Dokumen tersebut membahas tentang perubahan kriteria waktu subuh berdasarkan penelitian ilmiah. Dokumen menjelaskan tentang ayat-ayat Alquran dan hadits yang menyebutkan tentang lima waktu shalat dan kriteria waktu subuh yang semula ditentukan berdasarkan terbitnya matahari menjadi ditentukan berdasarkan terangnya fajar. Dokumen ini memberikan informasi mengenai dasar-dasar syariat Islam tentang waktu-waktu
1. Hisab Waktu Salat dan Fenomena
Perubahan Kriteria Waktu Subuh
Oleh: Ir. Fadillah Sabri, S.T., M.Eng., IPM.
Mega Sukma, M.Si.
2. Waktu-Waktu Salat
Ibadah sholat adalah ibadah yang telah ditentukan waktunya. Dan Allah telah menentukan
waktu-waktu baginya. Firman Alloh di dalam Al-Qur’an :
اًتوُق ْوام اًبااتِك اينِنِمْؤُمْلا ىالاع ْتانااك اة ا
َلَّصال َّنِإ
(
النساء
103
)
Artinya : Sesungguhnya sholat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-
orang yang beriman. (An-Nisa’ 103)
3. Waktu-Waktu Salat
Sholat disyaria’tkan di dalam Islam pada bulan Rojab tahun ke-11 kenabian, saat rosululloh
diIsro’ dan Mi’rojkan ke sidrotil muntaha. Sholat diwajibkan bagi umat Islam dalam sehari
semalam sebanyak lima (5) kali, yaitu Shubuh, Dhuhur, Ashar, Maghrib dan Isya’.
او اونُحِبْصُت اين ِحاو اونُسْمُت اين ِح ِ َّ
َّللا ااناحْبُساف
ِ
ضْرا ْ
اْلاو ِتااوامَّسال يِف ُدْماحْلا ُهال
اًّيِشاعاو
اونُرِهْظُت اين ِحاو
(
الروم
17
-
18
)
Artinya : Maka bertasbihlah kepada Allah di waktu kamu berada di petang hari dan waktu
kamu berada di waktu subuh, dan bagi-Nyalah segala puji di langit dan di bumi dan di waktu
kamu berada pada petang hari dan di waktu kamu berada di waktu zuhur.(Ar-Ruum 17-18)
6. Waktu-Waktu Salat
Hadits tentang waktu Salat
Artinya : Dari Jabir bin Abdulloh, Bahwasanya Jibril datang kepada Nabi SAW, lalu berkata kepadanya :
Bangunlah dan berSalatlah, maka Nabi pun melakukan Salat Dhuhur pada saat matahari telah tergelincir.
Kemudian datang pula Jibril kepada Nabi pada waktu Ashar, lalu berkata : bangunlah dan berSalatlah, maka
Nabi melakukan Salat Ashar pada saat bayangan matahari sama dengan panjang bendanya. Kemudian Jibril
datang pula kepada Nabi waktu Maghrib, lalu berkata : Bangunlah dan berSalatlah, maka Nabi melakukan
Salat Maghrib, pada saat matahari telah terbenam. Kemudian Jibril datang lagi pada waktu Isya’ serta
berkata : Bangunlah dan berSalatlah, maka Nabi melakukan Salat Isya, pada saat mega merah telah hilang.
Kemudian datang pula Jibril pada waktu Subuh, lalu berkata : Bangunlah dan berSalatlah, maka
Nabi melakukan Salat Subuh pada saat fajar shadiq telah terbit. Pada keesokan harinya Jibril datang lagi
untuk waktu Dhuhur, Jibril berkata : Bangunlah dan berSalatlah, maka Nabi melakukan Salat Dhuhur pada
saat bayangan matahari yang berdiri telah menjadi panjang. Kemudian Jibril datang lagi pada waktu Ashar
pada saat bayangan matahari dua kali sepanjang dirinya. Kemudian datang lagi Jibril pada waktu Maghrib
pada saat waktu beliau datang kemarin juga. Kemudian datang lagi Jibril pada waktu Isya, diketika telah
berlalu separuh malam, atau sepertiga malam, maka Nabi pun melakukan Salat Isya, Kemudian datang lagi
Jibril diwaktu telah terbit fajar shadiq, lalu berkata : Bangunlah dan berSalatlah Subuh, sesudah itu Jibril
berkata : Waktu-waktu di antara kedua waktu ini, itulah waktu Salat.
