1. Potensi sumber daya kelautan Indonesia yang luas, seperti perikanan, pertambangan bawah laut, pariwisata bahari, dan transportasi laut belum dimanfaatkan secara optimal.
2. Masih lemahnya regulasi dan konektivitas antar pulau yang menghambat pembangunan ekonomi kelautan.
3. Diperlukan upaya peningkatan pengelolaan sumber daya kelautan, perluasan jaringan infrastruktur laut, dan penguatan kerangka
1. KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
PEMBANGUNAN KELAUTAN
DALAM RPJMN 2015-2019
Rapat Koordinasi Kementerian Kelautan dan Perikanan, Tema: RKP 2015 dan RPJMN2015-2019,
Jakarta, 28 Januari 2014
Wakil Menteri Perencanaan Pembangunan/Wakil
Kepala BAPPENAS
1
2. KERANGKA PAPARAN
I. ARAHAN PEMBANGUNAN
KELAUTAN DALAM RPJPN 2005-
2025
II. KONDISI SAAT INI
III. LANGKAH KE DEPANRPJMN
2015-2019
2
4. SASARAN: TERUWUJUDNYA INDONESIA SEBAGAI
NEGARA KEPULAUAN YANG MANDIRI, MAJU,
KUAT DAN BERBASISKAN KEPENTINGAN
NASIONAL DITANDAI OLEH:
TERBANGUNNYA JARINGAN SARANA DAN
PRASARANA SEBAGAI PEREKAT SEMUA PULAU
DAN KEPULAUAN INDONESIA
MENINGKAT DAN MENGUATNYA SDM DI
BIDANG KELAUTAN YANG DIDUKUNG
PENGEMBANGAN IPTEK
DITETAPKANNYA WILAYAH NEGARA KESATUAN
NKRI, ASET DAN HAL-HAL YANG TERKAIT
DALAM KERANGKA PERTAHANAN NEGARA
TERBANGUNNYA EKONOMI KELAUTAN
SECARA TERPADU DENGAN
MENGOPTIMALKAN PEMANFAATAN SUMBER
KEKAYAAN LAUT SECARA BERKELANJUTAN
BERKURANGNYA DAMPAK BENCANA
PESISIR DAN PENCEMARAN LAUT
1
2
3
4
5
4
5. ARAH KEBIJAKAN
• MEMBANGKITKAN WAWASAN DAN BUDAYA
BAHARI1
• MENINGKATKAN DAN MENGUATKAN
PERANAN SDM DI BIDANG KELAUTAN
2
• MENETAPKAN WILAYAH KESATUAN NKRI, ASET
DAN HAL-HAL TERKAIT DI DALAMNYA
TERMASUK KEWAJIBAN YANG TELAH
DIGARISKAN OLEH HUKUM LAUT UNCLOS
3
• MELAKUKAN UPAYA PENGAMANAN WILAYAH
KEDAULATAN YURIDIKSI DADN ASET NKRI4
• MENGEMBANGKAN INDUSTRI KELAUTAN
SECARA SINERGI, OPTIMAL DAN
BERKELANJUTAN
5
• MENGURANGI DAMPAK BENCANA PESISIR
DAN PENCEMARAN LAUT
6
• MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
MISKIN DI KAWASAN PESISIR
7
PILAR 1. KEBUDAYAAN
KELAUTAN
PILAR 2. TATA KELOLA
PILAR 3. KEAMANAN
LAUT/MARITIM
PILAR 4. EKONOMI
KELAUTAN
PILAR 5. LINGKUNGAN
LAUT
5
7. RUTE ANGKUTAN LAUT PT. PELNI DAN PERINTIS
• Masih kurang memadainya pengembangan sarana dan prasarana transportasi dari
dan ke pulau-pulau kecil – KONEKTIVITAS
• Tahun 2015-2019 : Percepatan pembangunan sarana dan prasarana transportasi
dari/ke pulau-pulau kecil – RENCANA PENGEMBANGAN DAN ARMADA
7
2.1.SASARAN: TERBANGUNNYA JARINGAN SARANA DAN PRASARANA
SEBAGAI PEREKAT SEMUA PULAU DAN KEPULAUAN INDONESIA
8. 2.1. Sasaran vs kondisi saat ini
ISU PERMASALAHAN
Ekonomi kelautan • Masih banyak pulau-pulau kecil yang belum terkelola dan dimanfaatkan
secara optimal
• Peraturan tentang perijinan/investasi pulau-pulau kecil dan pesisir untuk
wisata bahari belum jelas
• Belum adanya pengaturan tata kelola mineral dasar laut
• Pengaturan kabel dan pipa dasar laut
