1. ZFArif BS, S.T.
Diklat spesialisK3PesawatTenagadanProduksi tahun2018
1
BAB I
PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN
INDUCTION ELECTRICAL FURNACE
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Teknologi untuk proses peleburan besi menggunakan Dapur tinggi
(Blast Furnace) dimana iron ore diubah menjadi besi kasar, untuk proses
selanjutnya besi kasar yang dihasilkan oleh dapur tinggi tersebut
dimasukkan kedalam tanur/converter, untuk dijadikan baja, baja tuang,
atau besi tuang. Selain Blast Furnace terdapat juga beberapa jenis tanur
yakni Electrical Arc Furnace (EAF), Basic Oxygen Furnace, Induction
Electrical Furnace.
Penggunaan energi listrik pada Induction Electrical Furnace yang
diaplikasikan melalui sistem induksi bukan saja memberikan kemudahan
dalam proses produksi. Inti dari teknologi ini adalah system induksi, yaitu
coil yang diberi tegangan AC dengan frekuensi tertentu, namun system ini
juga melibatkan konversi daya dari AC menjadi DC dan sebaliknya serta
system control dan pengamanan.
Transfer energi ke objek yang akan dipanaskan terjadi dengan cara
induksi elektromagnetik. Setiap bahan elektrik konduktif ditempatkan pada
wilayah variabel medan magnet yang diinduksi arus listrik, yang disebut
arus eddy (Eddy Current), yang pada akhirnya akan menyebabkan
pemanasan (heating joule).
Karena panas ditransfer ke produk melalui gelombang
elektromagnetik, bagian itu tidak pernah bersentuhan langsung dengan
nyala api, induktor itu sendiri tidak menjadi panas dan tidak ada
kontaminasi produk.
2. ZFArif BS, S.T.
Diklat spesialisK3PesawatTenagadanProduksi tahun2018
2
Gambar 1.1 Prinsip Kerja Induksi Elektrical
Sebagaimana prinsip Induksi Elektromagnetik pada gambar diatas
di atas. Maka pada Coil Induction Electrical Furnace yang mendapatkan
catu daya bolak-balik terjadi Pembangkitan Panas oleh Induksi
Elektromagnetik dengan kronologis berikut :
a. Arus pada kumparan membangkitkan flux magnet
b. Fux magnet menembus bahan metal yang akan dipanaskan.
c. Timbul arus pusar di bahan metal , terladi losses eddy current yang
berbanding lurus dengan kwadrat frekuensi fluksi.
d. Terjadi proses pelelehan (melting) metal, dan aliran konveksi dalam
metal yang mencair.
Potensi kegagalan operasi pada Induction Electrical Furnace sudah
dilengkapi dengan beberapa safety device yang bekerja secara otomatis
diantaranya adalah sistem pengendali tegangan listrik, sistem pengendali
arus listrik, sistem pengendali temperatur water cooler, sistem pengendali
aliran pada water cooling. Dan pemutus arus manual pada control utama.
Kecelakaan kerja biasanya disebabkan bukan pada kegagalan operasi alat,
tetapi lebih kepada human error.
3. ZFArif BS, S.T.
Diklat spesialisK3PesawatTenagadanProduksi tahun2018
3
Gambar 1.2 Induction Electrical Furnace
Di dalam proses peleburan logam pada Induction Electrical
Furnace mengandung potensi bahaya yang dapat mengakibatkan
terjadinya kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja apabila
penggunaannya tidak memenuhi syarat-sayarat keselamatan dan kesehatan
kerja (K3).
Sumber bahaya yang tinggi pada Induction Electrical Furnace
terletak pada titik operasi pada furnace tersebut yaitu ruang peleburan dan
bibir furnace, tilting mechanism, sengatan listrik tegangan tinggi pada
system kelistrikan, penuangan cairan besi ke ladle, pemadatan material
pada ruang lebur secara manual, proses pemasukan material ke ruang lebur
furnace.
Selain itu terdapat potensi bahaya lain akibat proses produksi
tersebut diantaranya : debu, gas, suhu tinggi, radiasi radio aktif, radiasi
sinar ultra violet, cairan besi bersuhu tinggi dan peledakan. Oleh karena
itu, sangatlah penting untuk menerapkan syarat-syarat keselamatan dan
kesehatan kerja berdasarkan peraturan perundang-undangan keselamatan
kerja pesawat tenaga dan produksi serta standarisasi yang berlaku terhadap
Induction Electrical Furnace yang dipakai.
