Dokumen tersebut merangkum hasil penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan wisatawan domestik untuk berkunjung ke Yogyakarta dengan menggunakan analisis faktor. Penelitian ini mengidentifikasi tiga atribut utama wisata Yogyakarta, yaitu budaya, sejarah, dan alam. Hasilnya menunjukkan bahwa wisatawan relatif puas dengan layanan, meski fasilitas dan aktivitas rekreasi masih perlu ditambah
Mpa 1,winda hapzi ali, analisis faktor, universitas mercu buana, 2017
1. METODE PENELITIAN
FAKTOR ANALISIS BUDAYA, SEJARAH, DAN
DETERMINAN WISATA ALAM DI YOGYAKARTA :
PERSPEKTIF WISATAWAN DOMESTIK
Winda Widyanty
67116020011
PROGRAM DOKTOR MANAGEMENT
FAKULTAS PASCA SARJANA
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2017
2. Analisis Faktor dari Budaya, Sejarah, dan Determinan Wisata Alam di
Yogyakarta : Perspektif Wisatawan Domestik.
Anggi Rahajeng
(Staf dan Peneliti Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik
Universitas Gadjah Mada)
Abstrak
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi keputusan wisatawan untuk berkunjung ke Yogyakarta
dengan menggunakan teknik analisis faktor. Selanjutnya, penelitian ini
mencoba untuk mengeksplorasi persepsi wisatawan terhadap pariwisata
Yogyakarta. Wisata Yogyakarta memiliki tiga atribut rekreasi utama,
yaitu atribut budaya, sejarah, dan alam. Hasil empirik menunjukkan
bahwa, secara keseluruhan, pengunjung puas dengan layanan yang
disediakan di tempat rekreasi yang dipilih. Namun, terdapat kekurangan
fasilitas dan diversifikasi kegiatan rekreasi. Karena itu, beberapa faktor
seperti akomodasi, kepuasan dan tempat rekreasi menjadi aspek penting
untuk menarik pengunjung.
Pendahuluan
Yogyakarta merupakan tujuan wisata terbesar kedua setelah Bali.
Banyak faktor yang membuat Yogyakarta paling dicari setelah Bali.
Faktor - faktor tersebut meliputi keragaman dan jumlah destinasi di
Yogyakarta (ada lebih dari 50 tujuan wisata). Faktor lainnya adalah
atribut budaya, sejarah dan alam sebagai ciri utama dan identitas unik
wisata dari Yogyakarta. Atribut tersebut bisa menggambarkan
pariwisata Yogyakarta secara keseluruhan.
Meski Yogyakarta merupakan kawasan wisata yang menarik, jumlah
wisatawan yang berkunjung masih relatif kecil dibandingkan daerah lain
di Indonesia. Tabel 1 menunjukkan jumlah wisatawan yang
mengunjungi Yogyakarta pada tahun 2003 yang menurun secara
signifikan dari 204.527 wisatawan menjadi 53.548 pengunjung, dan
jumlah wisatawan meningkat lagi pada tahun 2003 dan seterusnya.
Rata-rata kunjungan wisatawan mancanegara di Yogyakarta relatif
pendek. Pada tahun 2005 durasi kunjungan wisatawan domestik dan
mancanegara hanya dua sampai tiga hari (Tabel 2).
3. Tabel 1 : Jumlah Wisatawan Domestik dan Mancanegara yang
Berkunjung ke Indonesia dan Yogyakarta
Tahun Wisatawan Mancanegara Wisatawan Domestik
Indonesia Yogyakarta Indonesia Yogyakarta
2001 5,153,620 103,838 103,884,3 2,860,278
2002 5,033,400 204,527 105,377,7 2,038,962
2003 4,467,021 53,548 110,031,3 1,819,323
2004 5,321,165 87,832 111,353,4 1,913,511
2005 5,002,101 79,844 112,701,2 1,913,603
Sumber : Dinas Pariwisata Yogyakarta, Statistik Pariwisata Yogyakarta
2005
Tabel 2 : Lama Tinggal di Yogyakarta 2001-2005
Akomodasi 2001 2002 2003 2004 2005
F D F D F D F D F D
Hotel
Berbintang
2.0
5
1.1
0
1.9
1
1.2
5
1.8
0
1.2
0
2.2
0
1.4
6
2.2
2
1.6
5
Hotel Tidak
Berbintang
2.0
3
1.6
5
1.8
3
1.8
4
1.9
5
1.7
8
1.8
4
1.6
5
2.4
1
2.3
0
Rata-rata 2.0
4
1.3
8
1.8
4
1.5
3
1.8
8
1.5
0
2.0
2
1.5
6
1.3
2
1.9
8
Catatan: F = turis asing, D = wisatawan domestik
Sumber: Dinas Pariwisata Yogyakarta, Statistik Turis Yogyakarta 2005
Beberapa upaya telah dilakukan terus menerus untuk menarik
wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta dan masih harus
ditingkatkan, apalagi setelah gempa di Yogyakarta pada Mei 2006.
Pemerintah harus berbuat lebih banyak untuk mendorong pariwisata di
Yogyakarta. Karena itu, penting untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi minat wisatawan untuk datang ke Yogyakarta. Untuk
melakukannya sebuah model dibuat berdasarkan persepsi atau
pandangan wisatawan.