• Pengembangan ekonomi kelautan lainnya: biodiversity, wisata bahari, dll
Tata kelola laut • Tata ruang laut belum diatur dan rencana zonasi pesisir (amanat UU No
27/2007) belum selesai disusun
Batas laut dengan negara
tetangga dan keamanan
laut
• Perundingan batas laut dengan beberapa negara masih belum selesai
dengan 9 negara tetangga
• Masih maraknya praktek Illegal fishing
Konektivitas antar pulau • Sarana dan prasarana pelabuhan perintis yang belum memadai, terutama
di wilayah timur
• Rute dan jumlah moda angkutan perintis yang masih terbatas
Bencana dan
pencemaran laut dan
pesisir
• Aturan untuk pencemaran laut dari pelayaran internasional
• Kelembagaan dan mekanisme penanganan – penegakan hukumnya
SDM dan Iptek Kelautan • Kualitas dan kuantitas SDM kelautan yang belum optimal, sebagai contoh
sebagian besar ABK kapal perikanan >60 GT dari luar
• Kelembagaan pendidikan dan pelatihan
• Masih kurangnya inovasi dan sosialisasi iptek kelautan yang tepat guna.
• Masih belum berkembangnya wawasan kebangsaan Indonesia sebagai
negara kepulauan. 8
9. 1. EKONOMI KELAUTAN: Potensi wilayah laut yang luasnya
sekitar 70% dari luas wilayah Indonesia belum
termanfaatkan secara optimal:
a. Potensi perikanan belum dimanfaatkan secara optimal
dari jumlah tangkap yang diperbolehkan 5,2 juta
ton/tahun, dan masih adanya kapal perikanan asing
secara illegal masuk ke perairan Indonesia
b. Potensi sumberdaya pertambangan di laut besar namun
belum memiliki cukup landasan regulasi dalam
pemanfaatannya
c. Potensi biodiversity untuk pemanfaatan keekonomian
(bioprospect dan wisata bahari) yang belum optimal
d. Potensi laut sebagai media transportasi belum juga
dimanfaatkan secara optimal untuk konektifitas
e. Masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil masih miskin
belum banyak tersentuh dalam pelayanan dasar dan
kebutuhan dasar serta kesempatan ekonomi
9
10. POTENSI (MSY) DAN PRODUKSI PERIKANAN TANGKAP
TAHUN 2010 PER WPP
MSY = 565,2
PPP = 6
MSY = 565,2
Prod = 541,5
PPS = 1
PPN = 1
PPP = 6
MSY = 1.059
Swasta = 2
MSY = 1.059
Prod = 572,2
PPN: 3
PPP = 4
Swasta = 2
MSY = 836,6
Prod = 810,6
PPS = 1
PPN = 3
PPP = 22
MSY = 929,7
Prod = 625,8
PPP = 1
MSY = 491,7
PPP = 7
MSY = 491,7
Prod = 431,4
PPS = 1
PPN = 3
PPP = 7
MSY = 278
Prod = 427,6
PPS = 1
PPN = 2
MSY = 855,5
Prod = 537,9
MSY = 333,6
PPP = 3
MSY = 333,6
Prod = 214,3
PPS = 1
PPP = 3
MSY = 595,6
PPP =1
MSY = 595,6
Prod = 418,5
PPN = 1
PPP =1
MSY = 299,1
Prod = 142,8
MSY = 276
Prod = 316,8
PPS = 1
PPP = 2
Keterangan:
Satuan dalam Ribu Ton; MSY= 6,5 juta ton/tahun
Jumlah Tangkap yang Diperbolehkan (JTB) adalah 80% dari MSY = Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Belawan,Bungus, NizamZachman, Cilacap, Kendari, Bitung)
= Pelabuhan Perikanan Nusantara(PPN) Ambon, Brondong, Kejawanan,Pelabuhan Ratu,
Pekalongan,Pemangkat, Pengambengan,Prigi, Sibolga, Sungailiat,Tanjung Pandan, Ternate, Tual
