Cerita ini menceritakan tentang Jiwon dan Yesung yang seharusnya menikah, namun acara pernikahan mereka terganggu karena Jin Na, adik Jiwon, terbaring lemah di rumah sakit setelah melahirkan. Selama seminggu, keluarga berdoa agar Jin Na segera sadar. Yesung merasa bersalah karena dulu pernah memiliki perasaan khusus pada Jin Na. Ia berharap Jin Na segera bangun dan memberinya maaf serta kesempatan unt
1. (oneshoot) mianhae Choi Jin Na ...
Tittle : A story from jin na, choi jin na
Author : Lilyan Choi (viet / Choi Jin Na Safitry)
Genre : sad ( may be )
Rate : G
Leight : oneshoot
FB/Twitter: www.facebook.com/choihyenasafitry / www.twitter.com/choijinna03
Main cast :
~Cho Jin Na
~Choi Siwon
~Choi Jiwon
~Kim Yesung
Annyeong .... hai haloo .. salam kenal semuanya ... naneun choi jin na imnida. Itu nama korea
ku, kalau nama asliku ... kasiah tau kagak yaaa ... ( reader : kagak penting ) secret aja deh buat
sementara. Ini ff pertama aku yang aku tulis, biasanya sih aku simpen di memori otak aja, tapi
karena penasaran sama yang namanya respon, jadi aku tulis deh. Lumayan juga buat nambah
sesuatu gitu.
2. Mian ne kalau ff ini kurang apa-apanya, kurang garem, gula, air *emang lagi masak. pokoknya
hal-hal yang menyangkut dengan yang namanya per -ff-an aja. U know what l meanlah, kagak
usah dijelasin dengan sejelas- jelasnya. Tapi diharapkan sangat, pake banget RCLnya, jebalyo
...
Okie then, untuk mempersingkat waktu dan tenaga juga pikiran langsung aja ke kamar masing
masing ... he he he, maksudnya langsung aja ke cerita ...
~ Check this out guyssss ...~
Di sebuah ruangan di salah satu rumah sakit Seoul, terlihat seorang gadis dewasa duduk
terdiam dan dua orang pria dengan posisi yang sama, duduk terdiam. Entahlah apa yang
mereka pikirkan setelah mereka melihat seorang gadis remaja yang berusia 19 tahun terbaring
lemah di hadapan mereka. Perasaan khawatir, takut, bimbang, gelisah, dan lainnya
berkecamuk dalam hati mereka. Apalagi gadis dengan gaun putih yang menjuntai ke bawah
yang masih setia duduk terdiam dengan wajah yang sulit diartikan. Pasalnya hari ini adalah
hari yang paling membahagiakan baginya dan salah satu pria di tempat tersebut. Ya, mereka
seharusnya melaksanakan pernikahan mereka di salah satu gereja, mengikrarkan janji suci di
depan pastur dan juga hadirin yang ikut berbahagia.Bukan duduk bertafakur di ruangan
tersebut.
“Chagi ...” sapa Yesung, pria yang memakai tuxedo berwarna putih kepada gadis yang
seharusnya sudah resmi menjadi istrinya sejak beberapa jam itu. Namun Jiwon –nama gadis
itu- tak merespon. Ia masih setia menatap nanar sosok yang terbaring lemah itu.
“Jiwon-ya ... ayo kita pulang, “ ajak pria yang memakai jas hitam yang tak lain adalah
oppanya, Siwon. Tetap tak ada respon dari Jiwon. Ia masih tak percaya dengan apa yang
tengah terjadi padanya.
Di saat seharusnya ia berbahagia, namun ia malah mendapat berita yang sangat
mengejutkannya. Choi Jin Na, adik satu-satunya terbaring tak berdaya setalah melahirkan
keponakan untuknya beberapa jam lalu.
“Oppa, apa benar dia Na-ya kita? ” tanyanya pada Siwon.
Siwon terdiam. Ia juga merasa sesuatu menusuk ulu hatinya saat melihat adik yang paling ia
sayangi tengah mempertaruhkan nyawa untuk kembali hidup.
“Dia bukan Na-ya kita‟kan oppa? “ tanyanya lagi seolah tak percaya dengan semuanya.
3. “Na-ya kita sedang ada di rumah‟kan oppa? Ayo kita pulang oppa, pasti dia sedang menunggu
kita ...” ia terus saja berbicara. Siwon dan Yesung yang ada di situ hanya bisa menangis dalam
diam melihat dua gadis yang sangat mereka cintai kini tengah tak berdaya.
