1. PERENCANAAN KEBUTUHAN AIR MINUM
(RDS SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM)
KEMENTERIAN PEKER JAA N U MUM DA N PE RU MAHAN RAK YAT
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSDIKLAT JALAN, PERUMAHAN, PERMUKIMAN DAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH
BALAI UJI COBA SISTEM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
J l . P r o f . S o e d a r t o , S H - T e m b a l a n g , T e l p . / F a x ( 0 2 4 ) 7 4 7 2 8 4 8 , S e m a r a n g 5 0 2 7 5
Semarang, 8 Oktober 2018
Nomor : PD 01 05-Md/587
Lampiran : 1 (Satu) Lembar
Hal : Persiapan II Pelatihan Perencanaan Teknik Dalam Rangka
Pemenuhan GAP Kompetensi Teknis Bidang Cipta Karya
Kepada Yth.
(Daftar Terlampir)
di-
Tempat
Dengan hormat,
Sehubungan dengan Rencana Pelaksanaan Pelatihan Perencanaan Teknik Dalam Rangka
Pemenuhan GAP Kompetensi Teknis ASN Bidang Cipta Karya yang akan dilaksanakan oleh Balai
Uji Coba Sistem Diklat Perumahan dan Permukiman Semarang, dengan hormat kami
Nara Sumber :
Dr. Ir. Tri Joko, M.Si
2. Tujuan Pembelajaran
Setelah selesai pembelajaran peserta mampu menjelaskan dan merencanakan kebutuhan
air minum dan pelaksanaan survey kebutuhan nyata :
• Menyusun rencana kegiatan survey kepada masyarakat tentang kondisi sosial ekonomi
dan akan keinginan berlangganan PDAM.
• Menyusun rencana kegiatan survey kepada masyarakat tentang kemampuan dan
kesediaan membayar jasa layanan air minum.
• Menghitung proyeksi kebutuhan air minum
4. • Untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi masyarakat
• Untuk mengetahui keinginan masyarkat untuk menyambung sambungan PDAM
Tujuan Survei Keinginan Untuk Menyambung
5. KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI
• Pendidikan merupakan salah satu indikator untuk mengetahui kondisi latar
belakang sosial masyarakat.
Pendidikan Penduduk
• Kondisi bangunan yang ditempati atau kondisi hunian rumah tangga dapat
memberikan gambaran terhadap kondisi sosial ekonomi suatu rumah tangga.
sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 tentang
Perumahan dan Kawasan Pemukiman, kondisi rumah yang ditempati dibagi dalam
tiga pilihan, yaitu:
• 1. Rumah Sederhana
• 2. Rumah Menengah
• 3. Rumah Mewah
Kondisi Rumah
Jumlah Anggota Keluarga
• Akumulasi pendapatan rumah tangga adalah total pendapatan responden dan
pasangannya (jika ada), baik pria maupun wanita.
Akumulasi Pendapatan Rumah Tangga Penduduk
6. • Keadaan sumber air yang tidak menentu mengakibatkan masyarakat di daerah
survey memenuhi kebutuhan mereka akan air bersih dari berbagai sumber
air yaitu :
• PDAM
• Sumur (gali/bor)
• Air dari penjaja
• Membeli air dari mobil tangki
• Menampung air hujan
Sumber Air Penduduk
• Kualitas air sumur penduduk dibagi atas tiga kriteria penilaian yaitu
• Kualitas rasa air sumur penduduk,
• Kualitas warna air sumur penduduk dan
• Kualitas bau air sumur penduduk.
Kualitas Air Sumur Penduduk
Jumlah Konsumsi Air Penduduk
KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI
7. TAHAPAN PELAKSANAAN SURVEY
Tahapan Persiapan
Tahapan ini dilakukan untuk mendapatkan data-data yang lengkap dan akurat guna mendukung
survey dan masih bersifat data sekunder. Untuk menghasIlkan data yang lengkap dan akurat,
aspek yang perlu diperhatikan adalah dengan melihat atau mengamati permasalahan yang
terjadi di daerah survey.
Perumusan
masalah, tujuan,
dan sasaran
survey
Penentuan lokasi
survey
Inventarisasi
data-data yang
ada
Pengumpulan
studi pustaka
yang berkaitan
dengan survey
Penyusunan
teknis
pelaksanaan
observasi dan
survei
8. Wawancara (Interview)
• Dalam survey dilakukan wawancara secara tatap muka, wawancara dilakukan untuk
mengetahui secara lebih dalam kondisi sosial dan ekonomi masyarakat tersebut.
Kuesioner
• Dalam survey data diperoleh dengan cara mendatangi seluruh responden dan memberikan
angket atau kuesioner untuk diisi oleh responden, kemudian responden mengisi jawaban
pertanyaan dalam kuesioner, serta mengumpulkan kembali angket yang telah diisi.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Tahap Pengumpulan Data
Data merupakan gambaran tentang suatu keadaan atau persoalan yang dikaitkan dengan
tempat dan waktu, yang merupakan dasar suatu perencanaan dan merupakan alat bantu dalam
pengambilan keputusan.
TAHAPAN PELAKSANAAN SURVEY
10. A.PROFIL RESPONDEN
Menggunakan metode survei untuk mengumpulkan data primer langsung kepada sumber
informasi.
Proses pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara untuk mendapatkan berbagai
informasi yang digali melalui instrumen penelitian.
