1. Buku nonfiksi adalah buku yang menawarkan informasi-informasi pengetahuan
faktual yang dapat memperluas cakrawala pengetahuan pembaca. Buku ini ditulis
berdasarkan pengalaman (empiris), hasil observasi, hasil analisis penulis terhadap
berbagai peristiwa,keadaan,atau fenomena yang terjadi dalam kehidupan nyata. Buku
jenis ini juga dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan atau logika karena disusun
melalui proses kerja ilmiah.
Istilah yang secara umum atau luas mengacu padapengertian yang sama, tetapi
masing-masing memiliki tekanan dan tujuan yang berbeda, yaitu istilah
ringkasan(precis), ikhtisar, abstraksi, resume, sinopsis.
Meringkas pada hakikatnya adalah tindakan membuat sesuatu yang luas, besar,
panjang, banyak makan tempat menjadi sesuatu yang mungil, sempit, pendek, dan
hemat tempat. Kegiatan meringkas dilakukan dengan memangkas bagian-bagian
penjelasan, rincian,i lustrasi dengan mempertahankan struktur pokoknya.
Gaya tuturan,kerangka pikiran, pendekatan, sudut pandang penulis dijaga
keasliannya. Panjang ringkasan yang ideal harus proporsional atau sebanding dengan
bagian-bagian karangan aslinya. Sebagai contoh, karangan asli terdiri atas 100 halaman
10 bab,ringkasannya menjadi 10 halaman 10 paragraf.
Ringkasan harus bersifat runtut, deduktif (umum ke khusus / penting ke kurang)
penting, proporsional, dan mempertahankan sifat-sifat asli pengarang.
Langkah-langkah membuat ringkasan :
a. Membaca secara intensif naskah asli, jika perlu dilakukan beberapa kali.
b. Mengidentifikasi, menandai, dan mencatat gagasan utama, ide-ide penting yang
ada dalam teks.
c. Menyusun reproduksi karangan asli menjadi karangan baru yang jauh lebih
singkat. Langkah ini dilakukan dengan menyusun atau merangkai gagasan pokok
yang telah diidentifikasi.
d. Memeriksa dan mengedit untuk merapikan bahasa karangan ringkasan yang telah
dihasilkan.
Contoh :
INTISARI BUKU NON FIKSI
Judul : Mengajar Dengan Sukses
Pengarang : J. Mursell dan Prof. Dr. S. Nasution, M.A.
Tebal : 130 Halaman
Terbit : Cetakan pertama, Maret 1995
Cetakan kedua, April 2002
Cetakan ketiga, September 2006
Cetakan keempat, November 2006
Penerbit : PT. Bumi Akasara
Buku ‘Mengajar Dengan Sukses’ ini memiliki tujuh belas bagian yakni, mengajar
dengan sukses:maknanya, masalah mengajar sebagai organisasi, pengontrolan belajar dengan
penuh makna, orientasinya : titik berat khusus, Prinsip hubungan dan organisasi pelajaran,
prinsip hubungan dan penilaian cara mengajar, prinsip fokus dan organisasi pengajaran,
prinsip fokus dan penilaian pengajaran, prinsip sosialisasi dan penilaian organisasi cara
mengajar, prinsip individualisasi dan organisasi pelajaran, prinsip individualisasi dan
penilaian cara mengajar, prinsip urutan dan organisasi pelajaran, prinsip urutan dan penilaian
cara mengajar, prinsip evaluasi dan organisasi pelajaran, prinsip evaluasi dan penilaian cara
mengajar, dan sintesis dan aplikasi prinsip-prinsip mengajar.
2. Seorang guru sudah pasti mempunyai tugas mengajar untuk murid-muridnya. Namun
terkadang seorang guru tidak memperhatikan maksud dari tujuan mengajarnya. Apakah
mengajarnya sudah sukses atau tidak. Padahal guru dikatak berhasil apabila murid-muridnya
menguasai bahan pelajaran tersebut dengan mantap dan lama dikuasai. Selain itu mengajar
yang dikatakan sukses apabila murid-murid dapat menggunakan apa yang dipelajarinya
dengan bebas serta penuh kepercayaan dalam berbagai situasi dalam hidupnya.
Biasanya hasil mengajar yang diperoleh anak-anak adalah dalam bentuk kata-kata
yang dihafal namun cepat hilang. Hasil belajar yang seperti ini tidak terserap baik pada anak,
dan tidak membentuk perkembangan mental anak. Guru yang mengajar dengan cara seperti
ini tidak mengajar dengan sukses.
Belajar tidak hanya terdiri dari satu macam pola tertentu, namun memerlukan
kecakapan, pemahaman, inisiatif, dan kerativitas dari pihak guru itu sendiri. Yang diharapkan
dalam mengajar ialah anak-anak dapat memahami pelajaran secara mendalam sehingga ia
lama mengingatnya serta dapat menggunakannya dalam hidupnya, bukan jusrtu sebaliknya.
