Pemahaman masyarakat Desa Bantaragung terhadap sumber daya desa dan kapasitas mereka dalam mengelola desa wisata mempengaruhi pranata ekonomi baru. Sumber daya alam dianggap paling penting, diikuti keuangan dan sosial. Kapasitas pengelola perlu ditingkatkan, terutama dalam manajemen wisata secara kolektif.
2. Kemiskinan
selalu menjadi isu pembangunan
di setiap negara didunia.
Strategi utama mengurangi kemiskinan
Membantu masyarakat miskin menolong
dirinya sendiri melalui:
• Penyediaan lapangan kerja.
• Menciptakan sumber penghidupan atau
mata pencaharian.
Model pemberdayaan yang relevan dengan isu
kemiskinan
• Memahami sumber daya sebagai modal
• Memiliki kapasitas dalam mengelola sumber
daya
3 Faktor Penyebab Kemiskinan *)
• Ketidaksamaan pola kepemilikan
sumber daya
• Perbedaan kualitas Sumber Daya
Manusia
• Keterbatasan akses permodalan
*) Sharp dalam Kuncoro (2006)
Sustainable Livelihood Approach
Latar Belakang
3. Prespektif Livelihood sejalan dengan Prinsip Pengembangan Desa Wisata
Komitmen
Bersama
Identifikasi
bersama
Analisa
Bersama
Solusi
Dampak
Regulasi
Keberlanjutan
Peningkatan
Kapasitas
Publikasi &
Promosi
Integritas
Kolaborasi
9 Langkah Pengembangan Desa Wisata **)
Prespektif Livelihod *)
Pemahaman sumber daya (aset) sebagai modal
dan kapasitas mengelola sumber daya.
Sumber Daya (aset) sebagai sumber
penghidupan
1. Sumber Daya Alam
2. Sumber Daya Manusia
3. Sumber Daya Fisik
4. Sumber Daya Sosial
5. Sumber Daya Keuangan
Strategi Livelihood
1. Riset sumber daya
2. Penguatan kapasitas kelompok
3. Penguatan Kapasitas Individu
4. Akses sumber produktif
5. Dukungan pengembangan usaha
*) Kerangka Penghidupan Berkelanjutan Sabastian Saragih (2007). **) Pedoman Desa Wisata. Kemenko Bid. Kemaritiman & Investasi RI. (2021).
Latar Belakang (2)
4. Latar Belakang (3)
Pilihan profesi sebagai pengelola destinasi wisata bukan bermula dari peluang dan
pemahaman terhadap potensi desa sebagai modal dan aset dalam mengembangkan
produk desa wisata, melainkan bersumber dari program pemberdayaan masyarakat
sebagai dampak dari program Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) yang
mengharuskan masyarakat desa di daerah penyangga hutan melakukan alih profesi,
alih komoditas dan alih usaha sehingga pengelolaan desa wisata berpotensi tidak
berkelanjutan dan akan berakhir seiring dengan berakhirnya program pemberdayaan
tersebut.
Dalam perkembangannya, kecepatan popularitas sebagai desa wisata belum di
imbangi oleh kecepatan peningkatan kapasitas pengelola desa wisata sehingga masih
terlihat belum mumpuni sebagai tujuan wisata secara komersial.
5. Bagaimana pemahaman masyarakat desa
terhadap aset sebagai sumber daya (modal)
di dalam pengembangan desa wisata
Bagaimana kapasitas masyarakat desa
dalam mengelola wisata
Bagaimana norma atau pranata ekonomi
yang telah tercipta dengan adanya desa
wisata
1
2
3
Rumusan Masalah
6. Mengetahui pemahaman masyarakat desa mengenai aset
sebagai sumber daya dalam mengembangkan berbagai produk
penunjang desa wisata dan kapasitas mereka untuk
mengelolanya.
Apabila produk desa wisata yang tengah di kembangkan saat ini bersumber
dari pemahaman terhadap aset dan terdapat peningkatan kapasitas dalam
mengelola desa wisata maka akan terdapat pranata ekonomi desa baru yang
akan dapat memberikan pendapatan dan manfaat ekonomi secara
berkelanjutan meskipun dukungan pengembangan desa wisata dari pihak ketiga
telah berakhir.
Mengetahui Pranata ekonomi desa yang tercipta dengan adanya
kegiatan desa wisata
Tujuan Penelitian
7. Prespektif Livelihood Program Desa Wisata
Penciptaan Mata Pencaharian Berkelanjutan
Memahami aset sebagai sumber daya
Memiliki kapasitas mengelola sumber daya
Pembangunan berbasis masyarakat dan potensi lokal
Aktivitas dan produk wisata yang dikembangkan
berdasarkan potensi sumber daya
Masyarakat terlibat mengelola desa wisata
Rumusan Masalah
1. Bagaimana pemahaman masyarakat Desa Bantaragung Kecamatan Sindangwangi Kabupaten Majalengka terhadap aset
atau sumber daya yang dimiliki dalam proses pengembangan produk desa wisata.