Instrumen penelitian yang dipergunakan adalah kuesioner untuk mendapatkan data primer yang
dirancang oleh peneliti sesuai dengan kebutuhan informasi yang ingin digali dalam survei
lapangan, yaitu mendapatkan gambaran persepsi dan tanggapan masyarakat terhadap layanan
penyediaan air bersih yang dijalankan oleh PDAM
11. Contoh Responden pada PDAM Kabupaten Batang
Tabel 1 : Jumlah Responden (%)
No Wilayah Pelayanan Jumlah
1 Pelanggan 5.32%
2 Non pelanggan 94.68%
Total 100.00%
Tabel 1 menyajikan jumlah responden berdasarkan
statusnya sebagai pelanggan atau non pelanggan
PDAM Kabupaten Batang. Jumlah responden
pelanggan dalam kajian ini berjumlah 94.68%, jauh
lebih banyak dibandingkan dengan responden non
pelanggan yang hanya berjumlah 5.32%. Mengingat
bahwa dalam kajian ini pemilihan responden
dilakukan secara acak, maka banyaknya responden
pelanggan bisa menjadi indikasi awal semakin
meratanya layanan PDAM Kabupaten Batang di
seluruh wilayah daerah tersebut.
Sumber: Data primer diolah, 2012.
12. Tabel 2: Pekerjaan Responden (%)
No Pekerjaan Jumlah
1 Buruh 5.21
2 Guru 4.17
3 Lain-lain 2.08
4 Pegawai swasta 7.29
5 Pensiunan 8.33
6 PNS 5.21
7 Petani 8.33
8 Wiraswasta 59.38
Total 100.00
Sumber: Data primer diolah, 2012.
Hasil analisis menunjukkan jika pekerjaan responden
paling banyak adalah wiraswasta, yaitu berjumlah
59.38% dari total responden. Sedangkan pekerjaan
responden lainnya, berturut-turut, adalah pensiunan
(8,33%), petani (8,33%), pegawai swasta (7.29), PNS
(5.21%), buruh (5.21%), guru (4.17%), dan lain-lain
(2.08%).
Tabel 3: Pendidikan Responden (%)
No Pendidikan Jumlah
1 SD 35.56
2 SLTP 36.67
3 SLTA 18.89
4 Diploma 4.44
5 Sarjana 4.44
Total 100.00
Sumber: Data primer diolah, 2012.
Berdasarkan tingkat pendidikan responden
tampak bahwa sebagian besar pendidikan
responden adalah SLTP (36.67%). Selanjutnya
berturut-turut adalah SD (35,56%), SLTA
(18.89%), diploma (4.44%), dan sarjana
(4.44%). Beragamnya tingkat pendidikan
responden menunjukkan bahwa pelayanan
PDAM Kabupaten Batang memang dibutuhkan
oleh masyarakat dengan berbagai tingkat
sosial dan ekonomi.
13. Tabel 4: Penghasilan Responden (%)
No Penghasilan Jumlah
1 Rp 1.000.000,00-Rp 1.500.000,00 45.45
2 Rp 1.500.001,00-Rp 2.000.000,00 43.18
3 Rp 2.000.001,00-Rp 2.500.000,00 0.00
4 Rp 2.500.001,00-Rp 3.000.000,00 0.00
5 Di atas Rp Rp 3.000.000 11.36
Total 100.00
Sumber: Data primer diolah, 2012.
Tabel di atas menyajikan pendapatan responden kajian
ini. Sebagian besar responden mengatakan mempunyai
pendapatan sekitar Rp 1.000.000,00-Rp 1.500.000,00
(45.45%). Responden yang lain mengaku mempunyai
pendapatan antara Rp 1.500.001,00-Rp 2.000.000,00
(43,18%) dan di atas Rp 3.000.000,00 (11.36%).
Identifikasi alokasi pengeluaran
responden untuk belanja air bersih
akan digunakan untuk menentukan
tingkat kemampuan masyarakat dalam
membayar air bersih (ability to pay).
Karena tingkat kemampuan
masyarakat ini diperoleh dengan
mengalikan jumlah pendapatan
responden dan prosentase
pendapatan untuk biaya air bersih
dibagi dengan total pemakaian air
bersih per bulan.
14. Tabel 5: Alokasi Penghasilan Untuk Belanja Air Bersih (%)
No Kategori Penghasilan Alokasi Belanja
Air Bersih
1 Rp 1.000.000,00-Rp 1.500.000,00 5.00
2 Rp 1.500.001,00-Rp 2.000.000,00 10.00
3 Rp 2.000.001,00-Rp 2.500.000,00 10.00
4 Rp 2.500.001,00-Rp 3.000.000,00 10.00
5 Di atas Rp Rp 3.000.000 10.00
Total 10.00
Tabel di atas menyajikan besarnya prosentase pengeluaran responden untuk
belanja air besih per bulannya. Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa
seluruh responden mengakui bahwa belanja air bersih (langganan PDAM) rata-
rata sebesar 5,00% untuk kategori penghasilan Rp 1.000.000,00-Rp
1.500.000,00 dan rata-rata alokasi penghasilan sebesar 10.00% untuk belanja
air bersih bagi yang kategori penghasilannya di atas Rp 2.000.000,00.
Sumber: Data primer diolah, 2012.
15. Tabel 6: Kualitas dan Kuantitas Air Bersih (%)
No Keterangan Kualitas Kuantitas
1 Sesuai
kebutuhan 81.44 90.72
2 Tidak sesuai
kebutuhan 18.56 9.28
Total 100.00 100.00
Sumber: Data primer diolah, 2012.
