SlideShare a Scribd company logo
1 of 6
Buku nonfiksi adalah buku yang menawarkan informasi-informasi pengetahuan 
faktual yang dapat memperluas cakrawala pengetahuan pembaca. Buku ini ditulis 
berdasarkan pengalaman (empiris), hasil observasi, hasil analisis penulis terhadap 
berbagai peristiwa,keadaan,atau fenomena yang terjadi dalam kehidupan nyata. Buku 
jenis ini juga dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan atau logika karena disusun 
melalui proses kerja ilmiah. 
Istilah yang secara umum atau luas mengacu padapengertian yang sama, tetapi 
masing-masing memiliki tekanan dan tujuan yang berbeda, yaitu istilah 
ringkasan(precis), ikhtisar, abstraksi, resume, sinopsis. 
Meringkas pada hakikatnya adalah tindakan membuat sesuatu yang luas, besar, 
panjang, banyak makan tempat menjadi sesuatu yang mungil, sempit, pendek, dan 
hemat tempat. Kegiatan meringkas dilakukan dengan memangkas bagian-bagian 
penjelasan, rincian,i lustrasi dengan mempertahankan struktur pokoknya. 
Gaya tuturan,kerangka pikiran, pendekatan, sudut pandang penulis dijaga 
keasliannya. Panjang ringkasan yang ideal harus proporsional atau sebanding dengan 
bagian-bagian karangan aslinya. Sebagai contoh, karangan asli terdiri atas 100 halaman 
10 bab,ringkasannya menjadi 10 halaman 10 paragraf. 
Ringkasan harus bersifat runtut, deduktif (umum ke khusus / penting ke kurang) 
penting, proporsional, dan mempertahankan sifat-sifat asli pengarang. 
Langkah-langkah membuat ringkasan : 
a. Membaca secara intensif naskah asli, jika perlu dilakukan beberapa kali. 
b. Mengidentifikasi, menandai, dan mencatat gagasan utama, ide-ide penting yang 
ada dalam teks. 
c. Menyusun reproduksi karangan asli menjadi karangan baru yang jauh lebih 
singkat. Langkah ini dilakukan dengan menyusun atau merangkai gagasan pokok 
yang telah diidentifikasi. 
d. Memeriksa dan mengedit untuk merapikan bahasa karangan ringkasan yang telah 
dihasilkan. 
Contoh : 
INTISARI BUKU NON FIKSI 
Judul : Mengajar Dengan Sukses 
Pengarang : J. Mursell dan Prof. Dr. S. Nasution, M.A. 
Tebal : 130 Halaman 
Terbit : Cetakan pertama, Maret 1995 
Cetakan kedua, April 2002 
Cetakan ketiga, September 2006 
Cetakan keempat, November 2006 
Penerbit : PT. Bumi Akasara 
Buku ‘Mengajar Dengan Sukses’ ini memiliki tujuh belas bagian yakni, mengajar 
dengan sukses:maknanya, masalah mengajar sebagai organisasi, pengontrolan belajar dengan 
penuh makna, orientasinya : titik berat khusus, Prinsip hubungan dan organisasi pelajaran, 
prinsip hubungan dan penilaian cara mengajar, prinsip fokus dan organisasi pengajaran, 
prinsip fokus dan penilaian pengajaran, prinsip sosialisasi dan penilaian organisasi cara 
mengajar, prinsip individualisasi dan organisasi pelajaran, prinsip individualisasi dan 
penilaian cara mengajar, prinsip urutan dan organisasi pelajaran, prinsip urutan dan penilaian 
cara mengajar, prinsip evaluasi dan organisasi pelajaran, prinsip evaluasi dan penilaian cara 
mengajar, dan sintesis dan aplikasi prinsip-prinsip mengajar.
Seorang guru sudah pasti mempunyai tugas mengajar untuk murid-muridnya. Namun 
terkadang seorang guru tidak memperhatikan maksud dari tujuan mengajarnya. Apakah 
mengajarnya sudah sukses atau tidak. Padahal guru dikatak berhasil apabila murid-muridnya 
menguasai bahan pelajaran tersebut dengan mantap dan lama dikuasai. Selain itu mengajar 
yang dikatakan sukses apabila murid-murid dapat menggunakan apa yang dipelajarinya 
dengan bebas serta penuh kepercayaan dalam berbagai situasi dalam hidupnya. 
Biasanya hasil mengajar yang diperoleh anak-anak adalah dalam bentuk kata-kata 
yang dihafal namun cepat hilang. Hasil belajar yang seperti ini tidak terserap baik pada anak, 
dan tidak membentuk perkembangan mental anak. Guru yang mengajar dengan cara seperti 
ini tidak mengajar dengan sukses. 
Belajar tidak hanya terdiri dari satu macam pola tertentu, namun memerlukan 
kecakapan, pemahaman, inisiatif, dan kerativitas dari pihak guru itu sendiri. Yang diharapkan 
dalam mengajar ialah anak-anak dapat memahami pelajaran secara mendalam sehingga ia 
lama mengingatnya serta dapat menggunakannya dalam hidupnya, bukan jusrtu sebaliknya. 
Sekarang guru-guru menghadapi situasi yang mengandung tantangan untuk memperbaiki 
cara-cara mengajar yang meberi hasil terbaik. 
Masalah lain dalam mengajar dengan sukses ialah mengorganisasi pelajaran untuk 
memperoleh hasil-hasil autentik yang sungguh-sungguh, yang sejati. Bahwa mengajar adalah 
mengorganisasinhal-hal berhubungan dengan bekajar dapat dilihat pada segala macam situasi 
mengajar, yang baik maupun buruk. 
Guru dikatakan sebagai organisator yang baik bukan sebagai autokrat, tidak berlaku 
sama dengan setiap anggota kelompok lainnya, membantu kelompok dan individu untuk 