= Pelabuhan Perikanan Swasta Telaga Punggur dan Barelang (Batam,Kepri)
= over fishing(produksi > MSY), pengelolaan harus
hati-hati,tidak ada ijin baru dan perlu pemulihan SDI
= produksi > JTB (namun belum melebihi MSY),
mengoptimalkan penangkapan dan pemulihan SDI
= produksi < MSY, mengoptimalkan hasil tangkapan
sampai batas JTB
10
11. -10
100 105 110 115 120 125 130 135 140
5
0
-5
Frontier Basin (22)
Drilled Basin,
No Discovery yet (15)
1. South Java
2. Biliton
3. Melawi
4. Asem-Asem
5. Lariang
6. South Makasar
7. Spermonde
8. Sawu
9. Manui
10.Buton
11.Misool
12.Palung Aru
13.Waipoga
14.Akimeugah
15.Sahul
Producing Basin (16)
1. North Sumatera
2. Central Sumatera
3. South Sumatera
4. West Natuna
5. Sunda
6. NW. Java
7. NE. Java Sea
8. NE. Java
9. Barito
10. Kutai
11. Tarakan
12. Bone
13. Banggai
14. Seram
15. Salawati
16. Bintuni
Drilled and
Proven Discovery,
but not
Production yet (7)
1. Sibolga
2. Bengkulu
3. East Natuna
4. Pati
5. Sula
6. Timor
7. Biak
1. Ketungau
2. Pembuang
3. Lombok Bali
4. Flores
5. Tukang Besi
6. Minahasa
7. Gorontalo
8. Sala Bangka
9. South Sula
10.West Buru
11.Buru
12. South Obi
13. North Obi
14. North Halmahera
15. East Halmahera
16. South Halmahera
17. South Seram
18. West Weber
19. Weber
20. Tanimbar
21. Waropen
22. Jayapura
1
2
3
4
11
5
6
10
9
7
8
12
13
16
15
14
1
2
3
4
5
6
7
8
10
9
15
14
12
1311
1
2
3
4
6
5
7
1
2
6
7
3
5
4
16
11
8
9
10
19
15
14
13
18
17
20
21
22
12
-10
100 105 110 115 120 125 130 135 140
5
0
-5
-10
100 105 110 115 120 125 130 135 140
5
0
-5
Frontier Basin (22)
Drilled Basin,
No Discovery yet (15)
1. South Java
2. Biliton
3. Melawi
4. Asem-Asem
5. Lariang
6. South Makasar
7. Spermonde
8. Sawu
9. Manui
10.Buton
11.Misool
12.Palung Aru
13.Waipoga
14.Akimeugah
15.Sahul
Producing Basin (16)
1. North Sumatera
2. Central Sumatera
3. South Sumatera
4. West Natuna
5. Sunda
6. NW. Java
7. NE. Java Sea
8. NE. Java
9. Barito
10. Kutai
11. Tarakan
12. Bone
13. Banggai
14. Seram
15. Salawati
16. Bintuni
Drilled and
Proven Discovery,
but not
Production yet (7)
1. Sibolga
2. Bengkulu
3. East Natuna
4. Pati
5. Sula
6. Timor
7. Biak
1. Ketungau
2. Pembuang
3. Lombok Bali
4. Flores
5. Tukang Besi
6. Minahasa
7. Gorontalo
8. Sala Bangka
9. South Sula
10.West Buru
11.Buru
12. South Obi
13. North Obi
14. North Halmahera
15. East Halmahera
16. South Halmahera
17. South Seram
18. West Weber
19. Weber
20. Tanimbar
21. Waropen
22. Jayapura
Frontier Basin (22)
Drilled Basin,
No Discovery yet (15)
1. South Java
2. Biliton
3. Melawi
4. Asem-Asem
5. Lariang
6. South Makasar
7. Spermonde
8. Sawu
9. Manui
10.Buton
11.Misool
12.Palung Aru
13.Waipoga
14.Akimeugah
15.Sahul
Producing Basin (16)
1. North Sumatera
2. Central Sumatera
3. South Sumatera
4. West Natuna
5. Sunda
6. NW. Java
7. NE. Java Sea
8. NE. Java
9. Barito
10. Kutai
11. Tarakan
12. Bone
13. Banggai
