1. Thaharah adalah kebersihan diri dari najis dan hadats sesuai syariat Islam untuk menjaga kemurnian ibadah.
2. Ada beberapa jenis thaharah seperti wudhu, mandi, dan tayammum untuk membersihkan diri dari berbagai tingkatan najis.
3. Kepentingan thaharah adalah syarat sahnya ibadah, disukai Allah, dan bagian dari iman.
2. Pengertian Thaharah
• Thaharah (ٌةَارَهَط) berasal dari bahasa Arab yang
artinya bersih, kebersihan, atau bersuci.
• Menurut istilah adalah membersihkan diri,
pakaian, tempat, dan benda-benda lain
dari najis dan hadats menurut cara-cara
yang ditentukan oleh syariat Islam.
• Kegiatan bersuci dapat dilakukan dengan berwudhu,
tayammum, istinja’ (cebok), mandi, dan bersuci
membersihkan badan, pakaian, dan tempat.
4. 1. Syarat Sah Ritual Ibadah
ْكَّتال اَهُميِرََْتَو ُورُهَّطال ِالةَّالص ُاحَتْفِمُيمِلَّْستال اَهُليِلََْتَو ُريِب
Dari Ali bin Thalib ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Kunci shalat itu
adalah thaharah, yang mengharamkannya adalah takbir dan
menghalalkannya adalah salam.”
(HR. Abu Daud, Tirmizi, Ibnu Majah)
6. Ritual Ibadah Yang Lain
– Shalat
– Masuk Masjid
– Memegang Mushaf
– Melafadzkan Al-Quran
– Tawaf (mengelilingi Ka’bah saat haji)
– Sa’i (berlari-lari kecil saat haji)
– Khutbah Jumat
7. 2. Disukai Allah
ُمْلا ُّبُُِيَو َنيِباََّّوالت ُّبُُِي ََّاَّلل َّنِإَينِرِهَطَت
Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang taubat dan orang-orang
yang berthaharah (membersihan diri). (QS. Al-Baqarah : 222)
8. 3. Bagian Dari Iman
ِانَْميِإلا ُرْطَش ُرْوُهَّطال
Kesucian itu bagian dari Iman (HR. Muslim)
12. • Dalam Islam Terkena Najis Bukan Dosa
– Syariat Yahudi
• mengharuskan memotong anggota badan yang terkena najis
• Merobek pakaian yang kena najis
• Karena kena najis = dosa
– Syariat Islam : boleh kena najis
• Ibadah ritual mensyaratkan suci dari najis
• Najis harus dihilangkan sebelum ibadah
13. • Benda Najis
– Disucikan dengan :
• Istihalah (perubahan wujud)
• Dibagh (penyamakan kulit bangkai)
• Benda Suci Terkena Najis
– Disucikan dengan
• Pencucian
• Penyiraman
• Pengeringan (samak kulit)
• Pengerikan
• Kesetkan ke Tanah
16. 1. Najis Ringan (Mukhafafah)
• Mengapa Ringan?
– Karena untuk mensucikannya cukup ringan
– Cukup dipercikkan air
– Meski masih ada najis sudah dianggap suci
• Dalil
ُّشَرُيَو ِةَيِراَْْلَا ِلْوَب ْنِم ُلَسْغُيِالمُغْلَا ِلْوَب ْنِم
Dari As-Sam'i RA berkata bahwa Nabi SAW bersabda,"Air kencing bayi
perempuan harus dicuci sedangkan air kencing bayi laki-laki cukup
dipercikkan air saja. (HR. Abu Daud, An-Nasai dan Al-Hakim)
18. 2. Najis Berat (Mughaladhah)
• Mengapa Berat?
– Mensucikannya tidak cukup hilang warna, rasa dan
aroma
– Harus dengan ritual khusus : 7 air + 1 tanah
• Dalil
ِيهِف َغَلَو ْذِإ ْمُكِدََحأ ِءََنِإ ُورُهَطَس ُهَلِسْغَي ْنَأ ُبْلَكْلَاٍاتَّرَم َعْب
ِابَُّرلتِِب َّنُُوالهأ-ْسُم ُهَجَرَْخأمِل
Sucinya wadah air kalian yang diminum anjing adalah dengan
mencucinya tujuh kali, salah satunya dengan tanah. (HR.