Tujuan Penelitian
Studi ini mencoba untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi keputusan wisatawan untuk berkunjung ke Yogyakarta
berdasarkan persepsi wisatawan domestik dan untuk mengetahui
persepsi wisatawan domestik dari pariwisata Yogyakarta.
4. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Yogyakarta. Potensi wisata Yogyakarta terbagi
menjadi tiga, yaitu potensi alam, sejarah dan budaya.
Alam
Utara, barat laut dan barat daya Yogyakarta adalah daerah pegunungan.
Berdiri di utara Gunung Merapi, gunung berapi aktif. Letusan Gunung
Merapi memiliki bentuk yang khas, itulah tipikal awan musim panas
yang sering disebut wedhus gembel. Ada gunung
menoreh di barat laut, sedangkan di sebelah tenggara adalah gunung
Sewu yang sangat unik. Pegunungan Sewu terdiri dari bahan batu kapur
dengan sungai bawah tanah, gua dan danau. Beberapa Pegunungan di
daerah ini memiliki potensi ekowisata dan flora dan fauna yang indah
sebagai Keanekaragaman hayati yang unik.
Yogyakarta dikenal sebagai tempat yang menarik bagi peneliti, ahli
geologi, dan Vulkanologi untuk gua di batu kapur dan untuk gunung
berapi yang aktif. Sekitar Pantai Parangtritis adalah bukit pasir, yang
disebut "gumuk" atau bukit pasir. Sutikno (seperti dikutip dari Sinar,
18 Mei 1996) menyatakan bahwa gundukan pasir jarang ditemukan di
daerah basah tropis seperti itu.
Yogyakarta memiliki kawasan hutan milik negara terbatas yang
sebagian memiliki potensi sebagai Obyek wisata ekologi seperti hutan
hujan tropis di lereng Gunung Merapi, Hutan sukses primer di dekat
puncak Gunung Merapi, Decideous Jati yang unik Vegetasi, hutan di
Gunung Kidul. Hutan tersebut dulu digali sebagai tempat pendidikan
dan penelitian.
Selain kawasan hutan, pertanian dan hortikultura dapat dikembangkan
untuk agrowisata. Wisata agro sekarang telah dikembangkan di
Kabupaten Sleman, yaitu di daerah utara sekitar Kaliurang dengan Salak
Pondoh sebagai komoditas unggulan dan maju dari Yogyakarta. Kondisi
seperti itu juga bisa ditemukan di Bantul, Kulon Progo dan Kabupaten
Gunung Kidul yang juga berpotensi mengembangkan daerah wisata
agro. Tanah, taman, halaman, kotak rumput berteras dan berbentuk
terasiring merupakan objek yang sangat menarik untuk dikembangkan
sebagai daya tarik agrowisata.
Selain menciptakan agro wisata, pertanian dan perkebunan bisa
menciptakan daerah hunian dengan pola garis dan lebar. Bentuk
semacam itu menentukan sistem sosial dan budaya untuk pemukiman
5. lainnya seperti di daerah pegunungan, dataran rendah, dan daerah pantai.
Warga yang tinggal di Gunung batu kapur, misalnya di Gunung Kidul,
secara kultural berbeda dengan mereka yang tinggal di wilayah aluvial
di Bantul dan Kulon Progo. Perbedaan sistem sosial seperti itu masih
ada berdasarkan filosofi Jawa yang membuatnya unik. Potensi ini dapat
dikembangkan sebagai Obyek dan daya tarik wisata pedesaan.
Sejarah
Bagi para arkeolog, Yogyakarta sangat menarik karena memiliki sekitar
36 candi atau tempat bersejarah. Candi Prambanan misalnya adalah
Candi terbesar dan paling terkenal. Pura di Indonesia dibangun pada
abad ke-9. Terletak di bagian timur, sekitar 30 km dari Yogyakarta.
Borobudur adalah candi Budha terbesar dan tercatat sebagai salah satu
dari Tujuh Keajaiban Dunia, terletak di timur laut dan sekitar 42 km dari
Yogyakarta. Candi Mendut adalah tempat bagi orang untuk menyembah
Buddha di dalamnya karena terdapat Patung Buddha Gautama di
dalamnya.
Budaya
Yogyakarta juga memiliki lingkungan yang indah. Banyak bangunan
tradisional masih bagus yang dipertahankan di Yogyakarta. Harmoni
diciptakan dari perpaduan antara kehidupan tradisional dan modern.
Beberapa situs tradisional masih terjaga dengan baik sampai sekarang.
Suasana malam dengan lampu romantis membuat Yogyakarta menjadi
kawasan yang menarik untuk dikunjungi, tidak hanya untuk sekali tapi
juga menciptakan momen nostalgia dan membawa wisatawan untuk
kembali. Kesenian dan budaya tradisional seperti gamelan, tarian
tradisional mengingatkan siapa saja yang melihatnya pada kehidupan
masa lalu. Umumnya, obyek wisata budaya ini berada disekitar Istana
Sultan. Kraton adalah pusat budaya mengacu pada kehidupan budaya
kerajaan Mataram. Perkembangan kehidupan modern ini ditandai
dengan perkembangan teknologi modern yang memungkinkan untuk
berkembangnya kehidupan tradisional di Yogyakarta secara harmonis.