menemukan, merumuskan dan menjelaskan tujuannya, mendelegasi dan mendistribusi 
tanggung jawab seluas mungkin, harus memiliki inisiatif, mengutamakan segi-segi baik 
daripada buruknya, menjalankan control dan mengkritik sendiri. 
Usaha mengubah cara mengajar yang lebih baik dengan ialah dengan menemukan 
metode yang lebih baik, penyajian bahan pelajaran dengan cara memberikan pertanyaan, 
tuga yang lebih baik serta menggunakan macam-macam alat peraga. Selain itu mengadakan 
perubahan yang fundamental dalam hubungan antara guru dan murid-murid dalam kegiatan-kegiatan 
murid. 
Banyak pelajaran di sekolah yang tidak bermakna bagi anak-anak yang tidak member 
hasil yang autentik karena tidak mengandung arti bagi anak-anak itu sendiri. Akibatnya anak-anak 
mengahafalnya di luar kepala tanpa memahaminya dan segera melupakannya. Padahal 
pelajaran itu bermakna sejauh pelajaran itu berharga bagi si pelajar. Belajar bermakna dalam 
arti pelajaran itu penting dan berarti bagi si pelajar, dalam belajar menggunakan proses 
mental tinggi yang tidak hanya membentuk asosiasi-asosiasi secara mekanis. 
Belajar bergantung pada kemauan belajar. Sikap acuh tak acuh tidak akan memberi 
hasil belajar yang sungguh-sungguh. Belajar member hasil yang autentik melalui proses 
penyelidikan dan penemuan, dimulai dengan hasrat untuk mencapai jawaban dari suatu soal 
dan berlangsung dengan usaha eksperimental yang aneka ragam guna memperoleh 
pemecahan masalah itu. 
Dari hasil belajar yang baik, ilmu yang dimiliki dapat ditransferkan ke bidang lain. 
Transfer ilmu bergantung pada persamaan-persamaan unsure dan persamaan itu baru dapat 
dilihat berdasarkan pemahaman. Makin dangkal pemahaman makin sedikit transfer, 
begitupun sebaliknya. Mengajar dengan sukses berarti member pelajaran sedemikian rupa 
sehingga terjamin adanya transfer. 
Pelajaran tidak akan berhasil bila dilakukan secara abstrak. Pelajaran harus diberikan 
dalam konteks atau hubungan tertentu agar pelajaran itu bermakna atau berarti. Yang paling 
penting ialah bahwa hubungan tau konteks yang baik harus menimbulkan interaksi yang 
dinamis dan kuat dari murid. Untuk memperoleh pengertian diperlukan hubungan
pengalaman yang konkret, dan pengalamn konkret serta dinamis untuk memperoleh 
pengertian harus sederhana tetapi banyak. 
Ada enam skala untuk menilai sejauh manakah situasi mengajar seseorang yaitu, 
tingkat satu, hanya menggunakan buku pelajaran; tingkat dua, buku pelajaran dengan bacaan 
tambahan bersifat akademis; tingkat tiga menggunakan sumber yang non akademis seperti 
majalah, surat kabar, brosur dan sebagainya; tingkat empat menggunakan bahan-bahan 
audiovisual seperti gambar-gambar, film, peta dan sebagainya; tingkat lima, menggunakan 
demonstrasi dan karyawisata; tingkat enam, menggunakan perorangan, sosial, masyarakat, di 
dalam amupun luar sekolah. 
Pelajaran mengandung makna dan efektif jika diorganisasi sekitar suatu fokus. Fokus 
membangkitkan suatu tujuan, member kebulatan dalam pelajaran, dan fokus mengorganisasi 
pelajarn sebagai proses penyelidikan dan penemuan. Fokus harus dipahami atau dipecahkan 
agar dapat melaksanakan suatu usaha atau pekerjaan dengan sukses. Agar pelajaran efektif 
persiapan guru seharusnya merencanakan fokus-fokus yang memberi kebulatan pelajaran 
yang akan mendorong anak memikirkan masalah atau poko-pokok tertentu. 
Agar anak bisa berpikir, pelajaran itu harus mengandung problem yang bermakna 
bagi anak. Motivasi bukanlah sesuatu hal yang tersendiri melainkan suatu bertalian dengan 
organisasi pelajaran. Motivasi tidak perlu dengan hukuman atau pujian, tetapi dengan 
pengajaran yang baik. 
Keunggulan dari buku ini ialah membahas dengan tuntas cara mengajar yang sukses, 
tidak hanya dengan memberi pengajaran biasa, namun dengan banyak cara agar mengajar itu 
dikatakan sukses atau berhasil. Buku ini layak dibaca bagi semua kalangan, baik dari 
kalangan remaja hingga kalangan dewasa bahkan untuk guru-guru agar mengetahui 
bagaimana cara mengajar yang paling efektif. 
Kalimat Efektif (Pengertian, Ciri dan contoh Kalimat 
Efektif) 
Posted on 16.30 by Widi Apriyadi 
Pengertian Kalimat Efektif 
Kalimat efektif adalah kalimat yang mengungkapkan pikiran atau gagasan yang disampaikan 
sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh orang lain. 
Kalimat efektif syarat-syarat sebagai berikut: 
1.secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya. 
2.mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar atau pembaca 
dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya. 
Ciri-Ciri Kalimat Efektif
1.Kesepadanan 
Suatu kalimat efektif harus memenuhi unsur gramatikal yaitu unsur subjek (S), predikat (P), 
objek (O), keterangan (K). Di dalam kalimat efektif harus memiliki keseimbangan dalam 
