1. DAMPAK NEGATIF PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA BAYU(ANGIN) TERHADAP
LINGKUNGAN SEKITAR
Lely Pukasari, Maulana Prihantoro, dan Muhammad Nur Fikri
Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Tidar (UNTIDAR)
Jalan Kapten Suparman, No. 39 Magelang 56116
E-mail : lelypukasari96@gmail.com, maulanaprihantoro88@gmail.com,
mnurfikri.id@gmail.com
Abstrak –
Kata Kunci : Angin, Dampak, PLTB
I. PENDAHULUAN
Energi merupakan kemampuan untuk
melakukan usaha [1]. Di jaman sekarang ini
energi merupakan kebutuhan penting dalam
kehidupan di dunia, baik energi dalam bentuk
apapun. Energi terbagi dalam beberapa
macam seperti energi listrik, energi mekanik,
energi elektromagnetik, energi fosil, energi
kimia, energi nuklir, dan energi termal.
Energi listrik merupakan salah satu
energi yang saat ini sangat dibutuhkan oleh
umat manusia. Sumber energi listik didapat
dari pembangkit-pembangkit energi listrik.
Pembangkitan energi listrik untuk saat ini
yang digunakan oleh para ahli yaitu sistem
konversi energi dari sumber yang sudah
tersedia di alam bebas dimana terdapat energi
Konvensional (energi berbahan bakar fosil)
dan sumber energi nonkonvensional atau
Renewable energy.
Mulai tahun 1970-n, penggunaan energi
fosil mulai dikurangi karena ketersediaannya
yang mulai sedikit. Oleh sebab itu, sekarang
mulai digalakkan pembangkit Renewable
energy yang digunakan sebagai alternatif lain
pembangkitan listrik yang sangat berpotensi
meskipun keberadaannya masih belum
dimanfaatkan secara optimal. Tetapi pada
dasarnya pemanfaatan Renewable energy ini
tidak dapat konsisten dan sulit ditentukan
yang berakibat pada daya yang dihasilkan
tidak dapat stabil. Salah satu renewable
energy yang tesedia di alam dengan jumlah
yang cukup banyak dan masih belum begitu
di manfaatkan secara optimal di Indonesia.
Salah satunya adalah sumber energi angin
(Bayu) meskipun Indonesia memiliki angin
dengan kecepatan yang kurang begitu besar.
Angin merupakan aliran udara yang
timbul akibat adanya perbedaan teanan udara.
Udara yang panas di suatu ttempat di
permukaan Bumi menjadi lebih ringan dan
naik ke atas. Hal ini menyebabkan tekanan
udara turun. Untuk mengisi kekosongan udara
ditempat tersbut, maka udara yang lebih
dingin ditempat lain akan bergerak ke tempat
yang panas tersebut, sehingga terjadilah aliran
udara atau yang dikenal dengan angin [2].
Pembangkit Listrik Tenaga Bayu
(PLTB) sudah dimanfaatkan sejak dulu oleh
Bangsa Belanda dengan kincir angin. Di
Indonesia sendiri untuk pembangkitan juga
digunakan kincir angin namun dengan baling-
baling yang lebih ringan agar kincir bisa tetap
berputar menggerakkan generator dengan
kecepatan angin yang berhembus relatif
kurang kencang cenderung sepoi-sepoi dan
akhir-akhir ini baru digalakkan di beberapa
daerah tertentu saja dengan efisiensi daya
yang rendah dengan 30-40% energi yang bisa
di tangkap.
Disisi lain dari penggalakkan
pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga
Bayu ini akan berdampak pada lingkungan
dimana pembangkit ditempatkan. Dampak
yang diakibatkan bisa berupa dampak negatif.
Permasalahan inilah yang akan dibahas pada
paper ini, yaitu mengenai dampak
pembangkitan Listrik Tenaga Bayu bagi
Lingkungan.
II. METODE PENELITIAN
2. Dalam tulisan ini pengumpulan data
berbasis studi literature dengan
mengumpulkan data-data serta informasi
sekunder. Metode ini dilakukan dengan
menelaah secara sistematis informasi tertulis
seperti artikel, buku, dokumen,jurnal, surat
kabar, dan berbagai informasi pada media
cetak maupun elektronik.
Analisis data dilakukan secara
deskriptif kuantitatif. Metode deskriptif
merupakan cara penulis dalam mengkaji
permasalahan dengan menggambarkan,
menjelaskan dan memaparkan suatu
fenomena, gejala, peristiwa maupun kejadian
yang terjadi melalui pengolahan data
sekunder. Sedangkan metode kualitatif
merupakan prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari objek dapat diamati [3].