7. Waktu-Waktu Salat Fardhu
Waktu Salat Dhuhur
Waktu salat Zuhur dimulai sejak matahari tergelincir (zawal), yaitu sesaat setelah matahari mencapai
titik kulminasi (culmination) dalam peredaran hariannya, sampai tiba waktu salat Asar.
Waktu Salat Ashar
Waktu salat Asar dimulai pada saat bayang-bayang suatu benda sama panjang dengan bendanya
sendiri ditambah dengan bayang-bayang zawal, sampai tibanya waktu Salat Magrib.
Waktu Salat Maghrib
Waktu salat Magrib dimulai sejak matahari terbenam sampai tiba waktu salat Isya.
Waktu Salat Isya’
Waktu salat Isya dimulai sejak hilang mega (syafak) merah sampai masuknya waktu salat Subuh.
Waktu Salat Subuh
Waktu salat Subuh dimulai sejak terbit fajar sampai terbit matahari.
9. Data yang dibutuhkan untuk Hisab Waktu Salat:
1. Lintang Tempat (φx), Lintang Utara bernilai Positif (+)
2. Bujur Tempat (λx), Lintang Selatan bernilai Negatif (-)
3. Bujur Daerah (λD)
(Waktu Indonesia Barat = 105ᵒ, Waktu Indonesia Tengah = 120ᵒ, Waktu Indonesia Timur = 130ᵒ);
1. Kerendahan Ufuk (Ikhtilaf al-Ufuk) (Dip)
perbedaan kedudukan antara ufuk yang sebenarnya (hakiki) dengan ufuk terlihat (mar’i ) oleh seorang pengamat.
Dip = 0ᵒ1,76’ x √m
keterangan (m = tinggi tempat)
5. Semi Diameter Matahari [nisf qutr asy-syams] (sd)
jarak antara titik pusat matahari dengan piringan luarnya atau seperdua garis tengah piringan matahari (jari-
jari). Semi diameter matahari yang dihitung adalah waktu terbit dan terbenam matahari, biasanya sd diberi angka
sebanyak 0ᵒ16’
Hisab Waktu Salat
10. Hisab Waktu Salat
Data yang dibutuhkan untuk Hisab Waktu Salat:
6. Refraksi Matahari [daqha’iq al-ikhtilaf] (R’)
Refraksi menyatakan selisih antara ketinggian benda langit menurut penglihatan dengan ketinggian sebenarnya. Besar
refraksi matahari di horizon adalah 0ᵒ 34′ 30 ″.
7. Deklinasi Matahari [mail asy-syams] (δ)
jarak matahari dari lingkaran ekuator diukur sepanjang lingkaran waktu yang melalui matahari itu hingga ke titik
pusat matahari tersebut. (dapat dilihat pada Ephemeris Posisi Matahari pada hari tersebut).
8. Perata Waktu [equation of time/ ta’dil al-waqt] (e)
Selisih waktu antara waktu matahari hakiki dengan matahari rata-rata (pertengahan) (dapat dilihat pada Ephemeris
Posisi Matahari pada hari tersebut).
9. Ihtiyat (i)
kehati-hatian sebagai suatu langkah pengamanan dalam perhitungan awal waktu salat dengan cara menambah atau
mengurangi sebesar 1-2 menit waktu dari hasil perhitungan yang sebenarnya.