14. Seram
15. Salawati
16. Bintuni
Drilled and
Proven Discovery,
but not
Production yet (7)
1. Sibolga
2. Bengkulu
3. East Natuna
4. Pati
5. Sula
6. Timor
7. Biak
1. Ketungau
2. Pembuang
3. Lombok Bali
4. Flores
5. Tukang Besi
6. Minahasa
7. Gorontalo
8. Sala Bangka
9. South Sula
10.West Buru
11.Buru
12. South Obi
13. North Obi
14. North Halmahera
15. East Halmahera
16. South Halmahera
17. South Seram
18. West Weber
19. Weber
20. Tanimbar
21. Waropen
22. Jayapura
1
2
3
4
11
5
6
10
9
7
8
12
13
16
15
14
1
2
3
4
5
6
7
8
10
9
15
14
12
1311
1
2
3
4
6
5
7
1
2
6
7
3
5
4
16
11
8
9
10
19
15
14
13
18
17
20
21
22
12
Sumber: Kemen ESDM (2009)
PETA SUMBER DAYA MINERAL
11
12. No Kawasan Konservasi
Jumlah
Kawasan
Luas
(juta Ha)
A
Inisiasi Kemenhut (Taman
Nasional Laut, Taman Wisata
Alam Laut, Suaka
Margasatwa Laut, Cagar
Alam Laut)
32 4,69
B
Inisiasi KKP dan Pemda
(Kawasan Konservasi
Perairan Nasional, Kawasan
Konservasi Perairan Daerah)
76 11,09
Jumlah Total 108 15,78
• Komitmen Indonesia dalam hasil pertemuan Convention on Biological Diversity (CBD)
tahun 2006 luas kawasan konservasi perairan adalah 20 juta pada tahun 2020
• Tahun 2015-2019: peningkatan luas kawasan konservasi laut sebesar 4,2 juta
ha
BIODIVERSITY LAUT dan
PEMANFAATAN EKONOMI
12
Luasan terumbu Karang
Indonesia : 85.000 km2
Lokasi
Jumlah
Titik
Sangat
Baik (%)
Baik (%)
Cukup
(%)
Kurang
(%)
Barat 439 5,47 27,56 33,94 33,03
Tengah 274 5,11 30,29 44,89 19,71
Timur 272 5,88 17,28 34,19 42,65
Indonesia 985 5,48 25,48 37,06 31,98
13. Sumber: Kemenparekraf (2009)
POTENSI WISATA BAHARI
Belum dikembangkan secara optimal untuk kesejahteraan masyarakat sekitar
dan pendapatan daerah. Perlu ditargetkan lokus andalan didukung sektor lain
secara komprehensif.
13
15. 2. TATA KELOLA - EKSISTENSI:
a. Penyelesaian batas wilayah laut dengan
9 negara tetangga
b. Dari 17.504 pulau di Indonesia, baru
terdaftar ke PBB sebanyak 13.466 pulau
di tahun 2012. Dan sisanya harus
selesai tahun 2017.
0
5
10
15
20
25
Australia Filipina India Malaysia Palau Papua Nugini Singapura Timor Leste Vietnam
Pulau-Pulau Kecil Terluar yg berbatasan dengan negara tetangga
15
16. PULAU-PULAU KECIL TERLUAR (PPKT)
16
No Provinsi
Jumlah
Pulau kecil
terluar
Jumlah
Pulau kecil
terluar
berpenghuni
1
Nanggroe Aceh
Darussalam
6
2 Sumatera Utara 3 1
3 Kepulauan Riau 20 3
4 Sumatera Barat 2
5 Bengkulu 2 1
6 Lampung 1
7 Banten 1
8 Jawa Barat 1
9 Jawa Tengah 1 1
10 Jawa Timur 3
11 Nusa Tenggara Barat 1
12 Nusa Tenggara Timur 6 1
13 Kalimantan Timur 4 2
14 Sulawesi Utara 11 7
15 Sulawesi Tengah 3 1
16 Maluku Utara 1
17 Maluku 17 9
18 Papua 9 5
Total 92 31
Eksistensi RI di 92 pulau
terluar (31 berpenduduk):
a. Pengelolaan PPKT
Perpres No.78/2005 –
pengelolaan pulau
berpenghuni dan tidak
berpenghuni
b. Perlu strategi yang jelas
untuk mempertahankan
eksistensi, pertahanan dan
keamanan, serta isu
kesejahteraan masyarakat.