Kondisi seperti itu menciptakan kehidupan dan perilaku social
Yogyakarta sebagai orang yang sopan. Berbagai kesenian tradisional,
situs, kendaraan, dan arsitektur tradisional menjadikan Yogyakarta
sebagai "museum budaya Jawa yang hidup."
Tinjuan Pustaka
Analisis faktor adalah teknik untuk menggabungkan pertanyaan atau
variabel yang bisa dibuat faktor baru dan juga menggabungkan target
untuk membuat grup baru secara berurutan. Faktor Analisis dilakukan
6. dari analisis teknik interdependensi karena dianalisis Interkoneksi antara
pertanyaan, variabel atau target. Faktor analisis memiliki karakter yang
berbeda dengan Uji statistik lainnya seperti uji t atau ANOVA karena
ini bukan tes untuk perbedaan antara kelompok subjek.
Analisis faktor membentuk struktur rumit yang digunakan untuk
mengidentifikasi hubungan antara seperangkat variabel yang diamati
biasanya dalam jumlah besar. Selanjutnya, variabelnya dikurangi
menjadi dimensi atau faktor yang lebih kecil dengan karakter yang
hampir sama (Nunnally dan Bernstein, 1994). Ada dua jenis analisis
faktor, yaitu eksplorasi dan konfirmatori. Exploratory factor analysis
(EFA) digunakan oleh peneliti yang tidak memiliki pengetahuan tentang
berapa banyak faktor yang dibutuhkan untuk menjelaskan hubungan
antara himpunan karakteristik, indikator atau item (Gorsuch, 1993;
Schmelkin dan Pedhazur, 1991; Tabachnick dan Fidell, 2001). Oleh
karena itu, peneliti menggunakan metode analisis faktor untuk
menjelaskan faktor utama sebagai fokus modelnya. Sementara itu,
analisis faktor konfirmatori (CFA) digunakan oleh peneliti yang
memiliki pengetahuan yang cukup tentang kerangka kerja utama di
mana model akan ditinjau. Tujuan CFA adalah untuk menguji teori atau
hipotesis dan untuk membandingkan struktur faktor.
Ada beberapa fase mendasar untuk menghitung Eksploratori Faktor
Analisis (EFA). Pertama adalah mengidentifikasi pertanyaan yang
mewakili variabel yang akan dipilih dengan menggunakan dua metode
pendekatan, yaitu wawancara mendalam dan intelijen bisnis dengan
focus group discussion.
Kedua, menyiapkan data untuk perhitungan matriks korelasi dengan
memilih indikator atau variabel layak untuk dimasukkan dalam analisis
faktor. Seleksi dilakukan dengan analisis faktor melalui proses reduksi
data dengan mengelompokkan sejumlah variabel dengan korelasi kuat.
Variabel dengan korelasi lemah dan variabel lainnya akan dikecualikan
dari analisis faktor. Proses reduksi data dilakukan dengan
membandingkan skal-skala uji KMO-MSA dan Barlett.
Ketiga adalah meringkas semua variabel untuk mengekstrak faktor
awal. Variabel yang dipilih akan dikelompokkan pada faktor tertentu.
Ada dua pendekatan dalam proses penggalian faktor awal, yaitu
principal component analysis (PCA) dan common factor analysis
(CFA). Keuntungan PCA adalah pemahamannya yang mudah dan biasa
digunakan dalam proses ekstraksi untuk analisis faktor. Namun PCA
7. juga memiliki kelemahan karena pola cenderung melebih-lebihkan
hubungan antara seperangkat variabel linier.
Keempat adalah memutar faktor. Faktor-faktor yang telah ditetapkan
umumnya menggambarkan perbedaan antara faktor-faktor karena suatu
faktor harus memiliki perbedaan yang signifikan dengan faktor-faktor
lainnya. Oleh karena itu, rotasi diperlukan untuk mengklarifikasi isi
faktor dan untuk memperjelas apakah faktor-faktor tersebut terbentuk
secara signifikan berbeda dari yang lain. Ada dua jenis rotasi yaitu
ortogonal dan oblique yang masing-masing memiliki asumsi yang
berbeda.
Kelima, menyempurnakan solusinya, disimpulkan bahwa solusinya
telah diperoleh dan mengidentifikasi faktor-faktor yang telah ditetapkan
pemurnian faktor pemuatan nilai faktor yang telah diputar. Nilai faktor
pembebanan ditunjukkan oleh tabel 'matriks komponen yang diputar
atau matriks struktur faktor terputar', yang berisi item dengan korelasi
antara faktor. Item dianggap memberi yang jelas dan kuat jika nilai
pemuatannya lebih dari 0,90 namun kurang dari 0,60 jika item tersebut
dianggap lemah.
Metode Penelitian
Penelitian ini, menggunakan Exploratory Factor Analysis (EFA). Ini
berarti bahwa variabel akan dipilih secara independen. Focus Group
Discussion dengan pihak-pihak yang terkait dengan masalah penelitian
untuk mengatur variabel yang akan ditinjau. Focus Group Discussion
dilakukan untuk menghasilkan 21 item pertanyaan. Dua puluh satu item
tersebut diajukan kepada responden untuk mengetahui keadaan-keadaan
informasi pariwisata Yogyakarta yang kemudian digunakan dalam
analisis faktor. Semua pertanyaan memiliki nada positif dan dibuat
dalam skala likert 1 sampai 6 (sangat tidak setuju sampai sangat setuju).