Yesung merangkul erat Jiwon yang kini mulai terisak kecil. Sedangkan Siwon, ia hanya bisa
menatap tubuh gadis kecilnya dengan perasaan menyesal. Menyesal karena tak bisa memenuhi
permintaan terakhirnya untuk menemani Jin Na bersalin dan malah memilih untuk menghadiri
acara pernikahan Jiwon.
“ Uljima chagi , dia pasti bisa bertahan dan sembuh. Kau tau‟kan ia gadis kecil kita yang
kuat.” Yesung mencoba menenangkan Jiwon yang masih terisak dalam dekapannya.
“Na-ya ... bangunlah chagi ... eonni janji akan mengabulkan apapun yang kau mau asalkan kau
bangun chagi ...”Jiwon mencoba membangunkan Jin Na dengan menggoyang-goyangkan
tubuh jin Na.
“Na-ya apa kau tak ingin melihat bayimu, sayang? dia sangat cantik sepertimu “ tambahnya.
Namun tak ada respon dari Jin Na. Ia seolah asyik dengan mimpi panjangnya itu.
“JIN NA-YA, CHOI JIN NA IREONA!!! ... APA KAU INGIN EONNI MEMARAHIMU LAGI ,
EOH? ” bentaknya sambil mengguncangkan tubuh Jin Na dengan sedikit kasar. Air matanya
tak terbendung lagi untuk beranak sungai, bahkan kini pandangannya mengabur karena air
matanya yang enggan berhenti keluar.
“Jiwon-ya, lebih baik sekarang kau pulang dengan Yesung, biar oppa menjaganya di sini.
Besok baru kau kembali, kau butuh istirahat. ” Saran Siwon pada Jiwon yang masih
menggenggam erat tangan Jin Na yang terasa lebih dingin dari biasanya.
“Biarkan aku di sini oppa, bagaimana kalau Jin Na bangun dan tak mendapatiku di ruangan
ini? dia pasti akan sangat ketakutan oppa... “
“Kau tenang saja, oppa takkan meninggalkannya kemana- mana. Oppa akan manemaninya
sampai ia sadar, sekarang kau pulanglah ... besok kau bisa ke sini lagi bersama Yesung... “
Akhirnya dengan terpaksa, Jiwon pulang dengan Yesung. Sebelumnya ia menatap sosok yang
terbaring lemah itu dengan penuh harap. Harapan bahwa ia akan membuka matanya dan
memanggil namanya. Namun itu adalah suatu hal yang tak mungkin, mengingat dokter pun
sudah mengatakan bahwa hanya keajaiban-lah yang bisa membangunkannya kembali.
***
4. Kini, di ruangan tersebut hanya tersisa Siwon dan Jin Na yang terbaring kaku. Siwon berjalan
mendekati ranjang yang menjadi tempat Jin Na berbaring. Ditatapnya sosok yang dulu sangat
manja terhadapnya, sosok yang selalu ingin dinyanyikan lagu nina bobo sebelum tidur, sosok
yang sangat sangat ingin ia jaga dengan segenap hatinya melebihi apapun dan sosok yang
memberikan ia arti cinta yang seutuhnya.
“Ku mohon jangan tinggalkan oppa, Na-ya ah ... oppa tak bisa jika tanpamu, maafkan oppa
karena baru menyadarinya sekarang. Waktu itu oppa hanya bingung akan perasaan oppa yang
sebenarnya terhadapmu. Oppa tahu oppa salah ... tapi oppa mohon jangan hukum oppa dengan
cara seperti ini ... beri oppa kesempatan untuk membahagiakanmu dan juga anak itu. “ Siwon
terus saja mengutarakan rasa penyesalannya. Ia sungguh sangat merutuki kenapa waktu itu ia
tak menuruti keinginan adiknya itu. Ia sangat merasa bersalah, ia takkan memaafkan dirinya
sendiri jika sesuatu yang buruk terjadi pada Jin Na-nya.
“Kau tau? Mungkin orang lain akan menganggap jika perasaan ini salah, tapi oppa tak peduli.
Yang oppa tau, jika oppa tak melihatmu barang sehari saja, rasanya oppa tak bisa bernafas.
