SlideShare a Scribd company logo
1 of 23
Download to read offline
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
1 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
1 NOMOR 70TAHUN 2009
I TENTANG
~ KONSERVASI ENERGI
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menirnbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 25 ayat (5)
Undang-Undang Nomor 30Tahun 2007 tentang Energi, perlu
menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Konservasi
Energi;
Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2)Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 96, Tarnbahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4746);
I MEMUTUS'KAN:
Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG KONSERVASI
ENERGI.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
1. Konservasi energi adalah upaya sistematis, terencana,
dan terpadu guna melestarikan sumber daya energi
dalam negeri serta meningkatkan efisiensi
pemanfaatannya.
2. Energi adalah kemarnpuan untuk melakukan kerja yang
dapat berupa panas, cahaya, mekanika, kimia, dan
elektromagnetika.
3. Sumber energi adalah sesuatu yarig dapat menghasilkan
energi,. baik secara langsung rnaupun melalui proses
konversi atau transformasi.
4.Sumber ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
4, Surnber daya energi adalah sumber daya dam yang
dapat dhnanfaatkan, baik sebagai sumber energi
maupun sebagai energi.
5. Badan usaha adalah perusahaan berbentuk badan
hukum yang menjalankan jenis usaha bersifat tetap,
terus-menerus, dan didirikan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan, serta bekerja dan berkedudukan
dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
6. Bentuk usaha tetap adalah badan usaha yang didirikan
dan berbadan h u b di luar wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang melakukan kegiatan dan
berkedudukan di wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan wajib mematuhi peraturan perundang-
undangan yang berlaku di Republik Indonesia.
7. Pengusaha adalah perseorangan, badan usaha, bentuk
usaha tetap yang melakukan pengusahaan energi
terrnasuk produsen peralatan pemanfaat energi.
8. Pemanfaatan energi adalah kegiatan menggunakan
energi, baik langsung maupun tidak langsung, dari
sumber energi.
9. Produsen peralatan hemat energi adalah perseorangan
atau badan usaha yang mernpunyai kegiatan usaha
yang memproduksi danlatau melakukan pengadaan
peralatan yang hemat energi.
10,Pengguna energi adalah perseorangan, badan usaha,
bentuk usaha tetap, lembaga pemerintah, dan lembaga
non pemerintah, yang memanfaatkan energi uiltuk
menghasilkan produk danlatau jasa.
11.Pengguna sumber energi adalah perseorangan, badan
usaha, bentuk usaha tetap, lembaga pemerintah, dan
lembaga non pemerintah, yang menggunakan sumber
energi.
12.Peralatan hemat energi adalah piranti atau perangkat
atau fasilitas yang dalam pengoperasimnya
memanfaatkan energi secara heinat sesuai dengan
benchmark hemat energi yang ditetapkan.
13. Peralatan . . .
PRESIDEN
REPUSLlK INDONESIA
13.Peralatan pemanfaat energi adalah piranti atau
perangkat atau fasilitas yang dalam pengoperasiannya
memanfaatkan sumber energi atau energi.
14.Audit energi adalah proses evaluasi pemanfaath energi
dan identifikasi peluang penghematan energi serta
rekomendasi peningkatan efisiensi pada pengguna
energi dan pengguna sumber energi dalam rangka
konservasi energi.
15.Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah,
adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang
kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
16.Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati, atau
walikota dan perangkat daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah.
17.Menteri adalah menteri yang membidangi urusan energi.
BAB I1
TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH, PEMERINTAH DAERAH,
PENGUSAHA DAN MASYP.RAKAT
Bagian Kesatu
Umum
(1) Konservasi energi nasional menjadi tanggung jawab
Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, pemerintah
daerah kabupaten/ kota, pengusaha dan masyarakat.
(2) Tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan berdasarkan rencana induk konservasi
energi nasional.
(1)Rencana induk konservasi energi nasional disusun dan
ditetapkan oleh Menteri.
(2) Rencana induk konservasi energi ilasional paling sedikit
memuat sasaran, pokok-pokok kebijakan, program, dan
langkah-langkah konservasi energi.
(3)Penyusunan ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
(3) Penyusunan rencana induk konservasi energi nasional
dilakukan dengan:
a. mengacu pada rencana umum energi nasional; dan
b. memperhatikan masukan dari instansi terkait,
pemerintah daerah, pengusaha, dan masyarakat.
(4) Rencana induk konservasi energi nasional dibuat untuk
jangka waktu 5 (linla) tahun dan dapat ditinjau setiap
tahun sesuai keperluan.
Bagian Kedua
Tanggung Jawab Pemerintah
Pemerintah sebagaimana dimaksud dalarn Pasal 2
bertanggung jawab secara nasional untuk:
a. merumuskan dan menetapkan kebijakan, strategi, dan
program konservasi energi;
b. mengembangkan sumber daya manusia ymg
berkualitas di bidang konservasi energi;
c. melakukan sosialisasi secara menyeluruh dan
komprehensif untuk penggunaan teknologi yang
menerapkan ko~iservasienergi;
d. mengkaji, menyusun, dan menetapkan kebijakan, serta
mengalokasikan dana dalam rangka pelaksanaan
program konservasi energi;
e. memberikan kemudahan danlatau insentif dalam
rangka pelaksanaan program konservasi energi;
f. melakukan bimbingan teknis konservasi energi kepada
pengusaha, pengguna sumber energi, dan pengguna
energi;
g. melaksanakan program dan kegiatan konservasi energi
yang telah ditetapkan; dan
h. melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
pelaksanaan prograrh konservasi energi.
Bagian .. .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
Bagian Ketiga
Tanggung Jawab Pemerintah Daerah
Pasal 5
Pemerintah daerah pravinsi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 bertanggung jawab sesuai dengan kewenangannya
di wilayah provinsi yang bersangkutan untuk:
a. merumuskan dan menetapkan kebijakan, strategi, dan
program konservasi energi;
b. mengembangkan sumber daya manusia yang
berkualitas di bidang konservasi energi;
c. melakukan sosialisasi secara menyeluruh dan
komprehensif untuk penggunaan teknologi ymg
menerapkan konservasi energi;
d. mengalokasikan dana dalam rangka pelaksanaan
program konservasi energi;
e. memberikan kemudahan dan/atau insentif dalam
rangka pelaksanaan program konservasi energi;
f. melakukan bimbingan teknis konservasi energi kepada
pengusaha, pengguna sumber energi, dan pengguna
energi;
g. melaksanakan program dan kegiatan konservasi energi;
dan
h. melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
pelaksanaan program konservasi energi.
Pemerintah daerah kabupa.ten/kota sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 bertanggung jawab sesuai dengan
kewenangannya di wilayah kabupatenlkota yang
bersangkutan untuk:
a. merumuskan dan menetapkan kebijakan, strategi dan
program konservasi energi;
b. mengembangkan sumber daya manusia yang
berkualitas di bidang konservasi energi;
c. melakukan sosialisasi secara menyeluruh dan
kornprehensif untuk penggunaan teknologi yang
menerapkan konservasi energi;
d. mengalokasikan .. .
PRESIUEN
REPUBLIK INDONESIA
d. mengalokasikan dana dalam rangka pelaksanaan
program konservasi energi;
e. memberikan kemudahan darr/atau insentif dalam
rangka pelaksanaan program konservasi energi;
f. melakukan bimbingan teknis konservasi energi kepada
pengusaha, pengguna sumber energi, dan pengguna
energi;
g. melaksanakan program dan kegiatan konservasi energi;
dan
h. melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
pelaksanaan program konservasi energi.
Bagian Keempat
Tanggung Jawab Peng-usaha
(1) Pengusaha sebagaimana dimaksud dalarn Pasal 2
bertanggungjawab :
a. melaksanakan konservasi energi dalam setiap tahap
pelaksanaan usaha; dan
b. menggunakan teknologi yang efisien energi;
dan/ atau
c. menghasilkan produk dan/atau jasa yang hemat
energi.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai teknologi yang efisien
energi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
diatur dengan Peraturan Menteri.
Bagian Kelima
Tanggung Jawab Masyarakat
Masyarakat sebagaimma dimaksud dalam .Pas& 2
bertanggung jawab mendukung dan melaksanakan program
konservasi energi.
BAB I11 .. .
BAB I11
PELAKSANAAN KONSERVASI ENERGI
Bagian Kesatu
Umum
(1) Pelaksanaan konservasi energi mencakup seluruh tahap
pengelolaan energi,
(2) Pengelolaan energi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi kegiatan:
a. penyediaan energi;
b. pengusahaan energi;
c. pemanfaatan energi; dan
d. konservasi sumber daya energi.
Bagian Kedua
Konservasi Dalarn Penyediaan Energi
Pasal 10
(1) Perseorangan, badan usaha, dan bentuk usaha tetap
dalam kegiatan penyediaan energi wajib melaksanakan
konservasi energi.
(2) Pelaksanaan konservasi energi dalarn kegiatan
penyediaan energi meliputi:
a. perencanaan yang berorientasi pada penggunaan
teknologi yang efisien energi;
b. pemilihan prasarana, sarana, peralatan, bahan, dan
proses yang secara langsung ataupun tidak
langsung menggunakan energi yang efisien; dan
c. pengoperasian sistem yang efisien energi.
Bagian Ketiga
Konservasi Dalam Pengusahaan Energi
Pasal 11
(1) Perseorangan, badan usaha, d m bentuk usaha tetap
dalam melakukan pengusahaan energi wajib melakukan