Hasil identifikasi terhadap kualitas dan kuantitas air
bersih yang dihasilkan oleh PDAM Kabupaten Batang
menunjukkan bahwa sebagian besar responden
mengakui bahwa air bersih yang mereka terima telah
memenuhi kebutuhannya, baik dari segi kuantitas
(81.44%) dan kuantitas (18.56%). Hal sejalan dengan
identifikasi terhadap pelanggan terkait dengan alasan
mengapa mereka membutuhkan PDAM, yaitu
lingkungan sekitar rumah tidak sehat/kotor/tercemar
(36.99%), tidak mau repot merawat sumur yang
dimilikinya (32.88%), lahan yang dimiliki relatif sempit
(17.81%), dan rumahnya berada di permukiman yang
padat penduduk (8.22%).
16. Melakukan cluster sampling. Tahap ini dilakukan dengan mengelompokkan responden
menurut wilayah pelayanan PDAM
Melalui random sampling, yaitu menentukan kelurahan secara random/acak yang dipilih untuk
disurvei dalam satu wilayah kecamatan yang menjadi lokasi kajian.
Dilakukan dengan random sampling, yaitu menentukan
perumahan/kompleks/kampung/kawasan yang dipilih untuk disurvei dalam satu wilayah
kelurahan.
Dilakukan dengan purposive sampling, yaitu mengambil sampel kepala keluarga atau wakil
kepala keluarga sebagai responden penelitian dengan asumsi responden dapat menjawab
pertanyaan-pertanyaan tentang jasa pelayanan air bersih.
04
01
02
03
Penentuan sampel penelitian dilakukan dengan Multistage Random Sampling (MRS) yang
menjanjikan sampel yang representatif didasari populasi yang kompleks dan heterogen.
Tahapan Pengambilan Sampel
17. B.KEMAMPUAN DAN KEMAUAN MASYARAKAT MEMBAYAR
1. Kemampuan Masyarakat Membayar
Kemampuan seseorang untuk
membayar pelayanan air bersih
yang diterimanya berdasarkan
penghasilannya (ability to pay).
Pendekatan yang digunakan dalam
analisis ATP didasarkan pada alokasi
biaya untuk pelayanan air bersih
dan intensitas pengguna
memanfaatkan pelayanan air bersih,
dimana ability to pay adalah
kemampuan masyarakat dalam
membayar pelayanan air bersih
yang diterimanya.
dimana:
It = Total pandapatan keluarga perbulan
(Rp/bulan).
Pt = Prosentase pengeluaran untuk air bersih per
bulan dari total pendapatan keluarga.
Tt = Total pemakaian air bersih keluarga per
bulan (m3/bulan).
18. Contoh Kemampuan Masyarakat Membayar pada PDAM Kabupaten Batang
Tabel 7: Kemampuan Masyarakat Membayar
No Kategori Penghasilan
Pengeluaran
Untuk Air
Bersih
(%)
Total
Pemakaian
Air Bersih
(m3/bulan)
ATP
(Rp)
1 Rp 1.000.000,00-Rp
1.500.000,00 5.00
16
3,906.25
2 Rp 1.500.001,00-Rp
2.000.000,00 10.00
23
7,608.70
3 Rp 2.000.001,00-Rp
2.500.000,00 10.00
---
---
4 Rp 2.500.001,00-Rp
3.000.000,00 10.00
---
---
5 Di atas Rp 3.000.000,00 10.00 29 11,206.90
Hasilnya menunjukkan bahwa untuk
kategori pengeluaran masyarakat
sebesar Rp 1.000.000,00-Rp
1.500.000,00 memiliki kemampuan
untuk membayar air bersih yang
dikonsumsinya sebesar Rp 3,906.12 per
meter3. Untuk kategori pengeluaran
masyarakat sebesar Rp 1.500.001,00-Rp
2.000.000,00 memiliki kemampuan
untuk membayar air bersih yang
dikonsumsinya sebesar Rp 7,608.70 per
meter3. Sedangkan untuk kategori
pengeluaran masyarakat di atas Rp
3.000.000,00 memiliki kemampuan
untuk membayar air bersih yang
dikonsumsinya sebesar Rp 11,206.90 per
meter3.
Sumber: Data primer diolah, 2012.
19. 2. Kemauan Masyarakat Membayar
Kemauan atau kesediaan seseorang untuk mengeluarkan imbalan atas jasa yang diperolehnya atau
besaran rupiah rata-rata yang masyarakat mau mengeluarkan sebagai pembayaran satu unit pelayanan
air bersih yang dinikmatinya (willingness to pay).
Untuk memperoleh taksiran WTP (eliciting
WTP) dapat digunakan metode atau teknik
stated or revealed preferences survey (survei
preferensi konsumen). Metode atau teknik
stated preferences (SP) adalah suatu metode
yang digunakan untuk mengukur preferensi
masyarakat atau konsumen apabila kepada
mereka diberikan alternatif atau pilihan.
• produksi pelayanan air bersih yang
disediakan oleh PDAM,
• utilitas pengguna terhadap
pelayanan air bersih,
• penghasilan pengguna, dan
• kondisi sosial budaya masyarakat.
Faktor yang mempengaruhi WTP
20. Contoh Kemauan Masyarakat Membayar pada PDAM Kabupaten Batang
Tabel 8: Kemauan Masyarakat Membayar (%)
Sumber: Data primer diolah, 2012.
No
Tarif Wajar Menurut
Masyarakat (Rp)
Jumlah
1 Rp 1.000,00 27.03
2 Rp 1.500.00 5.41
3 Rp 2.000,00 18.92
4 Rp 2.500,00 48.65
Jumlah 100.00
Hasil analisis terhadap data WTP menunjukkan
bahwa responden menyatakan harga/tarif air
bersih per m3 yang paling wajar menurut
persepsi masyarakat adalah antara Rp 1.000,00-
Rp 2.500,00. Jika dilihat lebih detail tampak
bahwa sebagian besar responden menyatakan
bahwa tarif air bersih paling wajar adalah Rp
2,500.00 (48.65%), Rp 1,000.00 (27.03%), Rp
2,000.00 (18.92%), dan Rp 1,500.00 (5.41%).
