Dokumen tersebut membahas tentang etika digital dan netiket dalam era digital. Secara garis besar dibahas mengenai pentingnya berinteraksi secara bertanggung jawab di dunia digital dengan memperhatikan hak privasi dan perasaan orang lain, serta menghindari tindakan-tindakan seperti penipuan, ujaran kebencian, dan pornografi. Dokumen juga menjelaskan etika yang perlu diperhatikan oleh penjual dan pembeli dalam bertrans
1. ETIKA DIGITAL
Netiket (Network Etiquette) yaitu tata krama dalam menggunakan Internet. Hal paling mendasar
dari netiket adalah kita harus selalu menyadari bahwa kita berinteraksi dengan manusia nyata di
jaringan yang lain, bukan sekedar dengan deretan karakter huruf di layar monitor, namun
dengan karakter manusia sesungguhnya.
7. ISU-ISU DALAM ERA DIGITAL
• Phising
Phishing adalah upaya untuk mendapatkan informasi sensitif seperti nama pengguna, kata sandi, dan detail kartu
kredit (dan terkadang, secara tidak langsung, uang), seringkali untuk alasan jahat, dengan menyamar sebagai entitas
yang dapat dipercaya dalam komunikasi elektronik. Phising juga dikenal sebagai Pencurian Identitas.*NetKriminal
• Pelestarian Digital
Di era digital, segala sesuatu seolah akan serba digital. Ini juga berlaku untuk pelestarian digital. Pelestarian digital
dengan cepat menjadi salah satu bentuk standar pelestarian untuk perpustakaan, arsip dan bahan fisik pusat
informasi. Pelestarian digital adalah pelestarian semua materi digital, baik yang lahir digital, seperti email, situs web,
videogame, dan file elektronik lainnya, atau telah didigitalkan dari bahan analog. Tujuan pelestarian digital adalah
rendering akurat dari konten yang diautentikasi dari waktu ke waktu.*NetData
• Literasi Digital/Informasi
Literasi digital adalah pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang digunakan dalam berbagai perangkat digital
seperti smartphone, tablet, laptop dan PC desktop, yang semuanya dilihat sebagai jaringan daripada perangkat
komputasi. Literasi digital pada awalnya berfokus pada keterampilan digital dan komputer yang berdiri sendiri, tetapi
fokusnya telah beralih dari perangkat yang berdiri sendiri ke perangkat jaringan. *NetLiterasi
8. K. Bertens (2014, dalam Astuti, 2021)
mendefinisikan etika sebagai sistem nilai dan norma moral yang
menjadi pegangan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam
mengatur tingkah lakunya. Berbeda dengan etiket yang didefinisikan
sebagai tata cara individu berinteraksi dengan individu lain atau dalam
masyarakat.
Jadi, etiket berlaku jika individu berinteraksi atau berkomunikasi
dengan orang lain. Sementara etika berlaku meskipun individu
sendirian. Hal lain yang membedakan etika dan etiket ialah bentuknya,
etika pasti tertulis, misal kode etik Jurnalistik, sedangkan etiket tidak
tertulis (konvensi).
9.
10. Seleksi dan analisis informasi Sesuai netiket Seleksi dan Analisis Informasi Tidak Sesuai netiket
Ingat akan keberadaan orang lain di dunia maya Menyebarkan Berita Hoaks atau berita bohong dan palsu
Taat kepada standar perilaku online yang sama dengan yang
kita jalani dalam kehidupan nyata
Ujaran Kebencian (provokasi, hasutan atau hinaan)
Tidak melakukan hal-hal yang dapat merugikan para
pengguna internet lainnya
Pornografi (konten kecabulan dan eksploitasi seksual)
Membentuk citra diri yang positif Pencemaran Nama Baik
Menghormati privasi orang lain Penyebaran Konten Negatif
Memberi saran atau komentar yang baik Modus Penipuan Online (voucher diskon, penipuan
transaksi shopping online)
Hormati waktu dan bandwith orang lain Cyber Bullying (pelecehan, mempermalukan, mengejek)
Mengakses hal -hal yang baik dan bersifat tidak dilarang Perjudian Online (judi bola online, blackjack, casino online)
Tidak melakukan seruan atau ajakan ajakan yang sifatnya
tidak baik
Cyber Crime, yaitu ancaman keamanan siber (pencurian
identitas, pembobolan kartu kredit, pemerasan, hacking)
11.
