SlideShare a Scribd company logo
1 of 29
KATEGO
RI
UU 36 SKN SKP SKD
BANDUNG
REKOMENDASI
UKP Ruang
Lingku
p
Ruang Lingkup Meliputi :
1. Sumber Daya Kesehatan
2. Upaya Kesehatan
3. Kesehatan Ibu, Bayi Dan
Anak
4. Gizi
5. Kesehatan Jiwa
6. Penyakit Menular Dan
Non Menular
7. Kesehatan Lingkungan
8. Kesehatan Kerja
9. Pengelolaan Kesehatan
10. Informasi Kesehatan
11. Pembiayaan Kesehatan
12. Peran Serta Masyarakat
13. Badan Pertimbangan
Kesehatan
14. Pembinaan Dan
Pengawasan
15. Penyidikan
16. Ketentuan Pidana
Pembahasan :
a. upaya kesehatan;
b. penelitian dan
pengembangan kesehatan;
c. pembiayaan kesehatan;
d. sumber daya manusia
kesehatan;
e. sediaan farmasi, alat
kesehatan,dan makanan;
f. manajemen, informasi,
dan regulasi kesehatan; dan
pemberdayaan masyarakat.
Ruang Lingkup SKP :
a. Upaya Kesehatan;
b. Pembiayaan Kesehatan;
c. Sumber Daya Manusia
Kesehatan;
d. Farmasi, Makanan,
Minuman, dan Perbekalan
Kesehatan;
e. Pemberdayaan Masyarakat;
f. Informasi dan Pengembangan
Kesehatan;
g. Regulasi Kesehatan;
h. Surveilans.
Ruang lingkup
penyelenggaraan
SKKB meliputi :
1.Pelayanan
Kesehatan;
2. Regulasi
Kesehatan
3.Penanganan
Gawat Darurat,
Bencana Dan
Kejadian Luar
Biasa (KLB);
4. Pembiayaan
Kesehatan;
5. Informasi
Kesehatan;
6. Farmasi Dan
Perbekalan
Kesehatan;
7. Sumber Daya
Manusia Kesehatan;
8.. Pemberdayaan
Masyarakat; Dan
9.. Penelitian Dan
Pengembangan
Kesehatan.
Ruang lingkup
a. Upaya Kesehatan;
b. Pembiayaan
Kesehatan;
c. Sumber Daya
Manusia Kesehatan;
d. Farmasi,
Makanan, Minuman,
dan Perbekalan
Kesehatan;
e. Pemberdayaan
Masyarakat;
f. Informasi dan
Pengembangan
Kesehatan;
g. Regulasi
Kesehatan;
h. Surveilans.
UPK Penyelenggaraan Upaya
Kesehatan Sebagaimana
Dimaksud Dalam Pasal 47
Dilaksanakan Melalui kegiatan:
UU NO 36
 Pelayanan kesehatan
perorangan primer 
puskesmas
1) Dinas kesehatan
menyelenggarakan :
a. bimbingan dan pengendalian
pelayanan kesehatan haji skala
provinsi
b. pengelolaan pelayanan
kesehatan rujukan sekunder dan
tersier tertentu
Pada wilayah kerja
Puskesmas,UKP
dapat diserahkan
kepada pelayanan
kesehatan swasta
berdasarkan
pertimbangan
efisiensi dan
 Sekunder  pj dinkes , RS
TIPE C.Pelayanan
kesehatan perorangan
sekunder yang bersifat
tradisional,alternatif dan
komplementer dilaksanakan
berafiliasi dengan atau di
rumah sakit pendidikan.
 Tersier  dokter spesialis ,
RS tipe A & B
Pemerintah wajib menyediakan
pelayanan kesehatan perorangan
Primer.
c. bimbingan dan pengendalian
upaya kesehatan pada daerah
perbatasan,terpencil,
rawan dan kepulauan skala
provinsi.
(2) Dinas kesehatan
bekerjasama dengan Kantor
Wilayah Departemen Agama
dan Kantor Kesehatan
Pelabuhan melakukan upaya
kesehatan dalam rangka
penyelenggaraan haji.
(3) Semua sarana kesehatan di
daerah perbatasan wajib
menerima pasien lintas batas.
(4) Dinas kesehatan bersama
dinas kesehatan kabupaten/kota
membuat kesepakatan
kerjasama dalam
menyelenggarakan upaya
pelayanan kesehatan dan/atau
pembiayaan
penduduk lintas batas.
(5) Pemerintah menyusun
kebijakan jangka panjang
kesehatan provinsi yang
meliputi
UKM dan UKP dengan tujuan
meningkatkan pelayanan dan
kualitas pelayanan
kesehatan.
(6) Pengendalian mutu
pelayanan kesehatan dilakukan
oleh dinas kesehatan dengan
instansi terkait.
kemitraan
UKM  Pelayanan kesehatan berbasis
masyarakat dalam bentuk
seperti Pos Kesehatan
 Desa (Poskesdes) dan
pengobatan tradisional,
alternatif dan komplementer
yang secara ilmiah telah
terbukti terjamin keamanan
dan khasiatnya.
 Penyelenggaraan pelayanan
kesehatan masyarakat primer
menjadi tanggung jawab
Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang
pelaksanaan operasionalnya
dapat didelegasikan kepada
Puskesmas, dan/atau fasilitas
pelayanan kesehatan primer
lainnya yang diselenggarakan
oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah dan/atau masyarakat.
 Masyarakat termasuk swasta
dapat menyelenggarakan
pelayanan kesehatan
masyarakat primer sesuai
dengan peraturan
perundangundangan yang
berlaku dan bekerja sama
dengan
Pemerintah/Pemerintah
Daerah.
 Pemerintah/Pemerintah
Daerah dapat membentuk
fasilitas pelayanan
kesehatan yang secara
khusus ditugaskan untuk
RS melaksanakan
UKM dan
berkoordinasi dengan
Dinas Kesehatan
melaksanakan upaya
kesehatan masyarakat sesuai
keperluan.
 Pembentukan fasilitas
pelayanan kesehatan tersebut
dilakukan sesuai dengan
peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Upaya
Kesehatan
Upaya pelayanan kesehatan:
b.pelayanan kesehatan
tradisional;
c.peningkatan kesehatan dan
pencegahan penyakit;
d. penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan;
e. kesehatan reproduksi;
f. keluarga berencana;
g. kesehatan sekolah;
h. kesehatan olahraga;
i. pelayanan kesehatan pada
bencana;
j. pelayanan darah;
k. kesehatan gigi dan mulut;
l.penanggulangan gangguan
penglihatan dan gangguan
pendengaran;
m. kesehatan matra;
n. pengamanan dan penggunaan
sediaan farmasi dan alat
kesehatan;
o.pengamanan makanan dan
minuman;
p.pengamanan zat adiktif;
dan/atau
q. bedah mayat.
Upaya kesehatan meliputi :
a. Pengelolaan pelayanan
kesehatan dasar dan
rujukan
b. Pencegahan dan
pemberantasan
penyakit
c. Lingkungan sehat
d. Pelaynanan kesehatan
perorangan dan
masyarakat
e. Gawat darurat dan
bencana
f. KLB
Pelayanan kesehtan :
1. Pelayanan
kesehatan dasar
2. Pelayanan
kesehtan
rujukan
3. Pelayanan
kesehtan darah
4. Pemantauan &
pengamatan
penyakit
5. Pencegahan dan
penanggulangan
penyakit
6. Lingkungan
sehat
7. Kesehatan
pekerja
8. Pelayanan
kesehatan
keluarga
9. Kesehatan jiwa
10. Penanggulangan
masalah gizi
11. Pelayanan
kesehtan haji
12. Pelayanan
kesehatan
tradisional
13. Pelayanan
kesehatan lintas
daerah dan
kumuh
PENELIT
IAN DAN
PENGEM
BANGAN
Tujuan dari penyelenggaraan
subsistem penelitian dan
pengembangan
kesehatan adalah
terselenggaranya kegiatan
penelitian,
pengembangan, dan
penapisan teknologi dan
produk teknologi
kesehatan,yang ditujukan
untuk menghasilkan
informasi kesehatan,
teknologi, produk teknologi,
dan teknologi informasi (TI)
kesehatan
untuk mendukung
pembangunan kesehatan
guna meningkatkan
derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-
tingginya.
UNSUR2 nya :
a. biomedis dan teknologi
dasar kesehatan;
b. teknologi terapan
kesehatan dan epidemiologi
klinik;
c. teknologi intervensi
kesehatan masyarakat; dan
d. humaniora, kebijakan
kesehatan,dan
(1)Penelitian dan
pengembangan bidang
kesehatan dilaksanakan oleh
Badan Litbang Daerah dan/atau
lembaga lain atas usulan dinas
kesehatan dibawah koordinasi
Badan Litbang Daerah.
(2) Penelitian dan
pengembangan bidang
kesehatan yang dilaksanakan
oleh pihak lain berdasarkan atas
sepengetahuan dinas kesehatan
dan Badan Litbang Daerah.
(3) harus
dilaporkan ke Dinas Kesehatan
dan Badan Penelitian dan
Pengembangan Daerah
serta disosialisasikan kepada
instansi terkait.
(1) Pemerintah
Daerah
menyelenggarakan
penelitian dan
pengembangan dalam
bidang
kesehatan.
(2)Pemerintah
Daerah dapat bekerja
sama dengan institusi
pendidikan.
(3) Lembaga dan/atau
individu yang
melakukan penelitian
dalam bidang
kesehatan di Daerah
wajib memiliki
rekomendasi dari
Pemerintah Daerah.
(4) Hasil penelitian
kesehatan yang
dilakukan oleh
lembaga dan/atau
individu sebagaimana
dimaksud pada ayat
(3) wajib dilaporkan
ke Pemerintah
Daerah.
pemberdayaan masyarakat.
Penelitian, pengembangan,
penapisan teknologi dan
produk teknologi kesehatan
harus dilakukan atas dasar
persetujuan dari Pemerintah
dan apabila melibatkan
manusia harus atas dasar
persetujuan yang
bersangkutan setelah
diberikan penjelasan terlebih
dahulu.
Pembiayaa
n
kesehataa
n
Pembiayaan kesehatan bertujuan
untuk penyediaan pembiayaan
kesehatan yang
berkesinambungan dengan
jumlah yang mencukupi,
teralokasi secara adil, dan
termanfaatkan secara berhasil
guna dan berdaya guna untuk
menjamin terselenggaranya
pembangunan kesehatan agar
meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat setinggi-tingginya.
(2) Unsur-unsur pembiayaan
kesehatan terdiri atas
sumber pembiayaan, alokasi, dan
pemanfaatan.
(3) Sumber pembiayaan
kesehatan berasaldari
Pemerintah, pemerintah daerah,
masyarakat,swasta dan sumber
lain.
Pasal 171
(1) Besar anggaran kesehatan
Pemerintah dialokasikan
Penyelenggaraan sub sistem
pembiayaan kesehatan
terdiri dari:
a. penggalian dana;
b. pengalokasian dana; dan
c. pembelanjaan.
Pembiayaan pelayanan
kesehatan masyarakat
merupakan barang
publik (public good) yang
menjadi tanggung jawab
pemerintah,
sedangkan untuk pelayanan
kesehatan perorangan
pembiayaannya bersifat
privat, kecuali pembiayaan
untuk masyarakat miskin
dan tidak mampu menjadi
tanggung jawab pemerintah.
115. Pembiayaan pelayanan
kesehatan perorangan
diselenggarakan melalui
jaminan pemeliharaan
Sumber pembiayaan kesehatan
Provinsi Kaltim:
a. Pemerintah Pusat.
b. Pemerintah Provinsi.
c. Bantuan Luar Negeri.
d. Dunia Usaha dan Swasta.
e. Masyarakat.
Dinas kesehatan
menyelenggarakan pemantauan
dan pengawasan terhadap
sumbersumber
pembiayaan kesehatan.
Pengalokasian dana yang
dihimpun dan dilakukkan oleh
pemerintah dengan
memperhatikan pengutamaan
upaya pembangunan kesehatan
dengan prinsip yang
berkelanjutan, efektif dan
efisien.
(2) Alokasi dana yang berasal
dari pemerintah dilakukan
melalui penyusunan anggaran
dan pendapatan belanja serta
Pembiayaan
Kesehatan;
1. pembiayaan
pelyanan kesehtan
2. pembiyaan
jaminan pemelhran
kesmas
3. pembiayaan
jaminan pmlhran
keshtan masyrkt
miskin dan orang
terlantar
4. badan jaminan
pmliharan keshtan
daerah
5. jaminan pmlhran
keshtan bagi tenaga
kerja
minimal sebesar 5% (lima
persen)
dari anggaran pendapatan dan
belanja negara di luar gaji.
(2) Besar anggaran kesehatan
pemerintah daerah provinsi,
kabupaten/kota dialokasikan
minimal 10% (sepuluh persen)
dari anggaran pendapatan dan
belanja daerah di luar
 gaji.
kesehatan dengan
mekanisme asuransi sosial
yang pada waktunya
diharapkan akan mencapai
universal health
coverage sesuaidengan
Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2004
tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional (SJSN) dan
Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2011
tentang Badan
Penyelenggara Jaminan
Sosial.
Pemerintah Provinsi
berkewajiban mengalokasi
anggaran untuk kesehatan
minimal 10% dari total APBD
dengan pembagian yang
proporsional untuk pelayanan
promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif.
(3) Pengalokasian dan yang
dihimpun dari masyarakat dan
dilakukan oleh lembaga
masyarakat dan dilakukan oleh
lembaga masyarakat
berdasarkan azas gotong-
royong
sesuai dengan potensi dan
kebutuhannya. Sedangkan
pengalokasian dana oleh swasta
dilakukan dengan prinsip
berkelanjutan, efektif dan
efisien serta tidak melupakan
fungsi sosialnya.
(4) Dinas kesehatan
menyelenggarakan :
a. pengelolaan, bimbingan,
pembinaan dan pengendalian
jaminan pemeliharaan
kesehatan daerah.
b. bimbingan dan pengendalian
penyelenggaraan jaminan
pemeliharaan kesehatan
nasional (tugas pembantuan).
Pemerintah menjamin
keterjangkauan dan/atau akses
serta mutu pelayanan kesehatan
bagi masyarakat.
(2) Pemerintah mempunyai
talangan anggaran untuk
masyarakat miskin baru
dan/atau
Tambahan, KLB dan gawat
darurat.
(3) Pemerintah memfasilitasi
penggalangan dana untuk
kesehatan bersumber dari
perusahaan dan/atau dunia
usaha (Corporate Social
Responsibility).
(4) Pembiayaan pelayanan
kesehatan masyarakat
dilaksanakan melalui sistem
asuransi
dan/atau Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan Masyarakat (JPKM)
dan model
pembiayaan pelayanan
kesehatan lainnya.
(5) Bentuk penyelenggaraan
sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) ditetapkan oleh
Pemerintah Daerah dalam
Peraturan Gubernur.
Mekanisme pembiayaan
masyarakat miskin non
askeskin mengikuti sistem
Jaminan
Kesehatan Masyarakat
(JAMKESMAS).
(7) Setiap perusahaan wajib
memberikan jaminan
pemeliharaan kesehatan kepada
tenaga
kerja dan keluarganya melalui
sistem asuransi tenaga kerja
(JAMSOSTEK).
SDM
kesehatan
Pemerintah mengatur
perencanaan,pengadaan,
pendayagunaan, pembinaan, dan
pengawasan mutu tenaga
kesehatan dalam rangka
penyelenggaraan pelayanan
kesehatan.
(2) Ketentuan mengenai
perencanaan,pengadaan,
pendayagunaan, pembinaan, dan
pengawasan mutu tenaga
kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur
dalam
Peraturan Pemerintah.
(3) Ketentuan mengenai tenaga
kesehatan diatur dengan
Undang-Undang.
Pasal 22
(1) Tenaga kesehatan harus
memiliki kualifikasi minimum.
(2) Ketentuan mengenai
kualifikasi minimum
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur
dengan Peraturan Menteri.
Pasal 23
(1) Tenaga kesehatan berwenang
untuk menyelenggarakan
pelayanan kesehatan.
(2) Kewenangan untuk
menyelenggarakan pelayanan
kesehatan sebagaimana
Sebagai pelaksana upaya
kesehatan,diperlukan
sumber daya
manusia kesehatan yang
mencukupi dalam jumlah,
jenis, dan
kualitasnya, serta
terdistribusi secara adil dan
merata,sesuai
tuntutan kebutuhan
pembangunan kesehatan.
117. Sumber daya manusia
kesehatan yang termasuk
kelompok tenaga
kesehatan,sesuai dengan
keahlian dan kualifikasi
yang dimiliki terdiri
dari tenaga medis, tenaga
kefarmasian, tenaga
keperawatan dan
kebidanan, tenaga kesehatan
masyarakat,tenaga
kesehatan
lingkungan, tenaga gizi,
tenaga keterapian fisik,
tenaga keteknisian
medis, dan tenaga kesehatan
lainnya, diantaranya
termasuk peneliti
kesehatan.
118. SKN memberikan
fokus penting pada
pengembangan dan
Dinas kesehatan berwenang
dalam hal menetapkan :
a. Rekruitmen dan seleksi yang
dilaksanakan oleh Badan
Kepegawaian Daerah atas
usul dari Dinas Kesehatan yang
meliputi seluruh sarana
kesehatan pemerintah.
b. Standar kebutuhan SDM
Kesehatan didasarkan pada
beban kerja, rasio jumlah
penduduk dan kebutuhan
masyarakat..
c. Penempatan dan
pendistribusian tenaga
kesehatan strategis, pemindahan
tenaga
kesehatan tertentu antar
kabupaten/kota skala provinsi.
d. Pendayagunaan tenaga
kesehatan skala provinsi.
(2) Standar kinerja SDM
Kesehatan dibuat oleh tim yang
dikoordinasikan oleh dinas
kesehatan.
(3) Masing-masing institusi
dan/atau instansi sarana
kesehatan wajib membuat pola
pengembangan karir sesuai
dengan kompetensi, kebutuhan
dan pembangunan
kesehatan
(1) Pemerintah
Daerah wajib :
a. merencanakan,
mendayagunakan dan
melakukan upaya
peningkatan kualitas
sumber
daya manusia
kesehatan; dan
b. menjamin
terpenuhinya
kebutuhan sumber
daya manusia
kesehatan pada
sarana
kesehatan milik
Pemerintah Daerah.
(2) Penyediaan
sumber daya manusia
kesehatan dapat
dilakukan oleh
pemerintah dan
swasta.
dimaksud
pada ayat (1) dilakukan sesuai
dengan bidang keahlian yang
dimiliki.
(3) Dalam menyelenggarakan
pelayanan kesehatan,tenaga
kesehatan wajib memiliki izin
dari pemerintah.
(4) Selama memberikan
pelayanan kesehatan
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1)
dilarang mengutamakan
kepentingan yang bernilai
materi.
(5) Ketentuan mengenai
perizinan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) diatur dalam
Peraturan Menteri.
Pasal 24
(1) Tenaga kesehatan harus
memenuhi ketentuan
kode etik, standar profesi, hak
pengguna pelayanan kesehatan,
standar pelayanan, dan
standar prosedur operasional.
(2) Ketentuan mengenai kode
etik dan standar profesi
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1)
diatur oleh organisasi profesi.
(3) Ketentuan mengenai hak
pengguna pelayanan kesehatan,
standar pelayanan, dan
standar prosedur operasional
sebagaimana dimaksud pada
pemberdayaan sumber daya
manusia kesehatan guna
menjamin
ketersediaan,
pendistribusian, dan
peningkatan kualitas sumber
daya manusia kesehatan.
Pengembangan dan
pemberdayaan sumber
daya manusia kesehatan
meliputi perencanaan
kebutuhan dan
program sumber daya
manusia yang diperlukan,
pengadaan yang
meliputi pendidikan tenaga
kesehatan dan pelatihan
sumber daya
manusia kesehatan,
pendayagunaan sumber daya
manusia
kesehatan,termasuk
peningkatan
kesejahteraannya,dan
pembinaan
serta pengawasan mutu
sumber daya manusia
kesehatan.
ayat (1) diatur dengan
Peraturan Menteri.
Pasal 25
(1) Pengadaan dan peningkatan
mutu tenaga kesehatan
diselenggarakan oleh
Pemerintah,
pemerintah daerah,dan/atau
masyarakat melalui pendidikan
dan/atau pelatihan.
(2) Penyelenggaraan pendidikan
dan/atau pelatihan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)
menjadi tanggung jawab
Pemerintah dan pemerintah
daerah.
(3) Ketentuan mengenai
penyelengaraan pendidikan
dan/atau pelatihan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diatur
dalam Peraturan Pemerintah.
Pasal 26
(1) Pemerintah mengatur
penempatan tenaga kesehatan
untuk pemerataan pelayanan
kesehatan.
(2) Pemerintah daerah dapat
mengadakan dan
mendayagunakan tenaga
kesehatan sesuai
dengan kebutuhan daerahnya.
(3) Pengadaan dan
pendayagunaan tenaga kesehatan
sebagaimana dimaksud pada
ayat
(2) dilakukan dengan
memperhatikan:
a. jenis pelayanan kesehatan
yang dibutuhkan masyarakat;
b. jumlah sarana pelayanan
kesehatan; dan
c. jumlah tenaga kesehatan
sesuai dengan beban kerja
pelayanan kesehatan yang
ada.
(4) Penempatan tenaga
kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan
tetap memperhatikan hak tenaga
kesehatan dan hak masyarakat
untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan yang
merata.
(5) Ketentuan lebih lanjut
mengenai penempatan tenaga
kesehatan diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
Pasal 27
(1) Tenaga kesehatan berhak
mendapatkan imbalan dan
pelindungan hukum dalam
melaksanakan tugas sesuai
dengan profesinya.
(2) Tenaga kesehatan dalam
melaksanakan tugasnya
berkewajiban mengembangkan
dan
meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan yang dimiliki.
(3) Ketentuan mengenai hak dan
kewajiban tenaga kesehatan
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) diatur
