1.
1
Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dilakukan berdasarkan
urusan-urusan. Kesehatan menurut Pasal 12 ayat (1) UU No. 23 tahun 2014
termasuk dalam 6 (enam) bidang sebagai urusan wajib yang terkait dengan
pelayanan dasar yang keberadaan harus selalu ada dan tidak dapat digabung
dengan SKPD lain dan Pemerintahan Daerah wajib memprioritaskan pelaksanaan
Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar. Pelaksanaan
Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar berpedoman
pada standar pelayanan minimal (SPM) yang ditetapkan Pemerintah Pusat. SPM
dilaksanakan secara bertahap dengan mempertimbangkan kapasitas keuangan
daerah, kapasitas pegawai, dan ketersediaan sarana dan prasarana
Hal baru dalam UU No. 23 Tahun 2014 adalah Pembagian urusan antara
pemerintah, pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah
kabupaten/kota, termasuk Bidang Kesehatan yang tertuang dalam Butir B Lampiran
UU No. 23 tahun 2014 yang sebelumnya di atur dalam PP No. 38 Tahun 2007.
ADINKES melaksanakan kegiatan sesuai rekomendasi Sekretaris Jenderal,
Kementerian Kesehatan melalui surat No. HK 04.04/IV/780/2013 tanggal 9 April
2013 yaitu membantu mempersiapkan 8 (delapan) prioritas kegiatan Kementerian
Kesehatan, namun belum semua rekomendasi kementerian kesehatan tersebut
dapat dilaksanakan oleh ADINKES oleh karena berbagai sebab. Namun ADINKES
telah berhasil menyelesaikan rancangan Lampiran UU Pemerintah daerah
tentang Pembagian Urusan antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintahan Daerah
provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota dan Pasal 211 ayat (2) yang
memperkuat peran Kementerian /LNK yang sekarang telah menjadi Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014. Walaupun pada rekomendasi Sekretaris Jenderal tersebut
draft Lampiran revisi UU No. 32 Tahun 2004 tidak termasuk dalam rekomendasi
Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan, namun Butir B Lampiran UU No. 23
Tahun 2014 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah Pusat
dengan Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota
adalah kontribusi utuh ADINKES melalui kegiatan AIPHSS-AusAID/DFAT.
Usulan ADINKES setelah beberapa kali di presentasikan oleh ADINKES dalam
Rapat Koordinasi Pimpinan (RAKORPIM) yang di pimpin langsung oleh Ibu Menteri
Kesehatan yang selanjutnya menjadi Butir B Lampiran UU No. 23 Tahun 2014, yaitu
sebagai berikut :
NO
SUB
URUSAN
PEMERINTAH
PUSAT
DAERAH
PROVINSI
DAERAH
KABUPATEN/KOTA
1 2 3 4 5
1.
Upaya
Kesehatan
a. Pengelolaan Upaya
Kesehatan Perorangan
(UKP) Rujukan
Nasional/Lintas Provinsi
a. Pengelolaan
UKP
Rujukan
tingkat
Provinsi/Lintas
Kabupaten/Kota
a. Pengelolaan
UKP
Primer
dan
Rujukan
tingkat
Kabupaten/Kota
b. Pengelolaan
Upaya
Kesehatan
Masyarakat
(UKM)
Nasional
dan
Rujukan
Nasional/Lintas
Provinsi
b. Pengelolaan
UKM
Provinsi
dan
Rujukan
tingkat
Provinsi/Lintas
Kabupaten/Kota
b. Pengelolaan
UKM
Kabupaten/Kota
da
Rujukan
tingkar
Kabupaten/Kota
c. Penyelenggaraan
c. -‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐
c. -‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐
2.
2
NO
SUB
URUSAN
PEMERINTAH
PUSAT
DAERAH
PROVINSI
DAERAH
KABUPATEN/KOTA
1 2 3 4 5
registrasi,
akreditasi,
standarisasi
Fasilitas
Pelayanan
Kesehatan
Publik
dan
Privat
d. Penetapan
Kelas
RS
Kelas
A
dan
B
serta
Penetapan
Strata
Fasilitas
Pelayanan
Kesehatan
tingkat
Nasional
d. Penetapan
Kelas
RS
Kelas
C
dan
D
serta
Penetapan
Strata
Fasilitas
Pelayanan
Kesehatan
tingkat
Provinsi.
d. Penetapan
Strata
Fasilitas
Pelayanan
Kesehatan
tingkat
Kabupaten/
Kota
e. Penerbitan
izin
Rumas
Sakit
Kelas
A,
dan
Fasilitas
Pelayanan
Kesehatan
Penanaman
Modal
Asing
(PMA)
serta
Fasilitas
Pelayanan
Kesehatan
tingkat
Nasional
e. Penerbitan
izin
Rumah
Sakit
Kelas
B
Serta
Fasilitas
Pelayanan
Kesehatan
tingkat
Provinsi
e. Penerbitan
izin
Rumah
Sakit
Kelas
C
dan
D,
serta
Fasilitas
Pelayanan
Kesehatan
tingkat
Kabupaten/
Kota
2.
Sumber
Daya
Manusia
Kesehatan
a. Penetapan
standardisasi
dan
registrasi
Tenaga
Kesehatan
Indonesia,
Tenaga
Kesehatan-‐
Warga
Negara
Asing
(TK-‐WNA),
serta
Penerbitan
Rekomendasi
pengesahan
Rencana
Pengunaan
Tenaga
Kerja
Asing
(RPTKA)
dan
izin
Mempekerjakan
Tenaga
Asing
(IMTA)
a. -‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐
a. Penerbitan
izin
praktik
dan
izin
kerja
Tenaga
Kesehatan
b. Penetapan
penempatan
Dokter
Spesialis
dan
dokter
gigi
spesialis
sesuai
dengan
kebutuhan
dan
kemampuan
b. Penetapan
penempatan
Dokter
Spesialis,
Dokter
Gigi
Spesialis,
Dokter,
Dokter
Gigi
dan
Apoteker
serta
tenaga
kesehatan
lainnya
di
Fasilitas
Pelayanan
Kesehatan
milik
Pemerintah
Daerah
Provinsi
b. Penetapan
penempatan
Dokter
Spesialis,
Dokter
Gigi
Spesialis,
Dokter,
Dokter
Gigi
dan
Apoteker
serta
tenaga
kesehatan
lainnya
di
Fasilitas
Pelayanan
Kesehatan
milik
Pemerintah
Daerah
Kabupaten/
Kota
c. Penetapan
standar
kompetensi
teknis
dan
c. -‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐
c. -‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐
3.
3
NO
SUB
URUSAN
PEMERINTAH
PUSAT
DAERAH
PROVINSI
DAERAH
KABUPATEN/KOTA
1 2 3 4 5
sertifikasi
pelaksana
urusan
pemerintahan
bidang
kesehatan
d. Penetapan
standar
pengembangan
kapasitas
SDM
Kesehatan
d. -‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐
d. -‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐
e. Perencanaan
dan
pengembangan
SDM
Kesehatan
untuk
UKM
dan
UKP
Nasional
e. Perencanaan
dan
pengembangan
SDM
Kesehatan
untuk
UKM
dan
UKP
Provinsi
e. Perencanaan
dan
pengembangan
SDM
Kesehatan
untuk
UKM
dan
UKP
Kabupaten/Kota
3.
Sediaan
Farmasi,
Alat
Kesehatan
dan
Makanan-‐
Minuman
a. Penyediaan
obat,
vaksin,
alat
kesehatan
dan
suplemen
kesehatan
program
Nasional
a. -‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐
a. -‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐
b. Pengawasan
ketersediaan,
pemerataan
dan
keterjangkauan
obat
dan
alat
kesehatan
b. -‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐
b. -‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐
c. Pembinaan
dan
pengawasan
Industri,
sarana
produksi
dan
sarana
distribusi
sediaan
farmasi,
obat
tradisional,
alat
kesehatan
dan
Perbekalan
Kesehatan
Rumah
Tangga
(PKRT),
bahan
baku
obat,
bahan
baku
alam
yang
terkait
dengan
kesehatan
c.1.
Penerbitan
izin
Cabang
Perusahaan
Besar
Farmasi
(PBF)
dan
cabang
Penyalur
Alat
Kesehatan
(PAK)
c.1.
Penerbitan
izin
Apotik,
Toko
Obat,
Toko
Alat
Kesehatan
dan
Optikal
c.2.
Penerbitan
izin
Usaha
Kecil
Obat
Tradisional
(UKOT)
c.2.
