Pada saat ini kebutuhan akan regenerasi kawasan perkotaan dirasakaan semakin penting. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah globalisasi, meningkatnya kebutuhanuntuk mengubah image kota (re-imagining city) , dan pemanfaatan kultur sebagai suatu industri. Perkembangan globalisasi di dunia yang disertai dengan perkembangan pasar dan meningkatnya kompetisi antarkota, telah mengharuskan setiap kota mempunyai spesialisasi atau keunikan tersendiri untuk membedakan dirinya dengan kota-kota yang lain.
1. Regenerasi Kota di
Westergasfabriek, Amsterdam
PROGRAM PASCA SARJANA
JURUSAN MAGISTER ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN PARIWISATA
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
2016
2. Pada saat ini kebutuhan akan regenerasi kawasan perkotaan dirasakaan semakin penting. Hal ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah globalisasi, meningkatnya kebutuhan
untuk mengubah image kota (re-imagining city) , dan pemanfaatan kultur sebagai suatu industri.
Perkembangan globalisasi di dunia yang disertai dengan perkembangan pasar dan meningkatnya
kompetisi antarkota, telah mengharuskan setiap kota mempunyai spesialisasi atau keunikan
tersendiri untuk membedakan dirinya dengan kota-kota yang lain.
LATAR BELAKANG..
Untuk memenangkan persaingan antarkota di dunia, sebuah kota harus memiliki keunggulan
kompetitif dan keunggulan komparatif dibandingkan dengan kota-kota lainnya. Salah satu cara
untuk memiliki keunggulan tersebut adalah melalui proses re- imagining kota.
The re-imagining process means the planner promoted "a critical mass of physical development
spearheaded by a flagship project", in concept as well as in physical design and to dilute the
backward looking symbolism of the present (Gold and Ward, 1994).
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39. Kendala yang dihadapi untuk penggunaan jangka panjang adalah masalah tanah di sekitar
lingkungan pabrik yang terkena polusi. Pada tahun 1980, pemerintah menganggap satu-satunya
cara adalah dengan memindahkan tanah yang berpolusi dan menghancurkan bangunan-
bangunan di lingkungan pabrik. Kedua rencana tersebut kemudian dibatalkan karena biaya yang
dibutuhkan sangat tinggi. Sementara itu, pada waktu yang sama nilai bangunan-bangunan di
kompleks Westergasfabriek mengalami peningkatan disebabkan industrial legacy. Pada tahun
1989, bangunan-bangunan di lokasi Westergasfabriek dinyatakan sebagai monumen nasional.
40. Pemerintah Amsterdam menyelenggarakan suatu kompetisi untuk membuat rencana
meregenerasikan kembali Westergasfabriek. Westergasfabriek akan dikembangkan sebagai taman
kota dan daerah kultural, seperti Parc de la Villette di Paris dan Thames Barrier Park di London.
Seperti halnya Westergasfabriek, kedua tempat tersebut berlokasi di pusat kota dan merupakan
bekas daerah industri.
41. Saat ini Westergasfabriek digunakan sebagai tempat rekreasi bagi para penduduk kota
Amsterdam dan sekitarnya. Dilokasi tersebut juga dilengkapi dengan berbagai fasilitas kultural
seperti kafe, restoran, bioskop, gedung teater, galeri, dan desain studio. Selain itu,
Westergasfabriek merupakan tempat diselenggarakannya berbagai event kultural seperti
pameran seni, konser musik, dan sebagainya
46. PERMASALAHAN
Dengan karpet merah, koridor bendera serta jalan yang tertutup, jalan ini menjadi a real eye-
catcher dan merupakan inti dari kompleks Westergasfabriek.
47. Industri cultural memungkinkan perkembangan ekonomi kultural meningkat ke arah yang
lebih luas. Ketika suatu area mengalami proses revitalisasi sebagai pusat kota, hal ini juga
berarti bahwa di daerah tersebut telah berkembang suatu pola konsekuensi spasial sebagai
lokasi kegiatan perekonomian baru.
48. Northern Quarter sebagai cultural quarter memanfaatkan potensi lokal termasuk pemberdayaan
penduduk lokal dan melakukan transformasi ruang terbuka menjadi sesuatu yang bernilai seni
(art functional space), misalnya melalui program Urban Jungle, Public Art Scheme, Warp and
Weft, dan Street Signs.
49. Pemerintah Amsterdam kemudian melakukan regenerasi dengan cara melakukan restrukturisasi
di sektor ekonomi dan sosial. Wastergasfabriek sebagai sebuah proyek regenerasi
dilatarbelakangi oleh keinginan kota Amsterdam untuk berkompetisi dengan kota-kota lain di
Belanda dalam menarik investor dengan membangun pusat kota sebagai area dengan beragam
fasilitas yang berbeda, seperti toko-toko seni, cultural sites, service dll. Sedangkan tujuan
intemalnya adalah menciptakan suatu area bagi para cultural entrepreneurs dan perusahaan
yang inovatif. Wastergasfabriek diharapkan menjadi suatu area tempat berkumpulnya kegiatan
kultural yang berbeda sekaligus sebagai bentuk pembangunan sosial (social development), serta
menyediakan lapangan pekerjaan. Pada saat ini lokasi wastergasfabriek menjadi daerah pop
cluster, tempat berkumpulnya berbagai kegiatan kultural.