konservasi energi.
(2)Pengusahaan ...
PHESlDEN
REPUBLIK INDONESIA
(2) Pengusahaan energi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi pengusahaan sumber daya energi, sumber
energi, dan energi.
(3)Pelaksanaan konservasi energi dalam pengusahaan
energi sebagaimana dirnaksud pada ayat (1)dilakukan
melalui penerapan teknologi yang efisien energi yang
memenuhi standar sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Bagian Keempat
Konservasi Dalam Pemanfaatan Energi
Pasal 12
(1) Pemanfaatan energi oleh pengguna sumber energi dan
pengguna energi wajib dilakukan secara hemat dan
efisien.
(2) Pengguna sumber energi dan pengguna energi yang
menggunakan sumber energi danlatau energi lebih
besar atau sama dengan 6.000 (enam ribu) setara ton
minyak per tahun wajib melakukan konservasi energi
melalui manajemen energi.
(3) Manajemen energi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan dengan:
a. menunjuk manajer energi;
b. menyusun program konservasi energi;
c. melaksanakan audit energi secara berkala;
d. melaksanakan rekomendasi hasil audit energi; dan
e. melaporkan pelaksanaan konservasi energi setiap
tahun kepada Menteri, gubernur, atau
bupatilwalikota sesuai dengan kewenangannya
masing-masing.
Pasal 13
(1) Audit energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12
ayat (3)huruf c dilakukan oleh auditor energi internal
dan/atau lembaga yang telah terakreditasi.
(2)Manajer .. .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
(2) Manajer energi sebagaimana dimaksud dalarn Pasal 12
ayat (3) huruf a dan auditor energi sebagaimwa
dimaksud pada ayat (I), wajib memiliki sertifdcat
kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(3) Program konservasi energi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 12 ayat (3)huruf b disusun oleh pengguna
sumber energi dan pengguna energi, paling sedikit
memuat informasi mengenai:
a. rencana yang akan dilakukan;
b. jenis dan konsumsi energi;
c. penggunaan peralatan hemat energi;
d. langkah-langkah konservasi energi; dan
e. jumlah produk yang dihasilkan atau jasa yang
diberikan.
(4) Laporan pelaksanaan konservasi energi sebagaimana
dimaksud dalarn Pasal 12 ayat (3) huruf e disusun
berdasarkan program konservasi energi sebagaimana
dimaksud pada ayat (3).
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyusunan
program dan pelaporan hasil pelaksanaan konservasi
energi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat
(4)diatur dengan Peraturan Menteri.
Bagian Kelima
Konservasi Sumber Daya Energi
Pasal 14
(1) Menteri menetapkan kebijakan konservasi sumber daya
energi.
(2) Kebijakan konservasi sumber daya energi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi tetapi tidak terbatas
pada:
a. sumber daya energi yang diprioritaskan untuk
diusahakan dan/ atau disediakan;
b. jurnlah sumber daya energi yang dapat diproduksi;
dan
c. pembatasan sumber daya energi yang dalam batas
waktu tertentu tidak dapat diushakan.
BAB IV . . .
PRESIDEN
REPUBLIK' INDOlrlESIA
BAB XV
STANDAR DAN LABEL
Pasal 15
(1)Penerapan teknologi yang efisien energi dilakukan
melalui penetapan dan pemberlakuan standar kinerja
energi pada peralatan pemanfaat energi.
(2) Standar sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 16
(1) Penerapan standar kinerja energi pada peralatan
pemanfaat energi sebagaimana dimaksud pada Pasal 15
ayat (1) dilakukan dengan pencariturnan label tingkat
efisiensi energi.
(2) Pencantuman label tingkat efisiensi energi dilakukan
oleh produsen dan importir peralatm pemanfaat energi
pada peralatan pemanfaat energi secara bertahap sesuai
tata cara labelisasi.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pentahapan, tata cara
labelisasi, dan jenis-jenis peralatan pemanfaat energi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan
Peraturan Menteri.
BAB Y
KEMUDAHAN, INSENTIF, DAN DISINSENTIF
Bagian Kesatu
Kemudahan dan Insentif
Pasal 17
Pemerintah dan/ atau pemerintah daerah memberi
kemudahan kepada pengguna energi dan produsen
peralatan hemat energi di dalarn negeri yang melaksanakan
konservasi energi untuk memperoleh:
a. akses informasi mengenai teknologi hemat energi dan
spesiiikasinya, dan cara/langkah penghernatan energi;
dan
b. layanan konsultansi mengenai c s a / langkah
penghematan energi.
Pasal 18.. .
PRESIQEN
REPUBLIK INDONESIA
Pasal 18
Pemerintah dan/atau pemerintah daerah memberi insentif
kepada:
a. pengguna energi yang menggunakan energi lebih besar
atau sama dengan 6.000 (enarn ribu) setara ton minyak
per tahun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat
(2);dan
b. produsen peralatan hemat energi di dalam negeri,
yang berhasil melaksanakan konservasi energi pada periode
tertentu.
Pasal 19
(1) Kriteria keberhasilan pelaksanaan konservasi energi
bagi pengguna energi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 18 huruf a apabila dalam periode tertentu terjadi
penurunan:
a. konsumsi energi spesifik; dan/atau
b. elastisitas konsumsi energi.
(2) Kriteria keberhasilan pelaksanaan konservasi energi
bagi produsen peralatan hemat energi sebagaimana
dimaksud dalarn Pasal 18huruf b apabila dalam periode
tertentu dapat:
a. memproduksi peralatan henlat energi yang efisiensi
energinya lebih tinggi dari benchmark yang
ditentukan; dan
b. mencantumkan label tingkat efisiensi energi sesuai
dengan standar yang berlaku.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria keberhasilan
pelaksanaan konservasi energi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan
Menteri.
(1)Insentif yang diberikan kepada pengguna energi
sebagaimana dimaksud dalarn Pasal 18 huruf a dapat
berupa:
a. fasnitas perpajakan untuk peralatan hemat energi;
b. pemberian . ..
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
b. pemberian pengurangan, keringanan, dan
pembebasan pajak daerah untuk peralatan hemat
energi;
c. fasilitas bea masuk untuk peralatan hemat energi;
d. dana suku bunga rendah untuk investasi konservasi
energi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; d m / atau
e. audit energi dalam pola kemitraan yang dibiayai oleh
Pemerintah.
(2) Insentif yang diberikan kepada produsen peralatan
hemat energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18
huruf b dapat berupa:
a. fasilitas perpaj&an untuk komponen/ suku cadang
dan bahan baku yang digunakan untuk
memproduksi peralatan hemat energi;
b. pemberian pengurangan, keringanan, dan
pembebasan pajak daerah untuk komponen/suku
cadang dan bahan baku yang digunakan untuk
memproduksi peralatan hemat energi;
c. fasilitas bea masuk untuk komponen/suku cadang
dan bahan baku yang akan digunakan untuk
memproduksi peralatan hemat energi; dan/atau
d. dana suku bunga rendah untuk investasi dalam
rangka mempraduksi peralatan hemat energi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Permohonan insentif dapat diajukan oleh pengguna
energi dalam hal hasil evaluasi atas laporan
pelaksanaan konservasi energi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 12 ayat (3) huruf e sesuai dengan
ketentuan sebagairnana dimaksud dalarn Pasal 19 ayat
(I),menunjukkan keberhasilan pelaksanaan konservasi
energi.
(4) Permohonan insentif dapat diajukan oleh produsen
peralatan hemat energi di dalarn negeri dalani hal
verifikasi terhadap kriteria keberhasilan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2) menunjukkan
keberhasilan pelaksanaan konservasi energi.
(5)Fasilitas . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
(5)Fasilitas perpajakan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a dan ayat (2) huruf a, diberikan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang perpajakan.
(6) Pemberian pengurangan, keringanan, dan pembebasan
pajak daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b dan ayat (2) huruf b diberikan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
pajak daerah.
(7) Fasilitas bea masuk sebagaimana dimaksud pada ayat
(1)huruf c dan ayat (2)huruf c, diberikan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
kepabeanan.
Pasal 21
(1) Insentif berupa audit energi dalam pola kemitraan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1)huruf e
selain diberikan kepada pengguna energi sebagaimana
dirnaksud dalam Pasal 18 huruf a, dapat juga diberikan
kepada penggulla energi yang menggunakan energi
kurang dari 6.000 (enam ribu) setara ton minyak per
tahun yang berhasil melaksanakan konservasi energi.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan
kriteria pengguna energi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1)diatur dengan Peraturan Menteri.
Bagian Kedua
Disinsentif
(1) Pengguna sumber energi dan pengguna energi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2) yang
tidak melaksanakan konservasi energi melalui
manajemen energi dikenakan disinsentif oleh Menteri,
gubernur, atab bupati/walikota sesuai dengan
kewenangan masing-masing.
(2) Disinsentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
berupa:
a. peringatan .. .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
a. peringatan tertulis;
b. pengumuman di media massa;
c. denda; dan/ atau
d. pengurangan pasokan energi.
Peringatan tertulis sebagaimana dimaksud dalarn Pasal
22 ayat (2) huruf a diberikan paling banyak 3 (tiga) kali
dalam tenggat waktu masing-masing 1 (satu)bulan.
Pasal 24
Dalam ha1 pengguna sumber energi dan pengguna energi
yang telah diberi peringatan sebanyak 3 (tiga) kali
sebagaimana dimaksud dalarn Pasal23 tidak melaksanakan