Sekarang guru-guru menghadapi situasi yang mengandung tantangan untuk memperbaiki
cara-cara mengajar yang meberi hasil terbaik.
Masalah lain dalam mengajar dengan sukses ialah mengorganisasi pelajaran untuk
memperoleh hasil-hasil autentik yang sungguh-sungguh, yang sejati. Bahwa mengajar adalah
mengorganisasinhal-hal berhubungan dengan bekajar dapat dilihat pada segala macam situasi
mengajar, yang baik maupun buruk.
Guru dikatakan sebagai organisator yang baik bukan sebagai autokrat, tidak berlaku
sama dengan setiap anggota kelompok lainnya, membantu kelompok dan individu untuk
menemukan, merumuskan dan menjelaskan tujuannya, mendelegasi dan mendistribusi
tanggung jawab seluas mungkin, harus memiliki inisiatif, mengutamakan segi-segi baik
daripada buruknya, menjalankan control dan mengkritik sendiri.
Usaha mengubah cara mengajar yang lebih baik dengan ialah dengan menemukan
metode yang lebih baik, penyajian bahan pelajaran dengan cara memberikan pertanyaan,
tuga yang lebih baik serta menggunakan macam-macam alat peraga. Selain itu mengadakan
perubahan yang fundamental dalam hubungan antara guru dan murid-murid dalam kegiatan-kegiatan
murid.
Banyak pelajaran di sekolah yang tidak bermakna bagi anak-anak yang tidak member
hasil yang autentik karena tidak mengandung arti bagi anak-anak itu sendiri. Akibatnya anak-anak
mengahafalnya di luar kepala tanpa memahaminya dan segera melupakannya. Padahal
pelajaran itu bermakna sejauh pelajaran itu berharga bagi si pelajar. Belajar bermakna dalam
arti pelajaran itu penting dan berarti bagi si pelajar, dalam belajar menggunakan proses
mental tinggi yang tidak hanya membentuk asosiasi-asosiasi secara mekanis.
Belajar bergantung pada kemauan belajar. Sikap acuh tak acuh tidak akan memberi
hasil belajar yang sungguh-sungguh. Belajar member hasil yang autentik melalui proses
penyelidikan dan penemuan, dimulai dengan hasrat untuk mencapai jawaban dari suatu soal
dan berlangsung dengan usaha eksperimental yang aneka ragam guna memperoleh
pemecahan masalah itu.
Dari hasil belajar yang baik, ilmu yang dimiliki dapat ditransferkan ke bidang lain.
Transfer ilmu bergantung pada persamaan-persamaan unsure dan persamaan itu baru dapat
dilihat berdasarkan pemahaman. Makin dangkal pemahaman makin sedikit transfer,
begitupun sebaliknya. Mengajar dengan sukses berarti member pelajaran sedemikian rupa
sehingga terjamin adanya transfer.
Pelajaran tidak akan berhasil bila dilakukan secara abstrak. Pelajaran harus diberikan
dalam konteks atau hubungan tertentu agar pelajaran itu bermakna atau berarti. Yang paling
penting ialah bahwa hubungan tau konteks yang baik harus menimbulkan interaksi yang
dinamis dan kuat dari murid. Untuk memperoleh pengertian diperlukan hubungan
3. pengalaman yang konkret, dan pengalamn konkret serta dinamis untuk memperoleh
pengertian harus sederhana tetapi banyak.
Ada enam skala untuk menilai sejauh manakah situasi mengajar seseorang yaitu,
tingkat satu, hanya menggunakan buku pelajaran; tingkat dua, buku pelajaran dengan bacaan
tambahan bersifat akademis; tingkat tiga menggunakan sumber yang non akademis seperti
majalah, surat kabar, brosur dan sebagainya; tingkat empat menggunakan bahan-bahan
audiovisual seperti gambar-gambar, film, peta dan sebagainya; tingkat lima, menggunakan
demonstrasi dan karyawisata; tingkat enam, menggunakan perorangan, sosial, masyarakat, di
dalam amupun luar sekolah.
Pelajaran mengandung makna dan efektif jika diorganisasi sekitar suatu fokus. Fokus
membangkitkan suatu tujuan, member kebulatan dalam pelajaran, dan fokus mengorganisasi
pelajarn sebagai proses penyelidikan dan penemuan. Fokus harus dipahami atau dipecahkan
agar dapat melaksanakan suatu usaha atau pekerjaan dengan sukses. Agar pelajaran efektif
persiapan guru seharusnya merencanakan fokus-fokus yang memberi kebulatan pelajaran
yang akan mendorong anak memikirkan masalah atau poko-pokok tertentu.
Agar anak bisa berpikir, pelajaran itu harus mengandung problem yang bermakna
bagi anak. Motivasi bukanlah sesuatu hal yang tersendiri melainkan suatu bertalian dengan
organisasi pelajaran. Motivasi tidak perlu dengan hukuman atau pujian, tetapi dengan
pengajaran yang baik.
