Dokumen tersebut membahas tentang proses asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan infeksi saluran napas akut (ISPA). ISPA disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri yang menyerang saluran pernapasan dan menyebabkan gejala seperti demam, batuk, dan kesulitan bernafas. Proses asuhan keperawatan meliputi peningkatan istirahat dan nutrisi, serta pengompresan untuk menurunkan demam.
1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Kesehatan adalah hak semua orang. Masalah kesehatan sama pentingnya dengan
masalah pendidikan , perekonomian dan lain sebagainya. Usia balita dan anak
anak merupakan usia yang rentan dikenai penyakit. Hingga saat ini salah satu
penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat adalah ispa (infeksi saluran nafas
akut).
Ispa adalah salah satu masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan
kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira kira 1 dari 4 kematian yang
terjadi. Setiap anak diperkirakan terjadi 3-6 episode ispa setiap tahunnya. 40% –
60% dari kunjungan di puskesmas adalah pengidap penyakit ispa ( anonim, 2009)
Masalah kesehatan tidak sepenuhnya tanggung jawab pemerintah. Namun sistem
yang terkandung didalamnya turut mencari inovasi yang baru, termasuk
masyarakat. Minimnya pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan menjadi
pemicu penyebab masalah kesehatan, khususnya ispa.
Penderita ISPA tiap tahun selalu mengalami peningkatan. Hal ini direncanakan
beberapa faktor misalnya, rendahnya pendidikan sehingga pengetahuan tentang
kesehatan juga masih rendah atau faktor ekonomi yang menyabkan tingkat
kesahatan kurang diperhitungkan
Pemerintah bisa melkukan banyak strategi untuk mencegah untuk mencegah
peningkatan masalah khususnya ispa. Upaya yang dapat dilakukan misalnya saja
dengan penyuluhan dan promosi kesehatan mengenai nutrisi yang baik dan
seimbang, istirahat yang cukup dan bersih.
I.II. TUJUAN
Bagaimana proses asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan infeksi
saluran napas akut (ISPA) ?
I.III. Manfaat
Mengetahui proses asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan ispa
2. 2
BAB II
PEMBAHASAN
II.I. TINJAUAN TEORITIS
A. Defenisi
ISPA merupakan infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari.
Saluran pernapasan meliputi organ mulai dari hidung sampai gelembung paru,
beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput
paru.
Infeksi saluran pernafasan adalah suatu keadaan dimana saluran pernafasan
(hidung, pharing dan laring) mengalami inflamasi yang menyebabkan terjadinya
obstruksi jalan nafas dan akan menyebabkan retraksi dinding dada pada saat
melakukan pernafasan. Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 450).
Infeksi saluran nafas adalah penurunan kemampuan pertahanan alami jalan nafas
dalam menghadapi organisme asing (Whaley and Wong; 1991; 141)
Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan bersifat ringan, misalnya batuk
pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik. Namun demikian
jangan dianggap enteng, bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat
menyebabkan anak menderita pneumoni yang dapat berujung pada kematian.
B. Etiologi
Infeksi saluran pernafasan adalah suatu penyakit yang mempunyai angka kejadian
yang cukup tinggi. Penyebab dari penyakit ini adalah infeksi agent/ kuman.
Disamping itu terdapat beberapa faktor yang turut mempengaruhi yaitu; usia dari
bayi/ neonatus, ukuran dari saluran pernafasan, daya tahan tubuh anak tersebut
terhadap penyakit serta keadaan cuaca (Whaley and Wong; 1991; 1419)
Kondisi klinis secara umum turut berpengaruh dalam proses terjadinya infeksi
antara lain malnutrisi, anemia, kelelahan. Keadaan yang terjadi secara langsung
mempengaruhi saluran pernafasan yaitu alergi, asthma serta kongesti paru.
Infeksi saluran pernafasan biasanya terjadi pada saat terjadi perubahan musim,
tetapi juga biasa terjadi pada musim dingin (Whaley and Wong; 1991; 1420).