50. Cultural quarter merupakan suatu strategi yang digunakan untuk melakukan revitalisasi ekonomi
daerah perkotaan yang tidak bemilai (depressed) menjadi sesuatu yang mempunyai nilai
tambah bagi daerah tersebut sekaligus bagi kota. Cultural quarter juga telah menjadi salah satu
acuan dalam melakukan regenerasi sekaligus menjaga lingkungan dan preservasi sumber daya
yang berharga. Cultural quarter dalam konsep lokalisasi merupakan bagian dari proses belajar
yang dinamis, yang pada perkembangannya dibentuk sekaligus membentuk anglomerasi
berbagai kegiatan atau usaha dari sektor industri yang sejenis. Cultural quarter sebagai sebuah
strategi revitalisasi kawasan perkotaan tidak hanya melakukan regenerasi aspek fisik semata
tetapi juga komersialisasi sektor kultural.
51. Cultural quarter sebagai salah satu bagian dari industri kultural menawarkan kesempatan untuk
melakukan regenerasi dan revitalisasi kawasan pusat kota. Industri kultural juga mampu
mengembangkan dan memperkuat kultur lokal dengan menyediakan area multifungsi (mixed
use space) sebagai tempat tinggal sekaligus tempat bekerja. Sebagai kontribusi dalam
meningkatkan pendapatan di sektor ekonomi, industri kultural telah terbukti meningkatkan
produktivitas melalui pembentukan jaringan kerja sama (network) di antara kelompok
masyarakat yang terlibat di dalam industri tersebut. Investasi yang ditanamkan di area yang
mengalami regenerasi akan mampu memberikan pcluang kerja bagi masyarakat yang tertarik
untuk bekerja di sektor kultural secara khusus dan sektor-sektor lain pada umumnya . Hal ini
berarti bahwa industri kultural juga mampu menjaga kelangsungan hidup (sustainability)
masyarakat di lingkungan tersebut.
52. Dapat disimpulkan bahwa cultural quarter adalah suatu strategi bagi kota untuk melakukan
suatu intervensi yang proaktif, yang melibatkan proses regenerasi kawasan perkotaan. Tidak
semua bagian atau area perkotaan dapat diubah menjadi cultural quarter. Hanya daerah yang
memiliki karakter dan image yang unik terutama di sektor kultural, yang berpotensi menjadi
cultural quarter. Untuk mengembangkan suatu area menjadi cultural quarter, kota
membutuhkan flagship project yang melibatkan regenerasi kawasan tidak bernilai (derelict)
menjadi area yang lebih dinamis dan bernilai ekonomis. Cultural quarter juga melibatkan orang-
orang yang bekerja di bidang seni dengan menyediakan tempat bekerja (working space) di
dalam kawasan tersebut. Strategi pengembangan cultural quarter ini diharapkan mampu
menarik investor luar bagi pengembangan area tersebut pada khususnya dan bagi kota pada
umumnya.
53. REFERENSI
Bianchini and Schwengel, 1991, Re-imagining The City in The Corner,
Campbell, Scot & Fainstein, Susan, eds., 1996, Readings in Planning Theory, Blackwell, Oxford
Castells, Manuel, 1997, The Power of Identity, Blackwell, Oxford
Cherry, Gordon E, 1982, The Political Town Planning, Longman, London, New York Cohen,
Nahoum, 1999, Urban Conservation, The MIT Press, Cambridge
Eisner Simon, et al, 1993, The Urban Pattern, 6th edition, Van Nostrand Reinhold, New York
Gold, John R, & Ward, Stephen V, eds. 1994, Place Promotion, The Use of Publicity and Marketing
To Sell Towns and Cities, John Willey & Sons, Wst Sussex, United Kingdom
Joas, Hans, 1992, The Creativity of Action, Polity Press, Cambridge
Landry, Charles & Bianchini, Franco, 1995, The Creative City, Demos Comedia, London
Lash, Scott & Urry, John, 1994, Economics of Signs and Space, Sage Publication London
Maika, Amelia, 2000, Creating Cultural Quarter, An Analysis on Palembang Project Indonesia
Based on Veemarktkwartier and Northern Quarter, thesis, MA in European Urban Cultures,
Vrije Universiteit Brussels (Belgium), Katholieke Universiteit Brabant (The Netherlands),
Manchester Metropolitan University (UK), University of Art and Design (Helsinki).
Northern Quarter Association, Applied Art in The Northern Quarter
Short, John Rennie & Kim, Yeong-Hyun, 1999, Globalisation and The City, Longman, Essex, United
Kingdom