SlideShare a Scribd company logo
1 of 9
Download to read offline
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 258/MENKES/PER/III/1992
TENTANG
PERSYARATAN KESEHATAN PENGELOLAAN PESTISIDA
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa dengan tersedianya pestisida yang sangat diperlukan dalam
pemberantasan hama penyakit, sangat bermanfaat dalam rangka
mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal;
b. bahwa penggunaan pestisida untuk pemberantasan hama penyakit
tersebut pada dewasa ini semakin meningkat, oleh karena itu perlu
upaya untuk melindungi masyarakat dari gangguan kesehatan
sebagai akibat pengelolaan pestisida yang tidak memenuhi
persyaratan kesehatan;
c. bahwa sehubungan dengan huruf a dan b tersebut di atas perlu
ditetapkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
tentang Persyaratan Kesehatan Dalam Pengelolaan Pestisida;
Mengingat : 1. Ordonansi Bahan Berbahaya (Staatsblad 1949 Nomor 377);
2. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1960 tentang Pokok-pokok
Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 131, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 2068);
3. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1962 tentang Hygiene untuk
Usaha-usaha Bagi Umum (Lembaran Negara Tahun 1962 Nomor
48, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2475);
4. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1966 tentang Hygiene (Lembaran
Negara Tahun 1966 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Nomor
2804);
5. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan
Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun
1982 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3215);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1973 tentang Pengawasan
Atas Peredaran, Penyimpanan dan Penggunaan Pestisida
(Lembaran Negara Tahun 1973 Nomor 12);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1987 tentang Penyerahan
Sebagian Urusan Pemerintahan Dalam Bidang Kesehatan Kepada
Daerah (Lembaran Negara Tahun 1987 Nomor 9, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3347);
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
TENTANG PERSYARATAN KESEHATAN PENGELOLAAN
PESTISIDA.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :
1. Persyaratan Kesehatan adalah ketentuan-ketentuan yang bersifat teknis kesehatan
yang harus dipenuhi untuk tujuan melindungi, memelihara dan atau mempertinggi
derajat kesehatan:
2. Pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang
dipergunakan untuk :
- Memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit-penyakit yang merusak
tanaman; bagian-bagian tanaman, atau hasil-hasil pertanian;
- Memberantas rerumputan;
- Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman
tidak termasuk pupuk;
- Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan;
- Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan piaraan dan
ternak;
- Memberantas atau mencegah hama-hama air;
- Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam
rumah tangga, bangunan dan dalam alat-alat pengangkutan;
- Memberantas atau mencegah binatang-binatang termasuk serangga yang dapat
menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan
penggunaan pada tanaman, tanah atau air;
3. Pestisida hygiene lingkungan adalah pestisida yang digunakan untuk pemberantasan
vektor penyakit menular (serangga, tikus) atau untuk pengendalian hama di rumah-
rumah, pekarangan, tempat kerja, tempat umum lain, termasuk sarana angkutan dan
tempat penyimpanan/pergudangan.
4. Perusahaan Pemberantasan Hama ialah yang sah menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku, yang bergerak di bidang usaha pemberantasan hama dengan
menggunakan pestisida hygiene lingkungan.
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
5. Pestisida Terbatas adalah pestisida yang karena sifatnya (fisik dan kimia) dan atau
karena daya racunnya, dinilai sangat berbahaya bagi kehidupan manusia dan
lingkungan, oleh karenanya hanya diizinkan untuk diedarkan disimpan dan digunakan
secara terbatas.
6. Pengelolaan Pestisida adalah kegiatan yang meliputi pembuatan, pengangkutan,
penyimpanan, peredaran, pengelolaan penggunaan dan pemusnahan pestisida.
7. Tempat Pengelolaan Pestisida adalah tempat kerja di mana dilakukan sebagian atau
semua pengelolaan pestisida.
8. Kakanwil adalah Kepala Kantor Wilayah Departemen Kesehatan Propinsi.
9. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal yang bertanggung jawab dalam penyehatan
lingkungan pemukiman.
BAB II
KLASIFIKASI DAN PENANDAAN
Pasal 2
(1) Pestisida dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuk fisik, jalan masuk ke dalam tubuh
dan daya racunnya, menjadi 4 (empat) kelas yaitu :
Kelas Ia : Pestisida yang sangat berbahaya sekali
Kelas lb : Pestisida yang sangat berbahaya
Kelas II : Pestisida yang berbahaya
Kelas Ill : Pestisida yang cukup berbahaya
(2) Pestisida yang dimaksud dalam klasifikasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib
diberikan tanda peringatan bahaya dengan warna dasar tertentu yang melekat dalam
label kemasannya.
(3) Ketentuan tentang klasifikasi dan warna penandaan pestisida sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dan (2) tercantum dalam Lampiran I dan II Keputusan ini.
BAB Ill
TENAGA DAN PERLENGKAPAN PENGELOLAAN
Pasal 3
(1) Setiap tempat pengelolaan Pestisida wajib mempunyai seorang tenaga penanggung
jawab tehnis di samping tenaga penjamah pestisida.
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
(2) Penanggung jawab tehnis sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus memiliki
kemampuan khusus dalam mengelola pestisida dan memenuhi persyaratan kesehatan.
Pasal 4
