4. Copyright 2022 | FLIP For Business
Belum lagi jika berbicara mengenai perputaran modal dunia yang mayoritas
didominasi Amerika Serikat, Uni Eropa, Inggris, Tiongkok dan Jepang. "Likuiditas
perekonomian (M2) negara-negara itu besar sekali lebih dari USD 100 triliun.
60%-nya dikelola 17 perusahaan the transnational investment firms seperti
BlackRock," pungkas Gita. Sementara M2 Indonesia, berdasarkan data
tradingeconomics (2022) masih berada pada kisaran USD 545 miliar per April
tahun ini.
Melihat kenyataan tersebut, bagaimana Indonesia dapat bersaing dengan negara-
negara maju? Untuk memulai ada dua permasalahan sektor keuangan di
Indonesia yang harus segera diatasi. Menurut Kemenkeu (Warta Fiskal, 2021)
yaitu rendahnya inklusi keuangan (financial inclusion) dan pendalaman keuangan
(financial deepening).
Tantangan Sektor Keuangan dan Open Banking Sebagai Solusi
Saat ini, indeks inklusi keuangan Indonesia baru mencapai 48,9% menurut versi
Bank Dunia (2017). Artinya masih banyak penduduk Indonesia yang dikategorikan
sebagai unbanked population atau masyarakat yang sulit mengakses layanan
keuangan. Bahkan dalam data terbaru (UOB, PwC & SFA,
2021) disebutkan setengah warga negara ASEAN-6 (Indonesia, Malaysia, Filipina,
Singapura, Thailand, dan Vietnam) adalah populasi yang belum memiliki rekening
bank.
Berbicara mengenai problem pendalaman keuangan, Bank Indonesia melaporkan
sektor keuangan Indonesia masih dianggap dangkal (shallow) dibanding beberapa
negara utama di kawasan ASEAN. Dangkalnya sektor keuangan Indonesia
tercermin pada indikator financial deepening seperti rasio M2/GDP yang baru
mencapai 44,7% (World Bank, 2020). Angka ini masih lebih rendah dibanding
Vietnam (179,7%), Malaysia (137,6%), Brunei (93,6%) pada tahun 2020.
5. Copyright 2022 | FLIP For Business
043
Indikator financial deepening lain adalah tingkat serapan kredit UMKM di
Indonesia yang masih rendah, yaitu 19,93% dari total kredit perbankan sebesar Rp
5.755,7 triliun sepanjang 2021 (Kontan.co.id). Padahal Presiden Jokowi
menargetkan angka minimal 30% pada tahun 2025 (Warta Fiskal, 2021).
Dengan latar belakang permasalahan tersebut, inisiatif Open Banking dibentuk.
Open Banking didefinisikan World Bank (2021) sebagai pendekatan yang
memungkinkan bank membuka data dan informasi keuangan nasabahnya kepada
pihak ketiga (fintech) untuk meniadakan gap finansial dan mendemokratisasi lini
keuangan bagi semua orang. Di Indonesia sendiri, inisiatif ini diprakarsai Bank
Indonesia (2019) yang tertuang di dalam Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia
2025.
Secara singkat, Open Banking diterapkan melalui penggunaan teknologi open
Application Programming Interface (API). API adalah cara dua aplikasi berbeda
agar dapat terhubung satu sama lain dengan menggunakan bahasa pemrograman
yang sama (Jacobson et al., 2012).
API-disadari atau tidak-sudah menyatu dengan kehidupan digital sehari-hari
manusia. Contoh jika Anda mengunjungi sebuah website restoran yang
menampilkan lokasi Google Maps dan mencoba mengkliknya, itulah pemanfaatan
API. Selain itu penerapan API juga berlaku di industri media massa, misalnya ketika
Anda membaca suatu artikel dan melihat display tweet pernyataan dari
narasumber, itulah API.
Dalam ranah Open Banking, API memudahkan orang terhubung dengan bank dan
melakukan transaksi (kirim, terima dana, transfer internasional, dll) baik finansial
maupun non-finansial ke dalam aplikasi dan jasa layanan yang mereka mau.
Kemudahan akses mengkoneksikan antardata ini biasa disebut sebagai API-driven
(Forbes.com; Plaid.com). Di Indonesia sendiri, Bank Indonesia (2021) secara resmi
telah mengaturnya ke dalam Standar Nasional Open API (SNAP) untuk
pembayaran melalui Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia
No.23/10/KEP.GBI/2021 pada tanggal 16 Agustus 2021.