dalam Peraturan Pemerintah.
Pasal 28
(1) Untuk kepentingan hukum,
tenaga kesehatan wajib
melakukan pemeriksaan
kesehatan
atas permintaan penegak hukum
dengan biaya ditanggung oleh
negara.
(2) Pemeriksaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)
didasarkan pada kompetensi dan
kewenangan sesuai dengan
bidang keilmuan yang dimiliki.
Pasal 29
Dalam hal tenaga kesehatan
diduga melakukan kelalaian
dalam menjalankan profesinya,
kelalaian tersebut harus
diselesaikan terlebih dahulu
melalui mediasi.
farmasi
dan alkes
1.Sediaan farmasi dan alat
kesehatan harus aman,
berkhasiat/bermanfaat, bermutu,
dan
terjangkau.
(2) Setiap orang yang tidak
memiliki keahlian dan
kewenangan dilarang
mengadakan,
menyimpan, mengolah,
mempromosikan, dan
mengedarkan obat dan bahan
Subsistem ini meliputi
berbagai kegiatan untuk
menjamin: aspek
keamanan,
khasiat/kemanfaatan dan
mutu sediaan farmasi, alat
kesehatan,dan makanan
yang beredar; ketersediaan,
pemerataan,
dan keterjangkauan obat,
terutama obat esensial;
perlindungan
a.penyediaan dan pengelolaan
bufferstock obat provinsi, alat
kesehatan, reagensia dan vaksin
lainnya skala provinsi serta
berperan aktif dalam
menyebarluaskan dan
mengawasi branded generik.
b. pembinaan terhadap
kesesuaian jenis pelayanan dan
obat di rumah sakit bersama
dengan Komite Medik
Fungsional.
(1) Pemerintah
Daerah menjamin
ketersediaan dan
keterjangkauan obat
dalam jenis dan
jumlah
yang cukup di
Puskesmas dan
Rumah Sakit Daerah
serta melakukan
pengawasan terhadap
penggunaannya.
yang
berkhasiat obat.
(3) Ketentuan mengenai
pengadaan, penyimpanan,
pengolahan, promosi,
pengedaran
sediaan farmasidan alat
kesehatan harus memenuhi
standar mutu pelayanan farmasi
yang ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah.
(4) Pemerintah berkewajiban
membina, mengatur,
mengendalikan, dan mengawasi
pengadaan, penyimpanan,
promosi, dan pengedaran
sebagaimana dimaksud pada
ayat
(3).
Pasal 99
(1) Sumber sediaan farmasiyang
berasaldari alam semesta dan
sudah terbukti berkhasiat
dan aman digunakan dalam
pencegahan, pengobatan,
dan/atau perawatan,serta
pemeliharaan kesehatan tetap
harus dijaga kelestariannya.
(2) Masyarakat diberi
kesempatan yang seluas-luasnya
untuk mengolah, memproduksi,
mengedarkan, mengembangkan,
meningkatkan, dan
menggunakan sediaan farmasi
yang dapat
dipertanggungjawabkan manfaat
masyarakat dari penggunaan
yang salah dan
penyalahgunaan obat;
penggunaan obat yang
rasional; serta upaya
kemandirian di bidang
kefarmasian melalui
pemanfaatan sumber daya
dalam negeri.
c. pengambilan sampling
dan/atau sertifikasi alat
kesehatan,PKRT dengan
labkesda, Balai Besar
Pengawasan Obat dan Makanan
(BBPOM) atau badan
independen yang diakui oleh
Pemerintah Provinsi.
d. pembinaan produksi dan
distribusi sediaan farmasi,
makanan, minuman dan alat
kesehatan bersama dengan
Balai Besar POM.
e. pembinaan terhadap dinas
kesehatan kabupaten/kota
mengenai keamanan dan
sanitasi makanan dan minuman
yang beredar di masyarakat
bersama instansi
terkait.
(2) Dinas kesehatan
memberikan sertifikasi sarana
produksi dan distribusi alat
kesehatan,Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga
(PKRT) Kelas II.
(2) Pemerintah
Daerah wajib
mengelola
bufferstock obat
pelayanan kesehatan
dasar dan
rujukan, alat
kesehatan,regensia
dan vaksin.
Pemerintah Daerah
berwenang
melakukan
pengawasan terhadap
sediaan farmasi, alat
kesehatan
dan makanan
minuman melalui :
a. pengambilan
sampel atau contoh
sediaan farmasidan
makanan minuman di
lapangan.
b. pemeriksaan di
lokasi sarana
produksi dan
distribusi sediaan
farmasi dan makanan
minuman; dan
c. pembinaan,
pengawasan dan
setifikasi makaman
minuman produksi
rumah tangga,
industri
kecil obat tradisional
(IKOT) serta
dan keamanannya.
(3) Pemerintah menjamin
pengembangan dan
pemeliharaan sediaan farmasi.
Pasal 100
(1) Sumber obat tradisional yang
sudah terbukti berkhasiat dan
aman digunakan dalam
pencegahan, pengobatan,
perawatan,dan/atau
pemeliharaan kesehatan tetap
dijaga
kelestariannya.
(2) Pemerintah menjamin
pengembangan dan
pemeliharaan bahan baku obat
tradisional .
Pasal 101
(1) Masyarakat diberi
kesempatan yang seluas-luasnya
untuk mengolah, memproduksi,
mengedarkan, mengembangkan,
meningkatkan, dan
menggunakan obat tradisional
yang dapat
dipertanggungjawabkan manfaat
dan keamanannya.
(2) Ketentuan mengenai
mengolah, memproduksi,
mengedarkan, mengembangkan,
meningkatkan, dan
menggunakan obat tradisional
diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
Pasal 102
(1) Penggunaan sediaan farmasi
perbekalan kesehatan
rumah tangga.
(1) Pemerintah
Daerah menetapkan
standar dan
mengawasi obat-obat
yang harus tersedia
pada
sarana kesehatan
dasar dan rujukan
milik pemerintah dan
swasta.
(2) Tata cara
pengawasan obat-
obatan sebagaimana
dimaksud pada ayat
(1) diatur lebih lanjut
oelh Peraturan
Walikota.
(1) Alat kesehatan
modern, tradisional
dan hasil inovasi
perorangan wajib
mendapatkan
rekomendasi izin
produksi, izin edar
dan izin distribusi
dari lembaga yang
berwenang.
(2) Pemerintah
Daerah melakukan
pengawasan atas alat
kesehatan modern,
tradisional dan hasil
inovasi perorangan,
sebagaimana
yang berupa narkotika dan
psikotropika hanya dapat
dilakukan berdasarkan resep
dokter atau dokter gigi dan
dilarang untuk disalahgunakan.
(2) Ketentuan mengenai
narkotika dan psikotropika
dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 103
(1) Setiap orang yang
memproduksi, menyimpan,
mengedarkan, dan menggunakan
narkotika dan psikotropika wajib
memenuhi standar dan/atau
persyaratan tertentu.
(2) Ketentuan mengenai
produksi, penyimpanan,
peredaran,serta penggunaan
narkotika
dan psikotropika sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan
perundangundangan.
Pasal 104
(1) Pengamanan sediaan farmasi
dan alat kesehatan
diselenggarakan untuk
melindungi
masyarakat dari bahaya yang
disebabkan oleh penggunaan
sediaan farmasidan alat
kesehatan yang tidak memenuhi
persyaratan mutu dan/atau
dimaksud pada ayat
(1) untuk keamanan
dan perlindungan
kepada masyarakat.
(3) Sarana Kesehatan
wajib melakukan
kalibrasi seluruh
peralatan yang
berhubungan dengan
pendukung diagnosa.
keamanan dan/atau
khasiat/kemanfaatan.
(2) Penggunaan obat dan obat
tradisional harus dilakukan
secara rasional.
Pasal 105
(1) Sediaan farmasi yang berupa
obat dan bahan baku obat harus
memenuhi syarat
farmakope Indonesia atau buku
standar lainnya.
(2) Sediaan farmasi yang berupa
obat tradisional dan kosmetika
serta alat kesehatan harus
 memenuhi standar dan/atau
persyaratan yang ditentukan.
Sediaan farmasi dan alat
kesehatan hanya dapat diedarkan
setelah mendapat izin edar.
(2) Penandaan dan informasi
sediaan farmasidan alat
kesehatan harus memenuhi
persyaratan objektivitas dan
kelengkapan serta tidak
menyesatkan.
(3) Pemerintah berwenang
mencabut izin edar dan
memerintahkan penarikan dari
peredaran sediaan farmasi dan
alat kesehatan yang telah
memperoleh izin edar,yang
kemudian terbukti tidak
memenuhi persyaratan mutu
dan/atau keamanan dan/atau
kemanfaatan,dapat disita dan
dimusnahkan sesuaidengan
ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 107
Ketentuan lebih lanjut mengenai
pengamanan sediaan farmasi dan
alat kesehatan
dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 108
(1) Praktik kefarmasiaan yang
meliputi pembuatan termasuk
pengendalian mutu sediaan
farmasi, pengamanan,
pengadaan, penyimpanan dan
pendistribusian obat, pelayanan
obat atas resep dokter, pelayanan
informasi obat serta
pengembangan obat, bahan obat
dan obat tradisional harus
dilakukan oleh tenaga kesehatan
yang mempunyai keahlian
dan kewenangan sesuaidengan
ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(2) Ketentuan mengenai
pelaksanaan praktik kefarmasian
sebagaimana dimaksud pada
 ayat (1) ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah
manajeme
n,
informasi,
dan
Unsur-unsur subsistem
manajemen, informasi, dan
regulasi
kesehatan terdiri dari:
a. mengelola dan
mengembangkan sistem
informasi kesehatan yang
terpadu
Regulasikesehatan :
1.regulasi tenaga
kerja
2. Regulasi Sarana
regulasi a. kebijakan kesehatan;
b. administrasi kesehatan;
c. hukum kesehatan;
d. informasi kesehatan; dan
e. sumber daya manajemen
kesehatan.
meliputi sarana pelayanan
pemerintah, dan swasta
termasuk lintas batas melalui
Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
b. pengelolaan survei kesehatan
daerah (surkesda) Skala
Provinsi.
(2) Dinas kesehatan
kabupaten/kota melaporkan
kepada Dinas Kesehatan
Provinsi :
a. Kejadian Luar Biasa dalam
waktu 1x24 jam (Laporan W1)
b. informasi penyakit
berpotensi wabah (Laporan
W2).
(3) RS melaporkan laporan
kegiatannya kepada dinas
kesehatan dengan tembusan
kepada
Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota di wilayah
kedudukannya.
(4) Semua informasi yang
diterima dari Provinsi,
Kabupaten dan Kota
selanjutnya
menjadi dasar dalam proses
perencanaan pembangunan
kesehatan.
Regulasi Sarana Kesehatan
Pasal 25
(1) Dinas kesehatan
melaksanakan registrasi dan
Kesehatan
3. Regulasi Sarana
Kesehatan
Penunjang
4. Regulasi Sarana
Kesehatan
Lainnya
5. Regulasi Sarana
Kesehatan
Mobilitas/Trans
portasi
6. Regulasi
Penyelenggara
Pembiayaan
Kesehatan
7. Regulasi Sarana
Layanan Umum
8. Regulasi
Farmasi,
Makanan
Minuman dan
Perbekalan
Kesehatan
9. Regulasi Tarif
10. Regulasi
Identitas
Pelayanan
Kesehatan
sertifikasi sarana kesehatan
sesuai
peraturan perundang-undangan.
(2) Dinas kesehatan memiliki
kewenangan dalam hal :
a. memberikan rekomendasi
izin sarana kesehatan tertentu
yang diberikan oleh
pemerintah pusat.
b. memberikan izin sarana
kesehatan meliputi rumah sakit
pemerintah Kelas B non
pendidikan, rumah sakit khusus,
rumah sakit swasta serta sarana
kesehatan
penunjang yang setara.
(3) Bentuk penyelenggaraan
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) diatur
dengan peraturan perundangan
yang berlaku.
(4) Sarana kesehatan wajib
mengirimkan laporan
perkembangan hasil kegiatan
pelayanan
kesehatan kepada pemerintah
melalui Dinas Kesehatan dalam
rangka memperoleh
perpanjangan ijin.
(5) Dinas kesehatan
menyediakan format baku
untuk pelaporan bagi sarana
kesehatan
sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) dan memberikan
umpan balik kepada sarana
kesehatan.
(6) Audit sasaran pelayanan
kesehatan oleh badan
independen (Badan Mutu) yang
diakui
oleh Pemerintah Provinsi.
Fasilitas
kesh
Fasilitas pelayanan kesehatan,
menurut jenis pelayanannya
terdiri atas:
a. pelayanan kesehatan
perseorangan; dan
b. pelayanan kesehatan
masyarakat.
(2) Fasilitas pelayanan kesehatan
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi:
a. pelayanan kesehatan tingkat
pertama;
b. pelayanan kesehatan tingkat
kedua; dan
c. pelayanan kesehatan tingkat
ketiga.
(3) Fasilitas pelayanan kesehatan
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaksanakan oleh
pihak Pemerintah, pemerintah
daerah,dan swasta.
(4) Ketentuan persyaratan
fasilitas pelayanan kesehatan
sebagaimana dimaksud pada
ayat
(2) dan ayat (3) ditetapkan oleh
Pemerintah sesuai ketentuan
yang berlaku.
(5) Ketentuan perizinan fasilitas
pelayanan kesehatan
sebagaimana dimaksud pada
ayat (2)
dan ayat (3) ditetapkan oleh
Pemerintah dan pemerintah
daerah.
Pasal 31
Fasilitas pelayanan kesehatan
wajib:
a. memberikan akses yang luas
bagi kebutuhan penelitian dan
pengembangan di bidang
kesehatan; dan
b. mengirimkan laporan hasil
penelitian dan pengembangan
kepada pemerintah daerah
atau Menteri.
Pasal 32
(1) Dalam keadaan darurat,
fasilitas pelayanan kesehatan,
baik pemerintah maupun swasta,
wajib memberikan pelayanan
kesehatan bagi penyelamatan
nyawa pasien dan
pencegahan kecacatan terlebih
dahulu.
(2) Dalam keadaan darurat,
fasilitas pelayanan kesehatan,
baik pemerintah maupun swasta
dilarang menolak pasien
dan/atau meminta uang muka.
Pasal 33
(1) Setiap pimpinan
penyelenggaraan fasilitas
pelayanan kesehatan masyarakat
harus
memiliki kompetensi manajemen
kesehatan masyarakat yang
dibutuhkan.
(2) Kompetensi manajemen
kesehatan masyarakat
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1)
diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Menteri.
Pasal 34
(1) Setiap pimpinan
penyelenggaraan fasilitas
pelayanan kesehatan
perseorangan harus
memiliki kompetensi manajemen
kesehatan perseorangan yang
dibutuhkan.
(2) Penyelenggara fasilitas
pelayanan kesehatan dilarang
mempekerjakan tenaga
kesehatan yang tidak memiliki
kualifikasi dan izin melakukan
pekerjaan profesi.
(3) Ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 35
(1) Pemerintah daerah dapat
menentukan jumlah dan jenis
fasilitas pelayanan kesehatan
serta pemberian izin beroperasi
di daerahnya.
(2) Penentuan jumlah dan jenis
fasilitas pelayanan kesehatan
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan oleh
pemerintah daerah dengan
mempertimbangkan:
a. luas wilayah;
b. kebutuhan kesehatan;
c. jumlah dan persebaran
penduduk;
d. pola penyakit;
e. pemanfaatannya;
f. fungsi sosial; dan
g. kemampuan dalam
memanfaatkan teknologi.
Ketentuan mengenai jumlah dan
jenis fasilitas pelayanan
kesehatan serta pemberian izin
beroperasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berlaku
juga untuk fasilitas pelayanan
kesehatan asing.
(4) Ketentuan mengenai jumlah
dan jenis fasilitas pelayanan
kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) tidak
berlaku untuk jenis rumah sakit
khusus karantina,
penelitian, dan asilum.
(5) Ketentuan lebih lanjut
mengenai penyelenggaraan
fasilitas pelayanan kesehatan
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
PROMKE
S
SKN
Unsur-unsur subsistem
pemberdayaan masyarakat
terdiri dari:
PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
Pasal 21
(1) Dinas kesehatan
1. Masyarakat
berperan serta dalam
pemeliharaan dan
peningkatan
a. penggerak pemberdayaan;
b. sasaran pemberdayaan;
c. kegiatan hidup sehat; dan
d. sumber daya.
Prinsip
Prinsip-prinsip subsistem
pemberdayaan masyarakat
terdiri dari:
a. berbasis masyarakat;
b. edukatif dan kemandirian;
c. kesempatan
mengemukakan pendapat
dan memilih pelayanan
kesehatan; dan
d. kemitraan dan gotong
royong.
Penyelenggaraan
subsistem pemberdayaan
masyarakat terdiri dari:
a. penggerakan masyarakat;
b. pengorganisasian dalam
pemberdayaan;
c. advokasi;
d. kemitraan; dan
e. peningkatan sumber daya.
Setiap orang dan masyarakat
bersama dengan Pemerintah
dan
Pemerintah Daerah berperan,
berkewajiban, dan
bertanggung jawab
untuk memelihara dan
meningkatkan derajat
kesehatan perorangan,
keluarga, masyarakat,dan
lingkungannya.
menyelenggarakan upaya
promosi kesehatan Skala
Provinsi.
(2) Individu, masyarakat dan
kelompok potensial
berpartisipasi aktif dalam
pembangunan kesehatan.
(3) Dinas kesehatan membentuk
kemitraan dengan kelompok
potensial dan dunia usaha.
(4) Pemberdayaan masyarakat
umum dilakukan melalui
pembentukan wadah
perwakilan masyarakat yang
peduli kesehatan. Wadah
perwakilan yang dimaksud
yang antara lain adalah
penyantun puskesmas
(dikecamatan),
Konsil/Komite,Kesehatan
Kabupaten/Kota (di
Kabupaten/Kota) atau Koalisi
/Jaringan/ForumPeduli
Kesehatan (di Provinsi).
(5) Dalam mewujudkan
masyarakat sebagaipusat
pembangunan kesehatan,ditiap
daerah dapat dibentuk
Dewan/Komite Kesehatan yang
berfungsi untuk menjadi
mitra Pemerintah dalam
merumuskan kebijakan
Pembangunan Kesehatan,
mengawasi pelaksanaan
pembangunan kesehatan,dan
meningkatkan transparansi
kesehatan serta
menjaga lingkungan
yang bersih dan
sehat.
2. Pemerintah
Daerah menjalin
kemitraan dengan
kelompok masyarakat
dalam
memberdayakan
kesehatan
masyarakat.
Pembangunan kesehatan
harus mampu meningkatkan
dan
mendorong peran aktif
masyarakat.
66. Pembangunan kesehatan
dilaksanakan dengan
berlandaskan pada
kepercayaan atas
kemampuan dan kekuatan
sendiri, kepribadian
bangsa, semangat solidaritas
sosial, gotong royong, dan
penguatan
kesehatan sebagaiketahanan
nasional.
pembangunan kesehatan
YANKES Pelayanan kesehatan terdiri atas:
a. pelayanan kesehatan
perseorangan; dan
b. pelayanan kesehatan
masyarakat.
(2) Pelayanan kesehatan
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi kegiatan
dengan
pendekatan promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif.
Pasal 53
(1) Pelayanan kesehatan
perseorangan ditujukan untuk
menyembuhkan penyakit dan
memulihkan kesehatan
perseorangan dan keluarga.
(2) Pelayanan kesehatan
masyarakat ditujukan untuk
memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah
penyakit suatu kelompok dan
masyarakat.
(3) Pelaksanaan pelayanan
kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus
mendahulukan pertolongan
keselamatan nyawa pasien
disbanding kepentingan lainnya.
Pasal 54
(1) Penyelenggaraan pelayanan
kesehatan dilaksanakan secara
bertanggung jawab, aman,
bermutu, serta merata dan
nondiskriminatif.
(2) Pemerintah dan pemerintah
daerah bertanggung jawab atas
penyelenggaraan
pelayanan kesehatan
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1).
(3) Pengawasan terhadap
penyelenggaraan pelayanan
kesehatan sebagaimana
dimaksud
pada ayat (1) dilakukan oleh
Pemerintah, pemerintah daerah,
dan masyarakat.
Pasal 55
(1) Pemerintah wajib
menetapkan standar mutu
pelayanan kesehatan.
(2) Standar mutu pelayanan
kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan
Peraturan Pemerintah.
Surveilans  Surveilans Epidemiologi
(1) Dinas kesehatan
menyelenggarakan
survailans epidemiologi
skala provinsi.
Surveilans gizi :
a.. penanggulangan gizi buruk.
b. perbaikan gizi keluarga dan
masyarakat dengan partisipasi
aktif masyarakat dan
swasta.
(2) Dinas kesehatan
menyelenggarakan :
a. survailans gizi buruk Skala
Provinsi
b. pemantauan penanggulangan
gizi buruk Skala Provinsi.
Perlu diatur
surveilans yang
dibutuhkan di Kab
Bulungan