Dada ini terasa sangat sesak dan itu hanya bisa disembuhkan dengan kehadiranmu di samping
oppa, jadi oppa mohon sadarlah, jangan buat oppa semakin takut akan kehilanganmu dan juga
semakin merasa bersalah terhadapmu. “
***
Ini sudah hari ke-7 seorang Jin Na terbaring di ranjang rumah sakit. Setiap hari Siwon, Jiwon
dan juga Yesung selalu menjenguknya, mengajaknya berbicara, walalu hanya dibalas oleh
terpaan angin dan detak suara alat-alat medis yang terpasang rapi pada tubuhnya.
“Usia, apa ada perkembangan akan keadaanya? “ tanya Jiwon setelah dokter memeriksa
keadaan Jin Na.
“Keadaannnya masih sama seperti beberapa hari yang lalu, mungkin kita harus merelakannya
agar ia tenang...” lirih dokter muda tersebut yang mengurusi Jin Na selama seminggu ini.
“ Apa maksud dokter? Apa ia sudah tak punya harapan lagi untuk hidup? “
Semuanya terdiam. Yang bisa mereka lakukan hanya berdo‟a dalam diamnya dan terusmenerus menemani Jin Na setiap harinya.
Kali ini giliran Yesung yang menjaga Jin Na. Jiwon dan Siwon harus mengurusi perusahaan
yang mereka pimpin karena sudah mereka tinggalkan terlalu lama.
5. Langkah Yesung semakin dekat dengan ranjang yang Jin Na tempati. Matanya menatap sosok
Jin Na dengan intens, seperti semuanya hanyalah mimpi baginya. Ia masih tak menyangka jika
sosok yang dulu pernah menjadi selingkuhannya itu dapat terbaring lemah tak berdaya.
Ya, dulu saat orang tua Jiwon atau lebih tepatnya Tn. Dan Ny. Choi meninggal, ia sering
melewati waktu bersama dengan Jin Na. Semenjak Jiwon selalu disibukkan dengan urusan
perusahaan yang ia pimpin. Walaupun itu hanya cabang, namun tetap saja menyita banyak
waktu untuk pemula seperti Jiwon, Yesung selalu ditemani oleh Jin Na diwaktunya menunggu
Jiwon pulang.
Pepatah yang mengatakan „ala bisa karena biasa’, itulah yang membuat Yesung memiliki
perasaan lain dari sekedar sayang pada adik sendiri terhadap Jin Na. Suatu perasaan yang bisa
dikatakan sayang pada lawan jenis yang hampir sama seperti yang ia rasakan terhadap Jiwon,
tunangannya.
“Mian ...” lirihnya sembari menundukkan wajahnya. Tangannya mulai menggenggam erat
jemari lentik Jin Na. Ada perasaan bersalah yang terselubung dalam hatinya. Ia ingat saat
dengan tabahnya Jin Na melihatnya menggandeng lengan Jiwon dihadapannya.Mungkin jika
Jin Na tak sadar akan posisinya yang hanya menjadi orang kedua di hati Yesung, ia akan
menjambak rambut kakaknya itu. Namun inilah Jin Na, sesakit apapun keadaan yang
dilaluinya, ia takkan pernah marah ataupun membentak Jiwon ataupun Siwon.
Mereka adalah keluarga yang masih dimiliki oleh Jin Na setelah eomma dan appanya
meninggal karena kecelakaan. Jadi bisa dipastikan Jin Na takkan pernah melukai hati mereka
barang secuilpun. Lebih baik ia yang tersakiti dari pada kedua kakak yang sangat ia sayangi.
“Aku memang namja jahat dan juga kejam... Aku sering menyakitimu dan juga membuatmu
terluka, aku pantas kau benci bahkan jika kau ingin aku mati, aku akan mati. Tapi kumohon
jangan menghukumku seperti ini. Kau membuatku merasa menjadi orang brengsek yang
hanya menginginkanmu disaat aku kesepian dan butuh perhatian... “ Buliran kristal itu tak bisa
terbendung lagi untuk menganak sungai, bahkan dari sudut bibir tipisnya terdengar isakanisakan kecil.
Dadanya sesak menahan gejolak rasa sakit juga rasa bersalah yang ia rasakan. Bahkan rasanya
lebih sakit jika dibandingkan dengan kecelakaan yang ia alami beberapa tahun lalu.