Muslim)
• Contoh : Babi - Anjing
19.
20. 3. Pertengahan (Mutawasithoh)
• Batasan : Selain Najis Ringan dan Berat
• Contoh :
– Darah
– Nanah
– Muntah
– Keluar dari Kemaluan Depan Belakang
• Padat : kotoran, batu ginjal, dll
• Cair : kencing, mazi, wadi, darah, dll
• Gas/kentut
– Bangkai
• Disembelih tidak syar’i
• Mati : tercekik, tertanduk, tenggelam, terantuk batu
• Potongan tubuh hewan hidup
21. • Pensucian : Dihilangkan Secara Fisik :
– Warna
– Rasa
– Aroma
• Metode :
– Pencucian
– Penyiraman
– Penambahan Air
– Pengeringan (samak kulit)
– Pengerikan
– Pengelapan (gosok)
– Kesetkan ke Tanah
– Istihalah (Perubahan Wujud)
22. • Dikerok
– Aisyah mengerok (mengerik) bekas mani Rasulullah
SAW dengan kukunya
َِّاَّلل ولُسَر ِبْوَث ْنِم َِِّنَمْلا ُكُرَْفأ ُتْنُكاسِبَِب َناَكاَذِإ
Dahulu Aku mengerik bekas mani Rasulullah SAW bila
sudah mengering (HR. Muslim)
23. • Penyiraman
َامَقِإ َامَقَف ِدِجْس
َ
امل ِيف َالَبَف ِابَرَْعأِهِب اوَُُقَيِل َُُّانال ِهْيَلَُِّّبنال َالَقَفُهْوُعَد
ْنِم الْجِس ِهِلْوَب َلىَع اوُقْيِرَأَوٍاءَم ْنِم وِبُنَذ َْوأ ٍاءَم
Seorang Arab dusun telah masuk masjid dan kencing di dalamnya. Orang-
orang berdiri untuk menindaknya namun Rasulullah SAW
bersbda,”Biarkan saja dulu, siramilah di atas tempat kencingnya itu
seember air”. (HR. Bukhari)
24. • Penambahan Air
– Bila air di suatu tempat terkena najis, disucikan dengan
menambahkan air
– Contoh :
– Sumur yang terkena najis,
25. • Penyamakan
َرُهَط ْدَقَف ُابَهِِْإلا َغِبُد اَذِإ
Bila kulit (bangkai) telah disamak, maka telah menjadi
suci (HR. Muslim)
• Hanafi Syafi’i : suci
• Maliki Hambali : tidak suci
27. • Diusap dengan kain
–Pendapat Hanafi
• Para shahabat Nabi SAW shalat dengan
menyelipkan pedang di pinggang mereka
• Pedang itu bekas membunuh orang kafir dalam jihad
• Pedang mereka tidak dicuci tetapi hanya diusap
dengan kain
• Khusus berlaku pada benda yang licin seperti
pedang atau kaca
28. • Dikesetkan ke Tanah
ْلَف ىَذأ ُهَلَُْن َْوأ ْمُكِدََحأ َّفُخ َابََصأ اَذِإُيْلَو ِضْرَِْألا ِيف اَمُهْكُلْدَياَمِهيِف لَص
اَمََُل ورُهَط َكِلَذ َّنِإَف
Bila sepatu atau sandal kalian terkena najis maka keset-kesetkan
ke tanah dan shalatlah dengan memakai sendal itu. Karena hal
itu sudah mensucikan (HR. Abu Daud)
29. • Dijemur Hingga Kering
– Tanah yang terkena najis bila terjemur hingga kering
sampai hilang warna dan aroma najis, menjadi suci
ْتَكَذ ْدَقَف ْتَّفَج ٍضَْرأ اََُّميأ
Tanah yang telah mengering maka tanah itu telah suci
(HR. Az-Zaila’i)
• Hanafi : suci
• Maliki Syafi’i Hambali : tidak suci kecuali disiram dulu
30. 1. Najis mukhoffafah
(najis yang ringan)
3. Najis Mutawasithoh
(najis sedang)2. Najis Mugholladhoh
(najis yang berat)
Macam-macam
najis
1
31. Thaharah
Jenis
Hakiki Hukmi
Najis Hadats
Ringan Sedang Berat Kecil Besar
Percikkan Cuci Cuci Wudhu Mandi
Tayammum
Warna
Rasa
Aroma
7 air
1 Tanah
REVIEW
Yang ini kita
anggap selesai
yaaa...