pemakaian struktur bahasa. 
Contoh: 
Budi (S) pergi (P) ke kampus (KT). 
Tidak Menjamakkan Subjek 
Contoh: 
Tomi pergi ke kampus, kemudian Tomi pergi ke perpustakaan (tidak efektif) 
Tomi pergi ke kampus, kemudian ke perpustakaan (efektif) 
2.Kecermatan Dalam Pemilihan dan Penggunaan Kata 
Dalam membuat kalimat efektif jangan sampai menjadi kalimat yang ambigu (menimbulkan 
tafsiran ganda). 
Contoh: 
Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah 
(ambigu dan tidak efektif). 
Mahasiswa yang kuliah di perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah (efektif). 
3.Kehematan 
Kehematan dalam kalimat efektif maksudnya adalah hemat dalam mempergunakan kata, 
frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu, tetapi tidak menyalahi kaidah tata bahasa. 
Hal ini dikarenakan, penggunaan kata yang berlebih akan mengaburkan maksud kalimat. 
Untuk itu, ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan untuk dapat melakukan 
penghematan, yaitu: 
a. Menghilangkan pengulangan subjek. 
b. Menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata. 
c. Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat. 
d. Tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak. 
Contoh: 
Karena ia tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (tidak efektif) 
Karena tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (efektif) 
Dia sudah menunggumu sejak dari pagi. (tidak efektif) 
Dia sudah menunggumu sejak pagi. (efektif) 
4.Kelogisan 
Kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat dengan mudah dipahami dan penulisannya sesuai 
dengan ejaan yang berlaku. Hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan 
yang logis/masuk akal. 
Contoh: 
Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini. (tidak efektif) 
Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini. (efektif) 
5.Kesatuan atau Kepaduan 
Kesatuan atau kepaduan di sini maksudnya adalah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu, 
sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah. Ada beberapa hal yang perlu 
diperhatikan untuk menciptakan kepaduan kalimat, yaitu: 
a. Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak
simetris. 
b. Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib 
dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona. 
c. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata 
seperti daripada atau tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita. 
Contoh: 
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah 
terlanjurmeninggalkan rasa kemanusiaan itu. (tidak efektif) 
Kita harus mengembalikan kepribadian orang-orang kota yang sudah meninggalkan rasa 
kemanusiaan. (efektif) 
Makalah ini membahas tentang teknologi fiber optik. (tidak efektif) 
Makalah ini membahas teknologi fiber optik. (efektif) 
6.Keparalelan atau Kesajajaran 
Keparalelan atau kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang digunakan 
dalam kalimat itu. Jika pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba. 
Jika kalimat pertama menggunakan kata kerja berimbuhan me-, maka kalimat berikutnya 
harus menggunakan kata kerja berimbuhan me- juga. 
Contoh: 
Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (tidak efektif) 
Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. (efektif) 
Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (efektif) 
Harga sembako dibekukan atau kenaikan secara luwes. (tidak efektif) 
Harga sembako dibekukan atau dinaikkan secara luwes. (efektif) 
7.Ketegasan 
Ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan terhadap ide pokok dari kalimat. 
Untuk membentuk penekanan dalam suatu kalimat, ada beberapa cara, yaitu: 
a. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat). 
Contoh: 
Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain. 
Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini. (ketegasan) 
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan 
yang ada pada dirinya. 
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya. (ketegasan) 
b. Membuat urutan kata yang bertahap. 
Contoh: 
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada 
anak-anak terlantar. (salah) 
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada 
anak-anak terlantar. (benar) 
c. Melakukan pengulangan kata (repetisi). 
Contoh: 
Cerita itu begitu menarik, cerita itu sangat mengharukan.
d. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan. 
Contoh: 
Anak itu bodoh, tetapi pintar. 
e. Mempergunakan partikel penekanan (penegasan), seperti: partikel –lah, -pun, dan –kah. 
Contoh: 
Dapatkah mereka mengerti maksud perkataanku? 
Dialah yang harus bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas ini. 
sumber: 
http://anjarpras.blogspot.com/2011/10/kalimat-efektif.html

