Dokumen tersebut merangkum pentingnya berbakti kepada orang tua, yang harus didahulukan dari berbagai kewajiban agama lainnya. Anak harus menuruti kehendak orang tua kecuali yang bertentangan dengan agama. Pendidikan agama dan kasih sayang orang tua penting untuk membentuk anak yang berbakti. Berbuat baik kepada orang tua dijamin membawa berkah dari Allah.
1. Penutup Kitab Birrul Walidain [Berbakti Kepada Kedua Orang Tua]
http://www.almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=1390&bagian=0
Penutup Kitab Birrul Walidain [Berbakti Kepada Kedua Or...
Kategori :
Birrul Walidain
Tanggal : Rabu, 30 Maret 2005 14:52:54 WIB
PENUTUP KITAB BIRRUL WALIDAIN [BERBAKTI KEPADA KEDUA ORANG TUA]
Oleh
Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas
Pada hakekatnya seorang anak harus berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Meski orang tua masih dalam
keadaan musyrik mereka tetap mempunyai hak untuk mendapatkan perlakuan yang baik dari anak-anaknya.
Berbuat baik kepada kedua orang tua harus didahulukan daripada fardhu kifayah dan amalan-amalan sunnah
lainnya. Berbuat baik kepada kedua orang tua didahulukan daripada berjihad dan hijrah di jalan Allah.
Berbuat baik kepada orang tua harus didahulukan dari pada kepada istri dan anak-anak.
Berbuat baik kepada kedua orang tua tidak berarti harus meninggalkan kewajiban terhadap istri dan
anak-anaknya. Kewajiban memberikan nafkah kepada istri dan anak-anak tetap dipenuhi walaupun kepada
kedua orang tuanya harus didahulukan.
Imam Qurthubi secara umum mengatakan bahwa dalam berbakti kepada kedua orang tua hendaknya seorang
anak menyetujui apa yang dikehendaki, diinginkan dan dimaui oleh kedua orang tua. Fudlail bin Iyadl berkata,
"Janganlah engkau mencegah apa-apa yang disenangi keduanya" Ketika ditanya bagaimana tentang berbakti
kepada kedua orang tua, Fudlail menjawab, "Janganlah engkau melayani kedua orang tuamu dalam keadaan
malas"
Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu dalam hadits shahih yang diriwayatkan Imam Bukhari dalam kitabnya
Al-Adabul Mufrad. Ketika Abu Hurairah ditanya bagaimana berbakti kepada kedua orang tua, ia berkata,
"Janganlah engkau memberikan nama seperti namanya, janganlah engkau berjalan dihadapannya, dan
janganlah engkau duduk sebelum dia duduk" [1] Artinya, orang tua dipersilahkan duduk terlebih dahulu.
Tidak boleh berbuat baik kepada kedua orang tua dalam bermaksiat kepada Allah. Apabila orang tua
menyuruh melakukan sesuatu yang haram atau mencegah dari perbuatan yang wajib, maka tidak boleh ditaati.
Bahwa orang yang paling baik untuk kita jadikan teman dan sahabat karib selama-lamanya adalah orang tua
sendiri.
Harta yang dimiliki seorang anak pada hakekatnya adalah milik orang tua. Sebagaimana telah datang
seseorang kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, "Ya Rasulullah, orang tua saya telah mengambil harta
saya" kemudian Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam memarahi orang tersebut dan berkata, "Kamu dan hartamu
Halaman 1/3
2. Penutup Kitab Birrul Walidain [Berbakti Kepada Kedua Orang Tua]
http://www.almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=1390&bagian=0
milik bapakmu" [2]. Berikan kepada orang tua apa yang ada pada kita yang pada hakekatnya adalah milik
orang tua. Karena kita bisa berusaha, bekerja dan mendapat gaji, mendapatkan ma'isyah (mata pencaharian),
karena sebab orang tua yang melahirkan dan mendidik kita.
Kalau keduanya sudah meninggal, tetap berbuat baik dengan mendo'akan, menyambung tali silaturahmi
kepada teman-teman orang tua yang disambung oleh keduanya.
Untuk menjadikan anak shalih berbakti kepada orang tua, bergantung dari pendidikan orang tua terhadap
anaknya. Kalau ingin memiliki anak yang berbakti kepada kedua orang tua, tidak boleh meninggalkan
pendidikan. Cara mendidiknya supaya menjadi anak yang shalih, anak yang taat kepada Allah dan RasulNya
serta taat kepada kedua orang tuanya. Sejak kecil dididik dengan mentauhidkan Allah, diajarkan Al-Qur'an,
sunnah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, diajarkan cinta kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan
juga diajarkan tentang shalat.
Seandainya sekarang ini ada anak yang durhaka kepada orang tuanya, kemudian orang tua ini menyesal dan
bersedih, mungkin dahulu dia pernah berbuat durhaka kepada orang tuanya sehingga sekarang dibalas oleh
anak-anaknya. Ada riwayat yang masih perlu diperiksa, menyebutkan, "Hendaklah kalian berbuat baik kepada
orang tua kalian niscaya anak kalian akan berbuat baik kepada kalian" Jadi dengan berbuat baik kepada orang
tua, insya Allah anak-anak akan berbuat baik kepadanya. Tetapi kalau durhaka kepada orang tua,
anak-anakpun akan durhaka kepadanya.
