1. # WLG
# ochasawitri
#annanoerhasanah
#judul Hilangnya Senyum Arina
#bab 1
# Jumlah kata 691
# DAY 1
#HUWARAPUBLISHING
#HUWARAPUBLISHING EVENT
#BUTCH 2
Langit masih kelam. Bulan separuh masih setia mengikuti perjalanan Arina sejak awal
malam. Hawa dingin menyeruak melalui celah-celah jendela kaca yang terbuka.Hembusan
angin menyibakkan poni panjang Arina. Selang beberapa menit terdengar teriakan ayah di
kehingan malam.
“Kiri pak supir…!”
Seketika bus yang ditumpangi Arina berhenti di perempatan jalan. Ayah membimbing
tangan Arina menuruni tangga bus. Mereka Berhenti di depan bagasi bus, menunggu Seorang
kenek mengeluarkan barang barang mereka dari dalam bagasi. Kenek tersebut menyodorkan
sebuah koper dan 2 buah kardus. Ayah meraihnya. Bus yang mereka tumpangi meninggalkan
mereka dalam kegelapan malam dan temaram lampu jalan. Arina dan ayahnya berjalan disalah
satu persimpangan. Sunyi…hanya derap langkah yang terdengar menemani perjalanan mereka.
Mereka telah sampai di ujung jalan. Sudah tidak terlihat lagi jalanan aspal yang
licin,langkah mereka mulai menyusuri jalanan bebatuan. Arina tertegun ia melihat sebuah kali
dalam samar-samar cahaya bulan. Ia menoleh kearah ayahnya yang masih terhuyung
membawa barang bawaan mereka.
“ Kenapa Rin?” Tanya ayah
“Ada kali yah….!” Jawab Arina.
2. Ayah menurunkan barang bawaannya dan melompat keseberang kali. Ia mengacungkan
tangannya dan memberi isyarat pada Arina untuk melompat. Arina masih tampak ragu-ragu
meski tangannya sudah berada dalam genggaman ayahnya.
“Ayo…Rin..lompat!” perintah ayah. Arina tak bergeming ia masih menatap kali yang ada
dihadapannya dan memperhitungkan jarak lompatannya.
“Sudah jangan terlalu banyak berfikir, semakin kamu banyak berfikir kamu akan semakin takut
Arina! sudah lompat saja…lagi pula ayah sudah memegangi tangan kamu, kamu ngak bakalan
jatuh,kalupun jatuh paling nyebur kekali”celetuk ayah.
“’Hmmmmm……. Ayah…..”Rengek Arina manja.
“makanya cepat lompat!”
“Plukkk!! Arinapun melompat. Ayah menarik tangan Arina dengan cekatan.
“Tuh kan bisa….” Tukas ayah. Arina tersipu. Kali ini mereka menyusuri hamparan sawah yang
luas. Di ujung persawahan terlihat beberapa rumah berjejer. Arina memendangi rumah itu satu
persatu. Ia Rindu wajah ibunya. Sudah tiga bulan terakhir ia tak menemui ibunya. Peristiwa
kebakaran yang menimpa rumah dan kedai mereka memaksa Arina dan keluarganya
menumpang di salah satu rumah keluarga ayah. Ibu memilih pulang lebih awal kekampung
halamannya karna merasa risih menumpang dirumah ipar dan mengingat persalinannya yang
semakin dekat. Arina penasaran seperti apa wajah adik yang belum pernah ditemuinya. Ia harus
tetap tinggal di Jambi Karena harus menyelesaikan ujian kelulusannya.
Arina berlari-lari kecil menuju rumah bercat biru dihadapannya. Rumah sederhana
dengan enam tiang kayu di terasnya. Arina mengetuk-pintu beberapa kali.
“Assalamualaikum..!”
“Buk………”Panggil Arina tak sabaran. “Waalaikum salam, terdengar sahutan dari dalam
rumah. Seorang wanita berdaster merah dengan rambut dikucir tinggi membukakan pintu
rumah.
“Arina..! Sapanya Kaget.
“ Ibu…..Arina melompat kedalam pelukan wanita itu. Wanita itu membalas pelukannya
dan mencium ubun Arina berkali-kali.
“Ibu Arina Kangen…….”Rengek Arina manja. Ia memeluknya dengan erat. TIba-tiba ia
tertegun. Ada sesuatu yang terlupa olehnya.
3. “ Bu…adek Arina mana?”tanyanya penasaran. Ibu tersenyum.
“Lagi tidur tuh dikamar” Jawab ibu tersenyum sembari menunjuk kearah kamar yang
ada di belakangnya. Tanpa berpikir panjang Arina langsung berlari ke kamar. Seorang malaikat
kecil mengeliat-manja diatas dipan. Arina menghamipiri dan menciumnya berkali-kali.
Terdengar rengekan dari bibir mungilnya, seolah memberi isyarat agar Arina tak mengusik tidur
lelapnya. Arina tak mempedulikankannya ia semakin mengganggu dengan menghujaninya
dengan ciuman berkali-kali. Rengankan terdengar makin keras. Arina tersenyum nakal. Ia
terpaksa berhenti saat ibu menegurnya.”Sudah Rin…nanti adikmu bangun”. Arina menggerutu.
Ia kembali menciumi adiknya dan berjalan meninggalkan kamar.
“ Udah ganti baju sana, besok kamu harus daftar kesekolah menengah, nanti ketiduran
sudah mau subuh”.
“Tuh kan ayah….ibu aja izinin Arina masuk SMP, kenapa sih ayah harus maksa Arina
masuk di MTS”
“MTS itu baik buat kamu Arina, pelajaran agama akan jadi pondasi bagi hidup
kamu”Jelas ayah.
“Tapi Arina maunya SMP ayah, MTS itu terlalu banyak pelajaran agama dan ada bahasa
Arabnya, Arina ngk suka ayah”Bantah Arina.
“Belajar itu bukan hanya tetang apa yang kamu suka tetapi apa yang kamu butuhkan,
sudah besok pokonya besok ayah akan antar kamu masuk kemadrasah Tsanawiyah yang ada
dekat sini”. Arina kesal ia menyambar ranselnya yang tergeletak dikursi tamu dan berjalan
kekamar. Ibu hanya diam membisu dikursinya. Memandangi wajah Arina yang memberungut. Ia
menyadari sifat keras suaminya. Meski keras dan tidak boleh dibantah lelaki itu rela melakukan
segalanya buat kebaikan keluarganya. Tak terkecuali Arina yang bukan darah dagingnya.