(1) Tenaga penjamah pestisida harus berbadan sehat dan dalam melaksanakan tugasnya
wajib menggunakan perlengkapan pelindung yang memenuhi syarat kesehatan.
(2) Jenis perlengkapan pelindung bagi penjamah pestisida disesuaikan dengan jenis
klasifikasi pestisida dan atau jenis pekerjaannya.
Pasal 5
Ketentuan persyaratan kesehatan bagi tenaga tehnis dan tenaga penjamah pestisida serta
jenis perlengkapannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan 4 ditetapkan oleh Direktur
Jenderal.
BAB IV
PEMBUATAN, PENYIMPANAN, PENYAJIAN
DAN PENGANGKUTAN
Pasal 6
(1) Tempat Pembuatan dan Penyimpanan pestisida harus memenuhi persyaratan
kesehatan;
(2) Persyaratan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) mengenai lokasi,
bangunan, kontruksi fasilitas sanitasi dan tata ruang/letak serta sarana lain yang
diperlukan untuk pengamanannya.
(3) Pestisida yang disajikan dalam ruang penjualan atau dalam pengangkutan harus
memenuhi persyaratan kesehatan untuk menghindarkan gangguan kesehatan dan atau
pencemaran lingkungan.
(4) Ketentuan persyaratan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan (3)
ditetapkan oleh Direktur Jenderal.
BAB V
P E N I L A I A N
Pasal 7
(1) Setiap pestisida hygiene lingkungan yang akan diedarkan untuk pemberantasan
hama wajib dilakukan penilaian.
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
(2) Ketentuan tentang penilaian sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (1) ditetapkan
oleh Direktur Jenderal.
BAB VI
P E R I J I N A N
Pasal 8
(1) Setiap perusahaan pemberantasan hama harus memiliki izin operasional.
(2) Ketentuan pemberian izin operasional sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
ditetapkan oleh Direktur Jenderal.
Pasal 9
(1) Peredaran, penyimpanan, dan penggunaan pestisida terbatas terlebih dahulu harus
mendapatkan izin khusus berdasarkan rekomendasi yang diberikan oleh Kakanwil.
(2) Ketentuan tentang persyaratan peredaran, penyimpanan dan penggunaan pestisida
terbatas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh Direktur Jenderal.
BAB VIl
PEMBINAAN
Pasal 10
(1) Gubernur Kepala Daerah Tingkat I bertanggung jawab atas pembinaan umum
penyelenggaraan pengelolaan pestisida.
(2) Kakanwil bertanggung jawab atas pembinaan teknis penyelenggaraan pengelolaan
pestisida.
Pasal 11
Pembinaan teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) meliputi :
a. Pemeriksaan dan pengawasan terhadap jenis, mutu, dan jumlah pestisida, wadah
pembungkus dan warna penandaan label serta publikasi pestisida;
b. Pemeriksaan dan pengawasan terhadap bahan-bahan, alat-alat yang digunakan atau
dihasilkan dalam pengelolaan residu pestisida;
c. Pemeriksaan dan pengawasan bahan-bahan yang mengandung residu pestisida;
d. Pemeriksaan kesehatan tenaga pengelola pestisida:
e. Pengawasan kegiatan pembuangan dan pemusnahan limbah pestisida;
f. Pengamanan penggunaan pestisida;
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
g. Bimbingan pengelolaan pestisida melalui penyuluhan, pendidikan dan latihan;
h. Pencatatan dan pelaporan tentang pembinaan pengelolaan pestisida.
Pasal 12
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I dan Kakanwil dalam melakukan pembinaan pengelolaan
pestisida dapat mengikut sertakan lembaga swadaya masyarakat yang bergerak dalam
bidang pengelolaan pestisida.
BAB VIll
S A N K S I
Pasal 13
(1) Pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan dalam Peraturan ini sehingga merugikan
kesehatan masyarakat atau menimbulkan pencemaran dan kerusakan lingkungan
dikenakan sanksi pidana sesuai dengan Undang-undang Namor 4 Tahun 1982 tentang
Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Kitab Undang-undang
Hukum Pidana.
(2) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal-pasal 3, 4. 5, 6. 7, 8, 9 dalam Peraturan ini
dapat dikenakan sanksi hukum administrasi yang pelaksanaannya dilakukan secara
bertahap melalui teguran lisan, tertulis sampai dengan pencabutan izin atau penutupan
usaha.
BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 14
Semua pengelolaan pestisida yang telah melakukan kegiatan sebelum berlakunya Peraturan
ini, waiib menyesuaikan diri dengan Peraturan ini dalam waktu selambat-lambatnya 2 (dua)
tahun.
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 15
Hal-hal yang bersifat teknis yang belum diatur dalam Peraturan Menteri ini, ditetapkan oleh
Direktur Jenderal.
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Pasal 16
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di : JAKARTA
Pada tanggal : 30 Maret 1 992
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA.
ttd.
Dr. ADHYATMA, MPH
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Lampiran I : PERATURAN MENTRI KESEHATAN RI
NOMOR : 258/MENKES/PER/III/1992
TANGGAL : 30 MARET 1992
KRITERIA KLASIFIKASI PESTISIDA BERDASARKAN
BENTUK FISIK, JALAN MASUK KEDALAM TUBUH DAN DAYA RACUNNYA
LD50 untuk tikus (mg/kg)
ORAL DERMALKLASIFIKASI
PADAT CAIR PADAT CAIR
I. a. SANGAT
BERBAHAYA <5 <20 <10 <40
SEKALI
b. SANGAT 5-50 20-200 10-100 40-400
BERBAHAYA
II. BERBAHAYA 50-500 200-2000 100-1000 400-4000
III. CUKUP
BERBAHAYA >500 >2000 >1.000 >4.000
Ditetapkan di : JAKARTA
Pada tanggal : 30 Maret 1992
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
ttd
Dr. ADHYATMA, MPH
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Lampiran II : PERATURAN MENTRI KESEHATAN RI
NOMOR : 258/MENKES/PER/III/1992
TANGGAL : 30 MARET 1992
WARNA DASAR TANDA PERINGATAN BAHAYA YANG
DICANTUMKAN PADA LABEL KEMASAN PESTISIDA
I.a. SANGAT BERBAHAYA SEKALI
Coklat tua
I.b. SANGAT BERBAHAYA
Merah tua
II. BERBAHAYA
Kuning tua
III. CUKUP BERBAHAYA
Biru muda
Ditetapkan di : JAKARTA
Pada tanggal : 30 Maret 1992
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
ttd
Dr. ADHYATMA, MPH