“Oppa mohon padamu, bangunlah ... buka matamu dan berikan kesempatan kepada kita untuk
lebih membahagiakanmu...” Suaranya semakin parau karena terhalangi tangisannya.
Ia menggenggam erat tangan mungil itu dengan kedua tangan dengan jemari mungilnya,
ditatapnya kelopak mata yang masih tertutup berharap akan terbuka.Tak ada yang bisa ia
lakukan lagi selain berdo‟a akan kesembuhan Jin Na.
6. “ Permisi ... “ seorang suster masuk untuk memeriksa keadaan Jin Na. Yesung tersenyum
singkat menanggapinya dan setelah itu wajahnya kembali kusut seperti benang.
“ Apa masih belum ada perubahan, sus? “ tanyanya setelah suster tersebut selesai memeriksa.
Suster itu tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Ditepuknya bahu kiri Yesung dengan
lembut,
“ Anda tenang saja, walalupun tak ada perubahan yang berarti, tapi keadaannya tidak lebih
buruk ... itu sangat mustahil terjadi pada pasien sepertinya yang hanya bisa bertahan dalam
hitungan jam. Banyaklah berdo‟a dan juga ajak dia berbicara, mungkin itu akan membantunya
untuk segera sadar ... “ tuturnya setelah itu pergi untuk memeriksa pasiennya yang lain.
Yesung menghembuskan nafasnya berat, menghempaskan tubuhnya pada badan kursi yang ia
duduki. Matanya tertutup dan jemari mungilnya itu memijat dahinya untuk sekadar
menghilangkan penat yang ia rasakan.
***
Lagi seseorang menepuk bahunya, membuatnya harus membuka mata dan mengalihkan
pandanganya pada pemilik tangan. Ia tersenyum mendapati sang calon istri tengah tersenyum
padanya.
“ Sudah lama? “ tanyanya pada Jiwon.
Matanya terus mengikuti langkah Jiwon yang mendekat pada sofa yang ada di ruangan
tersebut.
“ Tidak juga ... sepertinya kau lelah oppa, kau terlalu banyak menunggu Jin Na sampaisampai kau melupakan keadaanmu sendiri... “dilihatnya wajah tirus Yesung dan juga bentuk
tubuhnya yang semakin terlihat tak berisi itu.
“Aku tak apa ... jika bukan aku yang menjaganya selama kalian sibuk, siapa lagi? “
“ Tapi aku tak ingin kau kelelahan karena harus mengurusi keluargaku dan mengabaikan
keadaanmu. Aku tak ingin dicap sebagai calon istri yang memanfaatkan calon suaminya untuk
keluarganya... “ jelas Jiwon yang masih merasa tak enak hati.
“ Jangan masalahkan itu, aku yang melakukannya pun tak keberatan, kenapa harus
memikirkan pendapat orang lain? “ Yesung terus saja meyakinkan Jiwon agar mengijinkannya
untuk menjaga Jin Na selama mereka sedang sibuk.
“ Baiklah jika itu memang yang kau inginkan.. aku bisa apa? “
7. Kembali mereka larut dalam hening. Hanya terdengar sapaan angin dan suara suara alat- alat
medis yang terpasang dengan apik. Dentingan suara jarum jam seolah detakan jantung mereka
yang terasa lamban namun sarat akan ketajaman dan juga ketakutan.
“ Apa dia masih enggan untuk membuka matanya? “ kini seseorang dibalik pintu
membuyarkan lamunan mereka.
Sontak mereka menoleh pada asal suara...
“ Siwon oppa ... “ sapa Jiwon.
“ Hyeong ... “ Yesung pun sedikit tersenyum mendapati Siwon yang tengah berjalan ke
arahnya, tepatnya ke arah sosok yang masih terbaring.
“Sepertinya Jin Na ingin menghukum kita lebih lama ... “ Jiwon terkekeh akan ucapannya
sendiri. Entah apa yang ia pikirkan saat ini.
Jin Na adalah adik yang sangat ia sayangi, namun ia juga tak memungkiri bahwa ia sangat
kecewa pada Jin Na karena sempat merebut Yesung dari sisinya di saat ia sibuk dengan
perusahaannya. Ia sempat membencinya dan juga berharap ia akan pergi jauh dari kehidupan
keluarga mereka.
