SlideShare a Scribd company logo
1 of 21
DEFINISI
Bronkiolitis adalah penyakit Infeksi
Respiratory Akut bawah yang ditandai dengan
inflamasi pada bronkiolus. Umumnya, infeksi
tersebut disebabkan oleh virus. Secara klinis
ditandai dengan episode pertama wheezing
pada bayi yang didahului dengan gejala IRA.
Faktor Resiko Bronktis Berat
 Usia
 Bayi usia muda dengan bronkiolitis mempunyai resiko lebih tinggi
mendapat perawatan dirumah sakit
 Prematuritas
 Bayi lahir prematur kemungkinan menderita RSV lebih tinggi dari
pada bayi cukup bulan
 Kelainan jantung bawan
 Orangtua perokok
 Jumlah saudara atau berada ditempat penitipan
 Sosioekonomi rendah
ETIOLOGI
Sekitar 95% dari kasus tersebut secara
serologis terbukti disebabkan oleh invasi
Respiratory Syncytial virus. Orenstein
menyebutkan pula beberapa penyebab lain
seperti Adenovirus, virus Influenza, virus
Parainfluenza, Rhinovirus, dan mikoplasma,
tetapi belum ada bukti kuat bahwa bronkiolitis
disebabkan oleh bakteri.
EPIDEMIOLOGI
Bronkiolitis paling sering terjadi pada usia
2-24 bulan, puncaknya pada usia 2-8 bulan.
95% kasus terjadi pada anak berusia dibawah 2
tahun dan 75% diantaranya terjadi pada anak
berusia dibawah 1 tahun. Orenstein
menyatakan bahwa bronkiolitis paling sering
terjadi pada bayi laki-laki berusia 3-6 bulan
yang tidak mendapatka ASI, dan hidup di
lingkungan padat penduduk.
PATOFISIOLOGI
Infeksi virus pada epitel bersilia bronkious
Respon inflamasi akut
Secresi mucus
Penimbunan debris seluler/sel-sel mati yang terkelupas
Infiltrasi limfosit peribronkial
Edema submukosa
Saluran bronkiolus menyempit
Obstruksi bronkiolus
Hambatan aliran udara
Peningkatan resistensi pada bronkiolus selama fase inspirasi dan ekspirasi
(karena radius saluran ekspiratori >>kecilseama ekspirasi) Wheezing
Air trapping dan hiperinflasi  ekspirasi memanjang
Gangguan pertukaran gas normal
Ketidak seimbangan ventilasi perfusi  dispnea
Hipoksimia & hipoksia jaringan
Kompensasi
Takipnea
DIAGNOSIS
a. Anamnesa
- Anak usia < 2 tahun
- Gejala awal : gejala infeksi respiratori akut akibat virus,
seperti pilek ringan, batuk, demam subfebris.
- 1 atau 2 hari kemudian timbul batuk yang disertai sesak nafas
- Wheezing ekspirasi
- Sianosis
- Merintih
- Nafas berbunyi
- Muntah setelah batuk
- Rewel
- Penurunan nafsu makan.
Menurut WHO :
- Wheezing tidak membaik dengan 3 dosis
bronkodilator kerja cepat
- Ekspirasi memanjang
- Hiperinflasi dinding dada, dengan hipersonor pada
perkusi
- Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
- Ronki pada auskultasi dada
- Sulit makan, menyusu atau minum
b. Pemeriksaan fisik
- Vital sign takipnea, takikardi, peningkatan suhu diatas 38°C
- Sianosis, jika gejala berat
- Thorax
• Inspeksi
o Bentuk dada tampak hiperinflasi
o Retraksi dinding dada (subscosta, intercosta, supraclavikula)
o Ekspresi memanjang
• Perkusi
o Hipersonor
• Auskultasi
o Wheezing ekspirasi
o Bisa ditemuka ronki
o Apnea dapat terjadi pada bayi terutama usia <6 minggu, prematur atau BBLR
c. Pemeriksaan Penunjang
- Saturasi oksigen
- Pulse oximetry harus dilakukan pada setiap anak yang datang
kerumah sakit dengan bronkiolitis.
- Analisa gas darah untuk menilai bayi dengan distress nafas
berat dan kemungkinan mengalami gagal nafas.
- Foto thorax terdapat gambaran hiper inflamasi & infiltrat.
- Pemeriksaan virologi
Rapid diagnosis infeksi virus pada saluran nafas adalah cost
effective karena mengurangi lama perawatan, pengunaan
antibiotik, dan pemeriksaan mikrobiologi.
DIAGNOSA BANDING
 Bronkopneumoni
PENATALAKSANAAN
a.Antibiotik Profilaksis
o Bila nafas cepat saja, pasien dapat rawat jalan 
kotrimoksazol (4 mg/kgBB/kali) 2 kali sehari atau
amoksisilin (25 mg/kgBB/kali), 2 kali sehari selama
3 hari
o Bila ada tanda distress pernafasan tanpa sianosis,
anak masih bisa minum  rawat anak dirumah sakit