Jadi proses reduksi data dilakukan untuk keperluan perhitungan matriks
korelasi. Hal ini untuk memilih indikator atau variabel atau pertanyaan
yang masuk akal yang harus disertakan dalam analisis faktor. Maka
variabel yang memiliki korelasi kuat dikelompokkan. Jika variabel
berkorelasi lemah dengan variabel lain, variabel ini kemudian
dikecualikan dari analisis faktor. Semua proses dalam penelitian ini
menggunakan perangkat lunak SPSS. Proses reduksi data dilakukan
dengan skala untuk mendapatkan angka KMO-MSA dan Barlett's Test.
Langkah selanjutnya adalah meringkas variabel sehingga mendapatkan
lebih sedikit faktor (penggalian faktor awal). Penelitian ini
menggunakan analisis Principal Component Analysis (PCA) untuk
8. proses ekstraksi karena mudah dipahami dan dianggap lebih sesuai
dengan tujuan penelitian ini. Komponen Utama merangkum informasi
yang ada menjadi sejumlah variabel dan faktor. Konsep informasi dalam
PCA adalah total informasi pada masing-masing variabel.
Proses selanjutnya adalah rotasi. Penelitian ini menggunakan rotasi
ortogonal yang mengasumsikan bahwa tidak ada korelasi antar faktor.
Pendekatan yang dipilih untuk melakukan rotasi ortogonal adalah
varimax. Varimax dapat menyederhanakan kolom-load factor-loading
matrix dengan memaksimalkan variasi pemuatan dan memaksimalkan
perbedaan antara pemuatan tinggi dan pemuatan rendah. Selain itu,
varimax mudah diterjemahkan memberikan informasi yang jelas tentang
korelasi antara item dengan faktor yang terbentuk.
Langkah terakhir, penutup solusi yang didapat dan penamaan faktor-
faktor yang telah terbentuk (menyempurnakan solusi). Penelitian ini
tidak bertujuan untuk membuat proses regresi faktor-faktor tersebut
karena penelitian ini hanya ingin mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi keputusan wisatawan yang tertarik untuk berkunjung ke
Yogyakarta. Data diperoleh pada bulan November-Desember 2006.
Pemilihan responden bersifat acak. Sebanyak 194 sampel responden
dipilih antara wisatawan domestik berasal dari luar Yogyakarta dan
Magelang.
Hasil dan Pembahasan
Profil Responden
Aspek pendidikan, sebanyak 47% dari total responden (92 orang)
memiliki standar mutu pendidikan universitas yang baik, baik tingkat
diploma, sarjana, dan lulusan. SMP diperhitungkan 18%, sedangkan
yang lainnya (27%) adalah SMA. Menyumbang 66% dari total
responden adalah status tunggal. Pendapatan rata-rata responden adalah
Rp 1.300.000 per bulan. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata turis yang
datang ke Yogyakarta adalah orang berpenghasilan menengah.
Pentingnya kunjungan ke Yogyakarta dibandingkan dengan kunjungan
ke kota lain agar responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini
ditinjau. Sebanyak 49,5% responden menyatakan bahwa kunjungan ke
Yogyakarta lebih penting daripada mengunjungi kota-kota lain.
Sebanyak 42,8% responden menyatakan tempat rekreasi sangat penting
sementara 40,7% responden menyatakan secara wajar. Rata-rata
pengeluaran responden adalah Rp 1.400.000. Sebanyak 31,4%
9. responden menghabiskan kurang dari Rp 500.000 dan Rp 500.001-Rp
1.500.000
Tabel 3. Pentingnya Kunjungan
Items Frequency %
Pentingnya mengunjungi
Yogyakarta dibandingkan
dengan yang lain
Sangat Penting
Sedang
Kurang penting
Tidak penting
96
68
6
24
49.5
35.1
3.1
12.4
Total 194 100
Pentingnya daerah rekreasi
dibandingkan dengan yang lain
Sangat Penting
Sedang
Kurang penting
Tidak penting
83
79
3
29
42.8
40.7
1.5
14.9
Total 194 100
Pandangan responden terhadap kondisi pariwisata Yogyakarta
Tabel 4: Pandangan responden terhadap kondisi pariwisata Yogyakarta
Item 1 2 3
Freq % Freq % Freq %
Mudah mendapatkan informasi di
Yogyakarta
0 0.0 31 16 163 84
Mudah untuk mendapatkan informasi
tentang area rekreasi
9 4.6 107 55.2 78 40.2
Mudah memasuki Yogyakarta 36 18.6 73 37.6 85 43.8
Mudah untuk memasuki daerah
rekreasi
81 41.8 51 26.3 62 32
Mudah untuk mengakses akomodasi 0 0.0 32 16.5 162 83.5
Mudah mengakses area hiburan 0 0.0 33 17 161 32.5
Mudah mengakses layanan publik 29 14.9 102 52.6 63 32.5
Mudah untuk menemukan pusat
souvenir
2 1.0 19 9.8 173 89.2
Merasa aman di Yogyakarta 0 0.0 22 11.3 172 88.6
Perhatian dan kepedulian terhadap
Gempa 27 Mei
0 0.0 48 24.7 146 75.3
10. Gempa 27 Mei sebagai salah satu
daya tarik untuk berkunjung ke
Yogyakarta
