Pembelajaran permainan tradisional perepet jengkol dapat mengembangkan motorik kasar anak usia dini. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran perepet jengkol untuk mengembangkan motorik kasar anak di KB Baitul Falah Kalibaru Banyuwangi. Hasilnya menunjukkan bahwa perencanaan menggunakan perangkat pembelajaran, pelaksanaan terdiri dari pembuka, int
1. 1
PEMBELAJARAN PERMAINAN TRADISIONAL PEREPET JENGKOL
DALAM MENGEMBANGKAN MOTORIK KASAR ANAK USIA DINI
PADA KELOMPOK BERMAIN BAITUL FALAH KALIBARU BANYUWANGI
TAHUN AJARAN 2021/2022
SKRIPSI
Diajukan kepada Universitas Islam Negeri
Kiai Haji Achmad Siddiq Jember
Untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan Pendidikan Islam dan Bahasa
Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini
Oleh:
Inayah Maharani Meidy
NIM : T20185006
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
NOVEMBER 2022
2. ii
PEMBELAJARAN PERMAINAN TRADISIONAL PEREPET JENGKOL
DALAM MENGEMBANGKAN MOTORIK KASAR ANAK USIA DINI
PADA KELOMPOK BERMAIN BAITUL FALAH KALIBARU BANYUWANGI
TAHUN AJARAN 2021/2022
SKRIPSI
Diajukan kepada Universitas Islam Negeri
Kiai Haji Achmad Siddiq Jember
Untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan Pendidikan Islam dan Bahasa
Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini
Oleh:
Inayah Maharani Meidy
NIM : T20185006
Disetujui Pembimbing
Yanti Nur Hayati, S.Kep.Ns.,MMRS.
NIP.197606112003122006
3. iii
PEMBELAJARAN PERMAINAN TRADISIONAL PEREPET JENGKOL
DALAM MENGEMBANGKAN MOTORIK KASAR ANAK USIA DINI
PADA KELOMPOK BERMAIN BAITUL FALAH KALIBARU BANYUWANGI
TAHUN AJARAN 2021/2022
SKRIPSI
Telah diuji dan diterima untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan Pendidikan Islam dan Bahasa
Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini
Hari : Jum’at
Tanggal : 4 November 2022
Tim Penguji
Ketua Sidang Sekretaris
Musyarofah, M.Pd. Bambang Eko Aditia, M.Pd.
NIP. 198208022011012004 NIDN. 201907178
Anggota:
1. Drs. H. Ainur Rafik, M.Ag. ( )
2. Yanti Nur Hayati, S.Kep.Ns.,MMRS ( )
Menyetujui
Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Prof.Dr. Hj. Mukni’ah, M. Pd. I
NIP. 196405111999032001
5. v
PERSEMBAHAN
Rasa syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT sebanyak-banyaknya atas
segala Rahmat serta Hidayah-Nya sehingga dapat terselesaikannya tugas akhir ini
dengan segala kekurangan saya. Sholawat serta salam kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW sebagai suri tauladan sepanjang masa. Terima kasih kepada
Allah SWT karena telah memberikan jalan dan kekuatan serta telah menghadirkan
mereka memberikan motivasi, semangat, dan do’a kepada saya. Semoga
keberhasilan ini menjadi langkah awal untuk masa depan dalam meraih cita-cita.
Dengan penuh syukur dan iringan do’a skripsi ini daya persembahkan kepada :
1. Kedua orang tua saya, Bapak Slamet Pujiyono dan Ibu Rosidah tersayang
yang selalu mendidik, mendukung, memotivasi, memberikan kasih sayang
tiada tara, serta do’a yang tiada habisnya selalu dipanjatkan setiap waktu dan
menghantarkan menuju pendidikan yang lebih tinggi.
2. Keluarga besar H. Nursalim yang senantiasa selalu memberikan motivasi dan
dukungan.
3. Muhammad Fadil selaku suami saya yang telah bersedia mendampingi dan
memberikan dukungan kepada penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.
6. vi
ABSTRAK
Inayah Maharani Meidy, 2022: Pembelajaran Permainan Tradisional Perepet
Jengkol Dalam Mengembangkan Motorik Kasar Anak Usia Dini Pada Kelompok
Bermain Baitul Falah Kalibaru Banyuwangi.
Kata Kunci : Permainan Tradisional Perepet Jengkol, Motorik Kasar
Motorik kasar merupakan kemampuan dalam menggunakan otot-otot
besar, seperti mendorong, berlari, melompat, meloncat, dan bisa juga dengan
bermain permainan tradisional seperti perepet jengkol.
Fokus masalah yang diteliti ialah : 1) Bagaimana perencanaan
pembelajaran permainan tradisional perepet jengkol dalam mengembangkan
motorik kasar anak usia dini pada Kelompok Bermain Baitul Falah Kalibaru
Banyuwangi?, 2) Bagaimana pelaksanaan pembelajaran permainan tradisional
perepet jengkol dalam mengembangkan motorik kasar anak usia dini pada
Kelompok Bermain Baitul Falah Kalibaru Banyuwangi?, 3) Bagaimana evaluasi
pembelajaran permainan tradisional perepet jengkol dalam mengembangkan
motorik kasar anak usia dini pada Kelompok Bermain Baitul Falah Kalibaru
Banyuwangi?
Tujuan penelitian ini ialah 1) Mendeskripsikan perencanaan pembelajaran
permainan tradisional perepet jengkol dalam mengembangkan motorik kasar anak
usia dini pada Kelompok Bermain Baitul Falah Kalibaru Banyuwangi. 2)
Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran permainan tradisional perepet
jengkol dalam mengembangkan motorik kasar anak usia dini pada Kelompok
Bermain Baitul Falah Kalibaru Banyuwangi. 3) Mendeskripsikan evaluasi
pembelajaran permainan tradisional perepet jengkol dalam mengembangkan
motorik kasar anak usia dini pada Kelompok Bermain Baitul Falah Kalibaru
Banyuwangi.
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan jenis
penelitian studi kasus. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan yakni
teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data dalam penelitian ini
yatu kondensasi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Sedangkan
keabsahan datanya menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik.
Hasil penelitian ini 1) Perencanaan pembelajaran permainan tradisional
perepet jengkol dalam mengembangkan motorik kasar anak usia dini pada
Kelompok Bermain Baitul Falah Kalibaru Banyuwangi yaitu menyusun perangkat
pembelajaran seperti Prota, Prosem, Proming, dan RPPH, 2) Pelaksanaan
pembelajaran permainan tradisional perepet jengkol dalam mengembangkan
motorik kasar anak usia dini pada Kelompok Bermain Baitul Falah Kalibaru
Banyuwangi yaitu terdiri dari kegiatan pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan
penutup, 3) Evaluasi pembelajaran permainan tradisional perepet jengkol dalam
mengembangkan motorik kasar anak usia dini pada Kelompok Bermain Baitul
Falah Kalibaru Banyuwangi yaitu menggunakan teknik observasi dan penilaian
cekslis capaian perkembangan anak, dengan evaluasi hasil menunjukkan bahwa
anak mampu mencapai perkembangan motorik kasarnya yang dapat ditunjukkan
dengan hasil belajar anak.
7. vii
KATA PENGANTAR
ِْميِحَّرال ِن مهَّْحرال ِ
هٰ
ّللا ِْمسِب
Alhamdulillahi robbil ‘alamin puji syukur penulis haturkan kepada Allah
SWT atas segala rahmat, taufiq serta hidayah Nya. Sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengembangan Motorik Kasar Anak Usia
Dini Melalui Permainan Tradisional Perepet Jengkol Pada Kelompok B
Kelompok Bermain Baitul Falah Kalibaru Banyuwangi Tahun Ajaran
2021/2022”. Sholawat serta salam tetap tercurah limpahkan kepada Nabi Agung
Nabi Muhammad SAW.
Dalam penyelesaian skripsi ini diperoleh dukungan banyak pihak atas
kesuksesan penulisannya. Oleh karena itu, penulis menyampaikan banyak
terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Babun Suharto, SE., MM., selaku Rektor Universitas Islam
Negeri Kiai Haji Achamd Siddiq Jember yang telah memberikan memberikan
kesempatan kepada penulis menuntut ilmu di UIN KHAS Jember.
2. Ibu Prof. Dr. Hj. Mukni’ah, M.Pd.I., selaku Dekan fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan UIN KHAS Jember yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk menuntut ilmu di UIN KHAS Jember.
3. Dr. Rif’an Humaidi, M.Pd.I selaku ketua jurusan PI dan Bahasa Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
4. Ibu Dr. Istifadah, S.Pd. M.Pd.I., selaku Koordinator Program Studi Pendidikan
Islam Anak Usia Dini UIN KHAS Jember yang telah memberi fasilitas dan
kemudahan kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan
baik.
5. Ibu Yanti Nur Hayati, S. Kep.Ns.MMRS, selaku Dosen Pembimbing yang
telah mengarahkan serta mebimbing peneliti sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik.
6. Ibu Rusideh Tri Fathurrohma, S.Pd., selaku Kepala Sekolah KB Baitul Falah
Kalibaru Banyuwangi yang telah bersedia menerima dan memberikan izin
8. viii
kepada peneliti untuk melakukan penelitian di lembaga KB Baitul Falah
Kalibaru Banyuwangi.
7. Guru KB Baitul Falah Kalibaru Banyuwangi yang telah membantu peneliti
dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan yang telah bersedia memberikan
banyak ilmu kepada penulis.
9. Teman-teman Seperjuangan Pendidikan Islam Anak Usia Dini angkatan 2018
di UIN KHAS Jember.
Semoga Allah SWT memberikan balasan kepada mereka atas segala amal baik
yang telah Bapak/Ibu berikan kepada penulis. Hanya Ucapan terima kasih dan
do’a tulus yang dapat penulis berikan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat
khususnya bagi penulis dan pembaca Amiin Yaa Robbal a’lamiin. Amiin.
Jember, 29 September 2022
Penulis
9. ix
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING......................................... ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ............................................................. iii
MOTTO ..................................................................................................... iv
PERSEMBAHAN...................................................................................... v
ABSTRAK ................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR............................................................................... vii
DAFTAR ISI.............................................................................................. ix
DAFTAR TABEL...................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
A. Konteks Penelitian................................................................. 1
B. Fokus Penelitian..................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian................................................................. 7
E. Definisi Istilah ....................................................................... 7
F. Sistematika Pembahasan........................................................ 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA.................................................................. 10
A. Penelitian Terdahulu.............................................................. 10
B. Kajian Teori........................................................................... 16
BAB III METODE PENELITIAN ......................................................... 32
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ............................................ 32
B. Lokasi Penelitian.................................................................... 32
C. Subyek Penelitian .................................................................. 32
D. Teknik Pengumpulan Data..................................................... 33
10. x
E. Analisis Data.......................................................................... 39
F. Keabsahan Data ..................................................................... 41
G. Tahap-tahap Penelitian .......................................................... 42
BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS .................................... 45
A. Gambaran Obyek Penelitian .................................................. 45
B. Penyajian Data dan Analisis .................................................. 50
C. Pembahasan Temuan ............................................................. 66
BAB V PENUTUP.................................................................................. 72
A. Simpulan................................................................................ 72
B. Saran ...................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 75
LAMPIRAN-LAMPIRAN ....................................................................... 78
11. xi
DAFTAR TABEL
No. Uraian Hal
2.1 Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu dengan Peneliti..... 13
2.2 Tingkat Pencapaian Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia Dini
Sesuai dengan Tingkat Usianya ...................................................... 23
4.1 Data Peserta Didik KB Baitul Falah Kalibaru .................................. 49
4.2 Kegiatan Sekolah KB Baitul Falah Kalibaru .................................... 49
4.3 Temuan Penelitian............................................................................. 65
12. xii
DAFTAR GAMBAR
No. Uraian Hal
4.1 Dokumentasi Salah Satu Contoh Perangkat Pembelajaran............... 51
4.2 Dokumentasi Kegiatan Apel Pagi ..................................................... 54
4.3 Dokumentasi Anak Bermain di Halaman Sekolah KB Baitul Falah 58
4.4 Dokumentasi kegiatan Penutup......................................................... 59
4.5 Dokumentasi Hasil Belajar Anak...................................................... 62
13. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian
Anak usia dini merupakan anak yang baru dilahirkan sampai dengan
usia 6 tahun. Usia ini sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan
kepribadian anak. 2
Masa ini merupakan masa keemasan atau sering disebut
dengan istilah the golden age, yaitu masa dimana anak mengalamai
pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat dan menentukan masa
depannya. Anak dapat dengan mudah menerima rangsangan dari
lingkungannya.3
Secara pribadi setiap anak akan mengembangkan pola reaksi
masing-masing terhadap rangsangan atau kejadian yang dialaminya, dan
setiap anak akan berkembang sesuai dengan tempo dan kecepatan masing-
masing.4
Pada masa ini merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan
bagi anak.
Pertumbuhan diartikan sebagai perubahan dalam hal pertambahan
ukuran dan struktur, berhubungan dengan masalah perubahan dan bisa diukur
seperti panjang, pendek, tinggi, rendah, besar dan kecil.5
Sedangkan
perkembangan menurut Hurlock diartikan sebagai dampak terjadinya proses
kematangan seseorang dan juga pengalamannya yang akan terjadi suatu
2
Eliyyil Akbar, Metode Belajar Anak Usia Dini Edisi Pertama, (Jakarta: Kencana, 2020), 2.
3
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Mengenal Dukungan Psikologis
Awal Bagi Orang Tua Anak Usia Dini, (Jakarta: Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini, 2020), 24.
4
Agus F. Tangyon, dkk, Pengembangan Anak Usia Dini, (Jakarta: PT Gramedia, 2009), 2.