6. Copyright 2022 | FLIP For Business
053
Seiring dengan berlakunya kebijakan tersebut, nilai transaksi uang elektronik
Indonesia tumbuh 49% yoy mencapai Rp 305,4 triliun dan diproyeksikan akan
meningkat 17% yoy hingga meraih Rp 357,7 triliun pada akhir tahun ini
(kontan.co.id). Bank BRI sendiri telah merasakan manfaat sejak memberlakukan
inisiatif Open Banking dengan open API. Bank BUMN itu mencatat kenaikan
fantastis 402,6% pertumbuhan pembayaran digital pada Maret 2021 dibandingkan
pada bulan yang sama di tahun sebelumnya (bri.co.id).
Tidak hanya pengalaman pengguna dan jumlah transaksi per nasabah yang
meningkat, melainkan juga berdampak positif kepada akselerasi inklusi keuangan,
dan merapatkan gap finansial unbanked population. Hingga 2020, menurut BI
sudah 5,8 Juta UMKM di Indonesia terhubung Open Banking (liputan6.com).
Hanya dengan mengkolaborasikan teknologi internet, gadget, open API, Bank,
Fintech atau jasa keuangan lain, layanan digital financial services seperti transfer,
refund, pengajuan kredit, pembayaran pajak, asuransi mikro, dan lainnya dapat
berjalan lancar tanpa harus melalui proses tatap muka.
Lalu Apa yang Bisa Anda Lakukan?
Sejak Open Banking dan teknologi API diberlakukan beberapa tahun terakhir,
sektor keuangan dunia mulai terakselerasi. Berdasarkan data The Business
Research Company (2022) nilai kapitalisasi Open Banking per 2021 sudah sebesar
USD 15,13 miliar dan diprediksi akan mencapai USD 48 miliar di tahun 2026 nanti.
Momentum ini jelas tak dapat dilewatkan begitu saja oleh para pelaku bisnis dalam
negeri. Bila melihat data BI (2019) masih terdapat 91,3 penduduk Indonesia yang
unbanked dan 62,9 juta UMKM potensial untuk didigitalisasi, angka tersebut
merupakan peluang yang sangat besar di ranah domestik. Tak hanya CEO, para
Chief of Technology Officer (CTO) atau Chief of Information Officer (CIO) juga harus
menyadari potensi ekonomi ini lewat penerapan teknologi API di perusahaan
masing-masing.
063
9. Copyright 2022 | FLIP For Business
DAFTAR ISI
03 PRAKATA
Di masa depan semua perusahaan adalah Fintech
08 EXECUTIVE SUMMARY
10
POIN I: TEKNOLOGI KEUANGAN UBAH MODEL BISNIS
PERUSAHAAN
Revolusi Fintech mengubah cara pandang korporasi dalam menghasilkan
model bisnis digital baru
20
POIN II: KEKUATAN API FINANSIAL DALAM EKOSISTEM OPEN
BANKING
Menciptakan integrasi dan ekonomi API dalam rangka mendemokratisasi
layanan keuangan
29 POIN III: MASA DEPAN API FINANSIAL
API Economy dan keyakinan para CTO dan CIO terhadap integrasi API
36 KONKLUSI
09
10. Copyright 2022 | FLIP For Business 10
POIN 1
TEKNOLOGI KEUANGAN UBAH
MODEL BISNIS PERUSAHAAN
Revolusi fintech mengubah cara pandang korporasi dalam
menghasilkan model bisnis digital baru
12. Copyright 2022 | FLIP For Business 12
Kolaborasi atau Terdisrupsi
Dalam studi terbaru PwC Global Fintech Survey melaporkan lebih dari 80%
eksekutif perusahaan sektor keuangan global mengalami kehilangan pendapatan
sebagai akibat kemunculan Fintech. Sementara dari sisi perilaku konsumen, jumlah
kunjungan nasabah untuk melakukan transaksi offline di bank-bank Asia turun
drastis menjadi hanya 1,7-1,8 kali per bulan (Mckinsey, 2017).
Apa yang terjadi? Konsumen mulai berpindah ke platform transaksi digital untuk
melakukan cek akun, transfer, dan pembayaran tagihan dengan mudah. Pada
tahun 2017 saja jumlah pembayaran digital oleh nasabah meningkat dari 12,7 kali
transaksi per bulan menjadi 14,9 kali di Asia (Mckinsey, 2017). Salah satu penyebab
adalah tingginya penetrasi pengguna smartphone dan lancarnya jaringan internet
yang mendorong pertumbuhan tersebut.
