Makalah ini membahas tentang masyarakat madani. Diuraikan pengertian masyarakat madani, ciri-ciri dan karakteristiknya, serta sejarah perkembangan konsep masyarakat madani. Masyarakat madani didefinisikan sebagai kumpulan manusia yang hidup secara ideal dan taat pada aturan hukum. Ciri-ciri masyarakat madani meliputi terintegrasinya individu, penyebaran kekuasaan, dan supremasi hukum
3. 3
Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Masyarakat madani pada dasarnya merupakan suatu ruang yang terletak antara negara
di satu pihak dan masyarakat di pihak lain. Dalamruang lingkup tersebut terdapat
sosialisasi warga masyarakat yang bersifat sukarela dan terbangun dari sebuah jaringan
hubungan di antara assosiasi tersebut, misalnya berupa perjanjian, koperasi, kalangan
bisnis, Rukun Warga, Rukun Tetangga, dan bentuk organisasi-organisasi. Masyarakat
Madani sendiri adalah tatanan masyarakat sipil yang mandiri dan demokratis,
masyarkat madani lahir dari proses penyemaian demokrasi, yang hubunganya
diibaratkan dengan ikan dan air. Didalammakalah ini saya akan membahas mengenai
masyarakat madani yang biasa dikenal dengan istilah masyarakat sipil (civil society).
1.2 Rumusan Masalah
Mendeskrpsikan Masyarakat Madani
Bagaimana Ciri-ciri dan Karakteristik Masyarakat Madani
Bagaimana Sejarah Masyarakat Madani
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini agar pembaca dapat mengenal atau mengetahui lebih
dalam dan terperici tentang masyarakat madani. Baik itu pengertiannya,
karakteristiknya, sejarahnya, dan peranan umat islamdalammewujudkan masyarakat
madani yang sebenar-benarnya.
4. 4
Bab II
Pembahasan
1.1 Deskripsi tentang masyarakat madani
Masyarakat Madani adalah sebuah peradaban yang dicita-citakan oleh Nabi. Masyarakat madani adalah Thayyibatun wa rabbun ghafur.
Yaitu masyarakat atau kota yang amat makmur dan direstui Allah. Secara sosiologis-geografis, Masyarakat madani adalah tipe masyarakat
agraris yang memungkinkan di antara mereka terjalin hubungan yang solid dan harmonis. Mereka sangat menghargai kebhinekaan dan
menggunakan akal budi yang luhur yang selalu haus terhadap kebajikan. Dan untuk menwujudkan hal tersebut, dibutuhkan seorang
pemimpin yang arif dan inisiatif.
Masyarakat madani adalah masyarakat yang beradab, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, yang maju dalam penguasaan ilmu
pengetahuan, dan teknologi.
Allah SWT memberikan gambaran dari masyarakat madani dengan firman-Nya dalamQ.S. Saba’ ayat 15:
Artinya :“Negerimu adalah negeri yang baik (nyaman) dan (Tuhanmu) adalah Tuhan yang Maha Pengampun”.
Dalamistilah Alquran, kehidupan masyarakat madani tersebut dikontekskan dengan baldatun thayyibatun wa rabbun ghafūr yang secara
harfiyah diartikan, negeri yang baik dalam keridhaan Allah. Istilah yang digunakan Alquran sejalan dengan makna masyarakat yang ideal,
dan masyarakat yang ideal itu berada dalam ampunan dan keridahan-Nya. “Masyarakat ideal” inilah yang dimaksud dengan masyarakat
madani.
Pengertian masyarakat dalam Kamus BesarBahasa Indonesia adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu
kebudayaan yang mereka anggap sama.[4] Kata masyarakat tersebut, berasal dari bahasa Arab yaitu syarikat yang berarti golongan atau
kumpulan. Dalamal-Munjid dikatakan bahwa al-syarikat adalah “تالط (”اإلخbercampur). Selain kata ini, istilah masyarakat dalambahasa
5. 5
Arab, juga biasa disebut dengan al-mujtama. Louis Ma’luf menjelaskan arti al-mujtama’ adalah مجازا لى ع جماعة من ناس ال ين ع ض خا ين قوان ل
ظم ون عامة (suatu kumpulan dari sejumlah manusia yang tunduk pada undang-undang dan peraturan umum yang berlaku).
Kata madani, menurut hasil analisis morfologis yang dikemukakan oleh Prof. Dr. H. Abd. Muin Salim, adalah berasal dari kata dāna yang
menurutnya memiliki dua pola pengembangan, yaitu dain (mengambil utang) dan dīn (ber-agama). Antara makna kedua pola ini (utang
dan agama) terdapat hubungan yang erat. Utang adalah sesuatu yang harus dibayar, dan agama pada hakekatnya adalah tanggung jawab
yang harus ditunaikan umat manusia dalam wujud pengabdiannya kepada Sang Pencipta.