dan beri ampisilin (25-50 mg/kgBB/kali IV atau IM
setiap 6 jam), yang harus dipantau dalam 24 jam
selama 72 jam pertama.
o Respon baik  terapi dilanjtkan dirumah atau
dirumah sakit dengan amoksisilin oral (25
mg/kgBB/kali), untuk 3 hari berikutnya.
 Bila keadaan klinis memburuk dalam 48 jam, atau
terdapat keadaan yang berat (tidak dapat menyusu
atau minum/ makan atau memuntahkan
semuanya, letargi, sianosis, distress pernafasan
berat)  ditambahkan kloramfenikol (25
mg/kgBB/kali IV atau IM setiap 8 jam sampai
keadaan membaik, dilanjutkan peroral 4 kali
sehari sampai total 10 hari.
 Bila pasien datang dalam keadaan klinis berat
segera berikan oksigen dan pengobatan kombinasi
ampisilin-kloramfenikol atau ampisilin-
gentamisin.
 Sebagai alternatif, beri ceftriaxon (80-100
mg/kgBB/kali IN atau IV sekali sehari)
a. Oksigen
• Diberikan pada semua anak dengan wheezing
dan distress pernafasan berat.
• Metode yang direkomendasikan untuk pemberian
oksigen adalah dengan nasal prong atau kateter nasal
b. Supportif
o Kortikosteroid  mengurangi edema saluran pernafasan.
Kortikosteroid 15-20 mg/kgBB/hari atau dexametason 0,5
mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis selama 2-3 hari
o Cairan dan elektrolit dengan dextrose 5% NaCl disesuaikan
berdasarkan umur dan berat badan
o Demam  paracetamol
a.Indikasi rawat diruang intensif
oGagal mempertahankan saturasi oksigen >
92% dengan terapi oksigen
oPerburukan status pernapasan, ditandai dengan
peningkatan distress nafas dan kelelahan
oApnea berulang
KOMPLIKASI
- Pneumothoraks
- Asmabronkial
PROGNOSIS
Beberapa studi kohort menghubungkan bronkiolitis
akut berat pada bayi akan berkembang menjadi asma.
Suatu studi kohort prospektif menemukan bahwa 23%
bayi dengan riwayat bronkiolitis berkembang menjadi
asma pada usia 3 tahun, dibandingkan dengan 1%
kelompok kontrol.
Tetapi tidak dapat dibuktikan secara jelas bahwa
bronkiolitis terjadi pada anak dengan kecendrungan
asma, tetapi bila bayi yang terkena bronkiolitis
dihubungkan dengan asma, keberhasilan pengobatan
dengan kortikosteroid mungkin dapat mengurangi
prevalens asma pada anak dari kelmpok pengobatan.
DISKUSI
Telah dilaporkan seorang pasien anak laki-laki umur 6,5
bulan dengan diagnosis Bronkiolitis. Diagnosa ditegakkan
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang.
Dari anamnesis didapatkan riwayat demam terus-
menerus, batuk berdahak disertai sesak nafas, nafas
berbunyi menciut dan bertambah sesak 1 hari sebelum
masuk rumah sakit, tampak pucat, merintih, muntah
setelah batuk, rewel, dan sulit menyusu.
Dari pemeriksaan fisik pada Vital sign
didapatkan takipnea dengan frekuensi nafas 76
x/menit. takikardi, peningkatan suhu diatas 38°C.
Pada Inspeksi ditemukan nafas cuping hidung,
Retraksi dinding dada (subscosta, intercosta,
supraclavikula). Bentuk dada tampak hiperinflasi,
Sianosis, jika gejala berat pada Ekskresi
memanjang. Pada perkusi ditemukan hipersonor,
dan auskultasi terdapat Wheezing ekspirasi, bisa
ditemuka ronki, apnea dapat terjadi pada bayi
terutama usia <6 minggu, prematur atau BBLR.
Diagnosa banding pada pasien ini berdasarkan hasil dari
pemeriksaan darah rutin didapatkan anemis dan berdasarkan
pemeriksaan foto rontgen.
Penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien ini adalah
diberikan O2 1 liter/menit, untuk menangani sesak nafasnya.
Berhubungan karena anak sesak nafas maka anak dipuasakan
sementara sampai kondisi tidak sesak lagi. Untuk
menggantikan cairan dan kalorinya diberikan IVFD Ka-En
IB 4 tetes/menit (makro). Untuk mencegah infeksi sekunder
diberikan antibiotik amoksisilin 3x125mg IV. Untuk
menurunkan suhu tubuh diberikan paractamol dengan dosis
3x40 mg. Pada Bronkiolitis juga terjadi roses inflamasi maka
diberikan dexametason dengan dosis 3x0,4 mg IV. Prognosis
pada pasien ini adalah dubia ad bonam.

