Kaitkan pemilu dengan teroris, upaya bnpt agar tetap eksis
Butuh perubahan sistem
1. 1/4/2014 Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Pemilu 2014 : Butuh Perubahan Sistem
http://m.hizbut-tahrir.or.id/2014/03/31/pemilu-2014-butuh-perubahan-sistem/ 1/3
Pemilu 2014 : Butuh Perubahan Sistem
March 31st, 2014 by farid
‘Jokowi effect’ ramai dibicarakan. Tak lama
setelah PDIP secara resmi mencalonkan Jokowi
sebagai capres dikabarkan rupiah menguat.
Media massa yang memang selama ini dikenal
pro Jokowi pun memunculkan opini kuat, Jokowi
adalah pilihan presiden yang terbaik dengan
berbagai argumentasi. Tak ketinggalan media
massa luar negeri, menyambut hangat Jokowi.
Memang kemunculan Jokowi–lepas berbagai tudingan konspirasi dibaliknya—bagi sebagian
orang menimbulkan harapan. Sosok yang kelihatan sederhana, berwajah ‘lugu’ dan dicitrakan
merakyat diharapkan bisa membawa perubahan untuk Indonesia yang karut marut. Wajar saja,
hal ini muncul sebagai reaksi kemuakan terhadap politisi-politisi stok lama yang sarat masalah.
Persoalannya, bisakah mengandalkan sosok individual Jokowi?
Untuk itu, menjawab apa sebenarnya persoalan Indonesia sehingga karut-marut seperti
sekarang menjadi penting. Kalau kita memperhatikan secara mendalam, persoalan Indonesia
sesungguhnya adalah persoalan sistem. Memang ada masalah individual, tetapi yang paling
berpengaruh dan menonjol adalah sistem.
Beberapa indikasinya antara lain, Indonesia bermasalah dalam hampir semua aspek,
multidimensional. Pendidikan, sosial, ekonomi, politik, hukum, keamanan, transportasi hampir
semuanya bermasalah.
Indikasi lain, banyak persoalan muncul bukan berkaitan masalah impelementasi kebijakan,
justru lahir dari UU yang mengatur kebijakan itu. Perampokan kekayaan alam Indonesia oleh
perusahaan-perusahaan asing dilegitimasi berbagai UU yang pro kapital seperti UU Migas, UU
Penanaman Modal, UU Kelistrikan. Sebagai contoh, keinginan untuk menjadikan Pertamina
sebagai BUMN kuat dan alat Pemerintah dalam pengelolaan BBM justru terhalang UU Migas
No. 22 Tahun 2001. UU ini membatasi kewenangan Pertamina sebagai pemain utama (single
player) di sektor ini. UU ini juga memberikan hak/kewenangan kepada perusahaan minyak lain,
baik domestik maupun asing. Tidak mengherankan kalau sektor migas kita sebagian besar
dikuasai oleh perusahaan asing.
Persoalan Indonesia bukan sekadar persoalan invidual, tetapi sistemik juga bisa kita lihat
2. 1/4/2014 Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Pemilu 2014 : Butuh Perubahan Sistem
http://m.hizbut-tahrir.or.id/2014/03/31/pemilu-2014-butuh-perubahan-sistem/ 2/3
dalam kasus korupsi. Hampir semua aspek di Indonesia tidak lepas dari korupsi, baik swasta
atau negara. Tiga institusi pilar negara demokrasi (eksekutif, legislatif, maupun yudikatif) pun
tidak lepas dari kasus korupsi. DPR dan Kepolisian kerap mendapat gelar lembaga terkorup.
Bahkan DPR sudah 4 tahun berturut-turut, menurut KPK, menduduki posisi nomor wahid dalam
kasus korupsi. Menurut petinggi KPK Busyro Muqaddas. hampir semua sistem DPR rawan
korupsi; baik fungsi legislasi, anggaran maupun pengawasan. Menurut staf Mendagri sejak
Pemilu Pilkada 2004, sudah ada 3000 anggota DPRD yang terjerat kasus hukum, lebih dari
80% adalah kasus korupsi. Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) yang salah satu tugas pentingnya
menilai UU, juga terjerat korupsi.
Mengingat persoalan Indonesia adalah persoalan sistem, ‘Jokowi effect’ yang tidak menyentuh
perubahan sistem dipastikan 100% tidak akan membawa perubahan yang mendasar. Jokowi
pasti akan gagal. Pasalnya, pangkal persoalan Indonesia dan negeri-negeri Islam lainnya
adalah penerapan sistem kapitalisme yang berasas sekularisme berikut pemikiran pokoknya
seperti demokrasi, pluralisme, dan liberalisme.