konservasi energi, Menteri, gubernur, atau bupatijwalikota
sesuai dengan kewenangannya mengumumkan narna
pengguna sumber energi dan pengguna energi yang
bersangkutan di media massa.
Pasal 25
(1) Dalam hal 1 (satu) bulan setelah nama pengguna
sumber energi dan pengguna energi diumumkan di
media massa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24
tetap tidak melaksanakan konservasi energi, yang
bersangkutan dikenai denda.
(2) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dikenakan
sebanyak 2 (dua)kali dari nilai pemborosan energi yang
ditimbulkan.
(3) Hasil denda sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
disetorkan ke kas negara/kas daerah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
(1) Dalam ha1 1 (satu) bulan setelah pengenaan denda
pengguna sumber energi dan pengguna energi tidak
membayar denda, Menteri, gubernur, atau
bupati/valikota sesuai dengan kewenangannya
menetapkan pengurangan pasokan energi kepada yang
bersangkutan.
(2) Gubernur atau bupati/walikota d a l m menetapkan
pengurangan pasakan energi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1)harus mendapatkan persetujuan Menteri.
(3) Pengurangan pasokan energi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tidak menghilangkan kewajiban
pembayaran denda oleh pengguna sumber energi dan
pengguna energi.
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan
disinsentif sebagairnana dimaksud dalarn Pasal 22 sampai
dengan Pasal26 diatur dengan Peraturan Menteri.
BAB WI
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 28
(1) Pemerintah dan pemerintah daerah melakukan
pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan
konservasi energi sesuai dengan kewenangannya.
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (I),
dilaksanakan melalui:
a. pendidikan dan,pelatihan;
b. bimbingan te'kn.is;
penyuluhan;
d. penyebarluasan informasi baik melalui media detak,
media elektronik, forum, atau pameran-pameran;
dan
e. dorongan dan/atau fasilitasi kegiatan penelitian dan
pengembangan teknologi konsenrasi energi.
(3)Pengawasan ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
(3)Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (I),
dilaksanakan terhadap:
a. penunjukan manajer energi;
1 b. penyusunan program konservasi energi;
I c. pelaksanaan audit energi secara berkala; dan
1 d. pelaksanaan rekomendasi hasil audit energi.
(4) Pendanaan yang diperlukan untuk pembinaan dan
pengawasan yang dilakukan oleh Pemerintah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibebankan pada
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
(5) Pendanaan yang diperlukan untuk pembinaan dan
pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dibebankan pada
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
BAB VII
KETENTUAN PERALIHAN
Dalarn ha1 rencana umum energi nasional sebagaimana
dimaksud dalarn Pasal 3 ayat (3)huruf a belum ditetapkan,
rencana induk konservasi energi nasional dapat disusun
dengan memperhatikan masukan dari instansi terkait,
pemerintah daerah, pengusaha, dan masyarakat.
BAB VIII
KETENTUANPENUTUP
Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku,
Keputusan Presiden Nomor 43 Tahun 1991 tentang
Konservasi Energi dicabut dan dinysltakan tidak.berlaku.
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
A g q .* .
PRESIDEN
HEPUBLIK INDONESIA
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta .
pada tanggal 16November 2009
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 16November 2009
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
PATRIALIS AKBAR
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2009 NOMOR 171
Salinan sesuai dengan aslinya.
SEKRETARIATNEGARA RI
Kepala Biro Peraturan Perundang-undangan
Bidang Perkonomian dan Industri
/
Nugroho
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN PEMERINTAH KEPUBLIK INDONESIA
NOMOR 70 TAHUN 2009
TENTANG
KONSERVASI ENERGI
I. UMUM
Energi mempunyai peranan yang sangat penting dan menjadi kebutuhan
dasar dalam pembangunan ekonomi nasional yang berkelanjutan. Oleh
karena itu, energi harus digunakan secara hemat, rasional, dan bijaksana
agar kebutuhan energi pada masa sekarang dan masa yang akan datang
dapat terpenuhi. Mengingat pentingnya penggunaan energi secara hemat,
rasional, dan bijaksana, Pemerintah perlu menyusun Peraturan Pemerintah
dalarn rangka pengaturan pemanfaatan sumber daya energi, surnber energi
dan energi, melalui penerapan teknologi yang efisien energi, pemanfaatan
energi secara efisien dan rasional, dan penerapan budaya hemat energi
guna menjamin ketersediaan energi nasional yang berwawasan lingkungan.
Peraturan Pemerintah ini mengatur:
I. tanggung jawab Pemerintah, pemerintah daerah, pengusaha dan
masyarakat;
2. pelaksanaan konservasi energi yang mencakup seluruh tahap
pengelolaan energi yang meliputi kegiatan penyediaan energi,
pengusahaan energi, pemanfaatan energi, dan konservasi sumber daya
energi;
3. standar dan label;
4. kemudahan, insentif dan disinsentif; dan
5. pembinaan dan pengawasan.
11. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal2
Cukupjelas.
PRESlDEN
REPUBLIK INDONESIA
Pasal3
Cukupjelas.
Pasal4
Cukup jelas.
Pasal5
Cukupjelas.
Pasal 6
Cukup jelas.
Cukupjelas.
Peraturan Menteri dalam ketentuan ini antara lain mengatur
penggunaan teknologi yang efisien energi, mulai dari hulu
sarnpai hilir, yaitu mulai dari proses penyediaan, trasmisi,
distribusi sampai dengan pemanfaatan.
Tanggung jawab masyarakat dalam ketentuan ini dirnaksudkan agar
tercipta budaya hemat energi.
Pasal9
Cukupjelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas .
Pasal 12 . ..
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
Pasal 12
Yang dimaksud dengan "hemat" dalam ketentuan ini berkaitan
dengan perilaku penggunaan energi secara efektif dan efisien.
Yang dimaksud dengan "efisien" dalam ketentuan ini adalah
nilai maksimal yang dihasilkan dari perbandingan antara
keluaran dan masukan energi pada peralatan pemanfaat energi.
Ayat (2)
Penetapan batasan angka 6.000 (enarn ribu) dilakukan
berdasarkan pertimbangan bahwa pengguna energi dengan
konsurnsi lebih besar atau sama dengan 6.000 (enam ribu)
setara ton minyak per tahun tidak terlalu banyak, tetapi total
konsumsi energinya mencapai sekitar 60% ( e n m puluh
persen) dari penggunaan energi nasional.
Dengan kata lain, apabila langkah-langkah konservasi energi
berhasil dilakukan pada kelompok tersebut, maka darnpak
penghematan secara nasional akan signifikan.
Setara 1 (satu)ton minyak sama dengan:
41,9 gigajoule (GJ);
1,15kilo liter minyak bumi (klminyak bumi);
39,68 million British Thermal Unit (MMBTU);atau
11,63mega watt hour (MWh).
Yang dimaksud dengan "manajemen energi" adalah kegiatan
terpadu untuk mengendalikan konsumsi energi agar tercapai
pemanfaatan energi yang efektif dan efisien untuk menghasilkan
keluaran yang maksimal melalui tindakan teknis secara
terstmktur dan ekonomis untuk meminimalisasi pemanfaatan
energi terrnasuk energi untuk proses produksi dan
meminimalisasi konsumsi bahan baku dan bahan pendukung.
Pasal 13
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "auditor energi internal" adalah auditor
yang bekerja pada pengguna sumber energi dan pengguna
energi.
Ayat (2). . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
Ayat (2)
Cukupjelas.
Ayat (3)
Cukupjelas.
Ayat (4)
Cukupjelas.
Ayat (5)
Cukupjelas.
Pasal 14
Ayat (1)
Cukupjelas. '
Ayat (2)
Huruf a
Cukupjelas.
Huruf b
Cukupjelas.
Huruf c
Pembatasan sumber daya energi dalam ketentuan ini
dilakukan terhadap sumber daya energi yang tidak
terbarukan.
Pasal 15
Cukupjelas.
Pasal 16
Label tingkat efisiensi energi berisi informasi mengenai tingkat
penggunaan energi suatu peralatan pemanfaat energi.
Dengan adanya label tersebut, masyarakat mendapat i n f o ~ a s i
mengenai tingkat penggunaan energi dari suatu perdatan
pemanfaat energi tersebut.
Peralatan pemanfaat energi yang dimaksud terutcuna yang
menggunakan energi listrik seperti kulkas, lampu, setrika, air
conditioner, rice cooker, motor listrik dan lain lain.
Ayat (3).. .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
Ayat (3)
Cukupjelas.
Pasal 17
Cukupjelas.
Pasal 18
Cukupjelas.
Pasal 19
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan "konsumsi eriergi spesifik" adalah
jurnlah energi yang digunakan untuk menghasilkan
1(satu)satuan produk atau keluaran.
Penurunan konsumsi energi spesifk ini harus
dibandingkan dalam tingkat keluaran yang sama, seperti
kWh/ton, kWh/m2, liter/kWh.
Huruf b
Yang dimaksud dengan "elastisitas konsumsi energi"
adalah perbandingan pertumbuhan konsurnsi energi
terhadap pertumbuhan produk atau keluaran (A konsumsi
energi terhadap A prsduk atau keluaran).
Ayat (2)
Cukupjelas.
Ayat (3)
Pengaturan keberhasilan pelaksanaan konservasi energi meliputi
antara lain:
a. kriteria keberhasilan (benchmark hemat energi, persentase
penurunan intensitas, elastisitas, periode, dan
kecenderungan penurunan); dan
b. prosedur penilaian keberhasilan.
Pasal20
Cukupjelas.
Pasal21
Cukupjelas.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
Pasal22
Cukupjelas.
Pasal23
Cukupjelas.
Pengumurnan di media massa dalanl ketentuan ini dilakukan paling
sedikit dalam 1 (satu)media cetak atau elektronik.
Pasal25
Cukupjelas.
Pasal26
Cukupjelas.
Pasal27
Cukupjelas.
Pasal28
Cukupjelas.
Pasal29
Cukupjelas.
Pasal30
Cukupjelas.
Pasal31
Cukupjelas.
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5083

