Surat ini ditulis oleh seorang ayah yang sangat merindukan anaknya. Ayah menjelaskan bahwa menjadi ayah itu mulia namun berat, dan tugasnya adalah mendekatkan anak kepada Allah. Ayah berusaha memberikan teladan dengan selalu mendekatkan diri kepada Allah, agar anak dapat dengan mudah mengikutinya dalam mengenal Allah. Ayah berharap suatu hari nanti ketika berdiri di hadapan Allah, ia dapat me
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Aku tuliskan surat ini atas nama rindu
1. KERINDUAN YANG MENDALAM
Aku tuliskan surat ini atas nama rindu, yang besarnya hanya Allah yang tahu. Sebelum
kulanjutkan, bacalah surat ini sebagai surat seorang laki-laki kepada seorang laki-laki : Surat
Seorang Ayah Nak, menjadi ayah itu indah dan mulia. Besar kecemasanku menanti
kelahiranmu dulu belum hilang hingga saat ini. Kecemasan yang indah karena ia didasari
sebuah cinta.
Sebuah cinta yang telah terasakan bahkan ketika yang dicintai belum sekalipun
kutemui. Nak, menjadi ayah itu mulia. Bacalah sejarah Nabi-Nabi dan Rasul dan temukanlah
betapa nasehat yang terbaik itu dicatat dari dialog seorang ayah dengan anak-anaknya.
Meskipun demikian, ketahuilah Nak, menjadi ayah itu berat dan sulit. Tapi kuakui, betapa
sepanjang masa kehadiranmu di sisiku, aku seperti menemui keberadaanku, makna
keberadaanmu, dan makna tugas kebapakanku terhadapmu.
Sepanjang masa keberadaanmu adalah salah satu masa terindah dan paling aku
banggakan di depan siapapun. Bahkan dihadapan Allah, ketika aku duduk berduaan
berhadapan dengan Nya, hingga saat usia senja ini. Nak, saat pertama engkau hadir, kucium
dan kupeluk engkau sebagai buah cintaku dan ibumu. Sebagai bukti, bahwa aku dan ibumu
tak lagi terpisahkan oleh apapun jua. Tapi seiring waktu, ketika engkau suatu kali telah
mampu berkata: "TIDAK", timbul kesadaranku siapa engkau sesungguhnya. Engkau bukan
milikku, atau milik ibumu Nak. Engkau lahir bukan karena cintaku dan cinta ibumu. Engkau
adalah milik Allah.
Tak ada hakku menuntut pengabdian darimu. Karena pengabdianmu semata-mata
seharusnya hanya untuk Allah. Nak, sedih, pedih dan terhempaskan rasanya menyadari siapa
sebenarnya aku dan siapa engkau. Dan dalam waktu panjang di malam-malam sepi, kusesali
kesalahanku itu sepenuh-penuh air mata dihadapan Allah. Syukurlah, penyesalan itu
2. mencerahkanku. Sejak saat itu Nak, satu-satunya usahaku adalah mendekatkanmu kepada
pemilikmu yang sebenarnya.
Membuatmu senantiasa berusaha memenuhi keinginan pemilikmu. Melakukan segala
sesuatu karena Nya, bukan karena kau dan ibumu.Tugasku bukan membuatmu dikagumi
orang lain, tapi agar engkau dikagumi dan dicintai Allah. Inilah usaha terberatku Nak, karena
artinya aku harus lebih dulu memberi contoh kepadamu dekat dengan Allah. Keinginanku
harus lebih dulu sesuai dengan keinginan Tuhan. Agar perjalananmu mendekati Nya tak lagi
terlalu sulit. Kemudian, kitapun memulai perjalanan itu berdua, tak pernah engkau
kuhindarkan dari kerikil tajam dan lumpur hitam.
Aku cuma menggenggam jemarimu dan merapatkan jiwa kita satu sama lain. Agar
dapat kau rasakan perjalanan ruhaniah yang sebenarnya. Saat engkau mengeluh letih berjalan,
kukuatkan engkau karena kita memang tak boleh berhenti. Perjalanan mengenal Allah tak
kenal letih dan berhenti, Nak. Berhenti berarti mati, inilah kata-kataku tiap kali memelukdan
menghapus air matamu, ketika engkau hampir putus asa. Akhirnya Nak, kalau nanti, ketika
semua manusia dikumpulkan di hadapan Allah, dan kudapati jarakku amat jauh dari Nya, aku
akan ikhlas. Karena seperti itulah aku di dunia. Tapi, kalau boleh aku berharap, aku ingin saat
itu aku melihatmu dekat dengan Allah. Aku akan bangga Nak, karena itulah bukti bahwa
semua titipan bisa kita kembalikan kepada pemiliknya. Dari ayah yang senantiasa
merindukanmu. "However and Whatever... Your dad is the best father for you..."