Penerbitan
Izin
Usaha
Mikro
Obat
Tradisional
(UMOT)
d. Pengawasan
pre-‐market
obat,
obat
tradisional,
kosmentika,
alat
kesehatan,
dan
makanan-‐minuman
d. -‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐
d.1.
Penerbitan
sertifikat
produksi
alat
kesehatan
kelas
I
tertentu
dan
PKRT
kelas
I
tertentu
perusahaan
rumah
tangga
d.2.
Penerbitan
izin
makanan
dan
minuman
pada
industri
rumah
tangga
e. Pengawasan
pre-‐market
obat,
obat
tradisional,
kosmetika,
alat
kesehatan,
Perbekalan
Kesehatan
Rumah
e. -‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐
e. -‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐
4.
4
NO
SUB
URUSAN
PEMERINTAH
PUSAT
DAERAH
PROVINSI
DAERAH
KABUPATEN/KOTA
1 2 3 4 5
Tangga
(PKRT)
dan
makanan-‐minuman
f. Pengawasan
pre-‐market
obat,
obat
tradisional,
kosmetika,
alat
kesehatan,
Perbekalan
Kesehatan
Rumah
Tangga
(PKRT)
dan
makanan-‐minuman
f. -‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐
f. Pengawasan
post-‐
market
produk
makanan-‐minuman
industri
rumah
tangga
4.
Pemberdayaan
Masyarakat
Pemberdayaan
masyarakat
bidang
kesehatan
melalui
tokoh
nasional
dan
internasional,
kelompok
masyarakat,
organisasi
swadaya
masyarakat
serta
dunia
usaha
tingkat
nasional
dan
internasional
Pemberdayaan
masyarakat
bidang
kesehatan
melalui
tokoh
Provinsi,
kelompok
masyarakat,
organisasi
swadaya
masyarakat
dan
dunia
usaha
tingkat
Provinsi
Pemberdayaan
masyarakat
bidang
kesehatan
melalui
tokoh
Kabuaten/Kota,
kelompok
masyarakat,
organisasi
swadaya
masyarakat
dan
dunia
usaha
tingkat
Kabupaten/
Kota
Paralel dengan revisi dengan revisi UU No. 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah dan seluruh Peraturan Pemerintah turunannya serta secara
teknis wajib ditindaklanjuti dengan Peraturan Menteri Kesehatan. Untuk hal tersebut,
dengan dukungan dana dari DFAT dalam kerangka kegiatan AIPHSS, Asosiasi Dinas
Kesehatan Seluruh Indonesia (ADINKES) sesuai rekomendasi Sekretaris
Jenderal Kementerian Kesehatan No. HK 04.04/IV/780/2013 tanggal 9
April 2013 membantu mempersiapkan berbagai rancangan Peraturan Pemerintah
terkait dengan Bidang Kesehatan dan Peraturan Menteri Kesehatan sesuai amanat
UU tentang Pemda dan PP turunannya. Selanjutnya, melalui Biro Perencanaan dan
Anggaran Kementerian Kesehatan serta dukungan pembiayaan dari AIPHSS –
AusAID/DFAT, Asosiasi Dinas Kesehatan Seluruh Indonesia (ADINKES) telah
berhasil menyusun berbagai regulasi sesuai rekomendasi Kementerian Kesehatan,
sebagai berikut :
a) Draft Pembagian Urusan antara Pemerintah dengan Pemerintahan Daerah
Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten Kota pada Lampiran revisi Undang-
Undang No. 32 Tahun 2004 (tidak tertuang dalam Rekomendasi Kementerian
Kesehatan)
b) Draft Revisi Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
antara Pemerintah dengan Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan
Daerah Kabupaten Kota bidang kesehatan
c) Draft Revisi Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah yaitu Penambahan Pasal tentang Kewenangan
Kementerian/Lembaga Non Kementerian terhadap Pengaturan Teknis Organisasi
Perangkat Daerah [Pasal 211 ayat (2)]
d) Draft Revisi Peraturan Menteri Kesehatan No. 741 Tahun 2007 tentang Indikator
Standar Pelayanan Minimal Pemerintahan Kabupaten/Kota Bidang Kesehatan
e) Draft Revisi Keputusan Menteri Kesehatan No. 922 Tahun 2008 tentang Petunjuk
Teknis Pembagian Urusan antara Pemerintah dengan Pemerintahan Daerah
Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten Kota bidang kesehatan
5.
5
f) Draft Revisi Keputusan Menteri Kesehatan No. 828 Tahun 2008 tentang Petunjuk
Teknis Standar Pelayanan Minimal Pemerintahan Kabupaten Kota bidang
kesehatan
g) Draft Revisi Keputusan Menteri Kesehatan No. 317 Tahun 2009 tentang Petunjuk
Teknis Pembiayaan Standar Pelayanan Minimal Pemerintahan Kabupaten Kota
bidang kesehatan
h) Mengembangkan Draft Kurikulum Kompetensi Teknis Pelaksanan Urusan Bidang
Kesehatan di Daerah dan jajaran dibawahnya
i) Draft Revisi Keputusan Menteri Kesehatan No.267 Tahun 2008 tentang Petunjuk
Teknis Organisasi Dinas Daerah
j) Draft Revisi Keputusan Menteri Kesehatan No.128 Tahun 2004 tentang Kebijakan
Dasar Puskesmas. Kegiatan ini telah selesai dengan terbitnya Peraturan Menteri
Kesehatan No. 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas.
k) Mengembangkan Draft Pola Peraturan Bupati/Peraturan Walikota Penetapan
Puskesmas sebagai PPK BLUD Puskesmas dan Standar Pelayanan di Puskesmas
Selanjutnya kegiatan tersebut diatas di uraikan sebagai berikut :
A. Draft Pedoman Teknis Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang
Kesehatan antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintahan Daerah
Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.
Upaya kesehatan diutamakan pada berbagai upaya yang mempunyai daya ungkit
tinggi dalam pencapaian sasaran pembangunan kesehatan utamanya penduduk
rentan, antara lain: ibu, bayi, anak, manusia usia lanjut, dan masyarakat miskin.
Pelayanan kesehatan meliputi peningkatan, pencegahan, pengobatan, dan
pemulihan, baik pelayanan kesehatan konvensional maupun pelayanan kesehatan
tradisional, alternatif dan komplementer melalui pendidikan dan pelatihan dengan
selalu mengutamakan keamanan, kualitas, dan bermanfaat.
Sumber daya upaya kesehatan terdiri dari sumber daya manusia kesehatan,
fasilitas kesehatan, pembiayaan, sarana dan prasarana, termasuk, sediaan farmasi
dan alat kesehatan, serta manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan yang
memadai guna terselenggaranya upaya kesehatan. Fasilitas kesehatan
menyelenggarakan keseluruhan upaya kesehatan secara tidak langsung untuk
mendukung penyelenggaran upaya kesehatan langsung.
Fasilitas pelayanan kesehatan merupakan alat dan/atau tempat yang digunakan
untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan, baik peningkatan, pencegahan,
pengobatan, maupun pemulihan yang dilakukan oleh pemerintah dan/atau
masyarakat, termasuk swasta. Fasilitas pelayanan kesehatan meliputi fasilitas
pelayanan kesehatan perorangan dan/atau fasilitas pelayanan kesehatan
masyarakat, yang diselenggarakan oleh Pemerintah (termasuk TNI/Polri),
Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota, dan/atau masyarakat yang sifatnya
sesuai dengan kondisi geografis dan kebutuhan masyarakat.
Fasilitas pelayanan kesehatan tersebut meliputi pelayanan kesehatan tingkat
pertama/primer, pelayanan kesehatan tingkat kedua/sekunder dan pelayanan
kesehatan tingkat ketiga/tersier. Ketentuan persyaratan fasilitas pelayanan
kesehatan tersebut ditetapkan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
6.
