SlideShare a Scribd company logo
1 of 43
Al-A‟raaf ayat 19 – 22

3 kata tentang surga

   1. Belum Terdengar oleh telinga

Surga tidak terdengar oleh telinga manusia. Hanya orang yang terpilih (orang beriman) yang
dipanggil Allah setelah ia meninggal

   2. Kenikmatannya belum pernah terlihat oleh mata

Jika kita melihat berbagai film yang menggambarkan tentang surga, maka surga yang sebenarnya
sangat jauh dari surga yang digambarkan oleh manusia

   3. Tidak pernah terlintas dalam pikiran

Tidak ada satupun dari manusia yang dapat membayangkan bagaimana indahnya surga

Setan menggoda supaya mereka menampakan aurat. Kemudian mereka menghasut Adam dan
Hawa untuk memakan pohon yang dilarang oleh Allah. Mereka mengatakan bahwa Allah
menyuruh supaya tidak makan pohon tersebut supaya kamu dijadikan malaikat.

Tidak puas dengan menghasut Adam, akhirnya setan menggunakan tipu daya. Ketika mereka
mencicipi buah pohon tersebut, mereka langsung merasakan akibat dari perbuatan mereka
tersebut. Akhirnya mereka berkata “bukannkah sudah ku bilang untuk tidak memakan pohon
itu?”

Ketika Allah memberikan larangan “jangan dekati pohon ini?”. Namun ketika Adam memakan
pohon tersebut ia mengatkaan “bukannkah sudah ku bilang untuk tidak memakan pohon itu?”

Ada perbedaan perkataan ketika Allah memberikan larangan dengan ketika Adam telah
memakan pohon terlarang tersersebut yaiut „Ini‟ dan „itu‟. „ini‟ artinya dekat sedangkan „itu‟
artinya jauh.

Pesan cerita ini sebenarnya ada di ayat 27 yaitu “janganlah kalian tergoda oleh Setan karena
seperti telah mengeluarkan orang tua kalian dari surga”. Maksudnya supaya kkita jangan
mengulangi lagi perbuatan yang dilakukan Setan.

Al Imran 14 – 15

Islam sangat menghargai Fitrah manusia. Dikatakan “sudah dimaklumkan kepada manusia
mengenai kecenderungan cinta kepada Allah.” Berbagai kecenderungan tersebut diantaranya :

   1. kecenderungan kepada laki-laki dan perempuan
   2. kepada Anak-anak
   3. kecenderungan terhadap „benda‟ yang merupakan simbol emas dan perak
4. „kuda pilihan‟ yang merupakan simbol alat transportasi
   5. Binatang ternak atau hewan peliharaan
   6. „sawah‟ dan „ladang‟ yang merupakan simbol bisnis

Dan itulah kesenangan di dunia dan bagi Allah merupakan tempat kembali yang baik.

Ayat 15

Mau ga dikasih tau yang lebih baik dari yang enam point tadi? Ternyata ada yang lebih baik dari
itu semua yaitu „surga‟ yang mengalir sungai bagi orang-orang yang bertaqwa. Dan pasangan
yang disucikan. Pasangan disurga tidak mempunyai Ibu tetapi langsung ada dengan sendirinya
dan ia senantiasa disucikan.

Ada sebuah cerita dari seorang sahabat ketika sedang berperang kemudian tiba-tiba ia bermimpi
ada perempuan yang cantik-cantik lebih dari satu. Kemudian ia disuruh untuk menemui ainul
madiah. Di pintu gerbang ia menemui perempuan lagi yang kecantikannya lebih cantik dari yang
sebelumnya ditemui. Dia kira mereka adalah ainul madiah. Akhirnya ia masuk kedalam, dan
baruah ia bertemu dengan ainul madiah. Namun kemudian ainul madiah berkata „kamu belum
pantas bertemu denganku, kamu masih hidup‟. Tiba-tiba sahabat itu terbangun pada saat perang
dan akhirnya ia meninggal dan syahid.

Dan yang paling nikmat adalah bertemu dengan Allah. Semua pengurus surga pasti melihat
wajah Allah langsung.

Jadi kenikmatan disurga itu lebih dari kenikmatan didunia. Siapa saja yang masuk ke surga?

   1. Berdoa
   2. Mohon ampunan sebelum fajar

Lalu apa hubungannya dengan ayat Al- A‟raaf

Bahwa memang kita dihubungkan dengan lawan jenis.

Ketika berinteraksi dengan lawan jenis ada batasannya. Batasannya seperti apa?

Setidaknya kita menghindari berkhalawat yaitu berdua-duaan dengan orang yang bukan muhrim.
Kenapa dilarang? Karena yang ketiganya adalah „setan‟. Setan akan menggoda sebagaimana
mereka menggoda Adam.

Apa sih esensinya berdua-duaan? Intinya adalah berkomunikasi.

Berhubungan dengan konteks sekarang apakah dengan menggunakan BBM, skype, chatting,
facebook, merupakan berkhalawat karena berkomunikasi secara berdua-dua an.

Dan setan tidak mengancam secara fisik. Yang ia goda adalah pikirannya. Sehingga kita bisa
melihat sesuatu yang diluar pikirannya.
Ada sebuah kisah laki yang soleh tinggal disitu serta 3 orang bersaudara salah satunya adalah
adik perempuan. Dan ketiga ini diPanggil ke medan perang. Dan mereka menginginkan untuk
menitipkanya ke orang saleh. Dan akhirnya mereka menemukannya. Yaiut si soleh tadi. Namun
ia menolak karena takut tergoda. Namun akhirnya ia menerimanya namun dengan syarat ia
ditempatkan di depan rumahnya. Setiap hari ia memberi makanan di depan rumah. Beberapa hari
ia mengambil makanan di depan rumah dengan rumah. Suatu ketika ada setan yang menggoda.
Akhirnya orang soleh ini menyapa. Awalnya say hello akhirnya ia menjadi terbiasa. Ketika
selang beberapa lama, setan menggoda lago “kenapa perempuannya diluar? Ga enak dilihat
orang”. Akhirnya ia diajak kedalam rumah. Sehingga singkat kata terjadilah perjinahan.
Akhirnya setelah beberapa si perempuan tersebut mempunyai anak. Si soleh takut, akhirnya ia
membunuh perempuan dan anaknya yang dikubur didepan rumah tersebut.

Suatu ketika 3 bersaudara ini datang, “kemana adiku?”. Si soleh mengatakan bahwa adiknya
diculik. Karena mereka percaya kepada si soleh itu akhirnya mereka pun percaya juga. Suatu
ketika ketiga bersaudara itu bermimpi bertemu dengan kakek dan ia menunjukan kuburan
adiknya. Akhirnya ketiga bersaudara itu mengecek keberadaan perempuan tersebut dan akhirnya
si soleh itu tidak bisa mengelak kebohongannya. Akhirnya berdasarkan hukum negara tersebut,
si soleh itu digantung. Sampe akhir, si setan ini menggoda si soleh lagi. “kalau kamu ingin
selamat maka bersujudlah kepadaku”. Akhirnya karena tidak ada pilihan lain, maka ia bersujud
kepada setan tersebut. namun, ternyata kenyataan berpihak lain. Walapun sudah bersujud
namunia tetap dihukum mati.

Surat Ibrahim ayat 22

Transkip pernyataan setan

Setan berpidato “ sesungguhnya Allah memberikan kalian janji yang tidak terlihat. Dan Aku
(setan) memberikan janji juga yang sebenarnya adalah bohong” setan Cuma mengajak saja
namun manusia lah yang mengikutinya. Setan sendiri mengakui bahwa yang ia katakan adalah
bohong. Dan ia tidak mempunyai kekuasaan.
Friday, August 10, 2012
Bahaya Lidah

1. Fitnah (Berkata bohong dengan maksud menjelekkan orang lain)
2. Ghibah ( Membicarakan kejelekan orang lain), Firman Allah : Al-HUjurat : 12: dan janganlah
sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Apakah kamu suka memakan daging
saudaramu yang sudah mati?.
3. Berkata Bohong ( Berkata tidak sesuai dengan kanyataan)
4. Munafik (Pura-pura beriman padahal hatinya engkar, apa yang dikatakan selalu tidak sesuai
dengan kebenaran), “Ciri-ciri orang munafik itu ada tiga yaitu bila berkata dusta, apabila berjanji
ingkar, apabila diberi amanah ia mengkhianati
5. Mengumpat dan mencaci orang lain (dengan kata kasar, persoalan tidak akan selesai)
6. Mempermainkan atau mengejek manusia
7. Mengadu domba ( Membat sesorang berselisih dengan yang lainnya)
8. Melontarkan kata-kata kotor dan kasar (Ketika emosi meluap, kata2 kadang tidak terkontrol
lagi)
9. Bertengkar
10. Berdebat kusir / berbelitbelit (membahas suatu hal yang tidak ada ujungnya)
11. Menyebar rahasia orang lain
12. Menambah kata-kata yang tidak perlu
MANUSIA MAKHLUK SERBA MAU

Allah menciptakan manusia menjadi makhluk serba mau, manusia suka daging, suka sayur,
berbeda dengan singa dan harimau yang hanya suka daging, berbeda pula dengan kuda dan sapi
yang hanya suka rumput. Dalam surat Ali Imran ayat empat belas Allah jelaskan bahwa Allah
telah menghiasi ke dalam hati manusi menyenangi ciptaan Allah. Manusia suka pasangan, harta
benda yang banyak, emas, perak, kendaraan yang bagus, sawah lading dan lain sebagainya.
Jangankan yang baik yang jelek dan kotor pun manusia mau. Dari yang seindah dan sekotor-
kotornya manusia mau. Manusia mau kotoran hewan, bisa untuk pupuk dan sebagainya. Ada
benda-benda bekas yang dapat di daur ulang lagi hingga tak satupun yang tidak berguna dan
berharga bagi manusia. Karena begitu kuat dan hebatnya ke inginan manusia terhadap sesuatu.
Manusia itu harus kenal dan mengagumi sang penciptanya (allah swt) untuk menata diri agar
tidak terjerumus kelembah kesesatan dan kerugian, walaupun keinginan manusia tidak terbatas.
Tapi kemampuan dan kehidupannya sangat terbatas. Kemampuan dalam usia 20 tahun tidak
sama dengan kemampuan usia 30 tahun, demikian selanjutnya dan selanjutnya sampai manusia
itu meninggalkan dunia yang fana ini.
Beruntunglah orang-orang yang bisa mengawal dirinya sendiri ketika timbul keinginan
melakukan sesuatu yang bisa menimbulkan masalah karena begitu kuat dan hebatnya keinginan
manusia terhadap sesuatu. Manusia itu harus kenal dan mengagumi sang penciptanya (Allah
SWT) untuk menjaga diri agar tidak terjerumus kelembah kesesatan dan kerugian walaupun
keinginan manusia tidak terbatas. Tapi kemampuan dan kehidupannya sangat terbatas.
Kemampuan dalam usia dua puluh tahun tidak sama dengan kemampuan manusia usia tiga puluh
tahun, demikian selanjutnya dan selanjutnya sampai manusia itu meninggalkan dunia yang fana
ini. Beruntunglah orang yang bisa mengawal diri sendiri ketika timbul keinginan melakukan
sesuatu yang bisa menimbulkan masalah, dirinya sendiri jadi penasehat. Jangan kami lakukan
itu, berbahaya, berisiko, kemuliaan kamu akan habis, bila kamu sempat tergelincir, tempatmu
bertukar dari kemuliaan jadi hina.
Betapa nikmatnya Adam dan Hawa di sorga, karena tergelincir terpaksa menjalani pencara dunia
dengan segala keletihan dan kepayahan. Berpisah dengan isteri dan segala kenikmatan sorga,
menjalani hidup yang sangat menakutkan dan mengerikan sekali. Selain Allah Swt kitalah yang
harus jadi penasehat diri kita sendiri. Allah telah jelaskan bahwa Allah tidak akan merobah diri
kita kepada yang baik, Allah tidak akan jerumuskan kita ke dalam kehancuran dan kebinasaan
kecuali kitalah yang jadi pelakunya. Ya Allah lindungi kami dari jahatnya diri kami sendiri.
PERNIAGAAN YANG TIDAK PERNAH MERUGI

Firman Allah Q.S Fathir (35) ayat : 29

"Sesungguhnya orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan solat dan menafkahkan
sebahagian daripada rezeki yang Kami (Allah) anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam
dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan rugi."
1. Selalu membaca Kitab Allah
2. Selalu mendirikan shalat
3. Selalu menafkahkan rezki dengan diam-diam/ teranga-terangan

Selamat dari azab
Firman Allah surat As-Shaf (61) : 10-11

Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat
menyelamatkanmu dari azab
Keselamatan Bagi orang yang bertaqwa

Al Qur'an telah banyak memberikan petunjuk dan selalu diulang-ulang untuk menjadikan diri ini
bertaqwa, karena dengan taqwa itulah yang akan mampu mengantarkan pada kehidupan mulia,
dan derajat tertinggi. Ketaqwaan akan menjadi penentu kesuksesan yang selalu kita harapkan
dalam berbagai munajad do'a, sehingga ketika kita berinteraksi di masyarakat inilah nilai-nilai
ketaqwaan senantiasa tercerminkan. Buya Hamka memberikan gambaran atas orang yang
bertawa itu selalu menjaga hubungan yang baik dengan Allah SWT, mereka sadar sehingga tidak
ingin hubungan baik dengan-Nya itu putus ataupun jauh karena akan membawa keterpurukan
kehidupan. Dari upaya yang konsisten untuk selalu menjaga hubungan yang baik inilah semakin
membukakan kesadaran kepada kita bahwa sejatinya hidup kita tidak bisa terlepas dari Rahman
dan Rahim-Nya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al Qur'an Surat Az-Zumar : 61 :
Artinya : "Dan Allah menyelamatkan orang-orang yang bertakwa karena kemenangan mereka,
mereka tiada disentuh oleh azab (neraka dan tidak pula) mereka berduka cita." Kemenangan
yang diraih tersebut bukan berarti datang begitu saja, tetapi telah melalui perjuangan yang
panjang, pergumulan yang melelahkan, dan berbagai benturan yang menyakitkan. Kerena
prestasi ketaqwaan itulah sehingga Allah SWT layak memberikan kemenangan dan keselamatan.
Orang yang bertaqwa senantiasa sadar bahwa dalam dinamika kehidupan senantiasa diwarnai
dengan berbagai gejolak menegangkan dan menakutkan, yang kadang kala jika kita lemah dan
lengah bisa jadi akan terbawa pada arus penyesalan karena ketidakmampuannya dalam
mendayagunakan potensi diri yang telah menjadi bekal kehidupan ini. Allah SWT telah
memberikan kekuatan tulang dan persendian sehingga bisa digerakkan, maka potensi inipun
dipergunakan untuk memksimalkan ibadah semisal sholat, Allah SWT pun juga telah
memberikan potensi pada diri ini untuk melihat dan membaca, mendengar dan memperhatikan,
serta berfikir dan berzikir, sehingga dari potensi inilah sesungguh kita mampu meraih
kemenangan dan kesuksesan. Karena kemalasan dan ketidakseriusan sehingga potensi diri ini
menjadi kerdil dan mudah terkalahkan oleh problematika kehidupan membuat semakin jauh
hubungannya dengan AllahSWT. Pada ayat yang lain Allah SWT telah memerintahkan untuk
aktif dan selalu mencari jalan agar lebih mendekatkan diri ini pada-Nya, sebagaimana dalam Al
Qur'an surat Al Maidah 35 :" Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan
carilah jalan yang medekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah supaya kamu mendapat
kemenangan". Semoga kita konsisten dengan taqwa untuk keselamatan dan kemenangan
Kisah Julaibib dan Istri Yang Taat
6 November 2011 pada 11:08 · Disimpan dalam . LIHAT SELURUH ARTIKEL, 4. Kisah
Teladan, 4. Muslimah Teladan, 5. Remaja dan Pernikahan




                                Wanita yang benar-benar shalihah ibarat
seseorang yang tahan memegang bara api yang panas …

Jika telah sampai suatu perintah syariat pada seorang wanita muslimah maka ia
segera taat, terima, dan tunduk (walau itu berat untuk dijalankannya). Dia
tidak menyanggah, tidak membangkang, ataupun mencari alasan untuk tidak
menerimanya.

Perhatikanlah cerita wanita mulia ini! Cerita tentang seorang pengantin
wanita…



Adalah seorang laki-laki dari sahabat Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam
bernama Julaibib. Wajahnya sungguh tidak menarik dan miskin pula.
Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam menawarinya menikah. Dia berkata
(tidak percaya), “Kalau begitu, Anda menganggapku tidak laku?”

Beliau bersabda, “Tetapi kamu di sisi Allah bukan tidak laku.”

Dan Nabi shallallahu „alaihi wasallam senantiasa terus mencari kesempatan
untuk menikahkan Julaibib…



Hingga suatu hari, seorang laki-laki dari Anshar datang menawarkan putrinya
yang janda kepada Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam agar beliau nikahi.
Nabi shallallahu „alaihi wasallam bersabda kepadanya, “Ya. Wahai fulan! Aku
akan menikahkan putrimu.”
“Ya, dan sungguh itu suatu kenikmatan, wahai Rasulullah,” katanya riang.

Namun Nabi shallallahu „alaihi wasallam bersabda kepadanya, “Sesungguhnya
aku tidak menginginkannya untuk diriku…”

“Lalu, untuk siapa?” tanyanya.

Beliau menjawab, “Untuk Julaibib…”

Ia terperanjat, “Julaibib, wahai Rasulullah?!! Tunggu dulu ya Rasulullah..
Biarkan aku meminta pendapat ibunya….”



Laki-laki itu pun pulang kepada istrinya seraya berkata, “Sesungguhnya
Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam melamar putrimu.”

Dia menjawab, “Ya, dan itu suatu kenikmatan…”

“Menjadi istri Rasulullah!” tambahnya girang.

Dia berkata lagi, “Sesungguhnya beliau tidak menginginkannya untuk diri
beliau.”

“Lalu, untuk siapa?” tanyanya.

“Beliau menginginkannya untuk Julaibib,” jawabnya.

Dia berkata, “Aku siap memberikan leherku untuk Julaibib… ! Tidak. Demi
Allah! Aku tidak akan menikahkan putriku dengan Julaibib. Padahal, kita telah
menolak lamaran si fulan dan si fulan…” katanya lagi.



Sang bapak pun sedih karena hal itu, dan ketika hendak beranjak menuju
Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam (untuk menyampaikan penolakannya),
tiba-tiba putrinya (yang sejak tadi menguping) berteriak memanggil ayahnya
dari kamarnya, “Siapa yang melamarkanku kepada kalian?”

“Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam,” jawab keduanya.

Dia berkata, “Apakah kalian akan menolak perintah Rasulullah shallallahu
„alaihi wasallam?”
“Bawa aku menuju Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam. Sungguh, beliau
tidak akan menyia-nyiakanku,” lanjut sang putri.



Sang bapak pun pergi menemui Nabi shallallahu „alaihi wasallam, seraya
berkata, “Wahai Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam, terserah Anda.
Nikahkanlah dia dengan Julaibib.”

Nabi shallallahu „alaihi wasallam pun menikahkannya dengan Julaibib, serta
mendoakannya,

“Ya Allah! Limpahkan kepada keduanya kebaikan, dan jangan jadikan
kehidupan mereka susah.”



Tidak selang beberapa hari pernikahannya, Nabi shallallahu „alaihi wasallam
keluar untuk berangkat dalam peperangan (jihad fisabilillah), dan Julaibib ikut
serta bersama beliau. Setelah peperangan usai, dan para shahabat mulai saling
mencari satu sama lain diantara mayat-mayat yang bergelimpangan.



Nabi shallallahu „alaihi wasallam bertanya kepada mereka, “Apakah kalian
kehilangan seseorang?” Mereka menjawab, “Kami kehilangan fulan dan
fulan…”

Kemudian beliau bertanya lagi, “Apakah kalian kehilangan seseorang?” Mereka
menjawab, “Kami kehilangan si fulan dan si fulan…”

Kemudian beliau bertanya lagi, “Apakah kalian kehilangan seseorang?” Mereka
menjawab, “Kami kehilangan fulan dan fulan…”

Setelah semuanya selesai mencari, Rasulullah bersabda, “Aku kehilangan
Julaibib…”

1

Mereka pun ramai-ramai mencari dan memeriksanya di antara orang-orang
yang terbunuh. Tetapi mereka tidak menemukannya di arena pertempuran.
Terakhir, mereka menemukannya di sebuah tempat terpisah yang tidak
begitu jauh dari lokasi pertempuran. Mayat Julaibib ditemukan diantara tujuh
mayat orang-orang musyrik. Dia telah membunuh mereka, kemudian akhirnya
ia terbunuh juga.



Nabi shallallahu „alaihi wasallam berdiri memandangi mayatnya, lalu
berkata,”Dia membunuh tujuh orang lalu mereka membunuhnya. Dia
membunuh tujuh orang lalu mereka membunuhnya. Dia dari golonganku dan
aku dari golongannya.”



Lalu Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam membopongnya di atas kedua
lengannya dan memerintahkan mereka agar menggali tanah untuk
menguburnya.



Anas radhiallahu „anhu bertutur kisah tentang peristiwa itu, “Selama
kami menggali kubur, tubuh Julaibib radhiallahu „anhu tidak memiliki alas
kecuali kedua lengan Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam, hingga ia
digalikan dan diletakkan di liang lahatnya.”



Anas radhiallahu „anhu berkata kemudian, “Demi Allah! Tidak ada di tengah-
tengah orang Anshar yang lebih banyak berinfak daripada janda Julaibib
(setelah wafatnya Julaibib, jandanya menerima begitu banyak pampasan perang
sebagai hadiah penghargaan, red). Kemudian, para tokoh pun berlomba
melamar janda Julaibib …”



Sungguh ini sesuai dengan firman Allah subhanahu wata‟ala,

“Dan barangsiapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya serta takut kepada
Allah dan bertakwa kepada-Nya, mereka itu adalah orang-orang yang mendapat
kemenangan.” (An-Nur: 52).