“Na-ya ah ... bangunlah sayang ... apa kau ingin menghukum eonni karena sudah
membentakmu dan sempat mengusirmu? Jika karena itu, eonni minta maaf ne, eonni janji
takkan membentakmu dan juga eonni akan memberikan apa yang kau mau, termasuk ....”
Jiwon menghentikan ucapannya. Ditatapnya sosok pria yang akan ia sebutkan namanya setelah
ini. Matanya menatap sosok itu dengan sangat lekat, seolah ia akan kehilangan dan juga rela
kehilangan sosok tersebut dalam hidupnya.
“Yesung oppa... bukankah kau sangat menginginkannya? “ ia berucap lirih saat menyebutkan
nama orang yang sangat ia cintai melebihi apapun itu.
“Hey, apa yang kau katakan, eoh? “ protes Yesung saat namanya disebut sebagai pengganti
jika Jin Na mau bangun.
“Oppa, aku sungguh merelakanmu untuknya. Aku yakin kau akan bahagia bila bersamanya
dan dia juga akan selalu tersenyum bila di sampingmu. Hanya itulah yang akan menjadi
sumber kebahagiaanku...” Jiwon tersenyum kecut. Menampakkan sosok yang ingin terlihat
tegar namun malah menyakitkan itu.
Yesung merengkuh tubuh ringkih itu ke dalam pelukannya, mengecup puncak kepala sosok
orang yang sangat ia cintai itu dengan begitu hikmat. Seolah mereka tak punya waktu lagi
untuk melakukan hal tersebut.
“Aku takkan meninggalkanmu dalam keadaan apapun. Kau yang akan menjadi sumber
kebahagaiaanku dan juga sumber kesedihanku, jika kau pergi dari sisiku. Jangan bebicara yang
8. tidak-tidak lagi, aku yakin dia akan bangun jika ia sudah lelah akan mimpi panjangnya itu.
“Ujarnya lembut.
Jiwon hanya bisa menangis dalam pelukan Yesung. Ia sungguh tak mampu mengucapkan satu
katapun jika sudah berhadapan dengan sosok pria yang sudah membuatnya jatuh ke lubang
rasa bahagia namun juga bisa menjadi lubang kesedihan baginya.
“Ku mohon Na-ya cepatlah bangun ... aku juga ingin memelukmu seperti yang Yesung
lakukan pada Jiwon. Apa kau tak merindukkan pelukakanku? “ batin Siwon lirih. Sungguh
keadaan itu sangat menohok lerung hatinya yang terdalam. Ia merutuki dirinya sendiri yang
tak bisa mengambil keputusan saat Jin Na memintanya untuk selalu berada di sampingnya.
“aku minta maaf chagi ... jika kau bangun aku berjanji akan selalu berada di sampingmu
tanpa kau memintanya. Aku juga akan mencintaimu melebihi yang kau inginkan waktu itu.”
Lagi ia hanya bisa berkoar dalam hati.
Baik Yesung ataupun Jiwon tak ada yang tau kalau Jin Na dan juga Siwon sempat berperang
dingin karena Jin Na meminta Siwon untuk meninggalkan kekasihnya, Stella dan lebih
memilihnya. Namun siwon tetap kekeh akan pendiriannya dan begitupun dengan Jin Na, ia
masih tetap dengan pendiriannya.
***
Ini sudah satu bulan Jin Na terbaring tanpa perubahan. Semua usaha sudah mereka lakukan
dari saran dokter sampai saran psikologi. Entah apa yang mereka pikirkan sehingga membawa
psikiater dalam koma-nya Jin Na. Yang mereka pikirkan hanya kesembuhan Jin Na.
“Chagi ... lihatlah Ji sung? Ia sudah sangat merindukan eommanya ... ia ingin merasakan
dekapan eommanya. Kau tau? Ia selalu menangis sejak kau lahirkan satu bulan lalu. Jika eonni
yang menggendongnya, ia akan terus menangis dengan keras. Sepertinya ia membenci eonni
karena sudah mengusirmu ... “ Jiwon terus saja berbicara dengan riangnya.Ia berharap dengan
banyaknya ia mengajak Jin Na untuk mengobrol, itu akan membantunya untuk sadar kembali.
“ Namun, jika Siwon oppa atau Yesung oppa yang menggendongya, ia akan diam merasakan
kenyamanan. Ia benar-benar sangat egresif sama sepertimu dulu. Apa itu berarti Yesung oppa
adalah appa dari Ji Sung? Tidak mungkin‟kan kalau Siwon oppa yang menjadi appanya... “
ada rasa ragu saat ia berspekulasi tentang siapa appa dari Ji Sung, bayi yang Jin Na lahirkan
satu bulan lalu itu.