45 23.2 47 24.2 102 52.6
Tidak takut protes mahasiswa 0 0.0 36 18.6 158 81.5
Tidak ada gangguan vendor informal 112 57.7 55 28.4 27 13.9
Nyaman untuk transportasi modern 119 61.4 75 38.7 0 0
Nyaman untuk transportasi
tradisional
41 21.1 80 41.2 73 37.7
Puas dengan pelanyanan di area
rekreasi
67 34.5 59 30.4 68 35.1
Nyaman selama liburan 0 0.0 22 11.3 172 88.7
Menikmati sifat dan karakteristik
masyarakat
0 0.0 11 5.7 183 94.4
Pilihan tempat wisata 0 0.0 5 2.6 189 97.4
Pengalaman unik 0 0.0 5 2.6 189 97.5
Harga Terjangkau 0 0.0 8 4.1 186 95.8
Keterangan
1. Tidak setuju; Kombinasi skala likert 1 & 2
2. Netral; Kombinasi dari skala likert 3 & 4
3. Setuju; Kombinasi dari skala likert 5 & 6
Sumber : Pengolahan data
Tabel 4 menunjukkan pandangan responden mengenai kondisi
pariwisata Yogyakarta. Terhitung 163 responden (84%) menyatakan
bahwa dengan mudah mendapatkan informasi lengkap tentang
Yogyakarta. Sebanyak 78 responden (40,2%) menyatakan bahwa
mereka sepakat bahwa dengan mudah memperoleh informasi yang
komprehensif tentang tempat-tempat rekreasi di Yogyakarta. Ini berarti
informasi lengkap tentang Yogyakarta dan daerah rekreasi mudah
ditemukan baik melalui agen pariwisata / travel, media cetak, media
elektronik, atau internet. Persepsi responden terhadap kemudahan
transportasi antara kota / negara bagian ke Yogyakarta terdiri dari 36
orang (18,6%) tidak setuju dan 85 orang (43,8%) setuju bahwa
transportasi mudah ke Yogyakarta. Lain halnya dengan pandangan
responden terhadap kemudahan transportasi ke tempat rekreasi di
Yogyakarta adalah 41,8% responden dinyatakan mengalami kesulitan.
Mereka masih perlu menggunakan kendaraan pribadi karena sulit
mengakses angkutan umum.
Sejumlah 162 orang (83,5%) menyatakan bahwa mudah untuk
menemukan fasilitas seperti akomodasi di Yogyakarta seperti guest
house, hotel, penginapan, hostel, dan lain sebagainya di Yogyakarta.
Yogyakarta memiliki banyak tempat hiburan. Ini adalah pandangan dari
161 responden (83%) yang menyatakan bahwa mereka dengan mudah
memenuhi berbagai tempat hiburan di Yogyakarta. Sementara kondisi
11. dan ketersediaan layanan publik seperti rumah sakit, kantor polisi,
menyumbang 14,9% dari total responden menyatakan mereka tidak
mudah menemukan layanan tersebut. Sebanyak 173 responden (89,2%)
sepakat bahwa mereka mudah menemukan tempat-tempat penjualan
souvenir di Yogyakarta. Hanya 2 orang yang mengatakan bahwa mereka
tidak setuju dengan pernyataan ini. Keadaan ini menambah daya tarik
bagi wisatawan karena Yogyakarta juga terkenal dengan kualitas dan
kerajinannya yang unik.
Gempa yang terjadi pada tanggal 27 Mei 2006 di Yogyakarta
menimbulkan kekhawatiran tidak hanya di Indonesia tapi juga
masyarakat internasional. Ditemukan bahwa 146 responden (75,3%)
menyatakan keprihatinan akan dampak gempa di Yogyakarta. Gempa di
Yogyakarta juga bisa menjadi faktor penentu bagi masyarakat Indonesia
untuk berkunjung ke Yogyakarta seperti yang dinyatakan oleh 102
responden (52,6%). Kunjungan mereka bisa diartikan membantu
menghidupkan kembali kondisi pariwisata Yogyakarta yang hancur
akibat gempa. Namun, ada 45 orang (23,2%) yang tidak tertarik
mengunjungi Yogyakarta setelah gempa karena ada ketakutan akan
gempa bumi yang sama.
Menyumbang 81,5% dari total responden menyatakan tidak takut
dengan demonstrasi mahasiswa. Yogyakarta dikenal sebagai kota
pendidikan, dimana banyak siswa berasal dari berbagai daerah di
Indonesia. Mereka sering melakukan demonstrasi untuk menyampaikan
aspirasi mereka. Menurut 112 responden (57,7%), keberadaan vendor
informal itu mengganggu. Pedagang sering memaksa wisatawan untuk
membeli barang yang ditawarkan. Oleh karena itu keberadaan pedagang
tersebut harus dikelola agar tidak mengganggu aktivitas pariwisata
Yogyakarta. Secara keseluruhan wisatawan merasa aman di
Yogyakarta, seperti yang diungkapkan oleh 172 responden (88,6%).
Transportasi modern (taksi, bus) di Yogyakarta tidak cukup nyaman
untuk 119 responden (61,4%). Pada transportasi tradisional (becak,
andong) sebanyak 37,7% responden menyatakan nyaman menggunakan
transportasi tradisional di Yogyakarta, namun 41 orang (21,1%)
mengaku tidak nyaman menggunakan transportasi tradisional ini. Secara
keseluruhan wisatawan yang datang berkunjung ke Yogyakarta merasa
nyaman saat berlibur di Yogyakarta.