17. 3. PEMANFAATAN GEO-EKONOMI DAN GEO-
POLITIK – 3 jalur ALKI dan pemanfaatannya
Pemanfaatan ALKI untuk perekonomian nasional maupun regional belum banyak
dilakukan
17
19. PERMASALAHAN
ISU PERMASALAHAN
Ekonomi kelautan • Masih banyak pulau-pulau kecil yang belum terkelola dan dimanfaatkan
secara optimal
• Peraturan tentang perijinan/investasi pulau-pulau kecil dan pesisir untuk
wisata bahari belum jelas
• Belum adanya pengaturan tata kelola mineral dasar laut
• Pengaturan kabel dan pipa dasar laut
• Pengembangan ekonomi kelautan lainnya: biodiversity, wisata bahari, dll
Tata kelola laut • Tata ruang laut belum diatur dan rencana zonasi pesisir (amanat UU No
27/2007) belum selesai disusun
Batas laut dengan negara
tetangga dan keamanan
laut
• Perundingan batas laut dengan beberapa negara masih belum selesai
dengan 9 negara tetangga
• Masih maraknya praktek Illegal fishing
Konektivitas antar pulau • Sarana dan prasarana pelabuhan perintis yang belum memadai, terutama
di wilayah timur
• Rute dan jumlah moda angkutan perintis yang masih terbatas
Bencana dan
pencemaran laut dan
pesisir
• Aturan untuk pencemaran laut dari pelayaran internasional
• Kelembagaan dan mekanisme penanganan – penegakan hukumnya
SDM dan Iptek Kelautan • Kualitas dan kuantitas SDM kelautan yang belum optimal, sebagai contoh
sebagian besar ABK kapal perikanan >60 GT dari luar
• Kelembagaan pendidikan dan pelatihan
• Masih kurangnya inovasi dan sosialisasi iptek kelautan yang tepat guna.
• Masih belum berkembangnya wawasan kebangsaan Indonesia sebagai
negara kepulauan. 19
20. 1. Maksud (konkrit) wawasan
bahari, budaya bahari;
2. Langkah untuk pemahaman
dan penyadaran: kepada
siapa, jalur, bagaimana
penyampaian; indikator
berkembangnya
pemahaman.
3. Siapa bertanggung jawab
•PENDIDIKAN DAN PENYADARAN
MASY. TENTANG KELAUTAN
DIWUJUDKAN DI SEMUA JALUR
PENDIDIKAN
•MELESTARIKAN NILAI BUDAYA,
WAWASAN BAHARI SERTA
REVITALISASI HUKUM ADAT DAN
KEARIFAN LOKAL
•MELINDUNGI DAN
MEREVITALISASI PENINGGALAN
BUDAYA BAWAH LAUT
1.
MENINGKATKAN
WAWASAN DAN
BUDAYA BAHARI
•MENDORONG JASA DIKLAT YG
BERKUALITAS DI BIDANG
KELAUTAN DIIMBANGI DG
KETERSEDIAAN LAPANGAN KERJA
•PENGEMBANGAN STANDAR
KOMPETENSI SDM DI BIDANG
KELAUTAN
•PENINGKATAN DAN PENGUATAN
PERAN IPTEK, RISET DAN SISTEM
INFORMASI KELAUTAN
2.
MENINGKATKAN
DAN
MENGUATKAN
PERAN SDM DI
BIDANG
KELAUTAN
1. SDM yang diperlukan (ingin
dibentuk) profesi apa,
standar kompetensinya,
sistem sertifikasinya
2. Jasa diklat: kriteria, sistem
skreditasinya
3. Pengembangan sistem
informasi kelautan: apa
isinya, bagaimana
pengumpulan data dan
informasi, penyajian dan
penggunaan untuk kebijakan.
20
21. 3. MENETAPKAN WILAYAH NKRI, ASET DAN HAL-HAL TERKAIT, TERMASUK
KEWAJIBAN DIGARISKAN DALAM UNCLOS 1982 (RATIFIKASI 1986)
• MENYELESAIKAN HAK DAN KEWAJIBAN DALAM
MENGELOLA SD LAUT SESUAI UNCLOS 1982
• MENYELESAIKAN PENATAAN BATAS MARITIM
(PERAIRAN PEDALAMAN, LAUT TERITORIAL, ZONA
TAMBAHAN, ZONA EKONOMI EKSLUSIF DAN LANDAS
KONTINEN)
• MENYELESAIKAN BATAS LANDAS KONTINEN DI LUAR
200 MIL LAUT
• MENYAMPAIKAN LAPORAN DATA NAMA GEOGRAFIS
SD KELAUTAN KE PBB
UNCLOS
1982
• PEMBANGUNAN SISTEM HUKUM DAN TATA
PEMERINTAHAN YANG MENDUKUNG TERWUJUDNYA
INDONESIA SEBAGAI NEGARA KEPULAUAN
• PENGEMBANGAN SISTEM KOORDINASI,
PERENCANAAN, MONITORING DAN EVALUASI
PENGEMBANG
AN DAN
PENERAPAN
TATA KELOLA
DAN
KELEMBAGA-
AN
1.Pendaftaran
4.038 pulau
sd tahun
2017
2.Batas laut dg
9 negara
3.Lainnya?