9. Matanya mirip sekali dengan Yesung yang sipit seperti bulan sabit dan juga pipinya chubby
seperti Yesung, ditambah lagi dengan sorot mata yang tajam. Namun, bibirnya dan juga
senyumannya mirip dengan Siwon, oppanya.
“sebenarnya dia anak siapa Na-ya ah ... cepatlah bangun dan berikan kejelasan akan semua
ini. Kau membuatku dan juga yang lainnya bingung akan sosok appanya ... “ lirih Jiwon
dalam hati.
***
Hari terus berlalu seperti biasanya. Mengalun dengan rotasi yang sama, dari hari ke hari, jam
perjamnya, menit hingga menit berikutnya, sampai detik penghujung dari segala sebutan
waktu tak terlepas dari gerakannya.
“Apa kau akan terus diam seperti ini Choi Jin Na ... apa kau sedang menghukum kami karena
kesalahan kami padamu? Apa tak cukup untukmu selama ini? Ku mohon Choi Jin Na,
bangunlah dan maafkan kami ... “ suara tangis menghiasi setiap kata yang keluar lirih dari
bibir Siwon itu.
Ini sudah lima bulan berlalu dari komanya seorang Choi Jin Na. Namun tak ada tanda-tanda
kehidupan dan harapan yang terlihat dari perubahan waktu yang cukup lama itu.
Detak jantungnya masih sama seperti biasa dan hal yang lainnya pun tak ada perubahan secara
signifikan.
“ Oppa ... apa kesalahan kita begitu besar sehingga Na-ya kita tak ingin membuka matanya
dan memaafkan kita ?” Jiwon terlihat sangat kurus dan juga tak terurus.
Semanjak dua bulan lalu ia memutuskan untuk mengalihkan semua urusan kepemimpinan
perusahaan pada Yesung. Ia hanya akan fokus untuk mengurus Ji Sung, keponakannya itu.
“Sayang apa yang kau katakan , eoh? Dia itu orang baik bukan? Ia pasti akan memaafkan kita
sebesar apapun kesalahan yang kita perbuat dulu. Hanya saja mungkin ia butuh waktu untuk
beristirahat dan memulihkan tubuhnya setelah melahirkan. Kau tau sendiri , melahirkan disaat
masih muda dan juga tak ada siapapun di sampingnya itu membuat dia harus berjuang sendiri
dengan ketakutan dan juga semangat” jelas Siwon.
Sebenarnya iapun sama lelahnya jika Jin Na masih enggan untuk membuka matanya. Namun
jika bukan dia yang menyemangati adiknya itu, siapa lagi?
23 maret 2013
10. Saengil chukhahamnida...
saengil chukhahamnida...
saranghaneun uri Jin Na ...
saengil chukhaamnida ...
riuh tepuk tangan dari ruangan yang hanya berisi tiga orang dewasa dan satu orang balita, juga
seorang gadis yang masih setia dengan tidur lelapnya.
Hari ini adalah hari ulang tahun Jin Na, gadis yang masih terbaring itu. Kini usianya sudah
menginjak angka 20. Seharusnya ia masih berada di bangku sekolah menjadi siswi rajin yang
berprestasi. Mencoba berbagai hal dengan teman sebayanya, mempunyai banyak alasan untuk
tak menurut pada orang yang lebih dewasa dari padanya.
Namun semua itu hanyalah sebuah harapan yang entah masih bisa terwujud atau tidak. Walau
mereka mengembangkan senyum selebar yang mereka inginkan, bertepuk tangan sekeras yang
mereka mau, dan juga tertawa seperti yang sekarang mereka lakukan, tapi itu tak bisa
membuat mereka membohongi jika mereka sedang bersedih di dalamnya.
Mata mereka menyiratkan sebuah harapan namun lebih dominan dengan rasa putus asa yang
tak berujung. Akankah seorang Choi Jin Na yang mereka kenal kuat dan pantang menyerah
juga selalu ceria akan berakhir seperti ini? Hanya terbaring kaku tak berdaya di dalam ruangan
dengan bau obat-obatan yang sangat dibenci kebanyakan orang.
