SlideShare a Scribd company logo
1 of 119
Download to read offline
Cover dalam
KEBAKARAN
Bahan Pengayaan Bagi Guru SMA/SMK/MA/MAK
Penulis: Sapto Aji Wirantho
Nara Sumber: Sardio Sardi
PUSAT KURIKULUM
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
JAKARTA, 2009
Modul Ajar
Pengintegrasian Pengurangan Risiko
Modul Ajar Pengintegrasian
Pengurangan Risiko Kebakaran
Bahan Pengayaan Bagi Guru SMA/SMK/MA/MAK
Penulis: Sapto Aji Wirantho
Nara Sumber: Sardio Sardi
Editor: Ninil R Miftahul Jannah dan Dian Afriyanie
Ilustrator Sampul : Hastifah (SDN 3 Imogiri Yogyakarta)
Ilustrator Isi:
Rizki Goni, Feri Rahman, Antan Juliansyah, Feri Fauzi, Rigan A.T.
Lay Out Isi:
Galang Gumilar, Antan Juliansyah, Feri Fauzi, Rudini Rusmawan, Ardi H, Agusbobos.
ISBN : 978-979-725-230-4
Program Safer Communities through Disaster Risk Reduction (SCDRR)
Jl. Tulung Agung No. 46, Jakarta 10310, INDONESIA
Telp		: +62 21 390 5484 (hunting)
Fax		: +62 21 391 8604
E-mail		: secretariat@sc-drr.org
Website		: www.sc-drr.org
Program masyarakat yang lebih aman melalui pengurangan risiko bencana (Safer Communities through
Disaster Risk Reduction disingkat SCDRR), merupakan proyek kerja sama antara United Nations Development
Programme (UNDP), BAPPENAS, BNPB dan Kementerian Dalam Negeri, dengan dukungan dana UNDP,
DepartementforInternationalDevelopment(DFID)PemerintahInggrisdanAustralianAgencyForInternational
Development (AusAID)
SAMBUTAN
I
ndonesia yang merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia
berada di kawasan yang disebut cincin api, dimana risiko untuk terjadi
bencanaalamsepertitsunami,gempabumi,letusangunungapi,banjirdan
longsor sangat tinggi. Bencana alam ini telah menimbulkan ribuan korban
jiwa, kerugian materil dan meninggalkan banyak orang untuk berjuang
membangun kembali tempat tinggal dan mata pencahariannya.
Kesiapsiagaanmerupakanhalyangpentingdanharusdibangunpadasetiaptingkat
kelompok di masyarakat. Pengalaman menunjukkan bahwa kehancuran akibat
bencana dapat secara drastis dikurangi jika semua orang lebih siap menghadapi
bencana. Sekolah adalah pusat pendidikan yang tidak hanya memberikan kita
ilmu pengetahuan tetapi juga bekal untuk kelangsungan hidup kita, kesiapsiagaan
terhadap bencana merupakan bagian dari ketrampilan untuk kelangsungan
hidup kita. Sekolah juga seringkali menjadi tempat penghubung dan tempat
belajar bagi seluruh masyarakat. Anak-anak merupakan peserta ajar yang paling
cepat dan mereka tidak hanya mampu memadukan pengetahuan beru ke dalam
kehidupan sehari-hari, tetapi juga menjadi sumber pengetahuan bagi keluarga
dan masyarakatnya dalam hal prilaku yang sehat dan aman, yang mereka dapatkan
di sekolah. Oleh karenanya, menjadikan pencegahan bencana menjadi salah satu
fokus di sekolah dengan memberdayakan anak-anak dan remaja untuk memahami
tanda-tanda peringatan bencana dan langkah-langkah yang dapat diambil untuk
mengurangi risiko dan mencegah bencana, merupakan suatu langkah awal yang
penting dalam membangun ketangguhan bencana seluruh masyarakat. Jadi
kesiapsiagaan haruslah menjadi bagian dari materi yang diberikan dalam dunia
pendidikan khususnya pendidikan dasar dan menengah.
Pusat Kurikulum sebagai lembaga yang bertanggung jawab dalam
pengembangan model-model kurikulum sebagai referensi satuan pendidikan
dalam pengembangan kurikulumnya, telah berhasil dalam menyusun
serangkaian modul ajar dan modul pelatihan untuk pengintegrasian
pengurangan risiko bencana ke dalam tingkat satuan pendidikan. Secara
keseluruhan modul ini terdiri atas 15 modul ajar dan 3 modul pelatihan, yaitu:
	Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa untuk SD.
	Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa untuk SMP.
	Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa untuk SMA.
	Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SD.
	Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SMP.
	Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SMA.
KEPALA
PUSAT KURIKULUM
	Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Longsor untuk SD.
	Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Longsor untuk SMP.
	Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Longsor untuk SMA.
	Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SD.
	Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMP.
	Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA.
	Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SD.
	Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMP.
	Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA.
	Modul Pelatihan Pengintegrasian Pengurangan Risiko Bencana untuk SD,
SMP dan SMA.
Penyusunan modul-modul tersebut merupakan hasil kerjasama antara Pusat
Kurikulum dengan Direktorat Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal BAPPENAS
dalam sebuah Program Safer Community Through Disaster Risk Reduction (SCDRR)
In Development yang didanai oleh United Nations Development Program (UNDP)
yang bertujuan untuk membangun masyarakat yang aman dari ancaman melalui
berbagai upaya pengurangan risiko bencana.
Setiap modul ajar dilengkapi dengan contoh-contoh silabus, rencana pelaksanaan
pembelajaran dan model bahan ajar. Sedangkan modul pelatihan terdiri dari
panduan fasilitasi dan bahan bacaan bagi pelatih mengenai penyelenggaraan
penanggulangan bencana, pengurangan risiko bencana, sekolah siaga bencana,
pendidikan PRB, dan strategi pengintegrasian pendidikan PRB ke dalam kurikulum
satuan pendidikan.
Diharapkan modul-modul tersebut dapat bermanfaat dan dijadikan bahan acuan
bagi para pihak yang berkepentingan dalam kesiapsiagaan di sekolah.
Jakarta, Desember 2009
Kepala Pusat Kurikulum
Dra. Diah Harianti, M.Psi
SAMBUTAN
I
ndonesiasebagainegarakepulauandenganletakgeografisnyapadaposisi
pertemuan 4 lempeng tektonik, merupakan wilayah yang rawan bencana.
Selain itu dengan kompleksitas kondisi demografi, sosial dan ekonomi di
Indonesia yang berkontribusi pada tingginya tingkat kerentanan masyarakat
terhadap ancaman bencana, serta minimnya kapasitas masyarakat dalam
menangani bencana menyebabkan risiko bencana di Indonesia menjadi
tinggi. Pada tahun 2005, Indonesia menempati peringkat ke-7 dari sejumlah
negara yang paling banyak dilanda bencana alam (ISDR 2006-2009, World
Disaster Reduction Campaign, UNESCO).
Berangkat dari hal tersebut dan guna mendukung paradigma pengurangan
risiko bencana di sektor pendidikan, maka Pusat Kurikulum-sebuah unit eselon
II di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan pada Kementerian Pendidikan
Nasional bekerjasama dengan Direktorat Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal
BAPPENAS tengah melaksanakan kegiatan Program Safer Community Through
Disaster Risk Reduction (SCDRR) In Development melalui dana hibah UNDP. Kegiatan
ini bertujuan membangun masyarakat yang aman dari ancaman melalui berbagai
upaya pengurangan risiko bencana.
Dalam kerjasama ini, Pusat Kurikulum telah mengembangkan kurikulum khususnya
dalam mengintegrasikan materi-materi dan kompetensi Pengurangan Risiko
Bencana (PRB) ke dalam mata pelajaran IPA, IPS, Bahasa Indonesia dan Pendidikan
Jasmani yang ada di sekolah mulai dari jenjang SD atau yang sederajat sampai
SMA atau yang sederajat. Model pengintegrasian materi dan kompetensi PRB
dengan mata pelajaran-mata pelajaran ini bertujuan agar muatan kurikulum dan
beban belajar tidak menjadi lebih berat. Disamping mengintegrasikan ke mata
pelajaran yang sudah ada PRB juga bisa dijadikan muatan lokal (Mulok) serta ekstra
kurikuler.
Modul Pengintegrasian Pengurangan Risiko Bencana ini disusun dalam rangka
untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya pengetahuan tentang bencana
danmensosialisasikanlangkah-langkahpreventifuntukmengurangirisikobencana
yang dapat menimpa di wilayah Indonesia. Tanpa adanya upaya terus-menerus
untuk mendiseminasikan informasi tentang ancaman dan langkah-langkah yang
dapat diambil untuk mengurangi risiko-risiko yang dapat ditimbulkannya, sulit bagi
kita untuk mewujudkan guru dan peserta didik yang tangguh dalam menghadapi
bencana.
Modulinidapatmenjadisalahsatusolusi yangmemungkinkanbagiparaguruuntuk
mengajarkan peserta didik dari hari ke hari di sekolah secara berkesinambungan,
sehingga proses, internalisasi pengetahuan kebencanaan bukan hanya dipahami
KEPALA BADAN PENELITIAN
DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
dan diketahui dalam ingatan belaka tapi juga mendorong munculnya respon cepat
penyelamatan yang benar dari peserta didik ketika menghadapi bencana.
Diharapkan modul ini dapat dimanfaatkan, antara lain:
	Sebagai alat pemandu dalam membantu para guru dalam melakukan
pengajaran tentang pengurangan risiko bencana kepada peserta didik di
sekolah sebagai upaya membangun kesiapsiagaan dan keselamatan dari
bencana di sekolah.
	Membuka peluang dan membangun kreatifitas guru dalam menerapkan
pengetahuan tentang pengurangan risiko bencana yang disesuaikan
dengan konteks sekolah yang dibinanya
	Memberikan gambaran secara lebih sistematis dan komprehensif cara
pengintegrasian pengetahuan tentang pengurangan risiko bencana
ke dalam mata pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri di
Sekolah.
	Mendorong inisiatif para guru, sekolah dan gugus dalam mengupayakan
pengurangan risiko bencana dan membangun budaya keselamatan di
sekolah, lingkungan rumah dan lingkungan sekitar.
Semoga Modul Pengintegrasian Pengurangan Risiko Bencana ini menjadi
bermanfaat dan membantu bagi semua guru untuk meningkatkan pengetahuan,
meningkatkan ketrampilan dan membentuk sikap anak untuk menjadi lebih
tanggap terhadap ancaman bencana.
Jakarta, Desember 2009
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan
Kementerian Pendidikan Nasional
Prof. Dr. H. Mansyur Ramly
SAMBUTAN
M
enyikapi situasi kejadian bencana dan kenyataan luasnya cakupan wilayah
tanah air yang memiliki berbagai ancaman bencana, pemerintah Indonesia
telah melakukan sejumlah inisiatif guna mengurangi risiko bencana ditanah
air. Pada akhir tahun 2006 Bappenas meluncurkan buku Rencana Aksi Nasional
Pengurangan Risiko Bencana (RAN PRB) 2006 – 2009, sebagai komitmen dalam
mengarusutamakanpenguranganrisikobencanadalampembangunannasional,yang
merupakanpelengkapdariRencanaPembangunanJangkaMenengahNasional(RPJMN)
2005 – 2009 yang telah ada. Berdasarkan RAN PRB 2006 – 2009 tersebut, Pemerintah
telah mengalokasikan anggaran untuk program pencegahan dan pengurangan risiko
bencana, sebagaimana tertuang dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) mulai tahun
2007. Lebih lanjut pada April 2007, Pemerintah menerbitkan Undang – Undang Nomor
24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, yang menjadi tonggak sejarah
dalam upaya penanggulangan bencana di Indonesia, dan diikuti dengan peraturan
turunannya, serta dibentuknya Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNBP)
melalui Peraturan Presiden Nomor 8Tahun 2008.
Untuk mendukung prakarsa – prakarsa yang telah dimulai oleh Pemerintah Indonesia
tersebut, UNDP bekerjasama dengan Bappenas, BNPB dan Kementerian Dalam Negeri
telah menginisiasi sebuah program yang ditujukan untuk mewujudkan masyarakat
yang lebih aman melalui pengurangan risiko bencana dalam pembangunan atau
yang dikenal dengan Program Safer Communities Through Disaster Risk Reduction in
Development (SCDRR in Development). Program SCDRR ini kan berlangsung selama 5
tahun(2007–2012)dandirancanguntuk mendorongagarpenguranganrisikobencana
menjadi sesuatu yang lazim dalam proses pembangunan yang terdesentralisasi. Untuk
mewujudkan hal itu maka upaya pengarusutamaan pengurangan risiko bencana
kedalam proses pembangunan mutlak harus dijalankan. Upaya tersebut dilaksanakan
melalui4pilarsasaranprogramSCDRR,yaitu:(1)Diberlakukannyakebijakan,peraturan
dankerangkakerjaregulasipenguranganrisikobencana;(2)Diperkuatnyakelembagaan
pengurangan risiko bencana dan kemitraan diantara mereka; (3) Dipahaminya risiko
bencana dan tindakan yang dapat diambil untuk mengurangi risiko tersebut oleh
masyarakat dan pengambil kebijakan melalui pendidikan dan penyadaran publik;
(4) Didemonstrasikannya pengurangan risiko bencana sebagai bagian dari program
pembangunan.
Terkait dengan sasaran ketiga mengenai perlunya pendidikan dan penyadaran
publik terhadap pengurangan risiko bencana, selama beberapa tahun ini pemerintah
bersama-sama beberapa lembaga swadaya masyarakat, dan institusi pendidikan di
tingkat nasional maupun daerah telah melakukan berbagai upaya dalam pendidikan
kebencanaan, termasuk memasukkan materi kebencanaan kedalam muatan lokal,
pelatihanuntukguru,kampanyedanadvokasi,hinggaschoolroadshowuntukkegiatan
simulationdrilldi sekolah-sekolah. Namun demikian, kegiatan-kegiatan tersebut belum
terkoordinasi dengan baik dan belum terintegrasi dalam satu kerangka yang dapat
DIREKTUR KAWASAN KHUSUS
DAN DAERAHTERTINGGAL, BAPPENAS
SELAKU NATIONAL PROJECT
DIRECTOR SCDRR
disepakati bersama. Dilain pihak, pemetaan aktivitas pendidikan diberbagai wilayah rawan
bencana di Indonesia serta intervensi dan dukungan peningkatan kapasitas untuk pendidikan
masihsangatminimdanterpusat,khususnyadiwilayahJawadanSumatera.Kajiankesiapsiagaan
masyarakatterhadapbencanayangtelahdilakukandiberbagaiwilayahmenunjukkanrendahnya
tingkat kesiapsiagaan komunitas sekolah dibanding masyarakat serta aparat (LIPI, 2006 – 2007).
Hal ini sangat ironis, karena sekolah adalah basis dari komunitas anak-anak, yang merupakan
kelompok rentan yang perlu dlindungi dan secara bersamaan perlu ditingkatkan pengetahuan
dan keterampilannya.
Di sisi lain, tantangan dalam mengintegrasikan upaya-upaya pengurangan risiko bencana
kedalamsistempendidikanjugatelahbanyakdikaji,seperti:(1)Beratnyabebankurikulumsiswa;
(2)Kurangnyapemahamangurumengenaibencana;(3)Kurangnyakapasitasdankeahlianguru
dalam integrasi PRB kedalam kurikulum; (4) Minimnya panduan, silabus dan materi ajar yang
terdistribusidandapatdiaksesolehguru;(5)Terbatasnyasumberdaya(tenaga,biayadansarana);
dan (6) Kondisi bangunan fisik sekolah, sarana dan prasarana pada ummnya memprihatinkan,
tidak berorientasi pada AMDAL dan konstruksi tahan gempa.
Untuk menjawab tantangan tersebut dan guna melaksanakan integrasi pengurangan risiko
bencana ke dalam sistem pendidikan, dalam rangka mewujudkan budaya aman dan siaga
bencana, maka SCDRR telah mendukung Kementerian Pendidikan Nasional dalam menyusun
Strategi Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana kedalam Sistem Pendidikan Nasional.
Strategi ini akan disahkan melalui suatu bentuk kebijakan ditingkat nasional yang diharapkan
dapat menjadi acuan bagi pelaksanaan integrasi PRB ke dalam sistem pendidikan baik intra
maupun ekstrakurikuler secara nasional.
Untukmendukungimplementasikebijakantesebut,makaSCDRRmendukungPusatKurikulum,
Kementerian Pendidikan Nasional dalam menyusun modul ajar dan modul pelatihan
pengintegrasian pengurangan risiko bencana ke dalam intra dan ekstrakurikuler. Modul-modul
ini berisi model pembelajaran, materi ajar lengkap dengan panduan pengajarannya, dalam hal
integrasi PRB kedalam intra dan ekstrakurikuler.
Diharapkanmodul-modulyangdisusunolehPusatKurikulumKementerianPendidikanNasional
inidapatmenjadiacuanstandardan/ataumemperkayabahan-bahanyangsudahadadansudah
disusun oleh berbagai pihak lainnya, sehingga dapat bermanfaat dan digunakan oleh praktisi
pendidikan dan pemangku kepentingan lainnya dalam rangka peningkatan kesiapsiagaan
sekolah terutama didaerah rawan bencana.Terima Kasih.
Jakarta, Desember 2009
Direktur Kawasan Khusus dan DaerahTertinggal, Bappenas
Selaku National Project Director SCDRR
Dr.Ir Suprayoga Hadi, MSP
DAFTAR ISI
SAMBUTAN KEPALA PUSAT KURIKULUM 	 iii
SAMBUTAN KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN,
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL	 v
SAMBUTAN DIREKTUR KAWASAN KHUSUS DAERAH TERTINGGAL SELAKU
NPD SC-DRR	 vii
DAFTAR ISI	 ix
DAFTAR TABEL	 xi
DAFTAR GAMBAR	 xiii
DAFTAR KOTAK	 xv
BAB I PENDAHULUAN	 1
1.1 	 Landasan & Pedoman	 1
1.1.1 	Landasan Filosofis	 3
1.1.2 	Landasan Sosiologis	 4
1.1.3 	Landasan Yuridis	 4
1.1.4 	Pedoman Pengembangan Produk	 4
1.1.5 	Pengintegrasian Pengurangan Risiko Bencana ke dalam
		 Sistem Pendidikan Nasional	 5
1.2 	 Kerangka Kerja Pendidikan untuk Pengurangan Risiko Bencana	 7
1.2.1 	Pendidikan untuk Pengurangan Risiko Bencana dan
		 Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan	 7
1.2.2 	Konsep Pendidikan untuk Pengurangan Risiko Bencana	 8
BAB II FENOMENA DAN PERISTIWA KEBAKARAN	 9
2.1 	 Fenomena Kebakaran	 9
2.2 	 Peristiwa Kebakaran di Indonesia	 11
BAB III PENGURANGAN RISIKO KEBAKARAN	 12
3.1 	 Pengurangan Risiko Bencana	 12
3.1.1 	Pencegahan	 12
3.1.2 	Mitigasi	 12
3.1.3 	Kesiapsiagaan	 13
Daftar Isi
x
3.2 	 Kesiapsiagaan	 15
3.2.1 	Tindakan Sebelum Terjadi Kebakaran	 15
3.2.2 	Tindakan Saat Terjadi Kebakaran	 27
3.2.3 	Tindakan Setelah Terjadi Kebakaran	 33
BAB IV MATERI PEMBELAJARAN PENGURANGAN RISIKO KEBAKARAN	 37
4.1 	 Identifikasi Materi Pembelajaran Pengurangan Risiko Kebakaran	 37
4.2 	 Pemetaan Indikator Prilaku Siswa	 39
4.3 	 Pendekatan Kegiatan Belajar Mengajar	 40
BAB V PENGINTEGRASIAN PENGURANGAN RISIKO KEBAKARAN
KE DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN
MENENGAH ATAS (SMA/SMK/MA/MAK)	 43
5.1 Pengintegrasian Materi Pembelajaran Pengurangan Risiko
		 Kebakaran Ke Dalam Mata Pelajaran 	 43
5.1.1 	Analisis Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar	 43
5.1.2 	Penyusunan Silabus Pengurangan Risiko Kebakaran	 50
5.1.3 	Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pengajaran 	 60
5.2 	 Pengembangan Model Muatan Lokal
		 Pengurangan Risiko Kebakaran	 84
5.2.1	 Analisis konteks Muatan Lokal	 84
5.2.2	 Penyusunan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
		 Muatan Lokal	 86
5.2.3 	Penyusunan Silabus dan RPP Muatan Lokal	 88
5.3 	 Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran Pada Kegiatan 		
	 Pengembangan Diri 	 91
5.3.1 	Kegiatan Pengembangan Diri Palang Merah Remaja (PMR)	 94
5.3.2 	Kegiatan Pengembangan Diri Pramuka	 95
DAFTAR ISTILAH	 99
DAFTAR PUSTAKA	 101
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 	 Materi Pembelajaran Pengurangan Risiko Kebakaran
		 untuk setiap Jenjang Kelas	 39
Tabel 4.2 	 Indikator Perilaku Siswa	 40
Tabel 5.1 	 Pemetaan SK-SD kedalam mata pelajaran IPA, IPS,
		 Bahasa Indonesia dan Pendidikan jasmani	 44
Tabel 5.2 	 Contoh Model Silabus Pengintegrasian Pengurangan Risiko 		
	 Kebakaran Kedalam mata pelajaran Geograpi	 54
Tabel 5.3 	 Contoh Model Silabus Pengintegrasian Pengurangan Risiko 		
	 Kebakaran Kedalam mata pelajaran Fisika	 55
Tabel 5.4 	 Contoh Model Silabus Pengintegrasian Pengurangan Risiko 		
	 Kebakaran Kedalam mata pelajaran Kimia	 56
Tabel 5.5	 Contoh Model Silabus Pengintegrasian Pengurangan Risiko 		
	 Kebakaran Kedalam mata pelajaran Sosiologi	 59
Tabel 5.6 	 Contoh Silabus dan RPP Muatan Lokal	 89
DaftarTabel
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 	 Kebakaran di perumahan padat penduduk	 9
Gambar 2.2 	 Proses terjadinya El Nino	 9
Gambar 3.1	 Diagram proses terjadinya api.	 15
Gambar 3.2 	 Korek api	 20
Gambar 3.3 	 Latihan cara keluar menyelamatkan diri jika berlaku
		 kebakaran	 22
Gambar 3.4 	 Menyimpan selimut api dan pemadam api di dalam dapur	 22
Gambar 3.5	 Racun Api 	 25
Gambar 3.6 	 Hidran 	 25
Gambar 3.7 	 Detektor Asap	 26
Gambar 3.8 	 Titik Panggil Manual	 26
Gambar 3.9 	 Sprinkler	 27
Gambar 3.10 	 Kebakaran di bangunan tinggi	 29
Gambar 3.11 	 Pertolongan pertama pada luka bakar	 32
Gambar 5.1 	 Skema Pengembangan Silabus	 51
Daftar Gambar
xiv
Kotak 5.1	 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 	 61
Kotak 5.1.1	 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran	 61
Kotak 5.2.1 	 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran	 64
Kotak 5.3.1 	 Rencana Pengajaran Dan Penilaian	 67
Kotak 5.4.1 	 Rencana Pengajaran Dan Penilaian 	 69
Kotak 5.5.1 	 Contoh Bahan Ajar Sosiologi	 72
Kotak 5.6.1 	 RPP Muatan Lokal	 90
DAFTAR KOTAK
Daftar Kotak
xvi
1.1 Landasan dan Pedoman