More Related Content

What's hot

Ti 17 sawarni h univ djuanda
Ti 17 sawarni h univ djuandaTi 17 sawarni h univ djuanda
Ti 17 sawarni h univ djuanda
Sawarni H
 
Uu ri no 41 tahun 1999 tentang kehutanan
Uu ri no 41 tahun 1999 tentang kehutananUu ri no 41 tahun 1999 tentang kehutanan
Uu ri no 41 tahun 1999 tentang kehutanan
walhiaceh
 

What's hot (19)

Permen lh
Permen lhPermen lh
Permen lh
 
Bunaken Island | Nov-15 | Various new and renewable energies, (Kebijakan dan ...
Bunaken Island | Nov-15 | Various new and renewable energies, (Kebijakan dan ...Bunaken Island | Nov-15 | Various new and renewable energies, (Kebijakan dan ...
Bunaken Island | Nov-15 | Various new and renewable energies, (Kebijakan dan ...
 
Ti 17 sawarni h univ djuanda
Ti 17 sawarni h univ djuandaTi 17 sawarni h univ djuanda
Ti 17 sawarni h univ djuanda
 
Rancangan Undang-Undang tentang Minyak dan Gas Bumi Usulan Masyarakat Sipil
Rancangan Undang-Undang tentang Minyak dan Gas Bumi Usulan Masyarakat SipilRancangan Undang-Undang tentang Minyak dan Gas Bumi Usulan Masyarakat Sipil
Rancangan Undang-Undang tentang Minyak dan Gas Bumi Usulan Masyarakat Sipil
 
Buku 3 : Geothermal capital overview
Buku 3 : Geothermal  capital overviewBuku 3 : Geothermal  capital overview
Buku 3 : Geothermal capital overview
 
PP No 46/2017 Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup
PP No 46/2017 Instrumen Ekonomi Lingkungan HidupPP No 46/2017 Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup
PP No 46/2017 Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup
 
Peraturan pemerintah no.76 tahun 2008
Peraturan pemerintah no.76 tahun 2008Peraturan pemerintah no.76 tahun 2008
Peraturan pemerintah no.76 tahun 2008
 
PP No. 26 Tahun 2008 tentang Pedoman Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Nasional
PP No. 26 Tahun 2008 tentang Pedoman Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) NasionalPP No. 26 Tahun 2008 tentang Pedoman Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Nasional
PP No. 26 Tahun 2008 tentang Pedoman Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Nasional
 
2019 03-19 paparan diskusi pojok energi iesr-rev_kdap
2019 03-19 paparan diskusi pojok energi iesr-rev_kdap2019 03-19 paparan diskusi pojok energi iesr-rev_kdap
2019 03-19 paparan diskusi pojok energi iesr-rev_kdap
 
Presentasi energi baru, terbarukan dan konservasi energi
Presentasi energi baru, terbarukan dan konservasi energiPresentasi energi baru, terbarukan dan konservasi energi
Presentasi energi baru, terbarukan dan konservasi energi
 
Uu 41-1999
Uu 41-1999Uu 41-1999
Uu 41-1999
 
Sistem dan Proses Pembangunan Negara Jepang Pasca Tsunami (Studi Kasus : Kota...
Sistem dan Proses Pembangunan Negara Jepang Pasca Tsunami (Studi Kasus : Kota...Sistem dan Proses Pembangunan Negara Jepang Pasca Tsunami (Studi Kasus : Kota...
Sistem dan Proses Pembangunan Negara Jepang Pasca Tsunami (Studi Kasus : Kota...
 
Uu ri no 41 tahun 1999 tentang kehutanan
Uu ri no 41 tahun 1999 tentang kehutananUu ri no 41 tahun 1999 tentang kehutanan
Uu ri no 41 tahun 1999 tentang kehutanan
 
Uu 32 tahun_2009
Uu 32 tahun_2009Uu 32 tahun_2009
Uu 32 tahun_2009
 
Undang-undang No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau...
Undang-undang No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau...Undang-undang No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau...
Undang-undang No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau...
 
Undang-undang No. 22 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika
Undang-undang No. 22 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi dan GeofisikaUndang-undang No. 22 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika
Undang-undang No. 22 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika
 
Batang tubuh uu_mkg-nomor-31-tahun-2009
Batang tubuh uu_mkg-nomor-31-tahun-2009Batang tubuh uu_mkg-nomor-31-tahun-2009
Batang tubuh uu_mkg-nomor-31-tahun-2009
 
Kebijakan Energi Nasional Menuju Tahun 2050, Peran Batubara Mendukung Ketahan...
Kebijakan Energi Nasional Menuju Tahun 2050, Peran Batubara Mendukung Ketahan...Kebijakan Energi Nasional Menuju Tahun 2050, Peran Batubara Mendukung Ketahan...
Kebijakan Energi Nasional Menuju Tahun 2050, Peran Batubara Mendukung Ketahan...
 
Undang-undang No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau...
Undang-undang No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau...Undang-undang No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau...
Undang-undang No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau...
 