32. Hadats adalah keluarnya sesuatu benda dari khubul dan dubur. Untuk
menghilangkan hadats seseorang haruslah berwudhu ( jika berhadats kecil )
atau dengan mandi besar (jika berhadats besar ).
Hadats
Hadats Kecil Hadats Besar
1. Haid, 2. Nifas, 3. Wiladah,
4. Jima’ 5. Keluar mani bagi laki – laki (
baik disengaja atau tidak )
1. Keluar sesuatu dari dua jalan ( kubul
dan dubur ) atau salah satu dari keduanya,
baik berupa angin atau berupa benda, baik
itu benda najis atau suci, baik yang
keluar itu biasa keluar atau tidak biasa
seperti darah dan lain sebagainya
2. Pada slide berikutnya …
1
dinyatakan hadats kecil atau batal
wudhunya jika:
33. 2). Hilangnya akal sebab gila, mabuk, tidur (kecuali tidurnya dalam keadaan duduk tetap
yang tertutup pintu keluarnya angin / kentut )
3). Bersentuhan kulit antara laki-laki dan perempuan (sama-sama dewasa ) yang hukan
muhrim
4). Menyentuh kubul atau dubur dengan telapak tangan baik sengaja maupun tidak
sengaja, baik milik sendiri maupun milik orang lain, baik anak kecil maupun orang
dewasa.
Adapun cara menghilangkan / mensucikan hadast kecil tersebut adalah dengan
cara berwudhu atau tayamum.
najis2
Najis adalah segala sesuatu yang dipandang kotor oleh syarak ( Hukum Islam). Najis
yang mengenai badan atau pakaian hendaknya segera dibersihkan. Jika tidak segera
dibersihkan akan menimbulkan efek samping yang tidak baik, misalnya kotor, bau,
penyakit dan tidak enak dipandang.
36. Rukun wudhu
Rukun Hanafi Maliki Syafi’i Hambali
1. Niat x Ya ya ya
2. Membasuh wajah Ya ya ya Ya
3. Membasuh tangan ya ya ya Ya
4. Mengusap kepala Ya ya ya Ya
5. Membasuh kaki ya ya ya Ya
6. Tertib X X ya Ya
7. Muwalat (tdk terputus) X Ya x Ya
8. Ad-dalk (menggosok tangan
ke anggota wudu)
X ya X X
Jumlah 4 8 6 7
37. Sunnah-sunnah Wudhu
– Mencuci kedua tangan (di awal wudhu)
– Basmalah
– Kumur + Istinsyak (mencuci rongga hidung)
– Siwak (menggosok gigi)
– Meresapkan air ke jenggot
– Tiga Kali (kec. Kepala)
– Membasahi seluruh kepala
– Membasuh telinga
– Mendahulukan anggota kanan
– Takhil (meratakan air di sela-sela jari)
38. Batalnya Wudhu
– Keluar sesuatu lewat kemaluan
– Tidur
– Hilang akal
– Menyentuh kemaluan
– Menyentuh kulit lawan jenis non mahram
– Menyentuh najis
39. Wudhu menurut bahasa artinya bersih, sedangkan
menurut syara’: wudhu adalah membasuh anggota
badan tertentu dengan air dan dengan syarat-syarat
tertentu.