“ Selamat ulang tahun sayanggg ... semoga kau cepat sadar dan bisa berkumpul bersama kita
lagi seperti dulu ... “ Jiwon mengecup kening yang sedikit terlihat berbeda itu dengan amat
sangat dalam. Menyalurkan segala perasaan rindu dan juga rasa menyesal yang begitu dalam.
“ Kau harus merawat Jisung dengan tanganmu sendiri, jangan pernah membiarkan dirinya
terlahir tanpa kasih sayang orang tuanya ... “ kini Siwon menambahi. Walau perkataan itu
terlihat seolah perintah lelucon, namun ia berharap Jin Na akan mendengarnya.
“ Kami akan selalu menunggumu sampai kau sadar kembali dan bisa merawat Ji Sung dengan
baik...” semua harapan dan ucapan selamat diakhiri oleh Yesung.
Kini suasana menjadi hening kembali. Hanya terdengar suara jarum jam yang terus berjalan
mengikuti porosnya juga desakan angin dari jendela yang memang sengaja sedikit terbuka.
Juga tak terlewatkan suara pendeteksi jantung yang makin mengiris haru mereka.
Tuuuuuuut tttuuuut
Terdengar suara itu semakin nyaring dan hanya terlihat garis lurus di layar tersebut tak seperti
biasanya yang memperlihatkan sistem kerja jantung. Kini semuanya menjadi panik tak terarah.
11. Jiwon yang tengah menggenggam erat tangan Jin Na, kini semakin mempererat
genggamannya. Siwon yang tengah menggendong Ji Sung yang tengah menangis keras
sekarang malah semakin frustasi dan bingung harus melakukan apa.
Satu sisi dia ingin menenangkan Ji Sung yang mungkin tengah merasakan apa yang terjadi
pada eommanya namun disisi lain ia ingin juga menyadarkan Jin Na yang sepertinya tengah
meregang nyawa.
Dengan sigap Yesung keluar ruangan tersebut untuk memanggil dokter atau suster. Nafasnya
terengah merasa ketakutan dan juga kegelisahan. Bahkan matanya memerah menahan air mata
yang ingin terjun bebas.
“ DOKTER.. SUSTER“ Ia terus berteriak dengan suaranya yang parau dan raut wajah yang
khawatir.
Tap tap tap
Terlihat seorang dokter muda dan juga diikuti oleh seorang suster dibelakangnya. Meraka
segera memasuki ruang inap Jin Na setelah mendengar penjelasan dari Yesung apa yang
terjadi dengan pasiennya itu.
“Silahkan kalian tunggu diluar , sementara kami memeriksanya.” Ujar suster muda itu dengan
ramah.
“ Tapi saya ingin berada di sampingnya sus, saya takut ia membutuhkan saya ketika ia sadar...
“ Jiwon bersikeras untuk menemani Jin Na. Ia takut Jin Na akan pergi tanpa memberitahu
apapun kepadanya.
Sejenak sang suster memandang wajah sang dokter seolah bertanya „ apa boleh?‟, Sang dokter
mengiyakan keinginan Jiwon dan setelah itu mereka sibuk memeriksa Jin Na yang
keadaannnya semakin melemah.
Tuuutttttttttttttttttttttt
Suara yang berasal dari pendeteksi detak jantung itu semakin keras terdengar di telinga
mereka. Jiwon masih saja setia memegang erat lengan Jin Na yang semakin dingin. Sungguh
demi apapun, Jiwon takut terjadi sesuatu yang buruk pada adik satu-satunya itu. Mengingat ia
dan Jin Na bertengkar hebat saat terakhir mereka bertemu.
“ Na ya-ah bertahanlah chagi... kau pasti bisa melewati semuanya. Eonni tau kau gadis kuat
kebanggaan eonni. Bertahanlah sayang demi Ji sung, Siwon oppa dan juga demi orang- orang
yang menyayangimu sayang ...” ujarnya dalam hati.
Air mata itu sudah tak bisa lagi ia tahan untuk mengalir di kedua belah pipi putihnya. Serta
isakan yang mengiringi membuat pilu bagi yang mendengarnya.
12. Setelah dokter dan suster mengeluarkan segala usahanya, Jin Na masih saja tak bergeming.
Beberapa kali alat pemacu jantung itu mengenai dadanya, namun hasilnya nihil, Jin Na masih
saja enggan membuka matanya.