5
Khadijah dan Nurul Amelia, Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini: Teori dan Praktik,
(Jakarta: Kencana, 2020), 2.
14. 2
rangkaian perubahan progresif. Van Den Daele sebagaimana dikutip Hurlock
mengemukakan bahwa perkembangan berarti perubahan secara kualitatif dan
lazimnya tidak bisa diukur oleh alat pengukur.6
Di dalam Al-Qur’an Surat Al-Mu’minun ayat 12-14 dijelaskan:
Artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu
saripati (berasal) dari tanah. Kemudian kami jadikan saripati itu air
mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (Rahim). Kemudian
air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu
Kami jadikan segumpal daging, lalu segumpal daging itu Kami jadikan
tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging.
Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka
Maha Sucilah Allah, pencipta yang paling baik. (Q.S. Al-Mu’minun
Ayat 12-14).7
Dari ayat diatas bahwasanya manusia itu mengalami perkembangan
yang bermula dari suatu saripati yang berasal dari tanah, kemudian menjadi air
mani yang disimpan di dalam rahim, kemudian menjadi segumpal darah, lalu
menjadi segumpal daging, dijadikan tulang belulang yang dibungkus dengan
daging sehingga menjadilah bentuk manusia. Semenjak didalam kandungan,
manusia sudah mengalami perkembangan hingga lahir dan tumbuh menjadi
dewasa yang membutuhkan stimulasi sejak dini.
6
Khadijah dan Nurul, Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini: Teori dan Praktik, 2.
7
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, 348.
15. 3
Menurut Permendikbud No. 137 tahun 2014 pasal 1 ayat 2 tentang
Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini, secara keseluruhan aspek
pertumbuhan dan perkembangan memiliki kriteria-kriteria kemampuan yang
dapat dicapai anak yang meliputi berbagai aspek. Aspek-aspek perkembangan
tersebut yaitu aspek nilai agama dan moral, aspek fisik motorik, aspek
kognitif, aspek sosial emosional, aspek bahasa, dan aspek seni.8
Dari berbagai
aspek tersebut secara bertahap akan mengalami perkembangan sesuai dengan
tingkatan usianya, salah satunya yaitu aspek perkembangan motorik.
Istilah motorik merujuk pada faktor biologis yang mempengaruhi
gerak. Istilah gerak merujuk pada perubahan yang terjadi pada bagian tubuh
yang dapat diamati. Dengan demikian motorik merupakan kemampuan yang
bersifat lahiriah yang dimiliki seseorang untuk mengubah beragam posisi
tubuh.9
Perkembangan motorik menurut Rini Hildayani adalah perubahan
secara progresif pada kemampuan untuk melakukan gerakan yang diperoleh
melalui interaksi antara faktor kematangan dan pengalaman selama kehidupan.
Yang merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan
yang terkoordinasi antara susunan saraf, otot, dan otak. Perkembangan
motorik ini meliputi motorik halus dan motorik kasar10
.
Motorik halus adalah kemampuan yang fokus pada kemampuan
koordinasi tangan dan mata seperti menulis dan menggambar. Sedangkan
8
Kemendikbud. Permendikbud Nomor 137 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan
Anak Usia Dini, (Jakarta: Kemendikbud).
9
Masganti Sit, Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini, (Jakarta: Kencana, 2017), 113.
10
Dadan Suryana, Pendidikan Anak Usia Dini Stimulasi dan Aspek Perkembangan Anak (Edisi
Pertama). (Jakarta:Prenada Media, 2017), 153.
16. 4
motorik kasar meliputi memindahkan otot-otot besar dalam tubuh, khususnya
lengan dan kaki secara sadar dan berhati-hati.
Sujiono berpendapat bahwa gerakan motorik kasar adalah kemampuan
yang membutuhkan koordinasi sebagian besar bagian tubuh anak. Oleh karena
itu, biasanya memerlukan tenaga karena dilakukan oleh otot-otot yang lebih
besar. Pengembangan motorik kasar juga memerlukan koordinasi kelompok
otot-otot tertentu yang dapat membuat mereka meloncat, berlari, serta berdiri
dengan satu kaki. Pengembangan motorik kasar ini dapat dilakukan dengan
berbagai macam cara salah satunya yaitu dengan permainan tradisional .
Permainan tradisional adalah proses melakukan kegiatan yang
menyenangkan hati anak dengan mempergunakan alat sederhana sesuai
dengan keadaan dan merupakan hasil penggalian budaya setempat menurut
gagasan dan ajaran turun menurun dari nenek moyang. Pengertian lain
permainan tradisional adalah permainan tradisi rakyat suatu daerah dengan
kegiatannya melibatkan alat main, percakapan, gerakan, dan lagu sesuai
dengan tradisi daerah tersebut.11
Salah satu permainan tradisional yang dapat mengembangkan
kemampuan motorik kasar ialah permainan tradisional perepet jengkol. Nama
permainan ini memiliki kemiripian dengan permainan kancing gumi di Bali
dan permainan dhingklik oglak aglik di Jawa Tengah.12
Permainan ini
dimainkan oleh tiga anak yang biasanya diiringi dengan lagu dari permainan
11
Kementrian Pendidikan Nasional, Pokok Bahasan Permainan Tradisional Pada Lembaga
Kelompok Bermain, (Jakarta: 2010), 3.
12
Ni Putu Eni Astuti. Permainan Tradisional Kancing Gumi Dalam Tinjauan Pendidikan
Karakter (Studi Kualitatif Pada Siswa Sdn 1 Buahan, Tabanan Bali), Sekolah Tinggi Keguruan
Ilmu Pendidikan Suar Bangli Bali, 2020), 64.
17. 5
tersebut. Permainan ini kerap dimainkan dalam kehidupan sehari-hari dan
sangat diminati anak-anak.
Kelompok Bermain Baitul Falah Kalibaru Banyuwangi tepatnya di
desa Kongsen Kalibarumanis, anak-anak masih memainkan permainan
tradisional perepet jengkol. Permainan yang dimainkan dengan berdiri
menggunakan satu kaki. Permainan ini dapat digunakan untuk melatih motorik
kasar anak. Dalam Permendikbud 137 Tahun 2014 tentang Standart Tingkat
Pencapaian Perkembangan Anak, perkembangan motorik kasar anak usia 3-4
tahun anak sudah mampu berdiri dengan satu kaki.13
Dari observasi yang
sudah dilakukan oleh peneliti bahwasanya kegiatan yang ditujukan untuk
mengembangkan motorik kasar anak masih kurang dan jarang sekali
dilakukan dalam artian jarang sekali dilakukan ketika proses pembelajaran.14
Oleh karena itu, lembaga Kelompok Bermain Baitul Falah Kalibaru
Banyuwangi dipilih sebagai tempat untuk dilakukan penelitian ini.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian
tentang pengembangan motorik kasar yang berjudul “Pembelajaran Permainan
Tradisional Perepet Jengkol Dalam Mengembangkan Motorik Kasar Anak
Usia Dini Pada Kelompok Bermain Baitul Falah Kalibaru Banyuwangi Tahun
Ajaran 2021/2022”.
13
Kemendikbud. Permendikbud Nomor 137 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan
Anak Usia Dini, (Jakarta: Kemendikbud).
14
Observasi di KB Baitul Falah Kalibaru, 12 Agustus 2021.
18. 6
B. Fokus Penelitian
Dari uraian latar belakang diatas, fokus penelitian dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana perencanaan pembelajaran permainan tradisional perepet
jengkol dalam mengembangkan motorik kasar anak usia dini pada
Kelompok Bermain Baitul Falah Kalibaru Banyuwangi?
2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran permainan tradisional perepet
jengkol dalam mengembangkan motorik kasar anak usia dini pada
Kelompok Bermain Baitul Falah Kalibaru Banyuwangi?
3. Bagaimana evaluasi pembelajaran permainan tradisional perepet jengkol
dalam mengembangkan motorik kasar anak usia dini pada Kelompok
Bermain Baitul Falah Kalibaru Banyuwangi?
C. Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan perencanaan pembelajaran permainan tradisional
perepet jengkol dalam mengembangkan motorik kasar anak usia dini pada
Kelompok Bermain Baitul Falah Kalibaru Banyuwangi.
2. Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran permainan tradisional perepet
jengkol dalam mengembangkan motorik kasar anak usia dini pada
Kelompok Bermain Baitul Falah Kalibaru Banyuwangi.
3. Mendeskripsikan evaluasi pembelajaran permainan tradisional perepet
jengkol dalam mengembangkan motorik kasar anak usia dini pada
Kelompok Bermain Baitul Falah Kalibaru Banyuwangi.
19. 7
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan informasi
tentang pembelajaran permainan tradisional prepet jengkol dalam
mengembangkan motorik kasar anak.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai pengembangan
pengetahuan dan dapat menambah wawasan serta memperoleh
pengalaman tentang penelitian dalam pembelajaran permainan
tradisional prepet jengkol dalam mengembangkan motorik kasar anak.
b. Bagi UIN KHAS JEMBER
Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan informasi
dan sebagai bahan refrensi bagi mahasiswa yang berkaitan dengan
penelitian ini.
c. Bagi Lembaga Kelompok Bermain BAITUL FALAH
Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan guru
dalam pembelajaran yang berkaitan dengan penelitian ini.
E. Definisi Istilah
Peneliti memaparkan beberapa definisi istilah yang menjelaskan
tentang maksud dari judul peneliti sebagai berikut:
20. 8
1. Permainan Tradisional Perepet Jengkol
Permainan tradisional perepet jengkol merupakan permainan yang
berasal dari sunda. Permainan ini dimainkan oleh anak-anak ketika malam
hari dengan bulan yang bersinar terang benderang. Anak-anak akan keluar
dari rumahnya dan bermain permainan perepet jengkol sembari
menyanyikan lagu.
Permainan ini menuntut keseimbangan dan kerjasama, dalam
menyanyikan lagu dengan posisi satu kaki saling terkait satu sama lain lalu
berputar. Jumlah pemain dalam permainan ini sebanyak 3 orang. Untuk
bermain permainan tradisional ini, diperlukan tempat yang luas agar anak
lebih leluasa ketika bermain.
2. Pengembangan Motorik Kasar Anak Usia Dini
Motorik kasar merupakan kemampuan anak dalam menggunakan otot-
otot besar seperti berjalan, berlari, melompat, mendorong dan sebagainya
yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Kemampuan yang
kegiatannya membutuhkkan tenaga lebih besar.
Pengembangan motorik kasar tergantung pada anak itu snediri.
Seberapa banyak pengalaman belajar yang telah dimiliki anak yang
nantinya akan berpengaruh pada kemampuan selanjutnya. Gerakan
motorik kasar anak ini tergantung pada kematangan anak dalam
berkoordinasi dengan tubuhnya sehingga perlu dilakukan latihan. Latihan
yang dapat melatih motorik kasar anak salah satunya melatih anak berdiri
dengan satu kaki.
21. 9
F. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan berisi tentang deskripsi alur pembahasan
skripsi yang dimaksud dari bab pendahuluan hingga bab penutup.
Bab I, merupakan bagian pendahuluan dalam penelitian yang berisi
tentang konteks penelitian, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, definisi istilah, dan sistematika pembahasan.
Bab II, berisi tentang kajian kepustakaan yang terdiri dari kajian
terdahulu dan kajian teori
Bab III, berisi tentang metode penelitian yang terdiri dari pendekatan
dan jenis penelitian, lokasi penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data,
analisis data, keabsahan data dan tahap-tahap penelitian.
Bab VI, berisi tentang gambaran obyek penelitian, penyajian dan
analisis data, serta pembahasan temuan.
Bab V, penutup yang berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian
dan saran-saran.
22. 10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Pada bagian ini peneliti mencantumkan beberapa hasil penelitian
terdahulu yang terkait dengan penelitian yang hendak dilakukan baik itu
berupa skripsi, tesis, jurnal dan lainnya yang kemudian dibuat ringkasannya.
Adapun beberapa hasil ringkasan dari penelitian terdahulu sebagai berikut:
1. Ni Putu Eni Astuti, 2020 dengan judul penelitian “Permainan Tradisional
Kancing Gumi dalam Tinjauan Pendidikan Karakter (Studi Kualitatif)
pada Siswa SDN 1 Buahan, Tabanan Bali”. Penelitian ini menggunakan
metode penelitian deskriptif kualitatif. Pada penelitian ini mengandalkan
manusia sebagai instrumen penelitian dan pendekatan ilmiah.
Adapun hasil penelitian ini yakni permainan tradisional Kancing
Gumi dalam tinjauan pendidikan karakter pada siswa kelas 4, 5, dan 6
permaianan tradisional ini mengasah 3 komponen karakter yaitu sikap
moral, pengetahuan moral, dan perilaku moral. Juga mengandung
komponen sikap moral empati, nurani, cinta kebaikan, harga diri, dan
rendah hati.15
2. Ida Windi Wahyuni, 2020 dengan judul “Pengembangan Motorik Kasar
Anak Melalui Permainan Tradisional Tarik Upih Berbasis Kearifan
Lokal”. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan
15
Ni Putu Eni Astuti. “Permainan Tradisional Kancing Gumi dalam Tinjauan Pendidikan
Karakter (Studi Kualitatif) pada Siswa SDN 1 Buahan, Tabanan Bali”. (Skripsi, Sekolah Tinggi
Keguruan Ilmu Pendidikan Suar Bangli Bali, 2020), 41.
23. 11
subjek penelitian sebanyak 15 siswa PAUD Harapan Bunda Kelurahan
Sungai Pagar. Alat pengumpulan data yang peneliti gunakan yaitu
observasi, wawancara dan dokumentasi.