11. Hisab Waktu Salat
Data yang dicari untuk Hisab Waktu Salat:
1. Rumus Ketinggian Matahari (h)
Dhuhur = melewati kulminasi matahari
Ashar = cotan h = tan (|φx - δ|)+ 1
Maghrib = h = -(sd + R’ + Dip)
Isya’ = h = -18ᵒ
Subuh = h = -18ᵒ
2. Sudut Waktu Matahari (t0 )
cos t0 =(sin h /cos φx /cos δ – tan φx x tan δ)/15
3. Awal Waktu Salat
12 + t0 – e + (BD - λx) / 15
4. Ihtiyath
Awal Waktu Salat + 2 menit (Kecuali waktu terbit -2 menit)
12. Hisab Waktu Salat
Contoh:
Hitung Awal Waktu Salat Fardhu pada 12 April 2023 di Pangkal Pinang
keterangan berikut:
Lintang tempat (φx) = 2ᵒ19’24,33” LS
Bujur tempat (λx) = 106ᵒ1’22,32” BT
Bujur daerah (λD) = 105ᵒ
Tinggi tempat (m) = 10 meter
Deklinasi Matahari (δ) = 8ᵒ34’56”
Equation of time (e) = - 0 menit 55 detik
13. Hisab Waktu Salat
Contoh:
Dicari:
Awal Waktu Dhuhur
Dhuhur = 12 – e + (λD – λx) / 15
= 12 – -0ᵒ0’55”+(105ᵒ – 106ᵒ1’22,32”) / 15
= 11:56:49,51
Tambahan detik berapapun dibulatkan ke menit selanjutnya
Dhuhur + ihtiyath = 11:57 + 2 menit
= 11:59 WIB
14. Hisab Waktu Salat
Contoh:
Awal Waktu Ashar
1. Ketinggian matahari ashar (h ashar)
Cotan h = tan (|φx - δ|)+ 1
= tan (|-2ᵒ19’24,33” - 8ᵒ34’56”|)+1
= tan (10ᵒ54’20,33”) + 1
h Ashar = 39ᵒ58’41,78”
2. Sudut waktu ashar (t ashar)
cos ta = (sin h /cos φx /cos δ – tan φx x tan δ)/15
= (sin 39ᵒ58’41,78”/cos -2ᵒ19’24,33”/cos 8ᵒ34’56”-tan -2ᵒ19’24,33” x tan 8ᵒ34’56”)/15
ta = 3ᵒ15’53,23”
3. Awal Waktu Ashar
Ashar = 12+ ta – e + (λD – λx) / 15
= 12 + 3ᵒ15’53,23” – -0ᵒ0’55” + (105ᵒ- 106ᵒ1’22,32” )/15
= 15:12:42,74 dibulatkan 15:13 + 2 menit = 15:15 WIB
15. Hisab Waktu Salat
Contoh:
Awal Waktu Maghrib
1. Tinggi matahari maghrib (h maghrib)
h maghrib = -(sd + R’ + Dip)
= -(0ᵒ16’0”+ 0ᵒ34’30” + 0ᵒ1,76’x √10)
= -0ᵒ56’3,94”
2. Sudut waktu maghrib (t maghrib)
cos tm = (sin h /cos φx /cos δ – tan φx x tan δ)/15
= (sin -0ᵒ56’3,94” /cos -2ᵒ19’24,33”/cos 8ᵒ34’56”-tan -2ᵒ19’24,33” x tan 8ᵒ34’56”)/15
tm = 6ᵒ2’22,78”
3. Awal Waktu Maghrib
Maghrib = 12+ tm – e + (λD – λx) / 15
= 12 + 6ᵒ2’22,78” – -0ᵒ0’55” + (105ᵒ - 106ᵒ1’22,32” )/15
= 17:59:12,29 dibulatkan 18:00 + 2 menit = 18:02 WIB
16. Hisab Waktu Salat
Contoh:
Awal Waktu Isya’
1. Tinggi matahari Isya’ (h isya’)
h isya’ = -18ᵒ
2. Sudut waktu isya’ (t isya’)
cos ti = (sin h /cos φx /cos δ – tan φx x tan δ)/15