6
Pembagian antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintahan Daerah Provinsi
dan pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut :
1.1. SUB BIDANG UPAYA KESEHATAN PERORANGAN
1.1.1. Pemerintah
Pusat
: Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Rujukan
Nasional/Lintas Provinsi
Provinsi : Penyelengaraan UKP Rujukan tingkat Provinsi/Lintas
Kabupaten/Kota
Kabupaten/Kota : Penyelenggaraan UKP Primer dan Rujukan tingkat
Kabupaten/Kota
1.2. SUB-SUB BIDANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT
1.2.1. Pemerintah
Pusat
: Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Rujukan
Nasional/Lintas Provinsi
Provinsi : Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat
Rujukan Nasional/Lintas Provinsi
Kabupaten/Kota : Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakar
Primer dan Rujukan tingkat Kabupaten/Kota
1.3. SUB-SUB BIDANG FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN
1.3.1. Pemerintah
Pusat
: Penyelenggaraan Registrasi, Akreditasi, Standardisasi
Rumah Sakit Publik dan Privat
Provinsi : -
Kabupaten/Kota : -
1.3.2. Pemerintah
Pusat
: Penetapan dan penerbitan Izin Rumah Sakit Kelas A
publik dan privat serta Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Modal Asing (PMA)
Provinsi : Penetapan dan penerbitan Izin Rumah Sakit Kelas B
Publik dan Privat
Kabupaten/Kota : Penetapan dan penerbitan Izin Rumah Sakit Kelas C
dan D, serta Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dasar
Publik dan Privat
2. SUB BIDANG PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN
Pemerintah
Pusat
: 1. Pengelolaan dan penyelenggaraan penelitian yang
meliputi agenda riset kesehatan nasional/lintas
Provinsi, serta pengelolaan produk penelitian dan
pengembangan kesehatan
2. Pengelolaan produk penelitian dan pengembangan
Kesehatan
3. Pengelolaan jejaring penelitian kesehatan Nasional
dan informasi hasil Litbangkes Nasional
4. Pengelolaan persetujuan etik penelitian kesehatan
7.
7
dan registry penelitian epidemiologi klinik
5. Pengelolaan persetujuan perjanjian alih materian
(Material Transfer Agreement)
6. Pemberian izin penelitian bidang kesehatan yang
berpotensi menimbulkan bahaya bagi kesehatan
manusia, kelestarian fungsi lingkungan, kerukunan
bermasyarakat, keselamatan bangsa, dan berpotensi
merugikan Negara
7. Sertifikasi penelitian kesehatan
8. Akreditasi lembaga penelitian kesehatan
Provinsi : 1. Pengelolaan dan penyelenggaraan penelitianKesehatan
yang meliputi agenda riset kesehatan Provinsi/lintas
Kabupaten/Kota
2. Pelaksanaan Jejaring penelitian kesehatan di tingkat
Provinsi/ lintas Kabupaten/Kota
Kabupaten/Kota : 1. Pengelolaan dan penyelenggaraan penelitian kesehatan
yang meliputi agenda riset kesehatan di
Kabupaten/Kota
2. 2. Koordinasi dan pelaksanaan jejaring penelitian di
Kabupaten/Kota
3. SUB BIDANG PEMBIAYAAN KESEHATAN
3.1. SUB-SUB BIDANG PEMBIAYAAN UPAYA KESEHATAN PERORANGAN (UKP)
Pemerintah
Pusat
: Pembiayaan Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) sesuai dengan pendataan.
Provinsi : Pembiayaan iuran jaminan kesehatan untuk masyarakat
miskin dan tidak mampu yang tidak tercakup dalam
pendataan JKN di kabupaten/kota tidak mampu
Kabupaten/Kota : Pembayaran iuran jaminan kesehatan untuk masyarakat
miskin dan tidak mampu yang tidak tercakup dalam
pendataan JKN
3.2. SUB SUB BIDANG PEMBIAYAAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT (UKM)
Pemerintah
Pusat
: 1. Pembiayaan kegiatan UKM Lintas Provinsi
2. Pembiayaan Pemberdayaan masyarakat bidang
kesehatan melalui kelompok dan organisasi masyarakat
pada tingkat Nasional
Provinsi : 1. Pembiayaan kegiatan UKM Lintas Provinsi
2. Pembiayaan UKM dan Pemberdayaan masyarakat
bidang kesehatan melalui kelompok dan organisasi
masyarakat pada tingkat Provinsi
Kabupaten/Kota : 1. Pembiayaan kegiatan UKM di Kabupaten/Kota
2. Pembiayaan Pemberdayaan masyarakat bidang
kesehatan melalui kelompok, organisasi masyarakat
pada tingkat Kabupaten/Kota perorangan dan
masyarakat luas.
8.
8
4. SUB BIDANG SUMBER DAYA MANUSIA
4.1. SUB-SUB BIDANG STANDARDISASI, REGISTRASI TENAGA KESEHATAN
DAN REKOMENDASI PENGESAHAN RENCANA PENGGUNAAN TENAGA
KESEHATAN ASING, SERTA IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KESEHATAN
ASING
Pemerintah
Pusat
: Penetapan standardisasi Tenaga Kesehatan Indonesia,
standardisasi, Registrasi Tenaga Kesehatan-Warga
Negara Asing (TK-WNA), serta Penerbitan Rekomendasi
pengesahan Rencana penggunaan Tenaga Kerja Asing
(RPTKA) dan Izin Mempekerjakan Tenaga Asing (IMTA).
Provinsi : Penyelenggaraan registrasi Tenaga Kesehatan Indonesia
Kabupaten/Kota : Penerbitan izin praktik dan Izin kerja Tenaga Kesehatan
4.2. SUB SUB BIDANG FASILITASI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN
TERPENCIL, SANGAT TERPENCIL DAN TIDAK DIMINATI
Pemerintah
Pusat
: Fasilitasi pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan Terpencil,
Sangat Terpencil dan Tidak Diminati melalui
Penempatan Dokter, Dokter Gigi, Tenaga Kefarmasian,
Tenaga Kesehatan Masyarakat, Tenaga Gizi, Dan
Tenaga Keteknisian Medis.
Provinsi : -
Kabupaten/Kota : -
4.3. SUB-SUB BIDANG STANDAR KOMPETENSI TEKNIS DAN SERTIFIKASI
PELAKSANA URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KESEHATAN
Pemerintah
Pusat
: Penetapan standar kompetensi teknis dan sertifikasi
pelaksana urusan pemerintahan bidang kesehatan
Provinsi : -
Kabupaten/Kota : -
5. SUB BIDANG SEDIAAN FARMASI, ALAT KESEHATAN DAN MAKANAN
MINUMAN
5.1. Pemerintah
Pusat
: Penyediaan obat, vaksin, alat tes diagnostik cepat dan reagen
Program nasional.
Provinsi : -
Kabupaten/Kota : -
9.
9
5.2. Pemerintah
Pusat
: Pengendalian industri, sarana produksi dan sarana
distribusi sediaan farmasi, bahan baku obat, dan obat
tradisional.
Provinsi : Penerbitan izin Cabang PBF dan cabang penyalur Alat
Kesehatan.
Kabupaten/Kota : Penerbitan izin pendirian Apotik dan Toko Obat
5.3 Pemerintah
Pusat
: -
Provinsi : Penerbitan izin produksi, edar dan distribusi Usaha Kecil
Obat Tradisional (UKOT)
Kabupaten/Kota : Penerbitan izin Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT)
5.4 Pemerintah
Pusat
: 1. Pengawasan pre market dan pengawasan produk obat,
obat tradisional,kosmetika, alat kesehatan, dan
makanan minuman
2. Pengawasan produk obat, obat tradisional, kosmetika,
alat kesehatan, dan makanan minuman
Provinsi : -
Kabupaten/Kota : Penerbitan izin makanan dan minuman industri kecil
dan/atau rumah tangga.
6. SUB BIDANG MANAJEMEN, INFORMASI, DAN REGULASI KESEHATAN
6.1 SUB SUB BIDANG SISTEM INFORMASI KESEHATAN
6.1.1 Pemerintah
Pusat
: Pengaturan dan pengurusan standarisasi,pengelolaan,
dan Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan tingkat
Nasional
Provinsi : Pengaturan dan pengurusan pengelolaan, dan
pengembangan Sistem Informasi Kesehatan tingkat
Provinsi
Kabupaten/Kota : Pengaturan dan pengurusan Pengelolaan, dan
Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan tingkat
kabupaten/kota
7. SUB BIDANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Pemerintah
Pusat
: Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan melalui
kelompok dan organisasi masyarakat tingkat Nasional
Provinsi : Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan melalui
kelompok dan organisasi masyarakat pada tingkat
Provinsi
Kabupaten/Kota : Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan melalui
kelompok, organisasi masyarakat pada tingkat
Kabupaten/Kota, perorangan dan masyarakat luas
8. SUB BIDANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
10.