Adapun hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa 1) siswa
mencapai hasil Berkembang sangat baik (BSB) dalam melakukan gerakan
terkoordinasi untuk kelenturan, keseimbangan sebanyak 73%,
2)Melakukan koordinasi gerakan mata-kaki-tangan-kepala sebanyak
86,7% 3) Melakukan permainan fisik dengan aturan sebanyak 80%.16
3. Fitriah Hayati, 2019 dengan judul “Peningkatan Kemampuan Motorik
Kasar Melalui Permainan Tradisional Bakiak di Kelompok B TK
Raudhatul Ilmi Tijue Kecamatan Pidie Kabupaten Pidie”. Penelitian ini
menggunakan peneletian tindakan kelas, intrumen yang digunakan berupa
lembar observasi, jumlah sampel 18 anak dan data dianalisis dengan
menggunakan rumus presentase.
Adapun hasil dari penelitian ini, menunjukan bahwa:
a. Gambaran observasi aktifitas anak siklus I : jumlah pemerolehan
kategori belum berkembang 7 anak, kategori mulai berkembang 6
anak, kategori berkembang sesuai harapan 2 anak, kategori
berkekmbang sangat baik 2 anak
16
Ida Windi Wahyuni,” Pengembangan Motorik Kasar Melalui Permainan Tradisional Tarik Upi
Berbasis Kearifan Lokal Pada PAUD Harapan Bunda Kelurahan Sungai Pagar Kampai Kiri Hilir
Kabupaten Kampar”, (Skripsi, Universitas Islam Riau, 2020), 35.
24. 12
b. Pada Siklus II untuk kategori belum berkembang 2 anak, kategori
berkembang sesuai harapan 7 anak, dan kategori berkembang sangat
baik adalah 8 anak.17
4. Sri Mahesa Putri, 2019 dengan judul “Pengembangan Motorik Kasar Anak
Melalui Permainan Tradisional Engklek Di Raudhatul Athfal Ummi Desa
Tebat Gunung Kecamatan Semidang Alas Maras Kabupaten Seluma”.
Penelitian ini menggunakan penelitian lapangan dengan teknik
pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi.
Adapun hasil penelitian ini adalah dengan bermain engklek pada
proses pembelajaran sehingga anak merasa senang. . Guru melibatkan
aktivitas otot tangan dan kaki yang mana gerakan ini menghandalkan
kematangan dalam koordinasi, dapat membantu anak meneruskan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan teknologi dengan menerapkan
permianan engklek dan nantinya juga akan lebih mengenal permainan
tradisional. Proses pembelajaran dengan menggunakan permainan
tradisional engklek, belajar melalui bermain. Hasil 11 dari 15 siswa yang
dijadikan subyek penelitian motorik kasarnya sudah berkembang dengan
baik.18
5. Rike Sulistiawati, 2017 dengan judul “Mengembangkan Kemampuan
Motorik Kasar Anak Melalui Gerak Lokomotor Di Taman Kanak-Kanak
17
Fitriah Hayati, “Peningkatan Kemampuan Motorik Kasar Melalui Permainan Bakiak Di
Kelompok B Di TK Raudhatul Ilmi Tijue Kecamatan Pidie Kabupaten Pidie”, (Skripsi, STKIP
Bina Bangsa Getsempena, Riau,2019), 30.
18
Sri Mahesa Putri, “Pengembangan Motorik Kasar Anak Melalui Permainan Tradisional
Engklek Di Raudhatul Athfal Ummi Desa Tebat Gunung Kecamatan Semidang Alas Maras
Kabupaten Seluma”, (Skripsi, IAIN Bengkulu, 2019), 7.
25. 13
Widya Bhakti Tanjung Bandar Lampung”. Penelitian ini menggunakan
pendekatan deskriptif kualitatif (studi kasus) yang melibatkan tiga orang
guru. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumen
analisis. Data di analisis secara kualitatif, dengan menggunakan cara
reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Adapun hasil penelitian ini menunjukkan:1) menyediakan alat dan
bahan yang menarik perhatian anak guna mengembangkan kemampuan
motorik kasar melalui gerak lokomotor, 2) memberikan arahan dan contoh
pada anak dalam mengembangkan kemampuan motorik kasar melalui
gerak lokomotor, 3) mengamati anak saat proses kegiatan
mengembangkan kemampuan motorik kasar melalui gerak lokomotor.19
Berdasarkan beberapa deskripsi penelitian terdahulu diatas dan
untuk memperjelas arah penelitian ini, peneliti mengklaridikasi kembali
dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 2.1
Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu dengan Peneliti
No Nama Peneliti,
Tahun, dan Judul
Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
1 2 3 4 5
1. Fitriah Hayati,
2019, Peningkatan
Kemampuan
Motorik Kasar
Melalui Permainan
Bakiak di
Kelompok B TK
Raudhatul Ilmi
a. gambaran observasi
aktifitas anak siklus I
jumlah pemerolehan
skor dengan kategori
belum berkembang 7
anak, kategori mulai
berkembang 6 anak,
kategori berkembang
a. Sama-sama
meneliti motorik
kasar melalui
permainan
tradisional.
b. Subjek
peneilitian
sama-sama anak
a. Penelitian
terdahulu
menggunakan
permainan
tradisional bakiak,
penelitian ini
menggunakan
permainan
19
Rike Sulistiawati, “Mengembangkan Kemampuan Motorik kasar Anak Melalui Gerak
Lokomotor Di Taman Kanak-Kanak Widya Bhakti Tanjung Bandar Lampung”, (Skripsi, UIN
Raden Intan Lampung, 2017), 4.
26. 14
Tijue Kecamatan
Pidie Kabupaten
Pidie
sesuai harapan 2
anak, kategori
berkekmbang sangat
baik 2 anak.
b. Siklus II untuk
kategori belum
berkembang 2 anak,
kategori berkembang
sesuai harapan 7
anak, dan kategori
berkembang sangat
baik adalah 8 anak.
kelompok B. tradisional perepet
jengkol.
b. Obyek penelitian
terdahulu di TK,
penelitian ini di
KB.
c. Metode penelitian
d. Tempat penelitian
2 Ni Putu Eni Astuti,
2020 Permainan
Tradisional
Kancing Gumi
dalam Tinjauan
Pendidikan
Karakter (Studi
Kualitatif) pada
Siswa SDN 1
Buahan, Tabanan
Bali
Hasil dari penelitian:
a. Pada siswa kelas 4,5,
dan 6 permaianan
tradisional ini dapat
mengasah 3
komponen karakter
yaitu sikap moral,
pengetahuan moral,
dan perilaku moral.
b. Dari ketiganya,
permainan ini
mengandung
beberapa komponen
sikap moral yakni,
empati, nurani, cinta
kebaikan, harga diri,
dan rendah hati.
a. Sama-sama
menggunakan
metode
penelitian
kualitatif.
b. Sama-sama
meneliti
permainan
tradisional
kancing gumi
(perepet jengkol)
akan tetapi pada
penamaan
permainan
tersebut setiap
daerah berbeda-
beda.
a. Pada penelitian
terdahulu objek
penelitian di SD
sedangkan pada
penelitian ini
objek
penelitiannya di
KB.
b. Peneliti terdahulu
meneliti
pendidikan
karakter anak,
sedangkan
penelitian ini
meneliti motoric
kasar anak usia
dini.
3. Ida Windi
Wahyuni, 2020
Pengembangan
Motorik Kasar
Anak Melalui
Permainan
Tradisional Tarik
Upih Berbasis
Kearifan Lokal
Siswa sudah mencapai
hasil Berkembang
sangat baik (BSB)
dalam melakukan
gerakan terkoordinasi
untuk kelenturan,
keseimbangan sebanyak
73%, melakukan
koordinasi gerakan
mata-kaki-tangan-kepala
sebanyak 86,7% dan
melakukan permainan
fisik dengan aturan
sebanyak 80%.
a. Sama-sama
menggunakan
metode
penelitian
kualitatif.
b. Sama-sama
meneliti tentang
perkembangan
motorik kasar
melalui
permainan
tradisional.
a. Pada penelitian
terdahulu
menggunakan
permainan
tradisional tarik
upih sedangkan
pada penelitian ini
menggunakan
permainan
tradisional perepet
jengkol.
b. Obyek penelitian
4. Rike Sulistiawati,
2017
Mengembangkan
Upaya guru dalam
mengembangan
kemampuan motorik
a. Sama-sama
menggunakan
pendekatan
a. Penelitian
terdahulu obyek
penelitiannya
27. 15
Kemampuan
Motorik kasar
Anak Melalui
Gerak Lokomotor
Di Taman Kanak-
Kanak Widya
Bhakti Tanjung
Bandar Lampung.
kasar melalui gerak
lokomotor adalah
sebagai berikut:
a. Menyediakan alat
atau bahan yang
menarik perhatian
anak dalam
mengembangkan
kemampuan motoric
kasar melalui gerak
lokomotor
b. Memberikan arahan
dan contoh pada
anak dalam
mengembangkan
kemmapuan motorik
kasar melalui gerak
lokomotor,
c. Mengamati anak saat
proses kegiatan
mengembangkan
kemampuan motorik
kasar melalui gerak
lokomotor
deskriptif
kualitatif studi
kasus.
b. Sama-sama
meneliti tentang
motorik kasar
anak.
melalui gerak
lokomotor
sedangkan
penelitian ini
melalui permainan
tradisional perepet
jengkol.
b. Penelitian
terdahulu
dilaksanakan di
TK sedangkan
penelitian ini di
KB.
5. Sri Mahesa Putri,
2019,
Pengembangan
Motorik Kasar
Anak Melalui
Permainan
Tradisional
Engklek Di
Raudhatul Athfal
Ummi Desa Tebat
Gunung
Kecamatan
Semidang Alas
Maras Kabupaten
Seluma.
Guru melibatkan
aktivitas otot tangan,
dan kaki yang mana
gerakan ini
menghandalkan
kematangan dalam
koordinasi, dapat
membantu anak
meneruskan dan
mengembangkan ilmu
pengetahuan teknologi
dengan menerapkan
permianan engklek dan
nantinya juga akan lebih
mengenal permainan
tradisional. Proses
pembelajaran dengan
menggunakan
permainan tradisional
engklek, belajar melalui
bermain. Hasil 11 dari
15 siswa yang dijadikan
a. Sama-sama
meneliti tentang
perkembangan
motorik kasar
anak melalui
permainan
tradisional.
b. sama-sama
menggunakan
teknik
wawancara,
observasi dan
dokumentasi.
a. Penelitian
terdahulu
menggunakan
permainan
tradisional
engklek, penelitian
ini menggunakan
permainan
tradisional perepet
jengkol.
b. Obyek penelitian
terdahulu di RA
sedangkan
penelitian ini di
KB
c. Penelitian
terdahulu
menggunakan
metode penelitian
lapangan
sedangkan
penelitian ini
28. 16
subyek penelitian
motoric kasarnya sudah
berkembang dengan
baik.
menggunakan
metode kualitatif.
B. Kajian Teori
1. Permainan Tradisional Perepet Jengkol
a. Pengertian Permainan Tradisional
Permainan tradisional sebagai salah satu unsur kebudayaan yang
banyak tersebar di Nusantara, akan tetapi kian kemari hampir
mengalami kepunahan. Terutama bagi mereka yang tinggal di
perkotaan, bahkan ada yang sudah tidak mengenali permainan
tradisional dan lebih mengenal permainan-permainan modern.
Santrock berpendapat bahwasanya permainan adalah suatu
kegiatan yang menyenangkan yang dilaksanakan untuk kepentingan
kegiatan itu sendiri dan permainan ini merupakan suatu aktivitas
bermain yang didalamnya telah memiliki aturan yang jelas dan
biasanya disepakati bersama.20
Permainan suatu cara yang mengatur
anak-anak melakukan suatu aktivitas yang disebut dengan bermain.21
Permainan tradisional merupakan suatu aktivitas permainan yang
tumbuh dan berkembang di daerah tertentu, dengan nilai-nilai budaya
dan tata nilai kehidupan masyarakat yang diajarkan secara turun
temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dari permainan ini
20
Euis Kurniati. Permainan Tradisional dan Perannya dalam Mengembangkan Keterampilan
Sosial Anak. (Jakarta: Prenadamedia Group, 2019), 1.
21
Heru Kurniawan, Marwany, dan Titi Anisatul Laely, Bermain dan Permainan Untuk Anak Usia
Dini, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2020), 57.
29. 17
anak-anak akan mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya,
memperoleh pengalaman yang berguna dan bermakna, mampu
membina hubungan dengan sesama teman, meningkatkan
perbendaharaan kata serta mampu menyalurkan perasaan-perasaan
yang tertekan dengan tetap melestarikan dan mencintai budaya bangsa.
Hal ini menunjukkan bahwa setiap permainan tradisional yang berasal
dari suatu daerah tertentu dapat juga dilakukan oleh anak-anak di
daerah lainnya. Pada umumnya tiap-tiap daerah memiliki cara yang
khas dalam melakukan permainan tradisional. 22
Definisi lain menunjukkan bahwa permainan tradisional terbentuk
dari aktivitas yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya
dan secara berkesinambungan yang mengandung nilai baik, positif,
bernilai, dan diinginkan.23
Dalam hal ini permainan tradisional
merupakan proses pembelajaran yang sesuai dengan acuan.
Permainan tradisional pada dasarnya dapat digolongkan menjadi
dua yaitu permainan untuk bermain dan permainan untuk bertanding.
Permainan untuk bermain lebih bersifat untuk mengisi waktu
senggang, sedangkan permainan untuk bertanding kurang memiliki
sifat tersebut. Permainan ini ciri-cirinya yaitu terorganisasi, bersifat
kompetitif, dimainkan paling sedikit oleh dua orang, mempunyai
22
Euis, Permainan Tradisional dan Perannya dalam Mengembangkan Keterampilan Sosial Anak,
2.