Perlahan semuanya berhenti dan hanya terdengar suara detak jarum jam yang terus berjalan.
Jiwon yang tak percaya semuanya sudah berakhir hanya bisa menatap nanar keadaan Jin Na
yang kini sudah tertutupi oleh kain putih seutuhnya.
Seketika tubuhnya ambruk pada lantai dingin rumah sakit itu. Namun rasa sakit yang
dirasanya saat terjatuh, itu tak lebih sakit dari yang hatinya rasakan. Penyesalan yang ia rasa
lebih menyakitkan dari segala macam rasa sakit yang pernah ia rasakan. Bahkan saat ia
melihat dengan mata kepalanya sendiri saat Jin Na dan Yesung berciuman dengan mesranya di
ruang tamu rumahnya.
Tes...
Kali ini air mata itu terjatuh tanpa isakan. Matanya menatap kosong ke arah depan, seolah tak
ada lagi objek menarik yang bisa ia lihat.
Dokter muda itu hanya bisa menatap pilu keadaan Jiwon yang mengiris hati. Entah kenapa,
dari banyaknya keluarga pasiennya yang ditinggal meninggal, baru kali ini ia merasakan sakit
tak bisa menolong pasiennya lebih cepat.
Ia menepuk pelan bahu Jiwon dan menghela nafas berat seolah iapun merasakan apa yang
Jiwon rasakan saat ini.
“ Saya turut berduka cita atas kepergiannya. Sebagai mahluk Tuhan, kita hanya bisa berusaha
dan hasilnya hanya Tuhan yang dapat memutuskan. Kuatkanlah hati agasshi, iapun merasakan
sakit yang sama jika ia melihat agasshi menangisi kepergiannya...” ujarnya setelah itu berlalu
dengan suster muda yang mengekorinya dari belakang.
“chagiii ... bangun sayang ... ini eonni, apa kau tak ingin melihat eonni lagi, eoh? Apa kau
masih marah pada eonni? Eonni minta maaf Na ya –ah , eonni tak bermaksud membentakmu
waktu itu. Waktu itu eonni hanya terbawa keadaan. Eonni mohon padamu hiks... hiks ... hiks
...”
Siwon menatap nanar keadaan kedua adiknya itu. Ia tak menyangka jika pertemuannya dengan
Jin Na saat ulang tahunnya adalah pertemuan terakhirnya. Pertemuan yang sangat berkesan
karena Jin Na memberikan sebuah bingkisan yang sangat mengejutkan bagi mereka.
Sebuah testpack yang menyatakan kalau dirinya positif hamil. Entah atas dasar apa dia
memberikan alat pipih itu di depan mereka, yang pasti hal itu membuat mereka semua
ternganga.
13. “ ku mohon jangan pergi... kau belum menjelasakn dan memberitahu kami siapa appa dari ji
sung... siapa yang harus bertanggungjawab atas semua yang terjadi padamu...” batin Siwon
yang masih menatap nanar sosok yang tak dapat lagi bergerak dan juga bersuara itu. Tubuh
dinginnya tak bisa lagi ia hangatkan dengan dekapan tangan kekar nan panjangnya.
Sedangkan Jiwon masih saja menangis histeris dalam pelukan Yesung. Ia terus saja berusaha
untuk membangunkan raga yang sudah tak bernyawa itu. Sampai sosok tersebut tertutupi
dengan kain putih semuanya hanya bisa menahan tangis dan juga penyesalan yang tak bertepi.
Penyesalan yang takkan pernah berakhir dalam hidup mereka sebelum mereka mengetahui
teka-teki dibalik bayi kecil yang tengah tertidur pulas di samping jasad tak bernyawa
tersebut...
“ takdir memang tak selalu indah dan juga berujung bahagia, namun yakinlah takdir lain
sedang menunggu kita menjadi yang lebih baik untuk menyambutnya dengan senyuman dan
juga harapan yang tak pernah berhenti...”
*End*
Gamsahamnida buat admin yang udah mau nge-share ff-ku ini... aku buat gantung biar kalian
bisa terusin dengan imajinasi kalian sendiri. Bukankah akhir yang kita tentukan sendiri bisa
memberi kepuasan tersendiri
Sekali lagi mian jika ff-nya jelek, aku cuman pengen nyalurin imajinasiku aja..
Annyeongi jumuseyeo....
*bow deeply with Kim Jong woon‟s family di kandang Ddangko ...