SKN
TARGETAN Pada yankes
a. akses rumah tangga yang dapat menjangkau fasilitas pelayanan kesehatan ≤ 30 menit sebesar 90,7% dan akses rumah tangga yang berada ≤ 5
km dari fasilitas pelayanan kesehatan sebesar 94,1% (Riskesdas 2007);
b. peningkatan jumlah Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) ditandai dengan peningkatan rasio Puskesmas dari 3,46 per 100.000 penduduk
pada tahun 2003 menjadi 3,65 per 100.000 pada tahun 2007 (Profil Kesehatan 2007);
c. pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh penduduk meningkat dari 15,1% pada tahun 1996 menjadi 33,7% pada tahun 2006;
d. kunjungan baru (contact rate) ke fasilitas pelayanan kesehatan meningkat dari 34,4% pada tahun 2005 menjadi 41,8% pada tahun 2007;
e. jumlah masyarakat yang mencari pengobatan sendiri sebesar 45% dan yang tidak berobat sama sekali sebesar 13,3% (2007);
f. secara keseluruhan, kesehatan ibu membaik dengan turunnya Angka Kematian Ibu (AKI); pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
meningkat dari 75,4% (Riskesdas 2007) menjadi 82,2% (Riskesdas 2010), sementara persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan meningkat dari
24,3% pada tahun 1997 menjadi 46% pada tahun 2007 dan meningkat lagi menjadi 55,4% (Riskesdas 2010);
h. akses terhadap air bersih sebesar 57,7% rumah tangga dan sebesar 63,5% rumah tangga mempunyai akses pada sanitasi yang baik (Riskesdas
2007);
i. akses terhadap air minum sebesar 45,1% dan akses pembuangan tinja sebesar 55,5%, keduanya menggunakan kriteria MDG’s (Riskesdas 2010);
j. pada tahun 2007, rumah tangga yang tidak menggunakan fasilitas buang air besar sebesar 24,8% dan yang tidak memiliki saluran pembuangan
air limbah sebesar 32,5%;
k. kontribusi penyakit menular terhadap kesakitan dan kematian semakin menurun.
Rumah tangga yang telah melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat meningkat dari 27% pada tahun 2005 menjadi 36,3% pada tahun 2007,
namun masih jauh dari sasaran yang harus dicapai, yakni sekurang-kurangnya dengan target 60%.
l. Jumlah Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM),sepertiPos Pelayanan Terpadu (Posyandu), Pos Kesehatan Desa (Poskesdes), dan Pos
Kesehatan Pesantren (Poskestren) semakin meningkat, tetapi pemanfaatan dan kualitasnya masih rendah. Hingga tahun 2008 sudah terbentuk
47.111 Desa Siaga dimana terdapat 47.111 buah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes). Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) lainnya yang
terus berkembang pada tahun 2008 adalah Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) yang telah berjumlah 269.202 buah dan 967 Poskestren. Di samping
itu, Pemerintah telah memberikan pula bantuan stimulan untuk pengembangan 229 Musholla Sehat.
DATA PENDUKUNG
1. Profil Kesehatan kab Bulungan
2. Masalah kesehatan di kab Bulungan
3. Forum pemberdayaan masyarakat  poskesdes
4. Sarana pra sarana yang dimiliki kab Bulungan  puskesmas, posyandu , bidan , dokter , RS
5. Alokasi dana daerah untuk kesehatan