Rukun Wudhu
• Niat
• Membasuh seluruh muka dengan sempurna
• Memasuh kedua tangan sampai siku
• Mengusap atau menyapu sebagian kepala
• Membasuh kedua kaki hingga mata kaki
• Tetib ( berurutan )
Syarat-syarat Wudhu
1. Beragama islam
2. Mumayiz
3. Berhadas kecil
4. Memakai air yang suci dan
mensucikan
5. Tidak ada yang
menghalanginya
sampainya air ke kulit
wudhu
2
41. • Pengertian
– Bahasa :
• Al-Qashdu : bermaksud
– Istilah
• Mengangkat hadats kecil dan besar dengan menyusapkan
tanah ke wajah dan tangan
42. • Dalil
–Quran
اءَم ْاوُدََِت ْمَلَفبِيَط ايدَُِص ْاوُمَّمَيَتَفاْمُكِوهُجُوِب ْاوُحَسْامَف
ْمُكيِدَْيأَو
kemudian kamu tidak mendapat air, maka
bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik,
sapulah wajahmu dan tanganmu. (QS. An-Nisa : 43)
43. • Dalil
– Hadits
دِجْسَم ِِتَّمُِِألَو ِيل اَهُّلُك ُضَْرألا ْتَلُُِجَر ْتَكَرَْدأ اَمَنَْيأَف ، اورُهَطَو اْنِم الُج
ُهَندِعَو ُهُدِجْسَم ُهَدْنَُِف ُةَالَّالص ِِتَُّمأُهُرْوُهَط
Dari Abi Umamah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda,"Telah dijadikan
tanah seluruhnya untukkku dan ummatku sebagai masjid dan pensuci.
Dimanapun shalat menemukan seseorang dari umatku, maka dia punya
masjid dan media untuk bersci. (HR. Ahmad 5 : 248)
44. • Hanya berlaku buat Muhammad SAW dan umatnya
• Tidak pernah disyariatkan sebelumnya
يِلْبَق دََحأ َّنُهَطُُْي ََْل اسََْخ ُيتِطُْعأ:ُنْهَش َةَريِسَم ِبْعُّلرِِب ُتْرِصِيل ْتَلُُِجَو ٍر
َْدأ ٍلُجَر اََُّميأَف اورُهَطَو ادِجْسَم ُضَْرألَاِلَصُيْلَف ُةالَّلصَا ُهْتَكَر
Aku diberikan lima perkara yang tidak diberikan kepada seorang nabi
sebelumku : Aku ditolong dengan dimasukkan rasa takut sebulan
sebelumnya, dijadikan tanah sebagai masjid dan media bersuci, sehingga
dimanapun waktu shalat menemukan seseorang, dia bisa melakukannya.
(HR. Bukhari dan Muslim)
45. Kapan Dibolehkan Tayammum?
– Tidak Ada Air
– Sakit
– Dingin (yang sangat)
– Air Tidak Terjangkau
– Air Tidak Cukup
– Habisnya Waktu
46. Cara Tayammum
– Cara Pertama : (Hanafi – Syafi’i)
• Tepukan 1 : wajah
• Tepukan 2 : tangan
– Cara Kedua (Maliki - Hambali)
• Sekali tepuk : wajah langsung tangan
54. • Tawaf
َّالِإ ِةَالَّالص ِةَلِزْنَِِب ِتْيَبْلِِب ُافَوَّطالِطْنَمْلا ِيهِف لََحأ ْدَق ََّاَّلل ََّنأَق
Tawaf di sekeliling ka’bah sama dengan shalat, kecuali Allah
membolehkan berbicara (HR. Tirmizy Al-Hakim )
55. • Menyentuh Mushaf
رِاهَط َّالِإ َنآْرُقْلَا َّسََمي َال ْنَأ
Janganlah menyentuh mushaf kecuali orang yang suci
dari hadats (HR. Malik)
56. • Melafadzkan Quran
ئْيَش َبُنُاْل َالَو ُضِائَاحل أَرْقَت َالِآنْرُقال َنِم ا
Wanita yang haidh atau orang yang janabah tidak boleh
membaca sepotong ayat Quran (HR. Tirmizy)
57. • Masuk Masjid
اَهَُّيأ َِبَُنتأَو َةَالَّالص ْاوُبَرْقَت َال ْاوُنَآم َينِذَّلاََََّّح ىَارَكُس ْمَو َنوُلوُقَت اَم ْاوُمَلَُْتَال
ََََّّح ٍيلِبَس يِرِباَع َّالِإ ابُنُجْاوُلِسَتْغَت
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu salat, sedang
kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa
yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang
kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja,
hingga kamu mandi.(QS. An-Nisa' : 43)
Tidak ku halalkan masjid bagi orang yang junub dan haidh`.