23
Iswinarti, Permainan Tradisional Prosedur dan Analisis Manfaat Psikologis, (Malang: UMM
Press, 2017), 6.
30. 18
kriteria yang menentukan siapa yang menang dan siapa yang kalah
serta mempunyai peraturan yang diterima bersama oleh pesertanya.24
b. Permainan Tradisional Perepet Jengkol
Permainan tradisional perepet jengkol merupakan permaian yang
berasal dari sunda. Apabila diilihat dari namanya, kebanyakan orang
akan berpendapat bahwa permainan ini melibatkan jengkol,
sebenarnya sama sekali tidak ada kaitannya dengan jengkol. Permainan
ini berkembang dengan popular dikalangan suku sunda pada zaman
dulu.
Dahulu, orang-orang suku sunda biasanya bermain permainan
tradisional perepet jengkol ini malam hari, ketika bulan terang
benderang. Saat terang bulan, anak-anak akan keluar rumah untuk
bermain dihalaman.25
Permainan tradisional perepet jengkol
merupakan permainan yang menuntut keseimbangan dan kerjasama
dalam menyanyikan lagu dengan posisi kaki saling terkait antara satu
dan lainnya biasanya jumlah pemain dalam permainan ini adalah 3
orang.
Permainan tradisional ini cara bermainnya sama dengan permainan
perepet jengkol yang dimainkan oleh tiga orang dan dilakukan dengan
bernyanyi. Hanya saja lagu yang dinyanyikan berbeda, sesuai dengan
24
Euis, Permainan Tradisional dan Perannya dalam Mengembangkan Keterampilan Sosial Anak,
2-3.
25
Euis, Permainan Tradisional dan Perannya dalam Mengembangkan Keterampilan Sosial Anak,
4.
31. 19
bahasa atau nama permainan yang terkenal di Banyuwangi yaitu sreng-
sreng goreng.
c. Cara Bermain Permainan Tradisional Perepet Jengkol
Cara bermain permainan tradisional perepet jengkol ini sama
dengan permainan tradisional sreng-sreng goreng. Berikut ini cara
bermainnya:
1) Anak-anak menentukan formasi membentuk melingkar dan posisi
badan saling membelakangi.
2) Tangan semua pemain saling berpegangan, kemudian salah satu
disimpan dipegangan tangan, kemudian disusul oleh pemain
lainnya sampai semua kaki saling terkait satu sama lain.
3) Setelah semua anak siap dan kaki sudah terkait, mereka mulai
menyanyikan lagu dan para pemain bernyanyi sambil tepuk tangan
dan berloncat-loncat menggunakan satu kaki. Lagu yang
dinyanyikan oleh anak-anak suku sunda ketika bermain ialah
Perepet jengkol jajahean…
Kadempet kohkol jejeretan…
4) Lagu ini terus dinyanyikan sampai ikatan kaki semua pemain lepas
atau mereka semua terjatuh. Pada saat ikatan kaki terlepas, maka
permainan pun selesai.26
Tidak ada pihak yang dinyatakan menang atau kalah dalam
permainan ini, karena permainan ini hanya dimainkan untuk
26
Euis, Permainan, 99.
32. 20
bersenang-senang. Meski begitu, permainan perepet jengkol ini dapat
melatih motorik kasar anak dan mengajarkan kerjasama dengan
lainnya.
2. Pengembangan Motorik Kasar Anak Usia Dini
a. Pengertian Pengembangan Motorik Kasar
Motorik kasar adalah penggunaan otot-otot besar, sebagian atau
seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu
sendiri. Santrock menjelaskan bahwasanya motorik kasar merupakan
keterampilan yang meliputi aktivitas otot besar, berkaitan dengan
gerakan fisik yang membutuhkan keseimbangan dan koordinasi antara
anggota tubuh dengan menggunakan otot-otot besar.27
Keterampilan
motorik kasar anak membutuhkan gerakan seluruh anggota gerak, agar
anak dapat mencapai apa yang diinginkan dan hal ini dapat dicapai
melalui sebuah permainan.28
Perkembangan motorik kasar anak mulanya tergantung pada proses
kematangan yang kematangannya tergantung dari belajar dan
pengetahuan serta pengalaman. Pengalaman masa anak-anak akan
sangat bermanfaat untuk masa dewasa, diantaranya kemampuan dalam
memecahkan masalah, baik dalam bentuk keseharian maupun dalam
bentuk latihan dan peningkatan keterampilan anak dalam melakukan
aktivitas fisik.
27
Ahmad Rudiyanto. Perkembangan Motorik Kasar dan Motorik Halus Anak Usia Dini.
(Lampung: Darussalam Press Lampung, 2016,. 11.
28
Dewi Retno Suminar, Psikologi Bermain: Bermain & Permainan Bagi Perkembangan Anak,
(Surabaya: Airlangga University Press, 2019) 47.
33. 21
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan
bahwasanya perkembangan motorik kasar pada dasarnya merupakan
gerakan fisik yang membutuhkan keseimbangan dan koordinasi
anggota tubuh yang menggunakan otot-otot besar seluruh nggota
tubuh, yang dikendalikan oleh otak.29
b. Karakteristik Perkembangan Motorik Kasar
Di dalam buku “Perkembangan Motorik Kasar dan Motorik Halus
Anak Usia Dini” karya Rusdiyanto dijelaskan beberapa karakteristik
perkembangan motorik kasar antara lain:
1) Gerak motorik kasar melibatkan seluruh bagian tubuh anak
terutama otot-otot besar, seperti melompat, mendorong, berputar
dan sebagainya.
2) Pertumbuhan relatif stabil, anggota badan anak akan terus tumbuh
dengan cepat dalam proporsi yang seimbang, dan keseimbangan
perkembangan akan menjadi lebih baik.
3) Gerakan motorik kasar membutuhkan tenaga yang banyak karena
seluruh anggota tubuh ikut bergerak.30
Perkembangan motorik kasar anak penting untuk diperhatikan,
sebab proses pertumbuhan dan perkembangan anak mempengaruhi
kehidupan yang akan datang.
29
Rudiyanto, Perkembangan Motorik Kasar dan Motorik Halus Anak Usia Dini. 11-12.
30
Rudiyanto, Perkembangan Motorik Kasar dan Motorik Halus Anak Usia Dini. 16.
34. 22
c. Tahap Perkembangan Motorik Kasar
Perkembangan anak secara umum ada tiga tahap perkembangan
keterampilan motorik anak usia dini yaitu :
1) Tahap Kognitif. Pada tahap ini anak belajar memahami
keterampilan motorik serta apa saja yang dibutuhkan ketika
melakukan suatu gerakan tertentu. Pada tahap ini dengan kesadaran
mentalnya anak belajar mengembangkan strategi tertentu untuk
mengingat gerakan serupa yang pernah dilakukan pada masa yang
lalu.
2) Tahap Asosiatif. Pada tahap asosiatif ini anak banyak belajar
dengan cara coba-coba kemudian memperbaiki dengan mengaca
pada masa lalu agar tidak melakukan kesalahan kembali di masa
mendatang. Tahap ini adalah perubahan strategi dari tahapan
sebelumnya yaitu dari apa yang harus dilakukan menjadi
bagaimana melakukannya.
3) Tahap Autonomous. Pada tahap autonomous gerakan yang
ditampilkan anak merupakan respon yang lebih efisien dengan
sedikit kesalahan dan anak sudah menampilkan gerakan secara
otomatis. Dalam mengembangkan kemampuan motorik anak, guru
perlu mengetahui tahapan perkembangan anak terutama yang
terkait dengan motoriknya. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi
kesalahan dalam memberikan stimulasi kepada anak. 31
31
Rudiyanto, Perkembangan Motorik Kasar dan Motorik Halus Anak Usia Dini. 51-52
35. 23
Berikut standar isi tentang tingkat pencapaian perkembangan
motorik kasar anak usia dini sesuai dengan tingkat usianya:
Tabel 2.2
Tingkat Pencapaian Perkembangan Motorik Kasar Anak
Usia Dini Sesuai Dengan Tingkat Usianya
Usia Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak
3 Bulan Berusaha mengangkat kepala saat
ditelungkupkan
Menoleh ke kanan dank e kiri
Berguling ke kanan dank e kiri
3–6
Bulan
Tengkurap dengan dada diangkat dan kedua
tangan menopang
Duduk dengan bantuan
Mengangkat kedua kaki saat terlentang
Kepala tegak ketika duduk dengan bantuan
6–9
Bulan
Tengkurap bolak balik tanpa bantuan
Mengambil benda yang terjangkau
Memukul-mukulkan, melempar atau
menjatuhkan benda yang dipegang
Merangkak ke segala arah
Duduk tanpa bantuan
Berdiri berpegangan
9–12
Bulan
Berjalan dengan berpegangan
Bertepuk tangan
12-18
Bulan
Berjalan beberapa langkah tanpa bantuan
Naik turun tangga atau tempat yang lebih
tinggi dengan merangkak
Dapat bangkit dari posisi duduk
Melakukan gerak menendang bola
Berguling ke segala arah
Berjalan beberapa langkah tanpa bantuan
18-24
Bulan
Berjalan sendiri tanpa jatuh
Melompat ditempat
Naik turun tangga atau tempat yang lebih
tinggi dengan bantuan
Berjalan mundur beberapa langkah
Menarik dan mendorong benda yang ringan
Melempar bola ke depan tanpa kehilangan
keseimbangan
Menendang bola ke arah depan
Berdiri dengan satu kaki selama satu atau
36. 24
dua detik
Berjongkok
2-3
Tahun
Berjalan sambil berjinjit
Melempar dan menangkap bola
Menari mengikuti irama
Naik turun tangga atau tempat yang lebih
tinggi atau rendah dengan berpegangan
3-4
Tahun
Berlari sambil membawa sesuatu yang
ringan
Naik turun tangga atau tempat yang lebih
tinggi dengan kaki bergantian
Meniti diatas papan yang cukup lebar
Melompat turun dari ketinggian kurang
lebih 20 cm (dibawah lutut anak)
Meniru gerakan senam sederhana seperti
menirukan gerakan pohon, kelinci melompat
Berdiri dengan satu kaki
4-5
Tahun
Menirukan gerakan binatang, pohon tertiup
angina, pesawat terbang dan sebagainya
Melakukan gerakan menggantung
(bergelayut)
Melakukan gerakan melompat, meloncat
dan berlari secara terkoordinasi
Melempar sesuatu secara terarah
Menangkap sesuatu secara tepat
Menendang sesuatu secara terarah
Memanfaatkan alat permanan diluar kelas
5-6
Tahun
Melakukan gerakan tubuh secara
terkoordinasi untuk melatih kelenturan,
keseimbangan dan kelincahan
Melakukan koordinasi gerakan mata, kaki,
tangan, kepala dalam menirukan tarian atau
senam
Melakikan permainan fisik dengan aturan
Terampil menggunakan tangan kanan dan
kiri
Melakukan kegiatan kebersihan diri
Tabel 2.2 diatas diambil dari Permendikbud 137 Tahun 2014
tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini.32
32
Permendikbud 137, Standar Pendidikan Anak Usia Dini, 2014.
37. 25
d. Penerapan Permaianan Tradisional Perepet Jengkol dalam
Mengembangkan Motorik Kasar Anak Usia Dini Pada Kelompok
Bermain Baitul Falah Kalibaru Banyuwangi
Untuk penerapan permaianan tradisional perepet jengkol pada
Kelompok Bermain Baitul Falah menggunakan permainan tradisional
perepet jengkol atau yang biasa dikenal dengan sebutan permainan
tradisional sreng-sreng goreng di KB Baitul Falah. Yang mana
pemainnya terdiri dari 3 orang perkelompok, yang dimainkan dengan
cara saling menautkan satu kaki sama lain dengan posisi saling
membelakangi, setelah itu anak akan meloncat sambil berputar sembari
bernyanyi lagu prepet jengkol.
Berikut ini proses penerapan kegiatan permainan tradisional perepet
jengkol di KB Baitul Falah Kalibaru :
1) Perencanaan kegiatan permainan tradisional perepet jengkol
W. H. Newman berpendapat perencanaan suatu pengambilan
keputusan pendahuluan mengenai apa yang harus dikerjakan dan
merupakan langkah-langkah sebelum kegiatan dilaksanakan.
Perencanaan merupakan serangkaian yang menetapkan kegiatan
seperti apa yang akan dilakukan, menggunakan metode apa, dan
waktu untuk mencapai dengan maksimal.33
Banghart mengatakan bahwa perencanaan pembelajaran
merupakan proses penyusunan materi pembelajaran, penggunaan
33
Nining Sri Wahyuni, “Pengembangan Motorik Halus Melalui Kegiatan Menempel Daun Kering
Pada Kelompok B Di TK Terpadu Baiturrohim Kemuningsari Kidul Jenggawah Jember”, (Skripsi,
UIN KHAS JEEMBER 2019), 24.
38. 26
media pembelajaran, penggunaan metode pembelajaran dalam
alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada waktu yang telah
ditentukan.34
SP. Siagan juga berpendapat bahwa perencanaan itu
didartikan sebagai proses pemikiran dan penentuan secara matang
dari hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan datang dalam
rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan.35
Dr. Lukmanul Hakim berpendapat bahwa perencanaan
merupakan sesuatu yang diinginkan yang nantinya hendak dicapai
dengan berbagai upaya. Keberhasilan tercapai atau tidaknya
tergantung pada usaha atau upaya yang dilakukan. Apabila
perencanaan sudah dilakukan dengan baik, maka sudah mencapai
setengah keberhasilan, setengahnya lagi terletak pada
pelaksanaannya.36
Perencanaan pembelajaran merupakan tahapan paling awal
sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran. Dimana
perencanaan pembelajaran ini nantinya dapat digunakan sebagai
acuan dalam pelaksanaan pembelajaran.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwasanya
perencanaan pembelajaran permainan tradisional perepet jengkol
dalam mengembangkan motorik kasar anak merupakan
serangkaian pedoman kegiatan dalam menentukan tujuan
34
Baghart, Pengertian Perncanaan san Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Universitas Muslim
Indonesia, 2022), 55.