Dapat disimpulkan bahwa WTP masyarakat
Kabupaten Batang saat ini untuk air bersih per
meter3 berkisar antara Rp 1.000,00-Rp 2.500,00.
21. Perhitungan ATP dan WATP di atas selanjutnya dibandingkan dengan tarif dasar rata-rata air bersih PDAM,
untuk mengetahui seberapa besar kemampuan dan kemauan membayar masyarakat terhadap air bersih
yang dikonsumsinya.
Pedoman untuk menilai tingkat kemampuan dan kemauan membayar masyarakat terhadap air bersih
yang dikonsumsinya tersebut, yaitu:
Tarif lebih kecil dari ATP dan
WTP
• Apabila terjadi kondisi ini
maka kemampuan masyarakat
sangat baik, karena tarif yang
diberlakukan ternyata lebih
kecil dari daya beli
masyarakat. Pada kondisi ini
masyarakat mampu membeli
jasa atau barang yang
ditawarkan tanpa memikirkan
untuk mencari alternatif lain.
Tarif hampir sama dengan ATP
dan WTP
• Pada kondisi ini pemakai jasa
berkemampuan hampir sama
dengan tarif yang
diberlakukan, tidak semua
masyarakat mampu membeli
jasa atau barang tersebut, ada
kemungkinan sebagian
masyarakat yang
menggunakan alternatif lain
seperti sumur.
Tarif lebih besar dari ATP dan
WTP
• Apabila terjadi kondisi seperti
ini maka kemampuan dari
masyarakat sangat jelek,
karena tarif yang diberlakukan
ternyata lebih besar dari daya
beli masyarakat, maka
sebagian besar masyarakat
tidak mampu membeli barang
atau jasa yang ditawarkan.
C.ANALISIS ATP DAN WTP
22. Contoh Analisis ATP dan WTP pada PDAM Kabupaten Batang
Tabel 9: Analisis ATP dan WTP
No Kategori Penghasilan Masyarakat
Tarif Dasar
Rata-rata
(Rp)
ATP
(Rp)
WTP
(Rp)
1 Rp 1.000.000,00-Rp 1.500.000,00 1,400.00 3,906.25 Rp 1.000,00-Rp 2.500,00
2 Rp 1.500.001,00-Rp 2.000.000,00 1,400.00 7,608.70 Rp 1.000,00-Rp 2.500,00
3 Rp 2.000.001,00-Rp 2.500.000,00 --- --- ---
5 Rp 2.500.001,00-Rp 3.000.000,00 --- --- ---
6 Di atas Rp 3.000.000,00 1,400.00 11,206.90 Rp 1.000,00-Rp 2.500,00
Tabel di atas menyajikan tarif dasar rata-rata, ATP, dan WTP untuk setiap ketegori penghasilan masyarakat. Setiap
kategori penghasilan masyarakat mempunyai ATP yang berbeda. Namun demikian hasil survey menunjukkan bahwa
setiap kategori penghasilan mempunyai WTP yang relatif sama, yaitu sekitar Rp Rp 1.000,00-Rp 2.500,00.
Hasilnya menunjukkan jika ATP relatif jauh lebih besar (diatas) tarif dasar rata-rata air minum PDAM Kabupaten
Batang, sedangkan WTP hampir sama dengan tarif dasar rata-rata tersebut. Hal ini menunjukkan, meski mempunyai
kemampuan yang relatif memadai untuk membeli air bersih produksi PDAM Kabupaten Batang, kemauan
masyarakat untuk membayar air bersih relatif terbatas.
24. A. Proyeksi Kebutuhan Air
Kebutuhan air bersih dari tahun ketahun terus
meningkat. Sarana/sistem penyediaan air
bersih yang sudah ada mungkin tidak dapat
melayani kebutuhan air pada masa yang akan
datang.
Sedangkan untuk merencanakan dan
membangun sarana penyediaan air bersih,
memerlukan waktu yang cukup lama.
Kita perlu memperkirakan berapa tahun air bersih pada
masa yang akan datang, sehingga kita dapat mempersiapkan
segala hal yang diperlukan untuk memproduksi air bersih
sesuai dengan kebutuhan pada masa yang akan datang.
Dengan mengetahui kebutuhan air bersih pada masa yang
akan datang kita dapat memperkirakan kebutuhan tenaga
dan biaya untuk mengelola sistem penyediaan air bersih
pada masa yang akan datang.
25. Kebutuhan air merupakan jumlah
air yang diperlukan bagi kebutuhan
dasar/suatu unit konsumsi air,
dimana kehilangan air dan
kebutuhan air untuk pemadam
kebakaran juga diperhitungkan.
Kebutuhan dasar dan kehilangan
tersebut berfluktuasi dari waktu
kewaktu, dengan skala jam, hari,
minggu, bulan selama kurun waktu
satu tahun.
Besarnya air yang digunakan untuk
berbagai jenis penggunaan /
pemakaian air. Besarnya konsumsi
air yang digunakan dipengaruhi
oleh faktor seperti :
• Ketersediaan air baik dari segi
kualitas, kuantitas, dan kontiunitas
• Kebiasaan penduduk setempat
• Pola dan tingkat kehidupan
• Harga air
Teknis ketersediaan air seperti
fasilitas distribusi, fasilitas
pembuangan limbah yang dapat
mempengaruhi kualitas air bersih
dan kemudahan dalam
mendapatkannya.
