1. PERANAN PREPOSISI
SEBAGAI UNSUR PEMBENTUK FRASE
Oleh:
MUHTAROM
Kata Kunci: Peranan, Kata Depan, Unsur, Pembentuk, Frase
ABSTRAKSI
Preposisi atau kata depan adalah kata tugas yang berfungsi
sebagai pembentuk frase preposisional. Preposisi terletak di
bagian awal frase dan unsur yang mengikutinya dapat berupa
nomina, adjektiva, atau verba. Jika ditinjau dari segi
bentuknya, preposisi dapat di bedakan menjadi
monomorfemis dan polimorfemis.
Kata depan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia Karangan W.J.S.
Poerwodarminto diartikan sebagai kata yang menjadi pengantar pada kata yang
lain (Poerwodarminto, 1982:450). Harimurti Kridalaksana dalam kamus linguistik
mengistilahkan kata depan sebagai kata depan yaitu satuan bahasa yang bebas dan
mempunyai ciri-ciri fonologis tetap dan bercirikan tekanan yang tetap.
Sedangkan Anton Moeliono dalam bukunya “Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia” memberi pengertian kata depan adalah kata tugas yang bertugas
sebagai unsur pembentuk frase kata depan preposisional, yang terletak di awal
frase dan diikuti oleh kata nomina, adjectiva, dan verba. Tidak jauh berbeda dari
ketiga ahli bahasa yang dikemukakan di atas, Solichin Mansur berpendapat bahwa
kata depan adalah Suatu kata yang dipergunakan untuk menghubungkan kata
benda atau kata ganti benda dengan kata lainnya (Mansur, tt:127).
Selanjutnya Keraf mengemukakan pendapatnya bahwa kata depan adalah
kata yang dapat mengaitkan kata yang lain dalam kalimat (Keraf, 1969:79),
pendapat ini sesuai dengan pendapat tradisional. Ramlan Halim mengatakan
“Kata depan adalah golongan kata atau partikel yang berfungsi sebagai penanda
dalam frase endosentris (Ramlan, 1982:15). Badudu (1974:114) mendefinisikan
1
2. kata depan sebagai kata yang terletak di muka kata-kata yang lain, dan dapat
menghubungkan antara kata yang satu dengan kata yang lain.
Dari beberapa pengertian kata depan yang dikemukakan beberapa ahli
bahasa tersebut di atas pada dasarnya mempunyai kesamaan pandangan, hanya
istilah yang digunakan ada sedikit perbedaan. Poerwodarminto menggunakan
istilah kata sebagai pengantar ........., Harimurti menggunakan istilah kata depan.
Anton Moeliono menyebut kata depan sebagai kata yang bertugas membentuk
frase. Sedangkan Solichin Mansur, Keraf dan Ramlan Halim menyebut kata depan
sebagai penghubung atau pengkait antar kata.
Namun apabila dikaji lebih jauh, pendapat Anton Moeliono lebih
terperinci dan lebih lengkap bila dibandingkan dengan pendapat ahli bahasa
lainnya.
Sebagai rujukan dalam pembahasan ini, pengertian kata depan yang
digunakan penulis adalah sesuai dengan pendapat Anton Moeliono. Jadi kata
depan adalah kata tugas yang berfungsi sebagai unsur pembentuk frase dan diikuti
oleh kata nomina, adjectiva, dan kata verba.
Dalam bukunya “Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia” Anton Moeliono
membedakan kata depan sebagai berikut:
1) Kata depan monomorfemis: kata depan yang hanya terdiri dari satu morfem.
Yang termasuk kata depan monomorfemis antara lain;
a. Kata di ; berguna untuk menandai hubungan tempat berada.
Contoh:
- Kantor Agraria terletak di jalan Melawai.
- Letak Pasar Baru di depan Perhutani.
- Amin sekolah di SDN Ronggomulyo IV.
b. Kata ke ; berguna untuk menandai hubungan arah atau menuju suatu
tempat.
Contoh:
- Jarak antara Jenu ke Kabupaten Tuban + 10 km.
- Sari sakit demam sehingga harus dibawa ke Puskesmas.
- Pukul 07.00 WIB Pak Hari sudah pergi ke kantor.
c. Kata dari ; berguna untuk menandai hubungan asal, arah dari suatu tempat
2
3. atau milik.
Contoh:
- Bahan pencemar itu berasal dari pabrik cat.