Nabi shallallahu „alaihi wasallam juga telah bersabda, sebagaimana dalam ash-
Shahih, “Setiap umatku akan masuk surga kecuali yang enggan.” Para sahabat
bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah yang enggan itu?” Beliau bersabda,
“Barangsiapa taat kepadaku, maka ia masuk surga, dan barangsiapa
mendurhakaiku berarti ia telah enggan.”
Khalifah Umar Bin Khatab, Pemimpin Yang Penuh
Tanggung Jawab
12 Juni 2012 pada 19:13 · Disimpan dalam . LIHAT SELURUH ARTIKEL, 4. Kisah Teladan, 4.
Sahabat Rasululloh




Khalifah Umar bin Khatab dikenal sebagai pemimpin yang sangat disayangi rakyatnya karena
perhatian dan tanggungjawabnya yang luar biasa pada rakyatnya. Salah satu kebiasaannya adalah
melakukan pengawasan langsung dan sendirian berkeliling kota mengawasi kehidupan
rakyatnya. Inilah beberapa kisahnya.

Pada suatu malam hartawan Abdurrahman bin Auf dipanggil oleh Khalifah Umar bin Khattab
untuk diajak pergi ke pinggir kota Madinah.
“Malam ini akan ada serombongan kafilah yang hendak bermalam di pinggir kota, dalam
perjalanan pulang”, kata Khalifah Umar kepada Abdurrahman bin Auf.
“Lalu apa masalahnya?” tanya Abdurrahman.
“Kafilah ini akan membawa barang dagangan yang banyak, maka kita sebaiknya ikut menjaga
keselamatan barang dari gangguan tangan-tangan usil. Jadi nanti malam kita bersama-sama harus
mengawal mereka”, sahut sang Khalifah. Abdurahman dengan senang hati membantu dan siap
mengorbankan jiwa raganya menemani tugas khalifah yang ia cintai ini.

Demikianlah sang khalifah menjalankan tugasnya, turun tangan langsung untuk memastikan
rakyatnya tidur dan hidup dengan tenang. Bahkan malam itu khalifah Umar mendesak
Abdurahman untuk tidur sambil siaga sementara ia sendiri tetap terjaga hingga pagi hari.

Khalifah Umar bin Khattab memang dikenal sebagai seorang pemimpin yang selalu melakukan
perbuatan-perbuatan baik secara diam-diam. Orang yang ditolongnya sering tidak tahu, bahwa
penolongnya adalah khalifah yang sangat mereka cintai.
Pernah suatu malam Auza‟iy pernah „memergoki‟ Khalifah Umar masuk rumah seseorang.
Ketika keesokan harinya Auza‟iy datang ke rumah itu, ternyata penghuninya seorang janda tua
yang buta dan sedang menderita sakit. Janda itu mengatakan, bahwa tiap malam ada orang yang
datang ke rumahnya untuk mengirim makanan dan obat-obatan. Tetapi janda tua itu tidak pernah
tahu siapa orang tersebut! Padahal orang yang mengunjunginya tiap malam tersebut tak lain
adalah adalah khalifah yang sangat ia kagumi selama ini.

Pada suatu malam lainnya ketika Khalifah Umar berjalan-jalan di pinggir kota, tiba-tiba ia
mendengar rintihan seorang wanita dari dalam sebuah kemah yang lusuh. Ternyata yang
merintih itu seorang wanita yang akan melahirkan . Di sampingnya, duduk suaminya yang
kebingungan. Maka pulanglah sang Khalifah ke rumahnya untuk membawa isterinya, Ummu
Kalsum, untuk menolong wanita yang akan melahirkan anak itu. Tetapi wanita yang ditolongnya
itu pun tidak tahu bahwa orang yang menolongnya dirinya adalah Khalifah Umar, Amirul
Mukminin yang mereka cintai.

Pada kisah lainnya, ketika sang Khalifah sedang ‟meronda‟, ia mendengar tangisan anak-anak
dari sebuah rumah kumuh. Dari pinggiran jendela ia mendengar, sang ibu sedang berusaha
menenangkan anaknya. Rupanya anaknya menangis karena kelaparan sementara sang ibu tidak
memiliki apapun untuk dimasak malam itu. Sang ibupun berusaha menenangkan sang anak
dengan berpura-pura merebus sesuatu yang tak lain adalah batu, agar anaknya tenang dan
berharap anaknya tertidur karena kelelahan menunggu. Sambil merebus batu dan tanpa
mengetahui kehadiran Khalifah Umar diluar jendela, sang ibupun bergumam mengenai betapa
enaknya hidup khalifah negeri ini dibanding hidupnya yang serba susah. Khalifah Umar yang
mendengar hal ini tak dapat menahan tangisnya, iapun pergi saat itu juga meninggalkan rumah
itu. Malam itu juga ia menuju ke gudang makanan yang ada di kota, dan mengambil sekarung
bahan makanan untuk diberikan kepada keluarga yang sedang kelaparan itu. Bahkan ia sendiri
yang memanggul karung makanan itu dan tidak mengizinkan seorang pegawainya yang
menemaninya untuk membantunya. Ia sendiri pula yang memasak makanan itu, kemudian
menemani keluarga itu makan, dan bahkan masih sempat pula menghibur sang anak hingga
tertidur sebelum ia pamit untuk pulang. Dan keluarga itu tak pernah tahu bahwa yang datang
mempersiapkan makanan buat mereka malam itu adalah khalifah Umar bin Khatab !

Sumber : www.kebunhikmah.com dari berbagai sumber
Apa Hikmah Kisah-kisah Dalam Al Qur‟an ?
10 Juli 2011 pada 20:43 · Disimpan dalam 06. Memahami Al Qur'an, 2. Hikmah, 4. Kisah
Teladan




                                Sebuah kisah yang baik akan mudah meresap
ke dalam hati orang yang membaca atau mendengarnya, serta menanamkan
kesan yang demikian mendalam. Bahkan pelajaran yang disampaikan melalui
pemaparan kisah (narasi) lebih banyak faedahnya.

Kisah-kisah umat terdahulu banyak termuat di dalam Al-Qur`an dan
sebagiannya dalam hadits-hadits yang shahih dari Nabi Shalallahu „alaihi
wasalam. Mengapa begitu banyak Allah Subhanahu Wa Ta‟ala mengungkap
berbagai kejadian umat manusia sebelum kita?. Apa hikmah di balik itu semua?

Dalam pembahasan ini digunakan rujukan dari uraian Al-‟Allamah Syaikh
Muhammad bin Shalih Al-‟Utsaimin dari Kitab Ushul Tafsir beliau dengan
beberapa tambahan dari sumber lain. Wallahul Muwaffiq.



Pengertian Kisah-kisah (Al-Qashash)

Secara bahasa, kisah (al-qashash) artinya menelusuri jejak.

Allah Subhanahu Wa Ta‟ala berfirman:

“Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula.” (Al-Kahfi: 64)

Yakni, keduanya menelusuri jejak yang tadi mereka berdua lalui.

Firman Allah Subhanahu Wa Ta‟ala melalui lisan Ibunda Nabi Musa q:
“Dan berkatalah ibu Musa kepada saudara Musa yang perempuan: „Ikutilah
dia‟.” (Al-Qashash: 11)

Artinya, ikutilah dia sampai engkau lihat siapa yang memungutnya.



Al-Qashash artinya berita yang berturut-turut. Allah Subhanahu Wa Ta‟ala
berfirman:

“Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar.” (Ali „Imran: 62)

Adapun Al-Qishshah (kisah) adalah al-amr (urusan), al-khabar (berita), dan al-
sya`nu (perkara) serta al-haal (keadaan).

Jadi Qashashul Qur`an adalah berita tentang keadaan umat-umat yang telah
berlalu, nubuwat terdahulu dan berbagai peristiwa yang telah terjadi.

Sedangkan menurut istilah, artinya menceritakan berita tentang kejadian-
kejadian yang mempunyai beberapa tahapan, di mana sebagiannya mengikuti
yang lain.



Keutamaan Kisah-kisah Qur`ani

Kisah-kisah Qur`ani adalah kisah yang paling benar/jujur, sebagaimana firman
Allah Subhanahu Wa Ta‟ala:

“Dan siapakah yang lebih benar perkataan (nya) daripada Allah.” (An-Nisa`:
87)

Hal itu karena kesesuaiannya yang sempurna dengan kenyataan yang ada.
Artinya, tidak ada perkataan yang lebih jujur dan benar daripada firman Allah
Subhanahu Wa Ta‟ala.

Kisah-kisah Qur`ani adalah kisah yang paling baik, sebagaimana firman Allah
Subhanahu Wa Ta‟ala:

“Kami menceriterakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan
Al-Qur`an ini kepadamu.” (Yusuf: 3)
Karena cakupannya terhadap kesempurnaan paling tinggi dalam balaghah
(keindahan bahasa) dan keagungan makna. Bahkan kisah-kisah dalam Al-
Qur`an merupakan kisah yang paling bermanfaat, sebagaimana firman Allah
Subhanahu Wa Ta‟ala:

“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-
orang yang mempunyai akal.” (Yusuf: 111)

Karena kuatnya pengaruh kisah tersebut terhadap upaya perbaikan hati,
akhlak, dan perbuatan. Jadi, kisah-kisah Qur`ani adalah kisah yang paling
indah lafadznya (kalimatnya) dan paling indah pula maknanya.



Beberapa Bentuk Kisah di dalam Al-Qur`an

Kisah-kisah dalam Al-Qur`an ada tiga bentuk:

Yang pertama, kisah para Nabi alaihi salam mendakwahi umatnya, mu‟jizat
yang Allah Subhanahu Wa Ta‟ala berikan kepada mereka sebagai dukungan,
sikap orang-orang yang menentang, dan tahap perkembangan dakwah serta
akhir kesudahan orang-orang beriman dan orang-orang yang mendustakan.
Misalnya kisah Nabi Shalallahu „alaihi wasalamuh, Hud, Shalih, Ibrahim, Luth,
Musa dan Harun, serta „Isa dan Muhammad serta para nabi lainnya, alaihi
salam.



Yang kedua, kisah yang berkaitan dengan berbagai peristiwa yang telah berlalu
atau tentang orang-orang yang tidak diketahui dengan pasti jati diri mereka.
Seperti kisah ribuan orang yang keluar dari rumah-rumah mereka karena takut
mati, kisah Thalut dan Jalut, dua putra Adam, para pemuda penghuni gua
(Ashhabul Kahfi), Dzul Qurnain, Qarun, Ashhabus Sabti (Orang-orang Yang
Melanggar Larangan di hari Sabtu), Ashhabul Ukhdud (Para Pembuat Parit),
Ashhabul Fiil (Tentara Bergajah), dan lain-lain.



Yang ketiga, kisah-kisah tentang berbagai peristiwa yang terjadi di masa
Rasulullah Shalallahu „alaihi wasalam seperti kisah perang Badr dan Uhud
dalam surat Ali „Imran, perang Hunain dalam surat At-Taubah, hijrah, Isra`,
dan sebagainya.
Beberapa Faedah Kisah-kisah dalam Al-Qur`an



Kisah-kisah Al-Qur`an mengandung berbagai faedah yang utama, di antaranya:

1. Menjelaskan landasan dasar (asas) dakwah mengajak manusia kepada Allah
Subhanahu Wa Ta‟ala, menerangkan tentang pokok-pokok (ushul) syariat yang
dibawa masing-masing Nabi yang diutus Allah Subhanahu Wa Ta‟ala. Firman
Allah Subhanahu Wa Ta‟ala:

“Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu, melainkan Kami
wahyukan kepadanya: „Bahwasanya tidak ada sesembahan yang haq melainkan
Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku‟.” (Al-Anbiya`: 25)

2. Meneguhkan hati Rasulullah Shalallahu „alaihi wasalam dan hati umat beliau
di atas ajaran (Dien) Allah Subhanahu Wa Ta‟ala, mengokohkan ketsiqahan
(kepercayaan) kaum mukminin akan kemenangan al-haq dan tentaranya serta
terhinanya kebatilan dan para pembelanya.

Allah Subhanahu Wa Ta‟ala berfirman:

“Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah
yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang
kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang
beriman.” (Hud: 120)

3. Membenarkan para nabi sebelumnya, menghidupkan nama serta
melestarikan jejak mereka.

4. Menonjolkan kebenaran/kejujuran Nabi Muhammad n dalam dakwahnya
melalui berita yang beliau sampaikan tentang keadaan masa lalu seiring
perjalanan masa dan generasi.

5. Menyingkap kedustaan Ahli Kitab dengan hujjah tentang keterangan dan
petunjuk yang mereka sembunyikan serta tantangan kepada mereka dengan isi
kitab mereka sendiri sebelum diubah. Misalnya firman Allah Subhanahu Wa
Ta‟ala:
“Semua makanan adalah halal bagi Bani Israil melainkan makanan yang
diharamkan oleh Israil (Ya‟qub) untuk dirinya sendiri sebelum Taurat
diturunkan. Katakanlah: „(Jika kamu mengatakan ada makanan yang
diharamkan sebelum turun Taurat), maka bawalah Taurat itu, lalu bacalah dia
jika kamu orang-orang yang benar‟.” (Ali „Imran: 93)

6. Kisah itu merupakan sebagian contoh tentang adab yang harus diperhatikan
dan pelajaran-pelajarannya tertanam kuat di dalam jiwa. Firman Allah
Subhanahu Wa Ta‟ala:

“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-
orang yang mempunyai akal.” (Yusuf: 111)

7. Menjelaskan hikmah Allah Subhanahu Wa Ta‟ala berkaitan dengan hal-hal
yang terkandung dalam kisah itu, sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa
Ta‟ala:

“Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka beberapa kisah yang di
dalamnya terdapat cegahan (dari kekafiran), itulah suatu hikmah yang
sempurna maka peringatan-peringatan itu tiada berguna (bagi mereka).” (Al-
Qamar: 4-5)

8. Menerangkan keadilan Allah Subhanahu Wa Ta‟ala dengan adanya hukuman
yang ditimpakan kepada orang-orang yang mendustakan, sebagaimana firman
Allah Subhanahu Wa Ta‟ala:

“Dan Kami tidaklah menganiaya mereka, tetapi merekalah yang menganiaya
diri mereka sendiri, karena itu tiadalah bermanfaat sedikitpun kepada mereka
sembahan-sembahan yang mereka seru selain Allah, di waktu adzab Rabbmu
datang.” (Hud: 101)

9. Menerangkan karunia Allah Subhanahu Wa Ta‟ala dengan menyebutkan
pahala yang dilimpahkan kepada orang yang beriman, sebagaimana firman-
Nya:

“Sesungguhnya Kami telah mengembuskan kepada mereka angin yang
membawa batu-batu (yang menimpa mereka). Kecuali keluarga Luth. Mereka
Kami selamatkan di waktu sebelum fajar menyingsing, sebagai nikmat dari
Kami. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang
bersyukur.” (Al-Qamar: 34-35)
10. Sebagai hiburan bagi Nabi Shalallahu „alaihi wasalam atas gangguan yang
dilancarkan orang-orang yang mendustakan beliau, sebagaimana firman Allah
Subhanahu Wa Ta‟ala:

“Dan jika mereka mendustakan kamu, maka sesungguhnya orang-orang yang
sebelum mereka telah mendustakan (rasul-rasulnya); kepada mereka telah
datang rasul-rasulnya dengan membawa mukjizat yang nyata, zubur, dan kitab
yang memberi penjelasan yang sempurna. Kemudian Aku adzab orang-orang
yang kafir; maka (lihatlah) bagaimana (hebatnya) akibat kemurkaan-Ku.”
(Fathir: 25-26)

11. Membangkitkan rasa antusias kaum mukminin terhadap keimanan dengan
mendorong mereka agar teguh di atasnya serta meningkatkannya ketika
mengetahui keberhasilan orang-orang beriman terdahulu serta kemenangan
mereka yang diperintah berjihad. Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa
Ta‟ala:

“Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari
kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman.” (Al-
Anbiya`: 88)

12. Men-tahdzir (peringatan) orang-orang kafir agar tidak terus-menerus
tenggelam dalam kekafirannya, sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa
Ta‟ala:

“Maka apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi sehingga
mereka dapat memerhatikan bagaimana kesudahan orang-orang yang sebelum
mereka; Allah telah menimpakan kebinasaan atas mereka dan orang-orang
kafir akan menerima (akibat-akibat) seperti itu.” (Muhammad: 10)

13. Mengakui keberadaan risalah Nabi Muhammad n, karena berita-berita
tentang umat-umat sebelumnya tidak ada yang tahu kecuali Allah k,
sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta‟ala:

“Itu adalah di antara berita-berita penting tentang yang ghaib yang Kami
wahyukan kepadamu (Muhammad); tidak pernah kamu mengetahuinya dan
tidak (pula) kaummu sebelum ini.” (Hud: 49)

Dan firman-Nya:
“Belumkah sampai kepadamu berita orang-orang sebelum kamu (yaitu) kaum
Nuh, „Ad, Tsamud, dan orang-orang sesudah mereka. Tidak ada yang
mengetahui mereka selain Allah.” (Ibrahim: 9)

14. Di dalam kisah-kisah Qur`ani terdapat penjelasan tentang sunnatullah pada
makhluk-Nya, baik secara individu, maupun kelompok. Sunnah itu berlaku
pada orang-orang terdahulu dan yang datang kemudian, agar dijadikan
pelajaran oleh orang-orang yang beriman. Oleh sebab itulah, kisah-kisah
Qur`ani ini bukan semata-mata memaparkan sejarah umat manusia atau sosok
tertentu. Tapi yang diuraikan adalah hal-hal yang memang dapat dijadikan
pelajaran, nasihat, dan peringatan.

Allah Subhanahu Wa Ta‟ala berfirman:

“Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah
yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang
kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang
beriman.” (Hud: 120)

Wallahu a‟lam.



Sumber : Faedah Kisah-kisah Qur‟ani (ditulis oleh: Al-Ustadz Abu Muhammad Harits, dalam
majalah AsySyariah)
Khalifah Abu Bakar radhiallahu‟anhu Menjadi Pelayan
Nenek Buta
24 Desember 2009 pada 19:13 · Disimpan dalam . LIHAT SELURUH ARTIKEL, 4. Kisah
Teladan, 4. Sahabat Rasululloh

Pada masa Khulafa‟ur Rasyidin para sahabat Rasulullah Shalallahu „Alaihi
Wasallam dan para tabi‟in berlomba-lomba berbuat kebaikan dengan
membantu orang yang membutuhkan dan menolong orang yang teraniaya. Abu
Bakar Ash-Shidiq radhiallahu‟anhu dan Umar bin Khatab radhiallahu‟anhu
termasuk orang yang gigih berlomba-lomba dalam amal kebaikan yang mulia
ini, yang pelakunya mendapatkan kebaikan besar di dunia dan banyak pahala
di akhirat.

Peristiwa ini terjadi pada masa Abu Bakar Ash-Shidiq radhiallahu‟anhu. Pada
saat itu Umar mengamati apa yang dilakukan oleh Abu Bakar, lalu dia
melakukan dua kali lipatnya karena ia bermaksud mendapatkan kebaikan dan
mendahului Abu Bakar ke tingkat Surga tertinggi.

Suatu hari Umar mengamati Abu Bakar Ash-Shidiq di waktu fajar. Sesuatu
telah menarik perhatian Umar. Saat Abu Bakar pergi ke pinggiran kota
Madinah setelah shalat Subuh. Abu Bakar mendatangi sebuah gubuk kecil
untuk beberapa saat, lalu dia pulang kembali ke rumahnya. Umar tidak
mengetahui apa yang ada di dalam gubuk itu dan apa yang dilakukan oleh Abu
Bakar di sana. Umar mengetahui seluruh kebaikan yang dilakukan oleh Abu
Bakar, kecuali rahasia urusan gubuk itu.

Hari-hari terus berjalan. Abu Bakar Ash-Shidiq tetap mengunjungi gubuk kecil
di pinggiran kota itu. Umar tetap belum mengetahui apa yang dilakukan oleh
Abu Bakar di sana. Sampai akhirnya Umar memutuskan untuk masuk ke dalam
gubuk itu sesaat setelah Abu Bakar meninggalkannya. Umar ingin melihat apa
yang ada di dalam gubuk itu dengan matanya sendiri. Dia ingin mengetahui apa
yang dilakukan oleh sahabatnya disitu.

Manakala Umar masuk ke dalam gubuk kecil itu, Umar mendapakan seorang
nenek tua yang lemah tanpa bisa bergerak. Nenek itu juga buta kedua matanya.
Tidak ada sesuatu pun di dalam gubuk kecil itu. Umar tercengang dengan yang
dilihatnya. Dia ingin mengetahui ada hubungan apa nenek tua ini dengan Abu
Bakar radhiallahu‟anhu.
Umar bertanya, “Apa yang dilakukan laki-laki itu (Abu Bakar) di sini?”. Nenek
tua itu menjawab, “Demi Allah, aku tidak mengenalnya, wahai anakku. Setiap
pagi dia datang, membersihkan rumahku ini dan menyapunya. Dia menyiapkan
makan untukku. Kemudian dia pergi tanpa berbicara apapun denganku”

Umar menekuk kedua lututnya, kedua matanya basah oleh air mata. Kemudian
ia mengucapkan kalimatnya yang masyhur, “Wahai Abu Bakar, sungguh
engkau telah membuat lelah para khalifah sesudahmu” (maksudnya, khalifah
berikutnya sesudah kekhalifahan Abu Bakar harus bekerja lebih keras agar
mampu menandingi kualitas kekhalifahan Abu Bakar).

Diambil dari “Mausu‟ah Qishashis Salaf”, edisi bahasa Indonesia “Ensklopedi Kisah Generasi
Salaf” karya Ahmad Salim Baduwailan, penerbit Elba
Cara Para Ulama Terdahulu Dalam Memanfaatkan Waktu
24 Agustus 2009 pada 18:41 · Disimpan dalam . LIHAT SELURUH ARTIKEL, 4. Kisah
Teladan

Nikmat waktu adalah nikmat yang sangat besar, akan tetapi banyak orang yang
menyia-nyiakannya dengan menghabiskan untuk keperluan yang kurang
penting atau bahkan sia-sia. Menyia-nyiakan waktu sangat bertolakbelakang
dengan memanfaatkan detik demi detik yang dilakukan para ulama soleh
terdahulu, seperti contoh berikut ini.