Hendaklah memperhatikan kedua orang tua seumur hidup dan jangan merasa lelah, capek, maupun letih,
dalam berbakti kepada keduanya sebagaimana kita tidak capek dan letih dalam taat kepada Allah.
Kalau selama ini pernah durhaka kepada orang tua, segeralah minta ma'af dan berbuat baik kepada keduanya.
Jangan mengulangi lagi dan bertaubat dengan taubat yang sesungguhnya baik laki-laki maupun yang
perempuan. Mohon ampun dan bertaubat kepada Allah kemudian merubah sikap. Seandainya kedua orang tua
sudah meninggal mohon ampun kepada Allah dan mendo'akannya dan bertaubat dengan taubat yang
sesungguhnya, menyambung silaturahmi dengan teman-teman kedua orang tua.
Kalau ingin bahagia dan mendapat berkah dari Allah Subhanahu wa Ta'ala dan diluaskan rizki serta
dipanjangkan umur dan dimudahkan segala urusan, dimasukkan ke dalam surga maka harus terus berbuat baik
kepada orang tua. Jangan lupakan semua yang pernah diberikan kedua orang tua karena semua kebaikan
mereka tidak dapat dihitung dengan apapun juga.
Maraji'
[1]. Al-Qur'an Al-Karim dan terjemahannya
[2]. Tafsir Ibnu Katsir
[3]. Shahih Bukhari
[4]. Fathul Baari, Ibnu Hajar Al-Atsqalani
[5]. Shahih Muslim
[6]. Sunan Tirmidzi
[7]. Sunan Abu Daud
[8]. Sunan Nasa'i
[9]. Sunan Ibnu Majah
[10]. Mustadrak Hakim
[11]. Majma'uz Zawaid wal Manbaul Fawaid, Abu Bakar Al-Haitsami, tahrij Al-Iraqi dan Ibnu Hajar
[12]. Al-Muhalla, Ibnu Hazm
[13]. Al-Kabaair, Imam Adz-Dzahabi
[14]. Majmu Fatawa Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
[15]. Al-Maudluu'at, Ibnul Jauzi
[16]. Riyadus Shalihin, Imam Nawawi
[17]. Syarah Musykilul Atsar, Imam Ath-Thahawi, tahqiq Syu'aib Al-Arnauth.
[18]. Silsilah Ahadist As-Shahihah, Syaikh Imam Al-Albani
[19]. Silsilah Ahadits Ad-Dlaifah, Syaikh Imam Al-Albani
Halaman 2/3
3. Penutup Kitab Birrul Walidain [Berbakti Kepada Kedua Orang Tua]
http://www.almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=1390&bagian=0
[20]. Shahih Jaami'ush Shagir, Syaikh Imam Al-Albani
[21]. Irwaul Ghalil fi Takhrij Ahadits Manaris Sabiil, Syaikh Imam Al-Albani
[22]. Shahih At-Targhib wa Tarhib, Syaikh Imam Al-Albani
[23]. Shahih Al-Adabul Mufrad, Syaikh Imam Al-Albani
[24]. Tamamul Minnah Takhrij Fiqih Sunnah, Syaikh Imam Al-Albani
[25]. Ahkamul Janaiz, Syaikh Imam Al-Albani
[26]. Misykatul Mashabiih, Syaikh Imam Al-Albani
[27]. Bahjatun Nadlirin Syarah Riyadush Shalihin, Syaikh Salim bin Id Al-Hilaly
[28]. Masail min Fiqhil Kitab wa Sunnah, Dr Umar Sulaiman Al-Asyqar, cet. I th.1414H, Daarun Nafaais
[29]. Birrul Walidaian fi Qur'anil Karim wa Ahaadits Ash-Shahihah, Nidzam Sakkajeha, cet.VI th1413H,
Maktabah Islamy
[30]. Adillah Mu'taqad Abi Hanifah Al-A'zam fi Abawaiy Rasul A'alaihissalatu wa salaam, Al-Alamah 'Aly
bin Sulthan bin Muhammad Al-Qari (wafat th 1014H), tahqiq Syaikh Mansyur bin Hasan bin Salman, cet. I
th.1413H, Maktabah Al-Ghuraba Al-Atsariyah.
[Disalin dari Kitab Birrul Walidain, edisi Indonesia Berbakti Kepada Kedua Orang Tua oleh Ustadz Yazid bin
Abdul Qadir Jawas, terbitan Darul Qolam - Jakarta]
_________
Foote Note.
[1]. Shahih Al-Adabul Mufrad no. 32
[2]. Hadits Riwayat Ibnu Majah 2291 (Shahih Ibnu Majah no. 1855) Ath-Thahawi dalam Musykilul Atsar
4/277 no. 1598 (Shahih Musykilul Atsar Imam Ath-Thahawi tahqiq Syu'aib Al-Arnauth
Halaman 3/3