- Dari dahulu hingga sekarang dia tetap membujang.
- Lilies berangkat dari Jakarta naik bus malam.
d. Kata pada : berguna untuk menandai hubungan tempat atau waktu.
Contoh:
- Pada hari ulang tahunmu, terpaksa aku tidak dapat hadir karena ada
kepentingan keluarga.
- Rapat nanti sebaiknya diselenggarakan pada hari Minggu.
- Hari jadi Jenu Kabupaten Tuban jatuh pada tanggal 12 November.
e. Kata dengan ; berguna untuk menandai hubungan kesertaan atau cara.
Contoh:
- Mereka pergi ke pasar dengan adiknya.
- Belajarlah dengan rajin agar naik kelas.
- Dengan cepatnya, petir menyambar pohon kelapa.
f. Kata oleh ; berguna untuk menandai hubungan pelaku.
Contoh:
- Penjahat yang sadis ditangkap oleh polisi.
- Baju yang seksi itu dibuat oleh Mira.
- Mobil mewah yang melintas di depan rumahku ternyata dikendarai
oleh Pak Burham.
g. Kata tentang ; berguna untuk menandai ikhwal suatu peristiwa.
Contoh:
- Sejak kecil anak itu sudah kelihatan cerdas.
- Sejak ditinggal mati ibunya, banyak teman-teman yang kasihan
padanya.
- Saya tunggu sejak tadi, ternyata tidak datang.
h. Kata bagi, untuk, buat, dan guna mempunyai fungsi yang sama yaitu untuk
menandai hubungan peruntukan.
Contoh:
- Ibu membeli oleh-oleh buat Rina.
3
4. - Mereka korbankan jiwa dan raganya bagi kemerdekaan bangsa dan
negara.
- Pendidikan adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
- Mahasiswa menyelesaikan skripsi untuk memenuhi salah satu syarat
guna memperoleh gelar kesarjanaan.
2) Kata depan polimorfemis adalah kata depan yang terdiri atas gabungan
afiks/kata.
Ada beberapa kata yang termasuk kata depan polimorfemis antara lain:
a. Kata kesana dan beserta: mempunyai fungsi untuk menandai hubungan
kesertaan.
Contoh:
- Sebaiknya jangan ikut kesana nanti bisa berbahaya.
- Paman transmigrasi beserta anak istrinya.
b. Kata menjelang: berfungsi untuk menandai hubungan waktu sesaat dan
sebelum.
Contoh:
- Inu berangkat ke Surabaya menjelang petang.
- Menjelang perpisahan itu hatinya mulai sedih.
c. Kata menuju : berguna untuk menandai hubungan tujuan atau arah ke
suatu tempat.
Contoh:
- Kiat menuju sukses salah satunya harus bekerja keras.
- Dengan agak ragu dia menuju panggung untuk menyumbangkan satu
lagu kenangan.
d. Kata menurut : berguna untuk menandai hubungan sumber kutipan
Contoh:
- Menurut pendapat Ramlan kata depan dibagi menjadi empat macam.
e. Kata sekeliling : berguna untuk menandai hubungan ruang lingkup
geografis.
Contoh:
- Rumah mewah itu sekelilingnya dipagari kawat berduri.
f. Kata sekitar : berguna untuk menandai hubungan ruang lingkup geografis
4
5. dan waktu.
Contoh:
- Alam sekitar kita wajib dilestarikan.
- Sekitar pukul sebelas malam kakak baru pulang.
g. Kata selama : berguna untuk menandai hubungan waktu.
Contoh:
- Selama hayat masih dikandung badan.
- Ayah bertugas di Jakarta selama satu bulan.
h. Kata sepanjang : berguna untuk menandai hubungan kurun waktu atau
bentangan lokasi.
Contoh:
- Sepanjang perjalanan wisata ini sangat menyenangkan.
- Sepanjang jalan kulihat kebun teh yang sangat indah.
i. Kata mengenai : berfungsi untuk menandai hubungan sasaran atau obyek.
Contoh:
- Lemparan anak itu mengenai kaca jendela.
- Sebaiknya kita bicara mengenai pokok permasalahannya saja.
j. Kata terhadap : berfungsi menandai hubungan arah.
Contoh:
- Terhadap persoalan yang pelik ini jangan tergesa-gesa mengambil
keputusan.
k. Kata bagaikan : berfungsi untuk menandai hubungan pemiripan.