More Related Content

What's hot

Permenkes 1204 2004-persyaratan-kes_rs
Permenkes 1204 2004-persyaratan-kes_rsPermenkes 1204 2004-persyaratan-kes_rs
Permenkes 1204 2004-persyaratan-kes_rsErikoRiko
 
Permen Kesehatan, No. 416/Men.Kes/PER/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Penga...
Permen Kesehatan, No. 416/Men.Kes/PER/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Penga...Permen Kesehatan, No. 416/Men.Kes/PER/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Penga...
Permen Kesehatan, No. 416/Men.Kes/PER/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Penga...infosanitasi
 
Permenkes 356-ttgorganisasi-dan-tata-kerja-kkp
Permenkes 356-ttgorganisasi-dan-tata-kerja-kkpPermenkes 356-ttgorganisasi-dan-tata-kerja-kkp
Permenkes 356-ttgorganisasi-dan-tata-kerja-kkpwelam23
 
Aspek Hukum Tindakan Karantina Pertanian Di Indonesia
Aspek Hukum Tindakan Karantina Pertanian Di IndonesiaAspek Hukum Tindakan Karantina Pertanian Di Indonesia
Aspek Hukum Tindakan Karantina Pertanian Di IndonesiaWahono Diphayana
 
Kebijakan karantina hewan dan pengawasan keamanan pangan asal perta hewan
Kebijakan karantina hewan dan pengawasan keamanan pangan asal perta hewanKebijakan karantina hewan dan pengawasan keamanan pangan asal perta hewan
Kebijakan karantina hewan dan pengawasan keamanan pangan asal perta hewan232448
 
Peranan karantina pertanian dalam ekspor impor
Peranan karantina pertanian dalam ekspor imporPeranan karantina pertanian dalam ekspor impor
Peranan karantina pertanian dalam ekspor imporWahono Diphayana
 
Karantina pertanian benteng terdepan pertanian Indonesia
Karantina pertanian benteng terdepan pertanian IndonesiaKarantina pertanian benteng terdepan pertanian Indonesia
Karantina pertanian benteng terdepan pertanian IndonesiaWahono Diphayana
 
PMK no.50_Tentang Standar Baku Mutu Kesling dan Persyaratan Kesehatan Vektor
PMK no.50_Tentang Standar Baku Mutu Kesling dan Persyaratan Kesehatan VektorPMK no.50_Tentang Standar Baku Mutu Kesling dan Persyaratan Kesehatan Vektor
PMK no.50_Tentang Standar Baku Mutu Kesling dan Persyaratan Kesehatan VektorUFDK
 
2. peraturan pemerintah nomor 85 tahun 1999 jo peraturan pemerintah nomor 18 ...
2. peraturan pemerintah nomor 85 tahun 1999 jo peraturan pemerintah nomor 18 ...2. peraturan pemerintah nomor 85 tahun 1999 jo peraturan pemerintah nomor 18 ...
2. peraturan pemerintah nomor 85 tahun 1999 jo peraturan pemerintah nomor 18 ...helmut simamora
 
Permentan No 64 Tahun 2013 tentang Sistem Pertanian Organik
Permentan No 64 Tahun 2013 tentang Sistem Pertanian OrganikPermentan No 64 Tahun 2013 tentang Sistem Pertanian Organik
Permentan No 64 Tahun 2013 tentang Sistem Pertanian OrganikAchmad Wahid
 
Aspek Hukum Dan Tindakan Karantina Hewan Di Indonesia
Aspek Hukum Dan Tindakan Karantina Hewan Di IndonesiaAspek Hukum Dan Tindakan Karantina Hewan Di Indonesia
Aspek Hukum Dan Tindakan Karantina Hewan Di IndonesiaWahono Diphayana
 
Arti penting karantina tumbuhan
Arti penting karantina tumbuhanArti penting karantina tumbuhan
Arti penting karantina tumbuhanWahono Diphayana
 
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P...
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P...PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P...
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P...Fransiscus Xaverius
 
Permenkes No. 32 tahun 2017 _ttg Standar Baku Mutu Kesehatan Kesling dan Per...
Permenkes No. 32 tahun 2017 _ttg Standar Baku Mutu Kesehatan  Kesling dan Per...Permenkes No. 32 tahun 2017 _ttg Standar Baku Mutu Kesehatan  Kesling dan Per...
Permenkes No. 32 tahun 2017 _ttg Standar Baku Mutu Kesehatan Kesling dan Per...Adelina Hutauruk
 
Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit
Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah PenyakitPeraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit
Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah PenyakitPenataan Ruang
 

What's hot (18)

Permenkes 1204 2004-persyaratan-kes_rs
Permenkes 1204 2004-persyaratan-kes_rsPermenkes 1204 2004-persyaratan-kes_rs
Permenkes 1204 2004-persyaratan-kes_rs
 
Permen Kesehatan, No. 416/Men.Kes/PER/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Penga...
Permen Kesehatan, No. 416/Men.Kes/PER/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Penga...Permen Kesehatan, No. 416/Men.Kes/PER/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Penga...
Permen Kesehatan, No. 416/Men.Kes/PER/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Penga...
 