More Related Content

What's hot (20)

Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 
Leaflet broncho pneumonia2
Leaflet broncho pneumonia2Leaflet broncho pneumonia2
Leaflet broncho pneumonia2
 
Leaflet tbc akper raha
Leaflet tbc akper rahaLeaflet tbc akper raha
Leaflet tbc akper raha
 
Asuhan Keperawatan Anak dengan Asma
Asuhan Keperawatan Anak dengan AsmaAsuhan Keperawatan Anak dengan Asma
Asuhan Keperawatan Anak dengan Asma
 
Leaflet ISPA pada Balita
Leaflet ISPA pada BalitaLeaflet ISPA pada Balita
Leaflet ISPA pada Balita
 
Leaflet ispa akper muna
Leaflet ispa akper munaLeaflet ispa akper muna
Leaflet ispa akper muna
 
Leaflet ispa 2006 AKPER PEMKAB MUNA
Leaflet ispa 2006 AKPER PEMKAB MUNA Leaflet ispa 2006 AKPER PEMKAB MUNA
Leaflet ispa 2006 AKPER PEMKAB MUNA
 
Ispa
IspaIspa
Ispa
 
preskripsi ispa
preskripsi ispapreskripsi ispa
preskripsi ispa
 
Leaflet ispa
Leaflet ispaLeaflet ispa
Leaflet ispa
 
Leaflet ispa akper muna.16
Leaflet ispa akper muna.16Leaflet ispa akper muna.16
Leaflet ispa akper muna.16
 
Leaflet ispa 1 chie
Leaflet ispa 1 chieLeaflet ispa 1 chie
Leaflet ispa 1 chie
 
Leaflet ispa akper pemkab muna
Leaflet ispa akper pemkab munaLeaflet ispa akper pemkab muna
Leaflet ispa akper pemkab muna
 
Pendahulua nrrr
Pendahulua nrrrPendahulua nrrr
Pendahulua nrrr
 
Pendahuluan
PendahuluanPendahuluan
Pendahuluan
 
Promosi kes & Pencegahan - PENYAKIT SALUR PERNAFASAN AKUT
Promosi kes & Pencegahan - PENYAKIT SALUR PERNAFASAN AKUTPromosi kes & Pencegahan - PENYAKIT SALUR PERNAFASAN AKUT
Promosi kes & Pencegahan - PENYAKIT SALUR PERNAFASAN AKUT
 
Pulmonary surfactant (Surfaktan Paru-Paru)
Pulmonary surfactant (Surfaktan Paru-Paru)Pulmonary surfactant (Surfaktan Paru-Paru)
Pulmonary surfactant (Surfaktan Paru-Paru)
 
Infeksi saluran pernafasan akut
Infeksi saluran pernafasan akutInfeksi saluran pernafasan akut
Infeksi saluran pernafasan akut
 