Salah satu tempat wisata di Yogyakarta merupakan ciri khas masyarakat
yang santun dan ramah. Ada 183 responden (94,4%) menyatakan
ungkapan ini. Tidak hanya tentang karakteristik masyarakatnya,
12. Yogyakarta juga memiliki banyak pilihan tempat rekreasi mulai dari
alam (pegunungan, pantai, hutan), budaya, sejarah, pendidikan, dan
wisata kuliner. Selain itu, 189 responden (97,5%) menyatakan bahwa
pengalaman turnya unik di Yogyakarta dan 95,8% dari total responden
menyatakan perjalanan ke Yogyakarta relatif lebih murah dibandingkan
kota lain. Artinya, pariwisata Yogyakarta terjangkau untuk setiap
tingkat pendapatan.
Hasil Empiris Analisis Faktor
Penentuan indikator atau variabel yang diuraikan dalam bentuk
pertanyaan yang harus dilakukan dengan Focus Group Discussion
dengan beberapa travel agent. Focus Group Discussion dilakukan
dengan 21 item pertanyaan yang diajukan responden untuk
mengidentifikasi persepsi responden terhadap pariwisata Yogyakarta.
Pada Tabel 5 di bawah ini menunjukkan item yang digunakan dalam
penelitian ini. Semua pertanyaan memiliki nada positif dan persepsi
responden menunjukkan skala likert dengan 1 sampai 6 yaitu:
1. Tidak benar-benar setuju
2. Tidak setuju
3. Netral (tidak dipegang)
4. Kesepakatan yang sederhana
5. Setuju
6. Sangat setuju
Setelah informasi tentang persepsi responden terhadap kondisi
pariwisata Yogyakarta didapat, maka langkah selanjutnya adalah proses
reduksi data. Pengurangan data dilakukan untuk memilih variabel atau
indikator, atau pertanyaan yang masuk akal untuk dimasukkan dalam
analisis berdasarkan faktor korelasi. Jika variabel berkorelasi dengan
variabel lemah maka variabel-variabel ini akan dikecualikan dari
analisis faktor. Semua proses dalam penelitian ini menggunakan
software SPSS. Proses reduksi data dilakukan dengan skala untuk
melihat bagaimana sebuah angka KMOMSA dan Barlett's Test.
Tabel 5: Indokator yang digunaka dalam faktor analisis
No Indikator
1 Mudah mendapatkan informasi di Yogyakarta
2 Mudah untuk mendapatkan informasi tentang area rekreasi
3 Mudah memasuki Yogyakarta
13. 4 Mudah untuk memasuki daerah rekreasi
5 Mudah mengakses akomodasi
6 Mudah mengakses area hiburan
7 Mudah mengakses layanan publik
8 Mudah untuk menemukan pusat souvenir
9 Merasa aman di Yogyakarta
10 Perhatian dan kepedulian terhadap Gempa 27 Mei
11 Gempa 27 Mei sebagai salah satu daya tarik untuk berkunjung
ke Yogyakarta
12 Tidak takut protes mahasiswa
13 Tidak ada gangguan vendor informal
14 Nyaman untuk transportasi modern
15 Nyaman untuk transportasi tradisional
16 Puas dengan pelanyanan di area rekreasi
17 Nyaman selama liburan
18 Menikmati sifat dan karakteristik masyarakat
19 Pilihan tempat wisata
20 Pengalaman unik
21 Harga Terjangkau
Tabel 6 di bawah ini menunjukkan jumlah angka MSA diperoleh dari
kovarian matriks anti-citra. MSA adalah jumlah matriks diagonal
kondisi dan tidak boleh kurang dari 0,50. Jika jumlahnya kurang dari
0:50 berarti item harus keluar dari analisis faktor. Proses penghilangan
barang dilakukan satu per satu mulai dari yang terkecil sampai nilai
semua MSA lebih dari 0,50. Proses pertama, nilai MSA adalah item
terkecil 8, kemudian 8 item dikecualikan dari analisis faktor. Proses ini
berakhir sampai semua nilai MSA lebih dari 0,50. Proses reduksi data
akhirnya menghasilkan 14 item.
Selain nilai MSA, nilai KMO-Barlett'test juga harus diperhatikan. Tabel
7 di bawah ini menunjukkan jumlah nilai KMO-Barlett'test untuk setiap
proses reduksi data yang dilakukan. Jika nilai KMO kurang dari 0:50
maka proses reduksi data tidak bisa dilakukan. Hasil penelitian
menemukan bahwa nilai proses reduksi delapan data KMO lebih dari
0,50, ini berarti delapan proses reduksi data dapat dilakukan. Selain itu,
nilai skala Barlett'test kira-kira perkiraan nilai chi-kuadrat dan
signifikansi. Hasil empiris menunjukkan bahwa delapan proses reduksi
data signifikan (0.00).