More Related Content

What's hot

Presentasi bu menkes
Presentasi bu menkesPresentasi bu menkes
Presentasi bu menkesputri irawan
 
WARTA DITJEN P2P EDISI XII TAHUN 2019
WARTA DITJEN P2P EDISI XII TAHUN 2019WARTA DITJEN P2P EDISI XII TAHUN 2019
WARTA DITJEN P2P EDISI XII TAHUN 2019Ditjen P2P Kemenkes
 
Pmk no-75-th-2014-ttg-puskesmas
Pmk no-75-th-2014-ttg-puskesmasPmk no-75-th-2014-ttg-puskesmas
Pmk no-75-th-2014-ttg-puskesmasFikri Jafar
 
100 permenkes no 21 tahun 2013 penanggulangan hivaids copy
100 permenkes no 21 tahun 2013 penanggulangan hivaids copy100 permenkes no 21 tahun 2013 penanggulangan hivaids copy
100 permenkes no 21 tahun 2013 penanggulangan hivaids copyMulti Irawati
 
Kebijakan pelayanan kesehatan
Kebijakan pelayanan kesehatan Kebijakan pelayanan kesehatan
Kebijakan pelayanan kesehatan Selvia Agueda
 
Uu no.36-thn-2009-ttg-0 kesehatan alinea 1
Uu no.36-thn-2009-ttg-0 kesehatan alinea 1Uu no.36-thn-2009-ttg-0 kesehatan alinea 1
Uu no.36-thn-2009-ttg-0 kesehatan alinea 1Zumaro Zumaro
 
Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga
Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan KeluargaProgram Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga
Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan KeluargaMuh Saleh
 
Visi indonesia sehat 2015
Visi indonesia sehat 2015Visi indonesia sehat 2015
Visi indonesia sehat 2015defiahs
 
Perpres no. 72 tahun 2012 ttg sistem kesehatan nasional
Perpres no. 72 tahun 2012 ttg sistem kesehatan nasionalPerpres no. 72 tahun 2012 ttg sistem kesehatan nasional
Perpres no. 72 tahun 2012 ttg sistem kesehatan nasionalSuprijanto Rijadi
 
Renstra Kemenkes 2015-2019
Renstra Kemenkes 2015-2019Renstra Kemenkes 2015-2019
Renstra Kemenkes 2015-2019Fakhriyah Elita
 
Ppt uu 36 thn 2009 (Etika dan hukum kesehatan)
Ppt uu 36 thn 2009 (Etika dan hukum kesehatan)Ppt uu 36 thn 2009 (Etika dan hukum kesehatan)
Ppt uu 36 thn 2009 (Etika dan hukum kesehatan)Åúlíà Üdâ
 
Kebijakan kesehatan
Kebijakan kesehatanKebijakan kesehatan
Kebijakan kesehatanabu hanafie
 

What's hot (15)

Presentasi bu menkes
Presentasi bu menkesPresentasi bu menkes
Presentasi bu menkes
 
Dokumen kesehatan
Dokumen kesehatanDokumen kesehatan
Dokumen kesehatan
 
WARTA DITJEN P2P EDISI XII TAHUN 2019
WARTA DITJEN P2P EDISI XII TAHUN 2019WARTA DITJEN P2P EDISI XII TAHUN 2019
WARTA DITJEN P2P EDISI XII TAHUN 2019
 
Pmk no-75-th-2014-ttg-puskesmas
Pmk no-75-th-2014-ttg-puskesmasPmk no-75-th-2014-ttg-puskesmas
Pmk no-75-th-2014-ttg-puskesmas
 
Pmk no.-9-ttg-puskesmas
Pmk no.-9-ttg-puskesmasPmk no.-9-ttg-puskesmas
Pmk no.-9-ttg-puskesmas
 
Dokumen kesehatan
Dokumen kesehatanDokumen kesehatan
Dokumen kesehatan
 
100 permenkes no 21 tahun 2013 penanggulangan hivaids copy
100 permenkes no 21 tahun 2013 penanggulangan hivaids copy100 permenkes no 21 tahun 2013 penanggulangan hivaids copy
100 permenkes no 21 tahun 2013 penanggulangan hivaids copy
 
Kebijakan pelayanan kesehatan
Kebijakan pelayanan kesehatan Kebijakan pelayanan kesehatan
Kebijakan pelayanan kesehatan
 
Uu no.36-thn-2009-ttg-0 kesehatan alinea 1
Uu no.36-thn-2009-ttg-0 kesehatan alinea 1Uu no.36-thn-2009-ttg-0 kesehatan alinea 1
Uu no.36-thn-2009-ttg-0 kesehatan alinea 1
 
Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga
Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan KeluargaProgram Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga
Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga
 
Visi indonesia sehat 2015
Visi indonesia sehat 2015Visi indonesia sehat 2015
Visi indonesia sehat 2015
 
Perpres no. 72 tahun 2012 ttg sistem kesehatan nasional
Perpres no. 72 tahun 2012 ttg sistem kesehatan nasionalPerpres no. 72 tahun 2012 ttg sistem kesehatan nasional
Perpres no. 72 tahun 2012 ttg sistem kesehatan nasional
 
Renstra Kemenkes 2015-2019
Renstra Kemenkes 2015-2019Renstra Kemenkes 2015-2019
Renstra Kemenkes 2015-2019
 
Ppt uu 36 thn 2009 (Etika dan hukum kesehatan)
Ppt uu 36 thn 2009 (Etika dan hukum kesehatan)Ppt uu 36 thn 2009 (Etika dan hukum kesehatan)
Ppt uu 36 thn 2009 (Etika dan hukum kesehatan)
 
Kebijakan kesehatan
Kebijakan kesehatanKebijakan kesehatan
Kebijakan kesehatan
 

Viewers also liked

jabatan fungsional umum
jabatan fungsional umumjabatan fungsional umum
jabatan fungsional umumJodha Akbar
 
Perka bkn-nomor-3-tahun-2013-kamus-jabatan-fungsional-umum-pns
Perka bkn-nomor-3-tahun-2013-kamus-jabatan-fungsional-umum-pnsPerka bkn-nomor-3-tahun-2013-kamus-jabatan-fungsional-umum-pns
Perka bkn-nomor-3-tahun-2013-kamus-jabatan-fungsional-umum-pnsELLA HANDAYANI
 
Permenpan nomor 02 tahun 2016
Permenpan nomor 02 tahun 2016Permenpan nomor 02 tahun 2016
Permenpan nomor 02 tahun 2016Buya Fachriy
 
Kmk153 0306-tentang-pedoman-penilaian-angka-kredit-tenaga-kesehatan
Kmk153 0306-tentang-pedoman-penilaian-angka-kredit-tenaga-kesehatanKmk153 0306-tentang-pedoman-penilaian-angka-kredit-tenaga-kesehatan
Kmk153 0306-tentang-pedoman-penilaian-angka-kredit-tenaga-kesehatanBay ComeTrue
 
Borang inventori
Borang inventoriBorang inventori
Borang inventoriNur Syairah
 
Daftar Stok Bekalan Pejabat
Daftar Stok Bekalan PejabatDaftar Stok Bekalan Pejabat
Daftar Stok Bekalan PejabatJuradi Durjari
 
Perka bkn no. 3 thn 2013 kamus jabatan fungsional umum pns
Perka bkn no. 3 thn 2013   kamus jabatan fungsional umum pnsPerka bkn no. 3 thn 2013   kamus jabatan fungsional umum pns
Perka bkn no. 3 thn 2013 kamus jabatan fungsional umum pnsRoyadi Nusa
 
Anjab jfu analis jabatan
Anjab jfu analis jabatanAnjab jfu analis jabatan
Anjab jfu analis jabatanReddy Prayudie
 
Permenkes Nomor 73 Tahun 2013 Tentang Jabatan Fungsional Umum di Kementerian ...
Permenkes Nomor 73 Tahun 2013 Tentang Jabatan Fungsional Umum di Kementerian ...Permenkes Nomor 73 Tahun 2013 Tentang Jabatan Fungsional Umum di Kementerian ...
Permenkes Nomor 73 Tahun 2013 Tentang Jabatan Fungsional Umum di Kementerian ...Iskandar Taran
 