Keunggulan dari buku ini ialah membahas dengan tuntas cara mengajar yang sukses,
tidak hanya dengan memberi pengajaran biasa, namun dengan banyak cara agar mengajar itu
dikatakan sukses atau berhasil. Buku ini layak dibaca bagi semua kalangan, baik dari
kalangan remaja hingga kalangan dewasa bahkan untuk guru-guru agar mengetahui
bagaimana cara mengajar yang paling efektif.
Kalimat Efektif (Pengertian, Ciri dan contoh Kalimat
Efektif)
Posted on 16.30 by Widi Apriyadi
Pengertian Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang mengungkapkan pikiran atau gagasan yang disampaikan
sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh orang lain.
Kalimat efektif syarat-syarat sebagai berikut:
1.secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya.
2.mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar atau pembaca
dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.
Ciri-Ciri Kalimat Efektif
4. 1.Kesepadanan
Suatu kalimat efektif harus memenuhi unsur gramatikal yaitu unsur subjek (S), predikat (P),
objek (O), keterangan (K). Di dalam kalimat efektif harus memiliki keseimbangan dalam
pemakaian struktur bahasa.
Contoh:
Budi (S) pergi (P) ke kampus (KT).
Tidak Menjamakkan Subjek
Contoh:
Tomi pergi ke kampus, kemudian Tomi pergi ke perpustakaan (tidak efektif)
Tomi pergi ke kampus, kemudian ke perpustakaan (efektif)
2.Kecermatan Dalam Pemilihan dan Penggunaan Kata
Dalam membuat kalimat efektif jangan sampai menjadi kalimat yang ambigu (menimbulkan
tafsiran ganda).
Contoh:
Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah
(ambigu dan tidak efektif).
Mahasiswa yang kuliah di perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah (efektif).
3.Kehematan
Kehematan dalam kalimat efektif maksudnya adalah hemat dalam mempergunakan kata,
frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu, tetapi tidak menyalahi kaidah tata bahasa.
Hal ini dikarenakan, penggunaan kata yang berlebih akan mengaburkan maksud kalimat.
Untuk itu, ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan untuk dapat melakukan
penghematan, yaitu:
a. Menghilangkan pengulangan subjek.
b. Menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
c. Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.
d. Tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.
Contoh:
Karena ia tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (tidak efektif)
Karena tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (efektif)
Dia sudah menunggumu sejak dari pagi. (tidak efektif)
Dia sudah menunggumu sejak pagi. (efektif)
4.Kelogisan
Kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat dengan mudah dipahami dan penulisannya sesuai
dengan ejaan yang berlaku. Hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan
yang logis/masuk akal.
Contoh:
Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini. (tidak efektif)
Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini. (efektif)
5.Kesatuan atau Kepaduan
Kesatuan atau kepaduan di sini maksudnya adalah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu,
sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah. Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan untuk menciptakan kepaduan kalimat, yaitu:
a. Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak
5. simetris.
b. Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib
dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.
c. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata
seperti daripada atau tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita.
Contoh:
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah
terlanjurmeninggalkan rasa kemanusiaan itu. (tidak efektif)
Kita harus mengembalikan kepribadian orang-orang kota yang sudah meninggalkan rasa
kemanusiaan. (efektif)
Makalah ini membahas tentang teknologi fiber optik. (tidak efektif)
Makalah ini membahas teknologi fiber optik. (efektif)
6.Keparalelan atau Kesajajaran
Keparalelan atau kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang digunakan
dalam kalimat itu. Jika pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba.
Jika kalimat pertama menggunakan kata kerja berimbuhan me-, maka kalimat berikutnya
harus menggunakan kata kerja berimbuhan me- juga.
Contoh:
Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (tidak efektif)
Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
Harga sembako dibekukan atau kenaikan secara luwes. (tidak efektif)
Harga sembako dibekukan atau dinaikkan secara luwes. (efektif)
7.Ketegasan
Ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan terhadap ide pokok dari kalimat.
Untuk membentuk penekanan dalam suatu kalimat, ada beberapa cara, yaitu:
a. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh:
Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain.
Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini. (ketegasan)
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan
yang ada pada dirinya.
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya. (ketegasan)
b. Membuat urutan kata yang bertahap.
Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada
anak-anak terlantar. (salah)
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada
anak-anak terlantar. (benar)
c. Melakukan pengulangan kata (repetisi).
Contoh:
Cerita itu begitu menarik, cerita itu sangat mengharukan.
6. d. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
Contoh:
Anak itu bodoh, tetapi pintar.
e. Mempergunakan partikel penekanan (penegasan), seperti: partikel –lah, -pun, dan –kah.
Contoh:
Dapatkah mereka mengerti maksud perkataanku?
Dialah yang harus bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas ini.
sumber:
http://anjarpras.blogspot.com/2011/10/kalimat-efektif.html