= (sin -18ᵒ/cos -2ᵒ19’24,33”/cos 8ᵒ34’56”-tan -2ᵒ19’24,33” x tan 8ᵒ34’56”)/15
ti = 7ᵒ11’25,79”
3. Awal Waktu Isya’
Isya’ = 12+ ti – e + (λD – λx) / 15
= 12 + 7ᵒ11’25,79” – -0ᵒ0’55” + (105ᵒ - 106ᵒ1’22,32” )/15
= 19:08:15,30 dibulatkan 19:09+ 2 menit = 19:11 WIB
17. Hisab Waktu Salat
Contoh:
Awal Waktu Subuh
1. Tinggi matahari subuh (h subuh)
h subuh = -18ᵒ
2. Sudut waktu subuh (t subuh)
cos ts = (sin h /cos φx /cos δ – tan φx x tan δ)/15
= (sin -18ᵒ/cos -2ᵒ19’24,33”/cos 8ᵒ34’56”-tan -2ᵒ19’24,33” x tan 8ᵒ34’56”)/15
ti = 7ᵒ11’25,79” (karena matahari waktu subuh ada di timur maka nilainya minus)
= -7ᵒ11’25,79”
3. Awal Waktu subuh
Subuh = 12+ ts – e + (λD – λx) / 15
= 12 + -7ᵒ11’25,79” – -0ᵒ0’55” + (105ᵒ - 106ᵒ1’22,32” )/15
= 04:45:23,72 dibulatkan 04:46+ 2 menit = 04:48 WIB
19. Terbit
1. h (tinggi matahari) saat Terbit
h terbit nilainya sama dengan h terbenam (maghrib), yakni bernilai min (-)
Rumus : h (Terbit) = h (Maghrib)
2. Mencari tt (sudut waktu)
pada saat terbit tt bernilai minus (-)
Rumus :
cos tt = (sin h / cos φx / cos δ – tan φx x tan δ)/15
= (sin -0ᵒ56’3,94” /cos -2ᵒ19’24,33”/cos 8ᵒ34’56”-tan -2ᵒ19’24,33” x tan 8ᵒ34’56”)/15
tt = 6ᵒ2’22,78” (karena matahari waktu subuh ada di timur maka nilainya minus)
= - 6ᵒ2’22,78”
3. Awal waktu Terbit
terbit = 12+ ts – e + (λD – λx) / 15
= 12 + -6ᵒ2’22,78” – -0ᵒ0’55” + (105ᵒ - 106ᵒ1’22,32” )/15
= 05:54:26,73 dibulatkan 05:55 - 2 menit = 05:53 WIB (Khusus Terbit ihtiyath -2 menit)
20. Salat Dhuha
1. h (tinggi matahari) saat Dhuha
h = 4ᵒ30'
1. Mencari tt (sudut waktu)
pada saat dhuha tdh bernilai minus (-)
Rumus :
cos tdh = (sin h / cos φx / cos δ – tan φx x tan δ)/15
= (sin 4ᵒ30” /cos -2ᵒ19’24,33”/cos 8ᵒ34’56”-tan -2ᵒ19’24,33” x tan 8ᵒ34’56”)/15
tdh = 5ᵒ40’22,35” (karena matahari waktu subuh ada di timur maka nilainya minus)
= -5ᵒ40’22,35”
3. Awal waktu Dhuha
Dhuha = 12+ tdh – e + (λD – λx) / 15
= 12 + -5ᵒ40’22,35” – -0ᵒ0’55” + (105ᵒ - 106ᵒ1’22,32” )/15
= 06:16:27,16 dibulatkan 06:17+ 2 menit = 06:19 WIB
21. Waktu Imsak
Disamping waktu ikhtiyat, khusus dalam hal ibadah puasa terdapat ketentuan (walaupun tidak wajib)
waktu yang disebut Imsak. Yaitu jeda waktu sebelum masuknya waktu Shubuh berkisar sekitar 10
sampai 15 menit, untuk kehati-hatian.
