6. Kepemimpinan dalam Dakwah Kita
Menduduki
Posisi ORANG TUA dalam hal ikatan hati
Posisi GURU dalarn hal fungsi kepengajaran
Posisi SYAIKH dalam aspek pendidikan ruhani
Posisi PEMIMPIN dalam aspek penentuan kebijakan
umum dakwah
Dakwah kami menghimpun pengertian ini secara
keseluruhan, dan tsiqah kepada kepemimpinan adalah
segala-galanya bagi keberhasilan dakwah.
9. Kekuatan itu Syi’ar Islam
َو ِهِمُظُن ِ
لُكيِف ِ
سالمإلا ُار َع ِ
شَف ُةَّوُق
ْ
الاَّمَا
ِهِتا َعْيِرْشَت
Adapun kekuatan itu, ia merupakan syi'ar Islam dalam
perundangan dan syari'atnya
Dalil Al-Qur’an 8:60, sifat Nabi Musa AS (28:26), perintah
kepada Nabi Yahya AS (19:12), sifat Thalut (2:247)
Dalil As-Sunnah: Hadits mu’min yang kuat
Dalil Doa: minta dilindungi dari 4 kelemahan
10. ُةَّدَوَمال
َىبْرُقَْالو
َع ْمُك ِسُفْنَا ْ
نِم ٌ
ولُسَر ْمُكَاءَج ْدَق
َ
ل
ِرَح ْمُّتِنَعاَم ِهْيَلَع ٌيزِز
ْمُكْيَلَع ٌ
يص
ٌيم ِ
حَر ٌ
وف ُء َر َ
ينِنِم ْؤُم
ْ
الِب
ْ
نِاَف
َّ
لَوَت
َ
ل ُ َّ
اَّلل َيِبْسَح ْ
لُقَفاْو
ِهْيَلَع َوُه
َّ
لِا َه
َ
لِا
ِ
شْر َع
ْ
ال ُّ
بَر َوُهَو ُ
ت
ْ
لَّكَوَت
ِ
يم ِ
ظ َع
ْ
ال
Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari
kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat
menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas
kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. Jika
mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah: "Cukuplah
Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku
bertawakal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki Arasy yang
agung“. (9:128-129)
12. Sarana yang Komprehensif
1. Halaqah
2. Mabit (lailatul katibah/jalsah ruhiyah)
3. Daurah
4. Tarbiyah Tsaqafiyah (Tatsqif)
5. Kajian Intensif
6. Penugasan
7. Mukhayyam
Setiap sarana dipimpin oleh orang yang berbeda
PERAN pemimpin lain dalam pembentukan pribadi kita
13. Hubungan Qiyadah dan Jundiyah
Para Nabi Dahulu
Nabi Nuh AS dan kaumnya
Nabi Ibrahim AS dan kaumnya
Nabi musa AS dan kaumnya
Nabi Muhammad SAW dan umatnya
14. Analisis Qiyadah-Jundiyah pada Nabi Nuh
AS dan Kan’an (11:42-43)
Nabi Nuh AS berkata, “Naiklah bersama kami!”
perintah
Kan’an menjawab, “Aku akan mencari
perlindungan ke gunung yang dapat
menghindarkan aku dari air bah!”
“Perintah disikapi sebagai
saran”
15. Analisis Qiyadah-Jundiyah pada Nabi
Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS (37:102)
Berkata Ibrahim AS, “Wahai anakku!
Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku
menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana
pendapatmu?”
Ismail AS berkata, “Wahai ayahku! Lakukanlah
apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya
Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang
yang sabar.”
“Tawaran disikapi sebagai perintah”
16. Analisis Qiyadah-Jundiyah pada Nabi
Musa AS dan Bani Israil (5:20-25)
Perintah Nabi Musa AS
Masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan
Allah bagimu, dan janganlah kamu lari ke belakang (karena
takut kepada musuh),
Sikap Bani Israil
sesungguhnya kami sekali-kali tidak akan memasukinya
sebelum mereka ke luar daripadanya
kami sekali-sekali tidak akan memasukinya selama-
lamanya, selagi mereka ada di dalamnya, karena itu
pergilah kamu bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu
berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini
saja
“Diperintah balik memerintah lagi”
18. ِالثقة
المتبادلة
Setelah Qiyadah berusaha memiliki sifat-sifat
yang sudah disebutkan, maka sebagai
balasannya adalah ia mendapatkan TSIQAH dari
para jundinya
Inilah yang disebut ِالثقة
المتبادلة (saling
memberikan tsiqah)
19. Satu Kata Kunci
Ada satu kata kunci dari tsiqah
Apa itu?
ُِانَنْئِمْطِإلا
KETENANGAN
22. Menguji Tsiqah
Apakah ia siap menganggap semua instruksi—yang
diputuskan oleh pemimpin untuknya, tanpa maksiat
tentu—sebagai instruksi yang harus dilaksanakan
tanpa reserve, tanpa ragu, tanpa ditambah dan
tanpa dikurangi, dengan keberanian memberi
nasehat dan peringatan untuk tujuan yang benar?
23. Menguji Tsiqah
Apakah ia siap untuk menganggap dirinya salah
dan pemimpinnya benar, jika terjadi pertentangan
antara apa yang diperintahkan pemimpin dan apa
yang ia ketahui dalam masalah-masalah
ijtihadiyah yang tidak ada teks tegasnya dalam
syariat?
24. Menguji Tsiqah
Apakah ia siap untuk meletakkan seluruh
aktivitas kehidupannya dalam kendali dakwah?
Apakah—dalam pandangannya—pemimpin
memiliki hak untuk men-tarjih (menimbang dan
memutuskan) antara kemaslahatan dirinya dan
kemaslahatan dakwah secara umum?
25. Tanda-tanda Tsiqah (1)
Mencintainya (ُةَِّبَحَمْلَ)ا
Menghormati dan menghargainya ( ُامَرِتْحِإلا
ُرْيِدْقَّتَالو)
Terbuka kepadanya (َُةحَرَاصُمْلَ)ا dalam masalah
Pribadi (ُةَّيِصْخ َّ
الش)
Keluarga (ُةَّيِلِئاَعال)
Gerakan (ُةَّيِكَرَحال)
Benyak bersyura dengannya (ىَرْو ُّ
الش ُةَرْثَ)ك
26. Tanda-tanda Tsiqah (2)
Menumbuhkan pengalaman bersamanya ( ُةَّيِمْنَت
ِتاَرِْبِخْ)ال
Kuatnya hubungan dengannya (ِةَّلِالص ُةَّوُ)ق
Saling bertukar pikiran (ِيْأَّرال ُلُداَِبَت)
Satu sikap (ِفِقْوَمْال ُدْيِحْوَت)
Saling menasihati (ِةَحْيِصَّنال ُلُداَِبَت)
Talaqqi informasi (ِتَامْيِلْعَّتال يِقَلَت)
Hubungan yang mudah (ِلَاصِتِإلا ُةَلْوُه ُ
)س
27. Paling Lemah Menjadi Paling Kuat
Kepada Imam Hasan al-Banna ditanyakan, “Bila
keadaan memisahkan hubungan kita, siapa
yang Anda rekomendasikan untuk kami angkat
jadi pemimpin?”
Jawabnya tegas, “Wahai Ikhwan, silakan angkat
orang yang paling lemah, kemudian dengar dan
taatilah dia, niscaya ia akan menjadi orang
paling kuat di antara kalian”