2. Bagaimana kapasitas sumber daya manusia dalam mengelola desa wisata
3. Bagaimana Pranata ekonomi tercipta dengan adanya program Desa Wisata
Mata Pencaharian
Berkelanjutan
Memahami Aset
sebagai Sumber Daya
Kapasitas Mengelola
Desa Wisata
Pranata Ekonomi
Wisata Desa
Mata Pencaharian
berkelanjutan
Kerangka Pemikiran
9. Nindya Sari, Tias Sukma Abita, A.R Rohman Taufik (2016),
mengenai dampak kegiatan parawisata di desa
Sumberagung – Banyuwangi.
Fitriah Fajar Maghfirah, Titik Poerwaty dan Ardiyanto
Maksimilianus Gai (2017), melakukan penelitian dengan
judul Konsep Pengembangan Desa Surumana Berbasis
Sustainable Livelihood di Kabupaten Donggala
Provinsi Sulawesi Tengah bahwa faktor terbesar
Sustainable livelihood di desa Surumana dalam
menyikapi bencana banjir yang kerap terjadi berturut-
turut adalah Sumber Alam, Sumber Daya Manusia, Nilai
Sosial, Infrastruktur Desa dan Modal Ekonomi. Faktor
terbesar yang dibutuhkan desa dalam mendukung
Sustainable livelihood adalah fasilitas pendidikan,
kesehatan dan meningkatkan keterampilan bertani.
Dina Sisilia Nilasari (2021), melakukan penelitian berjudul
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan desa
wisata Kungkuk dengan pendekatan Sustainable
Livelihood Aproach. menunjukan bahwa sumber daya
alam, nilai sosial dan sumber daya manusia merupakan
faktor terbesar dalam menunjang program desa wisata
selain aset infrastruktur desa dan permodalan.
Penelitian Terdahulu
Perubahan Kerangka Penghidupan
(2013)
Sebelum Pengembangan Pariwisata Setelah Pengembangan Pariwisata
1. Sumber Daya Sosial 1. Sumber Daya Fisik
2. Sumber Daya Alam 2. Sumber Daya Alam
3. Sumber Daya Manusia 3. Sumber Daya Ekonomi
4. Sumber Daya Ekonomi 4. Sumber Daya Sosial
5. Sumber Daya Fisik 5. Sumber Daya Manusia
Perubahan Kerangka Penghidupan (Livelihood)
Masyarakat Desa Sumberagung Akibat
Perkembangan Wisata Pantai Pulau Merah di
Banyuwangi
10. Metode Penelitian
Proses penelitian dan pemahaman berdasarkan pada metode untuk menyelidiki
masalah manusia atau fenomena sosial (Iskandar, 2009).
Berupaya memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa dan interaksi
tingkah laku manusia dalam situasi tertentu menurut perspektif diri peneliti
sendiri (Gunawan Imam, 2018).
Statistik yang digunakan yaitu statistik dekriptif sederhana yang
mengambarkan pemahaman masyarakat Desa Bantaragung terhadap
sumber daya yang dimilikinya.
Kata-kata yang diperoleh dari studi dokumen, observasi langsung,
wawancara, Focus Group Discussion (FGD) kemudian dituangkan kedalam
catatan temuan lapangan.
Pendekatan
Penelitian
Kualitatif
Tujuan penelitian untuk menemukan teori bukan untuk menguji teori
atau hipotesis (Murdiyanto, 2020).
12. Bagaimana melakukan pendekatan dengan Masyarakat desa?
ORID
Metode bertanya dan membangun dialog dalam proses wawancara
& Focus Group Discussion (FGD)
Apa itu ORID?
Metode bertanya dan membangun
dialog untuk memperluas
prespektif dan menemukan
gagasan atau ide yang kongkrit
terhadap opini atau
permasalahan.
4 tingkat kesadaran terhadap pemahaman
Objective
Reflection
Interpretatif
Decesion
Mengungkapkan fakta dan data.
Eksplorasi awal terhadap fakta dan data
dihadirkan berkaitan dengan suasana hati,
emosi, ingatan dan perasaan.
Pendapat permasalahan berdasarkan
Refleksi (Reflection) yang dilatar belakangi
pemikiran, pengalaman, pemahaman dan
pemaknaan.
Menetapkan sikap, opini, pendapat,
gagasan kolektif atau langkah yang akan
ditempuh atau akan dikerjakan
berdasarkan Interpretatif.
Sumber :
Metode Fasilitasi membuat keputusan partisipatif
Ford Foundation & Pattiro 2010
13. Resume pemahaman masyarakat Desa Bantaragung terhadap aset (sumber daya) desa
Aset Presentase (%)
Sumber Daya Alam 85,5 %
Sumber Daya Keuangan 77,9%
Sumber Daya Sosial 73,7%
Sumber Daya Manusia 69,2%
Sumber Daya Fisik 65,1%
Hasil Penelitian dan Pembahasan (1)
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Sumber Daya
Alam
Sumber Daya
Keuangan
Sumber Daya
Sosial
Sumber Daya
Manusia
Sumber Daya Fisik
14. Kapasitas dalam mengelola Desa Wisata
Hasil Penelitian dan Pembahasan (2)
• Masyarakat belum diposisikan sebagai subyek yang mampu menciptakan
sumber penghidupan, dan terkesan belum mampu mengoptimalkan
peluang dan potensi sumber daya yang mereka miliki.