10
Pemerintah
Pusat
: Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan
melalui kelompok dan organisasi masyarakat
tingkat Nasional
Provinsi : Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan
melalui kelompok dan organisasi masyarakat pada
tingkat Provinsi
Kabupaten/Kota : Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan
melalui kelompok, organisasi masyarakat pada
tingkat Kabupaten/Kota, perorangan dan
masyarakat luas
B. Draft Pedoman Teknis Organisasi Perangkat Daerah Bidang Kesehatan
Organisasi atau kelembagaan merupakan elemen penting dalam
penyelenggaraan urusan pemerintahan. Untuk hal tersebut ADINKES berperan
penting dalam lahirnya Pasal 211 ayat (2) UU No. 23 Tahun 2014 tentang
Nomenklatur Perangkat daerah dan Unit Kerja pada Perangkat Daerah yang
melaksanakan Urusan pemerintahan dibuat dengan memperhatikan pedoman dari
Kementerian/LPNK yang membidangi Urusan Pemerintahan tersebut. Disamping itu,
ADINKES juga telah selesai rancangan Permenkes tentang Pedoman Teknis
organisasi perangkat daerah bidang kesehatan. Pedoman Teknis organisasi
perangkat daerah bidang kesehatan menjadi panduan dalam penataan kelembagaan
kesehatan di daerah ke depan. Dalam Pedoman Teknis organisasi perangkat daerah
bidang kesehatan akan diatur secara lebih kongkrit hal-hal mengenai ;
pembentukan, kedudukan, tugas, fungsi, susunan organisasi dan tata hubungan
kerja Dinas kesehatan di Provinsi, Kabupaten dan Kota, Rumah Sakit Daerah
Provinsi, Kabupaten dan Kota serta penataan kelembagaan Pusat Kesehatan
Masyarakat (Puskesmas) sebagai Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD).
Pedoman Teknis tersebut, juga akan mempertegas upaya deeselonisasi pada
kelembagaan Rumah Sakit Daerah dan Puskesmas dengan memperkuat jabatan
fungsional, serta memberikan acuan lembaga tersebut menjadi badan layanan
umum daerah (BLUD). Pengorganisasian pelaksanaan urusan kesehatan pada daerah
provinsi, kabupaten/kota dalam peraturan ini diwadahi dalam bentuk Dinas Daerah,
Rumah Sakit Daerah dan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas).
Dinas Kesehatan Provinsi
Pembentukan: Dinas Kesehatan diatur dalam Peraturan daerah Provinsi, dengan
berpedoman pada peraturan pemerintah tentang organisasi perangkat daerah.
Kedudukan: Dinas Kesehatan merupakan unsur pelaksana otonomi daerah; Dinas
Kesehatan dipimpin oleh Kepala Dinas; Kepala dinas berkedudukan di bawah dan
bertanggung jawab kepada Gubernur Kepala Daerah, melalui sekretaris daerah.
Tugas: Dinas Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan
daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.
Fungsi: perumusan kebijakan teknis di bidang kesehatan; penyelenggaraan urusan
pemerintahan dan pelayanan umum di bidang kesehatan; pembinaan dan
11.
11
pelaksanaan tugas di bidang kesehatan; dan pelaksanaan tugas lain yang diberikan
oleh gubernur sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Susunan Organisasi: Susunan organisasi Dinas Kesehatan pada Pemerintah
Daerah Provinsi sesuai Pasal 217 UU No. 23 tahun 2014 dibagi kedalam 3 (tiga) tipe
yaitu tipe A, tipe B dan tipe C, sesuai beban kerjanya.
Kriteria/kalisifikasi: Tipologi Dinas Kesehatan pada Pemerintah Daerah Provinsi
didasarkan atas penilaian beberapa variabel ,meliputi : Jumlah Penduduk; Cakupan
Wilayah Kerja, terdiri atas : jumlah kabupaten/kota; jumlah tenaga kesehatan;
sarana dan prasarana kesehatan yang menjadi kewenangan Provinsi; dan jumlah
usaha kecil obat tradisional, cabang pedagang besar farmasi dan penyalur alat
kesehatan; Besaran APBD untuk urusan kesehatan.
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Pembentukan: Dinas Kesehatan diatur dalam Peraturan daerah Kabupaten/Kota,
dengan berpedoman pada peraturan pemerintah tentang organisasi perangkat
daerah.
Kedudukan: Dinas Kesehatan merupakan unsur pelaksana otonomi daerah; Dinas
Kesehatan dipimpin oleh kepala dinas; Kepala dinas berkedudukan di bawah
danbertanggung jawab kepada Bupati/Walikota melalui sekretaris daerah.
Tugas: Dinas Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan
daerah dibidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.
Fungsi: perumusan kebijakan teknis di bidang kesehatan; penyelenggaraan urusan
pemerintahan danpelayanan umum di bidang kesehatan; pembinaan dan
pelaksanaan tugas di bidang kesehatan; dan pelaksanaan tugas lain yang diberikan
oleh gubernur sesuai dengan tugas danfungsinya.
Susunan Organisasi: Susunan organisasi Dinas Kesehatan pada Pemerintah
Daerah kabupaten/Kota sesuai Pasal 217 UU No. 23 tahun 2014dibagi kedalam 3
(tiga) tipe yaitu tipe A, tipe B, dan tipe C, sesuai beban tugasnya.
Kriteria/kalisifikasi: Tipologi Dinas Kesehatan pada Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota didasarkan atas penilaian beberapa variabel,meliputi: Jumlah
Penduduk, Cakupan wilayah kerja,terdiri atas : jumlah Kecamatan; jumlah tenaga
kesehatan; jumlah Puskesmas; sarana dan prasarana kesehatan yang menjadi
kewenangan Kabupaten/Kota; Besaran APBD untuk urusan kesehatan.
Rumah Sakit Daerah Provinsi
Pembentukan: Rumah Sakit Daerah Provinsi diatur dalam Peraturan Daerah
Provinsi, berdasarkan peraturan peundangan-undangan.
Kedudukan: Rumah Sakit Daerah merupakan unsur pelaksana pemberian
pelayanan kesehatan perorangan di daerah; Rumah sakit daerah provinsi dipimpin
oleh seorang Direktur dalam jabatan non struktural;
12.
12
Tugas: Rumah Sakit Daerah Provinsi mempunyai tugas memberikan
pelayanankesehatan perorangan secara paripurna di Provinsi.
Fungsi: penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai
dengan standarpelayanan rumah sakit; pemeliharaan dan peningkatan
kesehatanperorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua
dan ketiga sesuai kebutuhan medis; penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan
sumberdaya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian
pelayanan kesehatan; dan penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta
penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan
kesehatan denganmemperhatikan etika ilmu pengetahuan bidangkesehatan.
Susunan Organisasi: Susunan organisasi rumah Sakit Daerah provinsi tipe B,
terdiri dari paling banyak 3 (tiga) wakil direktur dalam jabatan non struktural, kecuali
Wakil Direktur yang membidangi administrasi membawahkan paling banyak 3 (tiga)
Subbagian. Selain yang membidangi administrasi membawahkan Instalasi dan
Kelompok Jabatan Fungsional; Instalasi membawahkan Unit Pelaksana Fungsional;
Unit Pelaksana Fungsional dipimpin oleh seorang Kepala yang diangkat dari tenaga
fungsional senior di bidangnya. Bagi Provinsi yang sejak berlakunya peraturan ini
sudah memiliki RS Tipe A, dinyatakan tetap berlaku. Rumah Sakit Daerah Provinsi
diarahkan menjadi Badan Layanan Umum Daerah yang penetapannya diatur dalam
Peraturan Gubernur. Bagi Rumah Sakit Daerah Provinsi yang ditetapkan menjadi
Badan Layanan Umum Daerah, susunan organisasinya dapat mengikuti pola Badan
Layanan Umum Daerah sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Rumah Sakit Daerah Kabupaten/Kota
Pembentukan: Rumah Sakit Daerah Provinsi diatur dalam Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota, berdasarkan peraturan peundangan-undangan.
Kedudukan: Rumah Sakit Daerah merupakan unsur pelaksana pemberian
pelayanan kesehatan perorangan di daerah; Rumah sakit daerah kabupaten/kota
dipimpin oleh seorang Direktur dalam jabatan non struktural;
Tugas: Rumah Sakit Daerah Provinsi mempunyai tugas memberikan
pelayanankesehatan perorangan di kabupaten/kota.
Fungsi: penyelenggaraan pelayanan pengobatan danpemulihan kesehatan sesuai
dengan standarpelayanan rumah sakit; pemeliharaan dan peningkatan
kesehatanperorangan melalui pelayanan kesehatan yangparipurna tingkat kedua dan
ketiga sesuaikebutuhan medis; penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan
sumberdaya manusia dalam rangka peningkatankemampuan dalam pemberian
pelayanan kesehatan; dan penyelenggaraan penelitian dan pengembangan
sertapenapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangkapeningkatan pelayanan
kesehatan denganmemperhatikan etika ilmu pengetahuan bidangkesehatan.