12. Khusus dalam kegiatan jual-beli online, berikut ini
beberapa Etika dalam bertransaksi secara daring
(Amanda, 2021):
• Daftarkan diri baik penjual dan pembeli sesuai dengan ketentuan yang
disyaratkan platform belanja daring yang diinginkan.
• Kenali dengan baik seluruh fitur yang tersedia. Fitur-fitur utama yang perlu
dipelajari adalah kebijakan penjualan, detail produk, keamanan akun, proses
pembayaran dan pengembalian produk yang dijual, pengiriman produk.
• Pastikan perangkat digital yang digunakan untuk transaksi daring sudah aman.
• Baik penjual maupun pembeli sebaiknya memberikan dan dapat mengakses
layanan bantuan yang disediakan e-commerce.
• Sementara etika yang perlu diterapkan oleh penjual antara lain (Amanda, 2021):
13. Sementara etika yang perlu diterapkan oleh penjual antara lain (Amanda,
2021):
• Jadilah penjual/pelapak barang/jasa yang tidak melanggar hukum.
• Jujur mendeskripsikan Informasi mengenai produk yang dijual (tulisan, gambar/foto produk).
• Informasi mengenai harga produk yang akan dijual sesuai dengan aslinya
• Selalu berusaha membalas calon pembeli yang bertanya atau memberi komen
• Melakukan unggahan dengan kata-kata sopan dan tidak mengandung SARA
• Balasan terhadap komen tetap sopan dan tidak menyinggung
• Bila memberikan promosi, diberitahukan dengan jelas dan masuk akal
• Barang/jasa sebaiknya dijelaskan pada spesifikasi produk
• Tidak memaksakan pembeli untuk memberi umpan balik yang baik.
• Selalu memberikan layanan purna jual.
• Bila menjadi reseller, sertakan dalam keterangan Anda.
• Bila akan terjadi keterlambatan pengiriman, sebaiknya menginfokan kepada pembeli
• Bila barang yang sudah dibayarkan tidak ada maka sebaiknya menginfokan kepada pembeli dengan mengembalikan dana
yang telah kita terima.
Editor's Notes
1. Si Ceria
Kamu menyukai cuaca yang hangat dan sejuk, kamu suka bepergian ke pantai. Kamu tahu bagaimana caranya untuk bersantai, tenang dan stay calm bahkan jika dihadapkan pada situasi yang kacau dan gila. Orang-orang di sekitarmu suka berada di dekatmu karena kepribadianmu yang hangat dan menyenangkan.
2. Si Penyayang
Kamu punya perasaan yang peka dan tahu bagaimana perasaan orang lain. Kamu sosok yang perhatian, peduli, suka menolong dan suka hidup sehat. Bahkan kamu setuju dengan prinsip diet vegetarian atau kemungkinan pernah mencoba menerapkannya. Kamu suka gunung, aktivitas hiking, menikmati teh panas dan buku bacaan yang bagus. Kamu menyukai kucing dan anjing secara adil.
3. Si Tangguh. (Sumber foto: vemale.com)
Kamu kalem, tenang, dan terkendali. Kombinasi kesemua sifat itu membuatmu menjadi seseorang yang terlihat galak, fierce, tangguh, tahan mental dan jauh dari kata manja. Kamu punya sense yang bagus soal style, tidak hanya dalam fashion tapi juga desain dan dekorasi rumah. Kamu memilih kucing sebagai hewan peliharaan favoritmu.
4. Si Menyenangkan
Kamu orang yang menyenangkan dan bisa membuat suasana fun dan seru. Orang-orang menyukai sikapmu yang penuh kejutan, bahkan menyukai aksimu yang tidak terduga dan bebas. Ketika keluar, kamu akan menghabiskan waktu hingga larut malam. Ketika kamu dikenal sebagai sosok yang outgoing, diam-diam kamu juga merasa agak canggung di dekat orang-orang baru. Kemungkinan saat kecil, kamu sangat menyukai lumba-lumba.
5. Si Rasional
Kamu adalah sosok yang bijak dan rasional. Kamu punya sifat rendah hati dan bisa menghormati pendapat orang lain. Banyak orang mencarimu hanya untuk meminta saran atau solusi masalah karena kamu sosok pemikir yang logis. Kamu khawatir sikap logismu membuatmu jadi orang yang membosankan, tapi nyatanya justru itulah kelebihanmu. Kamu menyukai anjing daripada kucing.