TOP 5
Sektor Keuangan yang Akan Terdisrupsi Fintech
Pembiayaan
Sumber: PwC Global Fintech Survey (2016)
Disintermediasi: Keunggulan Kompetitif Fintech
Fintech sebetulnya bukan terma baru. Istilah ini sebenarnya memiliki sejarah
panjang dan sejauh ini telah berevolusi dalam tiga fase. Dalam makalahnya,
13. Copyright 2022 | FLIP For Business 13
Douglas W. Arner, profesor University of Hong Kong (2016) mengisahkan inisiasi
Fintech atau Fintech 1.0 terjadi pada rentang waktu 1866-1967. Teknologi
keuangan saat itu dibangun agar dapat menjadi penghubung kebutuhan finansial
dan diplomatik antara Inggris, AS, dan Kanada. Maka proyek ambisius
membentangkan jaringan kabel transatlantik bawah laut pada 1866 dilakukan.
Fintech 2.0 didorong dengan kemunculan inovasi komputer, mesin ATM, kalkulator
hingga mobile phone. Korporasi sektor keuangan banyak bermunculan di era ini
(Barclays, Bloomberg, dll). Fase kedua berlangsung selama 1967-2008 dengan ciri
khasnya: memindahkan semua proses kerja dan infrastruktur keuangan dari analog
ke digital.
2008 Hingga kini, kita berada pada era Fintech 3.0 ditandai dengan munculnya
startup baik keuangan maupun non-keuangan yang mendisrupsi perbankan (misal
GoPay dari Gojek, OVO dari Grab, dll). Disrupsi inilah yang membuat korporasi
keuangan tradisional atau para incumbent merasa tak nyaman (Broby, 2019).
Untuk menahan gempuran kehebatan perusahaan teknologi tersebut, inisiatif
Open Banking diberlakukan.
Open Banking didefinisikan World Bank (2021)
sebagai pendekatan yang memungkinkan
bank membuka data dan informasi keuangan
nasabahnya kepada pihak ketiga (fintech). Di
Indonesia sendiri, inisiatif diprakarsai Bank
Indonesia (2019) yang tertuang di dalam
Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia 2025.
Secara implisit, kehadiran kebijakan Open
Banking berarti meminta perbankan, fintech,
jasa keuangan dan non-keuangan lain untuk
saling berkolaborasi. Tujuannya menciptakan
kondisi ideal inklusi dan literasi keuangan
dunia.
Apa yang membuat Fintech layak
diperhitungkan? Disintermediasi. Praktik ini memudahkan konsumen membeli
82
%
Perusahaan akan bekerja sama
dengan Fintech
3-5 tahun ke depan
Sumber: Redrawing the lines: FinTech’growing
influence on Financial Servicess
(2017)
14. Copyright 2022 | FLIP For Business 14
langsung dari produsen tanpa keterlibatan middle-man. Tujuan disintermediasi
adalah memangkas biaya dan mempercepat lalu lintas produk atau layanan (Broby,
2019; investopedia.com). Metode ini tak dimiliki institusi tradisional yang masih
mengandalkan manusia sebagai perantara transaksi (teller, broker, investment
manager, kasir, dll).
Ekosistem Fintech yang mampu mengelola big data, consumer profiling data, dan
unggul dalam teknologi inilah yang membuat institusi finansial dan nonfinansial
tradisional tak mempunyai alasan untuk menolak bekerja sama dengan Fintech.
Membangun infrastruktur sendiri tampaknya bukan langkah tepat bagi
perusahaan, kecuali jika memang memiliki banyak modal dan pengalaman IT.
Riset PwC melaporkan hingga 2017 sudah terdapat 45% perusahaan global
memilih menjalin kerjasama dengan Fintech, atau naik 32% dari tahun lalu.
Sementara bagi perusahaan global yang belum ber-partner dengan Fintech,
mayoritas (82%) akan mengimplementasikan ide ini dalam 3-5 tahun ke depan.
Berdasarkan fakta tersebut, bukan hanya layanan digital finansial saja yang harus
ditambahkan, tetapi inisiatif ini turut berdampak terhadap model bisnis
perusahaan.
Revolusi Fintech Dorong Model Bisnis Baru
Seperti sudah disampaikan sebelum ini, kekuatan bisnis Fintech adalah kecepatan,
skalabilitas, durabilitas dalam menangani transaksi finansial. Bersamaan dengan
proses itu Fintech mampu menganalisa kebiasaan nasabahnya (Broby, 2019).
Fintech juga membalikkan logika revenue streams. Jika biasanya Bank
mengandalkan pendapatan dari margin laba produk-produk perbankan, Fintech
mengubah ini dengan teknik menghimpun dana crowd-sourcing, lalu menyalurkan
kreditnya, sehingga tak mengandalkan profit margin dari produk pinjaman sebagai
sumber pendapatan.