Tanda-tanda waktu Shubuh adalah yang paling sulit diamati diantara tanda-tanda waktu sholat lainnya,
karena itu untuk menghindari batalnya puasa karena keterbatasan kita dalam mengobservasi fonemena
alam yang berkaitan dengan masuknya waktu Shubuh maka seyogyanya di beri batasan Imsak untuk
hati-hati.
الااق ْتِبااث ِْنب ِدْياز ْانع
:
ُث امَّلاس او ِهْيالاع ُهللا ىَّلاص ِهللا ِل ْوُسار اعام اانْرَّخاسات
اامُهانْياب اام ُْرداق ااانكاو ِةاَلَّصال ىالِإ اانْمُق َّم
ْيِسْماخ
ًًايي ان
Dari Zaid bin Tsabit, berkata : “Kami sahur bersama Rosululloh SAW. Kemudian kami mununaikan
sholat Shubuh, dan waktu antara sahur dengan sholat sekitar 50 ayat (membaca Al-Qur’an 50 ayat)”.
Disimpulkan oleh ahli hisab bahwa jeda bacaan 50 ayat antara sahurnya Rosululloh dan waktu Shubuh
tersebut sekitar 10 sampai 15 menit.
Contoh:
Imsak = Subuh – 10 menit
= 04:48 – 10 menit = 04:38 WIB
22. PENGUKURAN KECERLANGAN LANGIT MALAM
MENGGUNAKAN SKY QUALITY METER UNTUK
PENENTUAN LOKASI GELAP PENGAMATAN ASTRONOMI
DAN PENENTUAN WAKTU SUBUH DI PULAU BANGKA
MEGA SUKMA M. Si
24. Tabel Sudut untuk Awal Waktu Subuh
No Negara / Kelompok Negara
Sudut Depresi Matahari (dip)
positif derajat
Fajar dan Senja
1 Islamic Society of North America (ISNA) 15
2 Muslim World League (MWL) 18
3 Umm Al-qura Makkah 18,5
4 Eqyptian General Authority of Survey 19,5
5 University of Islamic Science, Karachi 18
6 Malaysia 18
7 Kemenag 20
8 NU 20
9 Muhammadiyah 18
25. SQM mengukur kecerlangan langit malam (fotometer)
portable dengan keluaran dalam satuan magnitude per detik
busur persegi (MPSAS). Semakin tinggi nilai MPSAS maka
kecerlangan langitnya semakin baik begitu pula sebaliknya.
SQM yang digunakan adalah SQM-LU-DL-V dan SQM-LU-
DL.
Keuntungan
• Harga relatif murah
• Ringan (80-110gr), mudah dibawa dan diarahkan
• Resolusi data per detik secara kontinu
• Output dalam satuan magnitudo/arcsec2
• Dapat diintegrasikan dgn baterai, panel surya, GPS, AWS.
• Ada versi Data Logger
• SQM sudah terkalibrasi
Sky Quality Meter (SQM)
Lensa
USB -B
1MB Flash
chip
TSL23
7
26. Medan Pandang dan Sensitivitas SQM
Medan pandang
sebesar 20
derajat,
320
nm
720
nm
Rentang visual dengan
lebar 400 nm
Relatif sama dengan
sensitivitas mata
Cinzano 2007
27. Penggunaan SQM menyisir (scan) langit
www.mhhe.com
1. Hubungkan SQM-LU-DL-V ke komputer dengan kabel USB.
2. Menjalankan program UDM dan klik prangkat sesuai dengan SQM
yang digunakan.