More Related Content

What's hot

19. model pembelajaran aktif prosiding seminar internasional-p ps upi bandung
19. model pembelajaran aktif prosiding seminar internasional-p ps upi bandung19. model pembelajaran aktif prosiding seminar internasional-p ps upi bandung
19. model pembelajaran aktif prosiding seminar internasional-p ps upi bandung
Chaez Cicuitd
 
Resume jurnal
Resume jurnalResume jurnal
Resume jurnal
wandary
 
Review jurnal internasional
Review jurnal internasionalReview jurnal internasional
Review jurnal internasional
DIAN K
 
Pembelajaran kooperatif .....
Pembelajaran kooperatif .....Pembelajaran kooperatif .....
Pembelajaran kooperatif .....
arif08
 
STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF
STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIFSTRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF
STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Muhamad Yogi
 
Kurikulum dan pembelajaran tina
Kurikulum dan pembelajaran   tinaKurikulum dan pembelajaran   tina
Kurikulum dan pembelajaran tina
TinaSitiNurhasanah
 
Implementasi strategi pembelajaran inkuiri kelompok 5
Implementasi strategi pembelajaran inkuiri kelompok 5Implementasi strategi pembelajaran inkuiri kelompok 5
Implementasi strategi pembelajaran inkuiri kelompok 5
Antonius Lela Nihamaking
 
2.2.3 discovery learning
2.2.3 discovery learning2.2.3 discovery learning
2.2.3 discovery learning
mirdaelisa
 

What's hot (19)

19. model pembelajaran aktif prosiding seminar internasional-p ps upi bandung
19. model pembelajaran aktif prosiding seminar internasional-p ps upi bandung19. model pembelajaran aktif prosiding seminar internasional-p ps upi bandung
19. model pembelajaran aktif prosiding seminar internasional-p ps upi bandung
 
konsep pendekatan scientific
konsep pendekatan scientifickonsep pendekatan scientific
konsep pendekatan scientific
 
Resume jurnal
Resume jurnalResume jurnal
Resume jurnal
 
Resume teaching
Resume teachingResume teaching
Resume teaching
 
Review jurnal internasional
Review jurnal internasionalReview jurnal internasional
Review jurnal internasional
 
5 e model lesson
5 e model lesson5 e model lesson
5 e model lesson
 
edup-3033-nota-murid-dan-pembelajaran
edup-3033-nota-murid-dan-pembelajaranedup-3033-nota-murid-dan-pembelajaran
edup-3033-nota-murid-dan-pembelajaran
 
Pembelajaran kooperatif .....
Pembelajaran kooperatif .....Pembelajaran kooperatif .....
Pembelajaran kooperatif .....
 