15. Copyright 2022 | FLIP For Business 15
Selain itu distribution channels dan cost production juga berubah. Selama ini bank
atau lembaga keuangan tradisional mengandalkan kantor cabang daerah untuk
berhubungan dengan konsumen yang berdomisili di suburban dan rural.
Fintech tak begitu, biaya melakukan bisnis melalui internet secara substantif jelas
lebih rendah daripada melalui kantor cabang (perusahaan menanggung biaya
operasional seperti perawatan gedung dan karyawan), sehingga efisiensi biaya bisa
terjadi.
Atas disrupsi model bisnis tersebut, bagaimanakah pimpinan IT dan tim merespon?
Perbarui cara kerja tim IT perusahaan Anda. Langkah pertama adalah dengan
menginventarisasi kekuatan dan kelemahan IT. Dengan prinsip, inisiatif ini harus
berkolaborasi bersama Chief Financial Officer (CFO) dan tim keuangan perusahaan
bahwa disrupsi sedang terjadi dan digitalisasi akan membawa pengoptimalan kerja
perusahaan.
Setelahnya adalah menghitung biaya transformasi digital. Di sini analisa risiko
investasi dilakukan, apakah perlu membentuk infrastruktur layanan finansial
sendiri atau lebih baik bekerja sama dengan Fintech?
16. Copyright 2022 | FLIP For Business 16
Dalam laporannya, PwC (2020) memproposisi model kerja tim IT di era disrupsi
seperti di bawah ini.
Sumber: PwC Financial Services Technology 2020 and Beyond: Embracing Disruption
Adapun penjelasan di masing-masing fase dijelaskan PwC sebagai berikut:
Governance
Tim IT harus mengerti isu bisnis terkini dan mampu mengarahkan perusahaan
mencapai tujuannya-branding, mencari pasar potensial dan merelevansikan bisnis
dalam kompetisi. Tim IT harus dapat menakar risiko (risk management) investasi IT
perusahaannya.
Organisation
Tim IT dapat berperan menjadi konsultan bagi marketing, sales, operasional dan
unit bisnis lain-baik sebagai fasilitator atau pendukung. Di sini sumber daya tim IT
harus memiliki pemahaman data analitik, robotik, UI/UX, keamanan siber dan
sistem terintegrasi.
18. Copyright 2022 | FLIP For Business 18
Architecture
Berbicara infrastruktur teknologi perusahaan, tim IT harus menyadari perubahan
dunia saat ini bersifat eksponensial dan tiba-tiba. Artinya tim IT harus mampu
membuat opsi tak terbatas terhadap pilihan teknologinya.
Terapkan kerangka berpikir seperti ini ketika Anda sedang menyusun strategi IT:
Antisipasi perubahan
Pilih teknologi yang dapat di-scale up, dan Upayakan
sistem terintegrasi.
Jika berbicara mengenai perbedaan arsitektur institusi finansial tradisional dengan
Fintech adalah karakteristik aset tidak lancarnya (fixed asset). Para incumbents
membawa beban biaya operasional IT yang terlalu banyak (operasional ruang
server, maintenance, gedung, listrik, dll). Sedangkan Fintech menggunakan
teknologi cloud, robotik, kecerdasan buatan (AI), dan sejumlah layanan otomatisasi
lain yang bermanfaat memangkas biaya namun membuat kerja lebih efisien dan
efektif.
Solusinya cukup jelas, perusahaan perlu
mensimplifikasi arsitektur teknologi lama
dengan mengadopsi model Software as a
Service (SaaS), dan otomatisasi.
VansonBourne (2021) bahkan menyebutkan
tren hybrid tampaknya akan menjadi pilihan
utama (64%) korporasi dibandingkan sistem
cloud-only (23%) dan on-premises only
(membangun data center/server pribadi)
(12%). Tren hybrid berarti mengintegrasikan
arsitektur IT lama onpremises dengan yang
baru, cloud.
Positifnya, organisasi yang menggunakan integrasi hybrid pada arsitektur ITnya,
semua (100%) responden mengaku minimal mendapatkan satu manfaat. Di
"Siapkan infrastruktur
IT
perusahaan Anda
untuk terintegrasi
kapan pun,
dimana pun"
Sumber: PwC Financial Services Technology
2020 and Beyond: Embracing Disruption
19. Copyright 2022 | FLIP For Business 19
antaranya adalah peningkatan produktivitas dan penghematan waktu (55%)
sebagai keuntungan utama (VansonBourne, 2021).
Meski ada kemajuan selama tiga hingga lima tahun terakhir banyak perusahaan
membangun sistem IT terintegrasi, keterampilan SDM yang dibutuhkan untuk
melakukan proses integrasi juga meningkat (83%). Artinya ke depan akan ada
permintaan pada keahlian yang dibutuhkan (upskilling & reskilling).