Istilah pangan
Istilah panganIstilah pangan
Istilah pangan
 
Omkaba karkes
Omkaba karkesOmkaba karkes
Omkaba karkes
 
Permenkes 356-ttgorganisasi-dan-tata-kerja-kkp
Permenkes 356-ttgorganisasi-dan-tata-kerja-kkpPermenkes 356-ttgorganisasi-dan-tata-kerja-kkp
Permenkes 356-ttgorganisasi-dan-tata-kerja-kkp
 
Aspek Hukum Tindakan Karantina Pertanian Di Indonesia
Aspek Hukum Tindakan Karantina Pertanian Di IndonesiaAspek Hukum Tindakan Karantina Pertanian Di Indonesia
Aspek Hukum Tindakan Karantina Pertanian Di Indonesia
 
Kebijakan karantina hewan dan pengawasan keamanan pangan asal perta hewan
Kebijakan karantina hewan dan pengawasan keamanan pangan asal perta hewanKebijakan karantina hewan dan pengawasan keamanan pangan asal perta hewan
Kebijakan karantina hewan dan pengawasan keamanan pangan asal perta hewan
 
Peranan karantina pertanian dalam ekspor impor
Peranan karantina pertanian dalam ekspor imporPeranan karantina pertanian dalam ekspor impor
Peranan karantina pertanian dalam ekspor impor
 
Karantina pertanian benteng terdepan pertanian Indonesia
Karantina pertanian benteng terdepan pertanian IndonesiaKarantina pertanian benteng terdepan pertanian Indonesia
Karantina pertanian benteng terdepan pertanian Indonesia
 
PMK no.50_Tentang Standar Baku Mutu Kesling dan Persyaratan Kesehatan Vektor
PMK no.50_Tentang Standar Baku Mutu Kesling dan Persyaratan Kesehatan VektorPMK no.50_Tentang Standar Baku Mutu Kesling dan Persyaratan Kesehatan Vektor
PMK no.50_Tentang Standar Baku Mutu Kesling dan Persyaratan Kesehatan Vektor
 
2. peraturan pemerintah nomor 85 tahun 1999 jo peraturan pemerintah nomor 18 ...
2. peraturan pemerintah nomor 85 tahun 1999 jo peraturan pemerintah nomor 18 ...2. peraturan pemerintah nomor 85 tahun 1999 jo peraturan pemerintah nomor 18 ...
2. peraturan pemerintah nomor 85 tahun 1999 jo peraturan pemerintah nomor 18 ...
 
Permentan No 64 Tahun 2013 tentang Sistem Pertanian Organik
Permentan No 64 Tahun 2013 tentang Sistem Pertanian OrganikPermentan No 64 Tahun 2013 tentang Sistem Pertanian Organik
Permentan No 64 Tahun 2013 tentang Sistem Pertanian Organik
 
Aspek Hukum Dan Tindakan Karantina Hewan Di Indonesia
Aspek Hukum Dan Tindakan Karantina Hewan Di IndonesiaAspek Hukum Dan Tindakan Karantina Hewan Di Indonesia
Aspek Hukum Dan Tindakan Karantina Hewan Di Indonesia
 
55 permenkes 416
55 permenkes 41655 permenkes 416
55 permenkes 416
 
Arti penting karantina tumbuhan
Arti penting karantina tumbuhanArti penting karantina tumbuhan
Arti penting karantina tumbuhan
 
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P...
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P...PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P...
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P...
 
Permenkes No. 32 tahun 2017 _ttg Standar Baku Mutu Kesehatan Kesling dan Per...
Permenkes No. 32 tahun 2017 _ttg Standar Baku Mutu Kesehatan  Kesling dan Per...Permenkes No. 32 tahun 2017 _ttg Standar Baku Mutu Kesehatan  Kesling dan Per...
Permenkes No. 32 tahun 2017 _ttg Standar Baku Mutu Kesehatan Kesling dan Per...
 
Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit
Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah PenyakitPeraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit
Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit
 

Similar to PERSYARATAN PESTISIDA

Peraturan menkes tentang gizi rumah sakit
Peraturan menkes tentang gizi rumah sakitPeraturan menkes tentang gizi rumah sakit
Peraturan menkes tentang gizi rumah sakitNeneng Rukmawati
 
Materi Pengelolaan Limbah Medis di Fasyankes.pptx
Materi Pengelolaan Limbah Medis di Fasyankes.pptxMateri Pengelolaan Limbah Medis di Fasyankes.pptx
Materi Pengelolaan Limbah Medis di Fasyankes.pptxelandsaja
 
Permenkes Nomor 32 Tahun 2017 (1).pdf
Permenkes Nomor 32 Tahun 2017 (1).pdfPermenkes Nomor 32 Tahun 2017 (1).pdf
Permenkes Nomor 32 Tahun 2017 (1).pdftomotomo21
 
Pp nomor 66 tahun 2014 tentang kesling
Pp nomor 66 tahun 2014 tentang keslingPp nomor 66 tahun 2014 tentang kesling
Pp nomor 66 tahun 2014 tentang keslingnoviazahrah
 