Viewers also liked (6)

Sde tm11
Sde tm11Sde tm11
Sde tm11
 
2. silabus kls 4 Tema selalu berhemat energi
2. silabus kls 4 Tema selalu berhemat energi2. silabus kls 4 Tema selalu berhemat energi
2. silabus kls 4 Tema selalu berhemat energi
 
Peraturan menpan-no.87-tahun-2005-tentang-pedoman-peningkatan-pelaksanaa-efis...
Peraturan menpan-no.87-tahun-2005-tentang-pedoman-peningkatan-pelaksanaa-efis...Peraturan menpan-no.87-tahun-2005-tentang-pedoman-peningkatan-pelaksanaa-efis...
Peraturan menpan-no.87-tahun-2005-tentang-pedoman-peningkatan-pelaksanaa-efis...
 
6. menulis slogan atau poster
6. menulis slogan atau poster6. menulis slogan atau poster
6. menulis slogan atau poster
 
Presentasi pameran hemat listrik dan energi terbarukan
Presentasi pameran hemat listrik dan energi terbarukanPresentasi pameran hemat listrik dan energi terbarukan
Presentasi pameran hemat listrik dan energi terbarukan
 
Kelas iv sd bahasa indonesia_kaswan darmadi
Kelas iv sd bahasa indonesia_kaswan darmadiKelas iv sd bahasa indonesia_kaswan darmadi
Kelas iv sd bahasa indonesia_kaswan darmadi
 

Similar to Pp 70 2009

Uu 30 tahun 2007 tentang energi
Uu 30 tahun 2007 tentang energiUu 30 tahun 2007 tentang energi
Uu 30 tahun 2007 tentang energi
walhiaceh
 
20210416125943_FINAL_Design_Buku_ESDM_2020_(21102020).pdf
20210416125943_FINAL_Design_Buku_ESDM_2020_(21102020).pdf20210416125943_FINAL_Design_Buku_ESDM_2020_(21102020).pdf
20210416125943_FINAL_Design_Buku_ESDM_2020_(21102020).pdf
Putri426595
 
BPPT - Outlook Energi Indonesia 2021.pdf
BPPT - Outlook Energi Indonesia 2021.pdfBPPT - Outlook Energi Indonesia 2021.pdf
BPPT - Outlook Energi Indonesia 2021.pdf
tamihakim
 
BPPT - Outlook Energi Indonesia 2021.pdf
BPPT - Outlook Energi Indonesia 2021.pdfBPPT - Outlook Energi Indonesia 2021.pdf
BPPT - Outlook Energi Indonesia 2021.pdf
GbpGugun
 
konservasienergikel-140527233436-phpapp01.pdf
konservasienergikel-140527233436-phpapp01.pdfkonservasienergikel-140527233436-phpapp01.pdf
konservasienergikel-140527233436-phpapp01.pdf
ssuser289d46
 

Similar to Pp 70 2009 (20)

Pp no 79 2014 kebijakan energi nasional
Pp no 79 2014 kebijakan energi nasionalPp no 79 2014 kebijakan energi nasional
Pp no 79 2014 kebijakan energi nasional
 
Materi 4 - Sunaryo, B.Eng..ppt
Materi 4 - Sunaryo, B.Eng..pptMateri 4 - Sunaryo, B.Eng..ppt
Materi 4 - Sunaryo, B.Eng..ppt
 
Uu 30 tahun 2007 tentang energi
Uu 30 tahun 2007 tentang energiUu 30 tahun 2007 tentang energi
Uu 30 tahun 2007 tentang energi
 
Inpres 013 2011
Inpres 013 2011Inpres 013 2011
Inpres 013 2011
 
SKKNI2018053.pdf
SKKNI2018053.pdfSKKNI2018053.pdf
SKKNI2018053.pdf
 
10 Manajemen Energi Listrik
10 Manajemen Energi Listrik10 Manajemen Energi Listrik
10 Manajemen Energi Listrik
 
Macam macam energi
Macam macam energiMacam macam energi
Macam macam energi
 
Uu 20 2002
Uu 20 2002Uu 20 2002
Uu 20 2002
 
Kilas balik badan diklat esdm 2015
Kilas balik badan diklat esdm 2015Kilas balik badan diklat esdm 2015
Kilas balik badan diklat esdm 2015
 
20210416125943_FINAL_Design_Buku_ESDM_2020_(21102020).pdf
20210416125943_FINAL_Design_Buku_ESDM_2020_(21102020).pdf20210416125943_FINAL_Design_Buku_ESDM_2020_(21102020).pdf
20210416125943_FINAL_Design_Buku_ESDM_2020_(21102020).pdf
 
Buku pedoman penghargaan energi 2017
Buku pedoman penghargaan energi 2017Buku pedoman penghargaan energi 2017
Buku pedoman penghargaan energi 2017
 
Ken sosialisasi kelembagaan 28042015-lombok-ntb
Ken sosialisasi kelembagaan  28042015-lombok-ntbKen sosialisasi kelembagaan  28042015-lombok-ntb
Ken sosialisasi kelembagaan 28042015-lombok-ntb
 
BPPT - Outlook Energi Indonesia 2021.pdf
BPPT - Outlook Energi Indonesia 2021.pdfBPPT - Outlook Energi Indonesia 2021.pdf
BPPT - Outlook Energi Indonesia 2021.pdf
 
BPPT - Outlook Energi Indonesia 2021.pdf
BPPT - Outlook Energi Indonesia 2021.pdfBPPT - Outlook Energi Indonesia 2021.pdf
BPPT - Outlook Energi Indonesia 2021.pdf
 
Konservasi Energi
Konservasi EnergiKonservasi Energi
Konservasi Energi
 
konservasienergikel-140527233436-phpapp01.pdf
konservasienergikel-140527233436-phpapp01.pdfkonservasienergikel-140527233436-phpapp01.pdf
konservasienergikel-140527233436-phpapp01.pdf
 
Ken forum koordinasi 15042015
Ken forum koordinasi  15042015Ken forum koordinasi  15042015
Ken forum koordinasi 15042015
 
Kertas Fakta : Visi, Misi dan Program Pasangan Presiden Joko Widodo dan Jusuf...
Kertas Fakta : Visi, Misi dan Program Pasangan Presiden Joko Widodo dan Jusuf...Kertas Fakta : Visi, Misi dan Program Pasangan Presiden Joko Widodo dan Jusuf...
Kertas Fakta : Visi, Misi dan Program Pasangan Presiden Joko Widodo dan Jusuf...
 
Undang undang-nomor-30-tahun-2009-tentang-ketenagalistrikan
Undang undang-nomor-30-tahun-2009-tentang-ketenagalistrikanUndang undang-nomor-30-tahun-2009-tentang-ketenagalistrikan
Undang undang-nomor-30-tahun-2009-tentang-ketenagalistrikan
 
TEHNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN.pptx
TEHNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN.pptxTEHNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN.pptx
TEHNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN.pptx
 

Recently uploaded

BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
JuliBriana2
 

Recently uploaded (20)

PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAE-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 