Dari berbagai transisi politik di Indonesia, pada mulanya para pemimpin tiap orde itu pun banjir
pujian. Namun tidak lama berlangsung, mereka juga gagal. Sebabnya, yang terjadi hanya
berganti orang/rezim, bukan sistem. Kegagalan mereka diperparah dengan ketundukan
mereka kepada Barat. Sikap pemimpin seperti inilah yang melestarikan penjajahan
kapitalisme.
Perlu kita catat, yang diinginkan Barat dari pemimpin Indonesia ke depan adalah tetap tunduk
kepada mereka. Tentu mereka akan memuji calon pemimpin yang siap melestarikan sistem
penjajahan mereka. Tidak mengherankan kalau petinggi Bank Dunia sudah mewanti-wanti
kepada presiden baru ke depan untuk menaikkan harga BBM atau mengurangi subsidi. Ini
sesungguhnya pesan arogansi dari Barat, bahwa siapapun pemimpin Indonesia harus tunduk
kepada mereka.
Di sinilah letak penting peran partai-partai Islam. Seharusnya mereka menyerukan perubahan
sistem dengan tawaran ideologi yang jelas. Tentu ideologi yang harus berseberangan dengan
kapitalisme, tidak ada lain kecuali Islam; bukan malah menyerukan demokrasi dan liberalisme,
apalagi menikmatinya; apalagi kemudian menjilat Barat untuk mendapatkan keridhaannya.
Partai Islam harus menyerukan pergantian sistem kapitalisme sekular menjadi Islam;
mengganti negara sekular yang menerapkan sistem kapitalisme menjadi negara Khilafah yang
menerapkan syariah Islam secara kaffah. Seruan ini harus jelas, gamblang dan terbuka agar
umat bisa paham sehingga mendukung dan memperjuangkannya.
Tugas penting ini diperintahkan Allah SWT (QS Ali Imran [3]: 104) yang menjadi dasar dari
kewajiban keberadaan gerakan, kelompok, atau partai politik yang berdasarkan Islam.
Kelompok atau partai politik Islam ini wajib menyerukan al-Khair (Islam) serta melakukan amar
makruf nahi mungkar. Imam ath-Thabari dalam tafsirnya Jami’ al-Bayan fi Ta’wil al-Qur’an
3. 1/4/2014 Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Pemilu 2014 : Butuh Perubahan Sistem
http://m.hizbut-tahrir.or.id/2014/03/31/pemilu-2014-butuh-perubahan-sistem/ 3/3
menjelaskan pengertian yad’una ila al-khair adalah yad’una ila al-Islam wa syarai’ihi allati
syara’a Allahu li ‘ibadihi (menyerukan Islam dan syariah-Nya yang disyariatkan Allah SWT
kepada hamba-Nya).
Tugas ini memang berat dan bisa jadi belum diterima sepenuhnya oleh rakyat. Namun insya
Allah, dengan perjuangan yang tidak kenal lelah, rakyat akan makin paham dan mendukung,
bahwa syariah Islam wajib diterapkan secara kaffah di tengah-tengah kehidupan mereka dalam
institusi pemerintahan Islam yang bernama Khilafah.
Apalagi mereka melihat di depan mata, bagaimana fakta kerusakan akibat sistem kapitalisme.
Rakyat juga merasakan langsung penderitaan itu. Insya Allah dengan sikap istiqamah
berpegang teguh pada Islam, bekerja keras berdasarkan manhaj Rasulullah saw., dan
berharap pada pertolongan Allah SWT, kemenangan itu akan semakin dekat. Bukankah Allah
yang memiliki kekuasaan dan Allah pula yang menggilirkan kekuasaan kepada siapa yang dia
kehendaki? [Farid Wadjdi]
Baca juga :
1. Dua Faktor Kenapa Pemilu 2014 Mustahil Bawa Perubahan
2. Pemilu 2014 Tetap Sengsarakan Rakyat?
3. HIP ke-11 Lampung: Perubahan Rezim Saja Tidak Cukup, Harus Disertai Perubahan
Sistem
4. Pemilu dan Perubahan
5. [FOTO] HIP Edisi 2 HTI Kalbar : Pemilu 2014. Menuju Indonesia yang lebih baik?