Teks ini membahas tentang pentingnya berpakaian sopan dan santun di Indonesia, khususnya bagi mahasiswa calon pendidik. Berpakaian terbuka yang mengekspos tubuh dapat menghilangkan budaya berpakaian sopan khas Indonesia dan tidak pantas bagi calon guru sebagai teladan bagi murid. Semua pihak termasuk fakultas, dosen, dan mahasiswa perlu bekerja sama untuk menerapkan aturan berpakaian yang pantas bagi calon p
1. WACANA EKSPOSISI
Oleh : Dwi Ery Riswanti (120210402001)
Kesopanan Berbusana
Seiring berjalannya waktu, modernisasi marambah semua lapisan masyarakat di
dunia. Tak terkecuali masyarakat di Indonesia, khususnya kemajuan dalam hal busana.
Beragam busana dihasilkan oleh masyarakat Indonesia sediri. Banyak desain yang hampir
mirip dengan model baju luar negeri yang kurang sopan, seperti model baju di Korea yang
kurang kainya juga terawang, serta model baju Amerika yang mengecap atau sampai
membentuk bodi bada pemakai, yang memberikan dampak negatif terhadap budaya
Indonesia. Dampak tersebut dapat menghilangkan kebiasaan dalam berbusana khas indonesia
yang tatanananya masih sopan dan santun.
Sebagai warga negara Indonesia, seharusnya bangga dengan model busana asli yang
dimiliki, meskipun kampungan tetapi masih menutupi tubuh pemakai dalam artian sopan
santun. Seperti baju batik yang diakui oleh negara tetangga, itu disebabkan kurang bangga
dan kurang biasa warga indonesia khususnya kaum pemuda penerus bangsa dalam
meneruskan dan memperkenalkan terhadap negara lain kalau batik itu asli milik negara
indonesia. Baru kalau sudah diakui oleh negara lain seluruh warga indonesia berbondong-
bondong berbakaiaan batik. Itulah kesalahan warga indonesia ketika kebudayaannya mau
hilang.
Soal pemuda penerus bangsa khususnya mahasiswa yang diharapkan oleh bangsa
indonesia untuk memajukan negara ini. sekarang permasalahannya masasiswa dalam
berkostum. Memang mahasiswa sudah lama mengalami dampak busana yang kurang sopan.
Bagai mana busana dikatakan sopan santun. Menurut saya busana yang dikata sopan santu
apabila sudah menutupi seluruh tubuh dan tidak membekah atau membentuk tubuh.
Mahasiswa berkuliah dalam naungan universitas dan fakultas. Tetapi bagaimana apabila
dalam suatu fakultas khususna fakultas keguruan dan ilmu pendidikan di Universitas Jember,
yang di didik untuk menjadi seorang guru.
Berpakaiaan atau berbusana seperti artis yang kurang enak dipandang. Apakah itu
seorang guru yang patut di panut dan ditiru oleh muridnya? Itu pertanyaan besar siapa yang
salah bila calon pendidik seperti itu. Apakah aturan dalam fakultas itu sendiri yang kurang
tegas diterapkan atau dosen yang kurang tegas memberikan sanksi, atau kesadaran mahasiswa
sendiri kalau mereka calon pendidik? Dan kapan semuanya bisa diatasi dalam berbusana?
Semuanya kembali lagi kepada fakultas, dosen dan mahasiswa sendiri.