Pp 70 2009

  • 1. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA 1 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA 1 NOMOR 70TAHUN 2009 I TENTANG ~ KONSERVASI ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menirnbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 25 ayat (5) Undang-Undang Nomor 30Tahun 2007 tentang Energi, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Konservasi Energi; Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2)Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tarnbahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4746); I MEMUTUS'KAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG KONSERVASI ENERGI. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Konservasi energi adalah upaya sistematis, terencana, dan terpadu guna melestarikan sumber daya energi dalam negeri serta meningkatkan efisiensi pemanfaatannya. 2. Energi adalah kemarnpuan untuk melakukan kerja yang dapat berupa panas, cahaya, mekanika, kimia, dan elektromagnetika. 3. Sumber energi adalah sesuatu yarig dapat menghasilkan energi,. baik secara langsung rnaupun melalui proses konversi atau transformasi. 4.Sumber ...
  • 2. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA 4, Surnber daya energi adalah sumber daya dam yang dapat dhnanfaatkan, baik sebagai sumber energi maupun sebagai energi. 5. Badan usaha adalah perusahaan berbentuk badan hukum yang menjalankan jenis usaha bersifat tetap, terus-menerus, dan didirikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan, serta bekerja dan berkedudukan dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. 6. Bentuk usaha tetap adalah badan usaha yang didirikan dan berbadan h u b di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang melakukan kegiatan dan berkedudukan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan wajib mematuhi peraturan perundang- undangan yang berlaku di Republik Indonesia. 7. Pengusaha adalah perseorangan, badan usaha, bentuk usaha tetap yang melakukan pengusahaan energi terrnasuk produsen peralatan pemanfaat energi. 8. Pemanfaatan energi adalah kegiatan menggunakan energi, baik langsung maupun tidak langsung, dari sumber energi. 9. Produsen peralatan hemat energi adalah perseorangan atau badan usaha yang mernpunyai kegiatan usaha yang memproduksi danlatau melakukan pengadaan peralatan yang hemat energi. 10,Pengguna energi adalah perseorangan, badan usaha, bentuk usaha tetap, lembaga pemerintah, dan lembaga non pemerintah, yang memanfaatkan energi uiltuk menghasilkan produk danlatau jasa. 11.Pengguna sumber energi adalah perseorangan, badan usaha, bentuk usaha tetap, lembaga pemerintah, dan lembaga non pemerintah, yang menggunakan sumber energi. 12.Peralatan hemat energi adalah piranti atau perangkat atau fasilitas yang dalam pengoperasimnya memanfaatkan energi secara heinat sesuai dengan benchmark hemat energi yang ditetapkan. 13. Peralatan . . .
  • 3. PRESIDEN REPUSLlK INDONESIA 13.Peralatan pemanfaat energi adalah piranti atau perangkat atau fasilitas yang dalam pengoperasiannya memanfaatkan sumber energi atau energi. 14.Audit energi adalah proses evaluasi pemanfaath energi dan identifikasi peluang penghematan energi serta rekomendasi peningkatan efisiensi pada pengguna energi dan pengguna sumber energi dalam rangka konservasi energi. 15.Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 16.Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 17.Menteri adalah menteri yang membidangi urusan energi. BAB I1 TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH, PEMERINTAH DAERAH, PENGUSAHA DAN MASYP.RAKAT Bagian Kesatu Umum (1) Konservasi energi nasional menjadi tanggung jawab Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/ kota, pengusaha dan masyarakat. (2) Tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan berdasarkan rencana induk konservasi energi nasional. (1)Rencana induk konservasi energi nasional disusun dan ditetapkan oleh Menteri. (2) Rencana induk konservasi energi ilasional paling sedikit memuat sasaran, pokok-pokok kebijakan, program, dan langkah-langkah konservasi energi. (3)Penyusunan ...
  • 4. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (3) Penyusunan rencana induk konservasi energi nasional dilakukan dengan: a. mengacu pada rencana umum energi nasional; dan b. memperhatikan masukan dari instansi terkait, pemerintah daerah, pengusaha, dan masyarakat. (4) Rencana induk konservasi energi nasional dibuat untuk jangka waktu 5 (linla) tahun dan dapat ditinjau setiap tahun sesuai keperluan. Bagian Kedua Tanggung Jawab Pemerintah Pemerintah sebagaimana dimaksud dalarn Pasal 2 bertanggung jawab secara nasional untuk: a. merumuskan dan menetapkan kebijakan, strategi, dan program konservasi energi; b. mengembangkan sumber daya manusia ymg berkualitas di bidang konservasi energi; c. melakukan sosialisasi secara menyeluruh dan komprehensif untuk penggunaan teknologi yang menerapkan ko~iservasienergi; d. mengkaji, menyusun, dan menetapkan kebijakan, serta mengalokasikan dana dalam rangka pelaksanaan program konservasi energi; e. memberikan kemudahan danlatau insentif dalam rangka pelaksanaan program konservasi energi; f. melakukan bimbingan teknis konservasi energi kepada pengusaha, pengguna sumber energi, dan pengguna energi; g. melaksanakan program dan kegiatan konservasi energi yang telah ditetapkan; dan h. melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan prograrh konservasi energi. Bagian .. .
  • 5. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Bagian Ketiga Tanggung Jawab Pemerintah Daerah Pasal 5 Pemerintah daerah pravinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 bertanggung jawab sesuai dengan kewenangannya di wilayah provinsi yang bersangkutan untuk: a. merumuskan dan menetapkan kebijakan, strategi, dan program konservasi energi; b. mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas di bidang konservasi energi; c. melakukan sosialisasi secara menyeluruh dan komprehensif untuk penggunaan teknologi ymg menerapkan konservasi energi; d. mengalokasikan dana dalam rangka pelaksanaan program konservasi energi; e. memberikan kemudahan dan/atau insentif dalam rangka pelaksanaan program konservasi energi; f. melakukan bimbingan teknis konservasi energi kepada pengusaha, pengguna sumber energi, dan pengguna energi; g. melaksanakan program dan kegiatan konservasi energi; dan h. melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan program konservasi energi. Pemerintah daerah kabupa.ten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 bertanggung jawab sesuai dengan kewenangannya di wilayah kabupatenlkota yang bersangkutan untuk: a. merumuskan dan menetapkan kebijakan, strategi dan program konservasi energi; b. mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas di bidang konservasi energi; c. melakukan sosialisasi secara menyeluruh dan kornprehensif untuk penggunaan teknologi yang menerapkan konservasi energi; d. mengalokasikan .. .
  • 6. PRESIUEN REPUBLIK INDONESIA d. mengalokasikan dana dalam rangka pelaksanaan program konservasi energi; e. memberikan kemudahan darr/atau insentif dalam rangka pelaksanaan program konservasi energi; f. melakukan bimbingan teknis konservasi energi kepada pengusaha, pengguna sumber energi, dan pengguna energi; g. melaksanakan program dan kegiatan konservasi energi; dan h. melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan program konservasi energi. Bagian Keempat Tanggung Jawab Peng-usaha (1) Pengusaha sebagaimana dimaksud dalarn Pasal 2 bertanggungjawab : a. melaksanakan konservasi energi dalam setiap tahap pelaksanaan usaha; dan b. menggunakan teknologi yang efisien energi; dan/ atau c. menghasilkan produk dan/atau jasa yang hemat energi. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai teknologi yang efisien energi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b diatur dengan Peraturan Menteri. Bagian Kelima Tanggung Jawab Masyarakat Masyarakat sebagaimma dimaksud dalam .Pas& 2 bertanggung jawab mendukung dan melaksanakan program konservasi energi. BAB I11 .. .
  • 7. BAB I11 PELAKSANAAN KONSERVASI ENERGI Bagian Kesatu Umum (1) Pelaksanaan konservasi energi mencakup seluruh tahap pengelolaan energi, (2) Pengelolaan energi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kegiatan: a. penyediaan energi; b. pengusahaan energi; c. pemanfaatan energi; dan d. konservasi sumber daya energi. Bagian Kedua Konservasi Dalarn Penyediaan Energi Pasal 10 (1) Perseorangan, badan usaha, dan bentuk usaha tetap dalam kegiatan penyediaan energi wajib melaksanakan konservasi energi. (2) Pelaksanaan konservasi energi dalarn kegiatan penyediaan energi meliputi: a. perencanaan yang berorientasi pada penggunaan teknologi yang efisien energi; b. pemilihan prasarana, sarana, peralatan, bahan, dan proses yang secara langsung ataupun tidak langsung menggunakan energi yang efisien; dan c. pengoperasian sistem yang efisien energi. Bagian Ketiga Konservasi Dalam Pengusahaan Energi Pasal 11 (1) Perseorangan, badan usaha, d m bentuk usaha tetap dalam melakukan pengusahaan energi wajib melakukan konservasi energi. (2)Pengusahaan ...
