Tulisan ini di di dedikasikan kepada Kedua Orangtua yang sudah berjuang mendokan serta menyemangati penulis.
adapun harapan semoga tulisan ini bisa terus berlanjut serta bermanfaat untuk penulis pribadi dan pembaca.aamiin
Jazakallahu khairan
1. BAGIAN I
^TAK PERLU ADA YANG DI TAKUTKAN KECUALI ALLAH^
Hidup ku berpijak di bumi sama halnya seperti manusia ciptaan ALLAH
yang lain, memilik akal, fisik yang sempurna, memiliki nafsu, dan memiliki
perasaan. Perasaan apakah itu ? yaa perasaan seperti orang pada umumnya seperti
perasaan takut, kesal, malu, ragu, gelisah, galau, dan berbagai macam perasaan-
perasaan lain yang mengajak diri ini untuk takut kepada selain ALLAH.
Padahal ALLAH Ta’ala telah berfirman di dalam surah Al-Maidah ayat 44 :
“Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-KU.”
Ada suatu pengalaman yang membuat ku saat ini berusaha keras untuk
takut hanya kepada Allah Ta’ala, suatu ketika di kampus tercinta yang disana ku
belajar tepatnya disudut kota Jakarta. Semua karena karunia dari Rabb ku untuk
menguji ku, aku pernah beberapa kali mengalami intimidasi dari beberapa dosen
dan teman-teman hanya karena melihat ku menggunakan cadar.
Dari mulai saat itu perasaan ku tidak tenang ketika menggunakan cadar,
selalu disamakan seperti teroris, ninja, dan cacian lainnya.dari sanalah ku semakin
yakin bahwa islam adalah rahmatan lil ‘alamin dan Allah memang tidak menilai
seseorang berdasarkan dari tampilan luar, melainkan dari amal perbuatan nya.
Ku berusaha keras untuk tanamkan dalam lubuk hati ku bahwa tidak perlu
ada yang harus ku takuti kecuali ALLAH, walupun mungkin manusia yang ku
hadapi derajat nya lebih tinggi dihadapan manusia dan disegani oleh manusia lain.
Sejatinya orang tersebut pun sama seperti ku, sama-sama mahluk ciptaan ALLAH
yang apabila salah dalam berbuat maka akan dicatat sesuai perbuatannya, dan
apabila baik dalam berbuat maka akan dicatat sesuai perbuatannya.
2. Sebagaimana ALLAH telah berfirman dalam surah Al-Zalzalah ayat 7-8 :
“Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia
akan melihat balasannya, dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat
zarrah, niscaya dia akan melihat balasan nya.”
Untuk itu ku sampaikan kepada para pembaca sebaik-baik nya manusia di
mata manusia lain, setinggi-tingginya jabatan manusia di pandangan manusia lain
maka tetap bagi nya tak memiliki kuasa apapun kecuali ALLAH, dan tak
memiliki hak apapun untuk di takuti kecuali ALLAH, karena detak nadi nya pun
dalam genggaman ALLAH Ta’ala.
3. BAGIAN II
^TAK PERLU ADA YANG DI KHAWATIRKAN KECUALI DOSA^
Begitu mudah kita salurkan rasa khawatir kita kepada keluarga, kepada
pekerjaan, harta, jabatan, jodoh dan 1001 tentang urusan dunia ini, terlalaikan
tentang 1 rasa khawatir yang mungkin belum terbayangkan sebelumnya. Mungkin
kita mudah khawatir apabila tidak memiliki uang hari ini maka nanti makan apa?
Dan bagaimana jika tidak makan?, atau pemikirian yang sama mungkin kita
khawatir tentang bagaiman anak-anak ku yang merantau jauh dari kota tinggal
nya jika bertemu dengan orang jahat bagaimana nanti? dan sekali lagi beribu-ribu
pemikiran khawatir tentang urusan dunia semata.
Ingatkah kita bahwa ada 1 urusan yang lebih berharga untuk kita
khawatirkan daripada sekedar memikirkan urusan makan, harta, dan keturunan ?
apakah itu ? yaitu tentang khawatir dengan dosa yang kita perbuat selama ini,
tentang bagaiman kita mempertanggungjawabkan setiap perbuatan yang kita
lakukan di akhirat kelak ?
Apakah yakin langsung masuk surga firdaus tanpa hisab ? atau malah
langsung tercebur kedalam gemuruh neraka saqar tanpa basa-basi? Naudzubillah
tsuma Naudzubillah.
Pembaca yang di rahmati ALLAH, begitu mudahnya kita mengumbar rasa
khawatir pada urusan dunia yang sudah jelas telah ALLAH tulis di kitab Lauhul
Mahfudz nya, dan telah ALLAH jamin setiap urusan dunia nya walaupun hanya
sekedar tetesan keringat yang terjatuh dari dahi nya. Masihkah rasa ragu kita
tanamkan bahwa ALLAH tidak menjamin setiap kebutuhan dan keinginan kita?
4. Padahal ALLAH telah berfirman dalam surah Hud ayat 6 :
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan ALLAH-lah
yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan
tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauhul
Mahfudz).”
Jika hewan saja telah Allah jamin bagaimana dengan kita mahluk ciptaan
ALLAH yang paling sempurna, dan lebih sempurna dari pada mahluk ciptaannya
yang lain? Apa lagi yang harus kita khawatirkan? jawabannya satu, yaitu tak
perlu ada yang di khawatirkan kecuali dosa yang membawa siksa.
Sebagaimana ALLAH telah berfirman dalam surah Ar-Rum ayat 41 :
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusia, supaya Allah meraskan kepada mereka sebagian dari
(akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar.”