Kata dāna yang disebutkan di atas, adalah sesungguhnya berasal dari kata dayana, yadīnu kemudian dibaca dāna, yadīnu. Dari sini,
kemudian menjadi madīnah sebagai ismmakān yang merupakan perubahan dari kata madyan yang dalam Alquran disebut sebagai kota
tempat nabi Syu’aib. Dari kata madyan dan madīnah melalui penyesuaian fonem terbentuklah kata madani sebagai nisbah dari kata
madīnah, yakni kota ideal yang dibangun oleh Nabi saw. Sehingga, dapat dikatakan secara esensial kehidupan madani ditandai dengan
adanya supremasi hukum dalam kehidupan dan tatanan masyarakat.
Dengan berdasar pada pengertian “masyarakat” dan “madani” yang telah diuraikan maka istilah “masyarakat madaniah” dapat diartikan
sebagai kumpulan manusia dalam satu tempat (daerah/wilayah) di mereka hidup secara ideal dan taat pada aturan-aturan hukum, serta
tatanan kemasyarakatan yang telah di-tetapkan. Dalamkonsep umum, masyarakat madani tersebut sering disebut dengan istilah civil
society (masyarakat sipil) atau al-mujtama’ al-madani, yang pengertiannya selalu mengacu pada “pola hidup masyarakat yang berkeadilan,
dan berperadaban”.
6. 6
1.2 Ciri-ciri dankarakteristik masyarakat madani
Adapun ciri-ciri dari masyarakat madani yaitu sebagai berikut:
NO. Adapun ciri-ciri dari masyarakat madani yaitu sebagai berikut:
1. Terintegrasinya individu-individu dan kelompok-kelompok ekslusif kedalam
masyarakat melalui kontrak sosial dan aliansi sosial
2. Menyebarnya kekuasaan sehingga kepentingan-kepentingan yang
mendominasi dalam masyarakat dapat dikurangi oleh kekuatan-kekuatan
alternatif.
3. Dilengkapinya program-program pembangunan yang didominasi oleh negara
dengan program-program pembangunan yang berbasis masyarakat.
4. Terjembataninya kepentingan-kepentingan individu dan negara karena
keanggotaan organisasi-organisasi volunter mampu memberikan masukan-
masukan terhadap keputusan-keputusan pemerintah.
5. Meluasnya kesetiaan (loyalty) dan kepercayaan (trust) sehingga individu-
individu mengakui keterkaitannya dengan orang lain dan tidak
mementingkan diri sendiri.
Karakteristik dalam masyarakat yang madani antara lain :
Free public sphere (ruang publik yang bebas), yaitu masyarakat memiliki
akses penuh terhadap setiap kegiatan publik, yaitu berhak dalam
menyampaikan pendapat, berserikat, berkumpul, serta mempublikasikan
informasikan kepada publik.
Demokratisasi, yaitu proses dimana para anggotanya menyadari akan hak-
hak dan kewajibannya dalam menyuarakan pendapat dan mewujudkan
kepentingan-kepentingannya
Toleransi, yaitu sikap saling menghargai dan menghormati pendapat serta
aktivitas yang dilakukan oleh orang/kelompok lain.
Pluralisme, yaitu sikap mengakui dan menerima kenyataan mayarakat
yang majemuk disertai dengan sikap tulus,
Keadilan sosial (social justice), yaitu keseimbangan dan pembagian antara
hak dan kewajiban, serta tanggung jawab individu terhadap
lingkungannya.
Partisipasi sosial, yaitu partisipasi masyarakat yang benar-benar bersih
dari rekayasa, intimidasi, ataupun intervensi penguasa/pihak lain.
Supremasi hukum, yaitu upaya untuk memberikan jaminan terciptanya
keadilan
7. 7
Sebagai pengembangan masyarakat melalui upaya peningkatan
pendapatan dan pendidikan
Sebagai advokasi bagi masyarakt yang teraniaya dan tidak berdaya
membela hak-hak dan kepentingan
Menjadi kelompok kepentingan atau kelompok penekan.
1.3 Sejarah Masyarakat Madani
Filsuf Yunani Aristoteles (384-322) yang melihat masyarakat madani sebagai sistem
negara atau identik dengan negara itu sendiri. Pandangan ini adalah tahap pertama
dari sejarah wacana masyarakat sipil.