Pmk no _7_th_2019_ttg_kesehatan_lingkungan_rumah_sakit (1)
Pmk no _7_th_2019_ttg_kesehatan_lingkungan_rumah_sakit (1)Pmk no _7_th_2019_ttg_kesehatan_lingkungan_rumah_sakit (1)
Pmk no _7_th_2019_ttg_kesehatan_lingkungan_rumah_sakit (1)Anjas Asmara, S.Si
 
PMK no. 7 Tahun 2019_Tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
PMK no. 7 Tahun 2019_Tentang Kesehatan Lingkungan Rumah SakitPMK no. 7 Tahun 2019_Tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
PMK no. 7 Tahun 2019_Tentang Kesehatan Lingkungan Rumah SakitUFDK
 
Pmk no _7_th_2019_ttg_kesehatan_lingkungan_rumah_sakit
Pmk no _7_th_2019_ttg_kesehatan_lingkungan_rumah_sakitPmk no _7_th_2019_ttg_kesehatan_lingkungan_rumah_sakit
Pmk no _7_th_2019_ttg_kesehatan_lingkungan_rumah_sakitFahrizalChamimZajuli
 
PP Nomor 95 Tahun 2012.pdf
PP Nomor 95 Tahun 2012.pdfPP Nomor 95 Tahun 2012.pdf
PP Nomor 95 Tahun 2012.pdfsusisusyanti
 
Pp no. 66 tahun 2014 tentang kesehatan lingkungan
Pp no. 66 tahun 2014 tentang kesehatan lingkungan Pp no. 66 tahun 2014 tentang kesehatan lingkungan
Pp no. 66 tahun 2014 tentang kesehatan lingkungan Ulfah Hanum
 
MATERI LIMBAH B3 (PMK 2 TH 2023) KEPRI.pdf
MATERI LIMBAH B3 (PMK 2 TH 2023) KEPRI.pdfMATERI LIMBAH B3 (PMK 2 TH 2023) KEPRI.pdf
MATERI LIMBAH B3 (PMK 2 TH 2023) KEPRI.pdfAidsHiv
 
Kepmen Kesehatan Nomor 1098/Menkes/SK/VII/2003 tentang Persyaratan Hygiene Sa...
Kepmen Kesehatan Nomor 1098/Menkes/SK/VII/2003 tentang Persyaratan Hygiene Sa...Kepmen Kesehatan Nomor 1098/Menkes/SK/VII/2003 tentang Persyaratan Hygiene Sa...
Kepmen Kesehatan Nomor 1098/Menkes/SK/VII/2003 tentang Persyaratan Hygiene Sa...infosanitasi
 
Permen LHK 56 tahun 2015 fasyankes.pdf
Permen LHK 56 tahun 2015 fasyankes.pdfPermen LHK 56 tahun 2015 fasyankes.pdf
Permen LHK 56 tahun 2015 fasyankes.pdfmeppriyantom
 
Permen lhk no. 56 2015 ttg tatacara dan persyaratan teknis pengelolaan lb3 fa...
Permen lhk no. 56 2015 ttg tatacara dan persyaratan teknis pengelolaan lb3 fa...Permen lhk no. 56 2015 ttg tatacara dan persyaratan teknis pengelolaan lb3 fa...
Permen lhk no. 56 2015 ttg tatacara dan persyaratan teknis pengelolaan lb3 fa...Rizki Darmawan
 
Permenkes no. 13 tahun 2015 ttg pelayanan kesling di puskesmas
Permenkes  no. 13 tahun  2015  ttg pelayanan kesling di puskesmasPermenkes  no. 13 tahun  2015  ttg pelayanan kesling di puskesmas
Permenkes no. 13 tahun 2015 ttg pelayanan kesling di puskesmasAdelina Hutauruk
 
Permenkes no. 13_2015_Tentang Pelayanan Kesling Puskemas
Permenkes no. 13_2015_Tentang Pelayanan Kesling PuskemasPermenkes no. 13_2015_Tentang Pelayanan Kesling Puskemas
Permenkes no. 13_2015_Tentang Pelayanan Kesling PuskemasUFDK
 
PPT_MPD_1_Kebijakan_Penyelenggaraan_Kesling_RS[1].pptx
PPT_MPD_1_Kebijakan_Penyelenggaraan_Kesling_RS[1].pptxPPT_MPD_1_Kebijakan_Penyelenggaraan_Kesling_RS[1].pptx
PPT_MPD_1_Kebijakan_Penyelenggaraan_Kesling_RS[1].pptxAzizahPutriWibowo
 
Materi PKRT .pdf
Materi  PKRT .pdfMateri  PKRT .pdf
Materi PKRT .pdfindraazza
 

Similar to PERSYARATAN PESTISIDA (20)

Permenkes Nomor 50 Tahun 2017.pdf
Permenkes Nomor 50 Tahun 2017.pdfPermenkes Nomor 50 Tahun 2017.pdf
Permenkes Nomor 50 Tahun 2017.pdf
 
4. K3 Pestisida.ppt
4. K3 Pestisida.ppt4. K3 Pestisida.ppt
4. K3 Pestisida.ppt
 
Peraturan menkes tentang gizi rumah sakit
Peraturan menkes tentang gizi rumah sakitPeraturan menkes tentang gizi rumah sakit
Peraturan menkes tentang gizi rumah sakit
 
Materi Pengelolaan Limbah Medis di Fasyankes.pptx
Materi Pengelolaan Limbah Medis di Fasyankes.pptxMateri Pengelolaan Limbah Medis di Fasyankes.pptx
Materi Pengelolaan Limbah Medis di Fasyankes.pptx
 