Leaflet ispa akper pemkab muna
Leaflet  ispa akper pemkab munaLeaflet  ispa akper pemkab muna
Leaflet ispa akper pemkab muna
 
Leaflet isp akper pemkab muna
Leaflet isp akper pemkab munaLeaflet isp akper pemkab muna
Leaflet isp akper pemkab muna
 

Similar to glaukoma uum

Similar to glaukoma uum (20)

pnemoni anak.pptx
pnemoni anak.pptxpnemoni anak.pptx
pnemoni anak.pptx
 
Petunjuk Teknis Surveilans Pertusis
Petunjuk Teknis Surveilans Pertusis Petunjuk Teknis Surveilans Pertusis
Petunjuk Teknis Surveilans Pertusis
 
PBL MODUL BATUK BLOK RESPIRASI
PBL MODUL BATUK BLOK RESPIRASIPBL MODUL BATUK BLOK RESPIRASI
PBL MODUL BATUK BLOK RESPIRASI
 
Bab i8
Bab i8Bab i8
Bab i8
 
Bronkopneumonia pada anak.pptx
Bronkopneumonia pada anak.pptxBronkopneumonia pada anak.pptx
Bronkopneumonia pada anak.pptx
 
askep EFUSI PLEURA.docx
askep  EFUSI PLEURA.docxaskep  EFUSI PLEURA.docx
askep EFUSI PLEURA.docx
 
TTN Bayi.pptx
TTN Bayi.pptxTTN Bayi.pptx
TTN Bayi.pptx
 
Analisis kasus MTBS
Analisis kasus MTBSAnalisis kasus MTBS
Analisis kasus MTBS
 
pertusis.pptx
pertusis.pptxpertusis.pptx
pertusis.pptx
 
Makalah anty pak sawal AKPER PEMKAB MUNA
Makalah anty pak sawal AKPER PEMKAB MUNAMakalah anty pak sawal AKPER PEMKAB MUNA
Makalah anty pak sawal AKPER PEMKAB MUNA
 
KGD NEONATUS.pptx
KGD NEONATUS.pptxKGD NEONATUS.pptx
KGD NEONATUS.pptx
 
adoc.pub_satuan-acara-penyuluhan-sap-.docx
adoc.pub_satuan-acara-penyuluhan-sap-.docxadoc.pub_satuan-acara-penyuluhan-sap-.docx
adoc.pub_satuan-acara-penyuluhan-sap-.docx
 
Pneumonia_PPT.pptx
Pneumonia_PPT.pptxPneumonia_PPT.pptx
Pneumonia_PPT.pptx
 
Makalah anty pak sawal
Makalah anty pak sawalMakalah anty pak sawal
Makalah anty pak sawal
 
Makalah anty pak sawal
Makalah anty pak sawalMakalah anty pak sawal
Makalah anty pak sawal
 
Bayi dengan ards
Bayi dengan ardsBayi dengan ards
Bayi dengan ards
 
Penyuluhan ISPA
Penyuluhan ISPA Penyuluhan ISPA
Penyuluhan ISPA
 
Leaflet bronkopneumonia
Leaflet bronkopneumoniaLeaflet bronkopneumonia
Leaflet bronkopneumonia
 
