2. JENIS & BENTUK
PENGGABUNGAN
TINDAK PIDANA
PERBARENGAN ATURAN / CONCURSUS IDEALIS
(eendaadse samenloop) / Gabungan satu
perbuatan
PERBUATAN BERLANJUT / Voortgezette handeling
Perbuatan yg berdiri sendiri, tetapi memiliki pertalian satu
perbuatan dg perbuatan yg lain.
CONCURSUS REALIS (Meerdaadse samenloop) / Gabungan
beberapa perbuatan
3. PENGERTIAN
CONCURSUS / SAMENLOOP ADALAH
BAHWA SATU ORANG ATAU LEBIH
MELAKUKAN LEBIH DARI SATU TINDAK
PIDANA.
TUJUAN CONCURSUS
Menerapkan asas legalitas,
Kepastian Hukum khususnya dalam
hal pemidanaan
Gabungan tindak pidana terjadi apabila
seseorang melakukan beberapa perbuatan dan
belum dijatuhi putusan hakim atas diri orang
tersebut dan terhadap beberapa pelanggaran
dari beberapa peratuan pidana itu diadili
sekaligus
Loby Luqman
4. SYARAT-SYARAT
GABUNGAN
TINDAK PIDANA
TERDAPAT 2 ATAU LEBIH PERBUATAN TINDAK
PIDANA YANG DILAKUKAN
01
DUA ATA LEBIH TINDAKAN ITU DILAKUKAN
OLEH SATU ORANG
02
DUA ATAU LEBIH TINDAK PIDANA ITU BELUM
PERNAH DIADILI
03
DUA ATAU LEBIH TINDAK PIDANA ITU AKAN
DIADILI SECARA SEKALIGUS
04
5. 1. PERTIMBANGAN PSIKOLOGIS :
Menjalani Pidana satu kali dalam waktu yang lama dirasakan lebih berat daripada
menjalani pidana dua kali dalam jumlah yang sama
2. PERTIMBANGAN KESALAHAN :
Kesalahan sipelaku dalam melakukan tindak pidana berikutnya dipandang lebih ringan
daripada kesalahan dalam hal melakukan tindak pidana yang pertama
Dasar Pertimbangan Penjatuhan hukuman terberat bagi
pelaku yang melakukan beberapa pelanggaran
perundang2an :
6. BEBERAPA
STELSEL
PIDANA
1). PIDANA MINIMAL UMUM / ALGEMENE STRAFMINIMA, YANG
DIMAKSUDKAN ADALAH PIDANA YANG TERENDAH SECARA
UMUM ( BERLAKU UNTUK SEMUANYA ), STELSEL ( ASAS ) INI
DIPAKAI DALAM KUHP INDONESIA, YAITU PIDANA PENJARA /
KURUNGAN TERENDAH ADALAH 1 ( SATU ) HARI DAN ADANYA
DENDA TERENDAH.
2). PIDANA MAKSIMAL UMUM / ALGEMENE STRAFMAXIMA,
ASAS INI DI INDONESIA HANYA BERLAKU UNTUK PIDANA
YANG MEMBATASI KEBEBASAN ( VRILHEIDSSTRAF ) ATAU
HUKUMAN BADAN, YAITU PALING TINGGI 15 ( LIMA BELAS )
TAHUN, KECUALI BILA TERDAPAT HAL-HAL YANG
MEMBERATKAN
3). PIDANA MAKSIMAL KHUSUS ( SPECIALE STRAFMAXIMA ),
YAITU BAHWA TIAP-TIAP DELIK DIANCAM DENGAN PIDANA
MAKSIMUM SECARA TERSENDIRI
7. 1). ASAS ABSORPSI : MENURUT ASAS INI DALAM HAL SESEORANG
MELAKUKAN BEBERAPA DELIK DENGAN ANCAMAN YANG
BERBEDA-BEDA, TERHADAPNYA HANYA DIJATUHI PIDANA SATU
MACAM SAJA YANG TERBERAT DAN SATU PIDANA INI SEOLAH-
OLAH TELAH MENYERAP PIDANA LAINNYAYANG DIANCAMKAN.
2). ASAS KUMULASI : MENURUT ASAS INI SESEORANG YANG
MELAKUKAN BEBERAPA DELIK DENGAN ANCAMAN PIDANA
SENDIRI-SENDIRI, SEMUANYA DIJATUHKAN KEPADANYA
DENGAN MENJUMLAHKANNYA.
3). ASAS ABSORPSI YANG DIPERTAJAM ( VERSCHERPTE ABSORPTIE
STELESEL ) : YAITU TERHADAP PELAKU YANG MELAKUKAN
BEBERAPA TINDAK PIDANA DENGAN ANCAMAN PIDANA
MASING-MASING, DIJATUHKAN YANG TERBERAT, TETAPI
DITEMBAH DENGAN 1/3 ( SEPERTIGA ) NYA.