Panduan pengurusan pejabat baru
Panduan pengurusan pejabat   baruPanduan pengurusan pejabat   baru
Panduan pengurusan pejabat baruanjungteguhperdana
 
Cara cara merekod inventori
Cara cara merekod inventoriCara cara merekod inventori
Cara cara merekod inventoriMOHD Shukristano
 

Viewers also liked (16)

jabatan fungsional umum
jabatan fungsional umumjabatan fungsional umum
jabatan fungsional umum
 
Lampiran rumpun jabatan teknis
Lampiran rumpun jabatan teknisLampiran rumpun jabatan teknis
Lampiran rumpun jabatan teknis
 
Perka bkn-nomor-3-tahun-2013-kamus-jabatan-fungsional-umum-pns
Perka bkn-nomor-3-tahun-2013-kamus-jabatan-fungsional-umum-pnsPerka bkn-nomor-3-tahun-2013-kamus-jabatan-fungsional-umum-pns
Perka bkn-nomor-3-tahun-2013-kamus-jabatan-fungsional-umum-pns
 
Permenpan nomor 02 tahun 2016
Permenpan nomor 02 tahun 2016Permenpan nomor 02 tahun 2016
Permenpan nomor 02 tahun 2016
 
Kmk153 0306-tentang-pedoman-penilaian-angka-kredit-tenaga-kesehatan
Kmk153 0306-tentang-pedoman-penilaian-angka-kredit-tenaga-kesehatanKmk153 0306-tentang-pedoman-penilaian-angka-kredit-tenaga-kesehatan
Kmk153 0306-tentang-pedoman-penilaian-angka-kredit-tenaga-kesehatan
 
Borang inventori
Borang inventoriBorang inventori
Borang inventori
 
Jenis jenis stok dan buku rekod
Jenis jenis stok dan buku rekodJenis jenis stok dan buku rekod
Jenis jenis stok dan buku rekod
 
Daftar Stok Bekalan Pejabat
Daftar Stok Bekalan PejabatDaftar Stok Bekalan Pejabat
Daftar Stok Bekalan Pejabat
 
Senarai semak aset_dan_stor
Senarai semak aset_dan_storSenarai semak aset_dan_stor
Senarai semak aset_dan_stor
 
UU RI Nomor 36 Tahun 2009 ttg Kesehatan
UU RI Nomor 36 Tahun 2009 ttg KesehatanUU RI Nomor 36 Tahun 2009 ttg Kesehatan
UU RI Nomor 36 Tahun 2009 ttg Kesehatan
 
Perka bkn no. 3 thn 2013 kamus jabatan fungsional umum pns
Perka bkn no. 3 thn 2013   kamus jabatan fungsional umum pnsPerka bkn no. 3 thn 2013   kamus jabatan fungsional umum pns
Perka bkn no. 3 thn 2013 kamus jabatan fungsional umum pns
 
Peralatan tangan
Peralatan tanganPeralatan tangan
Peralatan tangan
 
Anjab jfu analis jabatan
Anjab jfu analis jabatanAnjab jfu analis jabatan
Anjab jfu analis jabatan
 
Permenkes Nomor 73 Tahun 2013 Tentang Jabatan Fungsional Umum di Kementerian ...
Permenkes Nomor 73 Tahun 2013 Tentang Jabatan Fungsional Umum di Kementerian ...Permenkes Nomor 73 Tahun 2013 Tentang Jabatan Fungsional Umum di Kementerian ...
Permenkes Nomor 73 Tahun 2013 Tentang Jabatan Fungsional Umum di Kementerian ...
 
Panduan pengurusan pejabat baru
Panduan pengurusan pejabat   baruPanduan pengurusan pejabat   baru
Panduan pengurusan pejabat baru
 
Cara cara merekod inventori
Cara cara merekod inventoriCara cara merekod inventori
Cara cara merekod inventori
 

Similar to UKP Kesehatan

Uu. no 23 tahun 1992 tentang kesehatan
Uu. no 23 tahun 1992 tentang kesehatanUu. no 23 tahun 1992 tentang kesehatan
Uu. no 23 tahun 1992 tentang kesehatandyah gaby kesuma
 
Undang undang no 23 tahun 1992
Undang undang no 23 tahun 1992Undang undang no 23 tahun 1992
Undang undang no 23 tahun 1992Afrizal Christie
 
Perbandingan skd bulungan
Perbandingan skd bulunganPerbandingan skd bulungan
Perbandingan skd bulunganIlma Rahmawati
 
UU Nomor 36 Tahun 2009 (1).pdf
UU Nomor 36 Tahun 2009 (1).pdfUU Nomor 36 Tahun 2009 (1).pdf
UU Nomor 36 Tahun 2009 (1).pdfMichelleAngelika
 
Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang KesehatanUndang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang KesehatanPenataan Ruang
 
UU_36_2009_Kesehatan.pdf
UU_36_2009_Kesehatan.pdfUU_36_2009_Kesehatan.pdf
UU_36_2009_Kesehatan.pdfCIkumparan
 
Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009
Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009
Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009JalinKrakatau
 
Uu no. 36_th_2009_ttg_kesehatan
Uu no. 36_th_2009_ttg_kesehatanUu no. 36_th_2009_ttg_kesehatan
Uu no. 36_th_2009_ttg_kesehatanDickdick Maulana
 
Uu kesehatan no. 36 thn 2009
Uu kesehatan no. 36 thn 2009Uu kesehatan no. 36 thn 2009
Uu kesehatan no. 36 thn 2009Mohammad Ichsan
 
Uu no. 36_th_2009_ttg_kesehatan
Uu no. 36_th_2009_ttg_kesehatanUu no. 36_th_2009_ttg_kesehatan
Uu no. 36_th_2009_ttg_kesehatanDeni Lestari
 
Uu kesehatan no. 36 thn 2009
Uu kesehatan no. 36 thn 2009Uu kesehatan no. 36 thn 2009
Uu kesehatan no. 36 thn 2009Mohammad Ichsan
 
Uu 36-2009-kesehatan-130804213654-phpapp02
Uu 36-2009-kesehatan-130804213654-phpapp02Uu 36-2009-kesehatan-130804213654-phpapp02
Uu 36-2009-kesehatan-130804213654-phpapp02FatikHa D'jockam
 
07.-Nomor-36-Tahun-2009-Tentang-Kesehatan.pdf
07.-Nomor-36-Tahun-2009-Tentang-Kesehatan.pdf07.-Nomor-36-Tahun-2009-Tentang-Kesehatan.pdf
07.-Nomor-36-Tahun-2009-Tentang-Kesehatan.pdfSulasmiMirai
 

Similar to UKP Kesehatan (20)

Uu no.36 2009
Uu no.36 2009Uu no.36 2009
Uu no.36 2009
 
Uu. no 23 tahun 1992 tentang kesehatan
Uu. no 23 tahun 1992 tentang kesehatanUu. no 23 tahun 1992 tentang kesehatan
Uu. no 23 tahun 1992 tentang kesehatan
 
Undang undang no 23 tahun 1992
Undang undang no 23 tahun 1992Undang undang no 23 tahun 1992
Undang undang no 23 tahun 1992
 
Perbandingan skd bulungan
Perbandingan skd bulunganPerbandingan skd bulungan
Perbandingan skd bulungan
 
UU Nomor 36 Tahun 2009 (1).pdf
UU Nomor 36 Tahun 2009 (1).pdfUU Nomor 36 Tahun 2009 (1).pdf
UU Nomor 36 Tahun 2009 (1).pdf
 
Uu no. 36 th 2009 ttg kesehatan
Uu no. 36 th 2009 ttg kesehatanUu no. 36 th 2009 ttg kesehatan
Uu no. 36 th 2009 ttg kesehatan
 
Uu 36-2009 kesehatan
Uu 36-2009 kesehatanUu 36-2009 kesehatan
Uu 36-2009 kesehatan
 
Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang KesehatanUndang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
 
UU_36_2009_Kesehatan.pdf
UU_36_2009_Kesehatan.pdfUU_36_2009_Kesehatan.pdf
UU_36_2009_Kesehatan.pdf
 
UU 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
UU 36 Tahun 2009 Tentang KesehatanUU 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
UU 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
 
Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009
Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009
Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009
 
Uu no. 36_th_2009_ttg_kesehatan
Uu no. 36_th_2009_ttg_kesehatanUu no. 36_th_2009_ttg_kesehatan
Uu no. 36_th_2009_ttg_kesehatan
 
Uu kesehatan no. 36 thn 2009
Uu kesehatan no. 36 thn 2009Uu kesehatan no. 36 thn 2009
Uu kesehatan no. 36 thn 2009
 
Uu 36 2009 kesehatan
Uu 36 2009 kesehatanUu 36 2009 kesehatan
Uu 36 2009 kesehatan
 
Uu no. 36_th_2009_ttg_kesehatan
Uu no. 36_th_2009_ttg_kesehatanUu no. 36_th_2009_ttg_kesehatan
Uu no. 36_th_2009_ttg_kesehatan
 
Uu 36 2009_kesehatan
Uu 36 2009_kesehatanUu 36 2009_kesehatan
Uu 36 2009_kesehatan
 
Uu kesehatan no. 36 thn 2009
Uu kesehatan no. 36 thn 2009Uu kesehatan no. 36 thn 2009
Uu kesehatan no. 36 thn 2009
 
Uu no 23_1992
Uu no 23_1992Uu no 23_1992
Uu no 23_1992
 
Uu 36-2009-kesehatan-130804213654-phpapp02
Uu 36-2009-kesehatan-130804213654-phpapp02Uu 36-2009-kesehatan-130804213654-phpapp02
Uu 36-2009-kesehatan-130804213654-phpapp02
 
07.-Nomor-36-Tahun-2009-Tentang-Kesehatan.pdf
07.-Nomor-36-Tahun-2009-Tentang-Kesehatan.pdf07.-Nomor-36-Tahun-2009-Tentang-Kesehatan.pdf
07.-Nomor-36-Tahun-2009-Tentang-Kesehatan.pdf
 

Recently uploaded

Metode dan media pendidikan dan promosi kesehatan
Metode dan media pendidikan dan promosi kesehatanMetode dan media pendidikan dan promosi kesehatan
Metode dan media pendidikan dan promosi kesehatanMeiRianitaElfridaSin
 
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.pptPENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.pptssuser940815
 
Uji Validitas dan Realibilitas SPSS dan Contoh
Uji Validitas dan Realibilitas SPSS dan ContohUji Validitas dan Realibilitas SPSS dan Contoh
Uji Validitas dan Realibilitas SPSS dan ContohARDS5
 
LAPORAN KASUS APRAS MONICALAPORAN KASUS APRAS MONICA.pdf
LAPORAN KASUS APRAS MONICALAPORAN KASUS APRAS MONICA.pdfLAPORAN KASUS APRAS MONICALAPORAN KASUS APRAS MONICA.pdf
LAPORAN KASUS APRAS MONICALAPORAN KASUS APRAS MONICA.pdfNurlianiNurliani4
 
ppt napza untuk SEKOLAH DASAR DAN CARA MENCEGAHNYA.pptx
ppt napza untuk SEKOLAH DASAR DAN CARA MENCEGAHNYA.pptxppt napza untuk SEKOLAH DASAR DAN CARA MENCEGAHNYA.pptx
ppt napza untuk SEKOLAH DASAR DAN CARA MENCEGAHNYA.pptxmarnitahm32
 
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdfMATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdfestidiyah35
 
444028203-Penyusunan-Renstra-Puskesmas.ppt
444028203-Penyusunan-Renstra-Puskesmas.ppt444028203-Penyusunan-Renstra-Puskesmas.ppt
444028203-Penyusunan-Renstra-Puskesmas.pptMUHAMMADHASINUDDIN
 
kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatan
kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatankebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatan
kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatanMeiRianitaElfridaSin
 
kelompok rentan pada perempuan dan a.ppt
kelompok rentan pada perempuan dan a.pptkelompok rentan pada perempuan dan a.ppt
kelompok rentan pada perempuan dan a.pptssuser8a13d21
 
1. BHD PERKI.pptx, materi tentang bagaimana melakukan bhd pada korban dengan ...
1. BHD PERKI.pptx, materi tentang bagaimana melakukan bhd pada korban dengan ...1. BHD PERKI.pptx, materi tentang bagaimana melakukan bhd pada korban dengan ...
1. BHD PERKI.pptx, materi tentang bagaimana melakukan bhd pada korban dengan ...MAKSIPUASA1
 
persentation TYPHOID yang disebabkan olehSalmonela thypi
persentation TYPHOID yang disebabkan olehSalmonela thypipersentation TYPHOID yang disebabkan olehSalmonela thypi
persentation TYPHOID yang disebabkan olehSalmonela thypianisaEndrasari
 
KIA ppt penyuluhan buku kesehatan ibu dan anak
KIA ppt penyuluhan buku kesehatan ibu dan anakKIA ppt penyuluhan buku kesehatan ibu dan anak
KIA ppt penyuluhan buku kesehatan ibu dan anakelin560994
 
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdfDiagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdfAlanRahmat
 

Recently uploaded (13)

Metode dan media pendidikan dan promosi kesehatan
Metode dan media pendidikan dan promosi kesehatanMetode dan media pendidikan dan promosi kesehatan
Metode dan media pendidikan dan promosi kesehatan
 
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.pptPENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
 
Uji Validitas dan Realibilitas SPSS dan Contoh
Uji Validitas dan Realibilitas SPSS dan ContohUji Validitas dan Realibilitas SPSS dan Contoh
Uji Validitas dan Realibilitas SPSS dan Contoh
 