Ada beberapa jenis kuman yang merupakan penyebab utama yakni golongan A -
hemolityc streptococus, staphylococus, haemophylus influenzae,b clamydia
trachomatis, mycoplasma dan pneumokokus.
Usia bayi atau neonatus, pada anak yang mendapatkan air susu ibu angka kejadian
pada usia dibawah 3 bulan rendah karena mendapatkan imunitas dari air susu ibu.
3. Ukuran dari lebar penampang dari saluran pernafasan turut berpengaruh didalam
derajat keparahan penyakit. Karena dengan lobang yang semakin sempit maka
dengan adanya edematosa maka akan tertutup secara keseluruhan dari jalan nafas.
C. Anatomi dan fisiologi Sistem Pernapasan
System pernafasan terdiri dari hidung , faring , laring ,trakea , bronkus , sampai
dengan alveoli dan paru-paru.
Fisiologi Pernafasan
Pernafasan paru-paru merupakan pertukaran oksigen dan karbondioksida
yang terjadi pada paru-paru. Sistem pernafasan terdiri dari hidung, faring, laring,
trakea, bronkus, dan paru-paru.
1. Hidung merupakan saluran pernafasan yang pertama , mempunyai dua
lubang/cavum nasi. Didalam terdapat bulu yang berguna untuk menyaring udara ,
debu dan kotoran yang masuk dalam lubang hidung . hidung dapat
menghangatkan udara pernafasan oleh mukosa (Drs. H. Syaifuddin. B . Ac , th
1997 , hal 87 )
2. Faring merupakan tempat persimpangan antara jalan pernafasan dan jalan
makanan , faring terdapat dibawah dasar tengkorak , dibelakang rongga hidung
dan mulut sebelah depan ruas tulang leher . faring dibagi atas tiga bagian yaitu
sebelah atas yang sejajar dengan koana yaitu nasofaring , bagian tengah dengan
3
4. istimus fausium disebut orofaring , dan dibagian bawah sekali dinamakan
laringofaring .(Drs .H.syafuddin. B.Ac 1997 hal 88).
3. Trakea merupakan cincin tulang rawan yang tidak lengkap (16-20cincin), panjang
9-11 cm dan dibelakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh otot polos dan
lapisan mukosa . trakea dipisahkan oleh karina menjadi dua bronkus yaitu bronkus
kanan dan bronkus kiri (Drs .H . Syaifuddin .B. Ac th 1997, hal 88-89)
4. Bronkus merupakan lanjutan dari trakea yang membentuk bronkus utama kanan
dan kiri , bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar daripada bronkus kiri
cabang bronkus yang lebih kecil disebut bronkiolus yang pada ujung – ujung nya
terdapat gelembung paru atau gelembung alveoli (H.Syaifuddin B Ac th1997, hal
89-90).
5. Paru- paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung – gelembung .paru-paru terbagi menjadi dua yaitu paru-paru kanan
tiga lobus dan paru-paru kiri dua lobus . Paru-paru terletak pada rongga dada yang
diantaranya menghadap ke tengah rongga dada / kavum mediastinum. Paru-paru
mendapatkan darah dari arteri bronkialis yang kaya akan darah dibandingkan
dengan darah arteri pulmonalis yang berasal dari atrium kiri.besar daya muat
udara oleh paru-paru ialah 4500 ml sampai 5000 ml udara. Hanya sebagian kecil
udara ini, kira-kira 1/10 nya atau 500 ml adalah udara pasang surut . sedangkan
kapasitas paru-paru adalah volume udara yang dapat di capai masuk dan keluar
paru-paru yang dalam keadaan normal kedua paru-paru dapat menampung
sebanyak kuranglebih 5 liter. (Drs. H. Syaifuddin . B.Ac .th 1997 hal 90 ,
EVELYN,C, PIERCE , 1995 hal 221 ).