Kontekstual
KontekstualKontekstual
Kontekstual
 
2.2.3 discovery learning
2.2.3 discovery learning2.2.3 discovery learning
2.2.3 discovery learning
 
STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF
STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIFSTRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF
STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF
 
2.2.3 discovery learning
2.2.3 discovery learning2.2.3 discovery learning
2.2.3 discovery learning
 
Model discovery learning
Model discovery learningModel discovery learning
Model discovery learning
 
Kurikulum dan pembelajaran tina
Kurikulum dan pembelajaran   tinaKurikulum dan pembelajaran   tina
Kurikulum dan pembelajaran tina
 
Paikem
PaikemPaikem
Paikem
 
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
 
Implementasi strategi pembelajaran inkuiri kelompok 5
Implementasi strategi pembelajaran inkuiri kelompok 5Implementasi strategi pembelajaran inkuiri kelompok 5
Implementasi strategi pembelajaran inkuiri kelompok 5
 
2.2.3 discovery learning al kepret
2.2.3 discovery learning al kepret2.2.3 discovery learning al kepret
2.2.3 discovery learning al kepret
 
2.2.3 discovery learning
2.2.3 discovery learning2.2.3 discovery learning
2.2.3 discovery learning
 

Viewers also liked (9)

Tugas soft skill
Tugas soft skillTugas soft skill
Tugas soft skill
 
Tugas isd
Tugas isdTugas isd
Tugas isd
 
Tugas soft skill
Tugas soft skillTugas soft skill
Tugas soft skill
 
запросы в Access 2007 для дистанционных курсов
запросы в Access 2007 для дистанционных курсовзапросы в Access 2007 для дистанционных курсов
запросы в Access 2007 для дистанционных курсов
 
Tugas soft skill
Tugas soft skillTugas soft skill
Tugas soft skill
 
реляционные базы данных
реляционные базы данныхреляционные базы данных
реляционные базы данных
 
системы управления базами данных
системы управления базами данныхсистемы управления базами данных
системы управления базами данных
 
Transportation Service
Transportation ServiceTransportation Service
Transportation Service
 
правила оформления презентации
правила оформления презентацииправила оформления презентации
правила оформления презентации
 

Similar to bahasa indonesia

Similar to bahasa indonesia (20)

Tugas Kelompok_03.pptx
Tugas Kelompok_03.pptxTugas Kelompok_03.pptx
Tugas Kelompok_03.pptx
 
65 model pembelajaran
65 model pembelajaran65 model pembelajaran
65 model pembelajaran
 
Model
ModelModel
Model
 
65 model pembelajaran dan 15 metode pembelajaran
65 model pembelajaran dan 15 metode pembelajaran65 model pembelajaran dan 15 metode pembelajaran
65 model pembelajaran dan 15 metode pembelajaran
 
Desain pesan
Desain pesanDesain pesan
Desain pesan
 
Model mjodel pembelajaran
Model mjodel pembelajaranModel mjodel pembelajaran
Model mjodel pembelajaran
 
Cbr profesi
Cbr profesiCbr profesi
Cbr profesi
 
2.docx
2.docx2.docx
2.docx
 
Model Pembelajaran Talking stick
Model Pembelajaran Talking stickModel Pembelajaran Talking stick
Model Pembelajaran Talking stick
 
Tajuk 5 done
Tajuk 5 doneTajuk 5 done
Tajuk 5 done
 
Tajuk 5 done
Tajuk 5 doneTajuk 5 done
Tajuk 5 done
 
Model model pembelajaran
Model model pembelajaranModel model pembelajaran
Model model pembelajaran
 
Dede gugun
Dede gugunDede gugun
Dede gugun
 
Unit 4 Modul 1 Teras Pengetahuan V2
Unit 4  Modul 1  Teras  Pengetahuan V2Unit 4  Modul 1  Teras  Pengetahuan V2
Unit 4 Modul 1 Teras Pengetahuan V2
 
Pembelajaran kontekstual
Pembelajaran kontekstualPembelajaran kontekstual
Pembelajaran kontekstual
 
TUGAS 1 PDGK4205 PEMBELAJARAN TERPADU DI SD_DESI RAHMAWATI_857093259.pdf
TUGAS 1 PDGK4205 PEMBELAJARAN TERPADU DI SD_DESI RAHMAWATI_857093259.pdfTUGAS 1 PDGK4205 PEMBELAJARAN TERPADU DI SD_DESI RAHMAWATI_857093259.pdf
TUGAS 1 PDGK4205 PEMBELAJARAN TERPADU DI SD_DESI RAHMAWATI_857093259.pdf
 
Butet Kurikulum
Butet KurikulumButet Kurikulum
Butet Kurikulum
 
Butet Kurikulum
Butet KurikulumButet Kurikulum
Butet Kurikulum
 
Butet Kurikulum
Butet KurikulumButet Kurikulum
Butet Kurikulum
 
Butet Kurikulum
Butet KurikulumButet Kurikulum
Butet Kurikulum
 

Recently uploaded

Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
ssuser35630b
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
dpp11tya
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
nabilafarahdiba95
 

Recently uploaded (20)

Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
 
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 

bahasa indonesia

  • 1. Buku nonfiksi adalah buku yang menawarkan informasi-informasi pengetahuan faktual yang dapat memperluas cakrawala pengetahuan pembaca. Buku ini ditulis berdasarkan pengalaman (empiris), hasil observasi, hasil analisis penulis terhadap berbagai peristiwa,keadaan,atau fenomena yang terjadi dalam kehidupan nyata. Buku jenis ini juga dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan atau logika karena disusun melalui proses kerja ilmiah. Istilah yang secara umum atau luas mengacu padapengertian yang sama, tetapi masing-masing memiliki tekanan dan tujuan yang berbeda, yaitu istilah ringkasan(precis), ikhtisar, abstraksi, resume, sinopsis. Meringkas pada hakikatnya adalah tindakan membuat sesuatu yang luas, besar, panjang, banyak makan tempat menjadi sesuatu yang mungil, sempit, pendek, dan hemat tempat. Kegiatan meringkas dilakukan dengan memangkas bagian-bagian penjelasan, rincian,i lustrasi dengan mempertahankan struktur pokoknya. Gaya tuturan,kerangka pikiran, pendekatan, sudut pandang penulis dijaga keasliannya. Panjang ringkasan yang ideal harus proporsional atau sebanding dengan bagian-bagian karangan aslinya. Sebagai contoh, karangan asli terdiri atas 100 halaman 10 bab,ringkasannya menjadi 10 halaman 10 paragraf. Ringkasan harus bersifat runtut, deduktif (umum ke khusus / penting ke kurang) penting, proporsional, dan mempertahankan sifat-sifat asli pengarang. Langkah-langkah membuat ringkasan : a. Membaca secara intensif naskah asli, jika perlu dilakukan beberapa kali. b. Mengidentifikasi, menandai, dan mencatat gagasan utama, ide-ide penting yang ada dalam teks. c. Menyusun reproduksi karangan asli menjadi karangan baru yang jauh lebih singkat. Langkah ini dilakukan dengan menyusun atau merangkai gagasan pokok yang telah diidentifikasi. d. Memeriksa dan mengedit untuk merapikan bahasa karangan ringkasan yang telah dihasilkan. Contoh : INTISARI BUKU NON FIKSI Judul : Mengajar Dengan Sukses Pengarang : J. Mursell dan Prof. Dr. S. Nasution, M.A. Tebal : 130 Halaman Terbit : Cetakan pertama, Maret 1995 Cetakan kedua, April 2002 Cetakan ketiga, September 2006 Cetakan keempat, November 2006 Penerbit : PT. Bumi Akasara Buku ‘Mengajar Dengan Sukses’ ini memiliki tujuh belas bagian yakni, mengajar dengan sukses:maknanya, masalah mengajar sebagai organisasi, pengontrolan belajar dengan penuh makna, orientasinya : titik berat khusus, Prinsip hubungan dan organisasi pelajaran, prinsip hubungan dan penilaian cara mengajar, prinsip fokus dan organisasi pengajaran, prinsip fokus dan penilaian pengajaran, prinsip sosialisasi dan penilaian organisasi cara mengajar, prinsip individualisasi dan organisasi pelajaran, prinsip individualisasi dan penilaian cara mengajar, prinsip urutan dan organisasi pelajaran, prinsip urutan dan penilaian cara mengajar, prinsip evaluasi dan organisasi pelajaran, prinsip evaluasi dan penilaian cara mengajar, dan sintesis dan aplikasi prinsip-prinsip mengajar.
  • 2. Seorang guru sudah pasti mempunyai tugas mengajar untuk murid-muridnya. Namun terkadang seorang guru tidak memperhatikan maksud dari tujuan mengajarnya. Apakah mengajarnya sudah sukses atau tidak. Padahal guru dikatak berhasil apabila murid-muridnya menguasai bahan pelajaran tersebut dengan mantap dan lama dikuasai. Selain itu mengajar yang dikatakan sukses apabila murid-murid dapat menggunakan apa yang dipelajarinya dengan bebas serta penuh kepercayaan dalam berbagai situasi dalam hidupnya. Biasanya hasil mengajar yang diperoleh anak-anak adalah dalam bentuk kata-kata yang dihafal namun cepat hilang. Hasil belajar yang seperti ini tidak terserap baik pada anak, dan tidak membentuk perkembangan mental anak. Guru yang mengajar dengan cara seperti ini tidak mengajar dengan sukses. Belajar tidak hanya terdiri dari satu macam pola tertentu, namun memerlukan kecakapan, pemahaman, inisiatif, dan kerativitas dari pihak guru itu sendiri. Yang diharapkan dalam mengajar ialah anak-anak dapat memahami pelajaran secara mendalam sehingga ia lama mengingatnya serta dapat menggunakannya dalam hidupnya, bukan jusrtu sebaliknya. Sekarang guru-guru menghadapi situasi yang mengandung tantangan untuk memperbaiki cara-cara mengajar yang meberi hasil terbaik. Masalah lain dalam mengajar dengan sukses ialah mengorganisasi pelajaran untuk memperoleh hasil-hasil autentik yang sungguh-sungguh, yang sejati. Bahwa mengajar adalah mengorganisasinhal-hal berhubungan dengan bekajar dapat dilihat pada segala macam situasi mengajar, yang baik maupun