LAPORAN KASUS APRAS MONICALAPORAN KASUS APRAS MONICA.pdf
LAPORAN KASUS APRAS MONICALAPORAN KASUS APRAS MONICA.pdfLAPORAN KASUS APRAS MONICALAPORAN KASUS APRAS MONICA.pdf
LAPORAN KASUS APRAS MONICALAPORAN KASUS APRAS MONICA.pdf
 
ppt napza untuk SEKOLAH DASAR DAN CARA MENCEGAHNYA.pptx
ppt napza untuk SEKOLAH DASAR DAN CARA MENCEGAHNYA.pptxppt napza untuk SEKOLAH DASAR DAN CARA MENCEGAHNYA.pptx
ppt napza untuk SEKOLAH DASAR DAN CARA MENCEGAHNYA.pptx
 
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdfMATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
 
444028203-Penyusunan-Renstra-Puskesmas.ppt
444028203-Penyusunan-Renstra-Puskesmas.ppt444028203-Penyusunan-Renstra-Puskesmas.ppt
444028203-Penyusunan-Renstra-Puskesmas.ppt
 
kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatan
kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatankebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatan
kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatan
 
kelompok rentan pada perempuan dan a.ppt
kelompok rentan pada perempuan dan a.pptkelompok rentan pada perempuan dan a.ppt
kelompok rentan pada perempuan dan a.ppt
 
1. BHD PERKI.pptx, materi tentang bagaimana melakukan bhd pada korban dengan ...
1. BHD PERKI.pptx, materi tentang bagaimana melakukan bhd pada korban dengan ...1. BHD PERKI.pptx, materi tentang bagaimana melakukan bhd pada korban dengan ...
1. BHD PERKI.pptx, materi tentang bagaimana melakukan bhd pada korban dengan ...
 
persentation TYPHOID yang disebabkan olehSalmonela thypi
persentation TYPHOID yang disebabkan olehSalmonela thypipersentation TYPHOID yang disebabkan olehSalmonela thypi
persentation TYPHOID yang disebabkan olehSalmonela thypi
 
KIA ppt penyuluhan buku kesehatan ibu dan anak
KIA ppt penyuluhan buku kesehatan ibu dan anakKIA ppt penyuluhan buku kesehatan ibu dan anak
KIA ppt penyuluhan buku kesehatan ibu dan anak
 
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdfDiagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
 