SAP ISPA.docx
SAP ISPA.docxSAP ISPA.docx
SAP ISPA.docx
 
125747535 asfiksia
125747535 asfiksia125747535 asfiksia
125747535 asfiksia
 

glaukoma uum

  • 1.
  • 2. DEFINISI Bronkiolitis adalah penyakit Infeksi Respiratory Akut bawah yang ditandai dengan inflamasi pada bronkiolus. Umumnya, infeksi tersebut disebabkan oleh virus. Secara klinis ditandai dengan episode pertama wheezing pada bayi yang didahului dengan gejala IRA.
  • 3. Faktor Resiko Bronktis Berat  Usia  Bayi usia muda dengan bronkiolitis mempunyai resiko lebih tinggi mendapat perawatan dirumah sakit  Prematuritas  Bayi lahir prematur kemungkinan menderita RSV lebih tinggi dari pada bayi cukup bulan  Kelainan jantung bawan  Orangtua perokok  Jumlah saudara atau berada ditempat penitipan  Sosioekonomi rendah
  • 4. ETIOLOGI Sekitar 95% dari kasus tersebut secara serologis terbukti disebabkan oleh invasi Respiratory Syncytial virus. Orenstein menyebutkan pula beberapa penyebab lain seperti Adenovirus, virus Influenza, virus Parainfluenza, Rhinovirus, dan mikoplasma, tetapi belum ada bukti kuat bahwa bronkiolitis disebabkan oleh bakteri.
  • 5. EPIDEMIOLOGI Bronkiolitis paling sering terjadi pada usia 2-24 bulan, puncaknya pada usia 2-8 bulan. 95% kasus terjadi pada anak berusia dibawah 2 tahun dan 75% diantaranya terjadi pada anak berusia dibawah 1 tahun. Orenstein menyatakan bahwa bronkiolitis paling sering terjadi pada bayi laki-laki berusia 3-6 bulan yang tidak mendapatka ASI, dan hidup di lingkungan padat penduduk.
  • 6. PATOFISIOLOGI Infeksi virus pada epitel bersilia bronkious Respon inflamasi akut Secresi mucus Penimbunan debris seluler/sel-sel mati yang terkelupas Infiltrasi limfosit peribronkial Edema submukosa Saluran bronkiolus menyempit
  • 7. Obstruksi bronkiolus Hambatan aliran udara Peningkatan resistensi pada bronkiolus selama fase inspirasi dan ekspirasi (karena radius saluran ekspiratori >>kecilseama ekspirasi) Wheezing Air trapping dan hiperinflasi  ekspirasi memanjang Gangguan pertukaran gas normal Ketidak seimbangan ventilasi perfusi  dispnea Hipoksimia & hipoksia jaringan Kompensasi Takipnea
  • 8. DIAGNOSIS a. Anamnesa - Anak usia < 2 tahun - Gejala awal : gejala infeksi respiratori akut akibat virus, seperti pilek ringan, batuk, demam subfebris. - 1 atau 2 hari kemudian timbul batuk yang disertai sesak nafas - Wheezing ekspirasi - Sianosis - Merintih - Nafas berbunyi - Muntah setelah batuk - Rewel - Penurunan nafsu makan.
  • 9. Menurut WHO : - Wheezing tidak membaik dengan 3 dosis bronkodilator kerja cepat - Ekspirasi memanjang - Hiperinflasi dinding dada, dengan hipersonor pada perkusi - Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam - Ronki pada auskultasi dada - Sulit makan, menyusu atau minum
  • 10. b. Pemeriksaan fisik - Vital sign takipnea, takikardi, peningkatan suhu diatas 38°C - Sianosis, jika gejala berat - Thorax • Inspeksi o Bentuk dada tampak hiperinflasi o Retraksi dinding dada (subscosta, intercosta, supraclavikula) o Ekspresi memanjang • Perkusi o Hipersonor • Auskultasi o Wheezing ekspirasi o Bisa ditemuka ronki o Apnea dapat terjadi pada bayi terutama usia <6 minggu, prematur atau BBLR
  • 11. c. Pemeriksaan Penunjang - Saturasi oksigen - Pulse oximetry harus dilakukan pada setiap anak yang datang kerumah sakit dengan bronkiolitis. - Analisa gas darah untuk menilai bayi dengan distress nafas berat dan kemungkinan mengalami gagal nafas. - Foto thorax terdapat gambaran hiper inflamasi & infiltrat. - Pemeriksaan virologi Rapid diagnosis infeksi virus pada saluran nafas adalah cost effective karena mengurangi lama perawatan, pengunaan antibiotik, dan pemeriksaan mikrobiologi.