Ibnu Mas‟ud
Beliau salah seorang shahabat Nabi yang mulia, beliau pernah berkata, “Aku
belum pernah menyesali sesuatu seperti halnya aku menyesali tenggelamnya
matahari, dimana usiaku berkurang, namun amal perbuatanku tidak juga
bertambah”

Amir bin Abdi Qais
Beliau seorang tabi‟in yang zuhud. Ada seorang pria berkata kepadanya, “Mari
berbincang-bincang denganku”. Amir bin Abdi Qais menjawab, “Tahanlah
matahari (Cobalah hentikan perputaran matahari), jangan biarkan ia berputar,
baru aku akan berbincang-bincang denganmu. Karena sesungguhnya waktu ini
senantiasa merayap dan bergerak maju, dan setelah berlalu ia tak akan kembali
lagi. Maka kerugian akibat tak memanfaatkan waktu adalah jenis kerugian yang
tidak dapat diganti atau dicarikan kompensasinya. Karena setiap waktu
membutuhkan amal perbuatan sebagai isinya”

Hammad bin Salamah (91 H – 167 H)
Musa bin Isma‟il At-Tabudzaki pernah menuturkan, “Kalau aku mengatakan
kepada kalian bahwa Hammad bin Salamah tak pernah tertawa, niscaya aku
tidak berdusta. Beliau itu memang orang yang sangat sibuk. Kegiatannya hanya
meriwayatkan hadits, membaca, bertasbih atau shalat. Beliau membagi-bagi
waktu siangnya hanya untuk itu saja”

Muridnya sendiri, Abdurrahman bin Mahdi, pernah menuturkan, “Kalau ada
orang yang berkata kepada Hammad bin Salamah, “Engkau akan meninggal
besok”, niscaya beliau tidak akan mampu lagi untuk menambah sedikitpun
dalam amalnya” (maksudnya, ia pasti segera memaksimalkan amalnya di detik-
detik terakhir hidupnya, red).

Yunus bin Al-Mu‟addab menegaskan, “Hammad bin Salamah meninggal dunia
saat beliau shalat”. Semoga Allah melimpahkan rahmat kepadanya
Muhammad bin Suhnun (202 H-256 H)
Al-Maliki menuturkan, “Suatu hari Muhammad bin Suhnun sedang sibuk
menulis buku di malam hari. Datanglah saat santap malam. Ia memiliki budak
sariyyah, yang meminta ijin masuk kamarnya, namun Muhammad menjawab,
„Saya sedang sibuk”.

Karena terlalu lama menunggu, maka sang budak menyuapkan makanan itu ke
mulut beliau sampai beliau mengunyahnya. Hal itu berlangsung lama, dan
beliau tetap dalam kondisi demikian.

Ketika datang waktu subuh, Muhammad berkata, “Maaf, aku sangat sibuk
sehingga melupakanmu tadi malam.Tolong berikan makanan yang engkau
tawarkan tadi malam!” Tuanku, demi Allah, aku sudah menyuapkannya ke
mulutmu”, ujar budak itu heran. “Sungguh aku tidak menyadarinya”, jawab
Muhammad dengan heran.

Ibnul Khayyath An-Nahwi (Wafat tahun 320)
Konon beliau belajar di sepanjang waktu, hingga saat beliau sedang berada di
jalanan. Sehingga terkadang beliau terjatuh ke selokan atau tertabrak binatang.

Al-Hakim (Wafat 334 H)
Abu Abdillah bin Al-Hakim Asy-Syahid, putra beliau menuturkan tentang
Bapaknya, “Beliau adalah orang yang gemar berpuasa Senin dan Kamis, dan
tidak pernah meninggalkan shalat malam saat bepergian dan saat tidak
bepergian. Bila duduk, maka pena, buku dan tinta selalu berada ditangannya.
Beliau adalah menteri pembantu Sulthan. Ia bisa memberikan izin bertemu
Sulthan bila orang itu belum mendapatkan izin. Kemudian beliau sibuk
menyusun tulisan ilmiah. Bila sudah demikian, maka orang yang masuk
menemuinya pasti hanya berdiri saja. Hal itu dikeluhkan oleh Abul Abbas bin
Hammuyah, „Kami biasa masuk menemui beliau, tapi beliau tidak menyapa
kami sedikitpun. Beliau hanya mengambil pena dengan tangannya sendiri, dan
membiarkan kami berdiri di pojok rumahnya‟.”

Begitulah sebagian potret kehidupan ulama dalam memanfaatkan waktu,
bagaimana dengan kita?



Sumber (kutipan/ringkasan) : „Sungguh Mengagumkan Manajemen Waktu Para Ulama‟, Syaikh
Abdul Fattah. Penerbit: Zam-Zam
Kisah Syukur Nikmat Dan Ingkar Nikmat
10 Agustus 2009 pada 22:50 · Disimpan dalam . LIHAT SELURUH ARTIKEL, 3. Sabar dan
Syukur, 4. Kisah Teladan

Nabi shalallahu „alaihi wasallam pernah menceritakan (artinya): “Ada tiga
orang dari Bani Israil menderita penyakit belang, botak, dan buta. Allah hendak
menguji mereka, maka Allah pun utus kepada mereka Malaikat.

Malaikat itu datang kepada si belang dan bertanya: Apakah yang paling kamu
dambakan? Si belang menjawab: Saya mendambakan paras yang tampan dan
kulit yang bagus serta hilang penyakit yang menjadikan orang-orang jijik
kepadaku. Malaikat itu pun mengusap si belang, maka hilanglah penyakit yang
menjijikkannya itu, bahkan ia diberi paras yang tampan. Malaikat itu bertanya
lagi: Harta apakah yang paling kamu senangi? Si belang menjawab: Unta.
Kemudian ia diberi unta yang bunting sepuluh bulan. Dan malaikat tadi
berkata: Semoga Allah memberi barakah atas apa yang kamu dapatkan ini.

Kemudian Malaikat itu datang kepada si botak dan bertanya: Apakah yang
paling kamu dambakan? Si botak menjawab: Saya mendambakan rambut yang
bagus dan hilangnya penyakit yang menjadikan orang-orang jijik kepadaku ini.
Malaikat itu pun mengusap si botak, maka hilanglah penyakitnya itu, serta
diberilah ia rambut yang bagus. Malaikat itu bertanya lagi: Harta apakah yang
paling kamu senangi? Si botak menjawab: Sapi. Kemudian ia diberi sapi yang
bunting. Dan malaikat tadi berkata: Semoga Allah memberi barakah atas apa
yang kamu dapatkan ini.

Kemudian Malaikat itu datang kepada si buta dan bertanya: Apakah yang
paling kamu dambakan? Si buta menjawab: Saya mendambakan agar Allah
mengembalikan penglihatanku sehingga aku dapat melihat. Malaikat itu pun
mengusap si buta, dan Allah mengembalikan penglihatannya. Malaikat itu
bertanya lagi: Harta apakah yang paling kamu senangi? Si buta menjawab:
Kambing. Kemudian ia diberi kambing yang bunting.

Selang beberapa waktu kemudian, unta, sapi, dan kambing tersebut
berkembang biak yang akhirnya si belang tadi memiliki unta yang memenuhi
suatu lembah, demikian juga dengan si botak dan si buta, masing-masing
memiliki sapi dan kambing yang memenuhi suatu lembah.

Kemudian Malaikat tadi datang kepada si belang dengan menyerupai orang
yang berpenyakit belang seperti keadaan si belang waktu itu, dan berkata: Saya
adalah orang miskin yang kehabisan bekal di tengah perjalanan. Sampai hari ini
tidak ada yang mau memberi pertolongan kecuali Allah kemudian engkau. Saya
meminta kepadamu -dengan menyebut Dzat Yang telah memberi engkau paras
yang tampan dan kulit yang bagus serta harta kekayaan- seekor unta untuk
bekal dalam perjalanan saya. Si belang berkata: Hak-hak yang harus saya
berikan masih banyak.

Malaikat itu berkata: Kalau tidak salah saya sudah mengenalimu. Bukankah
kamu dahulu orang yang berpenyakit belang sehingga orang lain merasa jijik
kepadamu? Bukankah kamu dahulu orang yang miskin kemudian Allah
memberi kekayaan kepadamu? Si belang berkata: Harta kekayaanku ini adalah
warisan dari nenek moyangku. Malaikat itu berkata: Jika kamu berdusta,
semoga Allah mengembalikanmu seperti keadaan semula.

Kemudian Malaikat itu datang kepada si botak seperti keadaan si botak waktu
itu. Dan berkata kepadanya seperti apa yang dikatakan kepada si belang. Si
botak juga menjawab seperti jawaban si belang tadi. Kemudian Malaikat tadi
berkata: Jika kamu berdusta, semoga Allah ? mengembalikanmu seperti
keadaan semula.

Kemudian Malaikat tadi mendatangi si buta dengan menyerupai orang buta
seperti keadaan si buta waktu itu dan berkata: Saya adalah orang miskin yang
kehabisan bekal di tengah perjalanan. Sampai hari ini tidak ada yang mau
memberi pertolongan kecuali Allah ? kemudian engkau. Saya meminta
kepadamu -dengan menyebut Dzat Yang telah mengembalikan penglihatanmu-
seekor kambing untuk bekal dalam perjalanan saya. Si buta berkata: Saya
dahulu adalah orang yang buta kemudian Allah mengembalikan penglihatan
saya. Maka ambillah apa yang kamu inginkan dan tinggalkanlah apa yang tidak
kamu senangi. Demi Allah, sekarang saya tidak akan memberatkan sesuatu
kepadamu yang kamu ambil karena Allah Yang Maha Mulia. Malaikat itu
berkata: Peliharalah harta kekayaanmu, sebenarnya kamu itu diuji dan Allah
telah ridha kepadamu dan murka kepada kedua temanmu (si belang dan si
botak).”
(HR. Al Bukhari dan Muslim, hadits ini juga disebutkan oleh Al Imam An
Nawawi dalam Riyadhush Shalihin hadits no. 65)

Di dalam sabda Nabi shalallahu „alaihi wasallam yang mulia tersebut banyak
terkandung faedah dan pelajaran beharga bagi kaum muslimin. Tidaklah
Rasulullah menceritakan kisah kejadian umat terdahulu melainkan untuk
menjadi pelajaran bagi umat yang datang setelahnya.
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pelajaran bagi orang-
orang yang mempunyai akal.” (Yusuf: 111)
Syukur Nikmat, Sebab Dibukanya Pintu Barakah

Dalam hadits tersebut kita melihat bagaimana si buta ketika dia bersyukur
kepada Allah subhanahu wata‟ala. Dia menegaskan bahwa kenikmatan berupa
disembuhkannya dia dari kebutaan dan diberinya harta kekayaan itu datangnya
dari Allah subhanahu wata‟ala. Kemudian dia menginfakkan hartanya tersebut
untuk membantu saudaranya yang membutuhkan. Maka Allah subhanahu
wata‟ala pun berikan barakah kepadanya dengan ditetapkannya harta tersebut
kepadanya dan dia pun mendapatkan ridha Allah subhanahu wata‟ala.

Dari sini kita bisa mengambil faedah bahwasanya syukur nikmat merupakan
sebab ditetapkan bahkan ditambahkannya kenikmatan tersebut. Allah
subhanahu wata‟ala berfirman (artinya):
“Jika kalian bersyukur, pasti Aku (Allah) akan tambah (kenikmatan) untuk
kalian, dan jika kalian ingkar, sesunggahnya adzab-Ku sangatlah pedih.”
(Ibrahim: 7)

Mengingkari Nikmat Berpotensi Mendapatkan Murka Allah Subhanahu wa
Ta‟ala

Berbeda dengan si buta, si belang dan si botak justru mengingkari nikmat yang
Allah subhanahu wata‟ala berikan kepada mereka itu dengan menyatakan:
Harta kekayaanku ini adalah warisan dari nenek moyangku. Mereka
mengingkari bahwa harta yang mereka miliki itu merupakan pemberian dari
Allah subhanahu wata‟ala. Lebih dari itu mereka enggan untuk menginfakkan
hartanya untuk membantu saudaranya yang membutuhkan.

Maka mereka pun mendapatkan do‟a kejelekan dari Malaikat dan
mendapatkan murka dari Allah subhanahu wata‟ala.
Demikianlah, barangsiapa yang tidak mau bersyukur kepada Allah subhanahu
wata‟ala dan menyombongkan diri bahwa harta yang dimilikinya itu
merupakan hasil usahanya sendiri dan bukan pemberian Allah subhanahu
wata‟ala, maka Allah subhanahu wata‟ala mengancamnya dengan adzab yang
pedih.

Ingatkah anda akan perkataan Qarun yang diabadikan di dalam Al Qur‟an
(artinya):
“Sesungguhnya aku diberi harta itu karena ilmu yang ada padaku.” (Al
Qashash: 78)
Apa yang terjadi kemudian? Allah subhanahu wata‟ala tenggelamkan dia
beserta hartanya ke perut bumi. Allah subhanahu wata‟ala berfirman (artinya):
“Maka Kami membenamkan Qarun beserta rumahnya ke dalam bumi.” (Al
Qashash: 81)

Anjuran Bershadaqah

Hadits tersebut juga menunjukkan kepada kita tentang anjuran untuk
bershadaqah. Tidaklah harta itu berkurang karena shadaqah, dan tidaklah
orang kaya itu menjadi miskin karena dia rajin bershadaqah. Rasulullah
shalallahu „alaihi wasallam bersabda:
“Tidaklah shadaqah itu mengurangi harta.” (HR. Muslim)

Justru dengan bershadaqah, harta seseorang akan semakin bertambah,
barakahnya maupun jumlah harta itu sendiri. Allah subhanahu wata‟ala
berfirman (artinya):
“Dan apa saja yang kamu infakkan, maka Dia (Allah) akan menggantinya dan
Dialah sebaik-baik pemberi rizki.” (Saba‟: 39)

Peringatan dari Perbuatan Kikir

Sifat kikir yang ditunjukkan oleh si belang dan si botak tersebut justru
berakibat buruk bagi diri mereka sendiri. Allah subhanahu wata‟ala murka
kepada mereka. Orang-orang seperti inilah yang Allah subhanahu wata‟ala
nyatakan dalam Al Qur‟an (artinya):
“Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membanggakan diri. (Yaitu) orang-orang yang kikir dan menyuruh orang untuk
berbuat kikir dan menyembunyikan karunia Allah yang diberikan kepada
mereka.” (An Nisa‟: 36-37)

Allah subhanahu wata‟ala berfirman (artinya):
“Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya
dijalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka dengan adzab yang pedih.”
(At Taubah: 34)

Rasulullah shalallahu „alaihi wasallam bersabda:
“Dan hati-hatilah kalian dari kikir, karena kekikiran itu telah membinasakan
orang-orang sebelum kalian.” (HR. Muslim)

Demikianlah beberapa faedah yang terkandung dalam hadits ini. Semoga Allah
Subhanahu wa Ta‟ala menjadikan kita semua sebagai hamba-Nya yang bisa
mengambil pelajaran darinya. Amin, Ya Rabbal „Alamin.
(Diringkas dari sumber aslinya http://akhwat.web.id/muslimah-salafiyah/akhlak-adab/syukur-
nikmat-sebab-dibukanya-pintu-pintu-barakah/)
Pengabdian Istri Seorang Pencari Kayu Bakar
30 Juni 2009 pada 17:00 · Disimpan dalam . LIHAT SELURUH ARTIKEL, 4. Kisah Teladan, 4.
Muslimah Teladan

Renungkanlah …
semoga Allah menjagamu,
kisah seorang wanita, istri seorang pencari kayu bakar…
Ia bercerita:

“Jika suamiku kerja mencari kayu ke gunung
aku ikut merasakan kesulitan yang ia temui
dalam mencari rezki,
dan aku turut merasakan hausnya yang sangat di gunung
hingga hampir-hampir tenggorokanku terbakar.

Maka aku persiapkan untuknya air yang dingin
agar ia dapat meminumnya jika ia datang.

Aku menata dan merapikan rumah
dan aku persiapkan hidangan makan untuknya.
Kemudian aku berdiri menantinya
dengan mengenakan pakaianku yang paling bagus.

Ketika ia masuk ke dalam rumah,
aku menyambutnya sebagaimana pengantin
menyambut kekasihnya yang dicintai,
dalam keadaan aku pasrahkan diriku padanya…

Jika ia ingin beristirahat maka aku membantunya
dan jika ia menginginkan diriku
aku pun berada di antara kedua tangannya
seperti anak perempuan kecil yang dimainkan oleh ayahnya.”



Sumber : dinukil dari kisah yang dikutip dalam tulisan “Sepuluh Wasiat untuk Istri yang
Mendambakan “Keluarga Bahagia tanpa Problema” Penulis: Mazin bin Abdul Karim Al
Farih
eladan Istri Yang Berusaha Memahami Suami
30 Juni 2009 pada 16:42 · Disimpan dalam . LIHAT SELURUH ARTIKEL, 4. Kisah Teladan, 4.
Muslimah Teladan

Hendaknya seorang istri berupaya memahami suaminya. Ia tahu apa yang
disukai suami hingga ia berusaha memenuhinya. Dan ia tahu apa yang dibenci
suami hingga ia berupaya untuk menjauhinya, dengan catatan selama tidak
dalam perkara maksiat kepada Allah.
Berikut ini dengarkanlah kisah seorang istri yang bijaksana yang berupaya
memahami suaminya.

Berkata sang suami kepada temannya:

“Selama dua puluh tahun hidup bersama belum pernah aku melihat dari istriku
perkara yang dapat membuatku marah.”

Maka berkata temannya dengan heran:

“Bagaimana hal itu bisa terjadi.”

Berkata sang suami:

“Pada malam pertama aku masuk menemui istriku, aku mendekat padanya dan
aku hendak menggapainya dengan tanganku, maka ia berkata: „Jangan tergesa-
gesa wahai Abu Umayyah.‟

Lalu ia berkata:

„Segala puji bagi Allah dan shalawat atas Rasulullah… Aku adalah wanita asing,
aku tidak tahu tentang akhlakmu, maka terangkanlah kepadaku apa yang
engkau sukai niscaya aku akan melakukannya dan apa yang engkau tidak sukai
niscaya aku akan meninggalkannya.‟ Kemudian ia berkata: „Aku ucapkan
perkataaan ini dan aku mohon ampun kepada Allah untuk diriku dan dirimu.‟”

Berkata sang suami kepada temannya:

“Demi Allah, ia mengharuskan aku untuk berkhutbah pada kesempatan
tersebut. Maka aku katakan: „Segala puji bagi Allah dan aku mengucapkan
shalawat dan salam atas Nabi dan keluarganya. Sungguh engkau telah
mengucapkan suatu kalimat yang bila engkau tetap berpegang padanya, maka
itu adalah kebahagiaan untukmu dan jika engkau tinggalkan (tidak
melaksanakannya) jadilah itu sebagai bukti untuk menyalahkanmu. Aku
menyukai ini dan itu, dan aku benci ini dan itu. Apa yang engkau lihat dari
kebaikan maka sebarkanlah dan apa yang engkau lihat dari kejelekkan
tutupilah.‟
Istriku berkata: „Apakah engkau suka bila aku mengunjungi keluargaku?‟
Aku menjawab: „Aku tidak suka kerabat istriku bosan terhadapku‟ (yakni si
suami tidak menginginkan istrinya sering berkunjung).
Ia berkata lagi: „Siapa di antara tetanggamu yang engkau suka untuk masuk ke
rumahmu maka aku akan izinkan ia masuk? Dan siapa yang engkau tidak sukai
maka akupun tidak menyukainya?‟
Aku katakan: „Bani Fulan yang sebelah situ adalah kaum yang shaleh dan Bani
Fulan yang sebelah sana adalah kaum yang jelek.‟”

Berkata sang suami kepada temannya:

“Lalu aku melewati malam yang paling indah bersamanya. Dan aku hidup
bersamanya selama setahun dalam keadaan tidak pernah aku melihat kecuali
apa yang aku sukai.

Suatu ketika di permulaan tahun, tatkala aku pulang dari tempat kerjaku, aku
dapatkan ibu mertuaku ada di rumahku. Lalu ibu mertuaku berkata kepadaku:
„Bagaimana pendapatmu tentang istrimu?‟”

Aku jawab: “Ia sebaik-baik istri.”

Ibu mertuaku berkata:

“Wahai Abu Umayyah.. Demi Allah, tidak ada yang dimiliki para suami di
rumah-rumah mereka yang lebih jelek daripada istri penentang (lancang). Maka
didiklah dan perbaikilah akhlaknya sesuai dengan kehendakmu.”

Berkata sang suami:

“Maka ia tinggal bersamaku selama dua puluh tahun, belum pernah aku
mengingkari perbuatannya sedikitpun kecuali sekali, itupun karena aku berbuat
dhalim padanya.”

Alangkah bahagia kehidupannya…! Demi Allah, aku (penulis kisah, red) tidak
tahu apakah kekagumanku tertuju pada istri tersebut dan kecerdasan yang
dimilikinya? Ataukah tertuju pada sang ibu dan pendidikan yang diberikan
untuk putrinya? Ataukah terhadap sang suami dan hikmah yang dimilikinya?
Itu adalah keutamaan Allah yang diberikannya kepada siapa yang Dia
kehendaki.

(Dikutip sebagian dari buku berjudul “Rumah Tangga Tanpa Problema; bab Sepuluh Wasiat
untuk Istri yang Mendambakan Keluarga Bahagia tanpa Problema”, karya Mazin bin Abdul
Karim Al Farihhal. Penerjemah: Ummu Ishâq Zulfâ bintu Husein)
Kisah Sedekah Yang Salah Alamat
27 Mei 2009 pada 10:21 · Disimpan dalam . LIHAT SELURUH ARTIKEL, 10. Keutamaan
Sedekah, 4. Kisah Teladan

Suatu ketika, Rasulullah Shalallhu „Alaihi Wasallam, seperti yang kerap beliau
lakukan, berbincang-bincang dengan para sahabat di serambi Masjid Nabawi,
Madinah. Selepas berbagi sapa dengan mereka, beliau Shalallhu „Alaihi
Wasallam berkata kepada mereka,

“Suatu saat ada seorang pria berkata kepada dirinya sendiri, „Malam ini aku
akan bersedekah!‟ Dan, benar, malam itu juga dia memberikan sedekah kepada
seorang perempuan yang tak dikenalnya. Ternyata, perempuan itu seorang
pezina. Sehingga, kejadian itu menjadi perbincangan khalayak ramai.