Pernafasan ( respirasi ) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang
mengandung oksigen ke dalam tubuh ( inspirasi) serta mengeluarkan udara yang
mengandung karbondioksida sisa oksidasi keluar tubuh ( ekspirasi ) yang terjadi
karena adanya perbedaan tekanan antara rongga pleura dan paru-paru .proses
pernafasan tersebut terdiri dari 3 bagian yaitu:
4
5. 1. Ventilasi pulmoner.
Ventilasi merupakan proses inspirasi dan ekspirasi yang merupakan proses aktif
dan pasif yang mana otot-otot interkosta interna berkontraksi dan mendorong
dinding dada sedikit ke arah luar, akibatnya diafragma turun dan otot diafragma
berkontraksi. Pada ekspirasi diafragma dan otot-otot interkosta eksterna relaksasi
dengan demikian rongga dada menjadi kecil kembali, maka udara terdorong
keluar. (NI LUH GEDE.Y.A.SKp.1995.hal 124.
Drs.H.Syaifuddin.B.Ac.1997.hal 91)
2. Difusi Gas.
Difusi Gas adalah bergeraknya gas CO2 dan CO3 atau partikel lain dari area yang
bertekanan tinggi kearah yang bertekanann rendah. Difusi gas melalui membran
pernafasan yang dipengaruhi oleh factor ketebalan membran, luas permukaan
membran, komposisi membran, koefisien difusi O2 dan CO2 serta perbedaan
tekanan gas O2 dan CO2. Dalam Difusi gas ini pernfasan yang berperan penting
yaitu alveoli dan darah. (Ni Luh Gede.Y.A. SKP. Th 1995 hal 124, Drs. H.
Syaifuddin. B.Ac.1997 hal 93 .Hood .Alsegaff th 1995 . hal 36-37)
3. Transportasi Gas
Transportasi gas adalah perpindahan gas dari paru ke jaringan dan dari jaringan ke
paru dengan bantuan darah ( aliran darah ). Masuknya O2 kedalam sel darah yang
bergabung dengan hemoglobin yang kemudian membentuk oksihemoglobin
sebanyak 97% dan sisa 3 % yang ditransportasikan ke dalam cairan plasma dan
sel .(Ni Luh Gede Y. A. Skp th1995 hal 125 Hood Alsegaff th 1995 hal 40).
Di dalam paru-paru karbondioksida merupakan hasil buangan menembus
membran alveoli, dari kapiler darah dikeluarkan melalui pipa bronkus berakhir
sampai pada mulut dan hidung.
Proses pertukaran oksigen dan karbondioksida, konsentrasi dalam darah
mempengaruhi dan merangsang pusat pernafasan terdapat dalam otak untuk
5
6. memperbesar kecepatan dalam pernafasan sehingga terjadi pengambilan O2 dan
pengeluaran CO2 lebih banyak.
D. Fathway
6
7. 7
ISPA
Infeksi saluran pernafasan
Pola nafas tidak efektif
Debu
Asap rokok
Menumpuknya sekret Pertukaran O2
Reflak batuk
Sesak nafas Tersumbatnya jalan nafas Menyempitnya Saluran pernafasan
Cemas Demam
8. E. Manifestasi Klinis
8
1. Demam tinggi, pada neonatus mungkin jarang terjadi tetapi gejala
demam muncul jika anak sudah mencaapai usia 6 bulan sampai
dengan 3 tahun. Seringkali demam muncul sebagai tanda pertama
terjadinya infeksi. Suhu tubuh bisa mencapai 39,5OC-40,5OC.
2. Meningismus, adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada
meningens, biasanya terjadi selama periodik bayi mengalami
panas, gejalanya adalah nyeri kepala, kaku dan nyeri pada
punggung serta kuduk, terdapatnya tanda kernig dan brudzinski.
3. Anorexia biasa terjadi pada semua bayi yang sakit, sehingga tidak
mau minum
4. Vomiting muncul pada periode sesaat, biasanay terjadi pada saat
anak sakit
5. Diare seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran pernafasan
akibat akibat infeksi virus
6. nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena adanya
lymphadenitis mesenteric.
7. Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada saluran nafas sempit
karena adanya sekret
8. Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran
pernafasan, mungkin tanda ini merupakan tanda akut dari
terjadinya infeksi saluran pernafasan.
9. Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak
terdapatnya suara pernafasan.
F. Patofisiologi
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) disebabkan oleh virus atau kuman
golongan A streptococus, stapilococus, haemophylus influenzae, clamydia
trachomatis, mycoplasma, dan pneumokokus yang menyerang dan menginflamasi
saluran pernafasan (hidung, pharing, laring) dan memiliki manifestasi klinis
seperti demam, meningismus, anorexia, vomiting, diare, abdominal pain,
sumbatan pada jalan nafas, batuk, dan suara nafas wheezing, stridor, crackless,
dan tidak terdapatnya suara pernafasan.
G. Upaya Pencegahan
1. Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
2. Immunisasi.
3. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.
4. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA
9. H. Pengobatan Dan Perawatan
Prinsip perawatan ispa
1. Meningkatkan istirahan minimal 8 jan sehari
2. Meningkatkan makanan bergizi
3. Bila demam beri kompres dan banyak minum
4. Bila pilek atau flu, maka bersihkan hidung dengan sapu tangan sampai
bersih
5. Bila demam gunakan pakaian yang tipit dan tidak ketat
6. Bila anak masih menetek tetap berika asi dan makanan seperti biasa.
Prinsip pengobatan ispa
1. Mengatasi panas (demam) dengan memberikan parasetamol atau dengan
kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk.
Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara
pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan
diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih,
celupkan pada air (tidak perlu air es).
2. Mengatasi batuk, Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu
ramuan tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok the dicampur dengan kecap
atau madu ½ sendok teh , diberikan tiga kali sehari.
I. Pemeriksaan Diagnostik
Fokus utama pada pengkajian pernafasan ini adalah
1. Pola, cepat (tachynea) atau normal.
2. Kedalaman, nafas normal, dangkal atau terlalu dalam yang biasanya dapat
kita amati melalui pergerakan rongga dada dan pergerakan abdomen.
3. Usaha, kontinyu, terputus-putus, atau tiba-tiba berhenti disertai dengan
adanya bersin.
4. Irama pernafasan, bervariasi tergantung pada pola dan kedalaman
pernafasan
5. Observasi lainya adalah terjadinya infeksi yang biasanya ditandai dengan
peningkatan suhu tubuh, adanya batuk, suara nafas wheezing. Bisa juga
didapati adanya cyanosis, nyeri pada rongga dada dan peningkatan
produksi dari sputum
J. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan adalah :
1. pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah
biakan kuman (+) sesuai dengan jenis kuman
9
10. 2. Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat
disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya
thrombositopenia
3. pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan
K. TERAPI DAN PENATALAKSANAAN
Tujuan utama dilakukan terapi adalah menghilangkan adanya obstruksi
dan adanya kongesti hidung pergunakanlah selang dalam melakukan
penghisaapan lendir baik melalui hidung maupun melalui mulut. Terapi pilihan
adalah dekongestan dengan pseudoefedrin hidroklorida tetes pada lobang hidung,
serta obat yang lain seperti analgesik serta antipiretik. Antibiotik tidak dianjurkan
kecuali ada komplikasi purulenta pada sekret.
Penatalaksanaan pada bayi dengan pilek sebaiknya dirawat pada posisi
telungkup, dengan demikian sekret dapat mengalir dengan lancar sehingga
drainase sekret akan lebih mudah keluar (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 452)
II.II ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORITIS
Pengkajian
Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien dengan ISPA :
a. Riwayat : demam,batu,pilek,anoreksia,badan lemah/tidak bergairah,riwayat
penyakit pernapasan,pengobatan yang dilakukan dirumah dan penyakit yang
menyertai.
b. Tanda fisik : Demam,dyspneu,tachipneu,menggunakan otot pernafasan
tambahan,faring hiperemis,pembesaran tonsil,sakit menelan.