Sistem integrasi hybrid terus tumbuh baik sebagai sebuah bisnis maupun
keunggulannya. Organisasi yang tidak mengikuti langkah ini mungkin mendapati
diri mereka akan tertinggal jauh di belakang para kompetitor yang lebih awal
20. Copyright 2022 | FLIP For Business 20
memulai. Salah satu pengaplikasian sistem integrasi ini adalah API yang akan
dibahas pada poin selanjutnya.
POIN 2
KEKUATAN API FINANSIAL DALAM
EKOSISTEM OPEN BANKING
Menciptakan integrasi API dalam rangka mendemokratisasi
layanan keuangan
22. Copyright 2022 | FLIP For Business 22
API: Menuju Sistem
Finansial Kolaboratif
Masa depan industri keuangan adalah konvergensi penyediaan layanan keuangan
oleh bank dan Fintech (Citibank, 2018). Perbankan dan industri lain bisa
memaksimalkan keunggulan Fintech dalam hal inovasi teknologi keuangan dengan
proses kerja yang lebih simpel dan singkat. Sebaliknya, Fintech dapat
memanfaatkan data nasabah bank untuk membaca tren dan memperkuat kualitas
layanannya kepada konsumen.
Interoperabilitas tersebut hanya dapat terjadi apabila semua pihak bersedia
membuka data nasabahnya melalui pemanfaatan teknologi API secara terbuka.
Dalam konteks tersebut, interoperabilitas bank dan Fintech dapat memitigasi risiko
shadow banking (intermediasi keuangan oleh nonperbankan).
Maka inisiatif Open Banking dibentuk, dimana di wilayah Indonesia inisiatif ini
diprakarsai Bank Indonesia (2019) yang tertuang di dalam Blueprint Sistem
Pembayaran Indonesia (BSPI) 2025.
Di BSPI, disebutkan Open Banking merupakan satu dari lima inisiatif yang akan
dilakukan BI hingga tahun 2025. Melalui blueprint tersebut Implementasi Open
Banking dicapai melalui standardisasi open API. API adalah cara dua aplikasi
berbeda agar dapat terhubung satu sama lain dengan menggunakan bahasa
pemrograman yang sama (Jacobson et al., 2012). Saat API digunakan untuk
mengakses data, hal ini biasa disebut sebagai API-driven (Forbes.com; Plaid.com).
Ruang lingkup standardisasi oleh BI mencakup standar data, standar teknis API,
standar keamanan, dan standar governance serta standar kontraktual yang
sekaligus menjadi key deliverables dari inisiatif ini (BI, 2019). Dalam kaitannya
dengan standar kontraktual, terdapat empat model kerjasama API, yaitu, mitra,
anggota, rekan dan publik. Masing-masing dengan level keterbukaan yang
berbeda.
24. Copyright 2022 | FLIP For Business 24
Open API finansial akan makin memudahkan bank, konsumen, dan Fintech untuk
berkomunikasi dan melakukan transaksi keuangan.
Tanpanya, Fintech tak akan bisa menjalankan akses ke lembaga keuangan, yang
akhirnya dapat menyebabkan gangguan layanan. Sementara Bank tak memiliki
teknologi menjadikan semua proses pengiriman dan penerimaan dana secara
singkat. Sementara konsumen akan kesulitan melakukan transaksi keuangan
(transfer dan terima dana, pengajuan kredit, dll)
untuk membentuk solusi
25. Copyright 2022 | FLIP For Business 25
Meski begitu, teknologi ini bukan berarti berjalan mulus diadopsi. Masih banyak
perusahaan tradisional belum menyadari potensi Open API tanpa harus
membangun infrastruktur teknologi yang mahal. Padahal penggunaan teknologi
Open API membuka banyak peluang bisnis dan solusi terhadap konsumen di
antaranya adalah solusi Embedded Finance dan Microservices.
Embedded Finance
Embedded Finance adalah produk dan layanan keuangan (asuransi, kredit
pembiayaan, dll) yang terhubung dengan aplikasi non-finansial (plaid.com).
Sebagai contoh Grab memiliki layanan microinsurance di dalam aplikasinya, atau
Tokopedia yang memiliki layanan PayLater atau cicilan bekerjasama dengan
Kredivo dan Home Credit.
Tentunya layanan ini akan maksimal potensinya ketika relevan dengan jasa atau
produk aplikasi utama. Dalam contoh Grab tadi, pelanggan yang menggunakan jasa
rider dan driver ditawari asuransi mikro kecelakaan. Dalam studi kasus Tokopedia,
setiap kali calon pembeli hendak membayar belanjaan, mereka ditawari opsi
pembayaran produk PayLater atau cicilan.