“Akhirnya, kabar tersebut sampai juga kepada pria itu. Mendengar kabar yang
demikian, pria itu bergumam, „Ya Allah! Segala puji hanya bagi-Mu.Ternyata,
sedekahku jatuh ke tangan seorang pezina. Karena itu, aku akan bersedekah
lagi!‟

“Maka, pria itu kemudian mencari seseorang yang menurutnya layak menerima
sedekah. Ternyata, penerima sedekah itu, tanpa diketahuinya, adalah orang
kaya. Sehingga, kejadian itu lagi-lagi menjadi perbincangan khalayak ramai,
lalu sampai juga kepada pria yang bersedekah itu.

“Mendengar kabar yang demikian, pria itu pun bergumam,‟Ya Allah! Segala
puji hanya bagi-Mu. Ternyata, sedekahku itu jatuh ke tangan orang kaya.
Karena itu, aku akan bersedekah lagi!‟

Maka, dia kemudian, dengan cermat, mencari seseorang yang menurutnya layak
menerima sedekah. Ternyata, penerima sedekah yang ketiga, tanpa diketahui-
nya, adalah seorang pencuri. Tak lama berselang, kejadian itu menjadi
perbincangan khalayak ramai, dan kabar itu sampai kepada pria yang
bersedekah itu.

Mendengar kabar demikian, pria itu pun mengeluh, „Ya Allah! Segala puji ha-
nya bagi-Mu! Ya Allah, sedekahku ternyata jatuh ke tangan orang-orang yang
tak kuduga: pezina, orang kaya, dan pencuri!‟

“Pria itu kemudian didatangi (malaikat utusan Allah) yang berkata,
“Sedekahmu telah diterima Allah. Bisa jadi pezina itu akan berhenti berzina
karena menerima sedekah itu. Bisa jadi pula orang kaya itu mendapat pelajaran
karena sedekah itu, lalu dia menyedekahkan sebagian rezeki yang dikaruniakan
Allah kepadanya. Dan, bisa jadi pencuri itu berhenti mencuri selepas menerima
sedekah itu.”

(Diceritakan kembali dari sebuah hadis yang dituturkan oleh Muslim dari Abu Hurairah dalam
Teladan Indah Rasullulah dalam ibadah, Ahmad Rofi „Usmani)
Surat Abi buat Annisa
23 Mei 2009 pada 17:25 · Disimpan dalam . LIHAT SELURUH ARTIKEL, 4. Kisah Teladan, 5.
Kisah Muallaf

Annisa anakku,

Saat Abi menulis surat ini, Abi tak tahu apakah kelak kamu akan membacanya
atau tidak. Sengaja Abi tuliskan hal ini karena Abi yakin bahwa diantara
manusia yang banyak ada orang-orang yang akan dapat mengambil pelajaran
dari kita. Walaupun pilihan Allah terhadap kita sudah jelas, tetap saja Abi
berharap semoga Allah menjauhkan kita dari sifat sombong dan takabur.

Ketika Abi memutuskan untuk membantu kerja nabi kita, Abi menyadari
bahwa cepat atau lambat kamu akan mendapatkan bahwa Abi tidak cukup
punya waktu untuk membantumu belajar, bermain atau bersenda gurau
sebagaimana yang dulu pernah kita lakukan. Selepas itu barangkali orang yang
tidak tahu akan menyangka bahwa Abi adalah orang yang tidak peduli lagi
dengan keluarganya sendiri.

Dalam keadaan seperti ini, Abi tetap merasa bahwa kamu tahu betapa Abi
sayang padamu. Ketika Abi mengurusmu, Abi tidak tahu apakah Abi termasuk
orang tua yang tegar atau tidak. Saat kamu demam, Abi takut Allah segera
memanggilmu pulang ke haribaan-Nya. Selepas berdoa untuk kesembuhanmu,
Abi justru merasa malu karena tak kuasa membendung air mata yang gugur.

Pada banyak hari yang telah lalu kamu dapati bahwa Abi belum pulang saat
kantuk menguasaimu. Dan ketika kamu bangun, kita pun hanya punya sedikit
masa untuk buat persiapan, yakni saat Abi pergi kerja dan kamu pergi ke
sekolah. Kalau saja bukan karena Ummi yang sering mendesak Abi dengan
„ancamannya‟ barangkali Abi tidak punya waktu meskipun satu malam untuk
berbual denganmu.

Maafkan Abi bila sampai saat ini Abi tidak memberimu waktu lapang
sebagaimana kebanyakan anak sebayamu mendapatkannya. Bila Abi tidak
sedang keluar di tempat lain atau di negeri lain, kamu dapati Abi sibuk dengan
urusan dakwah di kampung kita atau sekitarnya. Meskipun demikian Ummi
biasanya tahu kemana Abi pergi.

Barangkali kamu menyangka bahwa Abi terlalu keras dalam mendidikmu lewat
Ummi. Sebagaimana saudara2-mu yang lain, kamu harus cukup merasa puas
dengan cerita kawan2-mu di sekolah tentang tayangan televisi kegemaran anak2
sebayamu. Kamu juga belajar merasa puas dengan sedikitnya bekal ketika
sekolah. Akan tetapi barangkali inilah yang terbaik yang dapat Abi berikan
untuk menjadikanmu tegar dan mandiri pada satu hari nanti dengan ijin Allah.

Abi yakin bahwa Allah selalu menepati janji-Nya. Dia terlalu agung untuk
mengingkari janji2-Nya sendiri. Dia robb kita yang maha pemelihara, maha
kaya lagi maha memberi. Dan bila Abi memutuskan bahwa dakwah adalah
kerja utama kita, itupun karena Abi yakin dengan ketetapan-Nya yang
sempurna. Dan bila abi tetap bekerja sebagai buruh, itupun karena Abi yakin
bahwa dengan cara inilah dakwah boleh diusahakan mengikuti kemampuan
kita. Allah „menghantar‟ kita ke tempat kita tinggal saat ini sebagaimana Dia
mengutus nabi dan rasul-Nya kepada kaumnya.

Barangkali kamu memendam banyak cerita tentang kesulitan yang timbul di
dalam keluarga kita akibat kerja ini. Barangkali juga kamu merekam banyak
kejadian yang menyedihkanmu karena bertambahnya kesibukan yang
berhubungan dengan dakwah. Namun demikian, hendaknya kamu selalu ingat
bahwa Allah swt selalu memberikan kesusahan kepada orang2 yang dicintai-
Nya. Dengannya Allah swt menurunkan sifat2 yang bila seseorang memilikinya
maka dapat dipastikan bahwa Allah bersamanya. Bukankah Allah bersama
orang yang sabar, Allah bersama orang yang takwa, Allah bersama orang yang
ikhlas? Sifat2 seperti inilah yang Dia hendak turunkan kepada kita dan para
da‟i-Nya di seluruh alam.

Pagi ini, setelah pulang dari mengantarkanmu ke madrasah hafidzah selama 7
hari di tempat yang jauh, Abi berkesempatan meneleponmu. Sungguh, dari
suaramu Abi tidak lagi khawatir akan kebaikanmu. Kamu tertawa bersama
kawan2-mu yang ikut „nimbrung‟ di telepon. Kamu telah mendapatkan tempat
yang cocok untuk masa depanmu. Semua ini adalah karunia dari Allah yang
maha pengasih dan maha penyayang.

Annisa, jaga dirimu baik2 nak. Abi tidak melupakan kerja besar yang telah
kamu buat beberapa tahun yang lalu atas Son Lie, kawan sebayamu, justru pada
saat Abi tidak bersamamu. Abi tidak tahu hikmah yang bagaimana yang telah
Allah berikan kepadamu sehingga dalam beberapa bulan saja Son Lie beserta
mamah-papahnya (yang datang dari Beijing) dapat memeluk Islam dengan
bantuan tanganmu. Kamu belum lagi akil baligh, namun Allah telah
memberimu satu cahaya yang dapat menerangi orang yang ada dalam
kegelapan. Abi bersyukur kepada Allah atas karunia ini. Abi bangga
memilikimu, nak.
Maka bila kamu susah, janganlah kamu mengadukannya kepada siapapun
sebelum kamu datang kepada Allah. Bila kamu sakit, janganlah kamu berobat
sebelum kamu „menanyakan‟ sakitmu kepada robb-mu. Bila kamu dalam
kekurangan, perbaikilah amal2-mu, dengan demikian Allah akan
mencukupkanmu bahkan melebihkanmu dengan apa saja yang disukai-Nya
bagimu.

Selalulah berdoa agar Allah melimpahkan kekuatan dan bantuan-Nya bagi Abi
dalam menolong agama-Nya. Insya Allah Abi terus belajar dalam mengikuti
contoh teladan kita, nabi Muhammad saw. Doakan juga kebaikan bagi Ummi.
Semoga Allah mencatatmu sebagai anak yang berbakti kepada kedua
orangtuamu hingga Dia sendiri ridho kepadamu dan ridho kepada Abi dan
Ummi, orangtuamu. Subhanallah.

Wassalam,
Abi dan Ummi
Pattaya, 10/06/2003
Sandal Jepit Istriku
20 Mei 2009 pada 13:10 · Disimpan dalam . LIHAT SELURUH ARTIKEL, 2. Membina
Keluarga Muslim, 4. Kisah Teladan, 4. Muslimah Teladan




                                    Selera makanku mendadak punah. Hanya ada rasa kesal dan
jengkel yang memenuhi kepala ini. Duh, betapa tidak gemas, dalam keadaan lapar memuncak
seperti ini, makanan yang tersedia tak ada yang memuaskan lidah. Sayur sop rasanya manis bak
kolak pisang, sedang perkedelnya asin tak ketulungan.

“Ummi… Ummi, kapan kamu dapat memasak dengan benar?

Selalu saja, kalau tak keasinan, kemanisan, kalau tak keaseman, ya kepedesan!” Ya, aku tak bisa
menahan emosi untuk tak menggerutu.

“Sabar Bi, Rasulullah juga sabar terhadap masakan Aisyah dan Khodijah. Katanya mau kayak
Rasul? Ucap isteriku kalem.

“Iya. Tapi Abi kan manusia biasa. Abi belum bisa sabar seperti Rasul. Abi tak tahan kalau
makan terus menerus seperti ini!” Jawabku masih dengan nada tinggi.

Mendengar ucapanku yang bernada emosi, kulihat isteriku menundukkan kepala dalam-dalam.
Kalau sudah begitu, aku yakin pasti air matanya merebak.

*******

Sepekan sudah aku ke luar kota. Dan tentu, ketika pulang benak ini penuh dengan jumput-jumput
harapan untuk menemukan baiti jannati di rumahku. Namun apa yang terjadi? Ternyata
kenyataan tak sesuai dengan apa yang kuimpikan. Sesampainya di rumah, kepalaku malah
mumet tujuh keliling. Bayangkan saja, rumah kontrakanku tak ubahnya laksana kapal pecah.
Pakaian bersih yang belum disetrika menggunung di sana sini. Piring-piring kotor berpesta-pora
di dapur, dan cucian, wouw! berember-ember. Ditambah lagi aroma bau busuknya yang
menyengat, karena berhari-hari direndam dengan deterjen tapi tak juga dicuci. Melihat keadaan
seperti ini aku cuma bisa beristigfar sambil mengurut dada.

“Ummi… Ummi, bagaimana Abi tak selalu kesal kalau keadaan terus menerus begini?” ucapku
sambil menggeleng-gelengkan kepala. “Ummi… isteri sholihah itu tak hanya pandai ngisi
pengajian, tapi dia juga harus pandai dalam mengatur tetek bengek urusan rumah tangga. Harus
bisa masak, nyetrika, nyuci, jahit baju, beresin rumah?”

Belum sempat kata-kataku habis sudah terdengar ledakan tangis isteriku yang kelihatan begitu
pilu. “Ah…wanita gampang sekali untuk menangis,” batinku. “Sudah diam Mi, tak boleh
cengeng. Katanya mau jadi isteri shalihah? Isteri shalihah itu tidak cengeng,” bujukku hati-hati
setelah melihat air matanya menganak sungai.

“Gimana nggak nangis! Baru juga pulang sudah ngomel-ngomel terus. Rumah ini berantakan
karena Ummi sedang kesulitan mengerjakan apa-apa. Jangankan untuk kerja, jalan saja susah.
Ummi kan muntah-muntah terus, ini badan rasanya tak bertenaga sama sekali,” ucap isteriku
diselingi isak tangis. “Abi nggak ngerasain sih bagaimana maboknya orang yang hamil muda…”
Ucap isteriku lagi, sementara air matanya kulihat tetap merebak.

Hamil muda?!?! Subhanallah … Alhamdulillah…

********

Bi…, siang nanti antar Ummi ngaji ya…?” pinta isteriku. “Aduh, Mi… Abi kan sibuk sekali hari
ini. Berangkat sendiri saja ya?” ucapku.
“Ya sudah, kalau Abi sibuk, Ummi naik bis umum saja, mudah-mudahan nggak pingsan di
jalan,” jawab isteriku.
“Lho, kok bilang gitu…?” selaku.
“Iya, dalam kondisi muntah-muntah seperti ini kepala Ummi gampang pusing kalau mencium
bau bensin. Apalagi ditambah berdesak-desakan dalam dengan suasana panas menyengat. Tapi
mudah-mudahan sih nggak kenapa-kenapa,” ucap isteriku lagi.

“Ya sudah, kalau begitu naik bajaj saja,” jawabku ringan.

*******

Pertemuan dengan mitra usahaku hari ini ternyata diundur pekan depan. Kesempatan waktu
luang ini kugunakan untuk menjemput isteriku. Entah kenapa hati ini tiba-tiba saja menjadi rindu
padanya. Motorku sudah sampai di tempat isteriku mengaji. Di depan pintu kulihat masih banyak
sepatu berjajar, ini pertanda acara belum selesai. Kuperhatikan sepatu yang berjumlah delapan
pasang itu satu persatu. Ah, semuanya indah-indah dan kelihatan harganya begitu mahal.
“Wanita, memang suka yang indah-indah, sampai bentuk sepatu pun lucu-lucu,” aku membathin.

Mataku tiba-tiba terantuk pandang pada sebuah sendal jepit yang diapit sepasang sepatu indah.
Kuperhatikan ada inisial huruf M tertulis di sandal jepit itu. Dug! Hati ini menjadi luruh.
“Oh….bukankah ini sandal jepit isteriku?” tanya hatiku. Lalu segera kuambil sandal jepit kumal
yang tertindih sepatu indah itu. Tes! Air mataku jatuh tanpa terasa. Perih nian rasanya hati ini,
kenapa baru sekarang sadar bahwa aku tak pernah memperhatikan isteriku. Sampai-sampai
kemana-mana ia pergi harus bersandal jepit kumal. Sementara teman-temannnya bersepatu
bagus.

“Maafkan aku Maryam,” pinta hatiku.

“Krek…,” suara pintu terdengar dibuka. Aku terlonjak, lantas menyelinap ke tembok samping.
Kulihat dua ukhti berjalan melintas sambil menggendong bocah mungil yang berjilbab indah,
demikian juga jilbab para umminya. Beberapa menit setelah kepergian dua ukhti itu, kembali
melintas ukhti-ukhti yang lain. Namun, belum juga kutemukan Maryamku. Aku menghitung
sudah delapan orang keluar dari rumah itu, tapi isteriku belum juga keluar. Penantianku berakhir
ketika sesosok tubuh berabaya gelap dan berjilbab hitam melintas. “Ini dia mujahidah (*) ku!”
pekik hatiku. Ia beda dengan yang lain, ia begitu bersahaja. Kalau yang lain memakai baju yang
indah, ia hanya memakai baju yang sudah lusuh warnanya. Diam-diam hatiku kembali dirayapi
perasaan berdosa karena selama ini kurang memperhatikan isteri.

Ya, aku baru sadar, bahwa semenjak menikah belum pernah membelikan sepotong baju pun
untuknya. Aku terlalu sibuk memperhatikan kekurangan-kekurangan isteriku, padahal di balik
semua itu begitu banyak kelebihanmu, wahai Maryamku. Aku benar-benar menjadi malu pada
Allah dan Rasul-Nya. Selama ini aku terlalu sibuk mengurus orang lain, sedang isteriku tak
pernah kuurusi. Padahal Rasulullah shalallahu alaihi wassalam telah bersabda: “Yang terbaik di
antara kamu adalah yang paling baik terhadap keluarganya.”

Sedang aku? Ah, kenapa pula aku lupa bahwa Allah menyuruh para suami agar menggauli
isterinya dengan baik. Sedang aku terlalu sering ngomel dan menuntut isteri dengan sesuatu yang
ia tak dapat melakukannya. Aku benar-benar merasa menjadi suami terzalim!

“Maryam…!” panggilku, ketika tubuh berabaya gelap itu melintas. Tubuh itu lantas berbalik ke
arahku, pandangan matanya menunjukkan ketidakpercayaan atas kehadiranku di tempat ini.
Namun, kemudian terlihat perlahan bibirnya mengembangkan senyum. Senyum bahagia.

“Abi…!” bisiknya pelan dan girang. Sungguh, baru kali ini aku melihat isteriku segirang ini.
“Ah, betapa manisnya wajah istriku ketika sedang kegirangan… kenapa tidak dari dulu
kulakukan menjemput isteri?” sesal hatiku.

******

Esoknya aku membeli sepasang sepatu untuk isteriku. Ketika tahu hal itu, senyum bahagia
kembali mengembang dari bibirnya. “Alhamdulillah, jazakallahu khoiron…,” ucapnya dengan
suara mendalam dan penuh ketulusan.

Ah, Maryamku, lagi-lagi hatiku terenyuh melihat polahmu. Lagi-lagi sesal menyerbu hatiku.
Kenapa baru sekarang aku bisa bersyukur memperoleh isteri zuhud (**) dan „iffah (***)
sepertimu? Kenapa baru sekarang pula kutahu betapa nikmatnya menyaksikan matamu yang
berbinar-binar karena perhatian kecilku?
Sumber : NN

Keterangan
(*) mujahidah : wanita yang sedang berjihad
(**) zuhud : membatasi kebutuhan hidup secukupnya walau mampu lebih dari itu
(***) „iffah : mampu menahan diri dari rasa malu

More Related Content

What's hot

Kisah Rasulullah Dialog Dengan Iblis
Kisah Rasulullah Dialog Dengan IblisKisah Rasulullah Dialog Dengan Iblis
Kisah Rasulullah Dialog Dengan Ibliskang gustaman
 
Kata kata mutiara part 2
Kata kata mutiara part 2Kata kata mutiara part 2
Kata kata mutiara part 2Saikhu Zaenul
 
Perilaku tercela
Perilaku tercelaPerilaku tercela
Perilaku tercelanajikha
 
Kata kata mutiara part 1
Kata kata mutiara part 1Kata kata mutiara part 1
Kata kata mutiara part 1Saikhu Zaenul
 
Dialog iblis dan rasulullah s
Dialog iblis dan rasulullah sDialog iblis dan rasulullah s
Dialog iblis dan rasulullah smr_haryono
 
Dialog iblis dan rasulullah s
Dialog iblis dan rasulullah sDialog iblis dan rasulullah s
Dialog iblis dan rasulullah sHelmon Chan
 
Mengenali Jin & Sihir (Understanding JINN, Exorcism & Magic) Nahl Events
Mengenali Jin & Sihir (Understanding JINN, Exorcism & Magic) Nahl EventsMengenali Jin & Sihir (Understanding JINN, Exorcism & Magic) Nahl Events
Mengenali Jin & Sihir (Understanding JINN, Exorcism & Magic) Nahl EventsNahl Events
 
17 kisah penuh_hikmah
17 kisah penuh_hikmah17 kisah penuh_hikmah
17 kisah penuh_hikmahHelmon Chan
 
Seminar Memahami Jin & Sihir Menurut Bimbingan Kitab & Sunnah - Nahl Events
Seminar Memahami Jin & Sihir Menurut Bimbingan Kitab & Sunnah - Nahl EventsSeminar Memahami Jin & Sihir Menurut Bimbingan Kitab & Sunnah - Nahl Events
Seminar Memahami Jin & Sihir Menurut Bimbingan Kitab & Sunnah - Nahl EventsNahl Events
 

What's hot (16)

Kisah Rasulullah Dialog Dengan Iblis
Kisah Rasulullah Dialog Dengan IblisKisah Rasulullah Dialog Dengan Iblis
Kisah Rasulullah Dialog Dengan Iblis
 
Kebersihan hati
Kebersihan hatiKebersihan hati
Kebersihan hati
 
Ketika derita mengabadikan cinta
Ketika derita mengabadikan cintaKetika derita mengabadikan cinta
Ketika derita mengabadikan cinta
 
Kata kata mutiara part 2
Kata kata mutiara part 2Kata kata mutiara part 2
Kata kata mutiara part 2
 
Kisah Penuh_Hikmah_Islami
Kisah Penuh_Hikmah_IslamiKisah Penuh_Hikmah_Islami
Kisah Penuh_Hikmah_Islami
 
Perilaku tercela
Perilaku tercelaPerilaku tercela
Perilaku tercela
 
Kata kata mutiara part 1
Kata kata mutiara part 1Kata kata mutiara part 1
Kata kata mutiara part 1
 
Bab x
Bab xBab x
Bab x
 
Dialog iblis dan rasulullah s
Dialog iblis dan rasulullah sDialog iblis dan rasulullah s
Dialog iblis dan rasulullah s
 
Dialog iblis dan rasulullah s
Dialog iblis dan rasulullah sDialog iblis dan rasulullah s
Dialog iblis dan rasulullah s
 
Mengenali Jin & Sihir (Understanding JINN, Exorcism & Magic) Nahl Events
Mengenali Jin & Sihir (Understanding JINN, Exorcism & Magic) Nahl EventsMengenali Jin & Sihir (Understanding JINN, Exorcism & Magic) Nahl Events
Mengenali Jin & Sihir (Understanding JINN, Exorcism & Magic) Nahl Events
 