(HR. Bukhari)
62. • Tiga Darah Wanita
– Haidh
• Darah yang keluar karena sehat (setiap bulan)
– Nifas
• Darah yang keluar saat melahirkan dan sesudahnya
– Istihadhah
• Selain haidh dan nifas
63. • Masa Haidh
– Minimal
• Sekejap : Maliki (kecuali iddah/istibra : 1 hari)
• 1 hari 1 malam : Syafi’i Hambali
• 3 hari 3 malam : Hanafi
– Maksimal
• 10 hari : Hanafi
• 15 hari : Syafi’i Hambali
64. • Usia Wanita Haidh
– Mulai
• Usia 9 tahun
– Berakhir
• Usia 50 tahun : Hanafi
• Usia 70 tahun : Maliki
• Sampai tidak haidh
65. • Masa Suci
– Minimal
• 13 hari (Hambali)
• 15 hari (Jumhur)
– Maksimal
• Tak Terhingga
66. • Haram Dilakukan
– Shalat
– Sujud Tilawah
– Puasa
– Tawaf
– Sai
– Memegang Mushaf
– Melafadzkan Quran
– Masuk Masjid
– Bersetubuh
– Diceraikan
67. • Iddah Wanita Dicerai (3 Quru`)
– 3 kali haidh
– 3 kali suci
Masa Suci 1 Haidh Masa Suci 2 Haidh Masa Suci 3
Masa Suci 1 Haidh Masa Suci 2 Haidh Masa Suci 3 Haidh Masa Suci 4
1 2 3
1 2 3
69. • Nifas
– Darah yang keluar saat melahirkan dan sesudahnya
• Masa Nifas
– Minimal
• Sekejap
– Maksimal
• 40 hari : Hanafi Hambali
• 60 hari : Syafi’i
70. • Pengertian Istihadhah
– Keluar darah di luar haidh atau nifas
– Contoh :
• Sebelum usia haidh (9 tahun)
• Setelah lewat usia haidh (50-70 tahun)
• Setelah masa haidh (13-15 hari)
• Sebelum melahirkan – keguguran bukan bayi
• Setelah lewat masa nifas (40-60 hari)
71. • Hukum
– Batal wudhu
– Berwudhu tiap shalat
– Menyumbat darah
– Hadats Kecil bukan hadats besar
• Tidak wajib mandi janabah
• Tetap wajib shalat puasa
• Tidak berlaku larangan spt haidh & nifas
72. ALAT UNTUK BERSUCI
AIR BATU DEBU
(TANAH)
a. Air Mutlak yaitu air yang suci dan dapat dipergunakan untuk bersuci serta belum
berubah keadaanya seperi : air sumur, air sumber, air hujan, air laut, air embun, air
sungai, dan air salju.
b. Air Musta`mal yaitu air suci tetapi tidak dapat dipergunakan untuk bersuci karena
telah dipergunakan untuk bersuci sebelumnya.
c. Air Musammas yaitu air suci tetapi makruh digunakan untuk bersuci , seperti air yang
terkena panan matahari; karena dapat mengakibatkan penyakit kulit
d. Air Mutanajis yitu air yang terkena najis. Air ini tidak dapat dipergunakan untuk
bersuci jika telah berubah salah satu sifatnya ( bau, rasa, atau warnanya )
MACAM-MACAM AIR
5
73. • Air yang suci dan mensucikan serta tidak makruh bila digunakan
dinamakan AIR MUTLAK. Maksudnya adalah bahwa air itu selain
suci, juga dapat digunakan untuk bersuci.
