sulungnya,Tutut sebagai Menteri Sosial dan Bob Hasan yang notabene sahabat dekat Soeharto sebagai Menteri Perindustrian dan perdagangan. kabinet pembangunan ketujuh ini berakhir, karena pada tanggal 21 Mei adalah tanggal yang paling penting dalam sejarah kekuasan Soeharto, Soeharto menyerahkan kekuasaannya selam 32 Tahun kepada BJ.Habibie.