B
erdasarkan hasil Konferensi Sedunia tentang Pengurangan Risiko Bencana
yang diselenggarakan pada tanggal 18-22 Januari 2005 di Kobe, Hyogo,
Jepang; dan dalam rangka mengadopsi Kerangka Kerja Aksi 2005-2015
dengan tema ‘Membangun Ketahanan Bangsa dan Komunitas Terhadap Bencana’
memberikan suatu kesempatan untuk menggalakkan suatu pendekatan yang
strategis dan sistematis dalam meredam kerentanan dan risiko terhadap bahaya.
Konferensi tersebut menekankan perlunya mengidentifikasi cara-cara untuk
membangun ketahanan bangsa dan komunitas terhadap bencana.
Pada bulan Januari 2005, lebih dari 4.000 perwakilan pemerintah, organisasi non-
pemerintah,institusiakademik,dansektorswastaberkumpuldiKobe,Jepang,pada
World Conference on Disaster Reduction (WCDR) kesebelas. Konferensi tersebut
mengakhiri perundingan-perundingan tentang Kerangka Kerja Aksi Hyogo 2005-
2015 : Membangun Ketahanan Bangsa dan Komunitas terhadap Bencana (HFA).
Kerangka Aksi ini diadopsi oleh 168 negara dan menetapkan tujuan yang jelas
secara substansiil mengurangi kerugian akibat bencana, baik korban jiwa maupun
kerugian terhadap aset-aset sosial, ekonomi, dan lingkungan suatu masyarakat
dan negara dan merinci seperangkat prioritas untuk mencapai tujuan setindaknya
pada tahun 2015.
HFA menekankan bahwa pengurangan risiko bencana adalah isu sentral kebijakan
pembangunan, selain juga menjadi perhatian berbagai bidang ilmu, kemanusiaan,
dan lingkungan. Bencana merusak hasil-hasil pembangunan, memelaratkan rakyat
dan negara. Tanpa usaha yang serius untuk mengatasi kerugian akibat bencana,
bencana akan terus menjadi penghalang besar dalam pencapaian Sasaran
Pembangunan Milenium. Untuk membantu pencapaian hasil yang diinginkan,
HFA mengidentifikasi lima Prioritas Aksi yang spesifik: (1) Membuat Pengurangan
Risiko Bencana sebagai prioritas; (2) Memperbaiki informasi risiko dan peringatan
dini; (3) Membangun budaya keamanan dan ketahanan; (4) Mengurangi risiko pada
sektor-sektor utama; (5) Memperkuat kesiapan untuk bereaksi.
BAB IPENDAHULUAN
Pendahuluan
2
HFA memberikan suatu kesempatan untuk menggalakkan suatu pendekatan yang
strategis dan sistematis dalam meredam kerentanan dan risiko terhadap bahaya.
Konferensi tersebut menekankan perlunya mengidentifikasi cara-cara untuk
membangun ketahanan bangsa dan komunitas terhadap bencana. Karena bencana
dapat diredam secara berarti jika masyarakat mempunyai informasi yang cukup dan
didorong pada budaya pencegahan dan ketahanan terhadap bencana, yang pada
akhirnya memerlukan pencarian, pengumpulan, dan penyebaran pengetahuan
dan informasi yang relevan tentang bahaya, kerentanan, dan kapasitas.
Oleh karena itu diperlukan usaha-usaha antara lain: (1) menggalakkan
dimasukkannya pengetahuan tentang pengurangan risiko bencana sebagai bagian
yang relevan dalam kurikulum pendidikan di semua tingkat dan menggunakan
jalur formal dan informal lainnya untuk menjangkau anak-anak muda dan anak-
anak dengan informasi; menggalakkan integrasi pengurangan risiko bencana
sebagai suatu elemen instrinsik dalam dekade 2005–2014 untuk Pendidikan bagi
Pembangunan Berkelanjutan (United Nations Decade of Education for Sustainable
Development); (2) menggalakkan pelaksanaan penjajagan risiko tingkat lokal
dan program kesiapsiagaan terhadap bencana di sekolah-sekolah dan lembaga-
lembaga pendidikan lanjutan; (3) menggalakkan pelaksanaan program dan
aktivitas di sekolah-sekolah untuk pembelajaran tentang bagaimana meminimalisir
efek bahaya; (4) mengembangkan program pelatihan dan pembelajaran tentang
pengurangan risiko bencana dengan sasaran sektor-sektor tertentu, misalnya: para
perancang pembangunan, penyelenggara tanggap darurat, pejabat pemerintah
tingkat lokal, dan sebagainya; (5) menggalakkan inisiatif pelatihan berbasis
masyarakat dengan mempertimbangkan peran tenaga sukarelawan sebagaimana
mestinya untuk meningkatkan kapasitas lokal dalam melakukan mitigasi dan
menghadapi bencana; (6) memastikan kesetaraan akses kesempatan memperoleh
pelatihan dan pendidikan bagi perempuan dan konstituen yang rentan; dan (7)
menggalakkanpelatihantentangsensitivitasgenderdanbudayasebagaibagiantak
terpisahkan dari pendidikan dan pelatihan tentang Pengurangan Risiko Bencana.
‘Kampanye Pendidikan tentang Risiko Bencana dan Keselamatan di Sekolah’
yang dikoordinir oleh UN/ISDR (United Nations/International Strategy for
Disaster Reduction) hingga penghujung tahun 2007 dengan didasari berbagai
pertimbangan. Anak-anak adalah kelompok yang paling rentan selama kejadian
bencana, terutama yang sedang bersekolah pada saat berlangsungnya kejadian.
Pada saat bencana, gedung sekolah hancur, mengurangi usia hidup murid sekolah
dan guru yang sangat berharga dan terganggunya hak memperoleh pendidikan
sebagai dampak bencana. Pembangunan kembali sekolah juga memerlukan waktu
yang tidak sebentar dan pastilah sangat mahal.
Kampanye ditujukan kepada murid sekolah dasar dan menengah, para guru,
pembuat kebijakan pendidikan, orangtua, insinyur dan ahli bangunan. Selain
itu juga ditujukan kepada lembaga pemerintah yang bertanggung-jawab atas
isu manajemen bencana, mendiknas, para pemimpin politik di tingkat nasional,
pembuat keputusan di masyarakat, dan otoritas lokal. Pesan yang bisa disampaikan
antara lain: (1) pendidikan tentang risiko bencana menguatkan anak-anak dan
membantu membangun kesadaran yang lebih besar isu tersebut di dalam
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA/SMK/MA/MAK
3
masyarakat; (2) fasilitas bangunan sekolah yang bisa menyelamatkan hidup dan
melindungi anak-anak sebagai generasi penerus bangsa dari suatu kejadian
bencana alam; dan (3) pendidikan tentang risiko bencana dan fasilitas keselamatan
di sekolah akan membantu negara-negara menuju ke arah pencapaian Tujuan
Pembangunan Millenium.
Sekolah dipercaya memiliki pengaruh langsung terhadap generasi muda,
yaitu dalam menanamkan nilai-nilai budaya dan menyampaikan pengetahuan
tradisional dan konvensional kepada generasi muda. Untuk melindungi anak-
anak dari ancaman bencana alam diperlukan dua prioritas berbeda namun tidak
bisa dipisahkan aksinya yaitu pendidikan untuk mengurangi risiko bencana dan
keselamatan dan keamanan sekolah.
Sekolah juga harus mampu melindungi anak-anak dari suatu kejadian bencana
alam. Investasi dalam memperkuat struktur gedung sekolah sebelum suatu
bencana terjadi, akan mengurangi biaya/anggaran jangka panjang, melindungi
generasi muda penerus bangsa, dan memastikan kelangsungan kegiatan belajar-
mengajar setelah kejadian bencana. Pendidikan di sekolah dasar dan menegah
membantuanak-anakmemainkanperananpentingdalampenyelamatanhidupdan
perlindunganaset/milikmasyarakatpadasaatkejadianbencana.Menyelenggarakan
pendidikan tentang risiko bencana ke dalam kurikulum sekolah sangat membantu
dalam membangun kesadaran akan isu tersebut di lingkungan masyarakat.
Mengurangi risiko bencana dimulai dari sekolah. Seluruh komponen, dalam hal
ini anak-anak sekolah, para guru, para pemimpin masyarakat, orangtua, maupun
individu yang tertarik dengan pendidikan tentang risiko bencana dan keselamatan
disekolah,lembagaswadayamasyarakat,organisasikemasyarakatan,institusilokal/
regional/nasional/internasional,sektorswastadanpublikuntukdapatberpartisipasi
secara aktif. Keterlibatan media juga diperlukan untuk mendorong sebuah budaya
ketahanan terhadap bencana dan keterlibatan komunitas yang kuat dalam rangka
kampanye pendidikan publik secara terus-menerus dan dalam konsultasi publik di
segenap lapisan masyarakat. Bencana?! Jika Siap Kita Selamat.
Padatnya kurikulum pendidikan nasional tidak boleh kita jadikan alasan untuk tidak
melakukan kegiatan Pengurangan Risiko Bencana di sekolah secara berkelanjutan.
Pembelajaran Pengurangan Risiko Bencana di sekolah-sekolah bisa dilaksanakan
dengan mengintegrasikan materi Pembelajaran Pengurangan Risiko Bencana ke
dalam (1) mata pelajaran pokok/paket, (2) muatan lokal, dan (3) ekstrakurikuler dan
pengembangan diri. Atau secara khusus megembangkan dan menyelenggarakan
kurikulum muatan lokal dan ektrakurikuler/pengembangan diri yang didedikasikan
khusus untuk pendidikan pengurangan risiko bencana.
1.1.1 Landasan Filosofis
Bencana merupakan suatu bentuk gangguan terhadap kehidupan dan
penghidupan masyarakat, oleh karena itu, secara filosofis, pengurangan risiko
bencana merupakan bagian dari pemenuhan tujuan bernegara Republik
Indonesia, yaitu melindungi segenap rakyat dan bangsa, serta seluruh
tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Pendahuluan
4
Upaya melindungi segenap rakyat dan bangsa dikuatkan pula dengan hak
setiap orang atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat,
dan harta benda yang dibawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman
dari ancaman ketakutan untuk untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang
merupakan hak asasi, hak hidup sejahtera lahir batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkanlingkunganhidupyangbaikdansehatsertaberhakmemperoleh
pelayanan kesehatan (Pasal 28G ayat (1) dan Pasal 28 H ayat (1) UUD 1945.
1.1.2 Landasan Sosiologis
Ada tiga pertimbangan sosiologis yang patut diketengahkan, yaitu Pertama
secara geografis, demografis dan geologis, Indonesia merupakan negara
rawan bencana, baik bencana alam dan bencana akibat ulah manusia, seperti
kegagalan atau mala praktik teknologi. Kedua, adalah bahwa perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kondisi sosial masyarakat, telah
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan yang berakibat pada
terjadinya bencana. Ketiga, adalah kondisi struktur manajemen bencana
itu sendiri. Kematian, cidera dan kerugian materi, serta masalah lingkungan
dan ekonomi dapat dikurangi apabila penyelenggaraan penanggulangan
bencana telah dilakukan secara komprehensif yang mencakup pendekatan
yang bersifat pencegahan, pengurangaan risiko, tindakan kesiapsiagaan
tindakan tanggap terhadap bencana, serta upaya pemulihan. Disamping itu,
pendekatan yang mengedepankan pentingnya partisipasi dari semua tingkat
pemerintahan, baik pemerintah pusat dan daerah, mengambil peran yang
aktif dalam menciptakan manajemen bencana yang efektif. Serta pentingnya
partisipasi publik dan pemangku kepentinga dalam penanganan bencana.
1.1.3 Landasan Yuridis
Pertimbanganyuridisadalahmenyangkutmasalah-masalahhukumsertaperan
hukum dalam penanganan bencana. Hal ini dikaitkan dengan peran hukum
dalam pembangunan, baik sebagai pengatur perilaku, maupun instrumen
untuk penyelesaian masalah. Hukum sangat diperlukan, karena hukum atau
peraturan perundang-undangan dapat menjamin adanya kepastian dan
keadilan dalam penanganan bencana. Undang-Undang No.24 Tahun 2007
tentang Penanggulangan Bencana ditempatkan guna memberikan jawaban
atau solusi terhadap permasalahan yang berkaitan dengan penangan
bencana, merupakan landasan yuridis paling dekat untuk pelaksanaan usaha-
usaha pengurangan risiko bencana di Indonesia.
1.1.4 Pedoman Pengembangan Produk
Program pendidikan pengurangan risiko bencana (PRB) bertujuan untuk
meminimalisir risiko bencana dan meningkatkan kapasitas sekolah dalam
melaksanakan pengurangan risiko bencana, kesiapsiagaan, mitigasi, dan
peringatan dini. PRB oleh satuan pendidikan dapat dilakukan dengan cara
mengintegrasikan materi pendidikan pengurangan risiko bencana dalam
kurikulum yang berlaku di sekolah, mata pelajaran, muatan lokal, kegiatan
pengembangan diri dan ekstrakurikuler, dan bahan ajar.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA/SMK/MA/MAK
5
Dasar hukum yang menjadi pedoman perancangan dan pengembangan serial
modul dan modul pelatihan adalah:
1.	 Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
2.	 Undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
3.	 Undang-undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
4.	 Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 - 2025
5.	 Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional Tahun 2004 - 2009
6.	 Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan
7.	 Peraturan Presiden No. 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional
Penanggulangan Bencana
8.	 Peraturan Presiden No. 32 Tahun 2008 tentang Pengesahan ASEAN
AgreementonDisasterManagementandEmergencyResponse(Persetujuan
ASEAN mengenai Penanggulangan Bencana dan Penanganan Darurat)
9.	 Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana
10.	Peraturan Mendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
11.	Peraturan Mendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi
Lulusan
12.	Peraturan Mendiknas No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Standar Isi
dan Standar Kompetensi Lulusan, yang disempurnakan dengan Peraturan
Mendiknas No. 6 Tahun 2007
13.	Peraturan Mendiknas No. 40 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Balitbang Depdiknas
14.	Peraturan Mendiknas No. 50 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan
Pendidikan oleh Pemerintah Provinsi
15.	Peraturan Mendiknas No. 24 tTahun 2007 tentang Standar Sarana dan
Prasarana untuk SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA
16.	Surat Edaran Mendiknas No. 33/MPN/SE/2007 tentang Sosialisasi KTSP
1.1.5 Pengintegrasian Pengurangan Risiko Bencana ke dalam Sistem 		
Pendidikan Nasional
UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 38 Ayat (2):
Kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai dengan
relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite
sekolah/madrasah dibawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau
kantor departemen agama kabupaten/kota untuk pendidikan dasar dan
provinsi untuk pendidikan menengah
Pendahuluan
6
Kebijakan yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan bahwa penyusunan
kurikulum merupakan tanggung jawab setiap satuan pendidikan (sekolah
dan madrasah). Oleh karena itu tidak lagi dikenal apa yang disebut dengan
kurikulum nasional, yang pada periode sebelumnya menjadi tanggung jawab
pemerintah pusat.
Dalam PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 17
menyebutkan:
1.	 Kurikulum tingkat satuan pendidikan SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/
MA/SMALB, SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat dikembangkan
sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah/karakteristik daerah,
sosial budaya masyarakat setempat, dan peserta didik
2.	 Sekolah dan komite sekolah, atau madrasah dan komite madrasah,
mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya
berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan,
dibawah supervisi dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab di
bidang pendidikan untuk SD, SMP, SMA, dan SMK dan departemen yang
mengurusi urusan pemerintahan di bidang agama untuk MI, MTs, MA, dan
MAK
Penjabaran kurikulum dilakukan dengan penyusunan silabus dan bahan ajar
sesuai dengan kondisi geografis dan demografis untuk daerah, kebutuhan,
potensidankarkateristiksatuanpendidikandanpesertadidik,yangselanjutnya
diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran. Dalam Permendiknas No.
24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Standar Isi dan Standar Kompetensi
Lulusan Pasal 1:
1.	 Satuan pendidikan dasar dan menengah mengembangkan dan
menetapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah
sesuai kebutuhan satuan pendidikan.
2.	 Satuan pendidikan dasar dan menengah dapat mengembangkan
kurikulum dengan standar yang lebih tinggi dari standar isi dan standar
kompetensi lulusan.
3.	 Kurikulum satuan pendidikan dasar dan menengah ditetapkan oleh
kepala satuan pendidikan dasar dan menengah setelah memperhatikan
pertimbangan dari Komite Sekolah atau Komite Madrasah.
Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Pasal 32 Ayat 1, juga telah mengakomodasi kebutuhan pendidikan
bencana dalam terminologi ‘pendidikan layanan khusus’. Yakni “pendidikan
bagi peserta didik di daerah terpencil atau terbelakang, masyarakat adat
yang terpencil, dan/atau mengalami bencana alam, bencana sosial, dan tidak
mampu dari segi ekonomi”.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA/SMK/MA/MAK
7
1.2 Kerangka Kerja Pendidikan untuk Pengurangan Risiko 		
Bencana
1.2.1 Pendidikan untuk Pengurangan Risiko Bencana dan Pendidikan untuk 	
Pembangunan Berkelanjutan
Pada bulan Desember 2002, Majelis Umum PBB mengadopsi resolusi 57/254
untuk menempatkan Dekade Pendidikan Bagi Pembangunan Berkelanjutan,
mulai2005-2014,dibawahkoordinasiUNESCO.Pendidikanuntukpengurangan
bencana (alam) telah diidentifikasi sebagai masalah inti yang akan dibahas
di bawah DESD. Pendidikan dipandang dalam konsep yang lebih luas.
Sebagaimana didefinisikan dalam Bab 36 dalam Agenda 21, “Pendidikan
sangat penting untuk mencapai perlindungan lingkungan dan kesadaran
etika, nilai-nilai dan sikap, keterampilan dan perilaku yang konsisten dengan
pembangunan berkelanjutan. Baik formal dan pendidikan non-formal sangat
diperlukanuntukpembangunanberkelanjutan“.Pendidikandanpengetahuan
berkontribusi untuk meningkatkan kesadaran tentang bahaya (alam) serta
kerentanan dan ancaman yang ada yang dihadapi oleh masyarakat. Juga
memberikan kontribusi untuk menumbuhkembangkan keterampilan hidup.
Dasawarsa ini didukung oleh Kerangka Aksi Hyogo 2005 – 2015 yang
menyoroti pentingnya pendidikan dan pembelajaran sebagai bagian dari
prioritas aksi, menggunakan pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk
membangun sebuah budaya keselamatan dan ketahanan di semua tingkat.
Inisiatif pengurangan risiko bencana harus berakar di semua lembaga-
lembaga pendidikan, khususnya di sekolah-sekolah dan memasukkan dalam
programpendidikan.Pendidikanpenguranganrisikobencanayangmencakup
semua aspek peningkatan kesadaran publik, pendidikan dan pelatihan yang
bertujuan untuk menciptakan dan atau meningkatkan budaya pencegahan
melalui identifikasi dan pemahaman risiko, serta belajar mengenai langkah-
langkah pengurangan risiko bencana, dan tanggap bencana.
Oleh karena itu Pendidikan untuk Pengurangan Risiko Bencana - sebagai
bagian dari Pengurangan Risiko Bencana (PRB) - harus melekat dengan
Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (Education for Sustainable
Development - ESD), dan mendukung kerangka ESD yang mencakup 3 aspek,
yaitu:
1.	 Pendidikan untuk pengurangan risiko bencana adalah interdisipliner.
Oleh karena itu, pertimbangan penting diberikan kepada dampak, dan
hubungan antara, masyarakat, lingkungan, ekonomi dan budaya.
2. 	 Pendidikan untuk pengurangan risiko bencana dan meningkatkan
pemikirankritisdanpemecahanmasalah,danketrampilanhidupsosialdan
emosional untuk pemberdayaan kelompok rentan atau terkena bencana.
3.	 Pendidikan untuk pengurangan risiko bencana mendukung Tujuan
Pembangunan Milenium. Tanpa mempertimbangkan Pengurangan Risiko
Bencana dalam perencanaan pembangunan, semua upaya pembangunan
termasuk inisiatif DESD dihancurkan dalam hitungan detik.
Pendahuluan
8
KerangkakerjaPendidikanuntukpenguranganrisikobencanaataupendidikan
pengurangan risiko bencana dikembangkan mengikuti arahan UN-ISDR
sebagai berikut: “Pendidikan pengurangan risiko bencana adalah sebuah
proses pembelajaran bersama yang bersifat interaktif di tengah masyarakat
dan lembaga-lembaga yang ada. Cakupan pendidikan pengurangan risiko
bencana lebih luas daripada pendidikan formal di sekolah dan universitas.
Termasukdidalamnyaadalahpengakuandanpenggunaankearifantradisional
dan pengetahuan lokal bagi perlindungan terhadap bencana alam.”
HFA pada PRIORITAS AKSI 3, Poin Aktivitas kunci termaktub rekomendasi
bahwa PRB dimasukkan dalam kurikulum sekolah, pendidikan formal dan
informal.
“Menggalakkan dimasukkannya pengetahuan pengurangan risiko bencana
dalam bagian yang relevan dalam kurikulum sekolah di semua tingkat dan
menggunakan jalur formal dan informal lainnya untuk menjangkau pemuda
dan anak-anak; menggalakkan integrasi pengurangan risiko bencana sebagai
suatu elemen intrinsik Dekade Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan
(2005-2015) dari PBB“.