buruk. Guru dikatakan sebagai organisator yang baik bukan sebagai autokrat, tidak berlaku sama dengan setiap anggota kelompok lainnya, membantu kelompok dan individu untuk menemukan, merumuskan dan menjelaskan tujuannya, mendelegasi dan mendistribusi tanggung jawab seluas mungkin, harus memiliki inisiatif, mengutamakan segi-segi baik daripada buruknya, menjalankan control dan mengkritik sendiri. Usaha mengubah cara mengajar yang lebih baik dengan ialah dengan menemukan metode yang lebih baik, penyajian bahan pelajaran dengan cara memberikan pertanyaan, tuga yang lebih baik serta menggunakan macam-macam alat peraga. Selain itu mengadakan perubahan yang fundamental dalam hubungan antara guru dan murid-murid dalam kegiatan-kegiatan murid. Banyak pelajaran di sekolah yang tidak bermakna bagi anak-anak yang tidak member hasil yang autentik karena tidak mengandung arti bagi anak-anak itu sendiri. Akibatnya anak-anak mengahafalnya di luar kepala tanpa memahaminya dan segera melupakannya. Padahal pelajaran itu bermakna sejauh pelajaran itu berharga bagi si pelajar. Belajar bermakna dalam arti pelajaran itu penting dan berarti bagi si pelajar, dalam belajar menggunakan proses mental tinggi yang tidak hanya membentuk asosiasi-asosiasi secara mekanis. Belajar bergantung pada kemauan belajar. Sikap acuh tak acuh tidak akan memberi hasil belajar yang sungguh-sungguh. Belajar member hasil yang autentik melalui proses penyelidikan dan penemuan, dimulai dengan hasrat untuk mencapai jawaban dari suatu soal dan berlangsung dengan usaha eksperimental yang aneka ragam guna memperoleh pemecahan masalah itu. Dari hasil belajar yang baik, ilmu yang dimiliki dapat ditransferkan ke bidang lain. Transfer ilmu bergantung pada persamaan-persamaan unsure dan persamaan itu baru dapat dilihat berdasarkan pemahaman. Makin dangkal pemahaman makin sedikit transfer, begitupun sebaliknya. Mengajar dengan sukses berarti member pelajaran sedemikian rupa sehingga terjamin adanya transfer. Pelajaran tidak akan berhasil bila dilakukan secara abstrak. Pelajaran harus diberikan dalam konteks atau hubungan tertentu agar pelajaran itu bermakna atau berarti. Yang paling penting ialah bahwa hubungan tau konteks yang baik harus menimbulkan interaksi yang dinamis dan kuat dari murid. Untuk memperoleh pengertian diperlukan hubungan
  • 3. pengalaman yang konkret, dan pengalamn konkret serta dinamis untuk memperoleh pengertian harus sederhana tetapi banyak. Ada enam skala untuk menilai sejauh manakah situasi mengajar seseorang yaitu, tingkat satu, hanya menggunakan buku pelajaran; tingkat dua, buku pelajaran dengan bacaan tambahan bersifat akademis; tingkat tiga menggunakan sumber yang non akademis seperti majalah, surat kabar, brosur dan sebagainya; tingkat empat menggunakan bahan-bahan audiovisual seperti gambar-gambar, film, peta dan sebagainya; tingkat lima, menggunakan demonstrasi dan karyawisata; tingkat enam, menggunakan perorangan, sosial, masyarakat, di dalam amupun luar sekolah. Pelajaran mengandung makna dan efektif jika diorganisasi sekitar suatu fokus. Fokus membangkitkan suatu tujuan, member kebulatan dalam pelajaran, dan fokus mengorganisasi pelajarn sebagai proses penyelidikan dan penemuan. Fokus harus dipahami atau dipecahkan agar dapat melaksanakan suatu usaha atau pekerjaan dengan sukses. Agar pelajaran efektif persiapan guru seharusnya merencanakan fokus-fokus yang memberi kebulatan pelajaran yang akan mendorong anak memikirkan masalah atau poko-pokok tertentu. Agar anak bisa berpikir, pelajaran itu harus mengandung problem yang bermakna bagi anak. Motivasi bukanlah sesuatu hal yang tersendiri melainkan suatu bertalian dengan organisasi pelajaran. Motivasi tidak perlu dengan hukuman atau pujian, tetapi dengan pengajaran yang baik. Keunggulan dari buku ini ialah membahas dengan tuntas cara mengajar yang sukses, tidak hanya dengan memberi pengajaran biasa, namun dengan banyak cara agar mengajar itu dikatakan sukses atau berhasil. Buku ini layak dibaca bagi semua kalangan, baik dari kalangan remaja hingga kalangan dewasa bahkan untuk guru-guru agar mengetahui bagaimana cara mengajar yang paling efektif. Kalimat Efektif (Pengertian, Ciri dan contoh Kalimat Efektif) Posted on 16.30 by Widi Apriyadi Pengertian Kalimat Efektif Kalimat efektif adalah kalimat yang mengungkapkan pikiran atau gagasan yang disampaikan sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh orang lain. Kalimat efektif syarat-syarat sebagai berikut: 1.secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya. 2.mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar atau pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya. Ciri-Ciri Kalimat Efektif