Contoh:
- Bagaikan telur di ujung tanduk.
3) Kata depan polimorfemis gabungan kata depan dengan kata depan.
Yang termasuk kata depan jenis ini antara lain;
a. Kata daripada ; berguna untuk menandai hubungan perbandingan.
Contoh;
- Lebih baik kita belajar daripada bermain terus.
- Daripada jalan kaki mendingan naik taksi.
b. Kata kepada ; ; berguna untuk menandai hubungan arah menuju ke suatu
tempat.
5
6. Contoh;
- Hadiah diberikan kepada pemenang lomba itu.
- Kepada yang terhormat bapak Camat Jenu.
c. Kata oleh karena ; berguna untuk menandai hubungan penyebab.
Contoh;
- Oleh karena mobilnya mogok, terpaksa ia harus mendorongnya.
- Memang dari dulu ia sangat rajin dan tekun, oleh karena itu tidak
heran kalau sekarang menjadi orang yang berhasil.
d. Kata selain ; berguna untuk menandai hubungan perkecualian.
Contoh;
- Selain yang membawa karcis dilarang masuk.
- Selain karyawan dilarang masuk.
e. Kata sampai ; berguna untuk menandai hubungan batas waktu.
Contoh;
- Kakak belajar sampai larut malam.
- Berusahalah sampai berhasil mencapai cita-cita.
4) Kata depan polimorfemis gabungan kata depan dengan bukan kata depan,
antara lain;
Kata di atas, di bawah, di belakang, di muka, ke dalam, keluar, ke samping,
dari luar, dan dari dalam. Kata-kata yang tersebut di atas masing-masing
mempunyai kesamaan, kegunaan, dan fungsi yaitu memberi keterangan pada
kata yang menyertai.
Contoh;
- Buku gambar Ani ditaruh di atas meja.
- Di belakang rumah Adi ada kebun bunga.
Nelson (dalam Alwasilah, 1974:20-21) mengklasifikasikan kata depan
menjadi delapan macam yaitu:
1) Noun determiners (penentu kata benda) adalah kata-kata yang kehadirannya
sebelum hadirnya kata benda.
2) Helping verbs (kata kerja bantu) yaitu kata yang berfungsi sebagai pelaku
pekerjaan dan sebagai pembantu kata yang lain.
3) Qualifiers (kata-kata penegas) ialah kata-kata yang berfungsi sebagai penegas
6
7. kata yang lain.
4) Coordinators (kata penghubung) adalah kata yang dapat menghubungkan
antara yang satu dengan kata yang lain.
5) Interrogators (kata tanya) adalah kata yang digunakan untuk penanda
pertanyaan pada kalimat tanya.
6) Includers (kata sambung) adalah kata yang dapat menyambungkan/
menggabungkan kata yang satu dengan yang lain.
7) Sentence linkers (penghubung kalimat), dan
8) Miscellaneaus group (kata campuran) adalah kata yang terdiri atas kata
penunjuk dan kata sambung, kata ini juga dapat berfungsi sebagai penunjuk
atau penghubung pada kalimat.
Ramlan Halim dalam bukunya yang berjudul “Kata Depan atau Kata
depan Dalam Bahasa Indonesia” membedakan kata depan menjadi;
1) Kata depan partikel,
2) Kata depan konstruksi indosentris dan eksosentris,
3) Kata depan frase depan, dan
4) Kata depan perbedaan kata depan dan kata penghubung.
J.S. Badudu membedakan kata depan menjadi tiga macam yaitu;
1) Kata depan sejati,
2) Kata depan majemuk,
3) Kata depan yang tidak tergolong sejati dan tidak tergolong majemuk.
Dari keempat pendapat ahli bahasa yang dikemukakan di atas pada
dasarnya mempunyai kesamaan, namun pendapat Anton Moeliono lebih terperinci
dan mudah dipahami. Oleh karena itu dalam penelitian ini penulis berpijak pada
klasifikasi kata depan yang dikemukakan oleh Moeliono.
Selanjutnya sesuai dengan materi kata depan yang diajarkan di sekolah
dasar khususnya kelas IV, maka jenis kata depan yang diteliti adalah penggunaan
kata depan monomorfemis yang terdiri dari: di, ke, dari, pada, dan dengan.