III. HASIL
Berdasarkan laporan tengah tahun
2012 The World Wind Energy Association
(WWEA), total kapasitas pembangkit listrik
tenaga angin diseluruh dunia telah mencapai
254.000 MW atau 254 GW. Jumlah tersebut
sudah merupakan penambahan 16.546 MW
selama enam bulan pertama tahun 2012. Hal
ini menunjukkan 10 % lebih sedikit jika
dibandingkan dengan periode yang sama
tahun 2011, yaitu terdapat penambahan
18.405 MW.
Kapasitas global tumbuh sekitar 7 %
dalam 6 bulan (2 % lebih sedikit
dibandingkan dengan tahun 2011 untuk
periode yang sama) dan 16,4 % dari basis
tahunan (mid-2012 dibandingkan dengan
mid-2011). Perbandingannya, pertumbuhan
tahunan tahun 2011 adalah 20,3 %.
Pembangkit listrik menggunakan
bahan bakar angin (Bayu) yang semakin
meningkat ini memiliki berbagai dampak
negatif terhadap berbagai hal apabila
limbahnya tidak dikelola dengan banar atau
terjadi kebocoran serta kelalaian petugas
dalam menjalankan instalasi. Berikut adalah
hal-hal dampak negatif.
a. Ekologi
a. Efek adanya pembangkit adalah
terjadinya derau frekuensi rendah.
Putaran dari sudu-sudu turbin angin
dengan frekuensi konstan lebih
mengganggu dari pada suara angin
pada ranting ohon . selain derau sudu-
sudu turbin penggunaan gearbox serta
genenrator dapat menyebabkan derau
suara mekanis dan derau suara listrik.
Derau mekanik yang terjadi
disebabkan oleh operasi mekanis
elemen-elemen yang berada dalam
rumah pembangkit listrik tenaga
angin. Dalam keadaan tertentu turbin
angin dapat juga menyebabakan
interferensi elektromagnetik
mengganggu penerimaan sinyal
televise atau transmisi gelombang
mikro untuk perkomunikasian. Derau
aerodinamis merupakan fungsi dari
banyak factor seperti desain
sudu.kecepatan perputaran rotor perlu
dibatasi di bawah 70 m/s.
b. Terhadap hewan
Pengaruh ekologi yang terjadi
terhadap burung dan kelelawar .
burung dapat terluka atau bahkan mati
akibat melewati baling-baling yang
berputar. Pembangkit angin juga dapat
mengganggu migrasi populasi burung
dan kelelawar.
3. Untuk lahan angin pada lepas
pantai dapat mengganggu pelaut dan
kapal-kapal yang berayar. Hal yang
terjadi pada kosntruksi di lepas pantai
terganggunya kegidupan bawah laut.
Seperti di irlandia dimana terjadi
berkurangnya populasi ikan di daerah
pemasangan turbin air. Selain itu juga
menambah 80 – 110 dB kepada noise
frekuensi rendah yang dapat
mengganggu komunikasi ikan paus
dan kemungkinan distribusi predator
laut. Namun begitu, ladang angin
lepas pantai diharapkan dapat menjadi
tempat pertumbuhan bibit-bibit ikan
yang baru. Karena memancing dan
berlayar di daerah sekitar ladang angin
dilarang, maka spesies ikan dapat
terjaga akibat adanya pemancingan
berlebih di laut.
b. Ekosistem
a. Efek rumah kaca dan Hujan Asam
Efek rumah kaca dapat
diakibatkan karena semakin
bertambahnya gas emisi pada udara.
Beberapa gas emisi tersebut
diantaranya adalah NH4, N2O,PFC &
HFC, lainnya dan CO2.
Pembangkit listrik tenaga angin
menghasilkan emisi karbon ke
lingkungan dalam jumalah ang tidak
berarti melalui proses manufaktur
komponen serta proses pengerjaannya
di tempat yang akan didirikan. Namun
emisi karbon yang dihasilkan tersebut
sangat sedikit bila dibandingkan
dengan pembangkit listrik dengan
batubara, emisi karbon dioksida
pembangkit listrik tenaga angin ini
hanya seperseratusnya saja. Di
samping karbon dioksida, pembangkit
listrik tenaga angin menghasilkan
sulfur dioksida, nitrogen oksida,
polutan atmosfir yang lebih sedikit
jika dibandingkan dengan pembangkit
listrik dengan menggunakan batubara
ataupun gas. Meskipun tidak begitu
berarti namun pembangkit listrik
tenaga angin tetap menyumbang gas
emisi rumah kaca di bumi.