  • 4. 1.Kesepadanan Suatu kalimat efektif harus memenuhi unsur gramatikal yaitu unsur subjek (S), predikat (P), objek (O), keterangan (K). Di dalam kalimat efektif harus memiliki keseimbangan dalam pemakaian struktur bahasa. Contoh: Budi (S) pergi (P) ke kampus (KT). Tidak Menjamakkan Subjek Contoh: Tomi pergi ke kampus, kemudian Tomi pergi ke perpustakaan (tidak efektif) Tomi pergi ke kampus, kemudian ke perpustakaan (efektif) 2.Kecermatan Dalam Pemilihan dan Penggunaan Kata Dalam membuat kalimat efektif jangan sampai menjadi kalimat yang ambigu (menimbulkan tafsiran ganda). Contoh: Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah (ambigu dan tidak efektif). Mahasiswa yang kuliah di perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah (efektif). 3.Kehematan Kehematan dalam kalimat efektif maksudnya adalah hemat dalam mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu, tetapi tidak menyalahi kaidah tata bahasa. Hal ini dikarenakan, penggunaan kata yang berlebih akan mengaburkan maksud kalimat. Untuk itu, ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan untuk dapat melakukan penghematan, yaitu: a. Menghilangkan pengulangan subjek. b. Menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata. c. Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat. d. Tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak. Contoh: Karena ia tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (tidak efektif) Karena tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (efektif) Dia sudah menunggumu sejak dari pagi. (tidak efektif) Dia sudah menunggumu sejak pagi. (efektif) 4.Kelogisan Kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat dengan mudah dipahami dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku. Hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal. Contoh: Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini. (tidak efektif) Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini. (efektif) 5.Kesatuan atau Kepaduan Kesatuan atau kepaduan di sini maksudnya adalah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu, sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menciptakan kepaduan kalimat, yaitu: a. Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak
  • 5. simetris. b. Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona. c. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita. Contoh: Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah terlanjurmeninggalkan rasa kemanusiaan itu. (tidak efektif) Kita harus mengembalikan kepribadian orang-orang kota yang sudah meninggalkan rasa kemanusiaan. (efektif) Makalah ini membahas tentang teknologi fiber optik. (tidak efektif) Makalah ini membahas teknologi fiber optik. (efektif) 6.Keparalelan atau Kesajajaran Keparalelan atau kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang digunakan dalam kalimat itu. Jika pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba. Jika kalimat pertama menggunakan kata kerja berimbuhan me-, maka kalimat berikutnya harus menggunakan kata kerja berimbuhan me- juga. Contoh: Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (tidak efektif) Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. (efektif) Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (efektif) Harga sembako dibekukan atau kenaikan secara luwes. (tidak efektif) Harga sembako dibekukan atau dinaikkan secara luwes. (efektif) 7.Ketegasan Ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan terhadap ide pokok dari kalimat. Untuk membentuk penekanan dalam suatu kalimat, ada beberapa cara, yaitu: a. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat). Contoh: Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain. Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini. (ketegasan) Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya. Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya. (ketegasan) b. Membuat urutan kata yang bertahap. Contoh: Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar. (salah) Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar. (benar) c. Melakukan pengulangan kata (repetisi). Contoh: Cerita itu begitu menarik, cerita itu sangat mengharukan.
  • 6. d. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan. Contoh: Anak itu bodoh, tetapi pintar. e. Mempergunakan partikel penekanan (penegasan), seperti: partikel –lah, -pun, dan –kah. Contoh: Dapatkah mereka mengerti maksud perkataanku? Dialah yang harus bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas ini. sumber: http://anjarpras.blogspot.com/2011/10/kalimat-efektif.html