c. Faktor perkembangan : Umum ,tingkat perkembangan,kebiasaan sehari-hari,
mekanisme koping,kemampuan mengerti tindakan yang dilakukan.
d. Pengetahuan pasien/keluarga : pengalaman terkena penyakit
pernafasan,pengetahuan tentang penyakit pernafasan dan tindakan yang
dilakukan.
e. Riwayat sosial (lingkungan tempat tinggal klien)
Pemeriksaan fisik: difokuskan pada pengkajian sistem pernafasan
1) Inspeksi
a) Membran mukosa hidung- faring tampak kemerahan
b) Tonsil tampak kemerahan dan edema
c) Tampak batuk tidak produktif
10
11. d) Tidak ada jaringan parut pada leher
e) Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan tambahan, pernafasan
cuping hidung.
2) Palpasi
a) Adanya demam
b) Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher/nyeri tekan
pada nodus limfe servikalis
c) Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
3) Perkusi
a) Suara paru normal (resonance)
4) Auskultasi
a) Suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru
Diagnosa Keperawatan
1. Peningkatan suhu tubuh bd proses inspeksi
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b. d anoreksia
3. Nyeri akut b.d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil
4. Resiko tinggi tinggi penularan infeksi b.d tudak kuatnya pertahanan sekunder
(adanya infeksi penekanan imun)
Intervensi dan Rasionalisasi
1. Peningkatan suhu tubuh bd proses inspeksi
Tujuan : Suhu tubuh normal berkisar antara 36 – 37, 50
Intervensi Rasionalisasi
1. Observasi tanda – tanda vital
2. Anjurkan pada klien/keluarga umtuk
melakukan kompres dingin ( air biasa) pada
kepala / axial.
3. Anjurkan klien untuk menggunakan pakaian
yang tipis dan yang dapat menyerap keringat
11
1. Pemantauan tanda vital yang teratur dapat
menentukan perkembangan perawatan
selanjutnya.
2. Degan menberikan kompres maka aakan
terjadi proses konduksi / perpindahan panas
dengan bahan perantara .
3. Proses hilangnya panas akan terhalangi untuk
pakaian yang tebal dan tidak akan menyerap
12. seperti terbuat dari katun.
4. Atur sirkulasi udara.
5. Anjurkan klien untuk minum banyak ± 2000
– 2500 ml/hr.
6. Anjurkan klien istirahat ditempat tidur selama
fase febris penyakit.
7. Kolaborasi dengan dokter :
• Dalm pemberian therapy, obat antimicrobial
• antipiretika
12
keringat.
4. Penyedian udara bersih.
5. Kebutuhan cairan meningkat karena
penguapan tubuh meningkat.
6. Tirah baring untuk mengurangi metabolism
dan panas.
7. Untuk mengontrol infeksi pernapasan
Menurunkan panas
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b. d anoreksia
Tujuan : klien dapat mencapai BB yang direncanakan mengarah kepada BB
normal.
* klien dapat mentoleransi diet yang dianjurkan.
* Tidak menunujukan tanda malnutrisi.
Intervensi Rasionalisasi
1. Kaji kebiasaan diet, input-output dan timbang
BB setiap hari
2. Berikan makan pporsi kecil tapi sering dan
dalam keadaan hangat
3. Beriakan oral sering, buang secret berikan
wadah husus untuk sekali pakai dan tisu dan
ciptakan lingkungan beersih dan
menyenamgkan.
4. Tingkatkan tirai baring.
5. Kolaborasi
• Konsul ahli gizi untuk memberikan diet
sesuai kebutuhan klien
1. Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori
menyusun tujuan berat badan, dan evaluasi
keadekuatan rencana nutrisi.
2. Untuk menjamin nutrisi adekuat/
meningkatkan kalori total
3. Nafsu makan dapt dirangsang pada situasi
rilek, bersih dan menyenangkan.
4. Untuk mengurangi kebutuhahan metabolic
5. Metode makan dan kebutuhan kalori
didasarkan pada situasi atau kebutuhan
individu untuk memberikan nutrisi maksimal.
13. 3. Nyeri akut b.d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil.