15. 9 0.587 Digunakan
10 0.533 Digunakan
11 0.559 Digunakan
12 0.502 Digunakan
13 0.508 Digunakan
14 0.553 Digunakan
16 0.57 Digunakan
17 0.554 Digunakan
19 0.515 Digunakan
20 0.572 Digunakan
Sumber : Pengolahan data
Proses reduksi data menghasilkan 14 item yang akan digunakan dalam
analisis faktor seterusnya, artinya ada 7 item yang tidak termasuk dalam
analisis faktor. Proses selanjutnya adalah meringkas variabel sehingga
menghasilkan variabel yang kurang (penggalian faktor awal).
Pendekatan studi ini menggunakan Principal Component Analysis
(PCA). Hasil PCA dapat dilihat pada Tabel 9.
Komponen Utama mengandung nilai Eigen awal, jumlah ekstraksi
pemuatan kuadrat, rotasi dan jumlah pemuatan kuadrat seperti terlihat
pada Tabel 9. Kondisi awal nilai eigen yang digunakan lebih dari 1. Dari
14 item, hanya ada 4 item. Yang memiliki nilai eigen awal lebih dari 1
yang berarti 14 item tersebut dikelompokkan menjadi 4 kelompok
faktor. Dengan demikian keempat faktor dari 14 item yang juga
memiliki jumlah ekstraksi nilai pemuatan kuadrat, rotasi dan jumlah
pemuatan kuadrat lebih dari 1. Ini memenuhi kriteria dalam proses
pembentukan faktor dalam proses ekstraksi dengan pendekatan
principal component analysis (PCA).
Tabel 9. Penjelasan Total Varians
V Total Variance Explained
Initial Eigenvalues Extraction Sums of
Squared Loadings
Rotation Sums of
Squared Loadings
1 1.920 1.920 1.687
2 1.637 1.637 1.517
3 1.377 1.377 1.488
4 1.146 1.146 1.387
5 1.094
6 1.016
7 .924
8 .887
16. 9 .859
10 .779
11 .691
12 .599
13 .569
14 .502
Tabel 10. Value of Rotation Process
Component
1 2 3 4
X2 -.522 -.0.41 .012 .103
X5 -.012 -.028 .681 -.227
X6 .360 -.066 .170 .140
X7 .674 .347 -.017 -.086
X9 -.403 -.175 .120 .049
X10 .137 .572 -.063 -.004
X11 -.002 -.057 -.050 .758
X12 .017 .686 .007 .071
X13 -.440 .319 .289 .224
X14 .036 .627 .031 -.308
X16 .043 .183 .703 .158
X17 -.049 .164 -.587 -.708
X19 .023 .031 -.122 -.708
X20 .671 -.044 .193 .167
Sumber : Pengolahan data
Faktor yang diidentifikasi dari proses ekstraksi tidak dapat
dipertimbangkan untuk mendapatkan faktor komponen yang jelas dan
biasanya kurang jelas menggambarkan perbedaan antar faktor. Faktor
harus berbeda secara signifikan dengan faktor lainnya. Oleh karena itu
diperlukan proses rotasi (Tabel 10) untuk mengetahui kandungan faktor
yang jelas dan kejelasan apakah faktor-faktor yang telah terbentuk
berbeda dengan faktor lainnya yang signifikan.
Kemudian kesimpulan solusi telah diperoleh dan untuk memberi nama
faktor (refining the solution). Hal ini dilakukan dengan menganalisis
tabel 'matriks komponen yang diputar atau matriks struktur faktor
rotasi', yang berisi korelasi antara faktor-faktor tersebut. Ringkasan hasil
perbaikan solusi bisa dilihat pada tabel di bawah ini.
17. Tabel 11. Ringkasan refining the solution
item Note
X7 Kemudahan mengakses layanan publik
X20 Pengalaman unik
X12 Tidak takut protes mahasiswa
X14 Nyaman untuk transportasi modern
X5 Kemudahan akomodasi
X16 Puas dengan layanan di area rekreasi
X11 Gempa 27 Mei menarik untuk dikunjungi
X19 Banyak pilihan untuk dikunjungi
Sebenarnya terlalu banyak variasi item yang termasuk dalam faktor, jadi
ini menyebabkan berkurang maknanya. Faktor pertama adalah
ketersediaan akomodasi meliputi pelayanan publik, hotel, penginapan,
akomodasi dan fasilitas lainnya yang dapat dengan mudah ditemukan di
tempat manapun di Yogyakarta. Hal ini penting karena ketersediaan
akomodasi merupakan kebutuhan dasar bagi wisatawan untuk dapat
melakukan perjalanan dengan nyaman. Kedua, faktor kenyamanan
selama berada di Yogyakarta dan yang ketiga adalah banyaknya tempat
wisata unik yang memperkaya pengalaman unik bagi wisatawan. Semua
faktor ini bila didukung dengan layanan akan memuaskan wisatawan
dan menarik mereka untuk melakukan kunjungan kembali ke
Yogyakarta.
Kesimpulan dan Saran
Banyak pandangan responden tentang kondisi pariwisata di Yogyakarta
dijelaskan dalam penelitian ini. Menurut responden, informasi mengenai
pariwisata Yogyakarta sangat mudah didapat melalui berbagai cara
sehingga memudahkan wisatawan untuk merencanakan kunjungannya
di Yogyakarta. Wisatawan dengan mudah mendapatkan transportasi ke
Yogyakarta. Namun, begitu mereka masuk, beberapa wisatawan merasa
kurang nyaman dengan pelayanan transportasi modern seperti taksi dan
bus. Ketidaknyamanan ini menyebabkan banyak wisatawan
menggunakan kendaraan pribadi dan mobil sewaan untuk perjalanan
mereka. Di sisi lain, transportasi tradisional seperti becak, andong lebih
disukai oleh wisatawan karena memberikan pengalaman unik saat
berada di Yogyakarta.