Susunan Organisasi: Susunan organisasi rumah Sakit Daerah Kabupaten/Kota
dibagi ke dalam 2 (dua) tipe yaitu tipe C dan tipe D; Susunan organisasi rumah Sakit
Daerah Kabupaten/Kota tipe C, terdiri dari paling banyak 3 (tiga) wakil direktur
dalam jabatan non struktural, kecuali Wakil Direktur yang membidangi administrasi
membawahkan paling banyak 2 (dua) Subbagian. Selain yang membidangi
13.
13
administrasi membawahkan Instalasi dan Kelompok Jabatan Fungsional; Susunan
organisasi rumah Sakit Daerah Kabupaten/Kota tipe D, paling banyak 3 (tiga) wakil
direktur dalam jabatan non struktural, kecuali Wakil Direktur yang membidangi
administrasi. Selain yang membidangi administrasi membawahkan Instalasi dan
Kelompok Jabatan Fungsional; Instalasi membawahkan Unit Pelaksana Fungsional;
Unit Pelaksana Fungsional dipimpin oleh seorang Kepala yang diangkat dari tenaga
fungsional senior di bidangnya. Bagi kabupaten/Kota yang sejak berlakunya
peraturan ini sudah memiliki Rumah Sakit Tipe B, dinyatakan tetap berlaku. Rumah
Sakit Daerah Kabupaten/Kota diarahkan menjadi Badan Layanan Umum Daerah yang
penetapannya diatur dalam Peraturan Bupati/Walikota. Bagi Rumah Sakit Daerah
Kabupaten/Kota yang ditetapkan menjadi Badan Layanan Umum Daerah, susunan
organisasinya dapat mengikuti pola Badan Layanan Umum Daerah sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Bagi Pejabat struktural, tetap memperoleh hak-
hak keuangannya sampai ditetapkannya menjadi Pejabat fungsional.
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)
Pembentukan: Puskesmas dibentuk dengan Peraturan Daerah; Pada prinsipnya,
setiap Kecamatan dibentuk 1 (satu) Puskesmas, apabila beban kerjanya dinilai
cukup besar maka dalam 1 ( satu ) Kecamatan dapat dibentuk lebih dari 1 (satu)
Puskesmas.
Kedudukan: Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan, dipimpin
oleh seorang kepala dalam jabatan non struktural, yang berada di bawah dan
bertanggung jawab langsung kepada Kepala Dinas Kabupaten/Kota.
Tugas: Puskesmas mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian urusan dinas
kab/kota di bidang upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan
perorangan (UKP).
Fungsi: Untuk melaksanakan tugas pokok , Puskesmas menyelenggarakan fungsi :
pelaksanaan pelayanan kesehatan masyarakat primer; pemberdayakan masyarakat
di bidang kesehatan; pelaksanaan kesehatan perorangan primer; pelaksanaan
kordinasi fasilitas kesehatan perorangan primer; pengelolaan data kesehatan
masyarakat primer, data pemberdayaan masyarakat, dan data kesehatan
perorangan primer; peningkatan kapasitas tenaga kesehatan strata pertama.
Susunan Organisasi: Susunan organisasi Puskesmas terdiri atas: Kepala (Non
Struktural); Subbagian Tata Usaha (eselon IV.b); dan Para Penanggung jawab
fungsional; Kelompok Jabatan Fungsional.
Puskesmas dapat diarahkan menjadi Badan Layanan Umum Daerah yang
penetapannya diatur dalam Peraturan Bupati/Walikota.
Bagi Kepala Puskesmas yang sudah ditetapkan sebagai pejabat struktural,tetap
menerima hak-hak keuangannya sampai dialihkan menjadi pejabat fungsioal.
Tata Kerja
Dalam melaksanakan tugas setiap pimpinan satuan organisasi wajib
menerapkan koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi baik dalam lingkungan masing-
masing maupun dengan instansi lain sesuai bidang tugas masing-masing.
Setiap pimpinan satuan organisasi, wajib mengawasi bawahan, dan apabila terjadi
penyimpangan wajib mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai dengan
14.
14
peraturan perundang-undangan yang berlaku serta bertanggung jawab memimpin
dan mengoordinasikan bawahannya dan memberikan bimbingan serta petunjuk bagi
pelaksanaan tugas bawahan. Disamping itu, setiap pimpinan satuan organisasi, wajib
mengikuti dan mematuhi prosedur kerja dan bertanggung jawab kepada atasan
serta menyampaikan laporan secara berkala tepat pada waktunya serta wajib
menyusun petunjuk teknis dan prosedur tetap sebagai acuan kerja bawahan,
sehingga setiap bawahan mengetahui dengan pasti pekerjaan yang akan dikerjakan
dan kepada siapa harus dipertanggungjawabkan. Dan lain sebagainya.
Dalam melaksanakan tugasnya setiap pimpinan satuan organisasi, dibantu oleh
kepala satuan organisasi di bawahnya dan dalam rangka pemberian bimbingan dan
pembinaan kepada bawahan masing-masing wajib mengadakan rapat berkala.
Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pedoman teknis organisasi
perangkat daerah bidang kesehatan telah disiapkan oleh ADINKES dan
dipresentasikan dalam beberapa kali di Rakorpim yang dipimpin oleh Ibu Menteri
Kesehatan
Tata Hubungan Kerja
Disamping tatakerja ADINKES juga menyiapkan bagaimana tata hubungan kerja yang
selama ini belum pernah di rumuskan, baik oleh Kementerian Kesehatan maupun Oleh
Kementerian Dalam Negeri. Tata Hubungan Kerja ini penting karena mengatur tata hubungan
kerja antar unit organisasi pelaksanaan urusan kesehatan pada pemerintah daerah yaitu
Dinas, Rumah Sakit, Puskesmas dan instansi terkait lainnya.
C. Standar Pelayanan Minimal bidang Kesehatan
Standar Pelayanan Minimal (SPM) merupakan salah satu cara yang ditempuh
untuk mendorong pemerintah daerah melakukan pelayanan publik yang tepat bagi
masyarakat, dan sekaligus mendorong masyarakat untuk melakukan kontrol
terhadap kinerja pemerintah di bidang pelayanan publik bidang kesehatan.
SPM dianggap sebagai tindakan yang logis bagi Pemerintah Daerah karena
beberapa alasan. Pertama, didasarkan kemampuan daerahnya masing-masing, maka
sulit bagi Pemerintah Daerah untuk melaksanakan semua kewenangan/fungsi yang
ada. Keterbatasan dana, sumber daya aparatur, kelengkapan, dan faktor lainnya
membuat Pemerintah Daerah harus mampu menentukan jenis-jenis pelayanan yang
minimal harus disediakan bagi masyarakat. Kedua, dengan munculnya SPM
memungkinkan bagi Pemerintah Daerah untuk melakukan kegiatannya secara “lebih
terukur”. Ketiga, dengan SPM yang disertai tolok ukur pencapaian kinerja yang logis
dan riil akan memudahkan bagi masyarakat untuk memantau kinerja aparatnya,
sebagai salah satu unsur terciptanya penyelenggaraan pemerintahan yang baik.
Penyelenggaraan pemerintahan yang baik merupakan issue yang paling mengemuka
dalam pengelolaan administrasi publik dewasa ini.
Bagi warga, keberadaan SPM juga amat penting karena SPM menjelaskan hak-
hak dasar warga yang harus dipenuhi oleh daerah. Pemahaman terhadap hak-hak
warga terhadap pelayanan PRB amat penting bagi mereka untuk dapat memastikan
apakah pemerintah telah memenuhi tanggungjawab konstitusional kepada
warganya, khususnya dalam bidang kesehatan. SPM karenanya dapat menjadi
instrumen kontrol yang efektif terhadap jalannya penyelenggaraan pemerintahan
daerah. Secara prinsip, warga memerlukan instrumen untuk mengecek apakah
agennya (pemerintah) telah melaksanakan tugasnya dengan baik atau sebaliknya.
15.
15
SPM karenanya dapat menjadi instrumen bagi warga dan penduduk untuk
mengaktualisasikan perannya sebagai warga negara yang berdaulat dan menjadi alat
ukur bagi mereka untuk menilai kinerja dari pemerintahnya.