4. ZFArif BS, S.T.
Diklat spesialisK3PesawatTenagadanProduksi tahun2018
4
Dalam rangka memastikan terlaksananya peraturan perundang-
undangan Ketenagakerjaan, maka pengawas ketenagakerjaan melalui
Diklat Pengawasan Ketenagakerjaan Spesialis K3 Pesawat Tenaga dan
Produksi Tahun 2018 dibekali pengetahuan dan keterampilan dalam
melakukan pemeriksaan dan pengujian terhadap Pesawat Tenaga dan
Produksi, selama 2 (dua) bulan mulai dari Bulan Juli sampai dengan
Sepember 2018. Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
tersebut, maka peserta diwajibkan untuk melakukan Praktek Kerja
Lapangan (PKL) berupa pemeriksaan dan pengujian terhadap Pesawat
Tenaga dan Produksi.
Pemeriksaan dan pengujian yang kami lakukan dalam kegiatan
Praktek Kerja Lapangan adalah pemeriksaan dan pengujian pertama,
sesuai dengan Permenaker No 38 Tahun 2016 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Pesawat Tenaga dan Produksi, pembuatan laporan hasil
pemeriksaan dan pengujian, hingga pembuatan konsep Surat Keterangan
Memenuhi syarat K3 yang menjadi bagian tidak terpisahkan dalam
Laporan Hasil Praktek Pemeriksaan dan Pengujian Pesawat Tenaga dan
Produksi (LHP2 PTP).
Adapun praktek kerja lapangan untuk pemeriksaan dan pengujian
pertama Induction Electrical Furnace dilaksanakan selama 1 hari pada
tanggal 20 Agustus 2018, di perusahaan PT. Asama Indonesia
Manufacturing yang beralamat di Jl. Mitra Selatan II, Mitra Karawang
Industrial Estate Kec. Ciampel, Karawang, Jawa Barat.
2. Identitas Induction Electrical Furnance
Identitas merupakan gambaran umum terhadap peralatan dan
spesifikasi Induction Electrical Furnance yang menjadi obyek
pemeriksaan dan pengujian pertama, adapun data objeknya adalah
sebagai berikut :
a. Jenis Mesin : Induction Electrical Furnance
b. Perusahaan Pembuat/Negara : -
c. Lokasi Pembuatan : -
5. ZFArif BS, S.T.
Diklat spesialisK3PesawatTenagadanProduksi tahun2018
5
d. No. Serie : -
e. Type/Model : Tanur Induksi
f. Digunakan Untuk : Peleburan Logam
g. Kapasitas : 6 Ton / Jam
h. Gambar Kontruksi/Instalasi : terlampir
i. Cara Kerja : -
j. Gambar Kontruksi Alat Pelindung : -
k. Sertifikat Bahan/Material : -
l. Welding Procedure Spesification : -
m. Manufacturing data record : -
3. Dasar Hukum dan Referensi
Adapun dasar hukum pemakaian / penggunaan pesawat tenaga
dan produksi adalah sebagai berikut :
a. Undang-Undang No. 3 Tahun 1951 tentang Pernyataan Berlakunya
Undang-Undang Pengawasan Perburuhan Tahun 1948 NR. 23 Dari
Republik Indonesia Untuk Seluruh Indonesia;
b. Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja;
c. Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
d. Undang – Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan daerah;
e. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per.04/Men/1995 tentang
Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja;
f. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 33 Tahun 2016 tentang
Tata Cara Pengawasan Ketenagakerjaan;
g. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 38 Tahun 2016 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pesawat Tenaga dan Produksi.
Untuk referensi dan standard dalam melaksanakan pemeriksaan
dan pengujian pemasangan pesawat tenaga dan produksi adalah sebagai
berikut :
a. Standar Nasional Indonesia (SNI) SNI 0225:2011 Persyaratan Umum
Instalasi Listrik 2011(PUIL 2011)
b. Standart berlaku yang menjadi acuan
6. ZFArif BS, S.T.
Diklat spesialisK3PesawatTenagadanProduksi tahun2018
6
c. Manual book objek yang di riksa uji
4. Alat Ukur dan Alat Uji yang digunakan
Pada pemeriksaan dan pengujian pertama Tanur induksi /
Induction Electrical furnace menggunakan alat ukur sebagai berikut :
a. Ultra Sonic Wall Thickness Meter, berfungsi untuk mengukur
ketebalan plat dinding dapur dengan satuan ukur milimeter (mm).
b. Dye Penetrant Test, berfungsi untuk mengetahui adanya cacat pada
permukaan material.
c. Earth Tester, berfungsi untuk mengukur tahanan pembumian.
d. Hardness Tester, mengukur kekerasan material.
e. Roll Meter, berfungsi untuk mengukur dimensi pondasi mesin.