UKP Kesehatan

  • 1. KATEGO RI UU 36 SKN SKP SKD BANDUNG REKOMENDASI UKP Ruang Lingku p Ruang Lingkup Meliputi : 1. Sumber Daya Kesehatan 2. Upaya Kesehatan 3. Kesehatan Ibu, Bayi Dan Anak 4. Gizi 5. Kesehatan Jiwa 6. Penyakit Menular Dan Non Menular 7. Kesehatan Lingkungan 8. Kesehatan Kerja 9. Pengelolaan Kesehatan 10. Informasi Kesehatan 11. Pembiayaan Kesehatan 12. Peran Serta Masyarakat 13. Badan Pertimbangan Kesehatan 14. Pembinaan Dan Pengawasan 15. Penyidikan 16. Ketentuan Pidana Pembahasan : a. upaya kesehatan; b. penelitian dan pengembangan kesehatan; c. pembiayaan kesehatan; d. sumber daya manusia kesehatan; e. sediaan farmasi, alat kesehatan,dan makanan; f. manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan; dan pemberdayaan masyarakat. Ruang Lingkup SKP : a. Upaya Kesehatan; b. Pembiayaan Kesehatan; c. Sumber Daya Manusia Kesehatan; d. Farmasi, Makanan, Minuman, dan Perbekalan Kesehatan; e. Pemberdayaan Masyarakat; f. Informasi dan Pengembangan Kesehatan; g. Regulasi Kesehatan; h. Surveilans. Ruang lingkup penyelenggaraan SKKB meliputi : 1.Pelayanan Kesehatan; 2. Regulasi Kesehatan 3.Penanganan Gawat Darurat, Bencana Dan Kejadian Luar Biasa (KLB); 4. Pembiayaan Kesehatan; 5. Informasi Kesehatan; 6. Farmasi Dan Perbekalan Kesehatan; 7. Sumber Daya Manusia Kesehatan; 8.. Pemberdayaan Masyarakat; Dan 9.. Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan. Ruang lingkup a. Upaya Kesehatan; b. Pembiayaan Kesehatan; c. Sumber Daya Manusia Kesehatan; d. Farmasi, Makanan, Minuman, dan Perbekalan Kesehatan; e. Pemberdayaan Masyarakat; f. Informasi dan Pengembangan Kesehatan; g. Regulasi Kesehatan; h. Surveilans. UPK Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Sebagaimana Dimaksud Dalam Pasal 47 Dilaksanakan Melalui kegiatan: UU NO 36  Pelayanan kesehatan perorangan primer  puskesmas 1) Dinas kesehatan menyelenggarakan : a. bimbingan dan pengendalian pelayanan kesehatan haji skala provinsi b. pengelolaan pelayanan kesehatan rujukan sekunder dan tersier tertentu Pada wilayah kerja Puskesmas,UKP dapat diserahkan kepada pelayanan kesehatan swasta berdasarkan pertimbangan efisiensi dan
  • 2.  Sekunder  pj dinkes , RS TIPE C.Pelayanan kesehatan perorangan sekunder yang bersifat tradisional,alternatif dan komplementer dilaksanakan berafiliasi dengan atau di rumah sakit pendidikan.  Tersier  dokter spesialis , RS tipe A & B Pemerintah wajib menyediakan pelayanan kesehatan perorangan Primer. c. bimbingan dan pengendalian upaya kesehatan pada daerah perbatasan,terpencil, rawan dan kepulauan skala provinsi. (2) Dinas kesehatan bekerjasama dengan Kantor Wilayah Departemen Agama dan Kantor Kesehatan Pelabuhan melakukan upaya kesehatan dalam rangka penyelenggaraan haji. (3) Semua sarana kesehatan di daerah perbatasan wajib menerima pasien lintas batas. (4) Dinas kesehatan bersama dinas kesehatan kabupaten/kota membuat kesepakatan kerjasama dalam menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan dan/atau pembiayaan penduduk lintas batas. (5) Pemerintah menyusun kebijakan jangka panjang kesehatan provinsi yang meliputi UKM dan UKP dengan tujuan meningkatkan pelayanan dan kualitas pelayanan kesehatan. (6) Pengendalian mutu pelayanan kesehatan dilakukan oleh dinas kesehatan dengan instansi terkait. kemitraan
  • 3. UKM  Pelayanan kesehatan berbasis masyarakat dalam bentuk seperti Pos Kesehatan  Desa (Poskesdes) dan pengobatan tradisional, alternatif dan komplementer yang secara ilmiah telah terbukti terjamin keamanan dan khasiatnya.  Penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat primer menjadi tanggung jawab Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang pelaksanaan operasionalnya dapat didelegasikan kepada Puskesmas, dan/atau fasilitas pelayanan kesehatan primer lainnya yang diselenggarakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah dan/atau masyarakat.  Masyarakat termasuk swasta dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan masyarakat primer sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku dan bekerja sama dengan Pemerintah/Pemerintah Daerah.  Pemerintah/Pemerintah Daerah dapat membentuk fasilitas pelayanan kesehatan yang secara khusus ditugaskan untuk RS melaksanakan UKM dan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan
  • 4. melaksanakan upaya kesehatan masyarakat sesuai keperluan.  Pembentukan fasilitas pelayanan kesehatan tersebut dilakukan sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku. Upaya Kesehatan Upaya pelayanan kesehatan: b.pelayanan kesehatan tradisional; c.peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit; d. penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan; e. kesehatan reproduksi; f. keluarga berencana; g. kesehatan sekolah; h. kesehatan olahraga; i. pelayanan kesehatan pada bencana; j. pelayanan darah; k. kesehatan gigi dan mulut; l.penanggulangan gangguan penglihatan dan gangguan pendengaran; m. kesehatan matra; n. pengamanan dan penggunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan; o.pengamanan makanan dan minuman; p.pengamanan zat adiktif; dan/atau q. bedah mayat. Upaya kesehatan meliputi : a. Pengelolaan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan b. Pencegahan dan pemberantasan penyakit c. Lingkungan sehat d. Pelaynanan kesehatan perorangan dan masyarakat e. Gawat darurat dan bencana f. KLB Pelayanan kesehtan : 1. Pelayanan kesehatan dasar 2. Pelayanan kesehtan rujukan 3. Pelayanan kesehtan darah 4. Pemantauan & pengamatan penyakit 5. Pencegahan dan penanggulangan penyakit 6. Lingkungan sehat 7. Kesehatan pekerja 8. Pelayanan kesehatan keluarga 9. Kesehatan jiwa 10. Penanggulangan masalah gizi 11. Pelayanan kesehtan haji 12. Pelayanan kesehatan
  • 5. tradisional 13. Pelayanan kesehatan lintas daerah dan kumuh PENELIT IAN DAN PENGEM BANGAN Tujuan dari penyelenggaraan subsistem penelitian dan pengembangan kesehatan adalah terselenggaranya kegiatan penelitian, pengembangan, dan penapisan teknologi dan produk teknologi kesehatan,yang ditujukan untuk menghasilkan informasi kesehatan, teknologi, produk teknologi, dan teknologi informasi (TI) kesehatan untuk mendukung pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi- tingginya. UNSUR2 nya : a. biomedis dan teknologi dasar kesehatan; b. teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik; c. teknologi intervensi kesehatan masyarakat; dan d. humaniora, kebijakan kesehatan,dan (1)Penelitian dan pengembangan bidang kesehatan dilaksanakan oleh Badan Litbang Daerah dan/atau lembaga lain atas usulan dinas kesehatan dibawah koordinasi Badan Litbang Daerah. (2) Penelitian dan pengembangan bidang kesehatan yang dilaksanakan oleh pihak lain berdasarkan atas sepengetahuan dinas kesehatan dan Badan Litbang Daerah. (3) harus dilaporkan ke Dinas Kesehatan dan Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah serta disosialisasikan kepada instansi terkait. (1) Pemerintah Daerah menyelenggarakan penelitian dan pengembangan dalam bidang kesehatan. (2)Pemerintah Daerah dapat bekerja sama dengan institusi pendidikan. (3) Lembaga dan/atau individu yang melakukan penelitian dalam bidang kesehatan di Daerah wajib memiliki rekomendasi dari Pemerintah Daerah. (4) Hasil penelitian kesehatan yang dilakukan oleh lembaga dan/atau individu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) wajib dilaporkan ke Pemerintah Daerah.
  • 6. pemberdayaan masyarakat. Penelitian, pengembangan, penapisan teknologi dan produk teknologi kesehatan harus dilakukan atas dasar persetujuan dari Pemerintah dan apabila melibatkan manusia harus atas dasar persetujuan yang bersangkutan setelah diberikan penjelasan terlebih dahulu. Pembiayaa n kesehataa n Pembiayaan kesehatan bertujuan untuk penyediaan pembiayaan kesehatan yang berkesinambungan dengan jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil, dan termanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya guna untuk menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan agar meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya. (2) Unsur-unsur pembiayaan kesehatan terdiri atas sumber pembiayaan, alokasi, dan pemanfaatan. (3) Sumber pembiayaan kesehatan berasaldari Pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat,swasta dan sumber lain. Pasal 171 (1) Besar anggaran kesehatan Pemerintah dialokasikan Penyelenggaraan sub sistem pembiayaan kesehatan terdiri dari: a. penggalian dana; b. pengalokasian dana; dan c. pembelanjaan. Pembiayaan pelayanan kesehatan masyarakat merupakan barang publik (public good) yang menjadi tanggung jawab pemerintah, sedangkan untuk pelayanan kesehatan perorangan pembiayaannya bersifat privat, kecuali pembiayaan untuk masyarakat miskin dan tidak mampu menjadi tanggung jawab pemerintah. 115. Pembiayaan pelayanan kesehatan perorangan diselenggarakan melalui jaminan pemeliharaan Sumber pembiayaan kesehatan Provinsi Kaltim: a. Pemerintah Pusat. b. Pemerintah Provinsi. c. Bantuan Luar Negeri. d. Dunia Usaha dan Swasta. e. Masyarakat. Dinas kesehatan menyelenggarakan pemantauan dan pengawasan terhadap sumbersumber pembiayaan kesehatan. Pengalokasian dana yang dihimpun dan dilakukkan oleh pemerintah dengan memperhatikan pengutamaan upaya pembangunan kesehatan dengan prinsip yang berkelanjutan, efektif dan efisien. (2) Alokasi dana yang berasal dari pemerintah dilakukan melalui penyusunan anggaran dan pendapatan belanja serta Pembiayaan Kesehatan; 1. pembiayaan pelyanan kesehtan 2. pembiyaan jaminan pemelhran kesmas 3. pembiayaan jaminan pmlhran keshtan masyrkt miskin dan orang terlantar 4. badan jaminan pmliharan keshtan daerah 5. jaminan pmlhran keshtan bagi tenaga kerja
  • 7. minimal sebesar 5% (lima persen) dari anggaran pendapatan dan belanja negara di luar gaji. (2) Besar anggaran kesehatan pemerintah daerah provinsi, kabupaten/kota dialokasikan minimal 10% (sepuluh persen) dari anggaran pendapatan dan belanja daerah di luar  gaji. kesehatan dengan mekanisme asuransi sosial yang pada waktunya diharapkan akan mencapai universal health coverage sesuaidengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Pemerintah Provinsi berkewajiban mengalokasi anggaran untuk kesehatan minimal 10% dari total APBD dengan pembagian yang proporsional untuk pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. (3) Pengalokasian dan yang dihimpun dari masyarakat dan dilakukan oleh lembaga masyarakat dan dilakukan oleh lembaga masyarakat berdasarkan azas gotong- royong sesuai dengan potensi dan kebutuhannya. Sedangkan pengalokasian dana oleh swasta dilakukan dengan prinsip berkelanjutan, efektif dan efisien serta tidak melupakan fungsi sosialnya. (4) Dinas kesehatan menyelenggarakan : a. pengelolaan, bimbingan, pembinaan dan pengendalian jaminan pemeliharaan kesehatan daerah. b. bimbingan dan pengendalian penyelenggaraan jaminan pemeliharaan kesehatan nasional (tugas pembantuan). Pemerintah menjamin keterjangkauan dan/atau akses serta mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
  • 8. (2) Pemerintah mempunyai talangan anggaran untuk masyarakat miskin baru dan/atau Tambahan, KLB dan gawat darurat. (3) Pemerintah memfasilitasi penggalangan dana untuk kesehatan bersumber dari perusahaan dan/atau dunia usaha (Corporate Social Responsibility). (4) Pembiayaan pelayanan kesehatan masyarakat dilaksanakan melalui sistem asuransi dan/atau Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) dan model pembiayaan pelayanan kesehatan lainnya. (5) Bentuk penyelenggaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditetapkan oleh Pemerintah Daerah dalam Peraturan Gubernur. Mekanisme pembiayaan masyarakat miskin non askeskin mengikuti sistem Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS). (7) Setiap perusahaan wajib memberikan jaminan pemeliharaan kesehatan kepada tenaga
  • 9. kerja dan keluarganya melalui sistem asuransi tenaga kerja (JAMSOSTEK). SDM kesehatan Pemerintah mengatur perencanaan,pengadaan, pendayagunaan, pembinaan, dan pengawasan mutu tenaga kesehatan dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan. (2) Ketentuan mengenai perencanaan,pengadaan, pendayagunaan, pembinaan, dan pengawasan mutu tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah. (3) Ketentuan mengenai tenaga kesehatan diatur dengan Undang-Undang. Pasal 22 (1) Tenaga kesehatan harus memiliki kualifikasi minimum. (2) Ketentuan mengenai kualifikasi minimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri. Pasal 23 (1) Tenaga kesehatan berwenang untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan. (2) Kewenangan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan sebagaimana Sebagai pelaksana upaya kesehatan,diperlukan sumber daya manusia kesehatan yang mencukupi dalam jumlah, jenis, dan kualitasnya, serta terdistribusi secara adil dan merata,sesuai tuntutan kebutuhan pembangunan kesehatan. 117. Sumber daya manusia kesehatan yang termasuk kelompok tenaga kesehatan,sesuai dengan keahlian dan kualifikasi yang dimiliki terdiri dari tenaga medis, tenaga kefarmasian, tenaga keperawatan dan kebidanan, tenaga kesehatan masyarakat,tenaga kesehatan lingkungan, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik, tenaga keteknisian medis, dan tenaga kesehatan lainnya, diantaranya termasuk peneliti kesehatan. 118. SKN memberikan fokus penting pada pengembangan dan Dinas kesehatan berwenang dalam hal menetapkan : a. Rekruitmen dan seleksi yang dilaksanakan oleh Badan Kepegawaian Daerah atas usul dari Dinas Kesehatan yang meliputi seluruh sarana kesehatan pemerintah. b. Standar kebutuhan SDM Kesehatan didasarkan pada beban kerja, rasio jumlah penduduk dan kebutuhan masyarakat.. c. Penempatan dan pendistribusian tenaga kesehatan strategis, pemindahan tenaga kesehatan tertentu antar kabupaten/kota skala provinsi. d. Pendayagunaan tenaga kesehatan skala provinsi. (2) Standar kinerja SDM Kesehatan dibuat oleh tim yang dikoordinasikan oleh dinas kesehatan. (3) Masing-masing institusi dan/atau instansi sarana kesehatan wajib membuat pola pengembangan karir sesuai dengan kompetensi, kebutuhan dan pembangunan kesehatan (1) Pemerintah Daerah wajib : a. merencanakan, mendayagunakan dan melakukan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia kesehatan; dan b. menjamin terpenuhinya kebutuhan sumber daya manusia kesehatan pada sarana kesehatan milik Pemerintah Daerah. (2) Penyediaan sumber daya manusia kesehatan dapat dilakukan oleh pemerintah dan swasta.
  • 10. dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki. (3) Dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan,tenaga kesehatan wajib memiliki izin dari pemerintah. (4) Selama memberikan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang mengutamakan kepentingan yang bernilai materi. (5) Ketentuan mengenai perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dalam Peraturan Menteri. Pasal 24 (1) Tenaga kesehatan harus memenuhi ketentuan kode etik, standar profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan, standar pelayanan, dan standar prosedur operasional. (2) Ketentuan mengenai kode etik dan standar profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur oleh organisasi profesi. (3) Ketentuan mengenai hak pengguna pelayanan kesehatan, standar pelayanan, dan standar prosedur operasional sebagaimana dimaksud pada pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan guna menjamin ketersediaan, pendistribusian, dan peningkatan kualitas sumber daya manusia kesehatan. Pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan meliputi perencanaan kebutuhan dan program sumber daya manusia yang diperlukan, pengadaan yang meliputi pendidikan tenaga kesehatan dan pelatihan sumber daya manusia kesehatan, pendayagunaan sumber daya manusia kesehatan,termasuk peningkatan kesejahteraannya,dan pembinaan serta pengawasan mutu sumber daya manusia kesehatan.
  • 11. ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri. Pasal 25 (1) Pengadaan dan peningkatan mutu tenaga kesehatan diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah,dan/atau masyarakat melalui pendidikan dan/atau pelatihan. (2) Penyelenggaraan pendidikan dan/atau pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi tanggung jawab Pemerintah dan pemerintah daerah. (3) Ketentuan mengenai penyelengaraan pendidikan dan/atau pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Pemerintah. Pasal 26 (1) Pemerintah mengatur penempatan tenaga kesehatan untuk pemerataan pelayanan kesehatan. (2) Pemerintah daerah dapat mengadakan dan mendayagunakan tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan daerahnya. (3) Pengadaan dan pendayagunaan tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan
  • 12. memperhatikan: a. jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat; b. jumlah sarana pelayanan kesehatan; dan c. jumlah tenaga kesehatan sesuai dengan beban kerja pelayanan kesehatan yang ada. (4) Penempatan tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan tetap memperhatikan hak tenaga kesehatan dan hak masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang merata. (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai penempatan tenaga kesehatan diatur dalam Peraturan Pemerintah. Pasal 27 (1) Tenaga kesehatan berhak mendapatkan imbalan dan pelindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya. (2) Tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki. (3) Ketentuan mengenai hak dan kewajiban tenaga kesehatan
  • 13. sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Pemerintah. Pasal 28 (1) Untuk kepentingan hukum, tenaga kesehatan wajib melakukan pemeriksaan kesehatan atas permintaan penegak hukum dengan biaya ditanggung oleh negara. (2) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada kompetensi dan kewenangan sesuai dengan bidang keilmuan yang dimiliki. Pasal 29 Dalam hal tenaga kesehatan diduga melakukan kelalaian dalam menjalankan profesinya, kelalaian tersebut harus diselesaikan terlebih dahulu melalui mediasi. farmasi dan alkes 1.Sediaan farmasi dan alat kesehatan harus aman, berkhasiat/bermanfaat, bermutu, dan terjangkau. (2) Setiap orang yang tidak memiliki keahlian dan kewenangan dilarang mengadakan, menyimpan, mengolah, mempromosikan, dan mengedarkan obat dan bahan Subsistem ini meliputi berbagai kegiatan untuk menjamin: aspek keamanan, khasiat/kemanfaatan dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan,dan makanan yang beredar; ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat, terutama obat esensial; perlindungan a.penyediaan dan pengelolaan bufferstock obat provinsi, alat kesehatan, reagensia dan vaksin lainnya skala provinsi serta berperan aktif dalam menyebarluaskan dan mengawasi branded generik. b. pembinaan terhadap kesesuaian jenis pelayanan dan obat di rumah sakit bersama dengan Komite Medik Fungsional. (1) Pemerintah Daerah menjamin ketersediaan dan keterjangkauan obat dalam jenis dan jumlah yang cukup di Puskesmas dan Rumah Sakit Daerah serta melakukan pengawasan terhadap penggunaannya.