4). ASAS KUMULASI SEDANG ( GEMATIGE CUMULATIE STELSEL ) :
DALAM HAL INI SEPERTI HALNYA ASAS ABSORPSI YANG
DIPERTAJAM, TETAPI MELIHAT DARI SUDUT KUMULASI TERLEBIH
DAHULU, YAITU DENGAN MENJUMLAHKAN SELURUH ANCAMAN
YANG ADA, TETAPI YANG DIJATUHKAN ADALAH PIDANA YANG
TERBERAT DITAMBAH DENGAN 1/3 ( SEPERTIGA ) NYA
ASAS-ASAS
8. DASAR HUKUM
BUKU 1 BAB VI :
Pasal 63 sampai Pasal 71 KUHP
Pasal 63 Kuhp : Concursus idelias
Pasal 64 Kuhp : Voorgezatte handeling Perbuatan Berlanjut
Pasal 65 Kuhp :
Pasal 66 Kuhp :
Pasal 67 kuhp :
Pasal 68 Kuhp :
Pasal 69 Kuhp :
Pasal 70 Kuhp :
Pasal 71 Kuhp :
Concursus Realis
10. Pasal 63 KUHP
(1) Jika suatu perbuatan masuk dalam
lebih dari satu aturan piudana, maka
yang dikenakan hanya salah satu
diantara aturan-aturan itu; jika
berbeda-beda yang dikenakan yang
memuat ancaman pidana pokok yang
paling berat
CONCURSUS IDEALIS
11. (2) Jika suatu perbuatan masuk
dalam suatu aturan pidana yang
umum, diatur pula dalam aturan
pidana yang khusus, maka hanya
yang khusus itulah yang
diterapkan.
CONCURSUS IDEALIS
12. (Jika seseorang melakukan satu
perbuatan, terhadap perbuatan
tersebut diatur didalam dua atau
lebih peraturan perundang-
undangan
13. Pasal 65 sampai dengan 70 KUHP
Apabila seseorang melakukan beberapa perbuatan
dan tiap-tiap perbuatan merupakan tindak pidana
yang berdiri sendiri, dan terhadap perbuatan
tersebut diadili secara sekaligus
Concursus Realis Hetrogenius, apabila jenis tindak
pidana yang diulang tersebut berbeda
Concursus realias homogenius, apabila jenis tindak
pidana yang diulang tersebut sama
CONCURSUS REALIS
14. Pasal 65 KUHP
(1) Dalam hal perbarengan beberapa
perbuatan yang harus dipandang
sebagai perbuatan yang berdiri
sendiri sehingga merupakan
beberapa kejahatan, yang diancam
dengan pidana pokok yang sejenis,
maka dijatuhkan hanya satu pidana
KEJAHATAN PIDANA
POKOK YANG
SEJENIS
15. Pasal 65 KUHP
(2) Maksimum pidana yang dijatuhkan
ialah jumlah maksimum pidana
yang diancam terhadpa perbuatan
itu, tetapi tidak boleh lebih
daripada maksimum pidana yang
terberat ditambah sepertiga
16. KEJAHATAN PIDANA
POKOK YANGTIDAK
SEJENIS
Pasal 66 KUHP
(1) DALAM HAL PERBARENGAN BEBERAPA PERBUATAN
YANG MASING-MASING HARUS DIPANDANG SEBAGAI
PERBUATAN YANG BERDIRI SENDIRI SEHINGGA
MERUPAKAN BEBERAPA KEJAHATAN, YANG DIANCAM
DENGAN PIDANA POKOK YANG TIDAK SEJENIS , MAKA
DIJATUHKAN PIDANA ATAS TIAP-TIAP KEJAHATAN,
TETAPI JUMLAHNYA TIDAK BOLEH MELEBIHI
MAKSIMUM PIDANA YANG TERBERAT DITAMBAH
SEPERTIGA.
17. Pasal 64 KUHP
PERBUATAN BERLANJUT
(Voortgezette handeling)
(1) Jika antara beberapa perbuatan,
meskipun masing-masing
merupakan kejahatan atau
pelanggaran, ada hubungannya
sedemikian rupa sehingga harus
dipandang sebagai satu perbuatan
berlanjut, maka hanya diterapkan
satu aturan pidana; jika berbeda-
beda, yang diterapkan yang memuat
ancaman pidana pokok yang paling
berat
18. PERBUATAN BERLANJUT
(Voortgezette handeling)
Syarat Perbuatan Berlanjut
menurut MvT
1. Beberapa perbuatan yang
dilakukan seseorang harus
timbul dari satu kehendak yang
terlarang
2. Antara perbuatan-perbuatan
yang dilakukan itu tidak boleh
melampaui jangka waktu yang
lama
3. Beberapa perbuatan yang
dilakukan seseorang itu harus
sama jenisnya