Selama masyarakat sipil Aristoteles dipahami sebagai sistemnegara dengan
menggunakan istilah ” koinonia politike ”, yaitu komunitas politik di mana warga
dapat terlibat langsung dalam berbagai arena ekonomi-politik dan pengambilan
keputusan.
Perumusan masyarakat sipil dikembangkan lebih lanjut oleh Thomas Hobbes “1588-
1679 M” dan John Locke (1632-1704), yang melihatnya sebagai kelanjutan dari
evolusi alam society.
According Hobbes, sebagai antitesis dari negara masyarakat sipil memiliki peran
untuk mengurangi konflik di masyarakat sehingga ia harus memiliki kekuasaan
mutlak, sehingga ia mampu mengendalikan dan mengawasi erat pola interaksi
“perilaku politik” setiap warga negara.
Berbeda dengan John Locke, kehadiran masyarakat sipil adalah untuk melindungi
kebebasan dan milik setiap warga negara.
Tahap kedua, pada tahun 1767 Adam Ferguson mengembangkan wacana
masyarakat madanidengan konteks sosial dan politik di Skotlandia.
Ferguson, menekankan visi etis dari masyarakat madani dalam kehidupan sosial.
Pemahaman ini lahir bukan dari pengaruh dampak revolusi industri dan kapitalisme
yang melahirkan kesenjangan sosial yang mencolok.
Tahap ketiga, pada tahun 1792 Thomas Paine mulai menafsirkan wacana
masyarakat madani sebagai sesuatu yang bertentangan dengan lembaga-lembaga
negara, bahkan ia dianggap sebagai antitesis dari Negara. Menurut pandangan ini,
Negara tidak lain hanyalah kebutuhan buruk belaka. Konsep negara yang sah,
menurut aliran pemikiran ini, adalah perwujudan dari delegasi kekuasaan yang
diberikan oleh masyarakat dalamrangka menciptakan sesuatu kesejahteraan
bersama.
Semakin sempurna masyarakat sipil, semakin besar kemungkinan untuk mengatur
kehidupan warga negaranya sendiri .
Tahap keempat, wacana masyarakat madani dikembangkan lebih lanjut oleh Hegel
“1770-1837 M”, Karl Marx “1818-1883 M” dan Antonio Gramsci “1891-1937 M”.
Mengingat tiga masyarakat madani merupakan elemen ideologis kelas dominan.
8. 8
Tahap kelima, wacana masyarakat madani sebagai reaksi terhadap sekolah
Hegelian dari Alexis de Tocqueville dikembangkan “1805-1859 M”. Pemikiran
Tocqueville pada masyarakat madani sebagai kelompok kekuatan menyeimbangkan
Negara.Menurut Tocqueville, kekuatan politik dan masyarakat madani adalah
utama kekuatan yang membuat demokrasi Amerika memiliki daya tahan kuat.
Adapun pencarian pertama dimulai istilah masyarakat madani adalah Adam
Ferguson dalambukunya “An Essay on the History of Civil Society”, yang diterbitkan
pada tahun 1773 di Skotlandia . Ferguson menekankan masyarakat sipil pada visi
etis bermasyarakat.
Pemahamannya hidup digunakan untuk mengantisipasi perubahan sosial yang
disebabkan oleh revolusi industri dan munculnya kapitalisme, serta perbedaan
mencolok antara individu.
9. 9
Bab III
Penutup
Kesimpulan
Dalammewujudkan masyarakat madani dan kesejahteraan umat haruslah berpacu
pada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dan kita harus mengetahui apa yang dimaksud
dengan masyarakat madani itu dan cara menciptakan suasana pada masyarakat
madani tersebut yang terdapat pada zaman Rasullullah.
Selain memahami apa itu masyarakat madani kita juga harus melihat pada potensi
manusia yang ada di masyarakat, khususnya di Indonesia. Potensi yang ada di
dalam diri manusia sangat mendukung kita untuk mewujudkan masyarakat madani.
Karena semakin besar potensi yang dimiliki oleh seseorang dalammembangun
agama Islammaka akan semakin baik pula hasilnya.
Di dalam Islammengenal yang namanya zakat, dengan zakat ini kita dapat
meningkatkan taraf hidup masyarakat hingga mencapai derajat yang disebut
masyarakat madani. Selain itu, ada pula wakaf, wakaf selain untuk beribadah
kepada Allah juga dapat berfungsi sebagai pengikat jalinan antara seorang muslim
dengan sesama. Jadi wakaf mempunyai tiga fungsi yakni fungsi ibadah, fungsi sosial
dan fungsi ekonomi. Insya Allah dengan menjalankan syariat Islamdengan baik dan
teratur kita dapat memperbaiki kehidupan bangsa ini secara perlahan.