1.2.2 Konsep Pendidikan untuk Pengurangan Risiko Bencana
Pendidikan Pengurangan Risiko Bencana adalah usaha sadar dan terencana
dalam proses pembelajaran untuk memberdayaan peserta didik dalam upaya
untuk pengurangan risiko bencana dan membangun budaya aman serta
tangguh terhadap bencana. Pendidikan PRB lebih luas dari penddidikan
bencana, bahkan lebih dari pendidikan tentang pengurangan risiko bencana.
Tetapi mengembangkan motivasi, ketrampilan, dan pengetahuan agar
dapat tertindak dan mengambil bagian dari upaya untuk pengurangan risiko
bencana.
Tujuan pendidikan untuk pengurangan risiko bencana adalah:
1.	 Menumbuhkembangkan nilai dan sikap kemanusiaan
2.	 Menumbuhkembangkan sikap dan kepedulian terhadap risiko bencana
3.	 Mengembangkan pemahaman tentang risiko bencana, pemahaman tentang
kerentanan sosial, pemahaman tentang kerentanan fisik, serta kerentanan
prilaku dan motivasi,
4.	 Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan untuk pencegahan dan
pengurangan risiko bencana, pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan
yang bertanggungjawab, dan adaptasi terhadap risiko bencana
5.	 Mengembangkanupayauntukpenguranganrisikobencanadiatas,baiksecara
individu maupun kolektif
6.	 Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan siaga bencana
7.	 Meningkatkan kemampuan tanggap darurat bencana
8.	 Mengembangkan kesiapan untuk mendukung pembangunan kembali
komunitas saat bencana terjadi dan mengurangi dampak yang disebabkan
karena terjadinya bencana
9.	 Meningkatkan kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan besar dan
mendadak
2.1 Fenomena Kebakaran
Kebakaran selalu menghantui warga di perkotaan dimana terdapat banyak
kelurahan rawan kebakaran di seluruh wilayah Indonesia. Umumnya kelurahan-
kelurahan itu padat penduduk, rumahnya berdempetan, akses jalan sempit, dan
banyak instalasi listrik yang tidak sesuai aturan.
	 	 Gambar 2.1 Kebakaran di perumahan padat penduduk	 		
El Nino merupakan fenomena alam yang terjadi secara natural setiap tahun.
Terjadinya El Nino ini disebabkan temperatur di perairan tropis di bagian timur
Samudra Pasifik bertambah panas secara tidak wajar yang menyebabkan terjadinya
pergerakan uap air. Udara yang lebih panas tersebut pada akhirnya menimbulkan
kekeringan di sejumlah kawasan Asia Pasifik, seperti Indonesia.
				 Gambar 2.2 Proses terjadinya El Nino
FENOMENA DAN PERISTIWA
KEBAKARAN
BAB II
Fenomena dan Peristiwa Kebakaran
10
Pengaruh El Nino di Jawa Barat telah menyebabkan kelembapan udara di Kota
Bandung dan wilayah lainnya di Jabar sangat rendah. Jika biasanya saat musim
kemarau kelembapan udara Kota Bandung mencapai 75 persen, kini hanya sekitar
40 persen. Akibatnya, musibah kebakaran dan kesulitan air lebih rentan terjadi pada
masa ini.
Kebakaran pemukiman adalah sebuah risiko maka kita akan berupaya sekuat
tenaga untuk menghindari risiko kebakaran, kita semua akan berhati-hati dalam
menggunakan dan memperlakukan kompor, lilin, rokok, lampu tempel dan listrik
untuk menghindari risiko kebakaran, termasuk juga dalam menata ruangan, akses
masuk dan lain sabagainya.
Di Jakarta, listrik dan kompor merupakan penyebab utama kebakaran untuk rumah
tangga. Selama 10 tahun terakhir telah terjadi lebih dari 800 kebakaran setiap tahun
atau sekitar 2 hingga 3 kali kebakaran per hari, dengan korban meninggal mencapai
27 jiwa dan kerugian langsung mencapai nilai Rp 250 miliar setiap tahunnya.
Lebih dari 45 persen kebakaran terjadi di bangunan permukiman, dan lebih dari
25 persen terjadi di bangunan umum, seperti pasar tradisional, usaha kecil dan
menengah, dan industri manufaktur. Kebakaran telah memberikan dampak
kepada lebih dari 22.000 orang setiap tahunnya. Dengan demikian kebakaran
sangat berpotensi meninggalkan trauma pada masyarakat luas, dan menyebabkan
kerugian perekonomian masyarakat luas.
Dari berbagai penelitian yang dilakukan, tampak bahwa kecerobohan atau
ketidakdisiplinan, bersama dengan kegagalan peralatan, dan sistem proteksi
yang tidak memadai sering kali menjadi penyebab utama kecelakaan, termasuk
terjadinya kebakaran. Untuk itu, hal utama yang dapat dilakukan adalah dengan
melakukan upaya pencegahan dengan membangun disiplin teknik keselamatan
kebakaran yang memfokuskan upaya pencegahan dan penanganan kebakaran
sejak suatu bangunan dirancang dan dioperasikan.
DiInggrisdisiplininidikenalsebagaifireengineering,dandiAmerikaSerikatdikenal
sebagai fire protection engineering. Terminologi fire safety engineering relatif baru
digunakan untuk menjelaskan disiplin yang memanfaatkan prinsip-prinsip sains
(matematika, fisika, kimia, statistika) dan teknik (termodinamika, mekanika fluida,
perpindahan kalor dan massa, mekanika benda padat) untuk melindungi manusia,
lingkungan buatan dan lingkungan alamiah.
Fenomena kebakaran merupakan kejadian unik dan khas Indonesia yang
nampaknya sebagai konsekwensi dari meningkatnya perumahan atau permukiman
padal penduduk di perkotaan yang kerap kumuh sehingga kurang memperhatikan
ketentuan dan persyaratan keamanan terhadap bahaya kebakaran. Kebakaran
besar ini jelas berimplikasi luas menyangkut aspek sosial, ekonomi, psikologis
massa, politik dan lingkungan.
Kebakaran jenis ini (kebakaran gedung dan permukiman) pada dasarnya adalah
disebabkan oleh kalalian manusia, yaitu karena pemilihan bahan bangunan yang
mudah terbakar, pemasangan instalisi listrik yang tidak sesuai dengan aturan,
pemakaian alat elektronik yang tidak terpantau dengan baik.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA/SMK/MA/MAK
11
2.2 Peristiwa Kebakaran Di Indonesia
Sementara itu, berkaitan dengan kebakaran pemukiman yang terjadi di Jakarta
berdasarkan data Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana,
korsleting arus pendek listrik masih menjadi faktor tertinggi penyebab terjadinya
kebakaran. Sepanjang tahun 2009, ada sekitar 191 kebakaran yang disebabkan
karena korsleting listrik dari total kebakaran yang jumlahnya mencapai 316 kasus.
Sementara penyebab lain dari kebakaran seperti akibat ledakan kompor ada
sekitar 34 kasus, lampu tempel tiga kali dan rokok delapan kasus. Dari jumlah
kasus kebakaran tersebut, sedikitnya menyebabkan kerugian material sebesar Rp
83,2 miliar. Sedangkan luas areal yang terbakar mencapai 85.779 meter persegi.
Kebakaran juga menyebabkan 6.457 jiwa kehilangan tempat tinggal atau sekitar
1.724 Kepala Keluarga (KK). Adapun waktu terjadinya kebakaran, terjadi siang hari
99 kasus, malam hari 85 kasus, pagi hari 75 kasus, dan dini hari 57 kasus.
Berdasarkan data diatas untuk mengurangi risiko kebakaran maka perlu di sekolah-
sekolah diberikan Pendidikan Pengurangan Risiko Bencana dalam bentuk PRB
yang di integrasikan ke mata pelajaran, program pengembangan diri dan muatan
lokal. Dengan harapan sekolah (guru,karyawan,siswa) memiliki kompetensi yang
dapat digunakan untuk mengurangi risiko kebakaran baik kebakaran pemukiman
maupun kebarakan hutan.	
Api kecil jadi sahabat api besar jadi lawan. Kata-kata ini mungkin dulu sering kita
dengar tetapi belum tentu benar karena api besar kita butuhkan untuk berbagai
keperluan kita yang bermanfaat. Api kecil juga bisa membuat masalah yang tidak
dikehendaki jika tidak sesuai dengan pemanfaatan yang kita inginkan. Api bisa
merusak semuanya dan apapun yang ia sentuh. Cobalah lihat data statistik di
daerah anda, bahkan dinegara kita berapa kali terjadi kebakaran dan berapa yang
terluka hingga kehilangan nyawa serta berapa kerugian yang diakibatkannya.
Upayapemerintahsendiridalammelakukansosialisasidanpenyuluhanpencegahan
kebakaran kepada masyarakat dirasakan masih belum efektif. Media cetak dan
elektronik umumnya juga lebih tertarik meliput kebakaran sebagai kecelakaan
ketimbang mengungkap akar penyebabnya.
Indonesia sampai kini belum mempunyai angka statistik nasional tentang nilai
ekonomi kerugian kebakaran baik korban jiwa, luka-luka, maupun harta benda.
Dengan demikian persepsi kebakaran sebagai risiko belum dipahami dari aspek
nilai ekonomi.
Sedangkan pendidikan proteksi kebakaran yang ada masih sangat bersifat
sementara belum merupakan kebutuhan pokok. Saat ini belum ada sekolah
kebakaran terakreditasi. Yang ada, hanyalah diklat kebakaran milik pemerintah
DKI Jakarta dan Kursus kilat yang lebih diminati karena sertifikat yang diterbitkan
ketimbang kompetensinya. Di lain pihak sampai saat ini, perguruan tinggi yang
membuka program studi kebakaran masih sangat terbatas sekali.
Agar bangunan seperti rumah, kantor, sekolah, gudang dan lain sebagainya tidak
terbakar dan menimbulkan kebakaran, maka diperlukan pencegahan kebakaran
dengan cara memberikan pendidikan pengurangan risiko bencana (kebakaran)
kepada siswa dengan berbagai pengetahuan, tips dan trik untuk mencegah
terjadinya kebakaran.
BAB III
PENGURANGAN RISIKO
KEBAKARAN
3.1 Pengurangan Risiko Kebakaran
Langkah-langkah pengurangan Risiko bencana dipahami sebagai pengembangan
dan penerapan secara luas dari kebijakan-kebijakan, strategi-strategi dan praktek-
praktek untuk meminimalkan kerentanan dan risiko bencana di masyarakat yang
berbasis masyarakat. Upaya mengurangi risiko bencana dilakukan melalui tiga
langkah yaitu:
3.1.1 Pencegahan
Pencegahanadalahserangkaiankegiatanyangdilakukansebagaiupayauntuk
menghilangkan dan atau mengurangi ancaman bencana. Sebagai contoh,
untuk mencegah terjadinya kebakaran dilakukan tindakan pemasangan
instalasi listrik yang benar, pemilihan bahan bangunan yang tidak mudah
terbakar, jangan menempatkan bahan yang mudah terbakar di dekat sumber
dan sebagainya.
3.1.2 Mitigasi
Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik
melaluipembangunanfisikmaupunpenyadarandanpeningkatankemampuan
menghadapi ancaman bencana.Tindakan mitigasi disebut sebagai tindakan
struktural dan non struktural. Tindakan mitigasi yang bersifat struktural
contohnya adalah pemasangan instalasi listrik oleh orang yang propesinal,
bahan bangunan yang tidak mudah terbakar seperti kerangka baja ringan
untuk kap rumah. Tindakan mitigasi yang bersifat non struktural misalnya
pelatihan untuk membangun kepedulian masyarakat terhadap bahaya yang
dihadapi,pelatihandanpengorganisasiansukarelawanbagikegiatanbencana
kebakaran.
Tujuan pokok dari tindakan mitigasi adalah:
a.		Mengurangi ancaman
Sebagianbencanatidakdapatdicegahagartidakterjadi,tetapiancamannya
dapat dikurangi. Misalnya: struktur bangunan yang tahan api.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA/SMK/MA/MAK
13
b.	 Mengurangi kerentanan
Berbagaifaktorsepertifactorfisik,social,ekonomimaupunkondisigeografis
dapat menurunkan kemampuan masyarakat untuk mempersiapkan
diri maupun menanggulangi dampak akibat bahaya kebakaran. Hal
terpenting dalam kegiatan pengelolaan risiko bencana kebakaran adalah
menurunkan kerentanan sehingga masyarakat menjadi tahan terhadap
bencana kebakaran.
c.	 Meningkatkan kapasitas
Kapasitasmerupakankemampuanmasyarakatdalammenghadapibencana
pada semua tahapannya, melalui berbagai sistem yang dikembangkannya.
Contoh peningkatan kapasitas adalah dalam menghadapi kebakaran
yang bersifat musiman, kelompok masyarakat memiliki posko kebakaran
yang akan siap setiap kebakaran terjadi. Peningkatan kapasitas juga
bisa dilakukan dengan meningkatkan penyediaan sarana dan prasarana
penanggulangan kebakaran, pelatihan tanggap darurat, dan sebagainya.
3.1.3 Kesiapsiagaan
Kesiapsiagaan adalah serangkaian tindakan yang dilakukan untuk meng­
antisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat
guna dan berdaya guna. Sebagai contoh: membangun system peringatan dini,
penyiapan jalur evakuasi bila terjadi bencana, laztihan simulasi bencana.
Kesiapsiagaan diri, keluarga dan sekolah akan sangat membantu dalam
mengurangi dampak bencana, baik kerugian harta maupun korban jiwa,
Kesiapsiagaan dimulai dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1.	 Memahami potensi ancaman yang ada di daerah masing-masing
2.	 Memahami penyebab atau tanda-tanda akan terjadinya bencana
3.	 Memahami apa yang harus dipersiapkan dan yang harus dilakukan baik
sebelum, saat dan sesudah bencana.
Tingkat kerentanan perkotaan di Indonesia adalah suatu hal yang sangat
penting untuk diketahui sebagai salah satu hal yang berpengaruh terhadap
terjadinya bencana alam.
Tingkatkerentanankota-kotabesardiIndonesiadapatditinjaudarikerentanan
fisik , sosial kependudukan, dan ekonomi. Kerentanan fisik menggambarkan
tingkatkerusakanterhadapfisikbilaadafaktorberbahayatertentu.Melihatdari
berbagai faktor seperti persentase kawasan terbanguin, kepadatan bangunan,
persentase bangunan konstruksi darurat, jaringan listrik, rasio panjang jalan,
jaringan telekomunikasi, jaringan PDAM, jaringan rel KA, maka perkotaan di
Indonesia dapat dikatakan berada pada kondisi yang sangat rentan karena
persentase di antara unsur-unsur tersebut sangat rendah.
Kerentanan sosial menunjukkan tingkat kerentanan terhadap keselamatan
jiwa/kesehatan penduduk apabila ada bahaya. Dari beberapa indikator antara
lainkepadatanpendusuk,lajupertumbuhanpenduudk,persentasependuduk
usia tua-balita dan penduduk wanita, maka kota-kota bsar di Indonesia
Pengurangan Risiko Kebakaran
14
memiliki kerentanan sosial yang sangat tinggi. Belum lagi jika kita melihat
kondisi sosial saat ini yang semakin rentan terhadap bncana non-alam, seperti
rentannya kondisi sosial masyarakat terhadap kerusuhan, tingginya angka
pengangguran, instabilitas politik, dan tekanan ekonomi.
Kerentanan ekonomi menggambarkan besarnya kerugian atau rusaknya
kegiatan ekonomi (proses ekonomi) yang terjadi bila ada ancaman bahaya.
Indikator yang dapat kita lihat menunjukkan tingkat kerentanan ini misalnya
persentase rumah tangga yang bekerja pada sektor rentan (jasa dan distribusi)
dan persentase rumah tangga miskin.
Beberapa kerentana fisik, sosial, dan ekonomi tersebut di atas`menunjukkan
bahwakota-kotabesardiIndonesiamemilikikerentananyangtinggi,sehingga
hal ini menyebabkan tingginya risiko terjadi bencana.
Tingginya risiko kebakaran gedung dan pemukinan pada berbagai fungsi atau
penggunaan bangunan dapat dinyatakan dengan analisis sebagai berikut:
1.	 Adanya risiko kebakaran karena hadirnya faktor-faktor penyebab
kebakarana di setiap tempat dalam kehidupan sehari-hari, seperti: listrik
dan peralatan rumah tangga yang menggunakan listrik, kompor (gas atau
listrik), lampu tempel/lilin, rokok, obat nyamuk bakar, membakar sampah,
dan kembang api/petasan. Kondisi ini apabila dipicu oleh tindakan yang
salah atau lalai dapat memunculkan terjadinya kebakaran.
2.	 Ketiadaan sarana pemadan kebakaran pada suatu lingkungan atau
bangunan. Atau kurang terawatnya sarana peringatan dini (sistem alarm
kebakaran) dan sarana pemadam kebakaran; sehingga dalam banyak
kasus ditemukan berbagai sarana pemadaman kebakaran yang tidak
berfungsi. Kondisi ini secara jelas berperan mengurangi atau melemahkan
kemampuan suatu lingkungan atau bangunan gedung dalam mencegah
dan menanggulangi kebakaran apabila suatu saat terjadi.
3.	 Perilaku orang-orang pada suatu lingkungan atau yang menghuni
bangunan yang cenderung ceroboh/lalai, rendahnya kesadaran menjaga
lingkungan, kurang pengetahuan tentang bahaya api, pembiaran
terhadap anak-anak yang bermain api, keterpaksaaan karena keterbatasan
ekonomi serta vandalisme. Kesemuanya ini merupakan faktor yang ikut
menyumbangkan tingkat kerawanan terhadap kebakaran pada suatu
bangunan atau lingkungan.
Upaya pengurangan risiko kebakaran di lingkungan sekolah dapat dilakukan
melalui tindakan-tindakan sebagai berikut:
a.	 Melengkapi bangunan sekolah dengan sarana proteksi kebakaran dan
sarana jalan keluar/penyelamatan jiwa
b.	 Memberikanpenyuluhanataupelatihanpencegahandanpenanggulangan
kebakaran kepada kepala sekolah, guru, dan tenaga pendidikan
c.	 Memberikan materi pembelajaran pengurangan risiko, termasuk risiko
kebakaran kepada siswa
d.	 Menyediakan panduan/prosedur tetap untuk menghadapi bencana
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA/SMK/MA/MAK
15
3.2 Kesiapsiagaan
3.2.1 Tindakan Sebelum Terjadi Kebakaran
Karakteristik ancaman
a.	 Pengertian Api
		 Api, adalah reaksi kimia yang terjadi secara berantai dan cepat antara
bahan bakar, zat asam, dan panas dalam perbandingan yang sesuai diikuti
dengan evolusi pengeluaran cahaya dan panas.
b.		Pengertian Kebakaran
		 Adalah bentuk nyala api yang sudah tak terkendali
c.	 	Pengertian Titik Nyala
		 Adalah tingkatan energi bahan untuk terbakar pada suhu bakarnya, yakni
suhu terendah saat bahan bakar mulai terbakar.
d.		Terjadinya Api
		 Berikut ini diagram proses terjadinya api. Api terjadi ketika tiga unsur
penyebabnya tersedia.
Gambar 3.1 Diagram proses terjadinya api.
e.	 Bahan Bakar
Bahan bakar adalah materi atau zat yang dapat seluruhnya atau sebagian
mengalami perubahan secra kimia dan fisika bila terbakar. Bahan bakar
dapat berbentuk padat, cair maupun gas.
Gas: Gas alam, Acetylene, Propane, Hidrogen, Butan dll
Cairan: Bensin, Minyak tanah, Turpentine, cat, varnish, alkohol dll
Padat: Batubara, Kayu, kertas, kain, plastik dll
Pengurangan Risiko Kebakaran
16
f.	 Oksigen
		 Oksigen adalah unsur kimia pembakar, yang terdapat dalam jumlah yang
cukup di udara (sekitar 21 %). Oksigen merupakan unsur pembentuk api
karena reaksi pembakaran yang ditimbulkan.
		 Sebagian besar bahan bakar memerlukan paling sedikit 15% oksigen untuk
dapat menimbulkan api untuk serangkaian reaksi kimia. sementara udara
normal kita mengandung kurang lebih 21 % oksigen, suatu kadar yang
cukup untuk menimbulkan api/kebakaran. Oksigen yang ditambahkan
dengan bahan bakar dalam suatu reaksi kimia disebut oksidasi
g.	 Sumber Panas
Beberapa jenis sumber panas diantaranya:
	 Sinar matahari
	 Matahari merupakan sumber utama panas. Sinar matahari dapat
memanaskan permukaan atau uap/gas dan kalau uap itu mencapai
titik nyala sendiri dan terdapat oksigen maka nyala api / kebakaran bisa
terjadi.
	 Kobaran Api Terbuka
	 Penggunaan api pada tempat-tempat dimana terdapat bahan mudah
terbakar.
	 Gesekan)
	 Reaksi kimia penyebab kebakaran
	 Adanya dua zat kimia atau lebih, bila bercampur, dapat menimbulkan
reaksi. Beberapa reaksi kimia mengeluarkan panas (eksoterm). Panas
yang dikeluarakan oleh reaksi kimia tersebut dapat menyebabkan
timbulnya uap (gas) atau membakar uap yang sudah ada di dekatnya.
Penggabungan panas, uap dan Oksigen (dari reaksi atau yang
terdapat dalam atmosfir) dapat menyebabkan kebakarn. Kebakaran ini
disebabkan oleh reaksi kimia atau tidak adnya sumber panas dari luar,
disebut kebakaran spontan.
	 Listrik
	 Kebakaran paling banyak disebabkan panas sehingga dapat menyulut
bahan mudah terbakar.
	 Percikan listrik
	 Percikan listrik adalah suatu sentakan keluarnya arus yang secara tiba-
tiba mempunyai energi cukup tinggi untuk menyulut bahan mudah
terbakar yang terdapat disekitarnya.
	 Loncatan listrik
	 Loncatan listrik Adalah energi listrik yang meloncat diantara 2 titik.
	 Contoh : Busi
	 Tahanan listrik
	 Semua konduktor memiliki tahan tersendiri terhadap arus listrik. Energi
listrikyanghilangdalamtahanandiubahmenjadipanasdanataucahaya
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA/SMK/MA/MAK
17
(lampu, alat pemanas listrik dan kompor listrik). Semua memanfaatkan
tahanan listrik agar berfungsi).
	 Percikan listrik statis
	 Terjadi ketika dua zat berbeda muatan listrik mengalami kontak.
Kalaun kedua zat tersebut tidak dihubungkan ke tanah (bounded atau
grounded) untu mecegah timbulnya percikan listrik statis, penyalaan
uap mudah terbakar dapat terjadi.
	 Pemampatan / pemadatan
	 Bila udara atau gas yang dipadatkan/ditekan dengan suatu tekanan
yang melebihi tekanan normal, hal ini bisa menyebabkan panas atau
ledakan.
h.	 Jenis Pemindahan Panas
	 Konduksi
	 Perpindahan panas melalui zat perantara. Panas merambat melalui
dinding pemisah ruangan, bagian dinding pada ruangan berikutnya
menerima kalor atau panas yang dapat membakar permukaan benda-
benda yang terletak pada dinding-dinding tersebut.
	 Konveksi
	 Perpindahan panas dari tekanan tinggi ke tekanan rendah. Panas
merambat melalui bagian bangunan yang terbuka seperti tangga dan