Keadaan sosial ekonomi penduduk
setempat
STANDAR PENYEDIAAN AIR
26. STANDART KEBUTUHAN AIR BERSIH
a. Standar Penyediaan Air Domestik
Standar Penyediaan Air domestik ditentukan oleh jumlah konsumen domestik
yang dapat diketahui dari data penduduk yang ada.
Standar penyediaan kebutuhan domestik ini meliputi: minum, mandi, masak, dan
lain-lain.
Kecenderungan meningkatnya kebutuhan dasar air ditentukan oleh kebiasaan
pola hidup masyarakat setempat dan didukung oleh kondisi sosial ekonomi.
Untuk dapat mengetahui kebutuhan air pada masa yang akan datang, kita perlu
mengetahui jumlah penduduk pada masa yang akan datang;
• Jumlah penduduk pada saat ini, sebagai dasar untuk menghitung jumlah
penduduk pada saat yang akan datang , serta Kenaikan penduduk.
Dengan adanya data tersebut,
maka kita dapat
menghitung/memperkirakan
jumlah penduduk pada masa
yang akan datang. Sehingga
kita dapat mengetahui
kebutuhan air pada masa yang
akan datang.
Semakin banyak jumlah orang,
semakin banyak pula
kebutuhan air.
Sebagai contoh pengaruh
jumlah penduduk terhadap
jumlah kebutuhan air dapat
dilihat pada grafik berikut ini:
27. Kategori Kebutuhan Air Domestik untuk Kota:
• Kota Kategori I (Metropolitan)
• Kota Kategori II (Kota Besar)
• Kota Kategori III (Kota Sedang)
• Kota Kategori IV (Kota Kecil)
• Kota Kategori V (Desa)
Untuk mengetahui kriteria perencanaan air bersih
pada tiap-tiap kategori, dapat dilihat pada tabel
Sumber : Kriteria Perencanaan Ditjen Cipta Karya
PU, 1996
28. Standar penyediaan air non domestik ditentukan oleh
banyakannya konsumen non domestik yang meliputi
fasilitas: perkantoran, kesehatan, industri, komersial,
umum, dan lainnya.
Konsumsi non domestik terbagi menjadi beberapa kategori
yaitu :
• Umum (tempat ibadah, rumah sakit, sekolah, terminal,
kantor),
• Komersil (hotel, pasar, pertokoan, rumah makan),
• Industri (peternakan, industri).
STANDART KEBUTUHAN AIR BERSIH
a. Standar Penyediaan Air Non Domestik
Semakin banyak jumlah sarana yang membutuhkan air, kebutuhan air akan makin banyak pula.
29. Untuk memprediksi perkembangan kebutuhan air non domestik perlu diketahui
rencana pengembangan kota serta aktifitasnya. Apabila tidak diketahui, maka
prediksi dapat didasarkan pada suatu ekivalen penduduk, dimana konsumen non
domestik dapat dihitung mengikuti perkembangan standar penyediaan air
domestik.
Kebutuhan air non domestik menurut kriteria perencanaan pada Dinas PU
30. • Kebutuhan Air Non Domestik Untuk Kategori V ( Desa )
• Kebutuhan Air Non Domestik Untuk Kategori Lain
Dengan demikian kita perlu
mengetahui jenis dan jumlah
sarana yang akan datang atau
dengan kata lain kita perlu
mengetahui:
• Jenis dan jumlah sarana yang ada
saat ini: Data ini diperlukan sebagai
dasar untuk menghitung perkiraan
jenis dan jumlah sarana pada masa
yang akan datang.
•Perkiraan perkembangan jenis
dan jumlah sarana pada masa yang
akan datang.
31. Jumlah kebutuhan air untuk tiap orang dari tahun ke tahun akan meningkat, hal ini disebabkan antara lain:
• Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya air bersih untuk kesehatan
• Meningkatnya kebutuhan air untuk pemakaian yang makin beragam, misalnya untuk mencuci mobil, mesin
pendingin udara dan sebagainya.
Pemakaian air oleh masyarakat bertambah besar selaras dengan kemajuan masyarakat tersebut. Sehingga
pemakaian air seringkali dipakai sebagai salah satu tolok ukur tinggi rendahnya suatu masyarakat.
Kebutuhan air untuk pemakaian non domestik antara lain dipengaruhi oleh jenis sarana yang membutuhkan air.
Sebagai contoh kebutuhan air untuk rumah sakit akan berbeda dengan kebutuhan air untuk perkantoran.
Disamping itu kebutuhan air untuk tiap jenis sarana juga tidak selalu sama, misalnya kebutuhan rumah sakit kelas A
akan berbeda dengan kebutuhan rumah sakit kelas C.
Untuk menghitung kebutuhan air pada masa yang akan datang juga perlu diketahui kebutuhan air untuk tiap
pemakai air pada masa yang akan datang. Data-data ini dapat dibuat berdasarkan kecenderungan pemakaian air
pada masa lalu dan saat sekarang.
STANDART KEBUTUHAN AIR BERSIH
c. Jumlah Kebutuhan Air Untuk Tiap Pemakai Air
32. 3. PROYEKSI PENDUDUK
• Dalam perencanaan suatu sistem distribusi air minum, diperlukan beberapa
kriteria sebagai dasar perencanaan. Tujuan untuk mendapatkan suatu hasil
perencanaan yang tepat dan terkondisi untuk suatu wilayah perencanaan.