Tujuan : Nyeri berkurang / terkontrol
Intervensi Rasionalisasi
1. Teliti keluhan nyeri ,catat intensitasnya
(dengan skala 0 – 10), factor memperburuk
atau meredakan lokasimya, lamanya, dan k
arakteristiknya.
2. Anjurkan klien untuk menghindari allergen /
iritan terhadap debu, bahan kimia, asap,rokok.
3. Dan mengistirahatkan/meminimalkan
berbicara bila suara serak.
4. Anjurkan untuk melakukan kumur air garam
13
hangat
5. Kolaborasi
Berikan obat sesuai indikasi
• Steroid oral, iv, & inhalasi
• analgesic
1. Identifikasi karakteristik nyeri & factor yang
berhubungan merupakan suatu hal yang amat
penting untuk memilih intervensi yang cocok
& untuk mengevaluasi ke efektifan dari terapi
yang diberikan.
2. Mengurangi bertambah beratnya penyakit.
3. Peningkatan sirkulasi pada daerah
tenggorokan serta mengurangi nyeri
tenggorokan.
4. Kortikosteroid digunakan untuk mencegah
reaksi alergi / menghambat pengeluaran
histamine dalam inflamadi pernapasan.
5. Analgesic untuk mengurangi rasa nyeri
14. 4. Resiko tinggi tinggi penularan infeksi b.d tudak kuatnya pertahanan sekunder
(adanya infeksi penekanan imun)
Tujuan : tidak terjadi penularan dan tidak terjadi komplikasi
Intervensi Rasionalisasi
1. Batasi pengunjung sesuai indikasi
1. Menurunkan potensial terpalan pada penyakit
2. Jaga keseimbangan antara istirahat dan
14
aktifitas
3. Tutup mulut dan hidung jika hendak bersin,
jika ditutup dengan tisu buang segera
ketempat sampah
4. Tingkatkan daya tahan tubuh, terutama anak
usia dibawah 2 tahun, lansia dan penderita
penyakit kronis. Dan konsumsi vitamin C, A
dan mineral seng atau anti oksidan jika
kondisi tubuh menurun / asupan makanan
berkurang
5. Kolaborasi
Pemberian obat sesuai hasil kultur
infeksius.
2. Menurunkan konsumsi /kebutuhan
keseimbangan O2 dan memperbaiki
pertahanan klien terhadap infeksi,
meningkatkan penyembuhan.
3. Mencegah penyebaran pathogen melalui
cairan
4. Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan
umum dan menurunkan tahanan terhadap
infeksi
5. Dapat diberikan untuk organiasme khusus
yang teridentifikasi dengan kultur dan
sensitifitas / atau di berikan secara profilatik
karena resiko tinggi
. Evaluasi
a. Pola nafas kembali efektif
b. Tidak ada rasa cemas pada anak dan orang tua.
c. Fungsi pernapasan adekuat untuk memenuhi kebutuhan individu.
d. Tidak terjadi infeksi pada anak
e. Anak dapat mentoleransi aktifitasnya
f. Anak dapat mentoleransi nyeri akut, nyeri berkurang.
g. Tidak terjadi perubahan proses keluarga
15. 15
BAB III
PENUTUP
III.I. Kesimpulan
Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan bersifat ringan, misalnya batuk
pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik. Namun demikian
jangan dianggap enteng, bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik
dapat menyebabkan anak menderita pneumoni yang dapat berujung pada
kematian
III.II. Saran
Jangan menganggap enteng suatu penyakit, karena tidak semua penyaklit
mempunyai tanda tanda dan pengobatan yang mudah.
16. DAFTAR PUSTAKA
DepKes RI. Direktorat Jenderal PPM & PLP. Pedoman Pemberantasan
Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Jakarta. 1992.
Lokakarya Dan Rakernas Pemberantasan Penyakit Infeksi saluran
pernapasan akut. 1992
Doenges, Marlyn E . Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien
Alih bahasa I Made Kariasa. Ed 3. Jakarta: EGC.1999
16