Selain itu, keunggulan kompetitif embedded finance adalah kemampuannya
menyederhanakan proses. Hanya melalui proses identifikasi dan otentikasi
sederhana, konsumen dapat dengan mudah mendapati layanan kredit atau
asuransi. Menurut laporan Lightyear Capital, pasar embedded finance diharapkan
meningkat sepuluh kali dari USD 22,5 miliar di 2020 menjadi USD 230 miliar di
2025 (katadata.co.id).
Empat area dominan di Indonesia teknologi
embedded finance
Manajemen Pembelian &
Pinjaman Asuransi
Kekayaan Pembayaran
26. Copyright 2022 | FLIP For Business 26
Sumber: katadata.co.id
Microservices
Microservices adalah seperangkat aplikasi yang dirancang untuk lingkup terbatas
dan saling bekerja sama membentuk solusi (Hazelcast, 2021). Setiap layanan mikro
memiliki kemampuan menciptakan arsitektur termodulasi.
Arsitektur layanan mikro diibaratkan jalur perakitan manufaktur, di mana setiap
layanan mikro mirip stasiun di masing-masing jalur. Satu stasiun memiliki
responsibilitas untuk satu tugas tertentu. Setiap micro service memiliki keahlian
dalam tanggung jawab masing-masing, sehingga dapat mendorong efisiensi,
konsistensi, dan kualitas dalam alur kerja (Hazelcast, 2021).
Sebelumnya teknologi perangkat lunak berjalan dengan sistem monolitik dimana
satu aplikasi melakukan semua tugas dalam proses yang sama. Sistem lama ini tak
bisa ditingkatkan performanya (biaya tinggi untuk upgrade) dan rawan kelebihan
beban seiring dengan luapan data yang bertumbuh.
Input
Tugas Tugas Tugas
1 2 3
Tugas 1-9 Tugas Tugas Tugas
Input Output 6 5 4
Output
Tugas Tugas Tugas
Aplikasi 7 8 9
Monolitik
Microservices
Microservices terdiri atas komponen-komponen individu yang bekerja sama
untuk menyampaikan solusi menyeluruh
Sumber: Hazelcast - Six Advantages of Microservices (2021)
27. Copyright 2022 | FLIP For Business 27
Contoh penerapan microservices bisa dilihat pada tampilan ragam produk dan jasa
di e-commerce (Tokopedia, Bukalapak, Shopee, dll), ride hailing (Gojek, Grab).
Bahkan selain layanan utama, mereka juga menghadirkan layanan lain seperti
pembelian token listrik, pulsa, zakat hingga investasi. Start-up dengan kemampuan
aplikasi multifungsi tersebut kerap diistilahkan sebagai superapp.
29. Copyright 2022 | FLIP For Business 29
Dapat disimpulkan, inisiatif Open Banking melalui penerapan integrasi API,
meminta semua institusi berkolaborasi guna memaksimalkan profit dan
membentuk iklim bisnis kompetitif. Di samping itu juga untuk menciptakan
manfaat jangka panjang lain seperti mencapai kondisi inklusi dan literasi keuangan
yang layak.
Poin selanjutnya akan dijelaskan mengenai teknologi API di masa depan yang oleh
sebagian pengamat ekonomi aliran baru akan bisa menggerakkan roda ekonomi
suatu negara, atau diistilahkan sebagai API economy.
30. Copyright 2022 | FLIP For Business 30
POIN 3
MASA DEPAN API FINANSIAL
API Economy dan Keyakinan Para CTO dan CIO terhadap integrasi API
32. Copyright 2022 | FLIP For Business 32
Menyongsong Era API
Economy
Sektor keuangan kerap dijuluki sebagai darahnya perekonomian. Sementara
industri jasa keuangan dianggap sebagai pilar perekonomian nasional yang
diharapkan dapat memajukan kesejahteraan umum dan berdaya saing global
(Warta Fiskal, 2021).
Bank Indonesia, dalam Warta Fiskal (2021) menyebut ada tiga kondisi keuangan
domestik yang cukup menantang. Pertama, kondisi pasar keuangan domestik
dengan inklusi dan literasinya masih rendah. Kedua, Funding gap untuk kebutuhan
pembiayaan ekonomi dimana permintaan tinggi namun bottleneck terjadi dari sisi
suplai atau pendonor. Ketiga, adanya kebutuhan modernisasi dan digitalisasi sektor
keuangan Indonesia.