koridor gang dengan media pengantar udara..
	 Radiasi
	 Perpindahan panas dalam bentuk pancaran. Panas merambat antara
ruang dan bangunan yang berdekatan. hal ini akan lebih cepat terjadi
jikasebaranapidibantuolehtekananudaraatauanginkearahbangunan
lainnya.
i.	 Klasifikasi jenis kebakaran
Jeniskebakaranberdasarkanmateriataubendayangterbakardapatdibagi
menjadi 4 (empat) kelas, sebagai berikut:
	 Kebakaran Klas A
	 Kebakaran dari bahan biasa yang mudah terbakar seperti: kayu, kertas,
pakaian dan sejenisnya. Jenis alat pemadam: yang menggunakan air
harus digunakan sebagai alat pemadam pokok.
	 Kebakaran Klas B
	 Kebakaran bahan cairan yang mudah terbakar seperti minyak bumi,
gas, lemak dan sejenisnya. Jenis alat pemadam yang digunakan adalah
jenis busa sebagai alat pemadam pokok.
	 Kebakaran Klas C
	 Kebakaran listrik (seperti kebocoran listrik, korsleting) termasuk
kebakaran pada alat-alat listrik. Jenis alat pemadam: yang digunakan
adalah jenis kimia dan gas sebagai alat pemadam pokok.
Pengurangan Risiko Kebakaran
18
	 Kebakaran Klas D
	 KebakaranlogamsepertiZeng,Magnesium,serbukAluminium,Sodium,
Titanium dan lain-lain. Jenis alat pemadam: yang harus digunakan
adalah jenis khusus yang berupa bubuk kimia kering.
j.	 Gas Beracun Hasil Pembakaran
Mengapa asap menjadi penyebab utama selain api itu sendiri?
Hal ini dikarenakan asap mengandung bermacam-macam gas beracun
yang dihasilkan oleh peristiwa pembakaran.
Beberapa gas beracun yang paling banyak dan selalu ada pada peristiwa
kebakaran dapat dilihat dibawah ini.
	 	Karbon monoksida
	 Karbon monoksida (CO) adalah pembunuh terbesar dalam peristiwa
kebakaran karena tingkat kehadirannya yang sangat tinggi dan
juga cepatnya ia mencapai konsentrasi mematikan pada peristiwa
kebakaran. Karbon monoksida adalah hasil produksi dari pembakaran
tidak sempurna yang dihasilkan dari pembakaran senyawa-senyawa
organic dan berbagai bentuk karbon. Sering juga kematian akibat
karbon monoksida terjadi akibat masuknya asap knalpot ke kabin
mobil.
	 Karbon monoksida berbahaya karena ia adalah gas yang tidak berbau,
tidak berwarna, dan tidak terlihat. Gas ini mematikan pada konsentrasi
1,28 persen volume dalam udara dalam 1 sampai 3 menit; 0,64 persen
mematikan dalam 10 sampai 15 menit; 0,32 persen mematikan dalam
30 sampai 60 menit, dan 0,16 persen mematikan dalam waktu 2 jam.
Pada konsentrasi 0,05 persen gas ini tetap menyimpan bahaya.
	 Karbon dioksida
	 Karbon dioksida adalah hasil dari pembakaran sempurna senyawa
organic atau senyawa karbon. Bertambahnya konsentrasi karbon
dioksida akan mengakibatkan meningkatnya kecepatan pernafasan;
sampai di mana tubuh tidak mampu lagi. Kegagalan pernafasan
akhirnya akan terjadi.
	 Karbondioksidadalamjumlahyangsangatbanyakdapatmengakibatkan
sesak nafas karena kekurangan oksigen dalam darah, selain itu juga
dapat berfungsi sebagai bahan pemadam api. Konsentrasi lebih dari
5 persen di lingkungan dapat merupakan tanda bahaya, bukan karena
keberadaannya akan tetapi karena kondisi tersebut adalah kondisi yang
jauh dari kondisi normal.
	 Hidrogen sianida
	 Walau Hidrogen sianida (HCN) jauh lebih beracun dari Karbon
monoksida tetapi dalam kebakaran,biasanya, jumlahnya sangat kecil.
Pada konsentrasi 100 ppm dapat menyebabkan kematian dalam waktu
30 sampai 60 menit. Hidrogen sianida dihasikan dari pembakaran
senyawan hirokarbon terklorinasi di udara, plastik, kulit karet, sutra,
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA/SMK/MA/MAK
19
wool, atau juga kayu. Seperti halnya karbon monoksida hydrogen
sianida lebih ringan dari udara sehingga tingkat bahayanya lebih tinggi
pada kebakaran dalam ruangan, dibanding kebakaran luar ruangan.
	 Phosgene
	 Phosgenejugadihasilkanpadadekomposisiataupembakaransenyawa
hidrokarbon terklorinasi, seperti karbon tetraklorida, Freon, atau etilene
diklorida. Phosgene beracun dan berbahaya pada konsentrasi yang
sangat kecil sekalipun. Konsntrasi 25 ppm dapat mematikan dalam
waktu 30 sampai 60 menit.
	 Hidrogen klorida
	 Hidrogen klorida (HCl) dihasilkan oleh pembakaran bahan-bahan yang
mengandung klorin. Walau tidak beracun seperti hydrogen sianida
ataupun phosgene, HCl berbahaya apabila kita berada dalam waktu
yang cukup lama di lingkungan yang terdapat gas ini.
Kebanyakan kebakaran di rumah bermula di dapur
1.	 Dapur masak adalah menjadi pencetus utama kebakaran.
2.	 Jangan ditinggalkan makanan yang sedang dimasak.
3.	 Jangan dibiarkan dapur dan pemanggang berlumuran dengan minyak
dan lemak saat digunakan
4.	 Pakai baju berlengan tangan ketat apabila memasak.
5.	 Jangan dibiarkan api menyala semasa anda tidur atau keluar rumah.
6.	 Pastikan abu benar-benar sejuk sebelum dibuang.
7.	 Jangan dibiarkan anak-anak dekat api atau pemanas tanpa kehadiran
seorang dewasa.
8.	 Jauhkan lilin dari langsir dan lain-lain bahan yang mudah terbakar.
9.	 Tempatkan lilin di atas tempat yang tidak mudah terbakar.
Kerusakan instalisi/kabel listrik mendatangkan bahaya
1.	 Pastikan semua kabel-kabel listrik berada dalam keadaan baik, jangan
dibiarkan penutup kabel listrik terkelupas.
2.	 Gunakan juru elektrik yang telah bersartifikat atau dari PLN untuk
memperbaiki kerusakan, jangan dikerjakan sendiri.
3.	 Sambungan listrik jangan terlalu banyak, penggandanya tidak boleh lebih
dari Saturda. Penyesuai berganda yang lebih dari satu dan papan kuasa
boleh membebankan poin kuasa.
4.	 Jangan diletakkan sambungan kabel di bawah permadani/karpet atau
perabot.
Pengurangan Risiko Kebakaran
20
Penggunaan alat-alat elektrik
1.	 Pastikan semua alat elektrik digunakan mengikuti buku panduan pabrik
pembuat.
2.	 Pastikan alat-alat elektrik berada dalam keadaan baik. Jika anda merasa
ragu pada kondisi alat, panggil seorang juru elektrik supaya memeriksa
alat-alat tersebut.
3.	 Untuk memperbaiki alat-alat di rumah harus dengan orang yang ahlinya.
4.	 Jika terjadi kebakaran dirumah, lakukan pemutusan arus listrik dari skring
utama.
Peringatan Bagi Perokok
1.	 Jangan sekali-kali merokok di atas kasur.
2.	 Jangan buang abu rokok sembarangan.
3.	 Pastikan puntung rokok dipadamkan sebelum dibuang.
Kebakaran dapat disebabkan oleh anak-anak, maka;
1.		Simpan semua korek api, pemetik api dan lilin di tempat tidak mudah
diambil anak-anak.
2.	 Gunakan pemetik api yang tidak mudah dinyalakan oleh kanak-kanak.
3.	 Ajar anak-anak kecil supaya menyerahkan semua mancis api dan pemetik
api kepada seorang dewasa.
4.	 Pastikan korek api boleh digunakan oleh anak-anak hanya jika seorang
dewasa ada bersama mereka.
5.	 Ajar anak-anak supaya memanggil 113 dalam keadaan darurat kebakaran.
6.	 Didik anak-anak supaya mereka tahu bagaimana keluar dari rumah jika
terjadi kebakaran.
7.	 Jalankan latihan kebakaran selalu bersama anak-anak supaya mereka tahu
dimana keluarga harus berkumpul sesudah keluar dari rumah.
8.	 Ajar anak-anak supaya merangkak dan cepat bergerak jika ada asap di
dalam rumah.
9.	 Ajar anak-anak supaya berhenti, merebahkan badan dan bergolek-golek
jika pakaian mereka terbakar.
Gambar 3.2 Korek api
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA/SMK/MA/MAK
21
k.	 Alarm Kebakaran
Pada saat kita tidur, kita tidak bisa mencium/memabui asap, untuk maka
di setiap rumah diperluakan system alarm asap. Dengan alat ini asap akan
terdeteksi dengan mengeluarkan bunyi yang dapat membangunkan anda
saat tidur apabila ada bahaya api/asap. Untuk mengurangi risiko bencana
kebakaran, maka dianjurkan setiap rumah penduduk memasang alarm
pendeteksi asap. Dan alarm pendeteksi asap yang mudah didapat adalah
alarm yang menggunakan batrai.
Untuk memastikan alarm kebakaran berfungsi dengan baik, maka anda
diharapkan:
	 Uji alat setiap minggu. Gunakan ujung tangkai sapu/kayu dan tekan
butang ujian untuk memastikan ada bunyi bip.
	 Bersihkan permjukaan alarem dengan kain kering/sapu.
	 Ganti bateri sekurang-kurangnya sekali setahun.
Ada dua jenis alarm asap – alarm terion yang mendeteksi asap yang sangat
kecil, dan alarm foto-elektrik yang lebih baru yang mendeteksi asap yang
dapat dilihat.
Alarm asap tidak boleh digunakan selama-lamanya dan biasanya masa
pakainya lebih-kurang 10 tahun sahaja. Jika alarm asap anda lebih tua dari
10 tahun, disarankan untuk diganti.
Cara pemasangan alarm pendeteksi asap
	 	pasang alarm asap diluar setiap kamar atau ruang tidur di rumah anda.
Jika anda tinggal di rumah yang bertingkat, pasang alarm asap di setiap
tingkat.
	 	Adalah lebih baik jika semua alarm asap berhubungan antara satu
dengan lain, supaya jika satu alarm berbunyi yang lain juga akan
berbunyi.
	 	Rumah-rumahyangmemilikikamartidur anak-anakmestimenyediakan
alarm asap yang bersampung dengan alarm asap yang berdekatan
dengan kamar orang tuanya.
	 	Hasil penyelidikan menunjukkan bahwa 85% anak-anak yang tidur
tidak terjaga walaupun 	alarm asap berbunyi. Oleh karena itu perlu
diadakan latihan cara menyelamatkan diri jika kebakaran terjadi.
Pengurangan Risiko Kebakaran
22
		 Gambar 3.3 Latihan cara keluar menyelamatkan diri jika berlaku kebakaran
	 Terdapat juga alarm asap untuk orang-orang yang cacat pendengaran.
Alarm asap khusus ini boleh dibeli untuk orang-orang yang cacat
pendengaran. Alarm ini dicirikan oleh lampu strob yang memancar
dan/atau pad bergetar yang diletakkan di bawah bantal yang akan aktif
apabila alarm asap berbunyi.
Gambar 3.4 Menyimpan selimut api dan pemadam api di dalam dapur
	 Api yang kecil di rumah cepat merebak, maka setiap rumah perlu
memilikialat-alatpenjinakapiyangdiletakkandiditempatyangmudah
diraih.
	 Pastikan rumah anda memiliki pemadam api dan selimut api yang
dijaga baik dan belajar bagaimana menggunakannya. Belilah alat-alat
yang memenuhi standar.
	 Sebaiknya alat penjinak api disimpan di dapur kerena pada umumnya
api bermula dari dapur
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA/SMK/MA/MAK
23
	 Jika kebakaran itu kecil dan dapat dikendalikan sendiri maka sebaiknya
dipadamkan langsung menggunakan selimut api atau pemadam api.
Alat-alat ini dapat dibeli toko bangunan atau toko alat rumah tangga
Pencegahan Kebakaran
Prinsip-prinsip pencegahan kebakaran pada bangunan gedung meliputi hal-
hal sebagai berikut:
1.	 Identifikasi bahaya yang dapat mengakibatkan kebakaran pada
gedung
		 Identifikasi ini meliputi :
a. 	 Bahan Mudah Terbakar, seperti karpet, kertas, karet, dan lain-lain;
b. 	 Sumber Panas, seperti Listrik, Listrik statis, nyala api rokok, ruang dapur,
ruang laundry dan lain-lain.	
2.	 Penilaian Risiko
		 Melakukan analisis risiko terjadinya kebakaran dan kemungkinan kerugian
yang ditimbulkan sebagai akibat kebakaran (harta-benda, citra/image
perusahaan, terhentinya kegiatan operasional perusahaan selama masa
rekonstruksi bangunan dan korban jiwa).
3.	 Pemeliharaan / Perawatan
		 Inspeksi utilitas bangunan seperti: instalasi kelistrikan, dan Instalasi
Peralatan proteksi/pemadam Kebakaran.
4.	 Latihan dan gladi pemadaman kebakaran dan evakuasi
		 Karyawan gedung, khususnya yang ditugaskan pada unit tanggap darurat
kebakaran harus mendapat latihan tentang prinsip-prinsip pencegahan
dan keselamatan kebakaran. Selain mereka, para penghuni gedung,
terutama pada gedung-gedung yang menampung banyak orang harus
juga mendapat latihan tentang cara-cara penyelamatan jiwa pada saat
terjadi kebakaran (gladi evakuasi). Pelaksanaan gladi evakuasi penghuni
ini dianjurkan minimal dua kali dalam setahun.
5.	 Rencana Tindakan Keadaan Darurat (RTDK)
		 Rencana Tindakan Tanggap Darurat adalah suatu rencana yang berisi
tentang hal-hal yang harus dilakukan oleh pengelola gedung apabila
terjadi suatu keadaan darurat, termasuk dalam keadaan kebakaran. Isi
RTDK meliputi diantaranya : susunan nama-mana Tim Tanggap Darurat,
struktur organisasi, uraian masing-masing regu (misalnya: Regu Pemadam,
Regu P3K, Regu Pengamanan, Regu Dokumen, Regu Evakuasi), Prosedur-
Prosedur, dan lain-lain.
Mencegah Kebakaran akibat Konsleting Listrik
Perlu diketahui bahwa hubungan arus pendek atau korsleting adalah kontak
langsung antara kabel positif dan negatif yang biasanya dibarengi dengan
percikan bunga api, dan bunga api inilah yang memicu kebakaran. PLN telah
memasang MCB yang terpadu dengan kWh dan OA Kast yang berfungsi
sebagai pembatas bila pemakaian beban melebihi kapasitas daya sekaligus
sebagai pengaman bila terjadi hubungan arus pendek.
Pengurangan Risiko Kebakaran
24
Hindari pemakaian listrik secara illegal karena disamping membahayakan
keselamatan jiwa, tindakan itu juga tergolong tindak kejahatan yang
dipidanakan. Jadi sebelum hal-hal yang tak diinginkan terjadi seperti musibah
kebakaran menimpa Anda, sebaiknya kita melakukan tindakan/upaya
pencegahan. Bukankah mencegah itu lebih baik daripada mengobati!
Ada beberapa cara untuk mencegah bahaya kebakaran akibat korsleting
listrik:
1.	 Percayakan pemasangan instalasi rumah/bangunan anda pada instalatir
yang terdaftar sebagai anggota AKLI (Assosiasi Kontraktor Listrik Indonesia)
dan terdaftar di PLN. Secara legal instalatir mempunyai tanggung jawab
terhadap keamanan instalasi.
2.	 Jangan menumpuk steker atau colokan listrik terlalu banyak pada satu
tempat karena sambungan seperti itu akan terus menerus menumpuk
panas yang akhirnya dapat mengakibatkan korsleting listrik.
3.	 Jangan menggunakan material listrik sembarangan yang tidak standar
walaupun harganya murah. Tetapi memiliki sertifikat Sistim Pengawasan
Mutu (SPM) yang berlabel tulisan Standar Nasional Indonesia (SNI) .
4.	 Jika sering putus jangan menyambungnya dengan serabut kawat yang
bukan fungsinya karena setiap sekring telah diukur kemampuan menerima
beban tertentu.
5.	 Lakukan pemeriksaan secara rutin terhadap kondisi isolasi pembungkus
kabel.bilaadaisolasiyangterkupasatautelahmenipisagarsegeradilakukan
penggantian. Gantilah instalasi rumah/bangunan anda secara menyeluruh
minimal lima tahun sekali. pekerjaan pemeriksaan dan penggantian
sebaiknya dilakukan oleh instalatir anggota AKLI dan terdaftar di PLN.
6.	 Gunakan jenis dan ukuran kabel sesuai peruntukan dan kapasitas hantar
arusnya.
7.	 Bila terjadi kebakaran akibat korsleting listrik akibat pengaman MainCircuit
Breaker (MCB) tidak berfungsi dengan baik, matikan segera listrik dari kWh
meter. Jangan menyiram sumber kebakaran dengan air bila masih ada arus
listrik.
Peralatan Pencegahan Kebakaran
1.	 Racun Api
Peralatan ini merupakan peralatan reaksi cepat yang multi guna karena
dapat dipakai untuk jenis kebakaran A,B dan C. Peralatan ini mempunyai
berbagai ukuran beratnya, sehingga dapat ditempatkan sesuai dengan
besar-kecilnya risiko kebakaran yang mungkin timbul dari daerah tersebut,
misalnya tempat penimbunan bahan bakar terasa tidak rasional bila
di situ kita tempatkan racun api dengan ukuran 1,2 Kg dengan jumlah
satu tabung. Bahan yang ada dalam tabung pemadam api tersebut ada
yang dari bahan kinia kering, foam / busa dan CO2, untuk Halon tidak
diperkenankan dipakai di Indonesia. halon. Khusus alat pemadam jenis
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA/SMK/MA/MAK
25
Halon saat ini tidak diperkenankan lagi dipakai karena media pemadam ini
termasukmengandungbahanyangdapatmerusakozonyangberpengaruh
terhadap terjadinya pemanasan global.
					 Gambar 3.5 Racun Api
2. Hidran
Ada 3 jenis hidran, yaitu hidran gedung, hidran halaman dan hidran kota.
Sesuai namanya, hidran gedung ditempatkan dalam gedung, hidran
halaman ditempatkan di halaman, sedangkan hidran kota biasanya
ditempatkan pada beberapa titik yang memungkinkan Unit Pemadam
Kebakaran suatu kota mengambil cadangan air.
					 Gambar 3.6 Hidran
Pengurangan Risiko Kebakaran
26
3	 Detektor Asap
Salah satu jenis peralatan proteksi kebakaran pada bangunan gedung
adalah sistem instalasi alarm kebakaran. Di dalam sistem tersebut terdapat
suatu komponen, yakni pengindera (detector). Pada kebanyakan gedung
terpasang 3 (tiga) jenis pengindera, yakni pengindera asap, pengindera
panas dan pengindera nyala api.
Pengindera atau detektor dalam suatu sistem alarm kebakaran tersebut
mampu mengindera (mendeteksi) gejala kebakaran yang berbentuk asap,
panas dan nyala api. Cara bekerjanya, apabila terdapat sekumpulan asap
atau panas pada temperatur tertentu atau nyala api pada daerah di sekitar
detektor tersebut terpasang, maka detektor tersebut secara otomatis
merespons dan kemudian mengirim signal/tanda ke Panel Kontrol, dan
kemudian dari Panel Kontrol akan memproses signal tersebut untuk
kemudian membunyikan alarm dan atau lampu indikasi kebakaran di
lantai-lantai tertentu.
Gambar 3.7 Detektor Asap
4. Titik Panggil Manual
Adalah suatu komponen dalam sistem instalasi alarm kebakaran gedung, 	
yang terpasang pada setiap lantai pada suatu bangunan gedung yang
berfungsi untuk memberitahukan terjadinya keadaan darurat (kebakaran).
Cara mengaktifkannya adalah, apabila terjadi kebakaran maka alat ini
dipecahkan kemudian ditekan/ditarik tombolnya. Dengan menekan/
menarik tombol ini maka sistem alarm kebakaran gedung akan aktif, bel
alarm pada lantai-lantai akan berbunyi serentak – sebagai tanda terjadinya
suatu keadaan darurat.
Gambar 3.8 Titik Panggil Manual
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA/SMK/MA/MAK
27
5.	 Sprinkler
Peralatan yang dipergunakan khusus dalam gedung, yang akan
memancarkan air secara otomatis apabila terjadi pemanasan pada suatu
suhu tertentu pada daerah di mana ada sprinkler tersebut terpasang.
Gambar 3.9 Sprinkler
Prinsip Penangan Bahan Rawan Api
1.	 Kendalikan panas agar tidak melebihi suhu nyala bahan.
2.	 Kendalikan bahan-bahan agar tidak bereaksi yang memicu kenaikan
temperatur.
3.	 Kendalikan perjalaran panas, gas agar tidak masuk pada tempratur sumber
api.
Jenis Media Pemadam
1.	 Jenis Padat, misalnya pasir, tanah, selimut api, tepung kimia
2.	 Jenis Cair, misalnya air ,busa, cairan mudah menguap
3.	 Jenis Gas, misalnya Gas CO2, gas lemas (N2), argon dan sebagainya
3.2.2 Tindakan Saat Terjadi Kebakaran
Prinsip Pemadaman Kebakaran
Kebakaran adalah suatu nyala api, baik kecil atau besar pada tempat yang
tidak kita kehendaki, merugikan dan pada umumnya sukar dikendalikan. Api
terjadi karena persenyawaan dari:
1.	 Sumber panas, seperti energi elektron (listrik statis atau dinamis), sinar
matahari, reaksi kimia dan perubahan kimia.
2.	 Benda mudah terbakar, seperti bahan-bahan kimia, bahan bakar, kayu,
plastik dan sebagainya.
3.	 Oksigen (tersedia di udara)
Apabila ketiganya bersenyawa maka akan terjadi api.
Dalam pencegahan terjadinya kebakaran kita harus bisa mengontrol sumber
panas dan benda mudah terbakar, misalnya dilarang merokok ketika sedang
melakukan pengisian bahan bakar, pemasangan tanda-tanda peringatan, dan
sebagainya.
Pengurangan Risiko Kebakaran
28
Apabila sudah terjadi kebakaran maka langkah kita adalah menghilangkan
adanya oksigen dalam kebakaran tersebut, misalnya: seperti ketika kita
menghidupkan lilin, lalu coba kita tutup dengan gelas maka api pada lilin
tersebut akan mati karena oksigen yang berada di luar gelas tidak dapat masuk
dan oksigen yang berada dalam gelas berubah menjadi Karbon Dioksida (CO2)
yang mematikan api.
	Ketika kita memadamkan kebakaran dengan mengunakan racun api, karung
goni yang basah atau pasir, maka yang terjadi adalah kita mengisolasi
adanya oksigen dalam api tersebut. Namun syaratnya, semua permukaan api
tersebut harus tertutupi oleh media pemadaman yang digunakan (air, karung
goni basah, atau pasir) tersebut. Bila kita menggunakan air sebagai media
pemadaman maka terjadi reaksi pendinginan panas dan isolasi oksigen dari
kebakaran tersebut.
Tindakan Penyelamatan Diri
Saat terjadi kebakaran, waktu sangatlah menentukan. Setiap detik sangat
berharga untuk menyelamatkan diri.
Berikut adalah hal-hal yang harus dilakukan saat terjadi kebakaran :
a.	 Jangan panik dan menangis. Usahakan untuk tetap tenang
b.	 Segeralah menyelamatkan diri dan jangan menunda-nunda. Jangan
membuang waktu untuk menyelamatkan barang-barang berharga
ataupun mencari hewan peliharaan.
c.	 Jika terdapat asap, jangan berdiam diri di dalam ruangan yang terbakar,
merangkaklah serendah mungkin dibawah asap dan usahakan untuk