  • 13. PENATALAKSANAAN a.Antibiotik Profilaksis o Bila nafas cepat saja, pasien dapat rawat jalan  kotrimoksazol (4 mg/kgBB/kali) 2 kali sehari atau amoksisilin (25 mg/kgBB/kali), 2 kali sehari selama 3 hari o Bila ada tanda distress pernafasan tanpa sianosis, anak masih bisa minum  rawat anak dirumah sakit dan beri ampisilin (25-50 mg/kgBB/kali IV atau IM setiap 6 jam), yang harus dipantau dalam 24 jam selama 72 jam pertama. o Respon baik  terapi dilanjtkan dirumah atau dirumah sakit dengan amoksisilin oral (25 mg/kgBB/kali), untuk 3 hari berikutnya.
  • 14.  Bila keadaan klinis memburuk dalam 48 jam, atau terdapat keadaan yang berat (tidak dapat menyusu atau minum/ makan atau memuntahkan semuanya, letargi, sianosis, distress pernafasan berat)  ditambahkan kloramfenikol (25 mg/kgBB/kali IV atau IM setiap 8 jam sampai keadaan membaik, dilanjutkan peroral 4 kali sehari sampai total 10 hari.  Bila pasien datang dalam keadaan klinis berat segera berikan oksigen dan pengobatan kombinasi ampisilin-kloramfenikol atau ampisilin- gentamisin.  Sebagai alternatif, beri ceftriaxon (80-100 mg/kgBB/kali IN atau IV sekali sehari)
  • 15. a. Oksigen • Diberikan pada semua anak dengan wheezing dan distress pernafasan berat. • Metode yang direkomendasikan untuk pemberian oksigen adalah dengan nasal prong atau kateter nasal b. Supportif o Kortikosteroid  mengurangi edema saluran pernafasan. Kortikosteroid 15-20 mg/kgBB/hari atau dexametason 0,5 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis selama 2-3 hari o Cairan dan elektrolit dengan dextrose 5% NaCl disesuaikan berdasarkan umur dan berat badan o Demam  paracetamol
  • 16. a.Indikasi rawat diruang intensif oGagal mempertahankan saturasi oksigen > 92% dengan terapi oksigen oPerburukan status pernapasan, ditandai dengan peningkatan distress nafas dan kelelahan oApnea berulang
  • 18. PROGNOSIS Beberapa studi kohort menghubungkan bronkiolitis akut berat pada bayi akan berkembang menjadi asma. Suatu studi kohort prospektif menemukan bahwa 23% bayi dengan riwayat bronkiolitis berkembang menjadi asma pada usia 3 tahun, dibandingkan dengan 1% kelompok kontrol. Tetapi tidak dapat dibuktikan secara jelas bahwa bronkiolitis terjadi pada anak dengan kecendrungan asma, tetapi bila bayi yang terkena bronkiolitis dihubungkan dengan asma, keberhasilan pengobatan dengan kortikosteroid mungkin dapat mengurangi prevalens asma pada anak dari kelmpok pengobatan.
  • 19. DISKUSI Telah dilaporkan seorang pasien anak laki-laki umur 6,5 bulan dengan diagnosis Bronkiolitis. Diagnosa ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis didapatkan riwayat demam terus- menerus, batuk berdahak disertai sesak nafas, nafas berbunyi menciut dan bertambah sesak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, tampak pucat, merintih, muntah setelah batuk, rewel, dan sulit menyusu.
  • 20. Dari pemeriksaan fisik pada Vital sign didapatkan takipnea dengan frekuensi nafas 76 x/menit. takikardi, peningkatan suhu diatas 38°C. Pada Inspeksi ditemukan nafas cuping hidung, Retraksi dinding dada (subscosta, intercosta, supraclavikula). Bentuk dada tampak hiperinflasi, Sianosis, jika gejala berat pada Ekskresi memanjang. Pada perkusi ditemukan hipersonor, dan auskultasi terdapat Wheezing ekspirasi, bisa ditemuka ronki, apnea dapat terjadi pada bayi terutama usia <6 minggu, prematur atau BBLR.
  • 21. Diagnosa banding pada pasien ini berdasarkan hasil dari pemeriksaan darah rutin didapatkan anemis dan berdasarkan pemeriksaan foto rontgen. Penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien ini adalah diberikan O2 1 liter/menit, untuk menangani sesak nafasnya. Berhubungan karena anak sesak nafas maka anak dipuasakan sementara sampai kondisi tidak sesak lagi. Untuk menggantikan cairan dan kalorinya diberikan IVFD Ka-En IB 4 tetes/menit (makro). Untuk mencegah infeksi sekunder diberikan antibiotik amoksisilin 3x125mg IV. Untuk menurunkan suhu tubuh diberikan paractamol dengan dosis 3x40 mg. Pada Bronkiolitis juga terjadi roses inflamasi maka diberikan dexametason dengan dosis 3x0,4 mg IV. Prognosis pada pasien ini adalah dubia ad bonam.