Istiqra’ adalah menarik kesimpulan umum berdasarkan karakteristik satuan-satuannya. Istiqra’ adalah sebuah metode penelitian atau pemeriksaan atas berbagai hal dalam sebuah masalah. Yang menghasilkan sebuah kesimpulan hukum untuk keseluruhan. Metode ini banyak digunakan ulama’ dalam menyimpulkan hukum-hukum yang tidak memiliki landasan hukum yang tertulis secara jelas di dalam Al-Qur’an atau al-Hadist. Istiqra’ pada dasarnya merupakan bagian dari kerja Epistimologi, yaitu dengan menjadikan Al-Qur’an dan Hadist sebagaimana rujukan utama yang otoritatif sebagai landasan membangun pengetahuan.
Sedangkan tamtsil adalah menetapkan hukum hal yang bersifat juz’iy satu dengan juz’iy yang lain dalam sebuah makna yang ada pada keduanya, agar hukum dari perkara yang diserupai (musyabbah bih) menetap pada perkara yang diserupakan (musyabbah), dengan menggunakan makna tersebut sebagai illat-nya. Dan istiqra’ dan tamtsil itu tidak dapat memberikan kebenaran yang pasti. Untuk itu, memerlukan pembahasan secara mendalam dalam mempelajarinya.
3. 1. QIYAS MURAKKAB DAN PEMBAGIANNYA
Qiyas murakkab ialah qiyas yang dirangkai dari dua qiyas atau beberapa qiyas, dengan
cara menjadikan suatu natijah (konklusi) tiap-tiap qiyas sebagai premis qiyas berikutnya.
Adapun cara membuat qiyas murakkab :
a. Menyusun beberapa qiyas melalui mukaddimah-mukaddimahnya
b. Setelah qiyas yang tersusun mencetuskan natijah, maka natijah ini selanjutnya
dijadikan mukaddimah sughra dari mukaddimah lain hingga mencetuskan natijah
kedua.
4. 2. Qiyas istiqra’ (silogisme induksi)
Secara bahasa istiqrâ` diartikan dengan pengikutsertaan, terus-menerus (al-Tatabu’) , diarti kan
seperti ini dikarenakan dilihat dari segi tashrîf, istiqrâ` merupakan kalimat mashdar dari istaqra’a
yastaqriyu yang merupakan wazn dari istaf’ala.
Sedangkan kata istaqra’a sendiri merupakan bentuk derivasi dari kata qaraa yang bermakna
mengumpulkan atau menggabungkan antara satu sama lain, imbuhan alif, sin, dan ta’ berfungsi
sebagai isyarat dari permintaan.
menurut Mahmûd Fahmî Zaydan secara istilah yaitu: Suatu bentuk penyimpulan dari hal-hal
yang khusus yang ditangkap oleh indera menjadi sesuatu yang sifatnya umum (kebalikan dari
metode qiyâsi).
5. Istiqra’i (induksi), yaitu penyelidikan berbagai juz’iyyah untuk menetapkan kesimpulan
umum, dan ada dua macam, yaitu:
◦ Tam, yaitu suatu penyelidikan yang
didasarkan atas penelitian seluruh juz’iyyah,
yang daripadanya terbentuk suatu kulli dan
memberlakukan hukumnya atas kulli istiqra’i
itu.
◦ Naqish, yaitu menyelidiki sesuatu yang
mungkin dapat diselidiki dari berbagai
juz’iyyah dan memberi hukum yang sesuai
dengan juz’iyyah untuk kulli yang meliputi
kepadanya dan yang lainnya.
6. 3. Qiyas tamsil (analagi)
◦ Al-tamtsil ialah menetapkan hukum juz’i kepada juz’i yang lainnya karena ada kesamaan antara
keduanya, seperti tuak adalah sama dengan khamar dalam hal sama–sama mabuknya. Juz
(bagian) yang pertama disebut dengan “asal”, yaitu khamar pada contoh tersebut, sedang juz
(bagian) yang kedua disebut dengan “al-far’u” (cabang) yaitu al-nabidz (tuak).
◦ Tamtsil terdiri dari 4 (empat) rukun (hudud), yaitu:
a. Musyabbah (yang diserupakan) atau had ashghar
b. Musyabbah bih (yang diserupai) atau ashlu
c. Hukum atau had akbar
d. Jami’ (titik persamaan) atau had awsath
7. kesimpulan
Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa Qiyas Murakkab ialah Qiyas yang
dirangkai dari dua qiyas atau beberapa qiyas, dengan cara menjadikan suatu natijah
(konklusi) tiap-tiap qiyas sebagai premis qiyas berikutnya. Dan Qiyas Murakkab terbagi
menjadi dua, yaitu: Muttashilun Nata’ij dan Munfasillun Nata’ij yang keduaya mempunyai
fungsi masing-masing. Adapun Qiyas Istiqra’i (induksi), yaitu penyelidikan berbagai juz’iyyah
untuk menetapkan kesimpulan umum. Dan ada dua macamnya yaitu tam dan naqish.
Sedangkan qiyas tamtsil Menurut imam as-Sa’ad adalah menyerupakan perkara juz’iy satu
dengan perkara juz’iy yang lain dalam sebuah makna yang ada pada keduanya, agar hukum
dari perkara yang diserupai (musyabbah bih) menetap pada perkara yang diserupakan
(musyabbah), dengan menggunakan makna tersebut sebagai illat-nya. Terdiri dari 4 (empat)
rukun (hudud), yaitu: Musyabbah (yang diserupakan) atau had ashghar, Musyabbah bih (yang
diserupai) atau ashlu, Hukum atau had akbar dan Jami’ (titik persamaan) atau had awsath.