1
74. Air Mutlak
• 1. Air Langit. Maksudnya adalah air yang berasal dari langit
yaitu air hujan. Air hujan ini dapat digunakan untuk bersuci.
• 2. Air Laut. Air ini juga dapat digunakan untuk bersuci.
• 3. Air Bengawan/Danau.
• 4. Air Sumur.
• 5. Air Sumber. Air yang berasal dari mata air.
• 6. Air Salju.
• 7. Air Embun.
75.
76. • Air yang suci namun tidak mensucikan. Yaitu
air yang terkena panas matahari (musyammas)
dan air yang suci namun tidak mensucikan yaitu
air yang telah digunakan (musta’mal), air yang
telah berubah karena sebab barang yang
menyampuri air dari perkara yang suci.
2
77. Musta’mal dalam syafiiyah
• Air sedikit yang telah digunakan untuk mengangkat
hadats dalam fardhu taharah dari hadats. Air itu
menjadi musta`mal apabila jumlahnya sedikit yang
diciduk dengan niat untuk wudhu` atau mandi meski
untuk untuk mencuci tangan yang merupakan bagian
dari sunnah wudhu`.
• Namun bila niatnya hanya untuk menciduknya yang
tidak berkaitan dengan wudhu`, maka belum lagi
dianggap musta`mal.
78. • Air Mutanajis. Yaitu air yang tercampur dengan
barang najis dan jumlah air yang ada kurang dari 2
kulah.
3
79. AIR 2 KULLAH
• Para ulama kontemporer mencoba mengukur dengan besaran zaman
sekarang. Dan ternyata dalam ukuran masa kini kira-kira sejumlah 270
liter. (Wahbah az-Zuhaili dalam Al-Fiqhul Islami Wa Adillatuhu.)
80.
81.
82. LEMBAR TUGAS
1. Apa pengertian thaharah?
2. Sebutkan macam-macam hadats beserta
contohnya!
3. Sebutkan macam-macam najis beserta
contohnya!
4. Bagaimana cara mensucikan hadats?
5. Bagaimana cara mensucikan najis?
83. LEMBAR JAWABAN
1. Thaharah berasal dari bahasa Arab yang artinya bersih,
kebersihan, atau bersuci.
Menurut istilah syara’, adalah membersihkan diri, pakaian,
tempat, dan benda-benda lain dari najis dan hadats menurut
cara-cara yang ditentukan oleh syariat Islam.
2. Hadats kecil. Ex : Bersentuhan antara kulit laki-laki dan
perempuan yang bukan muhrim, serta sama-sama telah baligh.
Hadats besar. Ex : Berhubungan suami-istri.
84. LEMBAR JAWABAN
3. Najis Berat (Mughaladzah). Ex : Segala hal yang bersumber
dari tubuh anjing dan babi.
Najis Sedang (Mutawassithah). Ex : Darah, kotoran hewan,
muntah
a. Hukmiyah (di yakini ada najis, tapi tidak ada wujud, bau,
dan rasa). Ex : Kencing yang sudah kering
b. Ainiyah (najis yang masih ada wujudnya).
Najis Ringan (Mukhaffafah). Ex : Air kencing bayi laki-laki
yang hanya makan ASI.
85. LEMBAR JAWABAN
4. Wudhu, mandi janabat, atau boleh diganti
tayammum bila berhalangan menggunakan air.
5. Mencuci dan membasuhnya dengan air yang suci
sebanyak 7x. Dan salah satu basuhannya
menggunakan air yang bercampur dengan tanah.
(Mughaladzah)
86. LEMBAR JAWABAN
5. Disiram dengan air suci yang mengalir tanpa harus hilang
warna, bau dan rasanya karena tidak nyata.
(Mutawasitha Hukmiyah)
Di siram dengan air yang mengalir sampai hilang warna,
wujud, dan baunya. (Mutawasitha Ainiyah)
Memercikkan air pada benda yang terkena najis.
(Mukhaffafah)