  • 8. PHESlDEN REPUBLIK INDONESIA (2) Pengusahaan energi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pengusahaan sumber daya energi, sumber energi, dan energi. (3)Pelaksanaan konservasi energi dalam pengusahaan energi sebagaimana dirnaksud pada ayat (1)dilakukan melalui penerapan teknologi yang efisien energi yang memenuhi standar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Bagian Keempat Konservasi Dalam Pemanfaatan Energi Pasal 12 (1) Pemanfaatan energi oleh pengguna sumber energi dan pengguna energi wajib dilakukan secara hemat dan efisien. (2) Pengguna sumber energi dan pengguna energi yang menggunakan sumber energi danlatau energi lebih besar atau sama dengan 6.000 (enam ribu) setara ton minyak per tahun wajib melakukan konservasi energi melalui manajemen energi. (3) Manajemen energi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan: a. menunjuk manajer energi; b. menyusun program konservasi energi; c. melaksanakan audit energi secara berkala; d. melaksanakan rekomendasi hasil audit energi; dan e. melaporkan pelaksanaan konservasi energi setiap tahun kepada Menteri, gubernur, atau bupatilwalikota sesuai dengan kewenangannya masing-masing. Pasal 13 (1) Audit energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (3)huruf c dilakukan oleh auditor energi internal dan/atau lembaga yang telah terakreditasi. (2)Manajer .. .
  • 9. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (2) Manajer energi sebagaimana dimaksud dalarn Pasal 12 ayat (3) huruf a dan auditor energi sebagaimwa dimaksud pada ayat (I), wajib memiliki sertifdcat kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (3) Program konservasi energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (3)huruf b disusun oleh pengguna sumber energi dan pengguna energi, paling sedikit memuat informasi mengenai: a. rencana yang akan dilakukan; b. jenis dan konsumsi energi; c. penggunaan peralatan hemat energi; d. langkah-langkah konservasi energi; dan e. jumlah produk yang dihasilkan atau jasa yang diberikan. (4) Laporan pelaksanaan konservasi energi sebagaimana dimaksud dalarn Pasal 12 ayat (3) huruf e disusun berdasarkan program konservasi energi sebagaimana dimaksud pada ayat (3). (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyusunan program dan pelaporan hasil pelaksanaan konservasi energi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4)diatur dengan Peraturan Menteri. Bagian Kelima Konservasi Sumber Daya Energi Pasal 14 (1) Menteri menetapkan kebijakan konservasi sumber daya energi. (2) Kebijakan konservasi sumber daya energi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tetapi tidak terbatas pada: a. sumber daya energi yang diprioritaskan untuk diusahakan dan/ atau disediakan; b. jurnlah sumber daya energi yang dapat diproduksi; dan c. pembatasan sumber daya energi yang dalam batas waktu tertentu tidak dapat diushakan. BAB IV . . .
  • 10. PRESIDEN REPUBLIK' INDOlrlESIA BAB XV STANDAR DAN LABEL Pasal 15 (1)Penerapan teknologi yang efisien energi dilakukan melalui penetapan dan pemberlakuan standar kinerja energi pada peralatan pemanfaat energi. (2) Standar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 16 (1) Penerapan standar kinerja energi pada peralatan pemanfaat energi sebagaimana dimaksud pada Pasal 15 ayat (1) dilakukan dengan pencariturnan label tingkat efisiensi energi. (2) Pencantuman label tingkat efisiensi energi dilakukan oleh produsen dan importir peralatm pemanfaat energi pada peralatan pemanfaat energi secara bertahap sesuai tata cara labelisasi. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pentahapan, tata cara labelisasi, dan jenis-jenis peralatan pemanfaat energi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri. BAB Y KEMUDAHAN, INSENTIF, DAN DISINSENTIF Bagian Kesatu Kemudahan dan Insentif Pasal 17 Pemerintah dan/ atau pemerintah daerah memberi kemudahan kepada pengguna energi dan produsen peralatan hemat energi di dalarn negeri yang melaksanakan konservasi energi untuk memperoleh: a. akses informasi mengenai teknologi hemat energi dan spesiiikasinya, dan cara/langkah penghernatan energi; dan b. layanan konsultansi mengenai c s a / langkah penghematan energi. Pasal 18.. .
  • 11. PRESIQEN REPUBLIK INDONESIA Pasal 18 Pemerintah dan/atau pemerintah daerah memberi insentif kepada: a. pengguna energi yang menggunakan energi lebih besar atau sama dengan 6.000 (enarn ribu) setara ton minyak per tahun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2);dan b. produsen peralatan hemat energi di dalam negeri, yang berhasil melaksanakan konservasi energi pada periode tertentu. Pasal 19 (1) Kriteria keberhasilan pelaksanaan konservasi energi bagi pengguna energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf a apabila dalam periode tertentu terjadi penurunan: a. konsumsi energi spesifik; dan/atau b. elastisitas konsumsi energi. (2) Kriteria keberhasilan pelaksanaan konservasi energi bagi produsen peralatan hemat energi sebagaimana dimaksud dalarn Pasal 18huruf b apabila dalam periode tertentu dapat: a. memproduksi peralatan henlat energi yang efisiensi energinya lebih tinggi dari benchmark yang ditentukan; dan b. mencantumkan label tingkat efisiensi energi sesuai dengan standar yang berlaku. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria keberhasilan pelaksanaan konservasi energi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri. (1)Insentif yang diberikan kepada pengguna energi sebagaimana dimaksud dalarn Pasal 18 huruf a dapat berupa: a. fasnitas perpajakan untuk peralatan hemat energi; b. pemberian . ..
  • 12. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA b. pemberian pengurangan, keringanan, dan pembebasan pajak daerah untuk peralatan hemat energi; c. fasilitas bea masuk untuk peralatan hemat energi; d. dana suku bunga rendah untuk investasi konservasi energi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; d m / atau e. audit energi dalam pola kemitraan yang dibiayai oleh Pemerintah. (2) Insentif yang diberikan kepada produsen peralatan hemat energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf b dapat berupa: a. fasilitas perpaj&an untuk komponen/ suku cadang dan bahan baku yang digunakan untuk memproduksi peralatan hemat energi; b. pemberian pengurangan, keringanan, dan pembebasan pajak daerah untuk komponen/suku cadang dan bahan baku yang digunakan untuk memproduksi peralatan hemat energi; c. fasilitas bea masuk untuk komponen/suku cadang dan bahan baku yang akan digunakan untuk memproduksi peralatan hemat energi; dan/atau d. dana suku bunga rendah untuk investasi dalam rangka mempraduksi peralatan hemat energi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (3) Permohonan insentif dapat diajukan oleh pengguna energi dalam hal hasil evaluasi atas laporan pelaksanaan konservasi energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (3) huruf e sesuai dengan ketentuan sebagairnana dimaksud dalarn Pasal 19 ayat (I),menunjukkan keberhasilan pelaksanaan konservasi energi. (4) Permohonan insentif dapat diajukan oleh produsen peralatan hemat energi di dalarn negeri dalani hal verifikasi terhadap kriteria keberhasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2) menunjukkan keberhasilan pelaksanaan konservasi energi. (5)Fasilitas . . .
  • 13. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (5)Fasilitas perpajakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan ayat (2) huruf a, diberikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan. (6) Pemberian pengurangan, keringanan, dan pembebasan pajak daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan ayat (2) huruf b diberikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pajak daerah. (7) Fasilitas bea masuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf c dan ayat (2)huruf c, diberikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kepabeanan. Pasal 21 (1) Insentif berupa audit energi dalam pola kemitraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1)huruf e selain diberikan kepada pengguna energi sebagaimana dirnaksud dalam Pasal 18 huruf a, dapat juga diberikan kepada penggulla energi yang menggunakan energi kurang dari 6.000 (enam ribu) setara ton minyak per tahun yang berhasil melaksanakan konservasi energi. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan kriteria pengguna energi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)diatur dengan Peraturan Menteri. Bagian Kedua Disinsentif (1) Pengguna sumber energi dan pengguna energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2) yang tidak melaksanakan konservasi energi melalui manajemen energi dikenakan disinsentif oleh Menteri, gubernur, atab bupati/walikota sesuai dengan kewenangan masing-masing. (2) Disinsentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa: a. peringatan .. .