Permenkes Nomor 32 Tahun 2017 (1).pdf
Permenkes Nomor 32 Tahun 2017 (1).pdfPermenkes Nomor 32 Tahun 2017 (1).pdf
Permenkes Nomor 32 Tahun 2017 (1).pdf
 
Pp nomor 66 tahun 2014 tentang kesling
Pp nomor 66 tahun 2014 tentang keslingPp nomor 66 tahun 2014 tentang kesling
Pp nomor 66 tahun 2014 tentang kesling
 
Pmk no _7_th_2019_ttg_kesehatan_lingkungan_rumah_sakit (1)
Pmk no _7_th_2019_ttg_kesehatan_lingkungan_rumah_sakit (1)Pmk no _7_th_2019_ttg_kesehatan_lingkungan_rumah_sakit (1)
Pmk no _7_th_2019_ttg_kesehatan_lingkungan_rumah_sakit (1)
 
PMK no. 7 Tahun 2019_Tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
PMK no. 7 Tahun 2019_Tentang Kesehatan Lingkungan Rumah SakitPMK no. 7 Tahun 2019_Tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
PMK no. 7 Tahun 2019_Tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
 
Pmk no _7_th_2019_ttg_kesehatan_lingkungan_rumah_sakit
Pmk no _7_th_2019_ttg_kesehatan_lingkungan_rumah_sakitPmk no _7_th_2019_ttg_kesehatan_lingkungan_rumah_sakit
Pmk no _7_th_2019_ttg_kesehatan_lingkungan_rumah_sakit
 
PER-UU-HSP - Copy.PPT
PER-UU-HSP - Copy.PPTPER-UU-HSP - Copy.PPT
PER-UU-HSP - Copy.PPT
 
PP Nomor 95 Tahun 2012.pdf
PP Nomor 95 Tahun 2012.pdfPP Nomor 95 Tahun 2012.pdf
PP Nomor 95 Tahun 2012.pdf
 
Pp no. 66 tahun 2014 tentang kesehatan lingkungan
Pp no. 66 tahun 2014 tentang kesehatan lingkungan Pp no. 66 tahun 2014 tentang kesehatan lingkungan
Pp no. 66 tahun 2014 tentang kesehatan lingkungan
 
MATERI LIMBAH B3 (PMK 2 TH 2023) KEPRI.pdf
MATERI LIMBAH B3 (PMK 2 TH 2023) KEPRI.pdfMATERI LIMBAH B3 (PMK 2 TH 2023) KEPRI.pdf
MATERI LIMBAH B3 (PMK 2 TH 2023) KEPRI.pdf
 
Kepmen Kesehatan Nomor 1098/Menkes/SK/VII/2003 tentang Persyaratan Hygiene Sa...
Kepmen Kesehatan Nomor 1098/Menkes/SK/VII/2003 tentang Persyaratan Hygiene Sa...Kepmen Kesehatan Nomor 1098/Menkes/SK/VII/2003 tentang Persyaratan Hygiene Sa...
Kepmen Kesehatan Nomor 1098/Menkes/SK/VII/2003 tentang Persyaratan Hygiene Sa...
 
Permen LHK 56 tahun 2015 fasyankes.pdf
Permen LHK 56 tahun 2015 fasyankes.pdfPermen LHK 56 tahun 2015 fasyankes.pdf
Permen LHK 56 tahun 2015 fasyankes.pdf
 
Permen lhk no. 56 2015 ttg tatacara dan persyaratan teknis pengelolaan lb3 fa...
Permen lhk no. 56 2015 ttg tatacara dan persyaratan teknis pengelolaan lb3 fa...Permen lhk no. 56 2015 ttg tatacara dan persyaratan teknis pengelolaan lb3 fa...
Permen lhk no. 56 2015 ttg tatacara dan persyaratan teknis pengelolaan lb3 fa...
 
Permenkes no. 13 tahun 2015 ttg pelayanan kesling di puskesmas
Permenkes  no. 13 tahun  2015  ttg pelayanan kesling di puskesmasPermenkes  no. 13 tahun  2015  ttg pelayanan kesling di puskesmas
Permenkes no. 13 tahun 2015 ttg pelayanan kesling di puskesmas
 
Permenkes no. 13_2015_Tentang Pelayanan Kesling Puskemas
Permenkes no. 13_2015_Tentang Pelayanan Kesling PuskemasPermenkes no. 13_2015_Tentang Pelayanan Kesling Puskemas
Permenkes no. 13_2015_Tentang Pelayanan Kesling Puskemas
 
PPT_MPD_1_Kebijakan_Penyelenggaraan_Kesling_RS[1].pptx
PPT_MPD_1_Kebijakan_Penyelenggaraan_Kesling_RS[1].pptxPPT_MPD_1_Kebijakan_Penyelenggaraan_Kesling_RS[1].pptx
PPT_MPD_1_Kebijakan_Penyelenggaraan_Kesling_RS[1].pptx
 