  • 14. yang berkhasiat obat. (3) Ketentuan mengenai pengadaan, penyimpanan, pengolahan, promosi, pengedaran sediaan farmasidan alat kesehatan harus memenuhi standar mutu pelayanan farmasi yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. (4) Pemerintah berkewajiban membina, mengatur, mengendalikan, dan mengawasi pengadaan, penyimpanan, promosi, dan pengedaran sebagaimana dimaksud pada ayat (3). Pasal 99 (1) Sumber sediaan farmasiyang berasaldari alam semesta dan sudah terbukti berkhasiat dan aman digunakan dalam pencegahan, pengobatan, dan/atau perawatan,serta pemeliharaan kesehatan tetap harus dijaga kelestariannya. (2) Masyarakat diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengolah, memproduksi, mengedarkan, mengembangkan, meningkatkan, dan menggunakan sediaan farmasi yang dapat dipertanggungjawabkan manfaat masyarakat dari penggunaan yang salah dan penyalahgunaan obat; penggunaan obat yang rasional; serta upaya kemandirian di bidang kefarmasian melalui pemanfaatan sumber daya dalam negeri. c. pengambilan sampling dan/atau sertifikasi alat kesehatan,PKRT dengan labkesda, Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) atau badan independen yang diakui oleh Pemerintah Provinsi. d. pembinaan produksi dan distribusi sediaan farmasi, makanan, minuman dan alat kesehatan bersama dengan Balai Besar POM. e. pembinaan terhadap dinas kesehatan kabupaten/kota mengenai keamanan dan sanitasi makanan dan minuman yang beredar di masyarakat bersama instansi terkait. (2) Dinas kesehatan memberikan sertifikasi sarana produksi dan distribusi alat kesehatan,Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) Kelas II. (2) Pemerintah Daerah wajib mengelola bufferstock obat pelayanan kesehatan dasar dan rujukan, alat kesehatan,regensia dan vaksin. Pemerintah Daerah berwenang melakukan pengawasan terhadap sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan minuman melalui : a. pengambilan sampel atau contoh sediaan farmasidan makanan minuman di lapangan. b. pemeriksaan di lokasi sarana produksi dan distribusi sediaan farmasi dan makanan minuman; dan c. pembinaan, pengawasan dan setifikasi makaman minuman produksi rumah tangga, industri kecil obat tradisional (IKOT) serta
  • 15. dan keamanannya. (3) Pemerintah menjamin pengembangan dan pemeliharaan sediaan farmasi. Pasal 100 (1) Sumber obat tradisional yang sudah terbukti berkhasiat dan aman digunakan dalam pencegahan, pengobatan, perawatan,dan/atau pemeliharaan kesehatan tetap dijaga kelestariannya. (2) Pemerintah menjamin pengembangan dan pemeliharaan bahan baku obat tradisional . Pasal 101 (1) Masyarakat diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengolah, memproduksi, mengedarkan, mengembangkan, meningkatkan, dan menggunakan obat tradisional yang dapat dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya. (2) Ketentuan mengenai mengolah, memproduksi, mengedarkan, mengembangkan, meningkatkan, dan menggunakan obat tradisional diatur dengan Peraturan Pemerintah. Pasal 102 (1) Penggunaan sediaan farmasi perbekalan kesehatan rumah tangga. (1) Pemerintah Daerah menetapkan standar dan mengawasi obat-obat yang harus tersedia pada sarana kesehatan dasar dan rujukan milik pemerintah dan swasta. (2) Tata cara pengawasan obat- obatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut oelh Peraturan Walikota. (1) Alat kesehatan modern, tradisional dan hasil inovasi perorangan wajib mendapatkan rekomendasi izin produksi, izin edar dan izin distribusi dari lembaga yang berwenang. (2) Pemerintah Daerah melakukan pengawasan atas alat kesehatan modern, tradisional dan hasil inovasi perorangan, sebagaimana
  • 16. yang berupa narkotika dan psikotropika hanya dapat dilakukan berdasarkan resep dokter atau dokter gigi dan dilarang untuk disalahgunakan. (2) Ketentuan mengenai narkotika dan psikotropika dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 103 (1) Setiap orang yang memproduksi, menyimpan, mengedarkan, dan menggunakan narkotika dan psikotropika wajib memenuhi standar dan/atau persyaratan tertentu. (2) Ketentuan mengenai produksi, penyimpanan, peredaran,serta penggunaan narkotika dan psikotropika sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Pasal 104 (1) Pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan diselenggarakan untuk melindungi masyarakat dari bahaya yang disebabkan oleh penggunaan sediaan farmasidan alat kesehatan yang tidak memenuhi persyaratan mutu dan/atau dimaksud pada ayat (1) untuk keamanan dan perlindungan kepada masyarakat. (3) Sarana Kesehatan wajib melakukan kalibrasi seluruh peralatan yang berhubungan dengan pendukung diagnosa.
  • 17. keamanan dan/atau khasiat/kemanfaatan. (2) Penggunaan obat dan obat tradisional harus dilakukan secara rasional. Pasal 105 (1) Sediaan farmasi yang berupa obat dan bahan baku obat harus memenuhi syarat farmakope Indonesia atau buku standar lainnya. (2) Sediaan farmasi yang berupa obat tradisional dan kosmetika serta alat kesehatan harus  memenuhi standar dan/atau persyaratan yang ditentukan. Sediaan farmasi dan alat kesehatan hanya dapat diedarkan setelah mendapat izin edar. (2) Penandaan dan informasi sediaan farmasidan alat kesehatan harus memenuhi persyaratan objektivitas dan kelengkapan serta tidak menyesatkan. (3) Pemerintah berwenang mencabut izin edar dan memerintahkan penarikan dari peredaran sediaan farmasi dan alat kesehatan yang telah memperoleh izin edar,yang kemudian terbukti tidak memenuhi persyaratan mutu dan/atau keamanan dan/atau kemanfaatan,dapat disita dan
  • 18. dimusnahkan sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 107 Ketentuan lebih lanjut mengenai pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. Pasal 108 (1) Praktik kefarmasiaan yang meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan sesuaidengan ketentuan peraturan perundang- undangan. (2) Ketentuan mengenai pelaksanaan praktik kefarmasian sebagaimana dimaksud pada  ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah manajeme n, informasi, dan Unsur-unsur subsistem manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan terdiri dari: a. mengelola dan mengembangkan sistem informasi kesehatan yang terpadu Regulasikesehatan : 1.regulasi tenaga kerja 2. Regulasi Sarana
  • 19. regulasi a. kebijakan kesehatan; b. administrasi kesehatan; c. hukum kesehatan; d. informasi kesehatan; dan e. sumber daya manajemen kesehatan. meliputi sarana pelayanan pemerintah, dan swasta termasuk lintas batas melalui Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. b. pengelolaan survei kesehatan daerah (surkesda) Skala Provinsi. (2) Dinas kesehatan kabupaten/kota melaporkan kepada Dinas Kesehatan Provinsi : a. Kejadian Luar Biasa dalam waktu 1x24 jam (Laporan W1) b. informasi penyakit berpotensi wabah (Laporan W2). (3) RS melaporkan laporan kegiatannya kepada dinas kesehatan dengan tembusan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di wilayah kedudukannya. (4) Semua informasi yang diterima dari Provinsi, Kabupaten dan Kota selanjutnya menjadi dasar dalam proses perencanaan pembangunan kesehatan. Regulasi Sarana Kesehatan Pasal 25 (1) Dinas kesehatan melaksanakan registrasi dan Kesehatan 3. Regulasi Sarana Kesehatan Penunjang 4. Regulasi Sarana Kesehatan Lainnya 5. Regulasi Sarana Kesehatan Mobilitas/Trans portasi 6. Regulasi Penyelenggara Pembiayaan Kesehatan 7. Regulasi Sarana Layanan Umum 8. Regulasi Farmasi, Makanan Minuman dan Perbekalan Kesehatan 9. Regulasi Tarif 10. Regulasi Identitas Pelayanan Kesehatan
  • 20. sertifikasi sarana kesehatan sesuai peraturan perundang-undangan. (2) Dinas kesehatan memiliki kewenangan dalam hal : a. memberikan rekomendasi izin sarana kesehatan tertentu yang diberikan oleh pemerintah pusat. b. memberikan izin sarana kesehatan meliputi rumah sakit pemerintah Kelas B non pendidikan, rumah sakit khusus, rumah sakit swasta serta sarana kesehatan penunjang yang setara. (3) Bentuk penyelenggaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan peraturan perundangan yang berlaku. (4) Sarana kesehatan wajib mengirimkan laporan perkembangan hasil kegiatan pelayanan kesehatan kepada pemerintah melalui Dinas Kesehatan dalam rangka memperoleh perpanjangan ijin. (5) Dinas kesehatan menyediakan format baku untuk pelaporan bagi sarana kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan memberikan umpan balik kepada sarana
  • 21. kesehatan. (6) Audit sasaran pelayanan kesehatan oleh badan independen (Badan Mutu) yang diakui oleh Pemerintah Provinsi. Fasilitas kesh Fasilitas pelayanan kesehatan, menurut jenis pelayanannya terdiri atas: a. pelayanan kesehatan perseorangan; dan b. pelayanan kesehatan masyarakat. (2) Fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. pelayanan kesehatan tingkat pertama; b. pelayanan kesehatan tingkat kedua; dan c. pelayanan kesehatan tingkat ketiga. (3) Fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh pihak Pemerintah, pemerintah daerah,dan swasta. (4) Ketentuan persyaratan fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) ditetapkan oleh Pemerintah sesuai ketentuan yang berlaku. (5) Ketentuan perizinan fasilitas pelayanan kesehatan
  • 22. sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) ditetapkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah. Pasal 31 Fasilitas pelayanan kesehatan wajib: a. memberikan akses yang luas bagi kebutuhan penelitian dan pengembangan di bidang kesehatan; dan b. mengirimkan laporan hasil penelitian dan pengembangan kepada pemerintah daerah atau Menteri. Pasal 32 (1) Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun swasta, wajib memberikan pelayanan kesehatan bagi penyelamatan nyawa pasien dan pencegahan kecacatan terlebih dahulu. (2) Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun swasta dilarang menolak pasien dan/atau meminta uang muka. Pasal 33 (1) Setiap pimpinan penyelenggaraan fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat harus memiliki kompetensi manajemen
  • 23. kesehatan masyarakat yang dibutuhkan. (2) Kompetensi manajemen kesehatan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri. Pasal 34 (1) Setiap pimpinan penyelenggaraan fasilitas pelayanan kesehatan perseorangan harus memiliki kompetensi manajemen kesehatan perseorangan yang dibutuhkan. (2) Penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan dilarang mempekerjakan tenaga kesehatan yang tidak memiliki kualifikasi dan izin melakukan pekerjaan profesi. (3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 35 (1) Pemerintah daerah dapat menentukan jumlah dan jenis fasilitas pelayanan kesehatan serta pemberian izin beroperasi di daerahnya. (2) Penentuan jumlah dan jenis fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada
  • 24. ayat (1) dilakukan oleh pemerintah daerah dengan mempertimbangkan: a. luas wilayah; b. kebutuhan kesehatan; c. jumlah dan persebaran penduduk; d. pola penyakit; e. pemanfaatannya; f. fungsi sosial; dan g. kemampuan dalam memanfaatkan teknologi. Ketentuan mengenai jumlah dan jenis fasilitas pelayanan kesehatan serta pemberian izin beroperasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku juga untuk fasilitas pelayanan kesehatan asing. (4) Ketentuan mengenai jumlah dan jenis fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak berlaku untuk jenis rumah sakit khusus karantina, penelitian, dan asilum. (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah. PROMKE S SKN Unsur-unsur subsistem pemberdayaan masyarakat terdiri dari: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT Pasal 21 (1) Dinas kesehatan 1. Masyarakat berperan serta dalam pemeliharaan dan peningkatan
  • 25. a. penggerak pemberdayaan; b. sasaran pemberdayaan; c. kegiatan hidup sehat; dan d. sumber daya. Prinsip Prinsip-prinsip subsistem pemberdayaan masyarakat terdiri dari: a. berbasis masyarakat; b. edukatif dan kemandirian; c. kesempatan mengemukakan pendapat dan memilih pelayanan kesehatan; dan d. kemitraan dan gotong royong. Penyelenggaraan subsistem pemberdayaan masyarakat terdiri dari: a. penggerakan masyarakat; b. pengorganisasian dalam pemberdayaan; c. advokasi; d. kemitraan; dan e. peningkatan sumber daya. Setiap orang dan masyarakat bersama dengan Pemerintah dan Pemerintah Daerah berperan, berkewajiban, dan bertanggung jawab untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan perorangan, keluarga, masyarakat,dan lingkungannya. menyelenggarakan upaya promosi kesehatan Skala Provinsi. (2) Individu, masyarakat dan kelompok potensial berpartisipasi aktif dalam pembangunan kesehatan. (3) Dinas kesehatan membentuk kemitraan dengan kelompok potensial dan dunia usaha. (4) Pemberdayaan masyarakat umum dilakukan melalui pembentukan wadah perwakilan masyarakat yang peduli kesehatan. Wadah perwakilan yang dimaksud yang antara lain adalah penyantun puskesmas (dikecamatan), Konsil/Komite,Kesehatan Kabupaten/Kota (di Kabupaten/Kota) atau Koalisi /Jaringan/ForumPeduli Kesehatan (di Provinsi). (5) Dalam mewujudkan masyarakat sebagaipusat pembangunan kesehatan,ditiap daerah dapat dibentuk Dewan/Komite Kesehatan yang berfungsi untuk menjadi mitra Pemerintah dalam merumuskan kebijakan Pembangunan Kesehatan, mengawasi pelaksanaan pembangunan kesehatan,dan meningkatkan transparansi kesehatan serta menjaga lingkungan yang bersih dan sehat. 2. Pemerintah Daerah menjalin kemitraan dengan kelompok masyarakat dalam memberdayakan kesehatan masyarakat.
  • 26. Pembangunan kesehatan harus mampu meningkatkan dan mendorong peran aktif masyarakat. 66. Pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan berlandaskan pada kepercayaan atas kemampuan dan kekuatan sendiri, kepribadian bangsa, semangat solidaritas sosial, gotong royong, dan penguatan kesehatan sebagaiketahanan nasional. pembangunan kesehatan YANKES Pelayanan kesehatan terdiri atas: a. pelayanan kesehatan perseorangan; dan b. pelayanan kesehatan masyarakat. (2) Pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kegiatan dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Pasal 53 (1) Pelayanan kesehatan perseorangan ditujukan untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan dan keluarga. (2) Pelayanan kesehatan masyarakat ditujukan untuk memelihara dan meningkatkan
  • 27. kesehatan serta mencegah penyakit suatu kelompok dan masyarakat. (3) Pelaksanaan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mendahulukan pertolongan keselamatan nyawa pasien disbanding kepentingan lainnya. Pasal 54 (1) Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara bertanggung jawab, aman, bermutu, serta merata dan nondiskriminatif. (2) Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (3) Pengawasan terhadap penyelenggaraan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. Pasal 55 (1) Pemerintah wajib menetapkan standar mutu pelayanan kesehatan. (2) Standar mutu pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
  • 28. Peraturan Pemerintah. Surveilans  Surveilans Epidemiologi (1) Dinas kesehatan menyelenggarakan survailans epidemiologi skala provinsi. Surveilans gizi : a.. penanggulangan gizi buruk. b. perbaikan gizi keluarga dan masyarakat dengan partisipasi aktif masyarakat dan swasta. (2) Dinas kesehatan menyelenggarakan : a. survailans gizi buruk Skala Provinsi b. pemantauan penanggulangan gizi buruk Skala Provinsi. Perlu diatur surveilans yang dibutuhkan di Kab Bulungan  SKN TARGETAN Pada yankes a. akses rumah tangga yang dapat menjangkau fasilitas pelayanan kesehatan ≤ 30 menit sebesar 90,7% dan akses rumah tangga yang berada ≤ 5 km dari fasilitas pelayanan kesehatan sebesar 94,1% (Riskesdas 2007); b. peningkatan jumlah Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) ditandai dengan peningkatan rasio Puskesmas dari 3,46 per 100.000 penduduk pada tahun 2003 menjadi 3,65 per 100.000 pada tahun 2007 (Profil Kesehatan 2007); c. pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh penduduk meningkat dari 15,1% pada tahun 1996 menjadi 33,7% pada tahun 2006; d. kunjungan baru (contact rate) ke fasilitas pelayanan kesehatan meningkat dari 34,4% pada tahun 2005 menjadi 41,8% pada tahun 2007; e. jumlah masyarakat yang mencari pengobatan sendiri sebesar 45% dan yang tidak berobat sama sekali sebesar 13,3% (2007);
  • 29. f. secara keseluruhan, kesehatan ibu membaik dengan turunnya Angka Kematian Ibu (AKI); pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan meningkat dari 75,4% (Riskesdas 2007) menjadi 82,2% (Riskesdas 2010), sementara persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan meningkat dari 24,3% pada tahun 1997 menjadi 46% pada tahun 2007 dan meningkat lagi menjadi 55,4% (Riskesdas 2010); h. akses terhadap air bersih sebesar 57,7% rumah tangga dan sebesar 63,5% rumah tangga mempunyai akses pada sanitasi yang baik (Riskesdas 2007); i. akses terhadap air minum sebesar 45,1% dan akses pembuangan tinja sebesar 55,5%, keduanya menggunakan kriteria MDG’s (Riskesdas 2010); j. pada tahun 2007, rumah tangga yang tidak menggunakan fasilitas buang air besar sebesar 24,8% dan yang tidak memiliki saluran pembuangan air limbah sebesar 32,5%; k. kontribusi penyakit menular terhadap kesakitan dan kematian semakin menurun. Rumah tangga yang telah melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat meningkat dari 27% pada tahun 2005 menjadi 36,3% pada tahun 2007, namun masih jauh dari sasaran yang harus dicapai, yakni sekurang-kurangnya dengan target 60%. l. Jumlah Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM),sepertiPos Pelayanan Terpadu (Posyandu), Pos Kesehatan Desa (Poskesdes), dan Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren) semakin meningkat, tetapi pemanfaatan dan kualitasnya masih rendah. Hingga tahun 2008 sudah terbentuk 47.111 Desa Siaga dimana terdapat 47.111 buah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes). Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) lainnya yang terus berkembang pada tahun 2008 adalah Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) yang telah berjumlah 269.202 buah dan 967 Poskestren. Di samping itu, Pemerintah telah memberikan pula bantuan stimulan untuk pengembangan 229 Musholla Sehat. DATA PENDUKUNG 1. Profil Kesehatan kab Bulungan 2. Masalah kesehatan di kab Bulungan 3. Forum pemberdayaan masyarakat  poskesdes 4. Sarana pra sarana yang dimiliki kab Bulungan  puskesmas, posyandu , bidan , dokter , RS 5. Alokasi dana daerah untuk kesehatan