• Kebutuhan air bersih semakin lama semakin meningkat seiring dengan
bertambahnya jumlah penduduk di masa yang akan datang. Diperlukan
proyeksi penduduk untuk tahun perencanaan. Walaupun proyeksi bersifat
ramalan, dimana kebenarannya bersifat subyektif, namun bukan berarti
tanpa pertimbangan dan metoda.
Beberapa metoda proyeksi penduduk yang digunakan untuk perencanaan.
33. Pn = Po + a . n
Dimana :
Pn = jumlah penduduk pada tahun proyeksi (jiwa)
Po = jumlah penduduk pada awal tahun dasar (jiwa)
a = rata-rata pertambahan penduduk (% jiwa/tahun)
n = selisih anatara tahun proyeksi dengan tahun dasar
(tahun)
Pn = Po ( 1 + r ) n
Metoda Aritmatika
• Metoda ini sesuai untuk daerah dengan
perkembangan penduduk yang selalu
meningkat/bertambah secara konstan.
Metoda Geometri
• Proyeksi dengan metoda ini dianggap
bahwa perkembangan penduduk secara
otomatis berganda dengan
pertambahan penduduk.
• Metoda ini tidak memperhatikan
adanya suatu saat terjadi
perkembangan menurun, disebabkan
kepadatan penduduk mendekati
maksimum.
• Metode ini banyak digunakan karena
mudah dan mendekati kebenaran.
34. Pn = a + b . x
Metoda Least Square
• Metoda ini juga dapat digunakan untuk
daerah dengan perkembangan
penduduk yang mempunyai
kecenderungan garis linear meskipun
perkembangan penduduk tidak selalu
bertambah
35. Jumlah air yang diproduksi tidak selalu harus sama
dengan kebutuhan air yang sebenarnya. Selain
dipengaruhi jumlah air yang sebenarnya dibutuhkan,
jumlah air yang diproduksi juga dipengaruhi oleh:
1. Sumber air lain yang ada, dan
2. Kemampuan masyarakat untuk membeli air, dengan
kata lain dipengaruhi oleh pendapatan masyarakat.
4. PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR YANG PERLU DIPRODUKSI
Kedua faktor tersebut di atas akan
mempengaruhi persentase jumlah
penduduk atau sarana yang direncanakan
akan diberi pelayanan air bersih.
Pada suatu daerah pelayanan tertentu banyak pabrik yang sudah
menggunakan sumur dalam, maka kawasan pabrik tersebut
mungkin tidak perlu lagi mendapat pelayanan air bersih dari
PDAM. Demikian juga dengan penduduk yang sudah banyak
menggunakan air sumur berkualitas cukup baik, mungkin tidak
memerlukan pelayanan air dari PDAM. Akibat adanya sumber air
lain ini, biasanya tidak seluruh penduduk dialokasikan mendapat
pelayanan dari PDAM.
Oleh karena itu kemampuan masyarakat ikut mempengaruhi
jumlah air dan tingkat pelayanan air bersih pada konsumen.
Dengan tingkat pelayanan air yang berbeda, biasanya harga jual air
dan jumlah air yang dapat digunakan akan berbeda. Sebagai
contoh harga air yang didapat dari sambungan rumah lebih mahal
dibandingkan dengan kran umum.
Untuk memperkirakan jumlah kebutuhan air yang
diproduksi pada masa yang akan datang, perlu
diperhitungkan kebutuhan air untuk operasi dan
pemeliharaan sistem penyediaan air bersih, misalnya
untuk menguras reservoir dan filter. Selain itu harus
diperhitungkan pula air yang hilang atau bocor.
36. • Misalnya: Berdasarkan data jumlah penduduk yang lalu dengan angka pertumbuhan
tertentu, jumlah penduduk pada masa yang akan datang diproyeksikan sebagai berikut :
Kebutuhan air untuk rumah tangga
Tahun Jumlah Penduduk (jiwa)
2019 61551
2024 63981
2029 66411
2034 68841
2039 71271
2044 73683
5. CONTOH PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR PADA MASA YANG AKAN DATANG
Berdasarkan data pemakaian air yang lalu dan
berdasarkan data penghasilan masyarakat,
direncanakan:
• Jumlah penduduk yang dapat dilayani oleh sistem PDAM
pada tahun 2019 adalah 50% dan meningkat menjadi 75%
pada tahun 2044.
• Jumlah penduduk yang mendapat sambungan langsung
pada tahun 2044 sebesar 30% dari jumlah penduduk yang
dilayani dan meningkat menjadi 60% pada tahun 2029.
• Jumlah penduduk yang mendapat sambungan halaman
diharapkan tetap 25% dari jumlah penduduk yang dilayani.
Jumlah penduduk yang dilayani dengan kran umum pada
tahun 2019 sebesar 45% dan menurun menjadi 20% pada
tahun 2044.