17 Kisah Penuh Hikmah
17 Kisah Penuh Hikmah17 Kisah Penuh Hikmah
17 Kisah Penuh Hikmah
 
17 kisah penuh_hikmah
17 kisah penuh_hikmah17 kisah penuh_hikmah
17 kisah penuh_hikmah
 
Seminar Memahami Jin & Sihir Menurut Bimbingan Kitab & Sunnah - Nahl Events
Seminar Memahami Jin & Sihir Menurut Bimbingan Kitab & Sunnah - Nahl EventsSeminar Memahami Jin & Sihir Menurut Bimbingan Kitab & Sunnah - Nahl Events
Seminar Memahami Jin & Sihir Menurut Bimbingan Kitab & Sunnah - Nahl Events
 
Kisah nabi ismail
Kisah nabi ismailKisah nabi ismail
Kisah nabi ismail
 
MENGENAL JIN
MENGENAL JINMENGENAL JIN
MENGENAL JIN
 

Similar to Kultum

Nabi adam di syurga
Nabi adam di syurgaNabi adam di syurga
Nabi adam di syurgaNor Banun
 
Permintaan iblis
Permintaan iblisPermintaan iblis
Permintaan iblisanom syukri
 
Tips iradah qowiyyah
Tips iradah qowiyyahTips iradah qowiyyah
Tips iradah qowiyyahetonjameela
 
Kelompok iblis dan syaitan
Kelompok iblis dan syaitanKelompok iblis dan syaitan
Kelompok iblis dan syaitanmr_haryono
 
Tipudayasyaitankeatasumatislam 140827195132-phpapp01
Tipudayasyaitankeatasumatislam 140827195132-phpapp01Tipudayasyaitankeatasumatislam 140827195132-phpapp01
Tipudayasyaitankeatasumatislam 140827195132-phpapp01Al-Maahadi
 
Tipudaya syaitan ke atas umat islam
Tipudaya syaitan ke atas umat islamTipudaya syaitan ke atas umat islam
Tipudaya syaitan ke atas umat islamHelmon Chan
 
Iblis dan alamnya (4)
Iblis dan alamnya (4)Iblis dan alamnya (4)
Iblis dan alamnya (4)Arya Salaka
 
Agama islam dosa besar
Agama islam  dosa besarAgama islam  dosa besar
Agama islam dosa besaralbarardian
 
5 perusak hati
5 perusak hati5 perusak hati
5 perusak hatinyongkoh
 
Iblis dan alamnya siri 1
Iblis dan alamnya siri 1Iblis dan alamnya siri 1
Iblis dan alamnya siri 1Arya Salaka
 
10 permintaan iblis kepada allah swt
10 permintaan iblis kepada allah swt10 permintaan iblis kepada allah swt
10 permintaan iblis kepada allah swtHari Aprianto
 
2. kisah nabi adam
2. kisah nabi adam2. kisah nabi adam
2. kisah nabi adamGun Abraham
 
Kitab Nurul Huda ( Cahaya-cahaya petunjuk) dalam alquran dan hadis
Kitab Nurul Huda ( Cahaya-cahaya petunjuk) dalam alquran dan hadisKitab Nurul Huda ( Cahaya-cahaya petunjuk) dalam alquran dan hadis
Kitab Nurul Huda ( Cahaya-cahaya petunjuk) dalam alquran dan hadisNur Fuanto
 
Islam memberangus pergaulan bebas
Islam memberangus pergaulan bebasIslam memberangus pergaulan bebas
Islam memberangus pergaulan bebasAzinuddin Haq
 
Hadza min fadli rabbiy
Hadza min fadli rabbiyHadza min fadli rabbiy
Hadza min fadli rabbiyazharichairul
 

Similar to Kultum (20)

Nabi adam di syurga
Nabi adam di syurgaNabi adam di syurga
Nabi adam di syurga
 
Permintaan iblis
Permintaan iblisPermintaan iblis
Permintaan iblis
 
Tips iradah qowiyyah
Tips iradah qowiyyahTips iradah qowiyyah
Tips iradah qowiyyah
 
Kelompok iblis dan syaitan
Kelompok iblis dan syaitanKelompok iblis dan syaitan
Kelompok iblis dan syaitan
 
Tipudayasyaitankeatasumatislam 140827195132-phpapp01
Tipudayasyaitankeatasumatislam 140827195132-phpapp01Tipudayasyaitankeatasumatislam 140827195132-phpapp01
Tipudayasyaitankeatasumatislam 140827195132-phpapp01
 
Tipudaya syaitan ke atas umat islam
Tipudaya syaitan ke atas umat islamTipudaya syaitan ke atas umat islam
Tipudaya syaitan ke atas umat islam
 
tajwid
tajwidtajwid
tajwid
 
Iblis dan alamnya (4)
Iblis dan alamnya (4)Iblis dan alamnya (4)
Iblis dan alamnya (4)
 
Agama islam dosa besar
Agama islam  dosa besarAgama islam  dosa besar
Agama islam dosa besar
 
makalah kisah nabi adam.pptx
makalah kisah nabi adam.pptxmakalah kisah nabi adam.pptx
makalah kisah nabi adam.pptx
 
5 perusak hati
5 perusak hati5 perusak hati
5 perusak hati
 
Iblis dan alamnya siri 1
Iblis dan alamnya siri 1Iblis dan alamnya siri 1
Iblis dan alamnya siri 1
 
10 permintaan iblis kepada allah swt
10 permintaan iblis kepada allah swt10 permintaan iblis kepada allah swt
10 permintaan iblis kepada allah swt
 
2. kisah nabi adam
2. kisah nabi adam2. kisah nabi adam
2. kisah nabi adam
 
Kitab Nurul Huda ( Cahaya-cahaya petunjuk) dalam alquran dan hadis
Kitab Nurul Huda ( Cahaya-cahaya petunjuk) dalam alquran dan hadisKitab Nurul Huda ( Cahaya-cahaya petunjuk) dalam alquran dan hadis
Kitab Nurul Huda ( Cahaya-cahaya petunjuk) dalam alquran dan hadis
 
Islam memberangus pergaulan bebas
Islam memberangus pergaulan bebasIslam memberangus pergaulan bebas
Islam memberangus pergaulan bebas
 
Pu s pa
Pu s paPu s pa
Pu s pa
 
Malapetaka akhir jaman
Malapetaka akhir jamanMalapetaka akhir jaman
Malapetaka akhir jaman
 
Hadza min fadli rabbiy
Hadza min fadli rabbiyHadza min fadli rabbiy
Hadza min fadli rabbiy
 