Semoga ALLAH tanamkan rasa khawatir di dalam perasaan kita hanya
tentang dosa yang membawa siksa baik di dunia maupun di akhirat kelak, wallahu
‘alam bishowab.
5. Bagian III
^Apa yang harus di kecewakan ?^
Dunia salah satu tempat dimana manusia memperjuangkan segala-gala nya
demi mencapai tingkat kepuasan pada diri sendiri, baik berupa mengejar
eksistensi diri, bergelimang harta, cinta manusia, sampai akhirnya menuntut
segala sesuatu nya kepada ciptaan Allah. Padahal tak ada sedikitpun manfaat yang
akan di dapat jika tanpa Izin dari-Nya.
Jangan ucapkan cinta jika anda telah kecewa kepada mahluk Nya, jangan
ucapkan syukur jika anda ternyata kufur terhadap nikmat Nya, jangan ucapkan
sabar jika ternyata masih ada rasa ingin di balas.
Lalu apa yang harus di kecewakan jika cinta dalam hati saja sudah
dipenuhi dengan cinta kepada Allah dan Rosul-Nya ?
Lalu apa yang harus di kecewakan jika hati sudah merasa yakin bahwa
segala nya sudah diatur dari mulai kehidupan sampai kematian ?
Jika masih ada kecewa terhadap dunia beserta isinya apakah mungkin bisa
dikatakan cinta kepada Allah dan Rosul Nya sudah memenuhi lubuk hati yang
paling dalam ?
Jika dengan berdoa saja sudah cukup untuk mengobati rasa kecewa lalu apa lagi
yang harus di tuntut kepada dunia dan seisinya ? sedangkan dunia dan seisinya
saja tak memiliki kuasa jika tanpa izin dari Rabb nya.
Sebagaimana doa Sayidati Maryam kepada Allah dalam firmanNya di
surah Maryam ayat 4 :
“Dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada-Mu wahai Rabb ku.”
6. Adapun ucapan dari Ali bin Abi Thalib yang dapat kita terapkan untuk
kita semua
“Aku sudah pernah merasakan kepahitan dalam hidup dan yang paling pahit
ialah berharap kepada manusia.”
Ibnul Qayyim Rahimahullah berkata:
Allah adalah yang mencukupi orang yang bertawakal kepada-Nya, yaitu
Dia yang memberi ketenangan dari ketakutan orang yang takut, Dia adalah
sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong.
Dan barangsiapa yang berlindung kepada-Nya dan meminta pertolongan
dari-Nya dan bertawakal kepada-Nya, maka Allah akan melindunginya dan
menjaganya.
Dan barangsiapa yang takut kepada Allah, maka Allah akan membuatnya
nyaman dan tenang dari sesuatu yang ditakuti, di khawatirkan, dan Allah akan
memberi kepadanya segala macam kebutuhan yang bermanfaat.
[Taisirul Azizil Hamidh hal. 503].
Jadi, jika segalanya kita serahkan kepada Allah tanpa ada unsur
keuntungan dunia beserta isinya, maka dengan mudah Allah hadirkan kepada kita
berupa kebaikan yang tak terhingga baik di Dunia dan Akhirat tanpa ada rasa
kecewa sedikit pun. Wallahu ‘alam bishowab.
7. BAGIAN IV
^Mempebaiki Hidup untuk Mati^
Allah telah ciptakan manusia dari yang satu Adam dan yang satu Hawa,
tugas kita sebagai manusia yaitu satu untuk beribadah kepada Allah semata-mata
tanpa menyekutukan-Nya. Sering diri ini memperbaiki hidup hanya untuk hidup,
tanpa berfikir bagaimana memperbaiki hidup untuk mati. Maksudnya apa?
Sebagaimana kita di dunia ini hanya sekedar menjadi pengembara yang sewaktu-
waktu akan pulang ketempat asal nya yaitu syurga.
Sebagaimana halnya pengembara yang akan pulang pasti akan banyak
bekal yang harus dipersiapkan, bukan serta merta hanya membawa sepotong kain
saja bukan? Pasti kita akan menyiapkan hal yang lebih baik daripada sekedar
sepotong kain, seperti menyiapkan cadangan makanan dan minuman, pakaian
yang cukup untuk ganti, dan segala macam yang akan dibutuhkan selama
perjalanan pulang.
Hakikatnya kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi di tengah-
tengah perjalan pulang yang akan kita hadapi, entah kehabisan uang, kelaparan,
kehilangan barang berhaga lainnya. Wallahu’alam bishowab.
Begitupun kematian, jadikan dunia ini sebagai tempat untuk bekal kita di
akhirat kelak, karena seringnya kita memikirkan tentang bagaiman memperbaiki
hidup untuk hidup, namun lalai tentang memperbaiki hidup untuk mati.
Padahal sudah jelas Allah terangkan dalam Surah Al-An’am ayat 32 :
“Dan kehidupan dunia tak lain adalah permainan dan senda gurau
belaka, dan sungguh kampung akhirat lebih baik bagi orang-orang yang
bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya ?”
8. Lalu bagaimana dengan prinsip hidup kita ? masihkah memperjuangkan
berbuat baik untuk hidup yang lebih baik di dunia yang hina ini ? lalu bagaimana
dengan berbuat baik untuk hidup yang akan kekal di akhirat nanti ?
Berbuat baik dan memperbaiki hidup dengan baik karena Allah, atau
malah berbuat baik dan memperbaiki hidup dengan baik karena berharap untuk
diperlakuka baik di dunia dengan mahluk lain ?
Wallahu’alam bishowab.