Tesis ini membahas budaya jujuran dalam pernikahan adat Dayak Bulusu di Desa Sesua, Kalimantan Utara. Tesis ini meninjau pemberian jujuran secara teologis dengan melihat pandangan Alkitab dan gereja, serta tujuan asli budaya tersebut bukan untuk prestise sosial. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan wawancara dan dokumentasi sebagai sumber datanya.
Good Stuff Happens in 1:1 Meetings: Why you need them and how to do them well
TINJAUAN TEOLOGIS JUJURAN PERNIKAHAN ADAT
1. PRESENTASI TESIS
“TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP BUDAYA JUJURAN DALAM
PERNIKAHAN ADAT DAYAK BULUSU DI DESA SESUA
KECAMATAN MALINAU BARAT KABUPATEN MALINAU
KALIMANTAN UTARA.”
2. “TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP BUDAYA JUJURAN
DALAM PERNIKAHAN ADAT DAYAK BULUSU DI DESA
SESUA KECAMATAN MALINAU BARAT KABUPATEN
MALINAU KALIMANTAN UTARA.”
T E S I S
Diajukan sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar
Magister Teologi (M. Th.)
Oleh:
Royke Lantupa Kumowal
3. Judul Tesis:
“TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PEMBERIAN JUJURAN
DALAM PERNIKAHAN ADAT DAYAK BULUSU DI DESA SESUA
KECAMATAN MALINAU BARAT KABUPATEN MALINAU
KALIMANTAN UTARA.”
6. Latar Belakang
Jadwal Pernikahan Di Tunda
Berhutang
Melakukan Tindakan Kriminalitas
Kawin Lari + Berzinah
Pernikahan Batal
Depresi berat, stress, trauma berkepanjangan
(Tingginya Nilai Jujuran)
7. Rumusan Masalah
Apa Arti Mahar ?
Apa arti jujuran?
Bagaimana
Kedudukan
jujuran?
Apa pandangan
Alkitab?
Bagaimana sikap
gereja?
Apakah
menunjukkan
prestise sosial?
9. MetodologiPenelitian
(Kualitatif Deskriptif)
Metode Kualitatif Deskriptif
Sumber Data
Data Primer Data Tertier
Lokasi Penelitian/ Objek Subjek `Penelitian
Metode Pengumpulan Data
Metode Pengolahan Data
Analisis Data
Wawancara Dokumentasi
Data Tertier
Metode Kualitatif Deskriptif
Sumber Data
Data Primer Data Sekunder
Lokasi Penelitian/ Objek Subjek `Penelitian
10.
11. 1. Jujuran tidak dapat disamakan dengan
mahar.
2. Jujuran adalah syarat utama untuk masuk
pernikahan.
3. Pandangan Alkitab setuju dengan budaya
jujuran tapi Alkitab tidak menentukan
nilainya.
4. Gereja harus aktif memberikan
pemahaman yang benar tetapi bukan cara
antipati.
5. Jujuran tidak menentukan prestise sosial.
Hasil Pembahasan Dan Kesimpulan