Ketersediaan akomodasi seperti pelayanan publik, hiburan, hotel,
penginapan, souvenir lengkap dan mudah ditemukan. Secara umum,
18. para wisatawan merasa nyaman di Yogyakarta karena keselamatannya
dan didukung oleh karakteristik masyarakat Yogyakarta yang ramah,
kesopanan dan keterbukaan kepada setiap orang yang datang
berkunjung ke Yogyakarta. Selain itu, responden berpendapat bahwa
pariwisata Yogyakarta terjangkau untuk berbagai tingkat pendapatan
karena relatif lebih murah dibanding atraksi kota lainnya.
Secara keseluruhan, pengunjung merasa puas dengan pelayanan yang
diberikan di lokasi rekreasi. Namun demikian, ada beberapa
ketidaknyamanan dalam aspek keragaman dan fasilitas kegiatan di area
rekreasi. Kondisi ini menyebabkan beberapa pengunjung merasa tidak
puas. Oleh karena itu, ada kebutuhan untuk memperbaiki dan
mengembangkan lokasi rekreasi dengan atribut historis, budaya dan
alam untuk meningkatkan daya tarik wisata dan kunjungan.
19. Daftar Pustaka
Badan Pariwisata Daerah DIY. (2005). Statistik pariwisata DIY 2005.
Yogyakarta: Baparda DIY.
Badan Pariwisata Daerah DIY. (2006). RIP program DIY 2006.
Yogyakarta: Baparda DIY.
Badan Pariwisata Daerah Propinsi DIY. (2004). “Analisa kesan
wisatawan terhadap Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta”.
Research Report. Badan Pariwisata Daerah Propinsi DIY.
Badan Pusat Statistik. (2004). DIY dalam angka 2004. Yogyakarta:
Badan Pusat Statistik.
Badan Pusat Statistik. (2006). Beberapa indikator penting sosial-
ekonomi Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Child, Dennis. (1970). The essentials of factor analysis. Britain: Holt,
Rinehart and Winston Ltd.
Cooper, Chris & etc. (2005). Tourism principles and practice. Third
Edition. Essex: Pearson Education Limited.
Dinas Pariwisata Propinsi DIY dan Pusat Studi Pariwisata UGM.
(2001). “Analisis pasar wisatawan nusantara: profil pasar
wisatawan nusantara Jawa Timur tahun 2001”. Research Report.
Dinas Pariwisata Propinsi DIY dan Pusat Studi Pariwisata UGM.
Greene, William H. (1990). Econometric analysis. New York: Mcmillan
Publishing Company.
Gujarati, Damodar N. (2003). Basic econometrics. Fifth Edition. New
York: McGraw Hill.
Harman, Harry, H. (1976). Modern factor analysis. Third Edition
Revised. Chicago and London: The Universiti of Chicago Press.
Hijjawi, Debra S., Wilson, Melvin., & Turkheimer, Erik. (2003). “An
exploratory analysis of factor involvement in low-income
families”. Working Paper No. 03-01-FF: Center for Research on
Child Wellbeing University of Virginia.
Jong-A-Pin, Richard. (2006). On the measurement of political instability
and its impact on the economic growth. EPCS Annual Meeting,
2006, Turku, Finland.
20. Klein, Michael W. (2002). Mathematical methods for economics.
Second Edition. AddisonWesley: Pearson Education Inc.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. (2005). Peningkatan daya saing
ekonomi Indonesia: studi kasus industri pariwisata. Disampaikan
pada Acara Seminar Hasil-Hasil Pengkajian P2E-LIPI Tahun
2005, pada Tanggal 7-8 Desember 2005.
Liao, Ziqi & Wong, Wing-Keung. (2007). “The determinants of
customer interactions with internet-enabled e-banking services”.
Working Paper No. 0701: Department of Economics National
University of Singapore.
Mueller, Charles W & Jae-On Kim. (1982). Introduction to factor
analysis: what it is and how to do it. Beverly Hills: SAGE
Publications Inc.
Mueller, Charles W & Jae-On Kim. (1990). Factor analysis: statistical
methods and practical issues. California: SAGE Publications Inc.
Penerbit Andi Bekerjasama dengan Wahana Komputer Semarang.
(2004). Pengolahan data statistik dengan SPSS 12. Yogyakarta:
Penerbit Andi.
Pett, Marjorie A, Lackey, Nancy R & Sullivan, John J. (2003). Making
sense of factor analysis: the use of factor analysis for instrument
development in health care research. London: Sage Publication
Ltd.
Sabatini, Fabio. (2005). “Measuring social capital in Italy: an
exploratory analysis”. Working Paper 12: Facolta di Economia di
Forli-Corso di Laurea in Economia delle Imprese Cooperative e
delle ONP.
Stabler, Mike & Sinclair, M. Thea. (1997). The economics of tourism.
New York and London: Routledge.
Wahab, S. (1996). Manajemen kepariwisataan. Alih Bahasa oleh: Drs
Gromang F. Jakarta: PT Pradya Paramita.