  • 14. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA a. peringatan tertulis; b. pengumuman di media massa; c. denda; dan/ atau d. pengurangan pasokan energi. Peringatan tertulis sebagaimana dimaksud dalarn Pasal 22 ayat (2) huruf a diberikan paling banyak 3 (tiga) kali dalam tenggat waktu masing-masing 1 (satu)bulan. Pasal 24 Dalam ha1 pengguna sumber energi dan pengguna energi yang telah diberi peringatan sebanyak 3 (tiga) kali sebagaimana dimaksud dalarn Pasal23 tidak melaksanakan konservasi energi, Menteri, gubernur, atau bupatijwalikota sesuai dengan kewenangannya mengumumkan narna pengguna sumber energi dan pengguna energi yang bersangkutan di media massa. Pasal 25 (1) Dalam hal 1 (satu) bulan setelah nama pengguna sumber energi dan pengguna energi diumumkan di media massa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 tetap tidak melaksanakan konservasi energi, yang bersangkutan dikenai denda. (2) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dikenakan sebanyak 2 (dua)kali dari nilai pemborosan energi yang ditimbulkan. (3) Hasil denda sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disetorkan ke kas negara/kas daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
  • 15. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (1) Dalam ha1 1 (satu) bulan setelah pengenaan denda pengguna sumber energi dan pengguna energi tidak membayar denda, Menteri, gubernur, atau bupati/valikota sesuai dengan kewenangannya menetapkan pengurangan pasokan energi kepada yang bersangkutan. (2) Gubernur atau bupati/walikota d a l m menetapkan pengurangan pasakan energi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)harus mendapatkan persetujuan Menteri. (3) Pengurangan pasokan energi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menghilangkan kewajiban pembayaran denda oleh pengguna sumber energi dan pengguna energi. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan disinsentif sebagairnana dimaksud dalarn Pasal 22 sampai dengan Pasal26 diatur dengan Peraturan Menteri. BAB WI PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 28 (1) Pemerintah dan pemerintah daerah melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan konservasi energi sesuai dengan kewenangannya. (2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (I), dilaksanakan melalui: a. pendidikan dan,pelatihan; b. bimbingan te'kn.is; penyuluhan; d. penyebarluasan informasi baik melalui media detak, media elektronik, forum, atau pameran-pameran; dan e. dorongan dan/atau fasilitasi kegiatan penelitian dan pengembangan teknologi konsenrasi energi. (3)Pengawasan ...
  • 16. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (3)Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (I), dilaksanakan terhadap: a. penunjukan manajer energi; 1 b. penyusunan program konservasi energi; I c. pelaksanaan audit energi secara berkala; dan 1 d. pelaksanaan rekomendasi hasil audit energi. (4) Pendanaan yang diperlukan untuk pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. (5) Pendanaan yang diperlukan untuk pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. BAB VII KETENTUAN PERALIHAN Dalarn ha1 rencana umum energi nasional sebagaimana dimaksud dalarn Pasal 3 ayat (3)huruf a belum ditetapkan, rencana induk konservasi energi nasional dapat disusun dengan memperhatikan masukan dari instansi terkait, pemerintah daerah, pengusaha, dan masyarakat. BAB VIII KETENTUANPENUTUP Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, Keputusan Presiden Nomor 43 Tahun 1991 tentang Konservasi Energi dicabut dan dinysltakan tidak.berlaku. Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. A g q .* .
  • 17. PRESIDEN HEPUBLIK INDONESIA Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta . pada tanggal 16November 2009 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd. DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO Diundangkan di Jakarta pada tanggal 16November 2009 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd. PATRIALIS AKBAR LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2009 NOMOR 171 Salinan sesuai dengan aslinya. SEKRETARIATNEGARA RI Kepala Biro Peraturan Perundang-undangan Bidang Perkonomian dan Industri / Nugroho
  • 18. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH KEPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2009 TENTANG KONSERVASI ENERGI I. UMUM Energi mempunyai peranan yang sangat penting dan menjadi kebutuhan dasar dalam pembangunan ekonomi nasional yang berkelanjutan. Oleh karena itu, energi harus digunakan secara hemat, rasional, dan bijaksana agar kebutuhan energi pada masa sekarang dan masa yang akan datang dapat terpenuhi. Mengingat pentingnya penggunaan energi secara hemat, rasional, dan bijaksana, Pemerintah perlu menyusun Peraturan Pemerintah dalarn rangka pengaturan pemanfaatan sumber daya energi, surnber energi dan energi, melalui penerapan teknologi yang efisien energi, pemanfaatan energi secara efisien dan rasional, dan penerapan budaya hemat energi guna menjamin ketersediaan energi nasional yang berwawasan lingkungan. Peraturan Pemerintah ini mengatur: I. tanggung jawab Pemerintah, pemerintah daerah, pengusaha dan masyarakat; 2. pelaksanaan konservasi energi yang mencakup seluruh tahap pengelolaan energi yang meliputi kegiatan penyediaan energi, pengusahaan energi, pemanfaatan energi, dan konservasi sumber daya energi; 3. standar dan label; 4. kemudahan, insentif dan disinsentif; dan 5. pembinaan dan pengawasan. 11. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Cukup jelas. Pasal2 Cukupjelas.
  • 19. PRESlDEN REPUBLIK INDONESIA Pasal3 Cukupjelas. Pasal4 Cukup jelas. Pasal5 Cukupjelas. Pasal 6 Cukup jelas. Cukupjelas. Peraturan Menteri dalam ketentuan ini antara lain mengatur penggunaan teknologi yang efisien energi, mulai dari hulu sarnpai hilir, yaitu mulai dari proses penyediaan, trasmisi, distribusi sampai dengan pemanfaatan. Tanggung jawab masyarakat dalam ketentuan ini dirnaksudkan agar tercipta budaya hemat energi. Pasal9 Cukupjelas. Pasal 10 Cukup jelas. Pasal 11 Cukup jelas . Pasal 12 . ..
  • 20. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Pasal 12 Yang dimaksud dengan "hemat" dalam ketentuan ini berkaitan dengan perilaku penggunaan energi secara efektif dan efisien. Yang dimaksud dengan "efisien" dalam ketentuan ini adalah nilai maksimal yang dihasilkan dari perbandingan antara keluaran dan masukan energi pada peralatan pemanfaat energi. Ayat (2) Penetapan batasan angka 6.000 (enarn ribu) dilakukan berdasarkan pertimbangan bahwa pengguna energi dengan konsurnsi lebih besar atau sama dengan 6.000 (enam ribu) setara ton minyak per tahun tidak terlalu banyak, tetapi total konsumsi energinya mencapai sekitar 60% ( e n m puluh persen) dari penggunaan energi nasional. Dengan kata lain, apabila langkah-langkah konservasi energi berhasil dilakukan pada kelompok tersebut, maka darnpak penghematan secara nasional akan signifikan. Setara 1 (satu)ton minyak sama dengan: 41,9 gigajoule (GJ); 1,15kilo liter minyak bumi (klminyak bumi); 39,68 million British Thermal Unit (MMBTU);atau 11,63mega watt hour (MWh). Yang dimaksud dengan "manajemen energi" adalah kegiatan terpadu untuk mengendalikan konsumsi energi agar tercapai pemanfaatan energi yang efektif dan efisien untuk menghasilkan keluaran yang maksimal melalui tindakan teknis secara terstmktur dan ekonomis untuk meminimalisasi pemanfaatan energi terrnasuk energi untuk proses produksi dan meminimalisasi konsumsi bahan baku dan bahan pendukung. Pasal 13 Ayat (1) Yang dimaksud dengan "auditor energi internal" adalah auditor yang bekerja pada pengguna sumber energi dan pengguna energi. Ayat (2). . .
  • 21. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Ayat (2) Cukupjelas. Ayat (3) Cukupjelas. Ayat (4) Cukupjelas. Ayat (5) Cukupjelas. Pasal 14 Ayat (1) Cukupjelas. ' Ayat (2) Huruf a Cukupjelas. Huruf b Cukupjelas. Huruf c Pembatasan sumber daya energi dalam ketentuan ini dilakukan terhadap sumber daya energi yang tidak terbarukan. Pasal 15 Cukupjelas. Pasal 16 Label tingkat efisiensi energi berisi informasi mengenai tingkat penggunaan energi suatu peralatan pemanfaat energi. Dengan adanya label tersebut, masyarakat mendapat i n f o ~ a s i mengenai tingkat penggunaan energi dari suatu perdatan pemanfaat energi tersebut. Peralatan pemanfaat energi yang dimaksud terutcuna yang menggunakan energi listrik seperti kulkas, lampu, setrika, air conditioner, rice cooker, motor listrik dan lain lain. Ayat (3).. .
  • 22. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Ayat (3) Cukupjelas. Pasal 17 Cukupjelas. Pasal 18 Cukupjelas. Pasal 19 Ayat (1) Huruf a Yang dimaksud dengan "konsumsi eriergi spesifik" adalah jurnlah energi yang digunakan untuk menghasilkan 1(satu)satuan produk atau keluaran. Penurunan konsumsi energi spesifk ini harus dibandingkan dalam tingkat keluaran yang sama, seperti kWh/ton, kWh/m2, liter/kWh. Huruf b Yang dimaksud dengan "elastisitas konsumsi energi" adalah perbandingan pertumbuhan konsurnsi energi terhadap pertumbuhan produk atau keluaran (A konsumsi energi terhadap A prsduk atau keluaran). Ayat (2) Cukupjelas. Ayat (3) Pengaturan keberhasilan pelaksanaan konservasi energi meliputi antara lain: a. kriteria keberhasilan (benchmark hemat energi, persentase penurunan intensitas, elastisitas, periode, dan kecenderungan penurunan); dan b. prosedur penilaian keberhasilan. Pasal20 Cukupjelas. Pasal21 Cukupjelas.
  • 23. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Pasal22 Cukupjelas. Pasal23 Cukupjelas. Pengumurnan di media massa dalanl ketentuan ini dilakukan paling sedikit dalam 1 (satu)media cetak atau elektronik. Pasal25 Cukupjelas. Pasal26 Cukupjelas. Pasal27 Cukupjelas. Pasal28 Cukupjelas. Pasal29 Cukupjelas. Pasal30 Cukupjelas. Pasal31 Cukupjelas. TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5083