Tabel yang menggambarkan
dimana efek rumah kaca terdiri dari
beberapa unsur dengan penyumbang
terbanyak adalah emisi CO2 yang
tercipta akibat berbagai kegiatan
penggunaan bahan bakar fosil, seperti:
batubara, minyak bumi dan gas bumi,
serta dari industri semen dan konversi
lahan.
Berkut adalah table
penambahan emisi CO2 di beberapa
negara dari tahun ketahun yang
semakin meningkat dimana sumber
energi listrik tenaga angin metupakan
salah satu penyumbang gas emisis
CO2.
b. Efek visual dan estetika
Penggunaan lahan yang luas
menajdi persoalan penting sangat
banyak dikritik. Penempatan lahan
pembangkitan pada l [4]ahan yang
masih dapat digunakan untuk
keperluan yang lain dapat menjadi
4. persolan tersendiri bagi penduduk
setempat. Selain mengganggu
pandangan akibat pemasangan barisan
pembangkit angin dapat mengurangi
lahan pertanian, pemuiman, serta yang
lainnya. Penggunaan tiang yang tinggi
untuk turbin angin juga dapat
menyebabkan terganggunya cahaya
matahari yang masu kerumah
penduduk. Perputaran sudu-sudu
menyebabkan cahaya matahari yang
berlap-kelip dan dapat mengganggu
pandangan penduduk.
Pembangkit listrik tenaga angin
[4]
Efek buruk jika terjadi ketidak sempurnaan
pengoperasian.
Dalam operasinya, pembangkit listrik
tenaga angin bukan tanpa kegagalan dan
kecelakaan. Kegagalan operasi sudu-sudu dan
juga jatuhnya es akibat perputaran telah
menyebabkan beberapa kecalakaan dan
kematian. Kematian juga terjadi kepada
beberapa penerjun dan pesawat terbang kecil
yang melewati turbin angin. Reruntuhan
puing-puing berat yang dapat terjadi
merupakan bahaya yang perlu diwaspadai,
terutama di daerah padat penduduk dan jalan
raya. Kebakaran pada turbin angin dapat
terjadi dan akan sangat sulit
untuk dipadamkan akibat tingginya posisi api
sehingga dibiarkan begitu saja hingga
terbakar habis. Hal ini dapat menyebarkan
asap beracun dan juga dapat menyebabkan
kebakaran berantai yang membakar habis
ratusan acre lahan pertanian. Hal ini pernah
terjadi pada Taman Nasional Australia
dimana 800 km2 tanah terbakar. Kebocoran
minyak pelumas juga dapat teradi dan dapat
menyebabkan terjadinya polusi daerah
setempat, dalam beberapa kasus dapat
mengkontaminasi air minum.
IV. KESIMPULAN
1. Energi terbagi dalam beberapa macam
seperti energi listrik, energi mekanik,
energi elektromagnetik, energi fosil,
energi kimia, energi nuklir, dan energi
termal.
2. PLTB merupakan energi terbarukan yang
memanfaatkan energ angin sebagai
penggerak turbin.
3. Di Indonesia angin belum banyak
dimanfaatkan karena kecepatan yang
kurang optimal.
4. Pembangkit listrik menggunakan bahan
bakar angin (Bayu) memiliki dampak
negatif yang tidak begitu banyak bila
dibandingkan dengan pembangkit listrik
lainnya
5. Terjadi kebocoran serta kelalaian petugas
dalam menjalankan instalasi merupakan
dampak terbesar dari PLTB.
Referensi
[1] Sumantoro, 1993.
[2] A. Z. Zakaria, Pemodelan Dan Pemetaan
Potensi Energi Angin Menggunakan
Jaringan Syaraf Tiruan (JST) Di Bendungan
Karangkates Kabupaten Malang, Surabaya:
Teknik Fisika, FTI-ITS.
[3] L. J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif,
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000.
[4] F. Sasongko, "Dampak Pembangkit Listik
Tenaga Angin," ITB Jurnal, 2009.
5. [5] M. Ramlan, "Pemanasan Global (Global
Warming)," Jurnal Teknologi Lingkungan,
vol. 3, pp. 30-32, 2002.
[6] Y. M. d. K. Koizumi, "Global Warming
Abatement and Coal Supply and Demand,"
Institute of Energy Economics
Japans(IEEJ), Januari2003.