Indikator SPM 2014-2019
Indikator SPM Kabupaten/Kota meliputi:
Promosi Kesehatan terdiri dari:
1. Promosi Kesehatan Untuk Siswa Pendidikan Dasar;
2. Promosi Kesehatan Untuk Masyarakat Di Puskesmas dan Jaringannya;
3. Promosi untuk Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan Oleh
Puskesmas dan Jaringannya
Skrining dan Pelayanan Kesehatan berdasar Daur Kehidupan terdiri dari:
1. Paket Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil di Puskesmas dan Jaringannya;
2. Paket Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di Puskesmas dan
Jaringannya;
3. Paket Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir di Puskesmas dan Jaringannya;
4. Paket Pelayanan Kesehatan Balita di Puskesmas dan Jaringannya;
5. Skrining Kesehatan Siswa Pendidikan Dasar;
6. Skrining Kesehatan Penduduk Remaja (Usia 15 - 18 th) Keatas di Puskesmas;
7. Skrining Kesehatan Penduduk Dewasa (19- 59 th) di Puskesmas;
8. Skrining Kesehatan Lansia (Usia 60 th Keatas) di Puskesmas dan RSUD.
Pemeriksaan Penyakit Menular terdiri dari:
1. Pemeriksaan Terduga Tuberkulosis (TB) di Puskesmas dan RSUD;
2. Pemeriksaan Terduga HIV dan AIDS di Puskesmas dan RSUD
Pelayanan Sanitasi Lingkungan terdiri dari:
1. Pelayanan kesehatan lingkungan di Satuan Pendidikan Dasar Formal;
2. Pelayanan kesehatan lingkungan di Pasar Tradisional
3. Respons SKDR yang Dilakukan Dalam Waktu Kurang Dari 24 Jam
Indikator SPM Propinsi meliputi:
Promosi Kesehatan terdiri dari:
1. Promosi Kesehatan Untuk Siswa Pendidikan Menengah;
2. Promosi Kesehatan Dengan Media Massa
Inspeksi sanitasi lingkungan terdiri dari:
Pelayanan kesehatan lingkungan di Satuan Pendidikan Menengah;
Petunjuk Teknis SPM
16.
16
Setiap indikator dalam SPM Kabupaten/Kota dan SPM Provinsi diuraikan secara rinci
dalam pengertian, definisi operasional, rumus perhitungan kinerja, contoh
perhitungan, target, sumber data, rujukan, sumber daya manusia atau pelaksana.
Pembiayaan SPM
Pembiayaan SPM wajib diprioritaskan dalam penganggaran APBD sebelum
menganggarkan kegiatan lainnya sebagaimana diamanatkan dalam pasal 9 ayat (4)
dan ayat (5) Peraturan Pemerintah Nomor 65 tahun 2005 tentang Standar Pelayanan
Minimal serta pasal 26 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah. Sumber pendanaan dalam APBD yang dapat
digunakan untuk membiayai kegiatan pemenuhan SPM dapat berasal dari dana
alokasi umum (DAU), dana bagi hasil atau pendapatan asli daerah.
Dana Alokasi Khusus (DAK) dapat digunakan untuk memenuhi pencapaian
SPM sepanjang sudah disediakan untuk itu. Bagi daerah yang sumber
penerimaannya dari dana DAU, bagi hasil dan PAD terbatas, maka sumber
pendanaan seharusnya dialokasikan melalui Dana Alokasi Khusus (DAK). Mengingat
pemenuhan SPM adalah pemenuhan kebutuhan dasar warga negara untuk
mempertahankan hidup secara layak, maka penganggaran pendanaan SPM wajib
dilakukan baik oleh pemerintah daerah maupun oleh pemerintah pusat melalui
mekanisme pendanaan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang
salah satunya dapat melalui dana alokasi khusus pencapaian SPM.
Agar SPM bisa dicapai, rencana pencapaian SPM harus dicantum dalam
seluruh dokumen perencanaan daerah yang menjadi landasan bagi daerah dalam
penganggaran. Perencanaan pencapaian SPM wajib dimasukkan kedalam dokumen
rencana pembangunan daerah lima tahunan yaitu RPJMD. RPJMD berisi arak
kebijakan dan program pembangunan setiap daerah dalam lima tahun. Untuk
menjamin pencapaian SPM maka program-program yang terkait dengan pencapaian
SPM wajib dimasukkan ke dalam arah kebijakan dan program pembangunan daerah
tersebut selama lima tahun termasuk target dan pagu indikatif pendanaannya. Selain
dimasukkan ke dalam rencana pembangunan daerah lima tahunan, rencana
pencapaian SPM harus juga dimasukkan ke dalam dokumen rencana strategis setiap
perangkat daerah sesuai dengan bidangnya. Rencana pencapaian SPM bidang
kesehatan wajib dimasukkan ke dalam rencana strategis Dinas Kesehatan
kabupaten, kota atau provinsi yang bersangkutan.
Draft Indikator SPM, Petunjuk Teknis SPM dan Perhitungan Pembiayaan SPM
telah disiapkan oleh ADINKES dan dipresentasikan dalam beberapa kali di Rakorpim
yang dipimpin oleh Ibu Menteri Kesehatan. Disamping itu, ADINKES juga terus
menerus mendampingi Pejabat Eselon I dan II kementerian Kesehatan dalam Sidang
DPOD, baik di tingkat eselon II lintas sektor terkait maupun Tingkat Tim Teknis
DPOD yang di pimpin oleh Dirjen Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri.
D. Kompetensi Teknis Pelaksana Urusan Pemerintahan Daerah Bidang
Kesehatan
Pelaksana Urusan Pemerintahan Bidang Kesehatan Daerah adalah Kepala SKPD
Dinas Kesehatan dan jabatan-jabatan struktural dibawah Kepala Dinas Kesehatan
yang bertugas membantu kepala daerah dalam melaksanakan urusan pemerintahan
daerah bidang kesehatan di provinsi dan kabupaten/kota.
17.
17
Sebagai pelaksana urusan pemerintahan bidang kesehatan, kepala SKPD dan
jabatan-jabatan struktural dibawah kepala dinas, dituntut memiliki kapasitas atau
kemampuan yang secara teknis dapat digunakan untuk membantu kepala daerah
dalam membuat dan merumuskan kebijakan teknis bidang kesehatan, membuat
perencanan strategik dan program pembangunan kesehatan daerah,
menyelenggarakan pelayanan umum bidang kesehatan di daerah dan melakukan
pembinaan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya di bidang kesehatan di daerah
provinsi dan Kabupaten/Kota. Kompetensi Teknis sebagai Pelaksana Urusan
Pemerintahan Bidang Kesehatan diharapkan dapat:
• Merumuskan kebijakan teknis bidang kesehatan
• Melaksanakan urusan pemerintahan bidang kesehatan
• Menyelenggarakan pelayanan publik bidang kesehatan
• Melakukan pembinaan teknis terhadap pemangku kepentingan yang
terkait dalam pembangunan kesehatan
Pengangkatan pegawai atau aparatur sipil negara ke dalam suatu jabatan
struktural pelaksana urusan pemerintahan bidang kesehatan dilakukan setelah
memenuhi persyaratan kualifikasi serta standar kompetensi jabatan yang akan
dipangkunya melalui proses rekruitmen dan seleksi. Sesuai Pasal 233 UU No. 23
Tahun 2014, kompetensi tersebut adalah kompetensi teknis; kompetensi manajerial;
kompetensi sosio-kultural; dan kompetensi pemerintahan.
Kompetensi Teknis Umum bidang kesehatan wajib dimiliki oleh pejabat struktural
yang meliputi kemampuan manajerial, kepemimpinan dan profesionalisme serta
komunikasi, jejaring dan advokasi. Kompetensi Teknis Khusus dibidang kesehatan wajib
dimiliki oleh pejabat struktural agar dapat melaksanakan tugasnya terkait dengan
bidang kesehatan secara professional, efektif dan efisien sebagai pelaksana urusan
pemerintahan bidang kesehatan.
Prosedur
Pelatihan kompetensi teknis pelaksana urusan pemerintahan bidang
kesehatan dilaksanakan oleh lembaga yang di akreditasi sedangkan penerbitan dan
pengesahan sertifikat kelulusan kompetensi teknis pelaksana urusan pemerintahan
bidang kesehatan dilakukan oleh Menteri Kesehatan..
Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang kompetensi teknis pelaksana
urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan yang dilengkapi dengan kurikulum
dan modul pelatihan kompetensi teknis pelaksana urusan pemerintahan daerah
bidang kesehatan telah disiapkan oleh ADINKES dan dipresentasikan dalam
beberapa kali di Rakorpim yang dipimpin oleh Ibu Menteri Kesehatan.
E. Pusat Kesehatan Masyarakat
Pusat Kesehatan Masyarakat, yang selanjutnya disingkat Puskesmas adalah
fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyakarat
dan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan
upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
18.