Aspek apa,
bagaimana dan
apakah perlu
landasan
hukum (dalam
bentuk/tingkat
apa)
21
22. 4. UPAYA PENGAMANAN WILAYAH
KEDAULATAN, YURISDIKSI DAN ASET NKRI
PENINGKATAN KINERJA PERTAHANAN
DAN KEAMANAN SECARA TERPADU DI
WILAYAH PERBATASAN
PENGEMBANGAN SISTEM MONITORING, CONTROL
DAN SURVEILLANCE SEBAGAI INSTRUMEN
PENGAMANAN SUMBER DAYA, LINGKUNGAN DAN
WILAYAH KELAUTAN
PENGOTIMALAN PELAKSANAAN
PENGAMANAN WILAYAH PERBATASAN DAN
PULAU-PULAU KECIL TERDEPAN
PENINGKATAN KOORDINASI KEAMANAN
DAN PENANGANAN PELANGGARAN DI
LAUT
1. Pengamanan apa dan
seperti apa yang
dibutuhkan
2. Instrumen mcs seperti
apa: ukuran/indikaor
untuk pengamanan
sumber daya,
lingkungan dan wilayah
3. Bagaimana cara
pelaksanaan (SOP) dan
siapa saja yang terlibat
4. Bagaimana
pengamanan
perbatasan (laut) dan
pulau kecil terdepan
5. Kalau ada pelanggaran
bagaimana cara
penanganannya
(evidence, mekanisme
penindakan, proses
hukumnya dsb).
22
23. 5. EKONOMI KELAUTAN
PERHUBUNGAN LAUT
INDUSTRI MARITIM
PERIKANAN
WISATA BAHARI
ENERGI DAN SD MINERAL
BANGUNAN LAUT
JASA KELAUTAN
7. MENINGKATKAN KESJH. KEL.
MISKIN DI KAWASAN PESISIR
DENGAN PENGEMBANGAN
EKONOMI PRODUKTIF SKALA KECIL
Dari inventarisasi atas kondisi saat ini:
1. Inventarisasi dan pemahaman secara utuh
kekuatan ekonomi/kondisi saat ini dan potensi kita
belum ter-data dan tekonsolidasikan dengan baik.
2. Posisi yang perlu kita ambil untuk dapat
dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk
kemakmuran masyarakat.
3. Pengembangan di masing-masing komponen
belum kita terjemahkan dengan baik dan
rencanakan bagaimana sasaran dan langkah
pelaksanaannya.
4. Pola pengembangan yang sesuai dengan:
a. Desentralisasi – dengan Pemda dan masyarakat
b. Identifikasi peran pemerintah, swasta dan
asing?
5. Kapasitas yang perlu dibangun utk
pengelolaannya?
6. Kelengkapan regulasi untuk memperkuat
pengelolaan secara lestari dan sesuai kondisi lokal.
7. KEMISKINAN NELAYAN PROGRAM PKN –
KLASTER 4
23
24. 6. MENGURANGI DAMPAK BENCANA
PESISIR DAN PENCEMARAN LAUT
PENGEMBANGAN SISTEM
MITIGASI BENCANA
PENGEMBANGAN EARLY
WARNING SYSTEM
PENGEMBANGAN PERENCANAAN
NASIONAL TANGGAP DARURAT
TUMPAHAN MINYAK DI LAUT
PENGEMBANGAN SISTEM
PENGENDALIAN HAMA LAUT,
INTRODUKSI SPESIES ASING, DAN
ORGANISME LAUT YANG MENEMPEL
PADA DINDING KAPAL
PENGENDALIAN DAMPAK SISA-SISA
BANGUNAN DAN AKTIVITAS LAUT
1. Peta bencana laut Indonesia
2. Penanganan bencana:
a. Mitigasi
b. EWS
c. Tanggap darurat
d. Paska bencana
3. Pengendalian pencemaran:
a. Sistem monitoring kualitas
perairan
b. Penanganan pencemaran
tumpahan minyak di laut
(sampai dengan proses
penegakan)
4. Pengendalian hama laut: cakupan,
cara monitoring, penindakan
5. Pengendalian dampak sisa
bangunan dan aktivitas laut:
cakupan, cara monitoring,
penindakan.
