Industri pariwisata yang terdiri dari bisnis pariwisata dan ekonomi kreatif dilaporkan sebagai sektor yang paling terdampak pada masa pandemi COVID-19. Pandemi yang telah berlangsung selama lebih dari 2 tahun sejak pertama kali masuk Indonesia pada tahun 2020 hingga awal tahun 2022 membawa dampak buruk pada seluruh sektor termasuk bisnis terkhusus pariwisata dan ekonomi kreatif. Hal ini ditunjukkan dengan laporan Kementerian Pariwisata pada tahun 2019-2020 dimana imbas dari terjadinya COVID-19 adalah penurunan jumlah wisatawan internasional yang menyebabkan menurunnya tingkat okupansi hotel di Indonesia yang signifikan hinga 28.66%, bisnis MICE yang mengalami kerugian hingga 2.69 triliun dan 50 ribu pekerja kreatif di industri pariwisata terancam kehilangan pekerjaan, pembatalan tiket pesawat, dan penurunan penjualan langsung souvenir tenun ikat NTT sampai 85%. Oleh karena itu, diperlukan upaya-upaya pemulihan bagi pengelola unit usaha bisnis pariwisata dan ekonomi kreatif salah satunya melalui penerapan online platform untuk pemasaran produk pariwisata.
Pandemi COVID-19 mendorong akselerasi digital. Melalui platform online digital, konsumen tetap tekoneksi satu sama lain. Teknologi digital telah menjadi katalisator yang membantu konsumen beraktivitas di tengah pembatasan sosial. Saat ini, mayoritas konsumen mulai mampu menggunakan online platform dan hal ini merupakan peluang bagi unit bisnis pariwisata dan ekonomi kreatif untuk membangkitkan kembali usahanya termasuk bagi industri pariwisata di Kota Kupang yang mengalami dampak yang sama.
Metode penelitian ini adalah penelitian kualitatif melalui pendekatan instrumen penelitian yakni pedoman wawancara yang dilakukan pada pengelola unit bisnis pariwisata di Kota Kupang. Adapun pengelola unit bisnis pariwisata dan ekonomi kreatif yang menjadi sasaran dalam penelitian ini adalah sejumlah 10 unit usaha. Adapun informasi yang ingin diperoleh adalah mengenai karakteristik usaha, dampak pandemi pada usaha, dan upaya-upaya dalam meningkatkan kembali volume usaha terutama dengan menggunakan online platform. Jenis data dalam penelitian ini terbagi menjadi dua yakni jenis data kuantitatif dan jenis data kualitatif. Jenis data kuantitatif dikumpulkan melalui pemanfaaatan data di website dan statistik yang ada sedangkan data kualitatif diperoleh langsung dari pengelola unit usaha.
2. Facts:
• Coastal and Marine Tourism in Labuan Bajo (LBJ)
is emerging destination, with increasing tourist
visit from 117.102 in 2017 to 144.068 in 2018
(Putri & Aras, 2021)
• As the only premium tourist destination
designed by government, each tourist is
estimated to spend USD $500 during the trip to
LBJ to boost earnings and generate employment
for local community (Ratman, 2016)
Problems:
• Indigenous community that engage in tourism
enterprises face some challenges in terms of
skills and accessibility.
Significant:
• Within tourism literature, little attention has been
given to characterize indigenous tourism
enterprises, to elaborate opportunity, challenges,
roles, and the manifestation of it in emerging
tourist destination
• In addition, the model of indigenous tourism
enterprises model still remaining unknown in
relation to support SDGs agenda.
3. Research Question:
1. What is Indigenous Tourism Enterprises
characteristics and how does it manifest in
way tourism is being carried out at Labuan
Bajo?
2. What is the opportunity and challenges faces
by indigenous owners when runs tourism
enterprises in emerging tourist destination?
3. What is the role of Indigenous Tourism
Enterprises to support Sustainable
Development Goals in Labuan Bajo?
4. • Objectives :
1A. To critically explore and describe the
characteristics and elements of indigenous tourism
enterprises
1.B. To explore Labuan Bajo Indigenous Tourism
Enterprises relationship with Sustainable
Development Goals
2. To elaborate the possible opportunities and
challenges face by indigenous owners tourism
enterprises in emerging tourist destination
3. To explore the potential of Indigenous Tourism
Enterprises model to support Sustainable Tourism
Goals.
5. Literature Review
• Many indigenous communities face social and
economic disadvantage in terms of economic,
educational and basic standards of living below
that of the dominant groups in these societies
(Altman 2001, 2007; Altman et al. 2005, 2009;
Deruytteree 1997; Fuller et al. 2005; Lindsay
2004).
• Scheyvens and Hughes (2019) reveals how
tourism could enable the achievement of SDG1
(Eradication of poverty) as it generates a local
community’s wellbeing.
• Winchenbach et al. (2019), tourism enterprises
and regulators to support the achievement of
SDG8 (Decent work)
• Nguyen et al. (2019) suggests that the
implementation of SDGs requires the direct
involvement from both internal and external
actors
• Thus it is considered timely and arguably
crucial, to identify those factors that indigenous
tourism operators associate with the drivers or
inhibitors of indigenous tourism businesses in
relation to support SDGs agenda.
6. • Methodology:
• This study will be conducted in emerging marine
and coastal tourist destination in Labuan Bajo,
Indonesia.
• Data collection:
• observation,
• face to face – in depth – and semi structured
interviews,
• content analyses,
• The research objectives will be achieved through
an interpretative qualitative research design with
convenience-sampling comprehensive desk audit
with Labuan Bajo indigenous tourism business
operators