18
Puskesmas sebagai pengelola kesehatan wilayah kecamatan sebenarnya
merupakan konsep lama, namun belum diterjemahkan ke dalam bentuk lembaga
yang secara operasional sesuai dengan dinamika dan tuntutan dan kebutuhan
jaman, khususnya dalam penyelenggaraan pelayanan dasar secara paripurna.
Dalam lingkup Primary Health Care (PHC) sebagai satu sistem kesehatan, maka
puskesmas-puskesmas yang berada di wilayah Kabupaten/kota dengan jejaring
pelayanannya, menjadi komponen penyelenggara pelayanan kesehatan tingkat
pertama yang perlu untuk dilakukan penguatan.
Penguatan Puskesmas yang dimaksud adalah suatu bentuk upaya penguatan
(revitalisasi) fungsi-fungsi Puskesmas, baik yang melemah, yang tidak berfungsi lagi,
bahkan yang menyimpang dari konsep dasarnya, dengan melalui peninjauan ulang
atas rincian upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, dalam
upaya mengimplementasikan fungsi-fungsi puskesmas.
Disamping untuk memperkuat fungsi-fungsi Puskesmas, perlu dilakukan
penguatan strategi pencapaian program, mengingat sumberdaya yang tersedia
untuk melaksanakan fungsi-fungsi tersebut sangat terbatas sehingga perlu dilakukan
strategi pelaksanaan program secara terintegrasi di Puskesmas.
Dengan fungsi sebagai penanggung jawab terhadap kesehatan wilayah
kecamatan, maka Puskesmas juga mempunyai peran koordinatif bagi semua
fasilitas kesehatan tingkat pertama milik pemerintah dan masyarakat yang berada di
wilayah kecamatan.
Fasilitas dimaksud adalah fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat tingkat
pertama, fasilitas kesehatan perorangan tingkat pertama, fasilitas produksi dan
distribusi sediaan farmasi, alkes, makanan dan minuman, upaya kesehatan berbasis
masyarakat.
Selain itu, di era BPJS, Puskesmas selain berperan dalam memberikan
pelayanan primer sebagai bagian dari upaya kesehatan perorangan, juga perlu
melakukan koordinasi dalam penyelesaian keluhan/pengaduan dari peserta BPJS
Kesehatan, peserta asuransi kesehatan komersial yang merupakan penduduk di
wilayah tersebut. Keseluruhan fungsi kewilayahan puskesmas ini, memerlukan
perencanaan, anggaran dan dilaksanakan oleh Puskesmas.
Agar Puskesmas sebagai salah satu bentuk fasilitas pelayanan kesehatan
yang dibutuhkan untuk terselenggaranya pelayanan kesehatan yang mudah diakses,
terjangkau dan bermutu dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya, baik dari segi jumlah, jenis maupun bentuk pelayanannya
perlu ditingkatkan kemampuan serta diintegrasikan dan diterpadukan programnya.
Atas dasar latar belakang tersebut diatas, sesuai dengan perannya yang diatur pada
Butir B Lampiran UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dalam
pelaksanaan urusan pemerintahan wajib bidang kesehatan yang diserahkan kepada
daerah, pemerintah pusat dalam hal ini adalah Kementerian Kesehatan perlu
menetapkan norma, standar, prosedur dan kriteria sebagai pedoman dalam
pelaksanaan pembagian urusan melalui peraturan Menteri Kesehatan dan dalam hal
ini tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.
Peningkatan Kapasitas Tenaga Kesehatan
19.
19
Dalam rangka memberikan pelayanan yang optimal perlu adanya peningkatan
kapasitas tenaga kesehatan di Puskesmas. Peningkatan kapasitas tenaga Kesehatan
dapat dilakukan melalui :
• Penguatan pelayanan di fasilitas pelayanan kesehatan di Puskesmas, Pustu,
Polindes, Puskesmas keliling.
• Peningkatan akses dan keterjangkauan pelayanan untuk masyarakat,
peningkatan cakupan program dan pemanfaatan pelayanan oleh masyarakat
di Puskesmas.
• Penguatan dalam pengorganisasian kegiatan di fasilitas pelayanan Puskesmas
berdasarkan bukti (evidance based) melalui pelaksanaan manajemen
Puskesmas
• Penguatan dalam penjaminan kualitas (quality assurance) pelayanan
kesehatan di Puskesmas.
• Penguatan dalam pemberdayaan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas.
• Penguatan pembinaan pelayanan kesehatan di puskesmas secara teknis dan
administratif oleh dinas kesehatan dan rumahsakit
• Penguatan jejaring rujukan pelayanan kesehatan
Integrasi Atau Keterpaduan
Integrasi atau keterpaduan merupakan bentuk penyelenggaraan setiap upaya
pelayanan kesehatan di Puskesmas harus secara terintegrasi, dalam rangka
mengatasi keterbatasan sumber daya, jika mungkin sejak tahap perencanaan:
sumber daya, jika mungkin sejak tahap perencanaan:
• Integrasi atau Keterpaduan lintas program adalah upaya memadukan
penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan yg menjadi tanggung jawab
Puskesmas, meliputi : program HIV/AIDS dalam layanan komprehensif
berkesinambungan (LKB); Tb; Malaria antara lain dalam pelayanan ibu hamil
sebelum persalinan (ante natal care) terpadu dan manajemen terpadu balita
sakit didaerah endemis malaria; Kesehatan Ibu termasuk Gizi; dan imunisasi
dan kesehatan anak termasuk Imunisasi, pneumoni & diare.
Wadah integrasi di wilayah Puskesmas meliputi Pelayanan Pengobatan
melalui pelayanan manajemen terpadu balita sakit (MTBS), pemeriksaan
Laboratorium, pemberian obat, Pusling, Pelayanan ibu hamil sebelum
persalinan (Ante Natal Care=ANC) terpadu, kegiatan outreach baik di fasilitas
pemerintah dan swasta, Manajemen di Puskesmas meliputi Perencanaan
tingkat Puskesmas. Lokakarya mini dan penilaian kinerja puskesmas dengan
memperhatikan good leadership, manajemen kegiatan pelayan, manajemen
informasi dan manajemen mutu, Penguatan dan distribusi SDM, sistem
informasi, logistik, pembiayaan, Pelaksanaan upaya kesehatan perseorangan
dalam klinik puskesmas berizin, Sarana UKBM untuk melaksanakan kegiatan
UKM
Integrasi manajemen Puskesmas dilakukan melalui: Penguatan dalam
perencanaan, pemantauan melalui lokakarya mini bulanan dan penilaian di
Puskesmas melalui penilaian kinerja setiap tahun, Penguatan dalam
kerjasama lintas sector dengan melaksanakan lokakarya mini triwulanan dan
Penguatan dalam pembinaan masyarakat.
Integrasi pembiayaan Puskesmas dilakukan melalui Pembiayaan yang
bersumber dari Pemerintah meliputi dana pusat dan daerah, Pembiayaan
20.
20
yang bersumbermasyarakat: swadaya dan kegiatan kemasyarakatan lainnya,
Pembiayaan yang bersumber swasta: Corporate Social Responsibilitty
(Tanggung jawab Sosial Perusahaan).
Integrasi Penguatan dalam pengelolaan logistik di Puskesmas dilakukan
melalui Penguatan system informasi logistik, Penyimpanan dan distribusi
logistik, Penggunaan logistik yang tepat, Menjamin ketersediaan logistik di
fasilitas pelayanan dan Menjamin kualitas logistik yang tersedia.
• Keterpaduan Lintas sektor merupakan upaya memadukan penyelenggaraan
upaya Puskesmas (wajib, pengembangan dan inovasi) dengan berbagai
program dari sektor terkait pd tingkat kecamatan.
Pemberdayaan Masyarakat
Setiap Puskesmas wajib melakukan pemberdayaan masyarakat di wilayah
kerjanya. Pemberdayaan masyarakat dilakukan dalam rangka memberdayakan
perorangan, keluarga dan masyarakat agar berperan aktif dalam penyelenggaraan
setiap upaya Puskesmas.
Puskesmas berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap upaya Puskesmas
dalam rangka meningkatkan kemampuannya untuk berperi-laku hidup bersih dan
sehat secara mandiri serta menumbuhkan dan menggerakkan peran-sertanya dalam
upaya-upaya kesehatan di lingkungan komunitasnya.