API dapat menyelesaikan permasalahan tersebut dengan menghubungkan sistem
yang berbeda dari kebutuhan tiap stakeholders. Telah dijelaskan sebelumnya
bahwa teknologi API merupakan cara dua aplikasi berbeda bisa berkomunikasi dan
terhubung. Tapi tidak menutup kemungkinan pula API dapat digabung,
dimodifikasi, bahkan dipakai ulang untuk fungsi baru-yang justru merupakan
keunggulan kompetitif API.
Selain itu, tak ada biaya tambahan untuk setiap API yang dipakai berulang kali.
Bahkan para developer IT antara perusahaan dapat menyalin API yang sama untuk
produk atau layanan berbeda tanpa takut terkena biaya tambahan (Google Cloud,
2020). Karena hampir tak ada biaya untuk tiap kali API call, semakin banyak
interaksi yang diberikan kepada API, semakin bernilai pula nilai tersebut bagi
semua stakeholders (institusi keuangan, Fintech, developer IT dan konsumen).
Bank BRI sendiri telah merasakan manfaat sejak menerapkan open API. Bank
BUMN itu mencatat kenaikan fantastis 402,6% pertumbuhan pembayaran digital
pada Maret 2021 dibandingkan pada bulan yang sama di tahun sebelumnya
(bri.co.id).
33. Copyright 2022 | FLIP For Business 33
Layanan non-keuangan juga mendapat manfaatnya. Autodesk-software desain 3D,
engineering dan konstruksi- mengintegrasikan cloud platform mereka dengan
perusahaan layanan API. Bersama infrastruktur API yang kuat dan aman, Autodesk
mampu meraih customer engagement dan revenue 3 kali lipat dari biasanya,
meningkatkan visibilitas merek ke pasar potensial dan mengefisienkan waktu kerja
(Google Cloud, 2020). Melihat potensi tersebut, diprediksi nilai pasar global
manajemen API akan meningkat dari USD 4,1 Miliar di tahun 2021 ke USD 8,41
Miliar pada tahun 2027, atau dengan CAGR di kisaran 34% (Market Data Forecast,
2022).
API Economy: Seberapa Besar? Barangkali
Anda baru pertama kali mendengar istilah
API economy. Terma ini muncul di kalangan
para pegiat bisnis bahkan keuangan global
atas disrupsi teknologi beberapa tahun
terakhir. Intinya, API economy adalah
kemampuan aplikasi untuk berbagi,
mengakses dan melakukan integrasi dengan
proses bisnis perusahaan sehingga akhirnya
meningkatkan pula nilai transaksi terhadap
barang dan jasa atau terhadap nilai API itu
sendiri sebagai servis low-cost fee
(thefuture-of-commerce.com).
Positifnya, organisasi yang menggunakan
integrasi hybrid pada arsitektur ITnya, semua (100%) responden mengaku minimal
mendapatkan satu manfaat. Di antaranya adalah peningkatan produktivitas dan
penghematan waktu (55%) sebagai keuntungan utama (VansonBourne, 2021).
"Prospek API economy
sangat eksponensial.
API merampingkan cara
kerja bisnis terlibat
dengan B2B melalui
aplikasi generasi baru yang
memberi
konsumen lebih banyak
opsi."
Sumber: PwC Financial Services
Technology 2020 and Beyond: Embracing
Disruption
35. Copyright 2022 | FLIP For Business 35
Namun maturitas API dan eksekusi strategi digital suatu perusahaan bergantung
pada kemampuan interoperabilitas API dengan teknologi lainnya. Pada Poin I
sebelumnya telah dijelaskan beberapa API dapat membuat sistem IT lama bekerja
dengan sistem baru (hybrid). Sementara yang lain, seperti telah dijelaskan di Poin I
pada e-book ini murni menggunakan layanan mikro cloudnative atau membangun
data center. VansonBourne (2021) melaporkan tren hybrid tampaknya akan
menjadi pilihan utama (64%) para CTO dan CIO dibandingkan sistem cloud-only
(23%) dan on-premises only (membangun data center/server pribadi) (12%).
Menghitung Prioritas Investasi IT Laporan
Google Cloud (2020) menyebutkan
perencanaan investasi IT dalam rangka
memaksimalkan potensi API economy akan
difokuskan pada peningkatan isu keamanan
dan tata kelola API (50%), adopsi
manajemen API (41%), membangun
komunitas developer API (38%), monetisasi
API (31%), membuat sebanyak mungkin
layanan dan mempublikasikan keberadaan
data ke publik (31%) serta menambah
investasi untuk pengawasan dan operasional
API (20%).