35
Anik Lestariningrum, Perencanaan Pembelajaran Anak Usia Dini, (Nganjuk: CV Adjie Media
Nusantara), 13-14.
36
Drs. Lukmanul Hakim, Perencanaan Pembelajaran. (Bandung: CV Wacana Prima, 2019), 1.
39. 27
pembelajaran, mengatur materi pembelajaran, metode
pembelajaran, media pembelajaran, pengelolaan kelas, serta sarana
guna menunjang pembelajaran.
Perencanaan pengembangan motorik kasar melalui permainan
tradisional perepet jengkol di KB Baitul Falah yaitu pendidik
menyusun perangkat pembelajaran seperti program tahunan,
program semester, dan program mingguan yang telah dibuat
sebelum tahun ajaran baru, untuk satu tahun berikutnya. Untuk
rpph dibuat dari program mingguan yang berisi kegiatan
pebelajaran permainan tradisional perepet jengkol. Hal ini sesuai
dengan Permendikbud 137 tahun 2014 tentang standar proses pasal
12 ayat 2 dijelaskan bahwa perencanaan pembelajaran meliputi
program semester (prosem), rencana pelaksanaan pembelajaran
mingguan (RPPM) atau Program Mingguan (Proming), dan
rencana pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH). Permendikbud
137 tahun 2014 tentang standar proses pasal 12 ayat 3 dijelaskan
bahwa perencanaan pembelajaran disusun oleh pendidik pada
satuan atau program PAUD.37
2) Pelaksanaan penerapan kegiatan permainan tradisional
perepet jengkol
Pelaksanaan pembelajaran merupakan lanjutan dari
perencanaan pembelajaran. Setelah merancang perencanaan
37
Permendikbud 137 Tahun 2014.
40. 28
pembelajaran, tahap selanjutnya ialah pelaksanaan. Dimana
mengacu dan berpedoman pada perencanaan pembelajaran.
Pembelajaran dilakukan dengan cara pembiasaan dan bermain.
Belajar melalui bermain atau bermain sambil belajar. Hal ini sesuai
dengan Permendikbud 137 tahun 2014 tentang Standar Isi pasal 9
ayat 3 dijelaskan pelaksanaan tema subtema dilakukan dalam
kegiatan pengembangan melalui pembiasaan dan bermain,38
dan
Permendikbud 146 tahun 2014 pasal 8 ayat 3 yaitu
pengorganisasian secara psiko-pedagogis dalam ayat 2 diwujudkan
dalam bentuk belajar melalui bermain.39
Dalam Permendikbud 137 tahun 2014 tentang Standar Nasional
Pendidikan Anak usia Dini Pasal 13 ayat 1 menjelaskan
bahwasanya pelaksanaan pembelajaran mencangkup kegiatan
pembukaan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.40
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan
penerapan permainan tradisional perpet jengkol sebagai berikut:
a) Kegiatan Pembukaan
Kegiatan pembukaan biasanya diisi dengan pembacaan
do’a, menyapa anak-anak atau absensi dengan menyanyikan
lagu, menyampaikan topik pembelajaran yang akan
disampaikan sesuai tema dengan menggunakan permainan
tradisional perepet jengkol.
38
Permendikbud 137 Tahun 2014.
39
Permendikbud 146 Tahun 2014.
40
Permendikbud 137 Tahun 2014.
41. 29
b) Kegiatan Inti
Kegiatan inti berisi penyampaian materi atau bahan ajar
kepada anak. Disini guru bisa menuangkan materi
menggunakan metode dan media yang sudah dipilih dalam
perencanaan pembelajaran. Dalam pelaksanaan penerapan
kegiatan permainan tradisional perepet jengkol anak melakukan
kegiatan ini di luar ruangan atau di halaman sekolah agar anak
lebih leluasa. Anak membentuk kelompok masing-masing 3
anak. Disini guru berperan sebagai pemimpin dalam permainan
ini. Guru menjelaskan tata cara bermainnya kemudian anak-
anak akan mencoba untuk bermain. Tidak ada yang menang
atau kalah dalam permainan tradisional perepet jengkol ini.
c) Kegiatan Penutup
Kegiatan penutup berisi recalling atau mengulang
pembelajaran, menanyakan bagaimana perasaan anak ketika
pelaksaan pembelajaran, menyampaikan kegiatan yang akan di
laksanakan hari esok, membaca do’a setelah belajar.
3) Evaluasi penerapan kegiatan permainan tradisional perepet
jengkol
Evaluasi secara bahasa berarti penilaian. Secara istilah
sebagaimana diungkapkan oleh Edwind Want dan Gerald W.
Brown, evaluasi merupakan suatu tindakan atau proses dalam
42. 30
menentukan nilai.41
Evaluasi harus dilakukan secara berulang agar
dapat menggambarkan kemampuan peserta didik. Evaluasi
dilakukan di setiap kegiatan secara sistematis.
Menurut teori Suchman dan Lessinger. Suchman berpendapat
bahwa evaluasi itu suatu proses menentukan hasil akhir yang
dicapai beberapa kegiatan yang direncanakan untuk mendukung
pencapaian tujuan. Lessinger juga berpendapat bahwasanya
evaluasi itu proses penilaian dengan membandingkan antara tujuan
yang diharapkan dengan hasil yang dicapai.42
George S. Marison mengatakan bahwa evaluasi pembelajaran
merupakan suatu proses pengumpulan, menganalisa, dan
mengintreprestasi informasi secara sistematik untuk menetapkan
sejauh mana ketercapaian tujuan pembelajaran.43
Untuk mendapatkan hasil pembelajaran pengembangan
motorik kasar anak usia dini melalui permainan tradisional perepet
jengkol, pendidik KB Baitul Falah menggunakan teknik penilaian
Obsevasi dan ceklis tingkat capaian perkembangan anak.
Untuk obsevasi ini kita melihat langsung kemampuan ank dari
kegiatan yang dilakukan. Dari haisl observasi peneliti bahwasanya
ketika anak kelompok B sedang bermain masih banyak terjatuh
41
Mursid, Pengembanga Pembelajaran PAUD. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015), 114-
115.
42
Amirono dan Daryanto, Evaluasi dan Penilaian Pembelajaran Kurikulum 2013, (Yogyakarta:
Penerbit Gava Media, 2016), 2-3.
43
George, S. Morrison, Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), (Jakarta: PT Indeks,
2012), 158.
43. 31
ketika bermain, dalam artian anak masih belum bisa menjaga
keseimbangannya. Menyusun penilaian menggunakan ceklis
berupa capaian perkembangan yang meliputi BB (belum
berkembang), MB (mulai berkembang), BSH (berkembang sesuai
harapan), dan BSB (berkembang sangat baik). Setiap guru
mencatat perkembangan anak sesuai dengan format penilaian yang
digunakan. Guru melaporkan hasil evaluasi dan mengelola guna
pembelajaran selanjutnya, serta mengevaluasi secara keseluruhan.
Dapat disimpulakan bahwa evaluasi dalam pengembangan
motorik kasar anak melalui permainan tradisional perepet jengkol
yakni dengan mempraktikkan dan berlatih dengan hasil permainan
ini dapat mengembangkan motorik kasar anak
44. 32
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif kualitatif. Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu studi kasus. Studi kasus merupakan suatu rangkaian kegiatan ilmiah
yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam tentang suatu program,
peristiwa, dan aktivitas, baik pada tingkat perorangan, sekelompok orang,
lembaga atau organisasi untuk memperoleh mendalam tentang suatu peristiwa
tersebut.
Pendekatan kualitatif deskriptif dan jenis penelitian studi kasus ini
dimaksudkan untuk mempermudah peneliti dalam proses pengumpulan data
dan analisis data yang dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengembangan
motorik kasar anak melalui permainan tradisional perepet jengkol di KB
Baitul Falah Kalibaru Banyuwangi.
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian menunjukkan tempat penelitian tersebut dilakukan.
Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok Bermain Baitul Falah, tepatnya di
Dusun Krajan RT 003 RW 006 Kongsen Kalibarumanis, Kecamatan Kalibaru
Kabupaten Banyuwangi.
C. Subyek Penelitian
Subjek penelitian, yaitu orang yang memberi respon atas suatu perlakuan
yang diberikan kepadanya. Pada penelitian kualitatif, istilah responden atau
45. 33
subjek penelitian disebut dengan istilah informan, yaitu orang yang
memberikan informasi data yang diinginkan peneliti berkaitan dengan
penelitian yang sedang dilaksanakan, subjek penelitian juga dimaknai sebagai
orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan
kondisi penelitian.44
Adapun subjek penelitian ini yaitu :
1. Rusideh Tri Fathurrohma, S.Pd. selaku Kepala Sekolah KB Baitul Falah
Kalibaru Banyuwangi.
2. Siti Maryam selaku bendahara sekaligus guru kelas mawar KB Baitul
Falah Kalibaru Banyuwangi.
3. Peserta didik kelas mawar
Ananda Femi, ananda Andin, ananda Ibnu, ananda Firly, ananda Fasta,
ananda Rizky, ananda Daffa, ananda Aurel, ananda Keysa, dan ananda
Naura.
Adapun objek penelitian dalam penelitian ini adalah pembelajaran
permainan tradisional perepet jengkol dalam mengembangan motorik kasar
anak pada Kelompok Bermain Baitul Falah Kalibaru Banyuwangi.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari peneitian adalah mendapatkan data.45
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian yaitu
observasi, wawancara dan dokumentasi.
44
Rahmadi. Pengantar Metodologi Penelitian, (Banjarmasin : Antasari Press, 2011), 61.
45
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung : Alfabeta. 2017), 104.
46. 34
1. Teknik Observasi
Observasi adalah kegiatan dimana peneliti terjun langsung ke lapangan
untuk meneliti atau mengamati sesuatu. Pengamatan dapat dilakukan
secara langsung. Pengamatan secara langsung berarti peneliti langsung
melakukan pengamatan terhadap objek penelitiannya di tempat dan waktu
terjadinya peristiwa.46
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik observasi
partisipatif pasif, yaitu peneliti datang ke tempat kegiatan yang sedang
diamati akan tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut. Pada
observasi partisipatif pasif ini data yang diperoleh akan lebih lengkap.47
Peneliti menyediakan buku catatan, alat penyimpan gambar (seperti
kamera handphone) dan alat perekam audio. Buku catatan digunakan
untuk mencatat hal-hal penting yang ditemui selama proses pengamatan,
data-data dari pengamatan tersebut berupa catatan lapangan. Alat
penyimpan gambar (kamera) digunakan untuk mengabadikan beberapa
peristiwa yang terjadi dengan fokus penelitian. Sedangkan perekam
digunakan untuk merekam hal-hal penting agar nantinya dapat diputar
ulang guna memperkuat data.
Adapun data yang diperoleh dari teknik ini, yaitu:
a. Gambaran secara umum kondisi KB Baitul Falah
46
Rahmadi, Pengantar Metodologi Penelitian, 61.
47
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, 106.
47. 35
b. Perencanaan pembelajaran permainan tradisional perepet jengkol
dalam mengembangkan motorik kasar anak usia dini pada Kelompok
Bermain Baitul Falah Kalibaru Banyuwangi.
c. Pelaksanaan pembelajaran permainan tradisional perepet jengkol
dalam mengembangkan motorik kasar anak usia dini pada Kelompok
Bermain Baitul Falah Kalibaru Banyuwangi.
d. Evaluasi pembelajaran permainan tradisional perepet jengkol dalam
mengembangkan motorik kasar anak usia dini pada Kelompok
Bermain Baitul Falah Kalibaru Banyuwangi.
2. Teknik Wawancara
Wawancara terdiri dari dua orang untuk bertukar informasi melalui
tanya jawab, dapat dituangkan dalam suatu topik. Pertemuan dua orang
tersebut yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan
terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.48
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila
peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti, tetapi apabila peneliti ingin mengetahui
hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Teknik pengumpulan data ini
mendasarkan pada laporan tentang diri sendiri, atau setidak-tidaknya pada
pengetahuan dan keyakinan pribadi.49
Dalam teknik wawancara ini peneliti menggunakan jenis wawancara
tidak berstruktur (Unstructured Interview), maksudnya adalah wawancara
48
Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2016),
186.
49
Sugiyono. Metode Penelitian Kualitatif, 114.
48. 36
yang bebas , peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah
tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.
Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar
permasalahan yang akan ditanyakan.50
Hasil wawancara dalam penelitian
ini sebagaimana temaktub dalam ringkasan data, kemudian mengolahnya
dalam rangka memecahkan rumusan masalah yang diteliti.
Adapun data yang ingin diperoleh melalui wawancara:
a. Perencanaan pembelajaran permainan tradisional perepet jengkol
dalam mengembangkan motorik kasar anak usia dini pada Kelompok
Bermain Baitul Falah Kalibaru Banyuwangi.
1) Bagaimana perencanaan pembelajaran di Kelompok Bermain
Baitul Falah Kalibaru?
2) Bagaimana perencanaan pembelajaran permainan tradisional
perepet jengkol dalam mengembangkan motorik kasar anak usia
dini pada Kelompok Bermain Baitul Falah Kalibaru Banyuwangi?
b. Pelaksanaan pembelajaran permainan tradisional perepet jengkol
dalam mengembangkan motorik kasar anak usia dini pada Kelompok
Bermain Baitul Falah Kalibaru Banyuwangi.