24
26. RPJM 2 RPJM 3 RPJM 4
Pertumbuhan
PDB
Minimal 7 %
per tahun
PDB per kapita
2013:
USD 4.000
2019:
USD 8.000
2025:
> USD 10.000
Kemiskinan 6-8 Persen
Pengangguran
2015 2020 2025 20302010
Threshold Middle Income Trap
USD 12.500
BONUS DEMOGRAPHIC2010 2030
MENYIAPKAN MEMASUKI SEBAGAI MIC
26
27. KERANGKA RPJMN 2015 - 2019
Keluar dari MIT
Jangka Panjang :
Tercapai tahun 2031 apabila
Ekonomi tumbuh 6-7%/tahun
RPJMN 2015 – 2019
Amanat RPJP :SDA, SDM, Iptek
Sangat penting untuk
meletakkan fondasi keluar MIT
Tidak boleh meleset.
Bonus Demografi, AEC, Post 2015, PI
Polhukam Ekonomi Kesra Lingkungan
-Tranfromasi
Struktur
-Resiliensi
-Infrastruktur
-Inovasi
-RB
-Desentralisasi
-Anti korupsi
-Demokrasi
Daerah
-Mutu SDM
-Kemiskinan
-Tenagakerja
-BPJS
-Pengelolaan
SDA dan biodiv
-Mitigasi
adaptasi PI
-Pemerataan
-SPM
-Urbanisasi
-Desentralisasi
Kerangka
Pendanaan :
APBN dan Non
Kerangka
Regulasi Kerangka
Kelembagaan
• Comprehensif reform
• Not BAU
•Prinsip berkelanjutan
• Sinergy tidak silo
•Decisive
•Mekanisme delivery
Mekanisme Delivery
PEMBANGUNAN KELAUTAN
28. RPJMN 2015-2019 - KELAUTAN
1. DALAM RPJMN 2010-2014:
a. Telah ada dalam bentuk Kebijakan lintas bidang
Pembangunan Kelautan (dan matriks)
b. Namun, pelaksanaan masih parsial – sektoral
2. KEWAJIBAN YANG MASIH TERSISA dan harus selesai
pada tahun 2019 a.l HARUS DIAGENDAKAN
a. Pendaftaran 4.038 pulau sd 2017
b. Tata batas laut dengan 9 negara
c. Eksistensi dan kesejahteraan di 92 pulau terluar (31
dihuni) – seperti apa langkahnya
d. Kesejahteraan masyarakat nelayan dan pesisir –
Program Klaster 4 – PKN (800 PPI/TPI) – penting untuk
menyumbang PENURUNAN KEMISKINAN
28
29. RPJMN 2015-2019
3. ISU STRATEGIS UNTUK DIJABARKAN DAN
DILAKSANAKAN:
a. EKONOMI KELAUTAN (SUSTAINABLE MARINE AND
FISHERIES) – Sumber pendapatan baru untuk mendukung
transformasi ekonomi sebagai Middle Income Countries
(MIC)
b. TATA KELOLA – Tata ruang laut dan zonasi
c. KELEMBAGAAN:
i. KEAMANAN LAUT – pengawasan dan penegakan hukum
kelembagaan untuk penegakan hukum secara
terpadu, efektif dan cepat di laut.
ii. Lembaga untuk Pembangunan Kelautan: DEKIN apakah
cukup kuat?
d. RENCANA AKSI – untuk pelaksanaan 5 tahun ke depan
(2015-2019). 29
30. RPJMN 2015-2019
4. PENYIAPAN LANGKAH STRATEGIS KE DEPAN:
a. Diskusi dan penjabaran isu-isu strategis yang
dimandatkan oleh RPJPN 2005-2025
b. Penyusunan ROADMAP (jangka panjang)
MEWUJUDKAN NEGARA KEPULAUAN YANG
MAJU DAN MANDIRI.
30