Sistem Rujukan
Rujukan upaya kesehatan perorangan meliputi : Rujukan kasus untuk
keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan medik (operasi), Rujukan bahan
pemeriksaan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium yg lebih lengkap; Rujukan
Puskesmas dalam menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dapat melakukan
rujukan. Rujukan meliputi; Rujukan upaya kesehatan perorangan; dan Rujukan
upaya kesehatan masyarakat.
ilmu pengetahuan, mendatangkan tenaga yang lebih kompeten untuk
melakukan bimbingan tenaga Puskesmas dan atau menyelenggarakan pelayanan
medik di Puskesmas;
Rujukan upaya kesehatan masyarakat meliputi: Rujukan sarana dan logistik, antara
lain peminjaman alat fogging, peminjaman alat lab kesehatan, peminjaman alat
audio visual, bantuan vaksin, obat-obatan, bahan habis pakai dan bahan makanan;
Rujukan tenaga, dukungan tenaga akhli untuk penyelidikan KLB, bantuan
penyelesaian masalah hukum kesehatan, penanggulangan gangguan kesehatan
karena bencana alam, Rujukan operasional, menyerahkan sepenuhnya kewenangan
dan tanggungjawab penyelesaian masalah kesmas dan atau penyelenggaraan upaya
kesehatan masyarakat kepada dinas kesehatan Kabupaten/Kota.
Standar Pelayanan
Dalam menyelenggarakan upaya kesehatan setiap Puskesmas wajib membuat
Standar Pelayanan Puskesmas dengan mengacu pada standard pelayanan nasional
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Standar pelayanan Puskesmas
meliputi:
21.
21
• Standar pelayanan pemberdayaan masyarakat;
• Standar pelayanan kesehatan masyarakat primer;
• Standar pelayanan kesehatan perorangan primer
• Standar pelayanan penyediaan data kesehatan;
• Standar pelayanan koordinasi fasilitas kesehatan perorangan primer
Standar pelayanan disusun oleh Puskesmas, dibahas dan disetujui Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, ditetapkan dengan Peraturan Bupati/Walikota. Standar
dijadikan pedoman dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan di Puskesmas.
Selanjutnya, seluruh hasil kegiatan inisial AIPHSS – ADINKES tersebut diatas
telah diterima oleh Kementerian Kesehatan dengan ucapan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya sesuai surat Sekretaris Jenderal Kementerian
Kesehatan No. HK.05.01/IV/1169/2014 tanggal 14 Juli 2014 tentang Respon Hasil
Kegiatan Inisial AIPHSS-ADINKES.
Rencana Kegiatan ADINKES 2015- 2017 adalah sebagai berikut
I. Mempersiapkan regulasi bidang kesehatan pasca terbitnya UU No.
23 Tahun 2014, antara lain :
1. NSPK Pengaturan pembagian urusan pemerintahan
2. Keputusan Menteri Kesehatan tentang Kurikulum dan Modul
Kompetensi Teknis Bidang Kesehatan
3. Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pedoman Teknis
Pengangkatan dalam Jabatan Organisasi Perangkat Daerah
Bidang Kesehatan
II. Tindaklanjut pelaksanaan regulasi bidang kesehatan di Provinsi dan
Kabupaten/Kota (Mentoring dan Monitoring – Evaluasi)
III. Penguatan Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota
IV. Penguatan dan Revitalisasi Puskesmas dalam Pelayanan
Komprehensif dan Terintegrasi Kesehatan Ibu dan Anak
V. Penguatan Kapasitas ADINKES, baik Pusat maupun Wilayah dalam
mendukung Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota
Sesuai rencana kegiatan ADINKES 2015 - 2017 tersebut diatas adalah
sebagai berikut :
1. Pembuatan Norma, Standar, Presedur dan Kriteria (NSPK) Pembagian Urusan
antara Pemerintah dengan Pemerintah Daerah Bidang Kesehatan sangat penting
untuk diterbitkan mengingat sesuai Pasal 17 UU No. 23 tahun 2014 di amanatkan
bahwa Daerah dalam menentukan kebijakan wajib berpedoman pada NSPK yang
ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan. Apabila Kebijakan Pemerintahan Daerah
yang dibuat tidak mempedomani NSPK yang telah ditetapkan oleh Kementerian
Kesehatan, maka Pemerintah Pusat melalui Menteri dalam Negeri membatalkan
Kebiajakan daerah tersebut dan Kegiatan yang diajukan kepada AIPHSS – DFAT
berupa:
Penulisan draft Permenkes tentang NSPK Bidang Kesehatan Pembagian Urusan
antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan daerah
Kabuapaten/Kota Bidang Kesehatan untuk:
22.
22
I. Perencanaan Tenaga Kesehatan
II. Pendayagunaan Tenaga Kesehatan
III. Pelayanan Kesehatan Ibu
IV. Pelayanan Kesehatan Anak
V. Pelayanan Kesehatan HIV-AIDS
VI. Perizinan
VII. Pelayanan Kesehatan Rujukan
VIII. Pelayanan untuk Hipertensi
IX. Pelayanan Standar Pelayanan Minimal
X. Pemberdayaan Masyarakat
a. Legal Drafting
b.Desiminasi
c. Pembuatan Laporan
2. Workshop, Mentoring, Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Standar Pelayanan
Minimal (SPM) Bidang kesehatan di daerah Kegiatan AIPHSS-DFAT
Kegiatan yang diajukan berupa :
a. Penyusunan materi uji coba
- Penyiapan Daerah untuk melaksanakan SPM
Penyusunan Pedoman Kajian Kesiapan Daerah Dalam melaksanakan SPM,
antara lain : SDM; Peralatan Kesehatan dan Non Kesehatan, Alat Peraga
Promosi Kesehatan dan lain-lainnya;
- Perhitungan sasaran pelayanan
- Pelaksanaan kajian kesiapan Daerah dalam pelaksanaan SPM dan
Pelatihan
perhitungan kebutuhan biaya SPM :
b. Pembuatan pedoman mentoring dan monitoring dan evaluasi implementasi
SPM
c. Pembentukan tim uji coba implementasi SPM
d. Pelaksanaan uji coba
e. Pelaksanaan mentoring pasca sosialisasi secara regular dan berkala di daerah
uji coba
f. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi pelaksanaan SPM secara reguler dan
berkala di daerah uji coba
g. Pembuatan laporan
3. Pelatihan Kompetensi Teknis Pelaksana Urusan Pemerintahan Bidang Kesehatan
Kegiatan yang diajukan berupa:
a. pertemuan serial penyusunan modul pelatihan
b. pertemuan serial penyusunan Permenkes tentang penyelenggaraan pelatihan
Kompetensi Teknis Pelaksana Urusan Pemerintahan Bidang Kesehatan
c. pertemuan serial penyusunan Permenkes tentang pengangkatan pelaksana
urusan pemerintahan bidang kesehatan
d. Pembuatan pedoman monitoring dan evaluasi paska pelatihan
e. Pembuatan database peserta pelatihan yang selalu updated
f. Pelatihan pelatih nasional (Master of Training)
23.
23
g. Uji coba pelatihan peningkatan Kompetensi Teknis Kepala Dinas Kesehatan
dan Direktur Rumah Sakit Daerah di NTT dan Surabaya
h. Evaluasi kegiatan
i. Pembuatan laporan
IV. Penguatan dan Revitalisasi Puskesmas termasuk dalam Pelayanan
Komprehensif dan Terintegrasi Kesehatan Ibu dan Anak
1. Akreditasi Puskesmas
2. Meningkatkan pelayanan KIA yang komperhensif dan terintegrasi dengan
pendekatan SPM
• ASBK KIA
• Alokasi pembiayaan KIA
• Meningkatkan pelayanan KIA
3. Meningkatkan health governance pada tingkat Kabupaten/Kota melalui
mekanisme akuntabilitas dan peningkatan kompetensi Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota
• Meningkatkan kapasitas Dinas Kesehatan dalam Rencana Kerja
Pemerintah Daerah (RKPD) termasuk akuntabilitasnya
• Meningkatkan kapasitas Kepala Dinas Kesehatan sesuai dengan
standar kompetensi
4. Pelaksanaan penguatan sistem kesehatan Kabupaten/Kota dan perluasannya
• Meningkatkan sistem informasi di Kabupaten/Kota
• Mendokumentasikan pembelajaran yang ditemukan untuk
direplikasikan
V. Penguatan Kapasitas ADINKES, baik Pusat maupun Wilayah dalam
mendukung Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota
• Peningkatan kemampuan perencanaan dan manajemen ADINKES di
daerah
• Mentoring dan Monitoring-Evaluasi
• Pengembangan ADINKES sebagai lembaga independen untuk
akreditasi Puskesmas
Jakarta, 26 November 2014
Asosiasi Dinas Kesehatan Seluruh Indonesia,
dr. Krishnajaya, MS
K e t u a