Jika menilik kembali tahun 2020, lalu lintas
API dan penerapan strategi yang
mengutamakan API meningkat signifikan sejak pandemi COVID-19. Akselerasi ini
mencerminkan kekuatan API yang ditawarkan untuk memaksa para pemilik bisnis
mengkreasi kembali pengalaman pengguna dan membuka peluang-tidak hanya
dengan memberdayakan developer internal tetapi juga dengan membiarkan
korporasi berkolaborasi dengan pihak eksternal (B2B) lebih mudah dan dengan
skala yang lebih besar.
"Perusahaan Asia-Pasifik
menunjukkan tingginya
minat membangun
investasi di sektor IT,
mayoritas didorong
Indonesia (60%) Australia
dan Selandia Baru (53%)."
Google Cloud - State of API Economy
Report (2020)
37. Copyright 2022 | FLIP For Business 37
KONKLUSI
Tinggalkan zero sum game,
beralih ke win-win game
Dalam ilmu bisnis konservatif, menjadi pemenang dalam kompetisi adalah
tujuan akhir atau sering disebut sebagai zero-sum game. Namun kondisi saat ini
tak begitu, terlebih sejak pandemi.
Strategi harus diubah, semua industri sebetulnya saling membutuhkan, baik
direct maupun indirect competitor. Nuansa kolaborasi harus ditumbuhkan
untuk dapat bangkit bersama, maka win-win game adalah tindakan solutif.
Open Banking yang diinisiasi World Bank adalah contoh win-win game. Saat ini
keputusan ada di tangan Anda: Apakah inisiatif Open Banking mampu
diimplementasikan perusahaan Anda?
Maka berdasarkan hal tersebut, langkah yang dapat dilakukan para petinggi
seperti CEO, CTO dan CIO di perusahaan Anda adalah: Mengintegrasikan sistem
infrastruktur IT Anda dalam rangka mempermudah dan mempercepat proses
kerja internal perusahaan.
Memanfaatkan teknologi Open API pada setiap lini bisnis perusahaan yang
telah terbukti mampu meningkatkan, tidak hanya pendapatan melainkan
kepuasan konsumen sehingga ke depannya Anda dapat melakukan pekerjaan
strategis.
Selalu mewaspadai perubahan terutama saat ini lanskap bisnis amat
menuntut konektivitas digital dan Tim IT adalah unit yang terdisrupsi paling
awal sehingga harus mampu beradaptasi lebih cepat dan menjadi inisiator
bagi unit lain.
38. Tentang Flip
Flip (PT Fliptech Lentera Inspirasi Pertiwi) merupakan perusahaan teknologi keuangan
Indonesia terkemuka dalam platform pembayaran konsumen. Memperoleh lisensi dari
Bank Indonesia (BI) pada 2016, Flip menghadirkan solusi keuangan yang fair
(adil/wajar), di antaranya transfer antarbank domestik, transfer internasional, top-up e-
wallet, pembelian produk digital, dan solusi manajemen keuangan untuk bisnis (B2B).
Flip telah dipercaya oleh jutaan pengguna dengan penilaian (rating) sebesar 4,7 dari 5
oleh lebih dari 250.000 ulasan di iOS dan Android. Selain itu, solusi B2B Flip juga
dimanfaatkan oleh ratusan perusahaan dan UKM (Usaha Kecil Menengah) di Indonesia.
Flip didirikan tahun 2015 oleh Rafi Putra Arriyan, Luqman Sungkar, dan Ginanjar Ibnu
Solikhin. Berkat inovasi dan kegigihan seluruh tim, Flip memperoleh beberapa
penghargaan, di antaranya Forbes 30 Under 30 dan LinkedIn Top Startup. Flip bertujuan
menjadi perusahaan teknologi keuangan yang paling mengutamakan pelanggan
(customer-centric) dan memungkinkan para pengguna untuk melakukan transaksi
keuangan yang fair dari mana pun untuk siapa pun.
Aplikasi Flip dapat diunduh melalui iOS dan Android. Untuk informasi selengkapnya,
kunjungi flip.id
Tentang Flip for Business
Flip for Business adalah sebuah solusi otomatisasi transaksi bisnis untuk mengirim uang di
dalam dan luar negeri. Melalui solusi B2B ini, para pemimpin perusahaan diharapkan
dapat memfokuskan waktu dan tenaganya untuk mengembangkan bisnis, tanpa
terbebani pekerjaan administrasi keuangan yang repetitif.
Perusahaan dapat mengirimkan uang ke ribuan rekening sekaligus secara real-time
dengan dukungan dashboard yang dapat diakses di browser PC dan integrasi API. Layanan
Flip for Business memungkinkan perusahaan menyelesaikan proses pengiriman uang 4
kali lebih cepat dan 50% lebih murah dibandingkan solusi konvensional.
Info lebih lanjut tentang Flip for Business dapat di akses di sini