6. Si Serius
Kamu punya pemikiran yang dalam, perasaan yang kuat dan tajam. Kamu tertarik dengan masalah yang ada di masyarakat dan isu politik. Kamu suka musik yang kencang dan keras, kamu bahkan tidak ragu menggila ketika datang ke suatu konser musik. Teman-temanmu sudah kamu anggap seperti keluarga. Kamu setia, kuat dan punya pendirian.
Pada awalnya, dalam bahasa latin, untuk mengindikasikan pertanyaan, orang harus menuliskan kata â??Questioâ? di akhir kalimat untuk menandakan bahwa kalimat tersebut adalah kalimat tanya. Maka untuk menghemat tempat, kata tersebut akhirnya disingkat menjadi qo, yang kemudian dimampatkan lagi menjadi huruf q kecil diatas huruf o, yang akhirnya makin lama makin habis menjadi titik dan garis mirip cacing, persis seperti tanda tanya kita sekarang.
Selain tanda tanya, ada lagi beberapa tanda yang tentu familiar bagi kita, yang mungkin belum kita ketahui asal usulnya. Berikut ini beberapa asal usul tanda yang sering kita lihat, seperti dilansir dari Brightside, Kamis (8/6/2017).
Vorobiova (2021) menjelaskan perkembangan dari era digital (Digital Age). Menurutnya, era digital sejatinya bukan hanya satu hal yang bersifat monolitik melainkan merupakan rangkaian langkah-langkah progresif. Saat ini kita mungkin hanya berada di tengah-tengah transformasi antara era pra-digital dan era pasca-digital. Untuk benar-benar memahami kemajuan ini, penting untuk melihat dari mana era ini berasal, serta ke mana era ini akan menuju.
Pre-Digital
Meskipun fase ini belum terlalu lama, periode teknologi pre digital kerap dilihat sebagai nostalgia. Selama fase ini, ritel masih menjadi sarana utama untuk mendapatkan barang dan jasa. Sementara produk secara bertahap beralih menjadi lebih digital dengan ensiklopedia online dan buku telepon menjadi repositori yang dapat dicari.
Mid-Digital
Fase pertengahan digital adalah di mana kita berada sekarang. Banyak organisasi memandang digitalisasi baru sebatas dalam konsep, tetapi mereka belum sepenuhnya memahami bagaimana teknologi digital dapat mengubah banyak hal dalam organisasi.
Post-Digital
Di era pasca-digital, internet akan tersedia di mana-mana dan beragam teknologi super canggih seperti mobil pintar dan rumah pintar akan menjadi bagian dari kehidupan manusia. Konsep pembatasan berdasarkan lokasi akan menjadi tidak relevan. Akan ada kebebasan baru dan tantangan baru di periode ini.
Di dunia digital kita juga mengenal etiket berinternet atau yang lebih dikenal dengan Netiket (Network Etiquette) yaitu tata krama dalam menggunakan Internet. Hal paling mendasar dari netiket adalah kita harus selalu menyadari bahwa kita berinteraksi dengan manusia nyata di jaringan yang lain, bukan sekedar dengan deretan karakter huruf di layar monitor, namun dengan karakter manusia sesungguhnya.
Pengguna media digital memiliki kemampuan untuk menciptakan dan memberlakukan aturan dan tata krama di internet (netiket), panduan tentang sikap yang sesuai atau yang melanggar netiket, pengetahuan dan pengalaman berinteraksi dan bertransaksi di dunia digital, serta pengetahuan melakukan evaluasi etika digital.
interaksi yang terjadi pada ruang digital harus memperhatikan etika digital yang akan membantu mengatur batasan sikap dan perilaku dalam menggunakan media digital. Jika etika digital tidak diterapkan maka akan terjadi tindakan bullying, berita palsu (hoax), pelecehan seksual, pornografi, ujaran kebencian di dunia digital. Oleh karena itu, untuk menghindari hal tersebut setiap pengguna internet harus memahami dan menerapkan etika dalam berinteraksi di internet.
