1. Salafiyun Mencari Muka Dihadapan Pemerintah, Tidak Berbicara Dengan Kebenaraan Dan Melalaikan Jihad
http://www.almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=1519&bagian=0
Salafiyun Mencari Muka Dihadapan Pemerintah, Tidak Berb...
Kategori :
Fokus Utama
Tanggal : Sabtu, 6 Agustus 2005 06:40:02 WIB
DAKWAH SALAFIYAH MENEPIS TUDUHAN
Oleh
Syaikh DR. Abu Anas Muhammad Musa Alu Nashr
Bagian Ketiga dari Empat Tulisan [3/4]
[5]. SALAFIYUN MENCARI MUKA DIHADAPAN PEMERINTAH DAN TIDAK BERBICARA
DENGAN KEBENARAN
Ini juga suatu dusta, tidak ragu lagi. Bagaimana sikap salafiyun ketika menduduki jabatan di kementrian,
dewan fatwa dan hakim di negara Islam ? Tiada lain mereka memerangi ahli bid’ah sejak puluhan tahun.
Apabila mereka mau main mata, munafik dan menjual ilmu niscaya mereka mendapatkan posisi yang diraih
oleh selain mereka. Tetapi salafiyun menghukumi perbuatan tersebut sebagai munafik.
Bahkan mereka tidak membolehkan masuk parlemen agar tidak menjadi jembatan bagi undang-undang
bikinan manusia dan hukum thagut dan supaya tidak menjadi perpanjangan kebatilan. Siapa diantara mereka
yang menyimpang lalu memuji pemerintah dalam kebatilan atau mengambil muka atau bersikap munafik
maka dia tidak mewakili kecuali dirinya sendiri. Salafiyah dan salafiyun berlepas dari perbuatannya, tidak bisa
menerima dan tidak meridhainya. Tetapi mereka akan menasehati dan memberi peringatan lantas diisolasi.
Allah tidak membebani hamba kecuali dengan apa-apa yang dia sanggupi.
Salafiyun, merekalah yang berbicara blak-blakan dengan didasari hikmah dan nasehat yang baik bukannya
dengan mengompori, mempropaganda atau menghasut untuk mengkafirkan, pengeboman dan menentang
pemerintah. Ini dia Imam Al-Albani, kami tidak pernah mengetahui beliau sehari saja menemui pemerintah,
ditanya, memuji atau mecari muka pemerintah. Yang kami ketahui beliau bersikap seimbang dalam mencintai
dan membenci. Inilah manhaj Islam yang benar dan adil tidak ifrath (ekstrim) dan tafrith (melalaikan).
Salafiyah menyeru untuk menasehati pemerintah dan tidak membutuhkan harta, kedudukan dan kemuliaan
mereka. Sebagaimana salafiyah tidak menghasut untuk kudeta dan merebut kekuasaan mereka. Tidak boleh
keluar dari ketaatan kepada pemerintah kecuali nampak kekufuran nyata, disertai syarat lengkap dan hilangnya
penghalang. Inilah yang ditegaskan oleh para ulama rabbani yang mendalam ilmunya, bukannya orang awam
dan para pengembala yang kerjanya berteriak dan berkaok-kaok.
[6]. MELALAIKAN JIHAD
Halaman 1/2
2. Salafiyun Mencari Muka Dihadapan Pemerintah, Tidak Berbicara Dengan Kebenaraan Dan Melalaikan Jihad
http://www.almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=1519&bagian=0
Jihad adalah puncak ajaran Islam, hal ini tidak diperselisihkan. Banyak sekali ayat yang memotivasi untuk
berjihad dan hadits-hadits shahih juga masyhur. Tetapi jihad itu memiliki kaidah, syarat dan tatanan. Salafiyun
tidak berpegang untuk membela bendera jahiliyah. Karena jihad itu disyariatkan hanya untuk menegakkan
syari’at Allah.
“Artinya : Supaya agama itu semata-mata untuk Allah” [Al-Anfal : 39]
Jihad juga mengharuskan adanya imam (pemimpin), bendera Islam, pendidikan jihad, bekal dan persiapan.
Jihad menurut salafiyun adalah jihad berdasarkan ilmu yang mendalam dan tujuan yang jelas. Bilamana
bendera, dan tujuan telah jelas mereka tidak akan ketinggalan. Saksinya adalah bumi Palestina, Chechnya,
Afghanistan, Balkan dan Kashmir.Mereka berjihad di punggung kuda untuk mencapai kemenangan atau
meraih kesyahidan atau kekuasaan bagaimanapun bentuknya. Namun tujuan tidak menghalalkan segala cara.
Salafiyun memompakan semangat jihad dilandasi pemahahaman seperti ini dan tidak pernah mengendurkan
semangat.
[Disalin dari kitab Madza Yanqimuna Minas Salafiyah dan dimuat di majalah Al-Furqon edisi 5 Th III, hal
29-33, alih bahasa Abu Nu’aim Al-Atsari]
Halaman 2/2