E magazine edisi 7
E magazine edisi 7E magazine edisi 7
E magazine edisi 7
 

Kultum

  • 1. Al-A‟raaf ayat 19 – 22 3 kata tentang surga 1. Belum Terdengar oleh telinga Surga tidak terdengar oleh telinga manusia. Hanya orang yang terpilih (orang beriman) yang dipanggil Allah setelah ia meninggal 2. Kenikmatannya belum pernah terlihat oleh mata Jika kita melihat berbagai film yang menggambarkan tentang surga, maka surga yang sebenarnya sangat jauh dari surga yang digambarkan oleh manusia 3. Tidak pernah terlintas dalam pikiran Tidak ada satupun dari manusia yang dapat membayangkan bagaimana indahnya surga Setan menggoda supaya mereka menampakan aurat. Kemudian mereka menghasut Adam dan Hawa untuk memakan pohon yang dilarang oleh Allah. Mereka mengatakan bahwa Allah menyuruh supaya tidak makan pohon tersebut supaya kamu dijadikan malaikat. Tidak puas dengan menghasut Adam, akhirnya setan menggunakan tipu daya. Ketika mereka mencicipi buah pohon tersebut, mereka langsung merasakan akibat dari perbuatan mereka tersebut. Akhirnya mereka berkata “bukannkah sudah ku bilang untuk tidak memakan pohon itu?” Ketika Allah memberikan larangan “jangan dekati pohon ini?”. Namun ketika Adam memakan pohon tersebut ia mengatkaan “bukannkah sudah ku bilang untuk tidak memakan pohon itu?” Ada perbedaan perkataan ketika Allah memberikan larangan dengan ketika Adam telah memakan pohon terlarang tersersebut yaiut „Ini‟ dan „itu‟. „ini‟ artinya dekat sedangkan „itu‟ artinya jauh. Pesan cerita ini sebenarnya ada di ayat 27 yaitu “janganlah kalian tergoda oleh Setan karena seperti telah mengeluarkan orang tua kalian dari surga”. Maksudnya supaya kkita jangan mengulangi lagi perbuatan yang dilakukan Setan. Al Imran 14 – 15 Islam sangat menghargai Fitrah manusia. Dikatakan “sudah dimaklumkan kepada manusia mengenai kecenderungan cinta kepada Allah.” Berbagai kecenderungan tersebut diantaranya : 1. kecenderungan kepada laki-laki dan perempuan 2. kepada Anak-anak 3. kecenderungan terhadap „benda‟ yang merupakan simbol emas dan perak
  • 2. 4. „kuda pilihan‟ yang merupakan simbol alat transportasi 5. Binatang ternak atau hewan peliharaan 6. „sawah‟ dan „ladang‟ yang merupakan simbol bisnis Dan itulah kesenangan di dunia dan bagi Allah merupakan tempat kembali yang baik. Ayat 15 Mau ga dikasih tau yang lebih baik dari yang enam point tadi? Ternyata ada yang lebih baik dari itu semua yaitu „surga‟ yang mengalir sungai bagi orang-orang yang bertaqwa. Dan pasangan yang disucikan. Pasangan disurga tidak mempunyai Ibu tetapi langsung ada dengan sendirinya dan ia senantiasa disucikan. Ada sebuah cerita dari seorang sahabat ketika sedang berperang kemudian tiba-tiba ia bermimpi ada perempuan yang cantik-cantik lebih dari satu. Kemudian ia disuruh untuk menemui ainul madiah. Di pintu gerbang ia menemui perempuan lagi yang kecantikannya lebih cantik dari yang sebelumnya ditemui. Dia kira mereka adalah ainul madiah. Akhirnya ia masuk kedalam, dan baruah ia bertemu dengan ainul madiah. Namun kemudian ainul madiah berkata „kamu belum pantas bertemu denganku, kamu masih hidup‟. Tiba-tiba sahabat itu terbangun pada saat perang dan akhirnya ia meninggal dan syahid. Dan yang paling nikmat adalah bertemu dengan Allah. Semua pengurus surga pasti melihat wajah Allah langsung. Jadi kenikmatan disurga itu lebih dari kenikmatan didunia. Siapa saja yang masuk ke surga? 1. Berdoa 2. Mohon ampunan sebelum fajar Lalu apa hubungannya dengan ayat Al- A‟raaf Bahwa memang kita dihubungkan dengan lawan jenis. Ketika berinteraksi dengan lawan jenis ada batasannya. Batasannya seperti apa? Setidaknya kita menghindari berkhalawat yaitu berdua-duaan dengan orang yang bukan muhrim. Kenapa dilarang? Karena yang ketiganya adalah „setan‟. Setan akan menggoda sebagaimana mereka menggoda Adam. Apa sih esensinya berdua-duaan? Intinya adalah berkomunikasi. Berhubungan dengan konteks sekarang apakah dengan menggunakan BBM, skype, chatting, facebook, merupakan berkhalawat karena berkomunikasi secara berdua-dua an. Dan setan tidak mengancam secara fisik. Yang ia goda adalah pikirannya. Sehingga kita bisa melihat sesuatu yang diluar pikirannya.
  • 3. Ada sebuah kisah laki yang soleh tinggal disitu serta 3 orang bersaudara salah satunya adalah adik perempuan. Dan ketiga ini diPanggil ke medan perang. Dan mereka menginginkan untuk menitipkanya ke orang saleh. Dan akhirnya mereka menemukannya. Yaiut si soleh tadi. Namun ia menolak karena takut tergoda. Namun akhirnya ia menerimanya namun dengan syarat ia ditempatkan di depan rumahnya. Setiap hari ia memberi makanan di depan rumah. Beberapa hari ia mengambil makanan di depan rumah dengan rumah. Suatu ketika ada setan yang menggoda. Akhirnya orang soleh ini menyapa. Awalnya say hello akhirnya ia menjadi terbiasa. Ketika selang beberapa lama, setan menggoda lago “kenapa perempuannya diluar? Ga enak dilihat orang”. Akhirnya ia diajak kedalam rumah. Sehingga singkat kata terjadilah perjinahan. Akhirnya setelah beberapa si perempuan tersebut mempunyai anak. Si soleh takut, akhirnya ia membunuh perempuan dan anaknya yang dikubur didepan rumah tersebut. Suatu ketika 3 bersaudara ini datang, “kemana adiku?”. Si soleh mengatakan bahwa adiknya diculik. Karena mereka percaya kepada si soleh itu akhirnya mereka pun percaya juga. Suatu ketika ketiga bersaudara itu bermimpi bertemu dengan kakek dan ia menunjukan kuburan adiknya. Akhirnya ketiga bersaudara itu mengecek keberadaan perempuan tersebut dan akhirnya si soleh itu tidak bisa mengelak kebohongannya. Akhirnya berdasarkan hukum negara tersebut, si soleh itu digantung. Sampe akhir, si setan ini menggoda si soleh lagi. “kalau kamu ingin selamat maka bersujudlah kepadaku”. Akhirnya karena tidak ada pilihan lain, maka ia bersujud kepada setan tersebut. namun, ternyata kenyataan berpihak lain. Walapun sudah bersujud namunia tetap dihukum mati. Surat Ibrahim ayat 22 Transkip pernyataan setan Setan berpidato “ sesungguhnya Allah memberikan kalian janji yang tidak terlihat. Dan Aku (setan) memberikan janji juga yang sebenarnya adalah bohong” setan Cuma mengajak saja namun manusia lah yang mengikutinya. Setan sendiri mengakui bahwa yang ia katakan adalah bohong. Dan ia tidak mempunyai kekuasaan.
  • 4. Friday, August 10, 2012 Bahaya Lidah 1. Fitnah (Berkata bohong dengan maksud menjelekkan orang lain) 2. Ghibah ( Membicarakan kejelekan orang lain), Firman Allah : Al-HUjurat : 12: dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Apakah kamu suka memakan daging saudaramu yang sudah mati?. 3. Berkata Bohong ( Berkata tidak sesuai dengan kanyataan) 4. Munafik (Pura-pura beriman padahal hatinya engkar, apa yang dikatakan selalu tidak sesuai dengan kebenaran), “Ciri-ciri orang munafik itu ada tiga yaitu bila berkata dusta, apabila berjanji ingkar, apabila diberi amanah ia mengkhianati 5. Mengumpat dan mencaci orang lain (dengan kata kasar, persoalan tidak akan selesai) 6. Mempermainkan atau mengejek manusia 7. Mengadu domba ( Membat sesorang berselisih dengan yang lainnya) 8. Melontarkan kata-kata kotor dan kasar (Ketika emosi meluap, kata2 kadang tidak terkontrol lagi) 9. Bertengkar 10. Berdebat kusir / berbelitbelit (membahas suatu hal yang tidak ada ujungnya) 11. Menyebar rahasia orang lain 12. Menambah kata-kata yang tidak perlu
  • 5. MANUSIA MAKHLUK SERBA MAU Allah menciptakan manusia menjadi makhluk serba mau, manusia suka daging, suka sayur, berbeda dengan singa dan harimau yang hanya suka daging, berbeda pula dengan kuda dan sapi yang hanya suka rumput. Dalam surat Ali Imran ayat empat belas Allah jelaskan bahwa Allah telah menghiasi ke dalam hati manusi menyenangi ciptaan Allah. Manusia suka pasangan, harta benda yang banyak, emas, perak, kendaraan yang bagus, sawah lading dan lain sebagainya. Jangankan yang baik yang jelek dan kotor pun manusia mau. Dari yang seindah dan sekotor- kotornya manusia mau. Manusia mau kotoran hewan, bisa untuk pupuk dan sebagainya. Ada benda-benda bekas yang dapat di daur ulang lagi hingga tak satupun yang tidak berguna dan berharga bagi manusia. Karena begitu kuat dan hebatnya ke inginan manusia terhadap sesuatu. Manusia itu harus kenal dan mengagumi sang penciptanya (allah swt) untuk menata diri agar tidak terjerumus kelembah kesesatan dan kerugian, walaupun keinginan manusia tidak terbatas. Tapi kemampuan dan kehidupannya sangat terbatas. Kemampuan dalam usia 20 tahun tidak sama dengan kemampuan usia 30 tahun, demikian selanjutnya dan selanjutnya sampai manusia itu meninggalkan dunia yang fana ini. Beruntunglah orang-orang yang bisa mengawal dirinya sendiri ketika timbul keinginan melakukan sesuatu yang bisa menimbulkan masalah karena begitu kuat dan hebatnya keinginan manusia terhadap sesuatu. Manusia itu harus kenal dan mengagumi sang penciptanya (Allah SWT) untuk menjaga diri agar tidak terjerumus kelembah kesesatan dan kerugian walaupun keinginan manusia tidak terbatas. Tapi kemampuan dan kehidupannya sangat terbatas. Kemampuan dalam usia dua puluh tahun tidak sama dengan kemampuan manusia usia tiga puluh tahun, demikian selanjutnya dan selanjutnya sampai manusia itu meninggalkan dunia yang fana ini. Beruntunglah orang yang bisa mengawal diri sendiri ketika timbul keinginan melakukan sesuatu yang bisa menimbulkan masalah, dirinya sendiri jadi penasehat. Jangan kami lakukan itu, berbahaya, berisiko, kemuliaan kamu akan habis, bila kamu sempat tergelincir, tempatmu bertukar dari kemuliaan jadi hina. Betapa nikmatnya Adam dan Hawa di sorga, karena tergelincir terpaksa menjalani pencara dunia dengan segala keletihan dan kepayahan. Berpisah dengan isteri dan segala kenikmatan sorga, menjalani hidup yang sangat menakutkan dan mengerikan sekali. Selain Allah Swt kitalah yang harus jadi penasehat diri kita sendiri. Allah telah jelaskan bahwa Allah tidak akan merobah diri kita kepada yang baik, Allah tidak akan jerumuskan kita ke dalam kehancuran dan kebinasaan kecuali kitalah yang jadi pelakunya. Ya Allah lindungi kami dari jahatnya diri kami sendiri.
  • 6. PERNIAGAAN YANG TIDAK PERNAH MERUGI Firman Allah Q.S Fathir (35) ayat : 29 "Sesungguhnya orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan solat dan menafkahkan sebahagian daripada rezeki yang Kami (Allah) anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan rugi." 1. Selalu membaca Kitab Allah 2. Selalu mendirikan shalat 3. Selalu menafkahkan rezki dengan diam-diam/ teranga-terangan Selamat dari azab Firman Allah surat As-Shaf (61) : 10-11 Artinya : Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab
  • 7. Keselamatan Bagi orang yang bertaqwa Al Qur'an telah banyak memberikan petunjuk dan selalu diulang-ulang untuk menjadikan diri ini bertaqwa, karena dengan taqwa itulah yang akan mampu mengantarkan pada kehidupan mulia, dan derajat tertinggi. Ketaqwaan akan menjadi penentu kesuksesan yang selalu kita harapkan dalam berbagai munajad do'a, sehingga ketika kita berinteraksi di masyarakat inilah nilai-nilai ketaqwaan senantiasa tercerminkan. Buya Hamka memberikan gambaran atas orang yang bertawa itu selalu menjaga hubungan yang baik dengan Allah SWT, mereka sadar sehingga tidak ingin hubungan baik dengan-Nya itu putus ataupun jauh karena akan membawa keterpurukan kehidupan. Dari upaya yang konsisten untuk selalu menjaga hubungan yang baik inilah semakin membukakan kesadaran kepada kita bahwa sejatinya hidup kita tidak bisa terlepas dari Rahman dan Rahim-Nya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al Qur'an Surat Az-Zumar : 61 : Artinya : "Dan Allah menyelamatkan orang-orang yang bertakwa karena kemenangan mereka, mereka tiada disentuh oleh azab (neraka dan tidak pula) mereka berduka cita." Kemenangan yang diraih tersebut bukan berarti datang begitu saja, tetapi telah melalui perjuangan yang panjang, pergumulan yang melelahkan, dan berbagai benturan yang menyakitkan. Kerena prestasi ketaqwaan itulah sehingga Allah SWT layak memberikan kemenangan dan keselamatan. Orang yang bertaqwa senantiasa sadar bahwa dalam dinamika kehidupan senantiasa diwarnai dengan berbagai gejolak menegangkan dan menakutkan, yang kadang kala jika kita lemah dan lengah bisa jadi akan terbawa pada arus penyesalan karena ketidakmampuannya dalam mendayagunakan potensi diri yang telah menjadi bekal kehidupan ini. Allah SWT telah memberikan kekuatan tulang dan persendian sehingga bisa digerakkan, maka potensi inipun dipergunakan untuk memksimalkan ibadah semisal sholat, Allah SWT pun juga telah memberikan potensi pada diri ini untuk melihat dan membaca, mendengar dan memperhatikan, serta berfikir dan berzikir, sehingga dari potensi inilah sesungguh kita mampu meraih kemenangan dan kesuksesan. Karena kemalasan dan ketidakseriusan sehingga potensi diri ini menjadi kerdil dan mudah terkalahkan oleh problematika kehidupan membuat semakin jauh hubungannya dengan AllahSWT. Pada ayat yang lain Allah SWT telah memerintahkan untuk aktif dan selalu mencari jalan agar lebih mendekatkan diri ini pada-Nya, sebagaimana dalam Al Qur'an surat Al Maidah 35 :" Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan carilah jalan yang medekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah supaya kamu mendapat kemenangan". Semoga kita konsisten dengan taqwa untuk keselamatan dan kemenangan
  • 8. Kisah Julaibib dan Istri Yang Taat 6 November 2011 pada 11:08 · Disimpan dalam . LIHAT SELURUH ARTIKEL, 4. Kisah Teladan, 4. Muslimah Teladan, 5. Remaja dan Pernikahan Wanita yang benar-benar shalihah ibarat seseorang yang tahan memegang bara api yang panas … Jika telah sampai suatu perintah syariat pada seorang wanita muslimah maka ia segera taat, terima, dan tunduk (walau itu berat untuk dijalankannya). Dia tidak menyanggah, tidak membangkang, ataupun mencari alasan untuk tidak menerimanya. Perhatikanlah cerita wanita mulia ini! Cerita tentang seorang pengantin wanita… Adalah seorang laki-laki dari sahabat Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam bernama Julaibib. Wajahnya sungguh tidak menarik dan miskin pula. Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam menawarinya menikah. Dia berkata (tidak percaya), “Kalau begitu, Anda menganggapku tidak laku?” Beliau bersabda, “Tetapi kamu di sisi Allah bukan tidak laku.” Dan Nabi shallallahu „alaihi wasallam senantiasa terus mencari kesempatan untuk menikahkan Julaibib… Hingga suatu hari, seorang laki-laki dari Anshar datang menawarkan putrinya yang janda kepada Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam agar beliau nikahi. Nabi shallallahu „alaihi wasallam bersabda kepadanya, “Ya. Wahai fulan! Aku akan menikahkan putrimu.”
  • 9. “Ya, dan sungguh itu suatu kenikmatan, wahai Rasulullah,” katanya riang. Namun Nabi shallallahu „alaihi wasallam bersabda kepadanya, “Sesungguhnya aku tidak menginginkannya untuk diriku…” “Lalu, untuk siapa?” tanyanya. Beliau menjawab, “Untuk Julaibib…” Ia terperanjat, “Julaibib, wahai Rasulullah?!! Tunggu dulu ya Rasulullah.. Biarkan aku meminta pendapat ibunya….” Laki-laki itu pun pulang kepada istrinya seraya berkata, “Sesungguhnya Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam melamar putrimu.” Dia menjawab, “Ya, dan itu suatu kenikmatan…” “Menjadi istri Rasulullah!” tambahnya girang. Dia berkata lagi, “Sesungguhnya beliau tidak menginginkannya untuk diri beliau.” “Lalu, untuk siapa?” tanyanya. “Beliau menginginkannya untuk Julaibib,” jawabnya. Dia berkata, “Aku siap memberikan leherku untuk Julaibib… ! Tidak. Demi Allah! Aku tidak akan menikahkan putriku dengan Julaibib. Padahal, kita telah menolak lamaran si fulan dan si fulan…” katanya lagi. Sang bapak pun sedih karena hal itu, dan ketika hendak beranjak menuju Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam (untuk menyampaikan penolakannya), tiba-tiba putrinya (yang sejak tadi menguping) berteriak memanggil ayahnya dari kamarnya, “Siapa yang melamarkanku kepada kalian?” “Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam,” jawab keduanya. Dia berkata, “Apakah kalian akan menolak perintah Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam?”
  • 10. “Bawa aku menuju Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam. Sungguh, beliau tidak akan menyia-nyiakanku,” lanjut sang putri. Sang bapak pun pergi menemui Nabi shallallahu „alaihi wasallam, seraya berkata, “Wahai Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam, terserah Anda. Nikahkanlah dia dengan Julaibib.” Nabi shallallahu „alaihi wasallam pun menikahkannya dengan Julaibib, serta mendoakannya, “Ya Allah! Limpahkan kepada keduanya kebaikan, dan jangan jadikan kehidupan mereka susah.” Tidak selang beberapa hari pernikahannya, Nabi shallallahu „alaihi wasallam keluar untuk berangkat dalam peperangan (jihad fisabilillah), dan Julaibib ikut serta bersama beliau. Setelah peperangan usai, dan para shahabat mulai saling mencari satu sama lain diantara mayat-mayat yang bergelimpangan. Nabi shallallahu „alaihi wasallam bertanya kepada mereka, “Apakah kalian kehilangan seseorang?” Mereka menjawab, “Kami kehilangan fulan dan fulan…” Kemudian beliau bertanya lagi, “Apakah kalian kehilangan seseorang?” Mereka menjawab, “Kami kehilangan si fulan dan si fulan…” Kemudian beliau bertanya lagi, “Apakah kalian kehilangan seseorang?” Mereka menjawab, “Kami kehilangan fulan dan fulan…” Setelah semuanya selesai mencari, Rasulullah bersabda, “Aku kehilangan Julaibib…” 1 Mereka pun ramai-ramai mencari dan memeriksanya di antara orang-orang yang terbunuh. Tetapi mereka tidak menemukannya di arena pertempuran. Terakhir, mereka menemukannya di sebuah tempat terpisah yang tidak begitu jauh dari lokasi pertempuran. Mayat Julaibib ditemukan diantara tujuh
  • 11. mayat orang-orang musyrik. Dia telah membunuh mereka, kemudian akhirnya ia terbunuh juga. Nabi shallallahu „alaihi wasallam berdiri memandangi mayatnya, lalu berkata,”Dia membunuh tujuh orang lalu mereka membunuhnya. Dia membunuh tujuh orang lalu mereka membunuhnya. Dia dari golonganku dan aku dari golongannya.” Lalu Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam membopongnya di atas kedua lengannya dan memerintahkan mereka agar menggali tanah untuk menguburnya. Anas radhiallahu „anhu bertutur kisah tentang peristiwa itu, “Selama kami menggali kubur, tubuh Julaibib radhiallahu „anhu tidak memiliki alas kecuali kedua lengan Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam, hingga ia digalikan dan diletakkan di liang lahatnya.” Anas radhiallahu „anhu berkata kemudian, “Demi Allah! Tidak ada di tengah- tengah orang Anshar yang lebih banyak berinfak daripada janda Julaibib (setelah wafatnya Julaibib, jandanya menerima begitu banyak pampasan perang sebagai hadiah penghargaan, red). Kemudian, para tokoh pun berlomba melamar janda Julaibib …” Sungguh ini sesuai dengan firman Allah subhanahu wata‟ala, “Dan barangsiapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya serta takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, mereka itu adalah orang-orang yang mendapat kemenangan.” (An-Nur: 52). Nabi shallallahu „alaihi wasallam juga telah bersabda, sebagaimana dalam ash- Shahih, “Setiap umatku akan masuk surga kecuali yang enggan.” Para sahabat
  • 12. bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah yang enggan itu?” Beliau bersabda, “Barangsiapa taat kepadaku, maka ia masuk surga, dan barangsiapa mendurhakaiku berarti ia telah enggan.”
  • 13. Khalifah Umar Bin Khatab, Pemimpin Yang Penuh Tanggung Jawab 12 Juni 2012 pada 19:13 · Disimpan dalam . LIHAT SELURUH ARTIKEL, 4. Kisah Teladan, 4. Sahabat Rasululloh Khalifah Umar bin Khatab dikenal sebagai pemimpin yang sangat disayangi rakyatnya karena perhatian dan tanggungjawabnya yang luar biasa pada rakyatnya. Salah satu kebiasaannya adalah melakukan pengawasan langsung dan sendirian berkeliling kota mengawasi kehidupan rakyatnya. Inilah beberapa kisahnya. Pada suatu malam hartawan Abdurrahman bin Auf dipanggil oleh Khalifah Umar bin Khattab untuk diajak pergi ke pinggir kota Madinah. “Malam ini akan ada serombongan kafilah yang hendak bermalam di pinggir kota, dalam perjalanan pulang”, kata Khalifah Umar kepada Abdurrahman bin Auf. “Lalu apa masalahnya?” tanya Abdurrahman. “Kafilah ini akan membawa barang dagangan yang banyak, maka kita sebaiknya ikut menjaga keselamatan barang dari gangguan tangan-tangan usil. Jadi nanti malam kita bersama-sama harus mengawal mereka”, sahut sang Khalifah. Abdurahman dengan senang hati membantu dan siap mengorbankan jiwa raganya menemani tugas khalifah yang ia cintai ini. Demikianlah sang khalifah menjalankan tugasnya, turun tangan langsung untuk memastikan rakyatnya tidur dan hidup dengan tenang. Bahkan malam itu khalifah Umar mendesak Abdurahman untuk tidur sambil siaga sementara ia sendiri tetap terjaga hingga pagi hari. Khalifah Umar bin Khattab memang dikenal sebagai seorang pemimpin yang selalu melakukan perbuatan-perbuatan baik secara diam-diam. Orang yang ditolongnya sering tidak tahu, bahwa penolongnya adalah khalifah yang sangat mereka cintai.
  • 14. Pernah suatu malam Auza‟iy pernah „memergoki‟ Khalifah Umar masuk rumah seseorang. Ketika keesokan harinya Auza‟iy datang ke rumah itu, ternyata penghuninya seorang janda tua yang buta dan sedang menderita sakit. Janda itu mengatakan, bahwa tiap malam ada orang yang datang ke rumahnya untuk mengirim makanan dan obat-obatan. Tetapi janda tua itu tidak pernah tahu siapa orang tersebut! Padahal orang yang mengunjunginya tiap malam tersebut tak lain adalah adalah khalifah yang sangat ia kagumi selama ini. Pada suatu malam lainnya ketika Khalifah Umar berjalan-jalan di pinggir kota, tiba-tiba ia mendengar rintihan seorang wanita dari dalam sebuah kemah yang lusuh. Ternyata yang merintih itu seorang wanita yang akan melahirkan . Di sampingnya, duduk suaminya yang kebingungan. Maka pulanglah sang Khalifah ke rumahnya untuk membawa isterinya, Ummu Kalsum, untuk menolong wanita yang akan melahirkan anak itu. Tetapi wanita yang ditolongnya itu pun tidak tahu bahwa orang yang menolongnya dirinya adalah Khalifah Umar, Amirul Mukminin yang mereka cintai. Pada kisah lainnya, ketika sang Khalifah sedang ‟meronda‟, ia mendengar tangisan anak-anak dari sebuah rumah kumuh. Dari pinggiran jendela ia mendengar, sang ibu sedang berusaha menenangkan anaknya. Rupanya anaknya menangis karena kelaparan sementara sang ibu tidak memiliki apapun untuk dimasak malam itu. Sang ibupun berusaha menenangkan sang anak dengan berpura-pura merebus sesuatu yang tak lain adalah batu, agar anaknya tenang dan berharap anaknya tertidur karena kelelahan menunggu. Sambil merebus batu dan tanpa mengetahui kehadiran Khalifah Umar diluar jendela, sang ibupun bergumam mengenai betapa enaknya hidup khalifah negeri ini dibanding hidupnya yang serba susah. Khalifah Umar yang mendengar hal ini tak dapat menahan tangisnya, iapun pergi saat itu juga meninggalkan rumah itu. Malam itu juga ia menuju ke gudang makanan yang ada di kota, dan mengambil sekarung bahan makanan untuk diberikan kepada keluarga yang sedang kelaparan itu. Bahkan ia sendiri yang memanggul karung makanan itu dan tidak mengizinkan seorang pegawainya yang menemaninya untuk membantunya. Ia sendiri pula yang memasak makanan itu, kemudian menemani keluarga itu makan, dan bahkan masih sempat pula menghibur sang anak hingga tertidur sebelum ia pamit untuk pulang. Dan keluarga itu tak pernah tahu bahwa yang datang mempersiapkan makanan buat mereka malam itu adalah khalifah Umar bin Khatab ! Sumber : www.kebunhikmah.com dari berbagai sumber