Penerapan netiket di ruang digital mempunyai tantangan besar karena etiket dipengaruhi oleh kepribadian dari masingmasing individu dan penguasaan soft skill literasi digital (Kusumastuti et al., 2021). Keberadaan netiket dalam mengatur perilaku pengguna internet di dunia digital dirasa sangat penting mengingat pengguna internet berasal dari berbagai negara yang mana terdapat perbedaan budaya dan bahasa. Berdasarkan sasaran interaksinya, netiket terbagi dalam dua jenis. Pertama, one to one communications, komunikasi antara satu individu dengan individu lainnya melalui suatu dialog. Komunikasi dua arah ini bisa terjadi melalui email, dan pesan pribadi di berbagai media. Kedua, one to many commmunication, komunikasi antar individu dengan beberapa orang. Komunikasi ini terjadi melalui chat di grup atau postingan di media sosial, blog, dan situs web.
Etika tidak hanya tentang kepantasan, melainkan juga menyangkut pertanggungjawaban. Karena apabila kita tidak berhatihati dan menjaga etika saat berinteraksi di media sosial, maka kita akan mendapatkan mudharatnya. Selain itu kita juga akan berhadapan dengan hukum dan menjadi masalah buat kita.
Astuti (2021) menjelaskan bahwa komunikasi dan interaksi di dunia digital dituntut untuk mampu menyeleksi dan menganalisis informasi apa saja yang dapat/boleh disampaikan dengan lawan bicara di dunia digital. Kita harus cermat menyeleksi kaidah menggunakan bahasa yang tepat, misalnya berkomunikasi dengan orang yang lebih tua, sepantaran usia, atau yang lebih muda baik melalui email atau media sosial, sebaiknya bahasa yang digunakan kita sesuaikan dengan konteks masing-masing. Pada kompetensi ini kita dapat memakainya untuk memilih dan memilah perilaku yang sesuai dengan netiket maupun perilaku yang tidak sesuai dengan netiket.
ETIKA BERKOMUNIKASI DI RUANG DIGITAL
Mutiah dkk (2019) menjelaskan bahwa etika komunikasi berhubungan erat dengan bahasa. Simbol, bahasa, atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal, sedangkan komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang menggunakan pesan-pesan nonverbal. Istilah nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi diluar kata-kata terucap dan tertulis. Secara teoritis, komunikasi nonverbal dan komunikasi verbal dapat dipisahkan. Namun dalam kenyataannya, kedua jenis komunikasi ini saling jalin menjalin, saling melengkapi dalam komunikasi yang kita lakukan sehari-hari.
Etika berkomunikasi dalam implementasinya antara lain dapat diketahui dari komunikasi yang santun. Hal ini merupakan juga cerminan dari kesantunan kepribadian kita. Komunikasi diibaratkan seperti urat nadi penghubung Kehidupan, sebagai salah satu ekspresi dari karakter, sifat atau tabiat seseorang untuk saling berinteraksi, mengidentifikasikan diri serta bekerja sama. Kita hanya bisa saling mengerti dan memahami apa yang dipikirkan, dirasakan dan dikehendaki orang melalui komunikasi yang diekspresikan dengan menggunakan berbagai saluran, baik verbal maupun non-verbal. Pesan yang ingin disampaikan melalui komunikasi, bisa berdampak positif bisa juga sebaliknya. Komunikasi akan lebih bernilai positif, jika para peserta komunikasi mengetahui dan menguasai teknik berkomunikasi yang baik, dan beretika.
Etika berkomunikasi, tidak hanya berkaitan dengan tutur kata yang baik, tetapi juga harus berangkat dari niat tulus yang diekspresikan dari ketenangan, kesabaran dan empati kita dalam berkomunikasi. Bentuk komunikasi yang demikian akan menghasilkan komunikasi dua arah yang bercirikan penghargaan, perhatian dan dukungan secara timbal balik dari pihak-pihak yang erkomunikasi. Komunikasi yang beretika, kini menjadi persoalan penting dalam penyampaian aspirasi. Dalam keseharian eksistensi penyampaian aspirasi masih sering dijumpai sejumlah hal yang mencemaskan dari perilaku komunikasi yang kurang santun. Etika komunikasi sering terpinggirkan, karena etika Berkomunikasi belum membudaya sebagai urat nadi kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Adapun Etika komunikasi yang baik dalam media sosial adalah jangan menggunakan kata kasar, provokatif, porno ataupun SARA; jangan memposting artikel atau status yang bohong; jangan mencopy paste artikel atau gambar yang mempunyai hak cipta, serta memberikan komentar yang relevan