Materi PKRT .pdf
Materi  PKRT .pdfMateri  PKRT .pdf
Materi PKRT .pdf
 

PERSYARATAN PESTISIDA

  • 1. MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 258/MENKES/PER/III/1992 TENTANG PERSYARATAN KESEHATAN PENGELOLAAN PESTISIDA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dengan tersedianya pestisida yang sangat diperlukan dalam pemberantasan hama penyakit, sangat bermanfaat dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal; b. bahwa penggunaan pestisida untuk pemberantasan hama penyakit tersebut pada dewasa ini semakin meningkat, oleh karena itu perlu upaya untuk melindungi masyarakat dari gangguan kesehatan sebagai akibat pengelolaan pestisida yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan; c. bahwa sehubungan dengan huruf a dan b tersebut di atas perlu ditetapkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang Persyaratan Kesehatan Dalam Pengelolaan Pestisida; Mengingat : 1. Ordonansi Bahan Berbahaya (Staatsblad 1949 Nomor 377); 2. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1960 tentang Pokok-pokok Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2068); 3. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1962 tentang Hygiene untuk Usaha-usaha Bagi Umum (Lembaran Negara Tahun 1962 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2475); 4. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1966 tentang Hygiene (Lembaran Negara Tahun 1966 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2804); 5. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1982 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3215); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1973 tentang Pengawasan Atas Peredaran, Penyimpanan dan Penggunaan Pestisida (Lembaran Negara Tahun 1973 Nomor 12); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1987 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintahan Dalam Bidang Kesehatan Kepada Daerah (Lembaran Negara Tahun 1987 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3347);
  • 2. MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERSYARATAN KESEHATAN PENGELOLAAN PESTISIDA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan : 1. Persyaratan Kesehatan adalah ketentuan-ketentuan yang bersifat teknis kesehatan yang harus dipenuhi untuk tujuan melindungi, memelihara dan atau mempertinggi derajat kesehatan: 2. Pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk : - Memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit-penyakit yang merusak tanaman; bagian-bagian tanaman, atau hasil-hasil pertanian; - Memberantas rerumputan; - Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman tidak termasuk pupuk; - Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan; - Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan piaraan dan ternak; - Memberantas atau mencegah hama-hama air; - Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam rumah tangga, bangunan dan dalam alat-alat pengangkutan; - Memberantas atau mencegah binatang-binatang termasuk serangga yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan pada tanaman, tanah atau air; 3. Pestisida hygiene lingkungan adalah pestisida yang digunakan untuk pemberantasan vektor penyakit menular (serangga, tikus) atau untuk pengendalian hama di rumah- rumah, pekarangan, tempat kerja, tempat umum lain, termasuk sarana angkutan dan tempat penyimpanan/pergudangan. 4. Perusahaan Pemberantasan Hama ialah yang sah menurut peraturan perundang- undangan yang berlaku, yang bergerak di bidang usaha pemberantasan hama dengan menggunakan pestisida hygiene lingkungan.
  • 3. MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 5. Pestisida Terbatas adalah pestisida yang karena sifatnya (fisik dan kimia) dan atau karena daya racunnya, dinilai sangat berbahaya bagi kehidupan manusia dan lingkungan, oleh karenanya hanya diizinkan untuk diedarkan disimpan dan digunakan secara terbatas. 6. Pengelolaan Pestisida adalah kegiatan yang meliputi pembuatan, pengangkutan, penyimpanan, peredaran, pengelolaan penggunaan dan pemusnahan pestisida. 7. Tempat Pengelolaan Pestisida adalah tempat kerja di mana dilakukan sebagian atau semua pengelolaan pestisida. 8. Kakanwil adalah Kepala Kantor Wilayah Departemen Kesehatan Propinsi. 9. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal yang bertanggung jawab dalam penyehatan lingkungan pemukiman. BAB II KLASIFIKASI DAN PENANDAAN Pasal 2 (1) Pestisida dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuk fisik, jalan masuk ke dalam tubuh dan daya racunnya, menjadi 4 (empat) kelas yaitu : Kelas Ia : Pestisida yang sangat berbahaya sekali Kelas lb : Pestisida yang sangat berbahaya Kelas II : Pestisida yang berbahaya Kelas Ill : Pestisida yang cukup berbahaya (2) Pestisida yang dimaksud dalam klasifikasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib diberikan tanda peringatan bahaya dengan warna dasar tertentu yang melekat dalam label kemasannya. (3) Ketentuan tentang klasifikasi dan warna penandaan pestisida sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan (2) tercantum dalam Lampiran I dan II Keputusan ini. BAB Ill TENAGA DAN PERLENGKAPAN PENGELOLAAN Pasal 3 (1) Setiap tempat pengelolaan Pestisida wajib mempunyai seorang tenaga penanggung jawab tehnis di samping tenaga penjamah pestisida.