menutup mulut.
d.	 Saat menyelamatkan diri, bukalah pintu yang diperlukan sebagai jalan
keluar dan tutup juga pintu-pintu yang telah anda lewati sepanjang jalan
menuju keluar. Sebelum membuka pintu keluar, rasakan pegangan atau
badan pintu terlebih dahulu. Jika pintu terasa panas, ada kemungkinan
terdapat api dibalik pintu. Carilah jalan keluar yang lain, missal melalui
jendela atau mengibarkan kertas atau kain berwarna mencolok untuk
mengundang perhatian orang.
e.	 Jangan bersembunyi di kamar mandi, karena jika api membesar dan air di
bak mandi akan mendidih dan mengering.
f.	 Apabila pakaian kita terkena api, yang harus dilakukan adalah :
	 	Berhenti, jangan berlari dengan pakaian yang terbakar karena akan
mengakibatkan api membesar.
	 	Berbaring, berbaringlah di lantai dan tutupi muka dengan tangan.
	 	Berguling, bergulinglah di lantai untuk memadamkan api.
g.	 Jangan kembali kedalam bangunan yang terbakar untuk alasan 		
	apapun. Hal ini dapat mengancam keselamatan jiwa.
h.	 Setelah berhasil keluar rumah, segera hubungi pemadam 			
kebakaran.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA/SMK/MA/MAK
29
Menyelamatkan Diri dari kebakaran di Bangunan Tinggi
Bangunan tinggi adalah
bangunan yang mempunyai
ketinggian dari permukaan
tanah atau lantai dasar lebih
dari 40 meter atau lebih dari
8 (delapan) lantai
Gambar 3.10 Kebakaran di bangunan tinggi
Karakteristik bangunan tinggi
	 	Jalan keluar terbatas
	 	Proses evakuasi kritis
	 	Bahaya jebakan asap
a.	 Pemadaman kebakaran hanya efektif dilakukan dari dalam gedung
Pemadaman kebakaran dalam bangunan tinggi efektif dilakukan dengan
sarana proteksi kebakaran yang tersedia di dalam bangunan seperti racun
api, Hidran dan Sprinker otomatis
b.	 Bangunan dikondisikan siap & mandiri dalam menanggulangi
kebakaran
Kemampuan suatu bangunan memadamkan kebakaran yang terjadi di
dalamnya secara mandiri menurut kesiapan dari peralatan proteksi yang
dipasang. Oleh sebab itu kesiapan sarana proteksi kebakaran yang tersedia
pada bangunan harus selalu di jaga dan dipaksa kesiapannya termasuk
kesediaan dari kapasitas air sebagai bahan pemadam utama
c.	 Penyelamatan jiwa efektif dilakukan melalui sarana jalan keluar dari
dalam gedung atau tangga darurat kebakaran.
Kendala yang sering dilakukan dalam penggunaan sarana jalan keluar
adalah sarana jalan keluar sering digunakan sebagai gudang penyimpan
barang bekas atau akses menuju jalan keluar terhalang oleh barang-
barang serta panah menuju arah lokasi pintu sarana jalan keluar tidak jelas.
Untuk efektifnya penggunaan sarana jalan keluar yang telah tersedia perlu
dilakukan pengawasan dan pemeriksaan secara harian
d.	 Evakuasi penghuni bangunan terbakar diarahkan ke bawah
Hal ini dimaksudkan agar tidak terperangkap oleh asap panas dan api yang
cenderung menjalar ke lantai atas.
Pengurangan Risiko Kebakaran
30
e.	 Menuju tenpat berhimpun sementara di luar bangunan
Pada saat kebakaran tidak dapat dikendalikan, seluruh penghuni gedung
diperintahkan untuk evakuasi (keluar gedung), tapi tidak boleh langsung
pergi ke sembarang tempat, melainkan harus langsung menuju tempat
berhimpun sementara (assembly area).
Mengapa harus berkumpul dulu di tempat ini, karena pengelola
(manajemen) gedung perlu memastikan apakah ada di antara penghuni
gedung yang mungkin terperangkap di dalam dan perlu pertolongan
segera. Kepastian tersebut dapat diperoleh setelah dilakukan pengecekan
terhadap seluruh penghuni yang selamat dan berada di tempat berhimpun
tersebut.
Menyelamatkan Diri dari kebakaran di Rumah
Berikut ini adalah tindakan yang perlu dilakukan sebagai upaya membangun
kesiapsiagaan menghadapi bahaya kebakaran di rumah:
a.		Buatlah rencana penyelamatan rumah. Rencana penyelamatan diri berisi
denah rumah, rencana jalan keluar untuk menyelamatkan diri, serta tempat
berkumpul di luar rumah jika terjadi kebakaran.
b.		Upayakan agar sedapat-dapatnya terdapat 2 (dua) jalan keluar pada
setiap rumah untuk menyelamatkan diri. Pastikan setiap anggota keluarga
mengetahui hal tersebut.
c.		Pastikan seluruh anggota keluarga mengikuti latihan dan mengetahui
langkah-langkahyangharusdilakukansaatterjadikebakaransertarencana
penyelamatan diri yang telah dibuat.
d.		Berlatih keluar dari rumah dengan cara merangkak dan upayakan untuk
menutup mulut.
e.		Berlatih menajamkan intuisi untuk mencari jalan keluar dengan mata
tertutup. Saat terjadi kebakaran dan asap kebakaran semakin tebal,
kemungkinan kita tidak dapat melihat apapun.
f.		Berlatih untuk berhenti, menjauhkan diri ke lantai, serta menggulingkan
badan di lantai jika pakaian kita terbakar.
g.		Jika memugkinkan, pasanglah alarm kebakaran di setiap rumah.
Cara Memadamkan Api
Sebagaian besar api yang besar berasal dari api yang kecil. Api yang kecil dapat
dipadamkan dengan cara:
a.	 Menutup api dengan karung atau kain yang basah
b.	 Menimbun api dengan pasir dan tanah
c.	 Menggunakan racun api
d.	 Penggunaan selang pemadam kebakaran
Sebelum memutuskan untuk memadamkan api kecil sendiri dengan
menggunakan alat pemadam api yang tersedia, kita harus yakin mengenai:
1.	 Mengetahui apa yang terbakar sehingga dapat mengetahui jenis jenis
media pemadam kebakaran yang dinutuhkan.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA/SMK/MA/MAK
31
2.	 Walaupun kita sudah memiliki alat pemadam kebakaran, kemungkinan
terjadinya ledakan dan gas beracunyang keluar dari kebakaran tetap dapat
terjadi.Jikakitatidakmengetahuiapayangterbakar,janganmemadamkan
api sendiri, serahkan pada petugas pemadam kebakaran.
3.	 Jika api telah membesar dan menyebar dengan cepat, segera selamatkan
diri dan jangan mencoba untuk memadamkan api sendiri.
	Jangan memadamkan api sendiri jika:
1.	 Tidak memiliki alat untuk memadamkan api yang memadai:
2.	 Tercium bau menyengat yang diduga gas beracun. Material sintetik seperti
benang nilon yang berasal dari karpet atau busa kursi sofa yang terbakar
akan membentuk gas hydrogen sianida, amonia, dan karbon monoksida
yang berasap dan beracun. Kondisi seperti ini apabila terhirup akan sangat
berbahaya bagi saluran pernafasan dan paru-paru kita.
3.	 Tidak memiliki kemampuan dan pengetahuan yang cukup untuk
memadamkan api sndiri.
	Jika terjadi kebakaran di dapur
1.	 Usahakan memadamkan api sebisa mungkin. Jika tersedia alat pemadam
apai. Jika tidak tersedia alat pemadam api ringan, soda kue dapat
digunakan untuk memadamkan api. Alat lain yang dapat digunakan untuk
memadamkan api adalah menggunakan karung goni atau kain yang telah
dibasahiair.Kainataukarungbasahmenutuppori-pori,sehinggamemecah
udara masuk.
2.	 Jangan menyiram air pada kebakaran yang disebabkan oleh minyak.
Menyiram air keatas kompor yang terbakar justru akan memperluas daerah
yang terbakar.
3.	 Jika kebakaran disebabkan oleh listrik, segera putuskan aliran listrik lebih
dulu, baru kemudian padamkan percikan apinya.
4.	 Apabila panci terbakar, segera tutup panci tersebut. Jangan pindahkan
panci yang terbakar karena api akan menyambar.
5.	 Jikaapitidakkunjungpadam,segeralahmenyelamatkandiri,hubungiDinas
Pemadam Kebakaran setempat, dengan menekan nomor 113. Usahakan
memberi informasi yang benar dan jelas, seperti jati diri penelpon, apa
yang terbakar dan dimana lokasinya agar petugas pemadam kebakaran
dapat mengirim unit pemadam kebakaran yang sesuai kebutuhan.
6.	 Cara menggunakan alat pemedaman api ringan (racun api)
Tahapan yang harus dilakukan adalah :Tarik, Arahkan, Remas, Sapukan.
	 	Tarik
	Tarik pen pengaman (pin) yang ada di sisi alat pemadam api ringan 		
kemudian tarik slangnya.
	 	Arahkan
	Arahkan ke dasar/bagian bawah api, yakni mengenai bahan 			
bakarnya.
Pengurangan Risiko Kebakaran
32
	 	Tekan
	Tekan handle pada bagian kepala tabung pemadam api, maka 			
bahan pemadam akan tersembur keluar dari dalam tabung.
	 	Sapukan.
	Mulai dari jarak yang agak jauh, sapukan hose (slang) pemadam 			
kebakaran ke kiri dan kekanan, bergerak ke depan perlahan-lahan 		
sampai api padam.
	Yang harus anda lakukan jika terjadi kebakaran di rumah anda
Semua keluarga harus tenang dan berlatih menyelamatkan diri.
1.		Untuk dapat bersikap tenang, maka semua anggota keluarga harus tahu
jalan untuk menyelamat diri ke luar rumah dan mengetahui tempat
berkumpul yang aman
2.		Sediakan nomor-nomor panggilan darurat untuk kejadian kebakaran yaitu
nomor 113
3.		Letakkan nomor-nomor panggilan kebakaran, polisi, dan ambulan di dekat
telepon rumah
4.		Jika ada asap di dalam rumah, cepat merangkakdan terus bergerak keluar
5.		Sentuh handel/pegangan pintu dengan punggung tangan untuk
mengetahui apakah pegangan pintu panas, kemudian merangkak keluar.
6.		Jika pintu panas, gunakan jalan keluar lain.
7.		Keluarkan setiap anggota keluarga dari rumah secepat mungkin.
8.		Beritahu petugas pemadam kebakaran apabila ada anggota keluarga
yang masih di dalam rumah saat rumah kebakaran.
9.		Jangan masuk ke dalam rumah untuk mengambil benda apapun apabila
kobaran api telah besar
Sejukkan bahagian tubuh yang terbakar dengan air yang mengalir.
Gambar 3.11 Pertolongan pertama pada luka bakar
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA/SMK/MA/MAK
33
3.2.3 Tindakan Setelah Terjadi Kebakaran
Jika seorang terbakar
1. 	 Berhentikan proses kebakaran atau padam api
2. 	 Tanggalkan pakaian, kecuali jika pakaian melekat ke kulit
3.	 Sejukkan bahagain yang terbakar
4.	 Rendam atau siram bagian yang terbakar dengan air yang mengalir selama
15 hingga 20 menit. Jangan gunakan minyak, mentega atau salap.
5.	 Tutup bahagian yang terbakar dengan kain bersih atau ‘cling wrap’ dan
jangan dibiarkan korban kebakaran kedinginan.
Pengobatan Luka Bakar
Luka Bakar adalah cedera pada jaringan tubuh akibat panas, bahan kimia
maupun arus listrik.
1.	 Jenis Luka Bakar
	 Luka bakar akibat panas
	 Yaitu luka bakar yang disebabkan oleh paparan panas yang merusak
kulit. Penyebabnya antara lain api, cairan panas,uap panas , atau benda-
benda panas lainnya.
	 Luka bakar akibat bahan kimia
	 Yaitu luka bakar yang disebabkan oleh paparan bahan-bahan kimia
pada kulit, seperti cairan pembersih lantai, ammonia , pemutih, dan
pembersih kuku. Luka bakar jenis ini disebabkan oleh perubahan energi
kimia menjadi energi panas. Reaksi kimia dapat bersifat setempat
maupun sistemik (seluruh tubuh). Jika luka bersifat setempat, luka
ditandai dengan kulit yang kemerahan atau timbul ruam-ruam. Proses
terbakarnyakulitakanterusberlanjutsepanjangbahankimiamengenai
kulit.
	 Luka bakar akibat arus listik
Yaitu luka pada kulit atau organ internal akibat terpapar arus listrik.
Luka yang diakibatkan dapat terlihat kecil, tetapi kerusakan yang
diakibatkannya dapat cukup luas karena panas akan mengikuti aliran
arus listrik keseluruh tubuh melalui pembuluh darah dan syaraf.
	 Luka bakar akibat radiasi
	 Yaitu luka yang disebabkan oleh paparan radiasi tinggi. Contohnya
adanya luka akibat terpapar sinar matahari.
	 Luka bakar karena gesekan
	 Yaitu luka yang diakibatkan gesekan kulit dengan benda-benda, seperti
karpet, pakaian atau akibat aktivitas oleh raga, gesekan menghasilkan
panas yang menyebabkan kulit kemerahan, mengelupas, dan
melepuh.
Pengurangan Risiko Kebakaran
34
2.	 Tingkatan luka bakar
Beratnya luka bakar tergantung kepada jumlah jaringan yang terkena dan
kedalaman luka:
	 	Luka bakar tingkat I
	 Merupakan luka bakar yang paling ringan. Kulit yang terbakar menjadi
merah, nyeri, sangat sensitif terhadap sentuhan dan lembab atau
membengkak.Jikaditekan,daerahyangterbakarakanmemutih;belum
terbentuk lepuhan.
	 	Luka bakar tingkat II
	 Menyebabkan kerusakan yang lebih dalam, kulit melepuh, dasarnya
tampak merah atau keputihan dan terisi oleh cairan kental yang jernih.
Jika disentuh warnanya berubah menjadi putih dan terasa nyeri.
	 	Luka bakar tingkat III
	 Menyebabkan kerusakan yang paling dalam, permukaannya bisa
berwarna putih dan lembut atau berwarna hitam, hangus dan kasar.
	 Kerusakan sel darah merah pada daerah yang terbakar bisa
menyebabkan luka bakar berwarna merah terang. Kadang daerah yang
terbakar melepuh dan rambut/bulu di tempat tersebut mudah dicabut
dari akarnya. Jika disentuh, tidak timbul rasa nyeri karena ujung saraf
pada kulit telah mengalami kerusakan.
3.	 Pengobatan luka bakar
Untuk membantu menghentikan luka bakar dan mencegah luka lebih
lanjut,
	 	Sebaiknya lepaskan semua pakaian penderita.
	 	Kulit segera dibersihkan dari bahan kimia (termasuk asam, basa dan
senyawa organik) dengan mengguyurnya dengan air.
Penderita perlu dirawat di rumah sakit jika:
1.	 Luka bakar mengenai wajah, tangan, alat kelamin atau kaki
2.	 Penderita akan mengalami kesulitan dalam merawat lukanya secara 	
	 baik dan benar di rumah
3.	 Penderita berumur kurang dari 2 tahun atau lebih dari 70 tahun
4.	 Terjadi luka bakar pada organ dalam.
Luka bakar ringan
1.	 Jika memungkinkan, luka bakar ringan harus segera dicelupkan ke 	
	 dalam air dingin.
2.	 Luka bakar kimia sebaiknya dicuci dengan air sebanyak dan selama 	
	 mungkin
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA/SMK/MA/MAK
35
3.	 Luka bakar dibersihkan secara hati-hati dengan sabun dan air untuk 	
	 membuang semua kotoran yang melekat.
4.	 Jika kotoran sukar dibersihkan, daerah yang terluka diberi obat bius 	
	 dan digosok dengan sikat.
5.	 Lepuhan yang telah pecah biasanya dibuang.
6.	 Jika daerah yang terluka telah benar-benar bersih, maka dioleskan 	
	 krim antibiotik (misalnya perak sulfadiazin).
7.	 Untuk melindungi luka dari kotoran dan luka lebih lanjut, biasanya 	
	 dipasang verban. Sangat penting untuk menjaga kebersihan di 		
	 daerah yang terluka, karena jika lapisan kulit paling atas (epidermis) 	
	 mengalami kerusakan maka bisa terjadi infeksi yang dengan mudah 	
	 akan menyebar. Jika diperlukan, untuk mencegah infeksi bisa 		
	 diberikan antibiotik,
8.	 Untuk mengurangi pembengkakan, lengan atau tungkai yang 		
	 mengalami luka bakar biasanya diletakkan/digantung 			
	 dalam posisi yang lebih tinggi dari jantung.Pembidaian harus 		
	 dilakukan pada persendian yang mengalami luka bakar derajat II 	
	 atau III, karena pergerakan bisa memperburuk keadaan persendian.
9.	 Mungkin perlu diberikan obat pereda nyeri selama beberapa 		
	 hari. Pemberian booster tetanus disesuaikan dengan status 		
	 imunisasi penderita.
Luka bakar berat
1.	 Luka bakar yang lebih berat dan membahayakan nyawa 			
	 penderitanya harus segera ditangani, sebaiknya dirawat di rumah 	
	 sakit.
2.	 Kepada korban kebakaran biasanya diberikan oksigen melalui 		
	 sungkup muka (masker) untuk membantu menghadapi 			
	 efek dari karbon monoksida (gas beracun yang sering terbentuk di 	
	 lokasi kebakaran).
3.	 Di ruang emergensi, dilakukan pemeriksaan terhadap fungsi 		
	 pernafasan, luka lainnya di tubuh serta dilakukan pengobatan 		
	 untuk menggantikan cairan yang hilang dan untuk mencegah 		
	 infeksi.
4.	 Untuk mengobati luka bakar yang berat kadang digunakan terapi 	
	 oksigen hiperbarik, dimana penderita ditempatkan dalam ruangan 	
	 khusus yang mengandung oksigen bertekanan tinggi.
5.	 Jika terjadi cedera pada saluran udara dan paru-paru akibat 		
	 kebakaran, untuk membantu fungsi pernafasan bisa dipasang 		
	 sebuah selang yang dimasukkan ke dalam tenggorokan.
6.	 Selang tersebut perlu dipasang jika cedera menimpa wajah atau 		
	 jika pembengkakan pada tenggorokan menyebabkan 			
	 terganggunya fungsi pernafasan.
Pengurangan Risiko Kebakaran
36
7.	 Jika tidak terjadi gangguan pada sistem pernafasan maka yang 		
	 perlu dilakukan hanya memberikan oksigen tambahan melalui 		
	 sungkup muka.
Membantu Korban Kebakaran
Kebakaran mendatangkan kerugian dan penderitaan bagi korbannya. Untuk
membantu korban bencana kebakaran, usaha-usaha yang bisa kita lakukan
adalah:
1.		Mendirikan tenda-tenda pengungsian.
Tendapengungsianinidapatdigunakansebagaipenampungansementara
untuk para korban. Tenda-tenda ini didirikan di tempat-tempat yang
aman.
2.		Mendirikan dapur-dapur umum
Dapur umum berfungsi untuk menyediakan makanan dan minuman bagi
para korban kebakaran. 	 Keberadaan dapur umum ini memberikan
banyak manfaat bagi para korban.
3.		Pos kesehatan
Pos kesehatan perlu didirikan di tempat-tempat pengungsian karena
sesudahterjadikebakaranbiasanyaadasajakorbanmengalamicederaatau
luka-luka, dari cedera ringan sampai berat. Pos kesehatan ini menyediakan
obat-obatan yang diperlukan.
4.		Mengumpulkanbantuandanmembagikannya kepadakorban.Sumbangan
dapat berupa: pakaian pantas pakai, makanan siap saji (mie instan, susu,
biskuit, minuman, dsb), obat-obatan, selimut, dan sebagainya.
5.	 Menyediakan air bersih
Para korban kebakaran sangat membutuhkan air bersih terutama untuk
minum, memasak dan mandi sementara air yang tersedia sudah tercemar
berbagai macam bakteri sehingga tidak layak untuk di konsumsi. Bantuan
dan penyediaan air bersih sangat dibutuhkan bagi para korban bencana.
4.1. Identifikasi Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran adalah bahan yang diperlukan untuk pembentukan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai siswa dalam rangka
memenuhi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang tertuang di dalam
standari isi pendidikan.
Materi pembelajaran dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Prinsip relevansi
Materi pembelajaran hendaknya relevan dengan pencapaian Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Jika kemampuan yang diharapkan
dikuasai siswa berupa menghafal fakta, maka materi pembelajaran yang
diajarkan harus berupa fakta, bukan konsep atau prinsip ataupun jenis materi
yang lain.
2. Prinsip konsistensi
Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa ada empat macam, maka
materi yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam.
3 .Prinsip kecukupan
Materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa
menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit,
dan tidak boleh terlalu banyak.
Materi pembelajaran tentang Pengurangan Risiko Bencana dapat mencakup
tiga ranah sekaligus yaitu: ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.
1.		Ranah Kognitif jika kompetensi yang ditetapkan meliputi pengetahuan,
pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan penilaian.
2.	 	Ranah Psikomotorik jika kompetensi yang ditetapkan meliputi gerak
awal, semi rutin, dan rutin.
3.		RanahAfektif(Sikap)jikakompetensiyangditetapkanmeliputipemberian
respons, apresiasi, penilaian, dan internalisasi.
MATERI PEMBELAJARAN
PENGURANGAN RISIKO KEBAKARAN
BAB IV
Materi Pembelajaran Pengurangan Risiko Kebakaran
38
Identifikasi materi pembelajaran tentang PRB mempertimbangkan hal-hal
berikut:
1.		Potensi peserta didik;
2.		Relevansi dengan karakteristik daerah;
		 Daerah dengan karakteristik rawan bencana dapat menyesuaikan
materi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan daerah dengan tetap
memperhatikan tuntutan kompetensi dasar. Pada saat mengidentifikasi
materi pembelajaran ini sudah harus ditetapkan dan dirumuskan materi
pembelajaran yang sesuai dengan jenis bencana yang ada di daerah
tersebut.
3. Tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spritual
peserta didik;
4. 	 Kebermanfaatan bagi peserta didik
5. Struktur keilmuan;
6. Aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran;
7.		Relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan
lingkungan;	 Materi pembelajaran yang relevan dan dibutuhkan serta
sesuai dengan tuntutan lingkungan di daerah rawan bencana dapat
dimasukkan ke dalam silabus yang disusun.
		 Contoh:
		 a. Tanda-tanda bencana kebakaran akan terjadi
		 b. Tindakan penyelamatan disaat bencana kebakaran
		 c. Tindakan yang harus dilakukan setelah bencana kebakaran
8. 	Alokasi waktu.
MODUL
MODUL
MODUL
MODUL
MODUL
MODUL
MODUL
MODUL
MODUL
MODUL
MODUL
MODUL
MODUL
MODUL
MODUL
MODUL
MODUL
MODUL
MODUL
MODUL
MODUL
MODUL
MODUL
MODUL
MODUL
MODUL
MODUL
MODUL
MODUL
MODUL
MODUL
MODUL
MODUL
MODUL
MODUL
MODUL
MODUL
MODUL
MODUL
MODUL
MODUL
MODUL
MODUL
MODUL
MODUL
MODUL
MODUL
MODUL
MODUL
MODUL
MODUL
MODUL
MODUL
MODUL
MODUL
MODUL
MODUL
MODUL
MODUL
MODUL
MODUL
MODUL
MODUL