  • 15. Apa Hikmah Kisah-kisah Dalam Al Qur‟an ? 10 Juli 2011 pada 20:43 · Disimpan dalam 06. Memahami Al Qur'an, 2. Hikmah, 4. Kisah Teladan Sebuah kisah yang baik akan mudah meresap ke dalam hati orang yang membaca atau mendengarnya, serta menanamkan kesan yang demikian mendalam. Bahkan pelajaran yang disampaikan melalui pemaparan kisah (narasi) lebih banyak faedahnya. Kisah-kisah umat terdahulu banyak termuat di dalam Al-Qur`an dan sebagiannya dalam hadits-hadits yang shahih dari Nabi Shalallahu „alaihi wasalam. Mengapa begitu banyak Allah Subhanahu Wa Ta‟ala mengungkap berbagai kejadian umat manusia sebelum kita?. Apa hikmah di balik itu semua? Dalam pembahasan ini digunakan rujukan dari uraian Al-‟Allamah Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‟Utsaimin dari Kitab Ushul Tafsir beliau dengan beberapa tambahan dari sumber lain. Wallahul Muwaffiq. Pengertian Kisah-kisah (Al-Qashash) Secara bahasa, kisah (al-qashash) artinya menelusuri jejak. Allah Subhanahu Wa Ta‟ala berfirman: “Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula.” (Al-Kahfi: 64) Yakni, keduanya menelusuri jejak yang tadi mereka berdua lalui. Firman Allah Subhanahu Wa Ta‟ala melalui lisan Ibunda Nabi Musa q:
  • 16. “Dan berkatalah ibu Musa kepada saudara Musa yang perempuan: „Ikutilah dia‟.” (Al-Qashash: 11) Artinya, ikutilah dia sampai engkau lihat siapa yang memungutnya. Al-Qashash artinya berita yang berturut-turut. Allah Subhanahu Wa Ta‟ala berfirman: “Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar.” (Ali „Imran: 62) Adapun Al-Qishshah (kisah) adalah al-amr (urusan), al-khabar (berita), dan al- sya`nu (perkara) serta al-haal (keadaan). Jadi Qashashul Qur`an adalah berita tentang keadaan umat-umat yang telah berlalu, nubuwat terdahulu dan berbagai peristiwa yang telah terjadi. Sedangkan menurut istilah, artinya menceritakan berita tentang kejadian- kejadian yang mempunyai beberapa tahapan, di mana sebagiannya mengikuti yang lain. Keutamaan Kisah-kisah Qur`ani Kisah-kisah Qur`ani adalah kisah yang paling benar/jujur, sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta‟ala: “Dan siapakah yang lebih benar perkataan (nya) daripada Allah.” (An-Nisa`: 87) Hal itu karena kesesuaiannya yang sempurna dengan kenyataan yang ada. Artinya, tidak ada perkataan yang lebih jujur dan benar daripada firman Allah Subhanahu Wa Ta‟ala. Kisah-kisah Qur`ani adalah kisah yang paling baik, sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta‟ala: “Kami menceriterakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al-Qur`an ini kepadamu.” (Yusuf: 3)
  • 17. Karena cakupannya terhadap kesempurnaan paling tinggi dalam balaghah (keindahan bahasa) dan keagungan makna. Bahkan kisah-kisah dalam Al- Qur`an merupakan kisah yang paling bermanfaat, sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta‟ala: “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang- orang yang mempunyai akal.” (Yusuf: 111) Karena kuatnya pengaruh kisah tersebut terhadap upaya perbaikan hati, akhlak, dan perbuatan. Jadi, kisah-kisah Qur`ani adalah kisah yang paling indah lafadznya (kalimatnya) dan paling indah pula maknanya. Beberapa Bentuk Kisah di dalam Al-Qur`an Kisah-kisah dalam Al-Qur`an ada tiga bentuk: Yang pertama, kisah para Nabi alaihi salam mendakwahi umatnya, mu‟jizat yang Allah Subhanahu Wa Ta‟ala berikan kepada mereka sebagai dukungan, sikap orang-orang yang menentang, dan tahap perkembangan dakwah serta akhir kesudahan orang-orang beriman dan orang-orang yang mendustakan. Misalnya kisah Nabi Shalallahu „alaihi wasalamuh, Hud, Shalih, Ibrahim, Luth, Musa dan Harun, serta „Isa dan Muhammad serta para nabi lainnya, alaihi salam. Yang kedua, kisah yang berkaitan dengan berbagai peristiwa yang telah berlalu atau tentang orang-orang yang tidak diketahui dengan pasti jati diri mereka. Seperti kisah ribuan orang yang keluar dari rumah-rumah mereka karena takut mati, kisah Thalut dan Jalut, dua putra Adam, para pemuda penghuni gua (Ashhabul Kahfi), Dzul Qurnain, Qarun, Ashhabus Sabti (Orang-orang Yang Melanggar Larangan di hari Sabtu), Ashhabul Ukhdud (Para Pembuat Parit), Ashhabul Fiil (Tentara Bergajah), dan lain-lain. Yang ketiga, kisah-kisah tentang berbagai peristiwa yang terjadi di masa Rasulullah Shalallahu „alaihi wasalam seperti kisah perang Badr dan Uhud dalam surat Ali „Imran, perang Hunain dalam surat At-Taubah, hijrah, Isra`, dan sebagainya.
  • 18. Beberapa Faedah Kisah-kisah dalam Al-Qur`an Kisah-kisah Al-Qur`an mengandung berbagai faedah yang utama, di antaranya: 1. Menjelaskan landasan dasar (asas) dakwah mengajak manusia kepada Allah Subhanahu Wa Ta‟ala, menerangkan tentang pokok-pokok (ushul) syariat yang dibawa masing-masing Nabi yang diutus Allah Subhanahu Wa Ta‟ala. Firman Allah Subhanahu Wa Ta‟ala: “Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya: „Bahwasanya tidak ada sesembahan yang haq melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku‟.” (Al-Anbiya`: 25) 2. Meneguhkan hati Rasulullah Shalallahu „alaihi wasalam dan hati umat beliau di atas ajaran (Dien) Allah Subhanahu Wa Ta‟ala, mengokohkan ketsiqahan (kepercayaan) kaum mukminin akan kemenangan al-haq dan tentaranya serta terhinanya kebatilan dan para pembelanya. Allah Subhanahu Wa Ta‟ala berfirman: “Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.” (Hud: 120) 3. Membenarkan para nabi sebelumnya, menghidupkan nama serta melestarikan jejak mereka. 4. Menonjolkan kebenaran/kejujuran Nabi Muhammad n dalam dakwahnya melalui berita yang beliau sampaikan tentang keadaan masa lalu seiring perjalanan masa dan generasi. 5. Menyingkap kedustaan Ahli Kitab dengan hujjah tentang keterangan dan petunjuk yang mereka sembunyikan serta tantangan kepada mereka dengan isi kitab mereka sendiri sebelum diubah. Misalnya firman Allah Subhanahu Wa Ta‟ala:
  • 19. “Semua makanan adalah halal bagi Bani Israil melainkan makanan yang diharamkan oleh Israil (Ya‟qub) untuk dirinya sendiri sebelum Taurat diturunkan. Katakanlah: „(Jika kamu mengatakan ada makanan yang diharamkan sebelum turun Taurat), maka bawalah Taurat itu, lalu bacalah dia jika kamu orang-orang yang benar‟.” (Ali „Imran: 93) 6. Kisah itu merupakan sebagian contoh tentang adab yang harus diperhatikan dan pelajaran-pelajarannya tertanam kuat di dalam jiwa. Firman Allah Subhanahu Wa Ta‟ala: “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang- orang yang mempunyai akal.” (Yusuf: 111) 7. Menjelaskan hikmah Allah Subhanahu Wa Ta‟ala berkaitan dengan hal-hal yang terkandung dalam kisah itu, sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta‟ala: “Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka beberapa kisah yang di dalamnya terdapat cegahan (dari kekafiran), itulah suatu hikmah yang sempurna maka peringatan-peringatan itu tiada berguna (bagi mereka).” (Al- Qamar: 4-5) 8. Menerangkan keadilan Allah Subhanahu Wa Ta‟ala dengan adanya hukuman yang ditimpakan kepada orang-orang yang mendustakan, sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta‟ala: “Dan Kami tidaklah menganiaya mereka, tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri, karena itu tiadalah bermanfaat sedikitpun kepada mereka sembahan-sembahan yang mereka seru selain Allah, di waktu adzab Rabbmu datang.” (Hud: 101) 9. Menerangkan karunia Allah Subhanahu Wa Ta‟ala dengan menyebutkan pahala yang dilimpahkan kepada orang yang beriman, sebagaimana firman- Nya: “Sesungguhnya Kami telah mengembuskan kepada mereka angin yang membawa batu-batu (yang menimpa mereka). Kecuali keluarga Luth. Mereka Kami selamatkan di waktu sebelum fajar menyingsing, sebagai nikmat dari Kami. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (Al-Qamar: 34-35)
  • 20. 10. Sebagai hiburan bagi Nabi Shalallahu „alaihi wasalam atas gangguan yang dilancarkan orang-orang yang mendustakan beliau, sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta‟ala: “Dan jika mereka mendustakan kamu, maka sesungguhnya orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan (rasul-rasulnya); kepada mereka telah datang rasul-rasulnya dengan membawa mukjizat yang nyata, zubur, dan kitab yang memberi penjelasan yang sempurna. Kemudian Aku adzab orang-orang yang kafir; maka (lihatlah) bagaimana (hebatnya) akibat kemurkaan-Ku.” (Fathir: 25-26) 11. Membangkitkan rasa antusias kaum mukminin terhadap keimanan dengan mendorong mereka agar teguh di atasnya serta meningkatkannya ketika mengetahui keberhasilan orang-orang beriman terdahulu serta kemenangan mereka yang diperintah berjihad. Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta‟ala: “Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman.” (Al- Anbiya`: 88) 12. Men-tahdzir (peringatan) orang-orang kafir agar tidak terus-menerus tenggelam dalam kekafirannya, sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta‟ala: “Maka apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi sehingga mereka dapat memerhatikan bagaimana kesudahan orang-orang yang sebelum mereka; Allah telah menimpakan kebinasaan atas mereka dan orang-orang kafir akan menerima (akibat-akibat) seperti itu.” (Muhammad: 10) 13. Mengakui keberadaan risalah Nabi Muhammad n, karena berita-berita tentang umat-umat sebelumnya tidak ada yang tahu kecuali Allah k, sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta‟ala: “Itu adalah di antara berita-berita penting tentang yang ghaib yang Kami wahyukan kepadamu (Muhammad); tidak pernah kamu mengetahuinya dan tidak (pula) kaummu sebelum ini.” (Hud: 49) Dan firman-Nya:
  • 21. “Belumkah sampai kepadamu berita orang-orang sebelum kamu (yaitu) kaum Nuh, „Ad, Tsamud, dan orang-orang sesudah mereka. Tidak ada yang mengetahui mereka selain Allah.” (Ibrahim: 9) 14. Di dalam kisah-kisah Qur`ani terdapat penjelasan tentang sunnatullah pada makhluk-Nya, baik secara individu, maupun kelompok. Sunnah itu berlaku pada orang-orang terdahulu dan yang datang kemudian, agar dijadikan pelajaran oleh orang-orang yang beriman. Oleh sebab itulah, kisah-kisah Qur`ani ini bukan semata-mata memaparkan sejarah umat manusia atau sosok tertentu. Tapi yang diuraikan adalah hal-hal yang memang dapat dijadikan pelajaran, nasihat, dan peringatan. Allah Subhanahu Wa Ta‟ala berfirman: “Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.” (Hud: 120) Wallahu a‟lam. Sumber : Faedah Kisah-kisah Qur‟ani (ditulis oleh: Al-Ustadz Abu Muhammad Harits, dalam majalah AsySyariah)
  • 22. Khalifah Abu Bakar radhiallahu‟anhu Menjadi Pelayan Nenek Buta 24 Desember 2009 pada 19:13 · Disimpan dalam . LIHAT SELURUH ARTIKEL, 4. Kisah Teladan, 4. Sahabat Rasululloh Pada masa Khulafa‟ur Rasyidin para sahabat Rasulullah Shalallahu „Alaihi Wasallam dan para tabi‟in berlomba-lomba berbuat kebaikan dengan membantu orang yang membutuhkan dan menolong orang yang teraniaya. Abu Bakar Ash-Shidiq radhiallahu‟anhu dan Umar bin Khatab radhiallahu‟anhu termasuk orang yang gigih berlomba-lomba dalam amal kebaikan yang mulia ini, yang pelakunya mendapatkan kebaikan besar di dunia dan banyak pahala di akhirat. Peristiwa ini terjadi pada masa Abu Bakar Ash-Shidiq radhiallahu‟anhu. Pada saat itu Umar mengamati apa yang dilakukan oleh Abu Bakar, lalu dia melakukan dua kali lipatnya karena ia bermaksud mendapatkan kebaikan dan mendahului Abu Bakar ke tingkat Surga tertinggi. Suatu hari Umar mengamati Abu Bakar Ash-Shidiq di waktu fajar. Sesuatu telah menarik perhatian Umar. Saat Abu Bakar pergi ke pinggiran kota Madinah setelah shalat Subuh. Abu Bakar mendatangi sebuah gubuk kecil untuk beberapa saat, lalu dia pulang kembali ke rumahnya. Umar tidak mengetahui apa yang ada di dalam gubuk itu dan apa yang dilakukan oleh Abu Bakar di sana. Umar mengetahui seluruh kebaikan yang dilakukan oleh Abu Bakar, kecuali rahasia urusan gubuk itu. Hari-hari terus berjalan. Abu Bakar Ash-Shidiq tetap mengunjungi gubuk kecil di pinggiran kota itu. Umar tetap belum mengetahui apa yang dilakukan oleh Abu Bakar di sana. Sampai akhirnya Umar memutuskan untuk masuk ke dalam gubuk itu sesaat setelah Abu Bakar meninggalkannya. Umar ingin melihat apa yang ada di dalam gubuk itu dengan matanya sendiri. Dia ingin mengetahui apa yang dilakukan oleh sahabatnya disitu. Manakala Umar masuk ke dalam gubuk kecil itu, Umar mendapakan seorang nenek tua yang lemah tanpa bisa bergerak. Nenek itu juga buta kedua matanya. Tidak ada sesuatu pun di dalam gubuk kecil itu. Umar tercengang dengan yang dilihatnya. Dia ingin mengetahui ada hubungan apa nenek tua ini dengan Abu Bakar radhiallahu‟anhu.
  • 23. Umar bertanya, “Apa yang dilakukan laki-laki itu (Abu Bakar) di sini?”. Nenek tua itu menjawab, “Demi Allah, aku tidak mengenalnya, wahai anakku. Setiap pagi dia datang, membersihkan rumahku ini dan menyapunya. Dia menyiapkan makan untukku. Kemudian dia pergi tanpa berbicara apapun denganku” Umar menekuk kedua lututnya, kedua matanya basah oleh air mata. Kemudian ia mengucapkan kalimatnya yang masyhur, “Wahai Abu Bakar, sungguh engkau telah membuat lelah para khalifah sesudahmu” (maksudnya, khalifah berikutnya sesudah kekhalifahan Abu Bakar harus bekerja lebih keras agar mampu menandingi kualitas kekhalifahan Abu Bakar). Diambil dari “Mausu‟ah Qishashis Salaf”, edisi bahasa Indonesia “Ensklopedi Kisah Generasi Salaf” karya Ahmad Salim Baduwailan, penerbit Elba
  • 24. Cara Para Ulama Terdahulu Dalam Memanfaatkan Waktu 24 Agustus 2009 pada 18:41 · Disimpan dalam . LIHAT SELURUH ARTIKEL, 4. Kisah Teladan Nikmat waktu adalah nikmat yang sangat besar, akan tetapi banyak orang yang menyia-nyiakannya dengan menghabiskan untuk keperluan yang kurang penting atau bahkan sia-sia. Menyia-nyiakan waktu sangat bertolakbelakang dengan memanfaatkan detik demi detik yang dilakukan para ulama soleh terdahulu, seperti contoh berikut ini. Ibnu Mas‟ud Beliau salah seorang shahabat Nabi yang mulia, beliau pernah berkata, “Aku belum pernah menyesali sesuatu seperti halnya aku menyesali tenggelamnya matahari, dimana usiaku berkurang, namun amal perbuatanku tidak juga bertambah” Amir bin Abdi Qais Beliau seorang tabi‟in yang zuhud. Ada seorang pria berkata kepadanya, “Mari berbincang-bincang denganku”. Amir bin Abdi Qais menjawab, “Tahanlah matahari (Cobalah hentikan perputaran matahari), jangan biarkan ia berputar, baru aku akan berbincang-bincang denganmu. Karena sesungguhnya waktu ini senantiasa merayap dan bergerak maju, dan setelah berlalu ia tak akan kembali lagi. Maka kerugian akibat tak memanfaatkan waktu adalah jenis kerugian yang tidak dapat diganti atau dicarikan kompensasinya. Karena setiap waktu membutuhkan amal perbuatan sebagai isinya” Hammad bin Salamah (91 H – 167 H) Musa bin Isma‟il At-Tabudzaki pernah menuturkan, “Kalau aku mengatakan kepada kalian bahwa Hammad bin Salamah tak pernah tertawa, niscaya aku tidak berdusta. Beliau itu memang orang yang sangat sibuk. Kegiatannya hanya meriwayatkan hadits, membaca, bertasbih atau shalat. Beliau membagi-bagi waktu siangnya hanya untuk itu saja” Muridnya sendiri, Abdurrahman bin Mahdi, pernah menuturkan, “Kalau ada orang yang berkata kepada Hammad bin Salamah, “Engkau akan meninggal besok”, niscaya beliau tidak akan mampu lagi untuk menambah sedikitpun dalam amalnya” (maksudnya, ia pasti segera memaksimalkan amalnya di detik- detik terakhir hidupnya, red). Yunus bin Al-Mu‟addab menegaskan, “Hammad bin Salamah meninggal dunia saat beliau shalat”. Semoga Allah melimpahkan rahmat kepadanya
  • 25. Muhammad bin Suhnun (202 H-256 H) Al-Maliki menuturkan, “Suatu hari Muhammad bin Suhnun sedang sibuk menulis buku di malam hari. Datanglah saat santap malam. Ia memiliki budak sariyyah, yang meminta ijin masuk kamarnya, namun Muhammad menjawab, „Saya sedang sibuk”. Karena terlalu lama menunggu, maka sang budak menyuapkan makanan itu ke mulut beliau sampai beliau mengunyahnya. Hal itu berlangsung lama, dan beliau tetap dalam kondisi demikian. Ketika datang waktu subuh, Muhammad berkata, “Maaf, aku sangat sibuk sehingga melupakanmu tadi malam.Tolong berikan makanan yang engkau tawarkan tadi malam!” Tuanku, demi Allah, aku sudah menyuapkannya ke mulutmu”, ujar budak itu heran. “Sungguh aku tidak menyadarinya”, jawab Muhammad dengan heran. Ibnul Khayyath An-Nahwi (Wafat tahun 320) Konon beliau belajar di sepanjang waktu, hingga saat beliau sedang berada di jalanan. Sehingga terkadang beliau terjatuh ke selokan atau tertabrak binatang. Al-Hakim (Wafat 334 H) Abu Abdillah bin Al-Hakim Asy-Syahid, putra beliau menuturkan tentang Bapaknya, “Beliau adalah orang yang gemar berpuasa Senin dan Kamis, dan tidak pernah meninggalkan shalat malam saat bepergian dan saat tidak bepergian. Bila duduk, maka pena, buku dan tinta selalu berada ditangannya. Beliau adalah menteri pembantu Sulthan. Ia bisa memberikan izin bertemu Sulthan bila orang itu belum mendapatkan izin. Kemudian beliau sibuk menyusun tulisan ilmiah. Bila sudah demikian, maka orang yang masuk menemuinya pasti hanya berdiri saja. Hal itu dikeluhkan oleh Abul Abbas bin Hammuyah, „Kami biasa masuk menemui beliau, tapi beliau tidak menyapa kami sedikitpun. Beliau hanya mengambil pena dengan tangannya sendiri, dan membiarkan kami berdiri di pojok rumahnya‟.” Begitulah sebagian potret kehidupan ulama dalam memanfaatkan waktu, bagaimana dengan kita? Sumber (kutipan/ringkasan) : „Sungguh Mengagumkan Manajemen Waktu Para Ulama‟, Syaikh Abdul Fattah. Penerbit: Zam-Zam
  • 26. Kisah Syukur Nikmat Dan Ingkar Nikmat 10 Agustus 2009 pada 22:50 · Disimpan dalam . LIHAT SELURUH ARTIKEL, 3. Sabar dan Syukur, 4. Kisah Teladan Nabi shalallahu „alaihi wasallam pernah menceritakan (artinya): “Ada tiga orang dari Bani Israil menderita penyakit belang, botak, dan buta. Allah hendak menguji mereka, maka Allah pun utus kepada mereka Malaikat. Malaikat itu datang kepada si belang dan bertanya: Apakah yang paling kamu dambakan? Si belang menjawab: Saya mendambakan paras yang tampan dan kulit yang bagus serta hilang penyakit yang menjadikan orang-orang jijik kepadaku. Malaikat itu pun mengusap si belang, maka hilanglah penyakit yang menjijikkannya itu, bahkan ia diberi paras yang tampan. Malaikat itu bertanya lagi: Harta apakah yang paling kamu senangi? Si belang menjawab: Unta. Kemudian ia diberi unta yang bunting sepuluh bulan. Dan malaikat tadi berkata: Semoga Allah memberi barakah atas apa yang kamu dapatkan ini. Kemudian Malaikat itu datang kepada si botak dan bertanya: Apakah yang paling kamu dambakan? Si botak menjawab: Saya mendambakan rambut yang bagus dan hilangnya penyakit yang menjadikan orang-orang jijik kepadaku ini. Malaikat itu pun mengusap si botak, maka hilanglah penyakitnya itu, serta diberilah ia rambut yang bagus. Malaikat itu bertanya lagi: Harta apakah yang paling kamu senangi? Si botak menjawab: Sapi. Kemudian ia diberi sapi yang bunting. Dan malaikat tadi berkata: Semoga Allah memberi barakah atas apa yang kamu dapatkan ini. Kemudian Malaikat itu datang kepada si buta dan bertanya: Apakah yang paling kamu dambakan? Si buta menjawab: Saya mendambakan agar Allah mengembalikan penglihatanku sehingga aku dapat melihat. Malaikat itu pun mengusap si buta, dan Allah mengembalikan penglihatannya. Malaikat itu bertanya lagi: Harta apakah yang paling kamu senangi? Si buta menjawab: Kambing. Kemudian ia diberi kambing yang bunting. Selang beberapa waktu kemudian, unta, sapi, dan kambing tersebut berkembang biak yang akhirnya si belang tadi memiliki unta yang memenuhi suatu lembah, demikian juga dengan si botak dan si buta, masing-masing memiliki sapi dan kambing yang memenuhi suatu lembah. Kemudian Malaikat tadi datang kepada si belang dengan menyerupai orang yang berpenyakit belang seperti keadaan si belang waktu itu, dan berkata: Saya adalah orang miskin yang kehabisan bekal di tengah perjalanan. Sampai hari ini
  • 27. tidak ada yang mau memberi pertolongan kecuali Allah kemudian engkau. Saya meminta kepadamu -dengan menyebut Dzat Yang telah memberi engkau paras yang tampan dan kulit yang bagus serta harta kekayaan- seekor unta untuk bekal dalam perjalanan saya. Si belang berkata: Hak-hak yang harus saya berikan masih banyak. Malaikat itu berkata: Kalau tidak salah saya sudah mengenalimu. Bukankah kamu dahulu orang yang berpenyakit belang sehingga orang lain merasa jijik kepadamu? Bukankah kamu dahulu orang yang miskin kemudian Allah memberi kekayaan kepadamu? Si belang berkata: Harta kekayaanku ini adalah warisan dari nenek moyangku. Malaikat itu berkata: Jika kamu berdusta, semoga Allah mengembalikanmu seperti keadaan semula. Kemudian Malaikat itu datang kepada si botak seperti keadaan si botak waktu itu. Dan berkata kepadanya seperti apa yang dikatakan kepada si belang. Si botak juga menjawab seperti jawaban si belang tadi. Kemudian Malaikat tadi berkata: Jika kamu berdusta, semoga Allah ? mengembalikanmu seperti keadaan semula. Kemudian Malaikat tadi mendatangi si buta dengan menyerupai orang buta seperti keadaan si buta waktu itu dan berkata: Saya adalah orang miskin yang kehabisan bekal di tengah perjalanan. Sampai hari ini tidak ada yang mau memberi pertolongan kecuali Allah ? kemudian engkau. Saya meminta kepadamu -dengan menyebut Dzat Yang telah mengembalikan penglihatanmu- seekor kambing untuk bekal dalam perjalanan saya. Si buta berkata: Saya dahulu adalah orang yang buta kemudian Allah mengembalikan penglihatan saya. Maka ambillah apa yang kamu inginkan dan tinggalkanlah apa yang tidak kamu senangi. Demi Allah, sekarang saya tidak akan memberatkan sesuatu kepadamu yang kamu ambil karena Allah Yang Maha Mulia. Malaikat itu berkata: Peliharalah harta kekayaanmu, sebenarnya kamu itu diuji dan Allah telah ridha kepadamu dan murka kepada kedua temanmu (si belang dan si botak).” (HR. Al Bukhari dan Muslim, hadits ini juga disebutkan oleh Al Imam An Nawawi dalam Riyadhush Shalihin hadits no. 65) Di dalam sabda Nabi shalallahu „alaihi wasallam yang mulia tersebut banyak terkandung faedah dan pelajaran beharga bagi kaum muslimin. Tidaklah Rasulullah menceritakan kisah kejadian umat terdahulu melainkan untuk menjadi pelajaran bagi umat yang datang setelahnya. “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pelajaran bagi orang- orang yang mempunyai akal.” (Yusuf: 111)