1) Bagaimana pelaksanaan pembelajaran di KB Baitul Falah
Kalibaru?
2) Apakah dalam satu kegiatan pembelajaran dapat mencangkup
semua aspek perkembangan anak?
50
Sugiyono. Metode Penelitian Kualitatif, 116.
49. 37
3) Kegiatan apa saja yang menunjang kemampuan motorik kasar
anak?
4) Apa saja persiapan yang dilakukan sebelum melakukan permainan
tradisional perepet jengkol?
5) Bagaimana pelaksanaan pembelajaran permainan tradisional
perepet jengkol dalam mengembangkan motorik kasar anak usia
dini pada Kelompok Bermain Baitul Falah Kalibaru Banyuwangi?
c. Evaluasi pembelajaran permainan tradisional perepet jengkol dalam
mengembangkan motorik kasar anak usia dini pada Kelompok
Bermain Baitul Falah Kalibaru Banyuwangi.
1) Bagaimana cara menentukan hasil belajar anak dalam
megembangan motorik kasar anak melalui permainan tradisional
perepet jengkol pada Kelompok Bermain Baitul Falah kalibaru?
2) Apa saja yang perlu di evaluasi dalam mengembangan motorik
kasar anak melalui permainan tradisional perepet jengkol?
3) Bagaimana evaluasi pembelajaran permainan tradisional perepet
jengkol dalam mengembangkan motorik kasar anak usia dini pada
Kelompok Bermain Baitul Falah Kalibaru Banyuwangi?
3. Teknik Dokumentasi
Dokumentasi ialah Teknik pengumpulan data dengan cara memperoleh
informasi dari macam-macam sumber tertulis atau dokumen yang ada pada
50. 38
subjek/responden atau tempat, dimana subjek atau responden bertempat
tinggal atau melakukan kegiatan sehari-harinya.51
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berupa tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari
seseorang. Hasil penelitian observasi atau wawancara, akan lebih
kredibel/dapat dipercaya kalau didukung oleh sejarah pribadi kehidupan di
masa kecil, di sekolah atau di tempat kerja.52
Dokumentasi ini
dicantumkan guna memperoleh data sebagai berikut:
a. Data tertulis :
1) Profil lembaga KB Baitul Falah
2) Visi, misi, dan tujuan KB Baitul Falah
3) Data jumlah guru dan tenaga kependidikan serta jumlah peserta
didik
4) Struktur Organisasi KB Baitul Falah
b. Data yang berbentuk gambar :
1) Foto kegiatan pembelajaran pengembangan motorik kasar anak
melalui permainan tradisional perepet jengkol.
2) Denah KB Baitul Falah
3) Kondisi gedung KB Baitul Falah
4) Perencanaan pembelajaran permainan tradisional perepet jengkol
dalam mengembangkan motorik kasar anak usia dini pada
Kelompok Bermain Baitul Falah Kalibaru Banyuwangi.
51
Mandarwani, Praktis Penelitian Kualitatif Teori Dasar dan Analisis Data Dalam Perspektif
Kualitatif, (Yogyakarta: CV Budi Utama, 2020), 59.
52
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, 124.
51. 39
5) Pelaksanaan pembelajaran permainan tradisional perepet jengkol
dalam mengembangkan motorik kasar anak usia dini pada
Kelompok Bermain Baitul Falah Kalibaru Banyuwangi.
6) Evaluasi pembelajaran permainan tradisional perepet jengkol
dalam mengembangkan motorik kasar anak usia dini pada
Kelompok Bermain Baitul Falah Kalibaru Banyuwangi.
E. Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis.
Data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi,
dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke
dalam unit-unit, melakukan sintesa, dan menyusun pola. Memilih mana yang
penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah
difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.53
Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis
berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi suatu
hipotesis. Analisis dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan
setelah pengumpulan data selesai pada suatu periode tertentu.
Adapun teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis data
model Miles dan Huberman yaitu sebagai berikut :
1. Kondensasi Data
Kondensasi data merupakan proses memilih, memfokuskan,
menyederhanakan, membuat abstraksi data hasil dari catatan lapangan,
53
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, 132.
52. 40
interview, transkip, berbagai dokumen dan catatan lapangan. Degan
menggunakan data kondensasi data akan menjadi lebih kuat.54
2. Penyajian Data (Data Display)
Penyajian data adalah kegiatan seketika sekumpulan informasi
disusun, sehingga memberi kemungkinan akan adanya penarikan
kesimpulan. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dilakukan dalam
bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan
sejenisnya. Penyajian data pada penelitian ini menggunakan teks yang
bersifat naratif dengan tujuan memudahkan untuk memahami apa yang
terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah
difahami tersebut.55
3. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing)
Dalam tahapan ini yaitu tahapan terakhir dalam analisis data.
Penarikan kesimpulan dan verifikasi adalah hasil analisis yang dapat
digunakan untuk mengambil tindakan. Menurut Miles dan Huberman
kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan
berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat dan mendukung pada
tahap pengumpulan berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang
ditemukan pada tahap awal didukung oleh beberapa bukti-bukti yang valid
dan konsisten saat peneliti kembali kelapangan, maka kesimpulan yang
dikemukakan merupakan kesimpulan kredible.56
54
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta,2020), 330.
55
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta,2016),249.
56
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif, dan R&D, 252.
53. 41
F. Keabsahan Data
Keabsahan data atau validitas ialah data yang tidak berbeda antara yang
diperoleh peneliti dan yang terjadi sesungguhnya pada objek penelitian.
Sehingga keabsahan data yang telah disajikan dapat dipertanggungjawabkan.
Untuk mengukur kredibilatas data maka peneliti menggunakan Teknik
triangulasi.
Triangulasi merupakan pengecekan data dari berbagai sumber (triangulasi
sumber) dan berbagai cara (triangulasi Teknik). Triangulasi sumber ialah
menguji data yang dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh
melalui berbagai sumber. Peneliti melakukan triangulasi sumber dengan cara
observasi pada suatu kelompok dan warga sekolah seperti kepala sekolah dan
guru.
Sedangkan yang dimaksud dengan triangulasi teknik yaitu menguji
kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber
yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data diperoleh dengan
wawancara, lalu dicek dengan observasi, dokumentasi atau kuisioner.
Bila dengan teknik tersebut pengujian data menghasilkan data yang
berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber
data yang bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan data mana yang
dianggap benar. Atau mungkin semuanya benar, karena sudut pandang yang
berbeda-beda.57
57
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif, dan R&D, 274.
54. 42
G. Tahap-tahap Penelitian
Bagian ini menguraikan rencana pelaksanaan penelitian yang akan
dilakukan oleh peneliti, mulai dari penelitian pendahuluan, pengembangan
desain, penelitian sebenarnya, dan sampai pada penulisan laporan.58
1. Tahap pra lapangan
Tahap pra lapangan merupakan tahapan yang dilakukan oleh peneliti
yaitu, menyusun rancangan penelitian, menyusun matrix, menyusun
proposal penelitian, mengurus surat izin, dan menyiapkan perlengkapan
untuk melakukan penelitian.
Dalam tahap ini peneliti melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Menyusun rancangan penelitian
Pada tahap ini, peneliti membuat rancangan penelitian terlebih
dahulu, dimulai dari pengajuan judul, penyusunan matrik, penelitian
yang dikonsultasikan kepada dosen pembimbing dan dilanjutkan
penyusunan proposal penelitian sehingga sampai pada seminar
proposal penelitian.
b. Memilih lapangan penelitian
Sebelum melakukan penelitian, seorang peneliti harus terlebih
dahulu memilih lapangan penelitian. Lapangan penelitian yang dipilih
oleh peneliti adalah KB Baitul Falah Kalibaru Banyuwangi.
58
Tim, Pedoman, 48.
55. 43
c. Mengurus perizinan
Sebelum mengadakan penelitian, peneliti terlebih dahulu harus
mengurus dan meminta surat izin penelitian dari lembaga kampus.
Setelah meminta surat izin penelitian, peneliti menyerahkan kepada
pihak KB Baitul Falah Kalibaru Banyuwangi.
d. Memilih dan memanfaatkan informan
Pada tahap ini, peneliti mulai memilih informan untuk
mendapatkan informasi yang dipilih, yaitu kepala sekolah, wali kelas,
dan peserta didik.
e. Menyiapkan perlengkapan penelitian
Peneliti menyiapkan perlengkapan penelitian sebelum terjun ke
lapangan yakni mulai dari alat tulis seperti bolpoin, buku catatan, alat
perekam, handphone sebagai alat untuk mengambil gambar dan lain
sebagainya.
2. Tahap penelitian lapangan
Pada tahap ini peneliti mulai mempersiapkan diri untuk menggali
dan mengumpulkan data dari berbagai sumber dibuat suatu analisis data
mengenai pembelajaran permainan tradisional perepet jengkol dalam
mengembangkan motorik kasar anak usia dini pada Kelompok Bermain
Baitul Falah Kalibaru Banyuwangi.
3. Tahap analisis data
Tahap ini tahap akhir dalam melakukan penelitian. Tahap ini
dilakukan setelah data terkumpul untuk mendapatkan kesimpulan dari
56. 44
fokus penelitian. Pada tahap ini dilakukan sesuai dengan analisis data
yang telah direncanakan sebelumnya.
4. Tahap pelaporan
Dalam tahap ini membuat laporan tertulis dan hasil penelitian yang
telah dilakukan, yaitu laporan mengenai penelitian terhadap pembelajaran
permainan tradisional perepet jengkol dalam mengembangkan motorik
kasar anak usia dini pada Kelompok Bermain Baitul Falah Kalibaru
Banyuwangi beserta hasil analisis penelitiannya dan laporan ini akan
ditulis dalam bentuk skripsi.
57. 45
BAB IV
PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA
A. Gambaran Obyek Penelitian
1. Sejarah singkat berdirinya KB Baitul Falah Kalibaru
Pada mulanya tahun 2008 lembaga paud di desa Kongsen
Kalibarumanis diselerengarakan oleh Ibu Siti Maryam, di salah satu rumah
warga. Terbentuk dengan sekedarnya, tanpa adanya yayasanan dan nama.
Karena minimnya yang mengajar dan terbatasnya sarana prasarana, maka
lembaga paud di desa Kongsen Kalibarumanis ini vakum, dalam artian
terhenti beberapa bulan.
Setelah itu pada tahun 2009, Ibu Siti Maryam mengajak salah satu
masyarakat desa Kongsen Kalibarumanis yakni Ibu Rusideh Tri
Fathurrohma untuk bergabung di paud. Hal ini atas dasar hasil
musyawarah dengan Bapak H. Imam Nawawi selaku RW. Yang kemudian
lembaga paud ditempatkan di Musholla Baitul Falah dan bergabung
dengan status cabang PAUD Kuncup Bunga Kalibarumanis dibawah
yayasan PKK Desa Kalibarumanis.
Pada tahun 2011 Ibu Rumiyati Istiyaningsih bergabung dengan
lembaga cabang PAUD Kuncup Bunga dan menjabat sebagai guru. Total
pendidik yang menjabat sebagai guru di lembaga cabang PAUD Kuncup
Bungan berjumlah 3 orang, yakni Ibu Siti Maryam, Ibu Rusideh, dan Ibu
Rumiyati. Pada saat itu PAUD Kuncup Bunga dipimpin oleh Ibu Juariah
yang menjabat kepala sekolah dari sekolah pusat PAUD Kuncup Bunga.
58. 46
Seiring berjalannya waktu, pada tahun 2012 karena peserta didik di
paud Kongsen Kalibarumanis ini semakin banyak, dan dengan saran
bimbingan serta suport kepala sekolah pusat PAUD Kuncup Bunga, maka
lembaga resmi berdiri sendiri dengan nama KB Baitul Falah (Kelompok
Bermain Baitul Falah), yang artinya rumah keberuntungan. Diambil dari
nama Musholla tempat paud Kongsen Kalibarumanis dilaksanakan.59
Akhirnya pada tahun 2014 lembaga KB Baitul Falah memiliki
gedung sekolah sendiri yang pada saat itu hanya satu ruang kelas saja
dengan luas 6x6 meter, yang berasal dari tanah kas desa. Kemudian Ibu
Rusideh Tri Fathurrohma menjabat menjadi kepala sekolah dikarenakan
hanya beliau yang tingkat pendidikannya lebih tinggi yakni SMA
sederajat, sedangkan ibu Siti Maryam dan Rumiyati Istiyaningsih status
pendidikannya hanya SMP sederajat. Kemudian karena diwajibkannya
untuk kepala sekolah berpendidikan S1, maka Ibu Rusideh Tri
Fathurrohma akhirnya menempuh pendidikan S1 di IKIP PGRI Jember
yang lulus pada tahun 2018. Sedangkan Ibu Siti Maryam dan Rumiyati
Istiyaningsih menempuh pendidikan paket C dan tidak lanjut tingkat
pendidikan S1. Oleh karena itu Ibu Rusideh Tri Fathurrohma menjabat
sebagai kepala sekolah hingga saat ini.
59
Rusideh Tri Fathurrohma, diwawancarai oleh Penulis, Banyuwangi, 20 Januari 2022.