More Related Content

What's hot

Buku Panduan Guru Pendidikan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) Tsunami SD/MI, ...
Buku Panduan Guru Pendidikan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) Tsunami SD/MI, ...Buku Panduan Guru Pendidikan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) Tsunami SD/MI, ...
Buku Panduan Guru Pendidikan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) Tsunami SD/MI, ...Ninil Jannah
 
Panduan Guru Pendidikan PRB Gempa SD, PUSKUR, UNDP
Panduan Guru Pendidikan PRB Gempa SD, PUSKUR, UNDPPanduan Guru Pendidikan PRB Gempa SD, PUSKUR, UNDP
Panduan Guru Pendidikan PRB Gempa SD, PUSKUR, UNDPNinil Jannah
 
Panduan Guru Pendidikan PRB Banjir SMP, PUSKUR, UNDP
Panduan Guru Pendidikan PRB Banjir SMP, PUSKUR, UNDPPanduan Guru Pendidikan PRB Banjir SMP, PUSKUR, UNDP
Panduan Guru Pendidikan PRB Banjir SMP, PUSKUR, UNDPNinil Jannah
 
Modul pelatihan prb puskur
Modul pelatihan prb puskurModul pelatihan prb puskur
Modul pelatihan prb puskurNinil Jannah
 
Buku Panduan Guru Pendidikan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) Longsor SMA/MA,...
Buku Panduan Guru Pendidikan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) Longsor SMA/MA,...Buku Panduan Guru Pendidikan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) Longsor SMA/MA,...
Buku Panduan Guru Pendidikan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) Longsor SMA/MA,...Ninil Jannah
 
Panduan Guru Pendidikan PRB Gempa SMP, PUSKUR, UNDP
Panduan Guru Pendidikan PRB Gempa SMP, PUSKUR, UNDPPanduan Guru Pendidikan PRB Gempa SMP, PUSKUR, UNDP
Panduan Guru Pendidikan PRB Gempa SMP, PUSKUR, UNDPNinil Jannah
 
Banjir sd 26 mei 2010
Banjir sd 26 mei 2010Banjir sd 26 mei 2010
Banjir sd 26 mei 2010Ninil Jannah
 

What's hot (8)

Buku Panduan Guru Pendidikan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) Tsunami SD/MI, ...
Buku Panduan Guru Pendidikan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) Tsunami SD/MI, ...Buku Panduan Guru Pendidikan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) Tsunami SD/MI, ...
Buku Panduan Guru Pendidikan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) Tsunami SD/MI, ...
 
Banjir sma 26 mei
Banjir sma 26 meiBanjir sma 26 mei
Banjir sma 26 mei
 
Panduan Guru Pendidikan PRB Gempa SD, PUSKUR, UNDP
Panduan Guru Pendidikan PRB Gempa SD, PUSKUR, UNDPPanduan Guru Pendidikan PRB Gempa SD, PUSKUR, UNDP
Panduan Guru Pendidikan PRB Gempa SD, PUSKUR, UNDP
 
Panduan Guru Pendidikan PRB Banjir SMP, PUSKUR, UNDP
Panduan Guru Pendidikan PRB Banjir SMP, PUSKUR, UNDPPanduan Guru Pendidikan PRB Banjir SMP, PUSKUR, UNDP
Panduan Guru Pendidikan PRB Banjir SMP, PUSKUR, UNDP
 
Modul pelatihan prb puskur
Modul pelatihan prb puskurModul pelatihan prb puskur
Modul pelatihan prb puskur
 
Buku Panduan Guru Pendidikan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) Longsor SMA/MA,...
Buku Panduan Guru Pendidikan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) Longsor SMA/MA,...Buku Panduan Guru Pendidikan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) Longsor SMA/MA,...
Buku Panduan Guru Pendidikan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) Longsor SMA/MA,...
 
Panduan Guru Pendidikan PRB Gempa SMP, PUSKUR, UNDP
Panduan Guru Pendidikan PRB Gempa SMP, PUSKUR, UNDPPanduan Guru Pendidikan PRB Gempa SMP, PUSKUR, UNDP
Panduan Guru Pendidikan PRB Gempa SMP, PUSKUR, UNDP
 
Banjir sd 26 mei 2010
Banjir sd 26 mei 2010Banjir sd 26 mei 2010
Banjir sd 26 mei 2010
 

Similar to MODUL

Buku panduan guru pendidikan pengurangan risiko bencana kebakaran gedung dan ...
Buku panduan guru pendidikan pengurangan risiko bencana kebakaran gedung dan ...Buku panduan guru pendidikan pengurangan risiko bencana kebakaran gedung dan ...
Buku panduan guru pendidikan pengurangan risiko bencana kebakaran gedung dan ...HermawanWahyuNugroho1
 
Buku panduan guru pendidikan prb kebakaran gedung dan pemukiman sdmi, puskur,...
Buku panduan guru pendidikan prb kebakaran gedung dan pemukiman sdmi, puskur,...Buku panduan guru pendidikan prb kebakaran gedung dan pemukiman sdmi, puskur,...
Buku panduan guru pendidikan prb kebakaran gedung dan pemukiman sdmi, puskur,...HermawanWahyuNugroho1
 
Buku panduan guru pendidikan prb longsor sdmi, puskur, undp
Buku panduan guru pendidikan prb longsor sdmi, puskur, undpBuku panduan guru pendidikan prb longsor sdmi, puskur, undp
Buku panduan guru pendidikan prb longsor sdmi, puskur, undpHermawanWahyuNugroho1
 
Buku panduan guru pendidikan prb tsunami sma, puskur, undp
Buku panduan guru pendidikan prb tsunami sma, puskur, undpBuku panduan guru pendidikan prb tsunami sma, puskur, undp
Buku panduan guru pendidikan prb tsunami sma, puskur, undpHermawanWahyuNugroho1
 
Buku panduan guru pendidikan prb banjir sma, puskur, undp
Buku panduan guru pendidikan prb banjir sma, puskur, undpBuku panduan guru pendidikan prb banjir sma, puskur, undp
Buku panduan guru pendidikan prb banjir sma, puskur, undpHermawanWahyuNugroho1
 
Buku panduan guru pendidikan prb tsunami smp, puskur, undp
Buku panduan guru pendidikan prb tsunami smp, puskur, undpBuku panduan guru pendidikan prb tsunami smp, puskur, undp
Buku panduan guru pendidikan prb tsunami smp, puskur, undpHermawanWahyuNugroho1
 
Buku panduan guru pendidikan prb tsunami sdmi, puskur, undp
Buku panduan guru pendidikan prb tsunami sdmi, puskur, undpBuku panduan guru pendidikan prb tsunami sdmi, puskur, undp
Buku panduan guru pendidikan prb tsunami sdmi, puskur, undpHermawanWahyuNugroho1
 
Buku panduan guru pendidikan prb gempa bumi sma, puskur, undp
Buku panduan guru pendidikan prb gempa bumi sma, puskur, undpBuku panduan guru pendidikan prb gempa bumi sma, puskur, undp
Buku panduan guru pendidikan prb gempa bumi sma, puskur, undpHermawanWahyuNugroho1
 
Buku panduan guru pendidikan prb longsor smp, puskur, undp
Buku panduan guru pendidikan prb longsor smp, puskur, undpBuku panduan guru pendidikan prb longsor smp, puskur, undp
Buku panduan guru pendidikan prb longsor smp, puskur, undpHermawanWahyuNugroho1
 
Buku panduan guru pendidikan prb banjir sdmi, puskur, undp
Buku panduan guru pendidikan prb banjir sdmi, puskur, undpBuku panduan guru pendidikan prb banjir sdmi, puskur, undp
Buku panduan guru pendidikan prb banjir sdmi, puskur, undpHermawanWahyuNugroho1
 
Buku panduan guru pendidikan prb banjir smp, puskur, undp
Buku panduan guru pendidikan prb banjir smp, puskur, undpBuku panduan guru pendidikan prb banjir smp, puskur, undp
Buku panduan guru pendidikan prb banjir smp, puskur, undpHermawanWahyuNugroho1
 
Buku panduan guru pendidikan prb gempa bumi sd, puskur, undp
Buku panduan guru pendidikan prb gempa bumi sd, puskur, undpBuku panduan guru pendidikan prb gempa bumi sd, puskur, undp
Buku panduan guru pendidikan prb gempa bumi sd, puskur, undpHermawanWahyuNugroho1
 
Buku panduan guru pendidikan prb gempa bumi smp, puskur, undp
Buku panduan guru pendidikan prb gempa bumi smp, puskur, undpBuku panduan guru pendidikan prb gempa bumi smp, puskur, undp
Buku panduan guru pendidikan prb gempa bumi smp, puskur, undpHermawanWahyuNugroho1
 
Buku panduan guru pendidikan prb longsor sma, puskur, undp
Buku panduan guru pendidikan prb longsor sma, puskur, undpBuku panduan guru pendidikan prb longsor sma, puskur, undp
Buku panduan guru pendidikan prb longsor sma, puskur, undpHermawanWahyuNugroho1
 
Modul Pelatihan Pengurangan Resiko Bencana untuk Sekolah Dasar dan Menengah
Modul Pelatihan Pengurangan Resiko Bencana untuk Sekolah Dasar dan MenengahModul Pelatihan Pengurangan Resiko Bencana untuk Sekolah Dasar dan Menengah
Modul Pelatihan Pengurangan Resiko Bencana untuk Sekolah Dasar dan MenengahHermawanWahyuNugroho1
 
1.praktik pendidikan kebencanaan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana gunung api
1.praktik pendidikan kebencanaan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana gunung api1.praktik pendidikan kebencanaan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana gunung api
1.praktik pendidikan kebencanaan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana gunung apiLingkar Association (Perkumpulan Lingkar)
 
1.praktik pendidikan kebencanaan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana gunung api
1.praktik pendidikan kebencanaan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana gunung api1.praktik pendidikan kebencanaan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana gunung api
1.praktik pendidikan kebencanaan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana gunung apiLingkar Association (Perkumpulan Lingkar)
 

Similar to MODUL (20)

Buku panduan guru pendidikan pengurangan risiko bencana kebakaran gedung dan ...
Buku panduan guru pendidikan pengurangan risiko bencana kebakaran gedung dan ...Buku panduan guru pendidikan pengurangan risiko bencana kebakaran gedung dan ...
Buku panduan guru pendidikan pengurangan risiko bencana kebakaran gedung dan ...
 