  • 4. MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA (2) Penanggung jawab tehnis sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus memiliki kemampuan khusus dalam mengelola pestisida dan memenuhi persyaratan kesehatan. Pasal 4 (1) Tenaga penjamah pestisida harus berbadan sehat dan dalam melaksanakan tugasnya wajib menggunakan perlengkapan pelindung yang memenuhi syarat kesehatan. (2) Jenis perlengkapan pelindung bagi penjamah pestisida disesuaikan dengan jenis klasifikasi pestisida dan atau jenis pekerjaannya. Pasal 5 Ketentuan persyaratan kesehatan bagi tenaga tehnis dan tenaga penjamah pestisida serta jenis perlengkapannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan 4 ditetapkan oleh Direktur Jenderal. BAB IV PEMBUATAN, PENYIMPANAN, PENYAJIAN DAN PENGANGKUTAN Pasal 6 (1) Tempat Pembuatan dan Penyimpanan pestisida harus memenuhi persyaratan kesehatan; (2) Persyaratan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) mengenai lokasi, bangunan, kontruksi fasilitas sanitasi dan tata ruang/letak serta sarana lain yang diperlukan untuk pengamanannya. (3) Pestisida yang disajikan dalam ruang penjualan atau dalam pengangkutan harus memenuhi persyaratan kesehatan untuk menghindarkan gangguan kesehatan dan atau pencemaran lingkungan. (4) Ketentuan persyaratan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan (3) ditetapkan oleh Direktur Jenderal. BAB V P E N I L A I A N Pasal 7 (1) Setiap pestisida hygiene lingkungan yang akan diedarkan untuk pemberantasan hama wajib dilakukan penilaian.
  • 5. MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA (2) Ketentuan tentang penilaian sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (1) ditetapkan oleh Direktur Jenderal. BAB VI P E R I J I N A N Pasal 8 (1) Setiap perusahaan pemberantasan hama harus memiliki izin operasional. (2) Ketentuan pemberian izin operasional sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh Direktur Jenderal. Pasal 9 (1) Peredaran, penyimpanan, dan penggunaan pestisida terbatas terlebih dahulu harus mendapatkan izin khusus berdasarkan rekomendasi yang diberikan oleh Kakanwil. (2) Ketentuan tentang persyaratan peredaran, penyimpanan dan penggunaan pestisida terbatas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh Direktur Jenderal. BAB VIl PEMBINAAN Pasal 10 (1) Gubernur Kepala Daerah Tingkat I bertanggung jawab atas pembinaan umum penyelenggaraan pengelolaan pestisida. (2) Kakanwil bertanggung jawab atas pembinaan teknis penyelenggaraan pengelolaan pestisida. Pasal 11 Pembinaan teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) meliputi : a. Pemeriksaan dan pengawasan terhadap jenis, mutu, dan jumlah pestisida, wadah pembungkus dan warna penandaan label serta publikasi pestisida; b. Pemeriksaan dan pengawasan terhadap bahan-bahan, alat-alat yang digunakan atau dihasilkan dalam pengelolaan residu pestisida; c. Pemeriksaan dan pengawasan bahan-bahan yang mengandung residu pestisida; d. Pemeriksaan kesehatan tenaga pengelola pestisida: e. Pengawasan kegiatan pembuangan dan pemusnahan limbah pestisida; f. Pengamanan penggunaan pestisida;
  • 6. MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA g. Bimbingan pengelolaan pestisida melalui penyuluhan, pendidikan dan latihan; h. Pencatatan dan pelaporan tentang pembinaan pengelolaan pestisida. Pasal 12 Gubernur Kepala Daerah Tingkat I dan Kakanwil dalam melakukan pembinaan pengelolaan pestisida dapat mengikut sertakan lembaga swadaya masyarakat yang bergerak dalam bidang pengelolaan pestisida. BAB VIll S A N K S I Pasal 13 (1) Pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan dalam Peraturan ini sehingga merugikan kesehatan masyarakat atau menimbulkan pencemaran dan kerusakan lingkungan dikenakan sanksi pidana sesuai dengan Undang-undang Namor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Kitab Undang-undang Hukum Pidana. (2) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal-pasal 3, 4. 5, 6. 7, 8, 9 dalam Peraturan ini dapat dikenakan sanksi hukum administrasi yang pelaksanaannya dilakukan secara bertahap melalui teguran lisan, tertulis sampai dengan pencabutan izin atau penutupan usaha. BAB IX KETENTUAN PERALIHAN Pasal 14 Semua pengelolaan pestisida yang telah melakukan kegiatan sebelum berlakunya Peraturan ini, waiib menyesuaikan diri dengan Peraturan ini dalam waktu selambat-lambatnya 2 (dua) tahun. BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 15 Hal-hal yang bersifat teknis yang belum diatur dalam Peraturan Menteri ini, ditetapkan oleh Direktur Jenderal.
  • 7. MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Pasal 16 Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di : JAKARTA Pada tanggal : 30 Maret 1 992 MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. ttd. Dr. ADHYATMA, MPH
  • 8. MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Lampiran I : PERATURAN MENTRI KESEHATAN RI NOMOR : 258/MENKES/PER/III/1992 TANGGAL : 30 MARET 1992 KRITERIA KLASIFIKASI PESTISIDA BERDASARKAN BENTUK FISIK, JALAN MASUK KEDALAM TUBUH DAN DAYA RACUNNYA LD50 untuk tikus (mg/kg) ORAL DERMALKLASIFIKASI PADAT CAIR PADAT CAIR I. a. SANGAT BERBAHAYA <5 <20 <10 <40 SEKALI b. SANGAT 5-50 20-200 10-100 40-400 BERBAHAYA II. BERBAHAYA 50-500 200-2000 100-1000 400-4000 III. CUKUP BERBAHAYA >500 >2000 >1.000 >4.000 Ditetapkan di : JAKARTA Pada tanggal : 30 Maret 1992 MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA ttd Dr. ADHYATMA, MPH
  • 9. MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Lampiran II : PERATURAN MENTRI KESEHATAN RI NOMOR : 258/MENKES/PER/III/1992 TANGGAL : 30 MARET 1992 WARNA DASAR TANDA PERINGATAN BAHAYA YANG DICANTUMKAN PADA LABEL KEMASAN PESTISIDA I.a. SANGAT BERBAHAYA SEKALI Coklat tua I.b. SANGAT BERBAHAYA Merah tua II. BERBAHAYA Kuning tua III. CUKUP BERBAHAYA Biru muda Ditetapkan di : JAKARTA Pada tanggal : 30 Maret 1992 MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA ttd Dr. ADHYATMA, MPH