59. 47
2. Letak Geografis KB Baitul Falah Kalibaru
Lembaga KB Baitul Falah Kalibaru terletak di Kongsen Dusun
Krajan RT. 003 RW. 006 Desa Kalibarumanis Kecamatan Kalibaru
Kabupaten Banyuwangi dengan batasan sebagaihberikut:
a. Utara berbatasan dengan persawahan Desa Kongsen
b. Timur berbatasan dengan DesahTerongan Kalibaru Kulon
c. Selatan berbatasan dengan DesahKebonrejo Kalibaru Kulon
d. Barat berbatasan dengan DesahSumberwuni Kalibarumanis
3. Profil KB Baitul Falah Kalibaru
a. Identitas Sekolah
Nama sekolah yang digunakan sebagai tempat penelitian adalah
lembaga Kelompok Bermain Baitul Falah yang tepatanya berada di
Dusun Krajan desa Kalibarumanis Kecamatan Kalibaru Kabupaten
Banyuwangi. Npsn 69818366 status swasta. Penyelenggara yayasan
perkumpulan pendidikan dan sosial harapan bangsa dengan nomor
Surat Izin Operasional 503/187/429.111/2020, tertanggal 15 agustus
2020. Pengesahan kemenkumham nomor AHU-0036040. AH. 01.07.
TAHUN 2016, tertanggal 23 Maret 2016.
b. Data Pengelola
Nama pengelola sekolah yang bertugas sebagai kepala sekolah
yakni Rusideh Tri Fathurrohma, S.Pd. alamat lengkap Dusun Krajan
RT. 002 RW. 006 Kalibarumanis Kecamatan Kalibaru Kabupaten
Banyuwangi. Nama yayasan perkumpulan pendidikan dan sosial
60. 48
harapan bangsa, alamat lengkap Jalan Isak Sujono Kalibarumanis.
Nama ketua yayasan Sumiati dengan alamat Jalan Isak Sujono
Kalibarumanis.
4. Visi, misi dan tujuan KB Baitul Falah Kalibaru
Visi lembaga KB Baitul Falah Kalibaru ialah terwujudnya peserta
didik yang beriman, berakhlak mulia, sehat, cerdas, kreatif, dan mandiri.
Adapun misi lembaga Kelompok Bermain Baitul Falah adalah
menanamkan nilai-nilai moral agama, membiasakan anak untuk hidup
sesuai ajaran Islam, membiasakan anak hidup sehat, dan
mengembangankan bakat minat dan potensi peserta didik secara optimal.
Sedangkan tujuan lembaga KB Baitul Falah Kalibarumanis adalah
membantu anak didik mengembangkan potensi baik fisik maupun psikis
yang meliputi aspek-aspek yakni moral dan nilai agama, sosial emosional,
kognitif, bahasa, fisik motorik, kemandirian, dan memiliki kesiapan untuk
memasuki pendidikan selanjutnya.60
5. Struktur Organisasi
Penasehat : Drs. Susanto Wibowo, MM.
Pelindung : H. Andrian Bayu Donata, S.H.
Penanggung Jawab : Sumiati
Kepala Kelompok Bermain : Rusideh Tri Fathurrohma, S.Pd.
Sekretaris : Rumiyati Istiyaningsih
Bendahara : Siti Maryam
60
KB Baitul Falah Kalibaru Banyuwangi, “Visi, Misi, dan Tujuan KB Baitul Falah Kalibaru
Banyuwangi”, 22 Januari 2022.
61. 49
Guru Kelas Matahari : Rumiyati Istiyaningsih
Guru Kelas Mawar : Siti Maryam
6. Data Jumlah Peserta Didik
Data jumlah peserta didik lembaga KB Baitul Falah Kalibaru selama 3
tahun terakhir sebagai berikut:
Tabel 4.1
Data Peserta Didik KB Baitul Falah Kalibaru61
No Tahun Ajaran Jumlah Peserta Didik
Kelas Matahari Kelas Mawar
1 2019/2020 33 7
2 2020/2021 30 12
3 2021/2022 37 10
Hasil tabel diatas menunjukkan bahwa di tahun 2019/2020 ke
2021/2022 selalu mengalami kenaikan jumlah peserta didik.
7. Kegiatan sekolah
Tabel 4.2
Kegiatan Sekolah KB Baitul Falah62
No Nama Program Pelaksanaan
1 Apel Pagi Setiap Hari
2 Belajar melalui bermain Setiap Hari
3 Pembacaan Asmaul Husna Setiap Hari
4 Menabung Setiap Hari
5 Upacara Setiap Hari Senin
6 Kuku ku Bersih Setiap Hari Senin
7 Senam sehat Hari Rabu dan Kamis
8 Jumat Shodaqoh Setiap Hari Jum’at
9 Puncak Tema Setiap Akhir Tema
10 Makan Sehat Satu Bulan Sekali
11 Deteksi Dini Tumbuh Kembang Satu Bulan Sekali
12 Vitamin A dan Obat Cacing Setiap 6 Bulan Sekali
13 Periksa Gigi Satu tahun sekali
14 Parenting Kondisional
15 Kegiatan Akhir Tahun Akhir Tahun Pembelajaran
61
KB Baitul Falah, “Data Peserta Didik KB Baitul Falah”, 22 Januari 2022.
62
KB Baitul Falah, “Kegiatan Sekolah KB Baitul Falah”, 26 Januari 2022.
62. 50
Semua kegiatan yang dipaparkan diatas sudah terlaksana hingga
saat ini di lembaga KB Baitul Falah sudah berjalan efektif. Untuk
kegiatan puncak tema, kadang-kadang juga melibatkan wali murid
untuk bepartisipasi dengan anak-anaknya.
B. Penyajian Data dan Analisis
Pada bagian ini memuat uraian data dan semua temuan yang didapat
menggunakan metode yang telah disebutkan pada pembahasan sebelumnya
sebagai penunjang fokus penelitian guna memperoleh data yang diberkaitan
dan dibutuhkan. Dalam penyajian data dan analisis data akan melampirkan
dokumentasi sebagai bukti kebenaran data yang sudah diperoleh.63
Dari penelitian yang telah dilakukan, peneliti menyajikan data yang sudah
diperoleh dan mengacu pada fokus penelitian ini, menegnai pembelajaran
permainan tradisional perepet jengkol dalam mengembangkan motorik kasar
anak usia dini pada Kelompok Bermain Baitul Falah Kalibaru Banyuwangi
sebagai berikut:
1. Perencanaan pembelajaran permainan tradisional perepet jengkol
dalam mengembangkan motorik kasar anak usia dini pada Kelompok
Bermain Baitul Falah Kalibaru Tahun Pelajaran 2021/2022
Pendidikan Anak Usia Dini merupakan sarana untuk
mengembangkan aspek perkembangan dan kemampuan yang dimiliki oleh
anak yang dilakukan dengan bermain sambil berlajar atau belajar melalui
bermain. Karena bermain merupakan dunia anak terutama untuk anak usia
63
Tim Penyusun, Pedoman Karya Ilmiah, 96.
63. 51
dini. Ketika bermain sambil belajar atau belajar melalui bermain
dilakukan, diperlukan beberapa perencanaan yang harus di lakukan oleh
pendidik.
Gambar 4.1
Dokumentasi perangkat pembelajaran
Dari observasi yang telah dilakukan oleh peneliti dan dilihat dari
gambar 4.1, bahwasanya perencanaan pembelajaran yang dilakukan oleh
pendidik di lembaga KB Baitul Falah ialah mempersiapkan perangkat
pembelajaran seperti prota (program tahunan), prosem (program semester),
proming (program mingguan), dan rpph (rencana pelaksanaan
pembelajaran harian). Hal ini dikuatkan dengan hasil wawancara yag telah
dilakukan oleh peneliti kepada guru kelas Mawar Ibu Siti Maryam :
“Perencanaannya itu, kami menyusun prota, prosem, proming dan
rpph. Untuk rpph itu dibuat oleh masing-masing guru kelas yang
mengacu pada prosem dan proming. Jadi ketika akan mengajar guru
kelas itu sudah siap. Semua disusun sebelum tahun ajaran baru atau
bisa ketika liburan akhir semester.”64
Demikian juga dengan hasil wawancara kepada kepala sekolah KB
Baitul Falah yakni Ibu Rusideh :
“Untuk perencanaan pembelajaran, sebelumnya kita menyusun
perangkat pembelajaran terlebih dahulu sebelum tahun ajaran baru
seperti prota, prosem, proming, dan rpph. Untuk rpph dibuat oleh
64
Siti Maryam, diwawancarai oleh Penulis, Banyuwangi, 27 Januari 2022.
64. 52
guru kelas masing-masing. Yang di dalamnya sudah mencangkup
enam aspek perkembangan anak, salah satunya motorik yang terdiri
dari motorik halus dan motorik kasar yang harus dikembangkan.”65
Pengembangan motorik kasar pada anak usia dini merupakan salah
satu aspek perkembangan yang sangat penting untuk anak dan perlu
dikembangkan, karena motorik kasar ini merupakan keterampilan
koordinasi otot-otot besar yang perlu dilatih sejak dini yang akan menjadi
awal untuk pengembangan kemampuan lainnya seperti kemampuan
sensorik dan kemampuan berfikir. Untuk mengembangkan motorik kasar
ini dapat dilakukan dengan berbagai macam cara salah satunya yakni
bermain. Di lembaga KB Baitul Falah memanfaatkan permainan
tradisional perepet jengkol sebagai sarana untuk mengembangkan motorik
kasar anak.
Sebelum melakukan kegiatan tersebut diperlukan beberapa
perencanaan yang dilakukan oleh lembaga, yakni mempersiapkan
perangkat pembelajaran seperti prota, prosem, proming, dan rpph yang
sudah dibuat sebelumnya sebagai bahan acuan pembelajaran. Hal ini dapat
dikuatkan dengan hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti
kepada Kepala Sekolah KB Baitul Falah Ibu Rusiadeh Tri Fathurrohma,
S.Pd. :
“Untuk perencanaan pengembangan motorik kasar, pertama
mengacu pada perangkat pembelajaran dan untuk kegiatannya di
sesuaikan dengan tahapan usia anak. Jadi nantinya akan berbeda
kegiatan yang di lakukan oleh masing-masih rombel karena usia pun
berbeda.”66
65
Rusideh Tri Fathurrohma, diwawancarai oleh Penulis, Banyuwangi 27 Januari 2022.
66
Rusideh Tri Fathurrohma, diwawancarai oleh Penulis, Banyuwangi 31 Januari 2022.
65. 53
Dilanjutkan dengan hasil wawancara kepada guru kelas mawar Ibu
Siti Maryam sebagai berikut:
“Pastinya mengacu pada rpph yang sudah disusun. Untuk
kegiatannya mengikuti saja atau mengacu pada rpph yang sudah
dibuat, juga bisa di rancang sebelumnya kegiatan apa yang
menunjang. Disesuaikan juga dengan usia dan kemampuan anak.
Kebetulan disini ada salah satu permainan tradisional yang bisa
dijadikan sarana pengembangan motorik kasar anak yaitu permainan
tradisional perepet jengkol.”67
Dari pemaparan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwasanya
perencanaan pembelajaran permainan tradisional perepet jengkol dalam
mengembangkan motorik kasar anak usia dini pada Kelompok Bermain
Baitul Falah Kalibaru Banyuwangi ialah pendidik menyusun perangkat
pembelajaran berupa prota, prosem, proming, dan rpph sebagai bahan ajar
yang telah dibuat sebelum tahun ajaran baru.
2. Pelaksanaan pembelajaran permainan tradisional perepet jengkol
dalam mengembangkan motorik kasar anak usia dini pada Kelompok
Bermain Baitul Falah Kalibaru Banyuwangi Tahun Pelajaran
2021/2022.
Setelah dilakukannya perencanaan, yang selanjutnya dilakukan
adalah pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Pelaksanaan kegiatan
pembelajaran mengacu pada perangkat pembelajaran yang terah dibuat
sebelumnya, yang didalamnya terdapat enam aspek perkembangan yang
harus dikembangkan. Pada tahap ini terdiri dari kegiatan pembukaan
biasanya dilakukan apel pagi, kemudian kegiatan inti yang diisi dengan
67
Siti Maryam, diwawancarai oleh Penulis, Banyuwangi 31 Januari 2022.
66. 54
berbagai macam kegiatan yang mencangkup enam aspek perkembangan
anak, dan yang terakhir kegiatan penutup, diisi dengan recalling dan
membaca do’a sebelum pulang.
Pada kegiatan pembukaan, anak-anak akan melakukan apel pagi,
yang dilakukan ialah membaca do’a sebelum kegiatan di mulai dan
absensi dengan menyapa bunda-bunda dan teman-teman dengan
bernyanyi. Kegiatan ini dilaksanakan di halaman sekolah bila tidak hujan,
secara bersama-sama yang kemudian dilanjutkan kegiatan opening di kelas
masing-masing. Kegiatan ini bisa dilakukan di dalam maupun luar
ruangan.
Berikut gambar 4.2 kegiatan pembukaan yang di dapat oleh peneliti
ketika melakukan observasi:
Gambar 4.2
Dokumentasi kegiatan Apel Pagi
Kegiatan selanjutnya yaitu kegiatan inti. Biasanya anak-anak akan
mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dan kegiatan ini bisa
dilakukan di dalam atau luar ruangan dengan kondisi tidak hujan.
Pembelajaran dilakukan dengan metode atau teknik yang menyenangkan
bagi anak agar anak tidak merasa bosan. Untuk pembelajaran mengacu
67. 55
pada perangkat pembelajaran seperti prota, prosem, proming, dan rpph.