3. Pilih tab Data Logging".
4. Scan langit dari zenit ke horizon dan sebaliknya.
5. Melakukan scan langit berulang mengarah ke setiap mata angin.
28. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah 6 titik pengamatan. Lokasi
pengambilan data dilakukan di Bangka induk, Pusat Kota Bangka Lokasi Taman
Bintang, Museum Gerhana Matahari Total (Bangka Selatan), Bangka Tengah
dan Yogyakarta
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data kecerlangan langit
yang diperoleh dari pengamatan menggunakan Sky Quality Meter yang
terhubung dengan raspberry pi model B+ untuk memudahkan dalam
pengambilan data. Pengambilan data setiap titik dilakukan sepanjang malam
dengan interval waktu 3 detik.
Scan langit menggunakan SQM LU-DL-V. Pengambilan data dengan interval 1
detik.
29. Grafik data fajar yang diukur dengan SQM tanggal
9 Juli 2021 dengan metode difference - moving
average- Polynomial untuk menentukan titik belok
kurva kecerahan langit.
Perumusan Simple Moving Average (SMA)
An: data ke-n, dimana n: rentang waktu
Memilih polynomial dengan nilai R2 > 0,95, dan
mengubah nilai decimal orde 12 (untuk
meningkatkan akurasi saat fitting)
Titik perpotongan dengan nilai 0 menunjukkan waktu titik
belok
Menggunakan Accurate Times untuk menentukan
sudut kedalaman (solar dip)
Difference - Moving average – Polynomial
30. Pengukuran dari Zenit ke Horizon
Gambar IV.5 Grafik kecerahan langit pada empat arah mata angin a) utara, b) timur, c) selatan, dan d) barat
tanggal 23 Juli 2021 di Pantai Ketawai dengan koordinat 2,350562° LS 106,248907° BT.
a
Perubahan sudut SQM mempengaruhi nilai
kecerahan langit yang dapat dilihat pada
gambar IV.5. Nilai kecerahan langit semakin
menurun saat sudut SQM semakin kecil.
Nilai kecerahan langit di arah zenit lebih
besar dibandingkan dengan arah
horizon.Selisih yang diperoleh dari arah
zenit dan horizon berkisar antara 2,11-3,96
MPSAS
b
Lokasi: Pantai Ketawai
a b a
c
d
31. Gambar
IV.7
Grafik
kecerahan
langit
dan
moving
average
pada
tanggal
9
Juli
2021
di
Bakam
dengan
koordinat
1,973486°
LS
105,876456°
BT
Dari gambar dapat dilihat ada kalanya nilai kecerahan langit yang diperoleh
relatif konstan untuk beberapa waktu. Nilai kecerahan langit yang konstan
menunjukkan bahwa langit masih gelap atau malam. Lalu pada saat tertentu
mulai terjadi penurunan nilai kecerahan langit secara bertahap. Hal ini
disebabkan cahaya Matahari mulai menyinari atmosfer bumi meskipun
Matahari masih di bawah horizon sehingga nilai kecerahan langit berubah.
Pada saat ini dianggap sebagai terbit fajar. Garis tebal warna merah dan biru
masing-masing menunjukkan nilai kecerahan langit (KL) dan nilai moving
average (MA). Garis putus-putus warna hitam menunjukkan polinomial dari
kecerahan langit. Titik-titik warna hitam menunjukkan polinomial dari moving
average. Titik belok polinomial bertepatan dengan pukul 04:53:41 WIB atau
pada ketinggian Matahari 16,37° di bawah horizon.
Pengukuran Waktu Fajar
32. Gambar IV.13 Grafik kecerahan langit dan
moving average pada tanggal 15 Juli 2021
di desa Bakam dengan koordinat 1,973486°
LS 105,876456° BT
Titik belok polinomial bertepatan dengan pukul 19:13:03 WIB atau
pada ketinggian Matahari 17,12° di bawah horizon. Polinomial untuk
moving average menggunakan orde 5. Titik belok polinomial
bertepatan dengan pukul 19:15:01 WIB atau pada ketinggian
Matahari 17,57° di bawah horizon. Ketinggian Matahari pada saat
senja berakhir dapat dilihat pada tabel IV.4.
Pengukuran Waktu Fajar