  • 28. Syukur Nikmat, Sebab Dibukanya Pintu Barakah Dalam hadits tersebut kita melihat bagaimana si buta ketika dia bersyukur kepada Allah subhanahu wata‟ala. Dia menegaskan bahwa kenikmatan berupa disembuhkannya dia dari kebutaan dan diberinya harta kekayaan itu datangnya dari Allah subhanahu wata‟ala. Kemudian dia menginfakkan hartanya tersebut untuk membantu saudaranya yang membutuhkan. Maka Allah subhanahu wata‟ala pun berikan barakah kepadanya dengan ditetapkannya harta tersebut kepadanya dan dia pun mendapatkan ridha Allah subhanahu wata‟ala. Dari sini kita bisa mengambil faedah bahwasanya syukur nikmat merupakan sebab ditetapkan bahkan ditambahkannya kenikmatan tersebut. Allah subhanahu wata‟ala berfirman (artinya): “Jika kalian bersyukur, pasti Aku (Allah) akan tambah (kenikmatan) untuk kalian, dan jika kalian ingkar, sesunggahnya adzab-Ku sangatlah pedih.” (Ibrahim: 7) Mengingkari Nikmat Berpotensi Mendapatkan Murka Allah Subhanahu wa Ta‟ala Berbeda dengan si buta, si belang dan si botak justru mengingkari nikmat yang Allah subhanahu wata‟ala berikan kepada mereka itu dengan menyatakan: Harta kekayaanku ini adalah warisan dari nenek moyangku. Mereka mengingkari bahwa harta yang mereka miliki itu merupakan pemberian dari Allah subhanahu wata‟ala. Lebih dari itu mereka enggan untuk menginfakkan hartanya untuk membantu saudaranya yang membutuhkan. Maka mereka pun mendapatkan do‟a kejelekan dari Malaikat dan mendapatkan murka dari Allah subhanahu wata‟ala. Demikianlah, barangsiapa yang tidak mau bersyukur kepada Allah subhanahu wata‟ala dan menyombongkan diri bahwa harta yang dimilikinya itu merupakan hasil usahanya sendiri dan bukan pemberian Allah subhanahu wata‟ala, maka Allah subhanahu wata‟ala mengancamnya dengan adzab yang pedih. Ingatkah anda akan perkataan Qarun yang diabadikan di dalam Al Qur‟an (artinya): “Sesungguhnya aku diberi harta itu karena ilmu yang ada padaku.” (Al Qashash: 78) Apa yang terjadi kemudian? Allah subhanahu wata‟ala tenggelamkan dia beserta hartanya ke perut bumi. Allah subhanahu wata‟ala berfirman (artinya):
  • 29. “Maka Kami membenamkan Qarun beserta rumahnya ke dalam bumi.” (Al Qashash: 81) Anjuran Bershadaqah Hadits tersebut juga menunjukkan kepada kita tentang anjuran untuk bershadaqah. Tidaklah harta itu berkurang karena shadaqah, dan tidaklah orang kaya itu menjadi miskin karena dia rajin bershadaqah. Rasulullah shalallahu „alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah shadaqah itu mengurangi harta.” (HR. Muslim) Justru dengan bershadaqah, harta seseorang akan semakin bertambah, barakahnya maupun jumlah harta itu sendiri. Allah subhanahu wata‟ala berfirman (artinya): “Dan apa saja yang kamu infakkan, maka Dia (Allah) akan menggantinya dan Dialah sebaik-baik pemberi rizki.” (Saba‟: 39) Peringatan dari Perbuatan Kikir Sifat kikir yang ditunjukkan oleh si belang dan si botak tersebut justru berakibat buruk bagi diri mereka sendiri. Allah subhanahu wata‟ala murka kepada mereka. Orang-orang seperti inilah yang Allah subhanahu wata‟ala nyatakan dalam Al Qur‟an (artinya): “Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri. (Yaitu) orang-orang yang kikir dan menyuruh orang untuk berbuat kikir dan menyembunyikan karunia Allah yang diberikan kepada mereka.” (An Nisa‟: 36-37) Allah subhanahu wata‟ala berfirman (artinya): “Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya dijalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka dengan adzab yang pedih.” (At Taubah: 34) Rasulullah shalallahu „alaihi wasallam bersabda: “Dan hati-hatilah kalian dari kikir, karena kekikiran itu telah membinasakan orang-orang sebelum kalian.” (HR. Muslim) Demikianlah beberapa faedah yang terkandung dalam hadits ini. Semoga Allah Subhanahu wa Ta‟ala menjadikan kita semua sebagai hamba-Nya yang bisa mengambil pelajaran darinya. Amin, Ya Rabbal „Alamin.
  • 30. (Diringkas dari sumber aslinya http://akhwat.web.id/muslimah-salafiyah/akhlak-adab/syukur- nikmat-sebab-dibukanya-pintu-pintu-barakah/)
  • 31. Pengabdian Istri Seorang Pencari Kayu Bakar 30 Juni 2009 pada 17:00 · Disimpan dalam . LIHAT SELURUH ARTIKEL, 4. Kisah Teladan, 4. Muslimah Teladan Renungkanlah … semoga Allah menjagamu, kisah seorang wanita, istri seorang pencari kayu bakar… Ia bercerita: “Jika suamiku kerja mencari kayu ke gunung aku ikut merasakan kesulitan yang ia temui dalam mencari rezki, dan aku turut merasakan hausnya yang sangat di gunung hingga hampir-hampir tenggorokanku terbakar. Maka aku persiapkan untuknya air yang dingin agar ia dapat meminumnya jika ia datang. Aku menata dan merapikan rumah dan aku persiapkan hidangan makan untuknya. Kemudian aku berdiri menantinya dengan mengenakan pakaianku yang paling bagus. Ketika ia masuk ke dalam rumah, aku menyambutnya sebagaimana pengantin menyambut kekasihnya yang dicintai, dalam keadaan aku pasrahkan diriku padanya… Jika ia ingin beristirahat maka aku membantunya dan jika ia menginginkan diriku aku pun berada di antara kedua tangannya seperti anak perempuan kecil yang dimainkan oleh ayahnya.” Sumber : dinukil dari kisah yang dikutip dalam tulisan “Sepuluh Wasiat untuk Istri yang Mendambakan “Keluarga Bahagia tanpa Problema” Penulis: Mazin bin Abdul Karim Al Farih
  • 32. eladan Istri Yang Berusaha Memahami Suami 30 Juni 2009 pada 16:42 · Disimpan dalam . LIHAT SELURUH ARTIKEL, 4. Kisah Teladan, 4. Muslimah Teladan Hendaknya seorang istri berupaya memahami suaminya. Ia tahu apa yang disukai suami hingga ia berusaha memenuhinya. Dan ia tahu apa yang dibenci suami hingga ia berupaya untuk menjauhinya, dengan catatan selama tidak dalam perkara maksiat kepada Allah. Berikut ini dengarkanlah kisah seorang istri yang bijaksana yang berupaya memahami suaminya. Berkata sang suami kepada temannya: “Selama dua puluh tahun hidup bersama belum pernah aku melihat dari istriku perkara yang dapat membuatku marah.” Maka berkata temannya dengan heran: “Bagaimana hal itu bisa terjadi.” Berkata sang suami: “Pada malam pertama aku masuk menemui istriku, aku mendekat padanya dan aku hendak menggapainya dengan tanganku, maka ia berkata: „Jangan tergesa- gesa wahai Abu Umayyah.‟ Lalu ia berkata: „Segala puji bagi Allah dan shalawat atas Rasulullah… Aku adalah wanita asing, aku tidak tahu tentang akhlakmu, maka terangkanlah kepadaku apa yang engkau sukai niscaya aku akan melakukannya dan apa yang engkau tidak sukai niscaya aku akan meninggalkannya.‟ Kemudian ia berkata: „Aku ucapkan perkataaan ini dan aku mohon ampun kepada Allah untuk diriku dan dirimu.‟” Berkata sang suami kepada temannya: “Demi Allah, ia mengharuskan aku untuk berkhutbah pada kesempatan tersebut. Maka aku katakan: „Segala puji bagi Allah dan aku mengucapkan shalawat dan salam atas Nabi dan keluarganya. Sungguh engkau telah mengucapkan suatu kalimat yang bila engkau tetap berpegang padanya, maka itu adalah kebahagiaan untukmu dan jika engkau tinggalkan (tidak
  • 33. melaksanakannya) jadilah itu sebagai bukti untuk menyalahkanmu. Aku menyukai ini dan itu, dan aku benci ini dan itu. Apa yang engkau lihat dari kebaikan maka sebarkanlah dan apa yang engkau lihat dari kejelekkan tutupilah.‟ Istriku berkata: „Apakah engkau suka bila aku mengunjungi keluargaku?‟ Aku menjawab: „Aku tidak suka kerabat istriku bosan terhadapku‟ (yakni si suami tidak menginginkan istrinya sering berkunjung). Ia berkata lagi: „Siapa di antara tetanggamu yang engkau suka untuk masuk ke rumahmu maka aku akan izinkan ia masuk? Dan siapa yang engkau tidak sukai maka akupun tidak menyukainya?‟ Aku katakan: „Bani Fulan yang sebelah situ adalah kaum yang shaleh dan Bani Fulan yang sebelah sana adalah kaum yang jelek.‟” Berkata sang suami kepada temannya: “Lalu aku melewati malam yang paling indah bersamanya. Dan aku hidup bersamanya selama setahun dalam keadaan tidak pernah aku melihat kecuali apa yang aku sukai. Suatu ketika di permulaan tahun, tatkala aku pulang dari tempat kerjaku, aku dapatkan ibu mertuaku ada di rumahku. Lalu ibu mertuaku berkata kepadaku: „Bagaimana pendapatmu tentang istrimu?‟” Aku jawab: “Ia sebaik-baik istri.” Ibu mertuaku berkata: “Wahai Abu Umayyah.. Demi Allah, tidak ada yang dimiliki para suami di rumah-rumah mereka yang lebih jelek daripada istri penentang (lancang). Maka didiklah dan perbaikilah akhlaknya sesuai dengan kehendakmu.” Berkata sang suami: “Maka ia tinggal bersamaku selama dua puluh tahun, belum pernah aku mengingkari perbuatannya sedikitpun kecuali sekali, itupun karena aku berbuat dhalim padanya.” Alangkah bahagia kehidupannya…! Demi Allah, aku (penulis kisah, red) tidak tahu apakah kekagumanku tertuju pada istri tersebut dan kecerdasan yang dimilikinya? Ataukah tertuju pada sang ibu dan pendidikan yang diberikan untuk putrinya? Ataukah terhadap sang suami dan hikmah yang dimilikinya?
  • 34. Itu adalah keutamaan Allah yang diberikannya kepada siapa yang Dia kehendaki. (Dikutip sebagian dari buku berjudul “Rumah Tangga Tanpa Problema; bab Sepuluh Wasiat untuk Istri yang Mendambakan Keluarga Bahagia tanpa Problema”, karya Mazin bin Abdul Karim Al Farihhal. Penerjemah: Ummu Ishâq Zulfâ bintu Husein)
  • 35. Kisah Sedekah Yang Salah Alamat 27 Mei 2009 pada 10:21 · Disimpan dalam . LIHAT SELURUH ARTIKEL, 10. Keutamaan Sedekah, 4. Kisah Teladan Suatu ketika, Rasulullah Shalallhu „Alaihi Wasallam, seperti yang kerap beliau lakukan, berbincang-bincang dengan para sahabat di serambi Masjid Nabawi, Madinah. Selepas berbagi sapa dengan mereka, beliau Shalallhu „Alaihi Wasallam berkata kepada mereka, “Suatu saat ada seorang pria berkata kepada dirinya sendiri, „Malam ini aku akan bersedekah!‟ Dan, benar, malam itu juga dia memberikan sedekah kepada seorang perempuan yang tak dikenalnya. Ternyata, perempuan itu seorang pezina. Sehingga, kejadian itu menjadi perbincangan khalayak ramai. “Akhirnya, kabar tersebut sampai juga kepada pria itu. Mendengar kabar yang demikian, pria itu bergumam, „Ya Allah! Segala puji hanya bagi-Mu.Ternyata, sedekahku jatuh ke tangan seorang pezina. Karena itu, aku akan bersedekah lagi!‟ “Maka, pria itu kemudian mencari seseorang yang menurutnya layak menerima sedekah. Ternyata, penerima sedekah itu, tanpa diketahuinya, adalah orang kaya. Sehingga, kejadian itu lagi-lagi menjadi perbincangan khalayak ramai, lalu sampai juga kepada pria yang bersedekah itu. “Mendengar kabar yang demikian, pria itu pun bergumam,‟Ya Allah! Segala puji hanya bagi-Mu. Ternyata, sedekahku itu jatuh ke tangan orang kaya. Karena itu, aku akan bersedekah lagi!‟ Maka, dia kemudian, dengan cermat, mencari seseorang yang menurutnya layak menerima sedekah. Ternyata, penerima sedekah yang ketiga, tanpa diketahui- nya, adalah seorang pencuri. Tak lama berselang, kejadian itu menjadi perbincangan khalayak ramai, dan kabar itu sampai kepada pria yang bersedekah itu. Mendengar kabar demikian, pria itu pun mengeluh, „Ya Allah! Segala puji ha- nya bagi-Mu! Ya Allah, sedekahku ternyata jatuh ke tangan orang-orang yang tak kuduga: pezina, orang kaya, dan pencuri!‟ “Pria itu kemudian didatangi (malaikat utusan Allah) yang berkata, “Sedekahmu telah diterima Allah. Bisa jadi pezina itu akan berhenti berzina karena menerima sedekah itu. Bisa jadi pula orang kaya itu mendapat pelajaran
  • 36. karena sedekah itu, lalu dia menyedekahkan sebagian rezeki yang dikaruniakan Allah kepadanya. Dan, bisa jadi pencuri itu berhenti mencuri selepas menerima sedekah itu.” (Diceritakan kembali dari sebuah hadis yang dituturkan oleh Muslim dari Abu Hurairah dalam Teladan Indah Rasullulah dalam ibadah, Ahmad Rofi „Usmani)
  • 37. Surat Abi buat Annisa 23 Mei 2009 pada 17:25 · Disimpan dalam . LIHAT SELURUH ARTIKEL, 4. Kisah Teladan, 5. Kisah Muallaf Annisa anakku, Saat Abi menulis surat ini, Abi tak tahu apakah kelak kamu akan membacanya atau tidak. Sengaja Abi tuliskan hal ini karena Abi yakin bahwa diantara manusia yang banyak ada orang-orang yang akan dapat mengambil pelajaran dari kita. Walaupun pilihan Allah terhadap kita sudah jelas, tetap saja Abi berharap semoga Allah menjauhkan kita dari sifat sombong dan takabur. Ketika Abi memutuskan untuk membantu kerja nabi kita, Abi menyadari bahwa cepat atau lambat kamu akan mendapatkan bahwa Abi tidak cukup punya waktu untuk membantumu belajar, bermain atau bersenda gurau sebagaimana yang dulu pernah kita lakukan. Selepas itu barangkali orang yang tidak tahu akan menyangka bahwa Abi adalah orang yang tidak peduli lagi dengan keluarganya sendiri. Dalam keadaan seperti ini, Abi tetap merasa bahwa kamu tahu betapa Abi sayang padamu. Ketika Abi mengurusmu, Abi tidak tahu apakah Abi termasuk orang tua yang tegar atau tidak. Saat kamu demam, Abi takut Allah segera memanggilmu pulang ke haribaan-Nya. Selepas berdoa untuk kesembuhanmu, Abi justru merasa malu karena tak kuasa membendung air mata yang gugur. Pada banyak hari yang telah lalu kamu dapati bahwa Abi belum pulang saat kantuk menguasaimu. Dan ketika kamu bangun, kita pun hanya punya sedikit masa untuk buat persiapan, yakni saat Abi pergi kerja dan kamu pergi ke sekolah. Kalau saja bukan karena Ummi yang sering mendesak Abi dengan „ancamannya‟ barangkali Abi tidak punya waktu meskipun satu malam untuk berbual denganmu. Maafkan Abi bila sampai saat ini Abi tidak memberimu waktu lapang sebagaimana kebanyakan anak sebayamu mendapatkannya. Bila Abi tidak sedang keluar di tempat lain atau di negeri lain, kamu dapati Abi sibuk dengan urusan dakwah di kampung kita atau sekitarnya. Meskipun demikian Ummi biasanya tahu kemana Abi pergi. Barangkali kamu menyangka bahwa Abi terlalu keras dalam mendidikmu lewat Ummi. Sebagaimana saudara2-mu yang lain, kamu harus cukup merasa puas dengan cerita kawan2-mu di sekolah tentang tayangan televisi kegemaran anak2
  • 38. sebayamu. Kamu juga belajar merasa puas dengan sedikitnya bekal ketika sekolah. Akan tetapi barangkali inilah yang terbaik yang dapat Abi berikan untuk menjadikanmu tegar dan mandiri pada satu hari nanti dengan ijin Allah. Abi yakin bahwa Allah selalu menepati janji-Nya. Dia terlalu agung untuk mengingkari janji2-Nya sendiri. Dia robb kita yang maha pemelihara, maha kaya lagi maha memberi. Dan bila Abi memutuskan bahwa dakwah adalah kerja utama kita, itupun karena Abi yakin dengan ketetapan-Nya yang sempurna. Dan bila abi tetap bekerja sebagai buruh, itupun karena Abi yakin bahwa dengan cara inilah dakwah boleh diusahakan mengikuti kemampuan kita. Allah „menghantar‟ kita ke tempat kita tinggal saat ini sebagaimana Dia mengutus nabi dan rasul-Nya kepada kaumnya. Barangkali kamu memendam banyak cerita tentang kesulitan yang timbul di dalam keluarga kita akibat kerja ini. Barangkali juga kamu merekam banyak kejadian yang menyedihkanmu karena bertambahnya kesibukan yang berhubungan dengan dakwah. Namun demikian, hendaknya kamu selalu ingat bahwa Allah swt selalu memberikan kesusahan kepada orang2 yang dicintai- Nya. Dengannya Allah swt menurunkan sifat2 yang bila seseorang memilikinya maka dapat dipastikan bahwa Allah bersamanya. Bukankah Allah bersama orang yang sabar, Allah bersama orang yang takwa, Allah bersama orang yang ikhlas? Sifat2 seperti inilah yang Dia hendak turunkan kepada kita dan para da‟i-Nya di seluruh alam. Pagi ini, setelah pulang dari mengantarkanmu ke madrasah hafidzah selama 7 hari di tempat yang jauh, Abi berkesempatan meneleponmu. Sungguh, dari suaramu Abi tidak lagi khawatir akan kebaikanmu. Kamu tertawa bersama kawan2-mu yang ikut „nimbrung‟ di telepon. Kamu telah mendapatkan tempat yang cocok untuk masa depanmu. Semua ini adalah karunia dari Allah yang maha pengasih dan maha penyayang. Annisa, jaga dirimu baik2 nak. Abi tidak melupakan kerja besar yang telah kamu buat beberapa tahun yang lalu atas Son Lie, kawan sebayamu, justru pada saat Abi tidak bersamamu. Abi tidak tahu hikmah yang bagaimana yang telah Allah berikan kepadamu sehingga dalam beberapa bulan saja Son Lie beserta mamah-papahnya (yang datang dari Beijing) dapat memeluk Islam dengan bantuan tanganmu. Kamu belum lagi akil baligh, namun Allah telah memberimu satu cahaya yang dapat menerangi orang yang ada dalam kegelapan. Abi bersyukur kepada Allah atas karunia ini. Abi bangga memilikimu, nak.
  • 39. Maka bila kamu susah, janganlah kamu mengadukannya kepada siapapun sebelum kamu datang kepada Allah. Bila kamu sakit, janganlah kamu berobat sebelum kamu „menanyakan‟ sakitmu kepada robb-mu. Bila kamu dalam kekurangan, perbaikilah amal2-mu, dengan demikian Allah akan mencukupkanmu bahkan melebihkanmu dengan apa saja yang disukai-Nya bagimu. Selalulah berdoa agar Allah melimpahkan kekuatan dan bantuan-Nya bagi Abi dalam menolong agama-Nya. Insya Allah Abi terus belajar dalam mengikuti contoh teladan kita, nabi Muhammad saw. Doakan juga kebaikan bagi Ummi. Semoga Allah mencatatmu sebagai anak yang berbakti kepada kedua orangtuamu hingga Dia sendiri ridho kepadamu dan ridho kepada Abi dan Ummi, orangtuamu. Subhanallah. Wassalam, Abi dan Ummi Pattaya, 10/06/2003
  • 40. Sandal Jepit Istriku 20 Mei 2009 pada 13:10 · Disimpan dalam . LIHAT SELURUH ARTIKEL, 2. Membina Keluarga Muslim, 4. Kisah Teladan, 4. Muslimah Teladan Selera makanku mendadak punah. Hanya ada rasa kesal dan jengkel yang memenuhi kepala ini. Duh, betapa tidak gemas, dalam keadaan lapar memuncak seperti ini, makanan yang tersedia tak ada yang memuaskan lidah. Sayur sop rasanya manis bak kolak pisang, sedang perkedelnya asin tak ketulungan. “Ummi… Ummi, kapan kamu dapat memasak dengan benar? Selalu saja, kalau tak keasinan, kemanisan, kalau tak keaseman, ya kepedesan!” Ya, aku tak bisa menahan emosi untuk tak menggerutu. “Sabar Bi, Rasulullah juga sabar terhadap masakan Aisyah dan Khodijah. Katanya mau kayak Rasul? Ucap isteriku kalem. “Iya. Tapi Abi kan manusia biasa. Abi belum bisa sabar seperti Rasul. Abi tak tahan kalau makan terus menerus seperti ini!” Jawabku masih dengan nada tinggi. Mendengar ucapanku yang bernada emosi, kulihat isteriku menundukkan kepala dalam-dalam. Kalau sudah begitu, aku yakin pasti air matanya merebak. ******* Sepekan sudah aku ke luar kota. Dan tentu, ketika pulang benak ini penuh dengan jumput-jumput harapan untuk menemukan baiti jannati di rumahku. Namun apa yang terjadi? Ternyata kenyataan tak sesuai dengan apa yang kuimpikan. Sesampainya di rumah, kepalaku malah mumet tujuh keliling. Bayangkan saja, rumah kontrakanku tak ubahnya laksana kapal pecah. Pakaian bersih yang belum disetrika menggunung di sana sini. Piring-piring kotor berpesta-pora di dapur, dan cucian, wouw! berember-ember. Ditambah lagi aroma bau busuknya yang
  • 41. menyengat, karena berhari-hari direndam dengan deterjen tapi tak juga dicuci. Melihat keadaan seperti ini aku cuma bisa beristigfar sambil mengurut dada. “Ummi… Ummi, bagaimana Abi tak selalu kesal kalau keadaan terus menerus begini?” ucapku sambil menggeleng-gelengkan kepala. “Ummi… isteri sholihah itu tak hanya pandai ngisi pengajian, tapi dia juga harus pandai dalam mengatur tetek bengek urusan rumah tangga. Harus bisa masak, nyetrika, nyuci, jahit baju, beresin rumah?” Belum sempat kata-kataku habis sudah terdengar ledakan tangis isteriku yang kelihatan begitu pilu. “Ah…wanita gampang sekali untuk menangis,” batinku. “Sudah diam Mi, tak boleh cengeng. Katanya mau jadi isteri shalihah? Isteri shalihah itu tidak cengeng,” bujukku hati-hati setelah melihat air matanya menganak sungai. “Gimana nggak nangis! Baru juga pulang sudah ngomel-ngomel terus. Rumah ini berantakan karena Ummi sedang kesulitan mengerjakan apa-apa. Jangankan untuk kerja, jalan saja susah. Ummi kan muntah-muntah terus, ini badan rasanya tak bertenaga sama sekali,” ucap isteriku diselingi isak tangis. “Abi nggak ngerasain sih bagaimana maboknya orang yang hamil muda…” Ucap isteriku lagi, sementara air matanya kulihat tetap merebak. Hamil muda?!?! Subhanallah … Alhamdulillah… ******** Bi…, siang nanti antar Ummi ngaji ya…?” pinta isteriku. “Aduh, Mi… Abi kan sibuk sekali hari ini. Berangkat sendiri saja ya?” ucapku. “Ya sudah, kalau Abi sibuk, Ummi naik bis umum saja, mudah-mudahan nggak pingsan di jalan,” jawab isteriku. “Lho, kok bilang gitu…?” selaku. “Iya, dalam kondisi muntah-muntah seperti ini kepala Ummi gampang pusing kalau mencium bau bensin. Apalagi ditambah berdesak-desakan dalam dengan suasana panas menyengat. Tapi mudah-mudahan sih nggak kenapa-kenapa,” ucap isteriku lagi. “Ya sudah, kalau begitu naik bajaj saja,” jawabku ringan. ******* Pertemuan dengan mitra usahaku hari ini ternyata diundur pekan depan. Kesempatan waktu luang ini kugunakan untuk menjemput isteriku. Entah kenapa hati ini tiba-tiba saja menjadi rindu padanya. Motorku sudah sampai di tempat isteriku mengaji. Di depan pintu kulihat masih banyak sepatu berjajar, ini pertanda acara belum selesai. Kuperhatikan sepatu yang berjumlah delapan pasang itu satu persatu. Ah, semuanya indah-indah dan kelihatan harganya begitu mahal. “Wanita, memang suka yang indah-indah, sampai bentuk sepatu pun lucu-lucu,” aku membathin. Mataku tiba-tiba terantuk pandang pada sebuah sendal jepit yang diapit sepasang sepatu indah. Kuperhatikan ada inisial huruf M tertulis di sandal jepit itu. Dug! Hati ini menjadi luruh. “Oh….bukankah ini sandal jepit isteriku?” tanya hatiku. Lalu segera kuambil sandal jepit kumal
  • 42. yang tertindih sepatu indah itu. Tes! Air mataku jatuh tanpa terasa. Perih nian rasanya hati ini, kenapa baru sekarang sadar bahwa aku tak pernah memperhatikan isteriku. Sampai-sampai kemana-mana ia pergi harus bersandal jepit kumal. Sementara teman-temannnya bersepatu bagus. “Maafkan aku Maryam,” pinta hatiku. “Krek…,” suara pintu terdengar dibuka. Aku terlonjak, lantas menyelinap ke tembok samping. Kulihat dua ukhti berjalan melintas sambil menggendong bocah mungil yang berjilbab indah, demikian juga jilbab para umminya. Beberapa menit setelah kepergian dua ukhti itu, kembali melintas ukhti-ukhti yang lain. Namun, belum juga kutemukan Maryamku. Aku menghitung sudah delapan orang keluar dari rumah itu, tapi isteriku belum juga keluar. Penantianku berakhir ketika sesosok tubuh berabaya gelap dan berjilbab hitam melintas. “Ini dia mujahidah (*) ku!” pekik hatiku. Ia beda dengan yang lain, ia begitu bersahaja. Kalau yang lain memakai baju yang indah, ia hanya memakai baju yang sudah lusuh warnanya. Diam-diam hatiku kembali dirayapi perasaan berdosa karena selama ini kurang memperhatikan isteri. Ya, aku baru sadar, bahwa semenjak menikah belum pernah membelikan sepotong baju pun untuknya. Aku terlalu sibuk memperhatikan kekurangan-kekurangan isteriku, padahal di balik semua itu begitu banyak kelebihanmu, wahai Maryamku. Aku benar-benar menjadi malu pada Allah dan Rasul-Nya. Selama ini aku terlalu sibuk mengurus orang lain, sedang isteriku tak pernah kuurusi. Padahal Rasulullah shalallahu alaihi wassalam telah bersabda: “Yang terbaik di antara kamu adalah yang paling baik terhadap keluarganya.” Sedang aku? Ah, kenapa pula aku lupa bahwa Allah menyuruh para suami agar menggauli isterinya dengan baik. Sedang aku terlalu sering ngomel dan menuntut isteri dengan sesuatu yang ia tak dapat melakukannya. Aku benar-benar merasa menjadi suami terzalim! “Maryam…!” panggilku, ketika tubuh berabaya gelap itu melintas. Tubuh itu lantas berbalik ke arahku, pandangan matanya menunjukkan ketidakpercayaan atas kehadiranku di tempat ini. Namun, kemudian terlihat perlahan bibirnya mengembangkan senyum. Senyum bahagia. “Abi…!” bisiknya pelan dan girang. Sungguh, baru kali ini aku melihat isteriku segirang ini. “Ah, betapa manisnya wajah istriku ketika sedang kegirangan… kenapa tidak dari dulu kulakukan menjemput isteri?” sesal hatiku. ****** Esoknya aku membeli sepasang sepatu untuk isteriku. Ketika tahu hal itu, senyum bahagia kembali mengembang dari bibirnya. “Alhamdulillah, jazakallahu khoiron…,” ucapnya dengan suara mendalam dan penuh ketulusan. Ah, Maryamku, lagi-lagi hatiku terenyuh melihat polahmu. Lagi-lagi sesal menyerbu hatiku. Kenapa baru sekarang aku bisa bersyukur memperoleh isteri zuhud (**) dan „iffah (***) sepertimu? Kenapa baru sekarang pula kutahu betapa nikmatnya menyaksikan matamu yang berbinar-binar karena perhatian kecilku?
  • 43. Sumber : NN Keterangan (*) mujahidah : wanita yang sedang berjihad (**) zuhud : membatasi kebutuhan hidup secukupnya walau mampu lebih dari itu (***) „iffah : mampu menahan diri dari rasa malu