37. • Kebutuhan air bersih untuk rumah tangga dapat dihitung seperti pada tabel
berikut ini: Kebutuhan air untuk fasilitas industri/perdagangan
Tahun Jumlah Penduduk Jenis Pelayanan Kebutuhan Air
Total Jumlah
dilayani
% Jiwa Liter/Jiwa/Hari m3/hari
% Jiwa SL KH KU SL KH KU SL KH KU SL KH KU Total
2019 61551 50 30776 30 25 45 9233 7694 13849 100 60 30 923,27 461,63 415,47 1800,4
2024 63981 55 35190 35 25 40 12316 8797 14076 110 60 30 1354,8 527,84 422,27 2304,9
2029 66411 60 39847 40 25 35 15939 9962 13946 120 60 30 1912,6 597,7 418,39 2928,7
2034 68841 65 44747 45 25 30 20136 11167 13424 130 60 30 2617,7 671,2 402,72 3691,6
2039 71271 70 49890 50 25 25 24945 12472 12472 140 60 30 3492,3 748,35 374,17 4614,8
2044 73683 75 55262 55 25 20 30394 13816 11052 150 60 30 4559,1 828,93 331,57 5719,6
Untuk menghitung kebutuhan air untuk fasilitas industri/perdagangan diperlukan data mengenai fasilitas
industri dan perdagangan tersebut. Jika data ini tidak diperoleh, maka kebutuhan air dapat diperkirakan
berdasarkan data pemakaian air pada masa yang lalu. Misalnya pada contoh soal ini diperhitungkan
kebutuhan air industri pada tahun 2019 adalah 5% dari kebutuhan air untuk rumah tangga. Pada tahun
2044 diperkirakan meningkat menjadi 10%. Dengan demikian kebutuhan air untuk industri adalah:
38. Untuk menghitung kebutuhan air untuk fasilitas sosial, diperlukan data
mengenai jenis dan jumlah fasilitas sosial. Standar pemakaian air untuk fasilitas
sosial dapat menggunakan angka-angka sebagai berikut:
• Kebutuhan air untuk masjid : 1 m3/unit/hari
• Kebutuhan air untuk langgar : 0,5 m3/unit/hari
• Kebutuhan air untuk gereja : 0,5 m3/unit/hari
• Kebutuhan air untuk perkantoran : 30-40 liter/pegawai/hari
• Kebutuhan air untuk pendidikan : 10 liter/orang/hari
• Kebutuhan air untuk fasilitas kesehatan : 200-400 liter/tempat tidur/hari
Jika mengalami kesulitan
memperoleh data jenis dan jumlah
fasilitas social, dapat digunakan
melalui pendekatan persentase
terhadap kebutuhan rumah tangga.
Misalnya dalam perhitungan ini
kebutuhan fasilitas social
diperkirakan sebesar 15% dari
kebutuhan air untuk rumah tangga.
Tahun
Rumah Tangga
(m3/hari)
Kebutuhan Air
Industri/Komersil
Kebutuhan Air
Industri/Komersil
% m3/hari % m3/hari
2019 1800,37 5 90,02 15 270,06
2024 2304,92 6 138,3 15 345,74
2029 2928,73 7 205,01 15 439,31
2034 3691,6 8 295,33 15 553,74
2039 4614,8 9 415,33 15 692,22
2044 5719,64 10 571,96 15 857,95
39. Jenis Penggunaan
Kebutuhan Air (m3/hari)
2019 2024 2029 2034 2039 2044
A. Rumah tangga 1800,37 2304,92 2928,73 3691,6 4614,8 5719,64
B. Industri/Komersial 90,02 138,3 205,01 295,33 415,33 571,96
C. Sosial 270,06 345,74 439,31 553,74 692,22 857,95
D. Sub Total
2160,44
4
2788,953 3573,051 4540,668 5722,352 7149,55
E. Kebocoran = 10-
20% x D
216,05 334,8 500,23 726,51 1030,02 1429,91
F. Total (m3/hari)
2376,49
4
3123,753 4073,281 5267,178 6752,372 8579,46
Total (liter/detik) 27,51 36,15 47,14 60,96 78,15 99,3
Kehilangan Air
• Jumlah air yang hilang
karena kebocoran,
operasi dan
pemeliharaan sistem
penyediaan air, hidran
kebakaran. Pada
umumnya kehilangan air
yang dapat ditoleransi
adalah 10-20% dari
seluruh kebutuhan air.
Jumlah Kebutuhan Air
• Berdasarkan perhitungan
kebutuhan air yang telah
diuraikan sebelumnya,
maka kebutuhan air
seluruhnya dapat
dihitung seperti terlihat
pada tabel :
40. Fluktuasi
Kebutuhan Air
• Pada jam-jam tertentu dalam satu hari, kebutuhan air akan memuncak yang disebut
“waktu puncak” (peak hour)
• Dalam hari-hari tertentu untuk setiap minggu, bulan atau tahun akan terdapat
kebutuhan air yang lebih besar dari kebutuhan rata-rata yang disebut “hari
maksimum” (maximum day)
Kebutuhan air pada hari maksimum
dan waktu puncak dihitung
berdasarkan kebutuhan air rata-rata
dengan pendekatan sebagai berikut:
• Kebutuhan air pada hari maksimum
:
f1 x kebutuhan air rata-rata
• Kebutuhan air pada waktu puncak :
f2 x kebutuhan air rata-rata
Tahun
Kebutuhan
rata-rata
(liter/detik)
f1
Kebutuhan
pada hari
maksimum
(liter/detik)
f2
Kebutuhan
pada jam
puncak
(liter/detik)
2019 27,51 1,2 33,01 1,5 41,27
2024 36,17 1,2 43,4 1,5 54,26
2029 47,14 1,2 56,57 1,5 70,71
2034 60,96 1,2 73,15 1,5 91,44
2039 78,15 1,2 93,78 1,5 117,23
2044 99,3 1,2 119,16 1,5 148,95
41. 6. KESIMPULAN
Pada umumnya kebutuhan air bersih akan meningkat terus menerus.
Untuk itu perlu diperkirakan kebutuhan air bersih pada masa yang
akan datang. Hal ini dimaksudkan untuk mempersiapkan segala
sarana yang dibutuhkan sesuai dengan peningkatan kebutuhan air
bersih pada masa yang akan datang dengan baik, efisien dan
ekonomis.