• Pengelola sudah memiliki kapabilitas dalam mengelola destinasi wisata
namun kapasitas mereka belum mumpuni, khususnya mengelola destinasi
wisata secara kolektif dimulai dari pelayanan saat pemesanan, penerimaan
hingga pelayanan setelah berwisata.
• Pelatihan yang telah mereka peroleh sebagian besar tidak terkait langsung
mengenai keterampilan mengelola desa wisata.
• Teridentifikasi kebutuhan peningkatan kapasitas Sumber Daya Manausia
dalam pengelola desa wisata.
15. Kapasitas dalam mengelola Desa Wisata
Hasil Penelitian dan Pembahasan (2)
Identifikasi Kebutuhan Peningkatan Kapasitas dalam Focus Group Disccusion (FGD):
a. Ilmu dasar hospitality atau tata graha homestay yang dapat bekerja sama dengan PHRI untuk
meningkatkan pengelolaan akomodasi yang berkualitas;
b. Bimbingan teknis pengembangan ekonomi kreatif untuk penumbuhankembangan ekonomi kreatif;
c. Tata boga desa wisata untuk meningkatkan cita rasa dan kemasan makanan/kuliner khas desa
wisata;
d. Pelatihan tour guide dan dasar-dasar bahasa inggris untuk meningkatan kualitas dan keahlian
pemandu wisata;
e. Pengelolaan keuangan usaha;
f. Pembuatan paket wisata;
g. Fasilitasi kewirausahaan bagi kelompok penggerak wisata dan pelaku usaha penunjang pariwisata
(UMKM).
h. Promosi dan jaringan kemitraan untuk meningkatkan akses pemasaran dan pembiayaan.
16. Observasi Lapangan
Februari - Maret 2022
FGD Opini Desa Wisata & Aset Desa Wisata
26 – 27 April 2022 Konsolidasi arah pengembangan desa wisata
27 Juni 2022
FGD
Sustainable Tourist Village
18 Juni 2022
FGD Potensi & tantangan pengembangan desa wisata
30 Juni 2022
Studi Belajar Desa wisata
13 – 16 Juli 2022
FGD Peningkatan pemahaman masyarakat dalam
mengembangkan desa wisata
31 Juli 2022
Konfirmasi Verifikasi
3 – 7 Oktober 2022
Perdes No 3, Rencana Induk Kepariwisataan 2022-2032,
ditetapkan Visi, Misi, Sasaran dan Tujuan kebijakan strategis
pengembangan Desa Bantaragung
• Perdes No 4, Pemanfaatan sumber daya digunakan untuk
kesejahteraan masyarakat desa
• Perdes No. 5 tentang Penerapan Eco Farming
• Perdes No 6, Penetapan zona sawah Ciboer sebagai wisata pertanian
organik
• Perdes No 7, penetapan pungutan jasa layanan obyek daya tarik wisata
• Perdes no 8, tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Desa (RTRW)
Juli
Agustus
Hasil Penelitian dan Pembahasan (3)
Juni
Apabila produk desa wisata yang tengah di kembangkan saat ini bersumber dari pemahaman terhadap aset
dan terdapat peningkatan kapasitas dalam mengelola desa wisata maka akan terdapat pranata ekonomi desa
baru yang akan dapat memberikan sumber penghidupan secara berkelanjutan.
Analisis data, Analisis Stakeholder & wawancara
Juni 2022
17. Kesimpulan dan Saran
• Sumber daya yang paling mempengaruhi dalam pengembangan Desa Wisata di Desa
Bantaragung menurut pemahaman masyarakat desa secara berurutan adalah Sumber
Daya Alam, kemudian Sumber Daya Keuangan, Sumber Daya Sosial, Sumber Daya
Manusia dan yang terakhir adalah infrastruktur desa.
• Tantangan yang dihadapi oleh pengelola Desa Wisata Bantaragung adalah bagaimana
meningkatkan kapasitas pengelola dan kesadaran masyarakat desa yang lebih masif
dalam memahami aset dan sumber daya desa sebagai modal sekaligus peluang,
sehingga akan terbangun kesadaran dan komitmen untuk menciptakan pendapatan
yang berkelanjutan melalui kegiatan desa wisata.
• Pemahaman masyarakat Desa Bantaragung terhadap aset yang dimiliki dan
peningkatan kapasitas mengelola aset didalam proses pengembangan desa wisata
telah melahirkan pranata ekonomi desa dalam bentuk Peraturan Desa (Perdes) yang
akan menjamin kegiatan desa wisata secara berkelanjutan.