Hal ini sesuai dengan yang dipaparkan oleh Ibu Rusideh selaku kepala
sekolah:
“Untuk pelaksanaanya disini dibagi menjadi tiga yaitu pembukaan
atau apel pagi, kegiatan inti, dan penutup. Ketika melaksanakan
ketiga kegiatan tersebut tentunya dengan menggunakan teknik atau
metode yang bersifat menyenangkan, dengan kata lain bermain
sambil belajar atau belajar melalui bermain. Akan tetapi
menyesuaikan dengan perencanaan yang sudah dilakukan yakni
mengacu pada prota, prosem, proming, dan rpph. Prosem
didalamnya terdapat beberapa tema yang kemudian dibentuk sub-sub
tema untuk membuat proming dan rpph. Dan itu berjalan sampai saat
ini.”68
Setiap pembelajaran yang diberikan harus mencangkup enam aspek
perkembangan entah itu didapat ketika anak mengerjakan tugas atau ketika
bermain. Kegiatan inti di lembaga KB Baitul Falah ini lebih sering
melakukan kegiatan di dalam ruangan dan melakukan kegiatan
pembelajaran seperti meronce, mewarnai, bermain puzzle, menebali dan
sebagainya. Jika dilihat dari kegiatan-kegiatan tersebut aspek yang paling
sedikit muncul ialah motorik kasar anak. Karena kebanyakan anak hanya
menggunakan otot-otot halus saja.69
Untuk motorik kasar anak ini biasanya akan banyak didapat ketika
anak bermain di luar ruangan, seperti bermain tangga pelangi, bermain
jungkat-jungkit, bisa juga dengan bermain permainan tradisional seperti
engklek dan perepet jengkol. Diantara permainan tradisional tersebut,
yang paling diminati oleh anak-anak yaitu permainan tradisional perepet
68
Rusideh Tri Fathurrohma, diwawancarai oleh Penulis, Banyuwangi 2 Februari 2022.
69
Observasi di KB Baitul Falah Kalibaru, 3 Februari 2022.
68. 56
jengkol. Hal ini sesuai dengan pemaparan Ibu Rusideh selaku kepala
sekolah KB Baitul Falah:
“Banyak sekali. Biasanya kita setiap hari jum’at mengadakan
kegiatan senam. Itu sudah termasuk kan dalam pengembangan
motorik kasar anak. Kemudian ketika anak-anak bermain perosotan,
jungkat-jungkit, ayunan, lari-larian, bermain permainan tradisional
juga bisa seperti bermain engklek, sreng-sreng goreng, sapi-sapian,
hanya saja anak-anak lebih antusias ketika bermain permainan
tradisional sreng-sreng goreng (perepet jengkol).”70
Demikian juga yang di paparkan oleh guru kelas mawar Ibu Siti
Maryam:
“Banyak sekali. Bisa dilakukan dengan berbagai kegiatan atau
bermain. misalnya kegiatan mendorong meja, berjalan, berlari.
Untuk bermain bisa dengan bermain lari-larian, bermain ayunan,
bermain permainan tradisional yang kegiatannya memuat gerakan-
gerakan yang dapat menunjang motorik kasar anak seperti engklek
dan sreng-sreng goreng.”71
Dari hasil wawancara diatas dan hasil observasi yang telah dilakukan
oleh peneliti, bahwasanya anak-anak di lembaga KB Baitul Falah sangat
antusias sekali ketika bermain permainan tradisional perepet jengkol
(sreng-sreng goreng). Adapun persiapan yang dilakukan sebelum
melakasanakan kegiatan permainan tradisional perepet jengkol atau sreng-
sreng goreng, yaitu lokasi bermain anak yang luas agar anak lebih leluasa
ketika bermain. Biasanya permainan ini dilakukan di luar ruangan karena
membutuhkan lokasi yang luas seperti lapangan dan halaman sekolah.
Adapun persiapan yang dilakukan oleh lembaga KB Baitul Falah sebelum
melakukan permainan tradisional perepet jengkol yaitu memeriksa kondisi
70
Rusideh Tri Fathurrohma, diwawancarai oleh Penulis, Banyuwangi 3 Februari 2022.
71
Siti Maryam, diwawancarai oleh Penulis, Banyuwangi 3 Februari 2022.
69. 57
di luar ruangan. Karena kegiatan ini dilakukan di halaman sekolah KB
Baitul Falah. Apabila sedang hujan, maka tidak memungkinkan untuk
bermain permainan ini karena halaman sekolah akan basah terkena hujan
dan akan licin ketika digunakan untuk bermain dan tidak aman untuk
bermain anak. Jadi kondisi di luar ruangan harus berawan atau tidak hujan
dan halaman sekolah tidak basah. Kemudian apabila kondisi di luar
ruangan aman, maka selanjutnya guru dapat melaksanakan kegiatan
dengan membentuk kelompok yang terdiri dari tiga anak perkelompok
untuk bermain permainan tradisional perpeet jengkol.72
Dari hasil wawancara peneliti kepada kepala Sekolah KB Baitul
Falah Ibu Rusideh :
“Pertama itu lokasi. Karena permainan ini membutuhkan lokasi yang
luas agar anak lebih leluasa untuk bermain. biasanya kami
mengadakan di halaman sekolah. Oleh karena itu cuaca juga harus
mendukung karena kalau hujan atau keadaan halaman basah maka
akan berbahaya bagi anak. Karena permainan ini dilakukan dengan
melompat berputar dengan satu kaki. Jumlah pemain 3 anak
perkelompok.”73
Dari pemaparan diatas, agar dapat terpenuhinya secara maksimal
enam aspek perkembangan anak maka dapat dilakukan dengan kegiatan
yang menyenangkan bagi anak yakni bermain dengan memafaatkan
permainan tradisional perepet jengkol.
Adapun tata cara dalam permainan ini yaitu, guru membentuk
kelompok menjadi tiga anggota per kelompok, kemudian anak berdiri
dengan posisi saling membelakangi satu sama lain dan tiap anak
72
Observasi di KB Baitul Falah Kalibaru, 27 Januari 2022.
73
Rusideh Tri Fathurrohma, diwawancarai oleh Penulis, Banyuwangi 2 Februari 2022.
70. 58
menautkan satu kaki ke kaki pemain lainnya secara bergantian. Terakhir
anak akan bernyanyi sambil melompat dan berputar dengan satu kaki.
Itulah tata cara permainan tradisional perepet jengkol di KB Baitul
Falah. Guru disini berperan sebagai wasit dan tidak ada menang kalah
dalam permainan ini. Hanya saja anak sangat antusias sekali ketika
bermain.74
Berakhirnya permainan ini ditandai dengan berakhirnya lagu
yang dinyanyikan. Hal itu sesuai dengan pernyataan Ibu Siti Maryam
selaku guru kelas mawar:
“Kegiatan Inti, Anak-anak di bentuk kelompok yang terdiri dari
tiga anak dan guru berperan sebagai wasit atau yang membimbing
permainan ini. Setelah mendapat kelompok, anak-anak akan saling
membelakangi dan menautkan kaki ke atas kaki temannya yang
lain hingga mengunci kaki tersebut. Setelah di rasa kaki terkunci
dengan benar, maka anak akan loncat sambil berputar dengan kaki
satunya (loncat dengan satu kaki), sembari bernyanyi lagu sreng-
sreng goreng (nama lagi perepet jengkol). Usainya permainan ini
ditandai dengan selesainya lagu yang dinyanyikan atau lepasnya
kaki yang ditautkan.”75
Gambar 4.3
Dokumentasi anak ketika bermain permainan tradisional perepet
jengkol
74
Observasi di KB Baitul Falah Kalibaru, 10 Februari 2022.
75
Siti Maryam, diwawancarai oleh Penulis, Banyuwangi 10 Februari 2022.
71. 59
Dari gambar 4.3 diatas dapat dilihat bahwasanya anak kelas mawar
sangat antusias sekali ketika bermain permainan tradisional perepet
jengkol.
Kegiatan terakhir yaitu penutup, yang diisi dengan kegiatan recalling
dan pembacaan do’a. Maksud dari recalling disini ialah mengingat
kembali pembelajaran apa saja yang sudah dilakukan selama proses
pembelajaran berlangsung. Setelah itu dilanjutkan dengan membaca do’a
setelah belajar yang dilakukan sebelum pulang. Hal ini sesuai dengan yang
di paparkan oleh Ibu Siti Maryam selaku guru kelas mawar:
“Untuk pelaksanaan pembelajarannya itu ada kegiatan pembuka, inti
dan penutup. Untuk kegiatan diawali dengan pembukaan atau apel
pagi, kemudian kegiatan inti di dalam ruangan atau kadang di luar
ruangan, lalu penutup yang diisi dengan recalling dan pembacaan
do’a sebelum pulang. Saya sebagai guru kelas mengacu pada prota,
prosem, proming, dan rpph. Yang mana enam aspek perkembangan
anak itu sudah masuk didalamnya. jadi untuk memberikan kegiatan
pembelajaran pada anak-anak itu akan lebih mudah untuk
mempersiapkannya.”76
Dibawah ini gambar 4.4 kegiatan penutup yang di dapat oleh peneliti
ketika melakukan observasi:
Gambar 4.4
Dokumentasi kegiatan penutup yaitu berdo’a sebelum pulang
76
Siti Maryam, diwawancarai oleh Penulis, Banyuwangi 10 Februari 2022.
72. 60
Dari observasi yang telah dilakukan oleh peneliti seperti pada
gambar 4.4 guru sedang memimpin pembacaan do’a sebelum pulang untuk
kegiatan penutup. Dapat dilihat pada gambar 4.4 anak mengikuti kegiatan
penutup dengan baik.77
Dari pemaparan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwasanya
pelaksaan pembelajaran permainan tradisional perepet jengkol dalam
mengembangkan motorik kasar anak usia dini pada Kelompok Bermain
Baitul Falah Kalibaru Banyuwangi terdiri dari pembukaan, inti dan
penutup. Sebelum kegiatan tersebut dilakukan ada beberapa persiapan
yang perlu dilakukan yaitu kegiatan permainan tradisional perepet jengkol
ini dilaksanakan di area yang luas seperti halaman sekolah dan
memastikan kondisi tidak hujan atau tanah tidak basah agar tetap aman.
Setelah itu guru membentuk kelompok dengan anggota tiga orang sesuai
dengan jumlah pemain permainan perepet jengkol
3. Evaluasi pembelajaran permainan tradisional perepet jengkol dalam
mengembangkan motorik kasar anak usia dini pada Kelompok
Bermain Baitul Falah Kalibaru Banyuwangi Tahun Pelajaran
2021/2022.
Evaluasi merupakan kegiatan yang berkelanjutan dan menyeluruh
dalam rangka pengedalian, penjaminan, dan penetapan kualitas berbagai
komponen pembelajaran berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu.
77
Observasi di KB Baitul Falah Kalibaru, 10 Februari 2022.
73. 61
Evaluasi bertujuan untuk menentukan sejauh mana tujuan-tujuan yang
telah direncanakan tercapai atau belum. 78
Menurut Raplph Tyler, evaluasi adalah proses menentukan sejauh
mana pendidikan dapat dicapai, dan mendokumentasikan kecocokan
anatar hasil belajar peserta didik dengan tujuan program.79
Adapun hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti selama kegiatan
pembelajaran permainan tradisional perepet jengkol dalam
mengembangkan motorik kasar anak usia dini pada Kelompok Bermain
Baitul Falah Kalibaru Banyuwangi yaitu anak masih ada beberapa anak
yang sering terjatuh ketika bermain dalam artian anak tersebut masih
belum bisa menjaga keseimbangan ketika bermain permainan ini.80
Berikut hasil wawancara yang dilakukan kepada Ibu Siti Maryam selaku
guru kelas mawar:
“Ketika bermain permainan tradisional perepet jengkol anak sering
kali terjatuh dalam artian setiap anak belum bisa mempertahankan
kaki dengan berdiri menggunakan satu kaki lalu meloncat dengan
berputar.”81
Hal ini dapat dimasukkan dalam penilaian hasil belajar anak yang
nantinya akan dijadikan bahan evaluasi pembelajaran pengembangan
permainan tradisional perepet jengkol.
Lembaga KB Baitul Falah untuk menentukan hasil belajar yakni
menggunakan menggunakan ceklis tingkat pencapaian perkembangan
78
Ida Farida, Evaluasi Pembelajaran Berdasarkan Kurikulum Nasional, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2017), 4.
79
Ahmad Suryadi, Evaluasi Pembelajaran Jilid I, (Sukabumi: CV Jejak, 2020), 9.
80
Observasi di KB Baitul Falah Kalibaru Banyuwangi, 10 Februari 2022.
81
Siti Maryam, diwawancarai oleh Penulis, Banyuwangi 14 Februari 2022.
74. 62
anak, dan observasi. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang
dilakukan peneliti kepada guru kelas mawar Ibu Siti Maryam:
“Untuk penilaian dalam kegiatan ini kita menggunakan Obsevasi,
dan ceklis tingkat capaian perkembangan anak. Untuk obsevasi ini
kita melihat langsung kemmpuan ank dari kegiatan yang dilakukan.
Untuk catatan anekdot kita buat dalam bentuk tabel. Menyusun
penilaian menggunakan ceklis berupa capaian perkembangan yang
meliputi BB (belum berkembang), MB (mulai berkembang), BSH
(berkembang sesuai harapan), dan BSB (berkembang sangat baik).
Setiap guru mencatat perkembangan anak sesuai dengan format
penilaian yang digunakan. Guru melaporkan hasil evaluasi dan
mengelola guna pembelajaran selanjutnya. Yang terakhir
mengevaluasi secara keseluruhan.”82
Berikut dokumentasi hasil belajar anak atas nama ananda Firly
Ainun Nafis :
Gambar 4.5
Dokumentasi Hasil Belajar Anak
Dilihat dari gambar 4.5, penilaian hasil belajar anak dapat digunakan
sebagai bahan evaluasi. Dari salah satu hasil penilaian anak, untuk
kemampuan motorik kasar anak mengalami peningkatan setelah
melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan permainan
tradisional perepet jengkol
82
Siti Maryam, diwawancarai oleh Penulis, Banyuwangi 12 Februari 2022.