• Jenis dan jumlah fasilitas yang membutuhkan air
• Kebutuhan air tiap jenis pemakai air
• Sumber air lain yang ada
• Kemampuan masyarakat untuk membeli air.
Dalam memperhitungkan jumlah air yang diproduksi dan tingkat
pelayanan air bersih pada masa yang akan datang perlu diperhatikan:
42. • Jumlah pemakaian air dari waktu ke waktu yang
selalu tidak sama, dengan kata lain terjadi
fluktuasi pemakaian air. Fluktuasi pemakaian air
ini dapat digambarkan secara grafis seperti contoh
berikut :
Sebagai petugas PDAM, perlu dipahami
fluktuasi pemakaian air. Karena hal ini
merupakan salah satu faktor yang perlu
dipertimbangkan untuk membuat jadwal
produksi air bersih.
Pada pelajaran ini akan dijelaskan secara
singkat cara mengidentifikasi dan membuat
grafik fluktuasi pemakaian air harian.
B. POLA FLUKTUASI PEMAKAIAN AIR
Pemakaian yang digunakan konsumen, kebocoran teknis dan
non teknis. Fluktuasi pemakaian air harian, dipengaruhi oleh:
Jumlah dan jenis pemakaian air dan Karakteristik pemakai
air .
Walaupun fluktuasi pemakaian air dari hari ke hari tidak
mutlak sama, tetapi pada umumnya fluktuasi pemakaian air
pada suatu daerah pelayanan akan mengikuti pola fluktuasi
pemakaian air tertentu. Karena suatu keadaan khusus, pola
pemakaian air mungkin dapat berubah. Misalnya pola
pemakaian air pada bulan puasa dapat berbeda dengan pola
pemakaian air pada bulan yang bukan bulan puasa.
43. 3. IDENTIFIKASI POLA PEMAKAIAN AIR
Untuk mengidentifikasikan pola pemakaian air bersih harian,
maka dapat dilakukan tahapan pekerjaan sebagai berikut :
• Pengumpulan dan pencatatan data pemakaian air
• Analisa data pemakaian air
• Pembuatan grafik pola pemakaian air
• Pengumpulan dan pencatatan data pemakaian air
Pengumpulan dan pencatatan data pemakaian air harian harus
dilakukan setiap hari. Khusus untuk mengidentifikasikan pola
pemakaian air harian, maka harus mempunyai data pemakaian
harian selama jangka waktu tertentu secara berturut-turut
dengan jumlah pemakaian air setiap periode tertentu.
44. Data Pemakaian Air Harian Januari 2018
Makin banyak data pemakaian air yang dipunyai (misalnya 7
hari berturut-turut). Makin pendek periode pencatatan
pemakaian air (misalnya setiap jam), maka akan baik pula hasil
identifikasi pola pemakaian harian. Berikut ini dapat dilihat
contoh formulir dan pencatatan data pemakaian air harian.
Pada formulir pencatatan data pemakaian air harian ini
terlihat adanya kolom keterangan, yang dapat diisi dengan
keterangan yang diperlukan misalnya: Adanya kebocoran
pada pipa distribusi; Meter air rusak, sehingga tidak dapat
dilakukan pencatatan data.
Kolom keterangan ini sangat perlu, karena dari keterangan
pada kolom ini dapat dianalisa apakah pemakaian air ini
benar-benar digunakan oleh konsumen atau oleh sebab lain,
misalnya ada kebocoran.
Untuk mendapatkan data pemakaian air harian ini dapat
dengan cara melihat jumlah air yang melalui meter induk pada
pipa distribusi atau dengan mengukur perubahan
volume/tinggi air pada reservoir. Bila untuk mendapatkan data
pemakaian harian ini digunakan cara pengukuran perubahan
volume/tinggi air dalam reservoir, maka perlu diketahui dan
diperhitungkan adanya air yang masuk ke dalam reservoir
selama dilakukan pencatatan dan pemakaian air.
Jam
Pemakaian Air
Keterangan
Tanggal
1 2 3 4 5 6 7
00-01 147 135 138 143 139 142 131
01-02 133 121 140 135 141 137 126
02-03 132 128 125 140 128 131 137
03-04 147 145 149 138 142 132 148
04-05 129 132 162 151 132 141 158
05-06 237 241 205 228 226 231 218
06-07 276 282 295 272 281 293 278
07-08 273 268 223 269 248 271 265
08-09 255 251 284 265 258 249 278
09-10 273 270 209 228 256 268 238
10-11 205 200 227 235 209 213 247
11-12 219 210 234 218 221 234 208
12-13 202 200 202 231 208 229 217
13-14 172 175 195 187 176 184 177
14-15 215 222 252 235 218 232 218
15-16 202 200 234 226 228 215 227
16-17 223 228 234 215 234 227 230
17-18 228 235 260 244 236 254 241
18-19 228 214 262 253 236 251 237
19-20 147 145 205 148 152 151 143
20-21 205 130 192 135 138 141 136
46. Perlu diingat bahwa pola pemakaian air harian
ini hanya menunjukkan pola pemakaian air
harian dan bukan pola kebutuhan air. Karena
jumlah pemakaian air tidak selalu sama dengan
jumlah kebutuhan air yang sebenarnya.
Grafik pola fluktuasi pemakaian air ini harus
ditinjau dan disesuaikan kembali dengan
keadaan sebenarnya, minimal tiap tiga bulan
sekali.
Dari tabel fluktuasi pemakaian air bersih, dapat
dibuat grafik pola pemakaian air bersih, seperti
terlihat pada gambar/grafik:
Pembuatan Grafik Pola Pemakaian Air Bersih