B. Pemeriksaan Dokumen
Adapun dokumen yang diperiksa adalah :
1. Gambar konstruksi/instalasi ;
2. Sertifikat bahan dan keterangan lain;
3. Manufacturing data record;
4. Cara kerja Induction Electrical Furnace;
Sedangkan, berdasarkan hasil pemeriksaan kelengkapan dokumen pada
praktek pemeriksaan dan pengujian pertama Induction Electrical Furnace,
dokumen yang tersedia adalah:
1. Gambar konstruksi/instalasi Induction elecrical furnace;
C. Pemeriksaan Visual
Pemeriksaan visual dimaksudkan untuk mengetahui kondisi fisik
keseluruhan mesin yang sedang dipasang sesuai dengan data / dokumen yang
ada. Dari pemeriksaan visual terhadap Induction Electrical Furnace
didapatkan bahwa dokumen yang tersedia secara garis besar dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Konstruksi dan Pondasi
7. ZFArif BS, S.T.
Diklat spesialisK3PesawatTenagadanProduksi tahun2018
7
a. Konstruksi mesin terpasang diatas pondasi dan tidak terjadi
kemiringan pada pemasangannya.
b. Pada pondasi tidak ditemukan adanya keretakan dan cacat pada
bagian-bagiannya.
c. Pemeriksaan permukaan luar kontruksi Induction Electrical furnance
tinggi tidak ditemukan kerusakan - kerusakan atau cacat dan retak.
d. Pemeriksaan permukaan luar steel shell Iduction Electrical Furnace
tidak ditemukan kerusakan-kerusakan atau cacat karena korosi dan
retak.
e. Sistem Hidrolik (tilting mechanism) dalam keadaan baik.
2. Sistem Kelistrikan
a. Pada panel-panel listrik terpasang di dalam kotak dan setiap tombol
diberi nama sesuai control kendalinya.
b. Sambungan-sambungan kabel listrik tertutup rapi dan tidak
ditemukan adanya isolasi yang terbakar.
c. Kabel listrik yang digunakan tersusun rapi dan diberi klaim, tidak
terlihat adanya kabel yang terkelupas.
d. Switchgear terpasang rapi dan tidak ditemukan kelonggaran pada
sambungan kabelnya.
3. Pemeriksaan Sistem Pendingin (Water Cooler) Induction electric
furnance pada pompa, pipa, manometer, termometer, dalam kondisi baik
serta tidak ditemukan kerusakan-kerusakan atau cacat karena korosi dan
retak.
4. Penangkap debu (Dust Precipitator) dalam keadaan baik.
5. Pada Ladle tidak ditemukan kerusakan.
6. Terdapat safety guarding berupa pagar pengaman.
D. HASIL Pengukuran dan Pengujian
1. Pengukuran
Pengukuran yang harus dilakukan pada Induction Electrical
Furnace pada pengujian pertama adalah:
f. Pondasi
8. ZFArif BS, S.T.
Diklat spesialisK3PesawatTenagadanProduksi tahun2018
8
g. Diameter Koil
h. Tahanan pembumian
i. Ketebalan dinding
j. Diameter dan ketebalan pipa pendingin
k. Daya motor hidrolik
l. Suhu shell
Pada saat dilakukan pemeriksaan di perusahaan, data pengukuran
yang diperoleh adalah :
a. Tahanan pembumian 1 Ώ
b. Temperatur air pendingin masuk 33 ⁰C, air pendingin keluar 86⁰C
c. Diameter pipa pendingin 5 inch, tebal pipa 3 milimeter
d. Tebal lining silika 10 cm
2. NDT
Non Destructive Test dilakukan pada posisi sambungan las
melintang dan T join pada plat steel shell bagian luar serta sambungan las
pada pipa – pipa pendingin. Hal ini dilakukan untuk memastikan tidak
adanya cacat pada sambungan las tersebut, karena sambungan tersebut
merupakan titik kritis yang menyebabkan munculnya potensi bahaya dan
kegagalan operasi.
Pada saat pemeriksaan diperusahaan, NDT tidak dapat dilakukan
karena tanur sedang beroperasi. Namun demikian diasumsikan semua
sambungan tersebut dalam kondisi baik.