Dilihat dari segi pemakaiannya, Gorys Keraf membagi menjadi dua
macam, yaitu kata monovalen dan kata ambivalen (Keraf, 1984:91). Lebih lanjut
dijelaskan kata monovalen (bernilai satu) yaitu kata yang semata-mata bertugas
untuk memperluas kalimat, sedangkan kata ambivalen (bernilai dua) yaitu kata
7
8. depan di samping sebagai kata tugas, dapat juga bertindak sebagai jenis kata lain,
baik dalam bentuk suatu kalimat minim maupun dalam merubah bentuknya.
Pendapat ini didasarkan pada sering tidaknya kata depan digunakan oleh
seseorang dalam kegiatan berbahasa.
Dengan menggunakan istilah yang sedikit berbeda, Adiwimarta dkk,
membagi frekuensi pemakaian kata depan menjadi dua macam yaitu: (1) kata-kata
yang berfrekuensi tinggi ialah kata-kata yang sering dipakai dalam percakapan
sehari-hari, dan (2) kata-kata yang berfrekuensi rendah, yaitu kata-kata yang
dipakai oleh beberapa golongan saja, dan hanya dalam keadaan khusus jarang
dipergunakan (Adiwimarta dkk, 1978:7).
Dengan demikian dari beberapa urainan di atas dapat disimpulkan bahwa,
penguasaan kata depan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan
berbahasa secara tulisan. Agar seseorang dapat mengungkapkan perasaan dan
menangkap buah pikiran orang lain, maka seseorang diharuskan menguasai
penggunaan kata, terutama kata depan. “Seseorang yang penguasaan kata
depannya terbatas, tentu akan terbatas pula kemampuan mengungkapkan buah
pikirannya, terutama dalam menyusun kata pada sebuah kalimat” (Silaidin,
1981:11).
KAJIAN PUSTAKA
Adiwimarta, Sri Sukesi, dkk. 1978. Tata Istilah Indonesia. Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
8
9. Alwasilah, Chaedar. 1983. Pengantar Linguistik. Bandung: N.V. Ganeka.
Badudu, J.S. 1983. Tata Bahasa Indonesia Ditinjau dari Segi Tata Bahasa
Indonesia dalam Rusyana dan Samsuri.
Depdikbud. 1994. Kurikulum Pendidikan Dasar Garis-Garis Program Pengajaran
(GBPP) Kelas IV Sekolah Dasar: Jakarta: Depdikbud.
Halim, Amran, dkk. 1974. Ujian Bahasa. Bandung: N.V. Ganeco.
Keraf, Gorys. 1981. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Kridalaksana, Harimurti. 1974. Fungsi Bahasa dan Sikap Bahasa. Ende Flores:
Nusa Indah
Kridalaksana, Harimurti. 1984. Kamus Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia.
Moeliono, Anton, M. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Perum
Balai Pustaka.
Poerwadarminto, W.J.S. 1982. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PT.
Gramedia.
Solichin, Mansur, M. 1988. Tata Bahasa, Tata Bunyi, Tata Makna, dan Tata
Kalimat. Malang: IKIP Malang.
Tarigan, Henry Guntur. 1985. Pengajaran Semantik. Bandung: Angkasa.
9
10. Alwasilah, Chaedar. 1983. Pengantar Linguistik. Bandung: N.V. Ganeka.
Badudu, J.S. 1983. Tata Bahasa Indonesia Ditinjau dari Segi Tata Bahasa
Indonesia dalam Rusyana dan Samsuri.
Depdikbud. 1994. Kurikulum Pendidikan Dasar Garis-Garis Program Pengajaran
(GBPP) Kelas IV Sekolah Dasar: Jakarta: Depdikbud.
Halim, Amran, dkk. 1974. Ujian Bahasa. Bandung: N.V. Ganeco.
Keraf, Gorys. 1981. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Kridalaksana, Harimurti. 1974. Fungsi Bahasa dan Sikap Bahasa. Ende Flores:
Nusa Indah
Kridalaksana, Harimurti. 1984. Kamus Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia.
Moeliono, Anton, M. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Perum
Balai Pustaka.
Poerwadarminto, W.J.S. 1982. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PT.
Gramedia.
Solichin, Mansur, M. 1988. Tata Bahasa, Tata Bunyi, Tata Makna, dan Tata
Kalimat. Malang: IKIP Malang.
Tarigan, Henry Guntur. 1985. Pengajaran Semantik. Bandung: Angkasa.
9