3. Uji fungsi
Sistem proteksi safety otomatis saat dilakukan pemeriksaan dan
pengujian berfungsi dengan baik. Kerja system proteksi tersebut akan
membuat Induction Electrical Furnace Trip apabila terjadi kondisi sebagai
berikut :
9. ZFArif BS, S.T.
Diklat spesialisK3PesawatTenagadanProduksi tahun2018
9
a. Terjadi ketidakseimbangan tegangan input, maka proteksinya
ACI/AUX akan trip.
b. Jika terjadi kebocoran arus baik di coil, panel, maka relay GLD akan
memerintahkan trip.
c. Jika terjadi abnormal temperatur cooling system baik internal/panel
maupun coil maka thermostat manifolt cooling system memerintahkan
trip.
d. Jika terjadi air cooling system mampet, maka flow swith di area
manifold cooling system akan memerintahkan trip.
4. Kondisi Lingkungan Kerja
Dalam proses pekerjaan peleburan logam terdapat beberapa kondisi
bahaya yang bersifat fisika dan kimia, antara lain:
1. Suhu yang sangat tinggi, resiko heat stress dan berdampak kekurangan
cairan;
2. Radiasi sinar ultraviolet / inframerah, resiko merusak penglihatan dan
berdampak merusak penglihatan;
3. Debu pembakaran dari dalam tungku, resiko pnemokoniosis
berdampak paru – paru kronis;
4. Ledakan kecil / lontaran bunga api penuangan, resiko terbakarnya
kulit berdampak kecacatan pada telinga dan kulit.
Untuk mengetahui seberapa besar efek dari faktor fisika dan kimia
ke pekerja maka harus dilakukan pengukuran lingkungan kerja guna
mendapatkan nilai dari masing-masing faktor fisika dan kimia tersebut.
Hal tersebut dilakukan sebagai dasar untuk dilakukan hirarki pengendalian
bahaya, dengan melakukan Administrasif Kontrol berupa Standar
Operasional Prosedur (SOP) dan menyediakan APD sesuai dengan potensi
bahaya yang ada.
E. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
10. ZFArif BS, S.T.
Diklat spesialisK3PesawatTenagadanProduksi tahun2018
10
Dari hasil pemeriksaan dan pengujian pertama Induction Electrical
Furnace pengolahan logam yang ada di PT. Asama Indonesia
Manufacturing dapat disimpulkan sebagai berikut :
1) Berkas Pemeriksaan pertama belum dilengkapi dengan :
1) Sertifikat bahan dan keterangan lain;
2) Manufacturing data record;
3) Cara kerja pesawat tenaga dan produksi;
4) Gambar konstruksi dari alat perlindungan dan cara kerjanya;
2) Dari hasil pemeriksaan visual tidak ditemukan adanya kerusakan-
kerusakan atau cacat dan retak pada permukaan sambungan
pengelasan.
3) Safety device saat dilakukan uji fungsi bekerja dengan baik.
4) Untuk mendapatkan Surat Keterangan Memenuhi Syarat Keselamatan
dan Kesehatan Kerja, Tanur Induksi ini harus dilengkapi dengan
dokumen Sertifikat bahan dan keterangan lain, Manufacturing data
record, Cara kerja pesawat tenaga dan produksi, Gambar konstruksi
dari alat perlindungan dan cara kerjanya.
2. Saran
Dari hasil pemeriksaan dan pengujian pertama Induction Electrical
Furnace yang ada di PT. Asama Indonesia Manufacturing disarankan
kepada pemilik atau pengurus perusahaan untuk :
a. Pengusaha wajib mentaati peraturan perundang – undangan
ketenagakerjaan.
b. Melaksanakan pemeriksaan berkala setiap 1 (satu) tahun sekali dan
pengujian setiap 5 (lima) tahun.
c. Menggunakan sparepart sesuai standar pabrik pembuat di dalam
mengganti komponen Induction Electrical Furnace saat dilakukan
maintenance dan reparasi yang dilakukan oleh PJK3 Bidang Reparasi
yang Dirjen Binwasnaker dan K3 kemenaker RI.
11. ZFArif BS, S.T.
Diklat spesialisK3PesawatTenagadanProduksi tahun2018
11
d. Induction Electrical Furnance harus dioperasikan oleh operator yang
memiliki kompetensi dan Lisensi K3 dari Dirjen Binwasnaker dan K3
kemenaker RI.
e. Pengusaha wajib melakukan pemeriksaan dan pengujian faktor fisika
dan kimia di tempat kerja kepada pegawai pengawas spesialis K3
Lingkungan Kerja pada Dinas Tenaga Kerja Provinsi Jawa barat atau
PJK3 Riksa Uji Lingkungan Kerja yang memiliki SKP dari Dirjen
Binwasnaker dan K3 kemenaker RI.
f. Pengusaha wajib melengkapi dokumen meliputi :
1) Sertifikat bahan/material.
2) Cara kerja dapur tinggi.
3) Gambar konstruksi alat perlindungan dan cara kerjanya.
4) Welding Procedure Specification.