Buku panduan guru pendidikan prb kebakaran gedung dan pemukiman sdmi, puskur,...
Buku panduan guru pendidikan prb kebakaran gedung dan pemukiman sdmi, puskur,...Buku panduan guru pendidikan prb kebakaran gedung dan pemukiman sdmi, puskur,...
Buku panduan guru pendidikan prb kebakaran gedung dan pemukiman sdmi, puskur,...
 
Buku panduan guru pendidikan prb longsor sdmi, puskur, undp
Buku panduan guru pendidikan prb longsor sdmi, puskur, undpBuku panduan guru pendidikan prb longsor sdmi, puskur, undp
Buku panduan guru pendidikan prb longsor sdmi, puskur, undp
 
Buku panduan guru pendidikan prb tsunami sma, puskur, undp
Buku panduan guru pendidikan prb tsunami sma, puskur, undpBuku panduan guru pendidikan prb tsunami sma, puskur, undp
Buku panduan guru pendidikan prb tsunami sma, puskur, undp
 
Buku panduan guru pendidikan prb banjir sma, puskur, undp
Buku panduan guru pendidikan prb banjir sma, puskur, undpBuku panduan guru pendidikan prb banjir sma, puskur, undp
Buku panduan guru pendidikan prb banjir sma, puskur, undp
 
Buku panduan guru pendidikan prb tsunami smp, puskur, undp
Buku panduan guru pendidikan prb tsunami smp, puskur, undpBuku panduan guru pendidikan prb tsunami smp, puskur, undp
Buku panduan guru pendidikan prb tsunami smp, puskur, undp
 
Buku panduan guru pendidikan prb tsunami sdmi, puskur, undp
Buku panduan guru pendidikan prb tsunami sdmi, puskur, undpBuku panduan guru pendidikan prb tsunami sdmi, puskur, undp
Buku panduan guru pendidikan prb tsunami sdmi, puskur, undp
 
Buku panduan guru pendidikan prb gempa bumi sma, puskur, undp
Buku panduan guru pendidikan prb gempa bumi sma, puskur, undpBuku panduan guru pendidikan prb gempa bumi sma, puskur, undp
Buku panduan guru pendidikan prb gempa bumi sma, puskur, undp
 
Buku panduan guru pendidikan prb longsor smp, puskur, undp
Buku panduan guru pendidikan prb longsor smp, puskur, undpBuku panduan guru pendidikan prb longsor smp, puskur, undp
Buku panduan guru pendidikan prb longsor smp, puskur, undp
 
Buku panduan guru pendidikan prb banjir sdmi, puskur, undp
Buku panduan guru pendidikan prb banjir sdmi, puskur, undpBuku panduan guru pendidikan prb banjir sdmi, puskur, undp
Buku panduan guru pendidikan prb banjir sdmi, puskur, undp
 
Buku panduan guru pendidikan prb banjir smp, puskur, undp
Buku panduan guru pendidikan prb banjir smp, puskur, undpBuku panduan guru pendidikan prb banjir smp, puskur, undp
Buku panduan guru pendidikan prb banjir smp, puskur, undp
 
Buku panduan guru pendidikan prb gempa bumi sd, puskur, undp
Buku panduan guru pendidikan prb gempa bumi sd, puskur, undpBuku panduan guru pendidikan prb gempa bumi sd, puskur, undp
Buku panduan guru pendidikan prb gempa bumi sd, puskur, undp
 
Buku panduan guru pendidikan prb gempa bumi smp, puskur, undp
Buku panduan guru pendidikan prb gempa bumi smp, puskur, undpBuku panduan guru pendidikan prb gempa bumi smp, puskur, undp
Buku panduan guru pendidikan prb gempa bumi smp, puskur, undp
 
Buku panduan guru pendidikan prb longsor sma, puskur, undp
Buku panduan guru pendidikan prb longsor sma, puskur, undpBuku panduan guru pendidikan prb longsor sma, puskur, undp
Buku panduan guru pendidikan prb longsor sma, puskur, undp
 
Modul Pelatihan Pengurangan Resiko Bencana untuk Sekolah Dasar dan Menengah
Modul Pelatihan Pengurangan Resiko Bencana untuk Sekolah Dasar dan MenengahModul Pelatihan Pengurangan Resiko Bencana untuk Sekolah Dasar dan Menengah
Modul Pelatihan Pengurangan Resiko Bencana untuk Sekolah Dasar dan Menengah
 
LINGKAR Sekolah aman dan siaga bencana v0
LINGKAR Sekolah aman dan siaga bencana v0LINGKAR Sekolah aman dan siaga bencana v0
LINGKAR Sekolah aman dan siaga bencana v0
 
Teknis_Penerapan_SMAB.pptx
Teknis_Penerapan_SMAB.pptxTeknis_Penerapan_SMAB.pptx
Teknis_Penerapan_SMAB.pptx
 
Position paper kpb draft0
Position paper kpb draft0Position paper kpb draft0
Position paper kpb draft0
 
1.praktik pendidikan kebencanaan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana gunung api
1.praktik pendidikan kebencanaan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana gunung api1.praktik pendidikan kebencanaan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana gunung api
1.praktik pendidikan kebencanaan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana gunung api
 
1.praktik pendidikan kebencanaan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana gunung api
1.praktik pendidikan kebencanaan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana gunung api1.praktik pendidikan kebencanaan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana gunung api
1.praktik pendidikan kebencanaan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana gunung api
 

Recently uploaded

Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 

Recently uploaded (20)

Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 

MODUL

  • 1.
  • 2.
  • 3. Cover dalam KEBAKARAN Bahan Pengayaan Bagi Guru SMA/SMK/MA/MAK Penulis: Sapto Aji Wirantho Nara Sumber: Sardio Sardi PUSAT KURIKULUM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL JAKARTA, 2009 Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko
  • 4. Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran Bahan Pengayaan Bagi Guru SMA/SMK/MA/MAK Penulis: Sapto Aji Wirantho Nara Sumber: Sardio Sardi Editor: Ninil R Miftahul Jannah dan Dian Afriyanie Ilustrator Sampul : Hastifah (SDN 3 Imogiri Yogyakarta) Ilustrator Isi: Rizki Goni, Feri Rahman, Antan Juliansyah, Feri Fauzi, Rigan A.T. Lay Out Isi: Galang Gumilar, Antan Juliansyah, Feri Fauzi, Rudini Rusmawan, Ardi H, Agusbobos. ISBN : 978-979-725-230-4 Program Safer Communities through Disaster Risk Reduction (SCDRR) Jl. Tulung Agung No. 46, Jakarta 10310, INDONESIA Telp : +62 21 390 5484 (hunting) Fax : +62 21 391 8604 E-mail : secretariat@sc-drr.org Website : www.sc-drr.org Program masyarakat yang lebih aman melalui pengurangan risiko bencana (Safer Communities through Disaster Risk Reduction disingkat SCDRR), merupakan proyek kerja sama antara United Nations Development Programme (UNDP), BAPPENAS, BNPB dan Kementerian Dalam Negeri, dengan dukungan dana UNDP, DepartementforInternationalDevelopment(DFID)PemerintahInggrisdanAustralianAgencyForInternational Development (AusAID)
  • 5. SAMBUTAN I ndonesia yang merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia berada di kawasan yang disebut cincin api, dimana risiko untuk terjadi bencanaalamsepertitsunami,gempabumi,letusangunungapi,banjirdan longsor sangat tinggi. Bencana alam ini telah menimbulkan ribuan korban jiwa, kerugian materil dan meninggalkan banyak orang untuk berjuang membangun kembali tempat tinggal dan mata pencahariannya. Kesiapsiagaanmerupakanhalyangpentingdanharusdibangunpadasetiaptingkat kelompok di masyarakat. Pengalaman menunjukkan bahwa kehancuran akibat bencana dapat secara drastis dikurangi jika semua orang lebih siap menghadapi bencana. Sekolah adalah pusat pendidikan yang tidak hanya memberikan kita ilmu pengetahuan tetapi juga bekal untuk kelangsungan hidup kita, kesiapsiagaan terhadap bencana merupakan bagian dari ketrampilan untuk kelangsungan hidup kita. Sekolah juga seringkali menjadi tempat penghubung dan tempat belajar bagi seluruh masyarakat. Anak-anak merupakan peserta ajar yang paling cepat dan mereka tidak hanya mampu memadukan pengetahuan beru ke dalam kehidupan sehari-hari, tetapi juga menjadi sumber pengetahuan bagi keluarga dan masyarakatnya dalam hal prilaku yang sehat dan aman, yang mereka dapatkan di sekolah. Oleh karenanya, menjadikan pencegahan bencana menjadi salah satu fokus di sekolah dengan memberdayakan anak-anak dan remaja untuk memahami tanda-tanda peringatan bencana dan langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengurangi risiko dan mencegah bencana, merupakan suatu langkah awal yang penting dalam membangun ketangguhan bencana seluruh masyarakat. Jadi kesiapsiagaan haruslah menjadi bagian dari materi yang diberikan dalam dunia pendidikan khususnya pendidikan dasar dan menengah. Pusat Kurikulum sebagai lembaga yang bertanggung jawab dalam pengembangan model-model kurikulum sebagai referensi satuan pendidikan dalam pengembangan kurikulumnya, telah berhasil dalam menyusun serangkaian modul ajar dan modul pelatihan untuk pengintegrasian pengurangan risiko bencana ke dalam tingkat satuan pendidikan. Secara keseluruhan modul ini terdiri atas 15 modul ajar dan 3 modul pelatihan, yaitu:  Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa untuk SD.  Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa untuk SMP.  Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa untuk SMA.  Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SD.  Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SMP.  Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SMA. KEPALA PUSAT KURIKULUM
  • 6.  Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Longsor untuk SD.  Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Longsor untuk SMP.  Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Longsor untuk SMA.  Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SD.  Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMP.  Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA.  Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SD.  Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMP.  Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA.  Modul Pelatihan Pengintegrasian Pengurangan Risiko Bencana untuk SD, SMP dan SMA. Penyusunan modul-modul tersebut merupakan hasil kerjasama antara Pusat Kurikulum dengan Direktorat Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal BAPPENAS dalam sebuah Program Safer Community Through Disaster Risk Reduction (SCDRR) In Development yang didanai oleh United Nations Development Program (UNDP) yang bertujuan untuk membangun masyarakat yang aman dari ancaman melalui berbagai upaya pengurangan risiko bencana. Setiap modul ajar dilengkapi dengan contoh-contoh silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran dan model bahan ajar. Sedangkan modul pelatihan terdiri dari panduan fasilitasi dan bahan bacaan bagi pelatih mengenai penyelenggaraan penanggulangan bencana, pengurangan risiko bencana, sekolah siaga bencana, pendidikan PRB, dan strategi pengintegrasian pendidikan PRB ke dalam kurikulum satuan pendidikan. Diharapkan modul-modul tersebut dapat bermanfaat dan dijadikan bahan acuan bagi para pihak yang berkepentingan dalam kesiapsiagaan di sekolah. Jakarta, Desember 2009 Kepala Pusat Kurikulum Dra. Diah Harianti, M.Psi
  • 7. SAMBUTAN I ndonesiasebagainegarakepulauandenganletakgeografisnyapadaposisi pertemuan 4 lempeng tektonik, merupakan wilayah yang rawan bencana. Selain itu dengan kompleksitas kondisi demografi, sosial dan ekonomi di Indonesia yang berkontribusi pada tingginya tingkat kerentanan masyarakat terhadap ancaman bencana, serta minimnya kapasitas masyarakat dalam menangani bencana menyebabkan risiko bencana di Indonesia menjadi tinggi. Pada tahun 2005, Indonesia menempati peringkat ke-7 dari sejumlah negara yang paling banyak dilanda bencana alam (ISDR 2006-2009, World Disaster Reduction Campaign, UNESCO). Berangkat dari hal tersebut dan guna mendukung paradigma pengurangan risiko bencana di sektor pendidikan, maka Pusat Kurikulum-sebuah unit eselon II di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan pada Kementerian Pendidikan Nasional bekerjasama dengan Direktorat Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal BAPPENAS tengah melaksanakan kegiatan Program Safer Community Through Disaster Risk Reduction (SCDRR) In Development melalui dana hibah UNDP. Kegiatan ini bertujuan membangun masyarakat yang aman dari ancaman melalui berbagai upaya pengurangan risiko bencana. Dalam kerjasama ini, Pusat Kurikulum telah mengembangkan kurikulum khususnya dalam mengintegrasikan materi-materi dan kompetensi Pengurangan Risiko Bencana (PRB) ke dalam mata pelajaran IPA, IPS, Bahasa Indonesia dan Pendidikan Jasmani yang ada di sekolah mulai dari jenjang SD atau yang sederajat sampai SMA atau yang sederajat. Model pengintegrasian materi dan kompetensi PRB dengan mata pelajaran-mata pelajaran ini bertujuan agar muatan kurikulum dan beban belajar tidak menjadi lebih berat. Disamping mengintegrasikan ke mata pelajaran yang sudah ada PRB juga bisa dijadikan muatan lokal (Mulok) serta ekstra kurikuler. Modul Pengintegrasian Pengurangan Risiko Bencana ini disusun dalam rangka untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya pengetahuan tentang bencana danmensosialisasikanlangkah-langkahpreventifuntukmengurangirisikobencana yang dapat menimpa di wilayah Indonesia. Tanpa adanya upaya terus-menerus untuk mendiseminasikan informasi tentang ancaman dan langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengurangi risiko-risiko yang dapat ditimbulkannya, sulit bagi kita untuk mewujudkan guru dan peserta didik yang tangguh dalam menghadapi bencana. Modulinidapatmenjadisalahsatusolusi yangmemungkinkanbagiparaguruuntuk mengajarkan peserta didik dari hari ke hari di sekolah secara berkesinambungan, sehingga proses, internalisasi pengetahuan kebencanaan bukan hanya dipahami KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
  • 8. dan diketahui dalam ingatan belaka tapi juga mendorong munculnya respon cepat penyelamatan yang benar dari peserta didik ketika menghadapi bencana. Diharapkan modul ini dapat dimanfaatkan, antara lain:  Sebagai alat pemandu dalam membantu para guru dalam melakukan pengajaran tentang pengurangan risiko bencana kepada peserta didik di sekolah sebagai upaya membangun kesiapsiagaan dan keselamatan dari bencana di sekolah.  Membuka peluang dan membangun kreatifitas guru dalam menerapkan pengetahuan tentang pengurangan risiko bencana yang disesuaikan dengan konteks sekolah yang dibinanya  Memberikan gambaran secara lebih sistematis dan komprehensif cara pengintegrasian pengetahuan tentang pengurangan risiko bencana ke dalam mata pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri di Sekolah.  Mendorong inisiatif para guru, sekolah dan gugus dalam mengupayakan pengurangan risiko bencana dan membangun budaya keselamatan di sekolah, lingkungan rumah dan lingkungan sekitar. Semoga Modul Pengintegrasian Pengurangan Risiko Bencana ini menjadi bermanfaat dan membantu bagi semua guru untuk meningkatkan pengetahuan, meningkatkan ketrampilan dan membentuk sikap anak untuk menjadi lebih tanggap terhadap ancaman bencana. Jakarta, Desember 2009 Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional Prof. Dr. H. Mansyur Ramly
  • 9. SAMBUTAN M enyikapi situasi kejadian bencana dan kenyataan luasnya cakupan wilayah tanah air yang memiliki berbagai ancaman bencana, pemerintah Indonesia telah melakukan sejumlah inisiatif guna mengurangi risiko bencana ditanah air. Pada akhir tahun 2006 Bappenas meluncurkan buku Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN PRB) 2006 – 2009, sebagai komitmen dalam mengarusutamakanpenguranganrisikobencanadalampembangunannasional,yang merupakanpelengkapdariRencanaPembangunanJangkaMenengahNasional(RPJMN) 2005 – 2009 yang telah ada. Berdasarkan RAN PRB 2006 – 2009 tersebut, Pemerintah telah mengalokasikan anggaran untuk program pencegahan dan pengurangan risiko bencana, sebagaimana tertuang dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) mulai tahun 2007. Lebih lanjut pada April 2007, Pemerintah menerbitkan Undang – Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, yang menjadi tonggak sejarah dalam upaya penanggulangan bencana di Indonesia, dan diikuti dengan peraturan turunannya, serta dibentuknya Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNBP) melalui Peraturan Presiden Nomor 8Tahun 2008. Untuk mendukung prakarsa – prakarsa yang telah dimulai oleh Pemerintah Indonesia tersebut, UNDP bekerjasama dengan Bappenas, BNPB dan Kementerian Dalam Negeri telah menginisiasi sebuah program yang ditujukan untuk mewujudkan masyarakat yang lebih aman melalui pengurangan risiko bencana dalam pembangunan atau yang dikenal dengan Program Safer Communities Through Disaster Risk Reduction in Development (SCDRR in Development). Program SCDRR ini kan berlangsung selama 5 tahun(2007–2012)dandirancanguntuk mendorongagarpenguranganrisikobencana menjadi sesuatu yang lazim dalam proses pembangunan yang terdesentralisasi. Untuk mewujudkan hal itu maka upaya pengarusutamaan pengurangan risiko bencana kedalam proses pembangunan mutlak harus dijalankan. Upaya tersebut dilaksanakan melalui4pilarsasaranprogramSCDRR,yaitu:(1)Diberlakukannyakebijakan,peraturan dankerangkakerjaregulasipenguranganrisikobencana;(2)Diperkuatnyakelembagaan pengurangan risiko bencana dan kemitraan diantara mereka; (3) Dipahaminya risiko bencana dan tindakan yang dapat diambil untuk mengurangi risiko tersebut oleh masyarakat dan pengambil kebijakan melalui pendidikan dan penyadaran publik; (4) Didemonstrasikannya pengurangan risiko bencana sebagai bagian dari program pembangunan. Terkait dengan sasaran ketiga mengenai perlunya pendidikan dan penyadaran publik terhadap pengurangan risiko bencana, selama beberapa tahun ini pemerintah bersama-sama beberapa lembaga swadaya masyarakat, dan institusi pendidikan di tingkat nasional maupun daerah telah melakukan berbagai upaya dalam pendidikan kebencanaan, termasuk memasukkan materi kebencanaan kedalam muatan lokal, pelatihanuntukguru,kampanyedanadvokasi,hinggaschoolroadshowuntukkegiatan simulationdrilldi sekolah-sekolah. Namun demikian, kegiatan-kegiatan tersebut belum terkoordinasi dengan baik dan belum terintegrasi dalam satu kerangka yang dapat DIREKTUR KAWASAN KHUSUS DAN DAERAHTERTINGGAL, BAPPENAS SELAKU NATIONAL PROJECT DIRECTOR SCDRR
  • 10. disepakati bersama. Dilain pihak, pemetaan aktivitas pendidikan diberbagai wilayah rawan bencana di Indonesia serta intervensi dan dukungan peningkatan kapasitas untuk pendidikan masihsangatminimdanterpusat,khususnyadiwilayahJawadanSumatera.Kajiankesiapsiagaan masyarakatterhadapbencanayangtelahdilakukandiberbagaiwilayahmenunjukkanrendahnya tingkat kesiapsiagaan komunitas sekolah dibanding masyarakat serta aparat (LIPI, 2006 – 2007). Hal ini sangat ironis, karena sekolah adalah basis dari komunitas anak-anak, yang merupakan kelompok rentan yang perlu dlindungi dan secara bersamaan perlu ditingkatkan pengetahuan dan keterampilannya. Di sisi lain, tantangan dalam mengintegrasikan upaya-upaya pengurangan risiko bencana kedalamsistempendidikanjugatelahbanyakdikaji,seperti:(1)Beratnyabebankurikulumsiswa; (2)Kurangnyapemahamangurumengenaibencana;(3)Kurangnyakapasitasdankeahlianguru dalam integrasi PRB kedalam kurikulum; (4) Minimnya panduan, silabus dan materi ajar yang terdistribusidandapatdiaksesolehguru;(5)Terbatasnyasumberdaya(tenaga,biayadansarana); dan (6) Kondisi bangunan fisik sekolah, sarana dan prasarana pada ummnya memprihatinkan, tidak berorientasi pada AMDAL dan konstruksi tahan gempa. Untuk menjawab tantangan tersebut dan guna melaksanakan integrasi pengurangan risiko bencana ke dalam sistem pendidikan, dalam rangka mewujudkan budaya aman dan siaga bencana, maka SCDRR telah mendukung Kementerian Pendidikan Nasional dalam menyusun Strategi Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana kedalam Sistem Pendidikan Nasional. Strategi ini akan disahkan melalui suatu bentuk kebijakan ditingkat nasional yang diharapkan dapat menjadi acuan bagi pelaksanaan integrasi PRB ke dalam sistem pendidikan baik intra maupun ekstrakurikuler secara nasional. Untukmendukungimplementasikebijakantesebut,makaSCDRRmendukungPusatKurikulum, Kementerian Pendidikan Nasional dalam menyusun modul ajar dan modul pelatihan pengintegrasian pengurangan risiko bencana ke dalam intra dan ekstrakurikuler. Modul-modul ini berisi model pembelajaran, materi ajar lengkap dengan panduan pengajarannya, dalam hal integrasi PRB kedalam intra dan ekstrakurikuler. Diharapkanmodul-modulyangdisusunolehPusatKurikulumKementerianPendidikanNasional inidapatmenjadiacuanstandardan/ataumemperkayabahan-bahanyangsudahadadansudah disusun oleh berbagai pihak lainnya, sehingga dapat bermanfaat dan digunakan oleh praktisi pendidikan dan pemangku kepentingan lainnya dalam rangka peningkatan kesiapsiagaan sekolah terutama didaerah rawan bencana.Terima Kasih. Jakarta, Desember 2009 Direktur Kawasan Khusus dan DaerahTertinggal, Bappenas Selaku National Project Director SCDRR Dr.Ir Suprayoga Hadi, MSP
  • 11. DAFTAR ISI SAMBUTAN KEPALA PUSAT KURIKULUM iii SAMBUTAN KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN, KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL v SAMBUTAN DIREKTUR KAWASAN KHUSUS DAERAH TERTINGGAL SELAKU NPD SC-DRR vii DAFTAR ISI ix DAFTAR TABEL xi DAFTAR GAMBAR xiii DAFTAR KOTAK xv BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Landasan & Pedoman 1 1.1.1 Landasan Filosofis 3 1.1.2 Landasan Sosiologis 4 1.1.3 Landasan Yuridis 4 1.1.4 Pedoman Pengembangan Produk 4 1.1.5 Pengintegrasian Pengurangan Risiko Bencana ke dalam Sistem Pendidikan Nasional 5 1.2 Kerangka Kerja Pendidikan untuk Pengurangan Risiko Bencana 7 1.2.1 Pendidikan untuk Pengurangan Risiko Bencana dan Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan 7 1.2.2 Konsep Pendidikan untuk Pengurangan Risiko Bencana 8 BAB II FENOMENA DAN PERISTIWA KEBAKARAN 9 2.1 Fenomena Kebakaran 9 2.2 Peristiwa Kebakaran di Indonesia 11 BAB III PENGURANGAN RISIKO KEBAKARAN 12 3.1 Pengurangan Risiko Bencana 12 3.1.1 Pencegahan 12 3.1.2 Mitigasi 12 3.1.3 Kesiapsiagaan 13
  • 12. Daftar Isi x 3.2 Kesiapsiagaan 15 3.2.1 Tindakan Sebelum Terjadi Kebakaran 15 3.2.2 Tindakan Saat Terjadi Kebakaran 27 3.2.3 Tindakan Setelah Terjadi Kebakaran 33 BAB IV MATERI PEMBELAJARAN PENGURANGAN RISIKO KEBAKARAN 37 4.1 Identifikasi Materi Pembelajaran Pengurangan Risiko Kebakaran 37 4.2 Pemetaan Indikator Prilaku Siswa 39 4.3 Pendekatan Kegiatan Belajar Mengajar 40 BAB V PENGINTEGRASIAN PENGURANGAN RISIKO KEBAKARAN KE DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN MENENGAH ATAS (SMA/SMK/MA/MAK) 43 5.1 Pengintegrasian Materi Pembelajaran Pengurangan Risiko Kebakaran Ke Dalam Mata Pelajaran 43 5.1.1 Analisis Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar 43 5.1.2 Penyusunan Silabus Pengurangan Risiko Kebakaran 50 5.1.3 Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pengajaran 60 5.2 Pengembangan Model Muatan Lokal Pengurangan Risiko Kebakaran 84 5.2.1 Analisis konteks Muatan Lokal 84 5.2.2 Penyusunan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Muatan Lokal 86 5.2.3 Penyusunan Silabus dan RPP Muatan Lokal 88 5.3 Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran Pada Kegiatan Pengembangan Diri 91 5.3.1 Kegiatan Pengembangan Diri Palang Merah Remaja (PMR) 94 5.3.2 Kegiatan Pengembangan Diri Pramuka 95 DAFTAR ISTILAH 99 DAFTAR PUSTAKA 101
  • 13. DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Materi Pembelajaran Pengurangan Risiko Kebakaran untuk setiap Jenjang Kelas 39 Tabel 4.2 Indikator Perilaku Siswa 40 Tabel 5.1 Pemetaan SK-SD kedalam mata pelajaran IPA, IPS, Bahasa Indonesia dan Pendidikan jasmani 44 Tabel 5.2 Contoh Model Silabus Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran Kedalam mata pelajaran Geograpi 54 Tabel 5.3 Contoh Model Silabus Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran Kedalam mata pelajaran Fisika 55 Tabel 5.4 Contoh Model Silabus Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran Kedalam mata pelajaran Kimia 56 Tabel 5.5 Contoh Model Silabus Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran Kedalam mata pelajaran Sosiologi 59 Tabel 5.6 Contoh Silabus dan RPP Muatan Lokal 89
  • 15. DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Kebakaran di perumahan padat penduduk 9 Gambar 2.2 Proses terjadinya El Nino 9 Gambar 3.1 Diagram proses terjadinya api. 15 Gambar 3.2 Korek api 20 Gambar 3.3 Latihan cara keluar menyelamatkan diri jika berlaku kebakaran 22 Gambar 3.4 Menyimpan selimut api dan pemadam api di dalam dapur 22 Gambar 3.5 Racun Api 25 Gambar 3.6 Hidran 25 Gambar 3.7 Detektor Asap 26 Gambar 3.8 Titik Panggil Manual 26 Gambar 3.9 Sprinkler 27 Gambar 3.10 Kebakaran di bangunan tinggi 29 Gambar 3.11 Pertolongan pertama pada luka bakar 32 Gambar 5.1 Skema Pengembangan Silabus 51
  • 16. Daftar Gambar xiv Kotak 5.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 61
  • 17. Kotak 5.1.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 61 Kotak 5.2.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 64 Kotak 5.3.1 Rencana Pengajaran Dan Penilaian 67 Kotak 5.4.1 Rencana Pengajaran Dan Penilaian 69 Kotak 5.5.1 Contoh Bahan Ajar Sosiologi 72 Kotak 5.6.1 RPP Muatan Lokal 90 DAFTAR KOTAK
  • 19. 1.1 Landasan dan Pedoman B erdasarkan hasil Konferensi Sedunia tentang Pengurangan Risiko Bencana yang diselenggarakan pada tanggal 18-22 Januari 2005 di Kobe, Hyogo, Jepang; dan dalam rangka mengadopsi Kerangka Kerja Aksi 2005-2015 dengan tema ‘Membangun Ketahanan Bangsa dan Komunitas Terhadap Bencana’ memberikan suatu kesempatan untuk menggalakkan suatu pendekatan yang strategis dan sistematis dalam meredam kerentanan dan risiko terhadap bahaya. Konferensi tersebut menekankan perlunya mengidentifikasi cara-cara untuk membangun ketahanan bangsa dan komunitas terhadap bencana. Pada bulan Januari 2005, lebih dari 4.000 perwakilan pemerintah, organisasi non- pemerintah,institusiakademik,dansektorswastaberkumpuldiKobe,Jepang,pada World Conference on Disaster Reduction (WCDR) kesebelas. Konferensi tersebut mengakhiri perundingan-perundingan tentang Kerangka Kerja Aksi Hyogo 2005- 2015 : Membangun Ketahanan Bangsa dan Komunitas terhadap Bencana (HFA). Kerangka Aksi ini diadopsi oleh 168 negara dan menetapkan tujuan yang jelas secara substansiil mengurangi kerugian akibat bencana, baik korban jiwa maupun kerugian terhadap aset-aset sosial, ekonomi, dan lingkungan suatu masyarakat dan negara dan merinci seperangkat prioritas untuk mencapai tujuan setindaknya pada tahun 2015. HFA menekankan bahwa pengurangan risiko bencana adalah isu sentral kebijakan pembangunan, selain juga menjadi perhatian berbagai bidang ilmu, kemanusiaan, dan lingkungan. Bencana merusak hasil-hasil pembangunan, memelaratkan rakyat dan negara. Tanpa usaha yang serius untuk mengatasi kerugian akibat bencana, bencana akan terus menjadi penghalang besar dalam pencapaian Sasaran Pembangunan Milenium. Untuk membantu pencapaian hasil yang diinginkan, HFA mengidentifikasi lima Prioritas Aksi yang spesifik: (1) Membuat Pengurangan Risiko Bencana sebagai prioritas; (2) Memperbaiki informasi risiko dan peringatan dini; (3) Membangun budaya keamanan dan ketahanan; (4) Mengurangi risiko pada sektor-sektor utama; (5) Memperkuat kesiapan untuk bereaksi. BAB IPENDAHULUAN
  • 20. Pendahuluan 2 HFA memberikan suatu kesempatan untuk menggalakkan suatu pendekatan yang strategis dan sistematis dalam meredam kerentanan dan risiko terhadap bahaya. Konferensi tersebut menekankan perlunya mengidentifikasi cara-cara untuk membangun ketahanan bangsa dan komunitas terhadap bencana. Karena bencana dapat diredam secara berarti jika masyarakat mempunyai informasi yang cukup dan didorong pada budaya pencegahan dan ketahanan terhadap bencana, yang pada akhirnya memerlukan pencarian, pengumpulan, dan penyebaran pengetahuan dan informasi yang relevan tentang bahaya, kerentanan, dan kapasitas. Oleh karena itu diperlukan usaha-usaha antara lain: (1) menggalakkan dimasukkannya pengetahuan tentang pengurangan risiko bencana sebagai bagian yang relevan dalam kurikulum pendidikan di semua tingkat dan menggunakan jalur formal dan informal lainnya untuk menjangkau anak-anak muda dan anak- anak dengan informasi; menggalakkan integrasi pengurangan risiko bencana sebagai suatu elemen instrinsik dalam dekade 2005–2014 untuk Pendidikan bagi Pembangunan Berkelanjutan (United Nations Decade of Education for Sustainable Development); (2) menggalakkan pelaksanaan penjajagan risiko tingkat lokal dan program kesiapsiagaan terhadap bencana di sekolah-sekolah dan lembaga- lembaga pendidikan lanjutan; (3) menggalakkan pelaksanaan program dan aktivitas di sekolah-sekolah untuk pembelajaran tentang bagaimana meminimalisir efek bahaya; (4) mengembangkan program pelatihan dan pembelajaran tentang pengurangan risiko bencana dengan sasaran sektor-sektor tertentu, misalnya: para perancang pembangunan, penyelenggara tanggap darurat, pejabat pemerintah tingkat lokal, dan sebagainya; (5) menggalakkan inisiatif pelatihan berbasis masyarakat dengan mempertimbangkan peran tenaga sukarelawan sebagaimana mestinya untuk meningkatkan kapasitas lokal dalam melakukan mitigasi dan menghadapi bencana; (6) memastikan kesetaraan akses kesempatan memperoleh pelatihan dan pendidikan bagi perempuan dan konstituen yang rentan; dan (7) menggalakkanpelatihantentangsensitivitasgenderdanbudayasebagaibagiantak terpisahkan dari pendidikan dan pelatihan tentang Pengurangan Risiko Bencana. ‘Kampanye Pendidikan tentang Risiko Bencana dan Keselamatan di Sekolah’ yang dikoordinir oleh UN/ISDR (United Nations/International Strategy for Disaster Reduction) hingga penghujung tahun 2007 dengan didasari berbagai pertimbangan. Anak-anak adalah kelompok yang paling rentan selama kejadian bencana, terutama yang sedang bersekolah pada saat berlangsungnya kejadian. Pada saat bencana, gedung sekolah hancur, mengurangi usia hidup murid sekolah dan guru yang sangat berharga dan terganggunya hak memperoleh pendidikan sebagai dampak bencana. Pembangunan kembali sekolah juga memerlukan waktu yang tidak sebentar dan pastilah sangat mahal. Kampanye ditujukan kepada murid sekolah dasar dan menengah, para guru, pembuat kebijakan pendidikan, orangtua, insinyur dan ahli bangunan. Selain itu juga ditujukan kepada lembaga pemerintah yang bertanggung-jawab atas isu manajemen bencana, mendiknas, para pemimpin politik di tingkat nasional, pembuat keputusan di masyarakat, dan otoritas lokal. Pesan yang bisa disampaikan antara lain: (1) pendidikan tentang risiko bencana menguatkan anak-anak dan membantu membangun kesadaran yang lebih besar isu tersebut di dalam
  • 21. Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA/SMK/MA/MAK 3 masyarakat; (2) fasilitas bangunan sekolah yang bisa menyelamatkan hidup dan melindungi anak-anak sebagai generasi penerus bangsa dari suatu kejadian bencana alam; dan (3) pendidikan tentang risiko bencana dan fasilitas keselamatan di sekolah akan membantu negara-negara menuju ke arah pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium. Sekolah dipercaya memiliki pengaruh langsung terhadap generasi muda, yaitu dalam menanamkan nilai-nilai budaya dan menyampaikan pengetahuan tradisional dan konvensional kepada generasi muda. Untuk melindungi anak- anak dari ancaman bencana alam diperlukan dua prioritas berbeda namun tidak bisa dipisahkan aksinya yaitu pendidikan untuk mengurangi risiko bencana dan keselamatan dan keamanan sekolah. Sekolah juga harus mampu melindungi anak-anak dari suatu kejadian bencana alam. Investasi dalam memperkuat struktur gedung sekolah sebelum suatu bencana terjadi, akan mengurangi biaya/anggaran jangka panjang, melindungi generasi muda penerus bangsa, dan memastikan kelangsungan kegiatan belajar- mengajar setelah kejadian bencana. Pendidikan di sekolah dasar dan menegah membantuanak-anakmemainkanperananpentingdalampenyelamatanhidupdan perlindunganaset/milikmasyarakatpadasaatkejadianbencana.Menyelenggarakan pendidikan tentang risiko bencana ke dalam kurikulum sekolah sangat membantu dalam membangun kesadaran akan isu tersebut di lingkungan masyarakat. Mengurangi risiko bencana dimulai dari sekolah. Seluruh komponen, dalam hal ini anak-anak sekolah, para guru, para pemimpin masyarakat, orangtua, maupun individu yang tertarik dengan pendidikan tentang risiko bencana dan keselamatan disekolah,lembagaswadayamasyarakat,organisasikemasyarakatan,institusilokal/ regional/nasional/internasional,sektorswastadanpublikuntukdapatberpartisipasi secara aktif. Keterlibatan media juga diperlukan untuk mendorong sebuah budaya ketahanan terhadap bencana dan keterlibatan komunitas yang kuat dalam rangka kampanye pendidikan publik secara terus-menerus dan dalam konsultasi publik di segenap lapisan masyarakat. Bencana?! Jika Siap Kita Selamat. Padatnya kurikulum pendidikan nasional tidak boleh kita jadikan alasan untuk tidak melakukan kegiatan Pengurangan Risiko Bencana di sekolah secara berkelanjutan. Pembelajaran Pengurangan Risiko Bencana di sekolah-sekolah bisa dilaksanakan dengan mengintegrasikan materi Pembelajaran Pengurangan Risiko Bencana ke dalam (1) mata pelajaran pokok/paket, (2) muatan lokal, dan (3) ekstrakurikuler dan pengembangan diri. Atau secara khusus megembangkan dan menyelenggarakan kurikulum muatan lokal dan ektrakurikuler/pengembangan diri yang didedikasikan khusus untuk pendidikan pengurangan risiko bencana. 1.1.1 Landasan Filosofis Bencana merupakan suatu bentuk gangguan terhadap kehidupan dan penghidupan masyarakat, oleh karena itu, secara filosofis, pengurangan risiko bencana merupakan bagian dari pemenuhan tujuan bernegara Republik Indonesia, yaitu melindungi segenap rakyat dan bangsa, serta seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
  • 22. Pendahuluan 4 Upaya melindungi segenap rakyat dan bangsa dikuatkan pula dengan hak setiap orang atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang dibawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dari ancaman ketakutan untuk untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi, hak hidup sejahtera lahir batin, bertempat tinggal, dan mendapatkanlingkunganhidupyangbaikdansehatsertaberhakmemperoleh pelayanan kesehatan (Pasal 28G ayat (1) dan Pasal 28 H ayat (1) UUD 1945. 1.1.2 Landasan Sosiologis Ada tiga pertimbangan sosiologis yang patut diketengahkan, yaitu Pertama secara geografis, demografis dan geologis, Indonesia merupakan negara rawan bencana, baik bencana alam dan bencana akibat ulah manusia, seperti kegagalan atau mala praktik teknologi. Kedua, adalah bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kondisi sosial masyarakat, telah menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan yang berakibat pada terjadinya bencana. Ketiga, adalah kondisi struktur manajemen bencana itu sendiri. Kematian, cidera dan kerugian materi, serta masalah lingkungan dan ekonomi dapat dikurangi apabila penyelenggaraan penanggulangan bencana telah dilakukan secara komprehensif yang mencakup pendekatan yang bersifat pencegahan, pengurangaan risiko, tindakan kesiapsiagaan tindakan tanggap terhadap bencana, serta upaya pemulihan. Disamping itu, pendekatan yang mengedepankan pentingnya partisipasi dari semua tingkat pemerintahan, baik pemerintah pusat dan daerah, mengambil peran yang aktif dalam menciptakan manajemen bencana yang efektif. Serta pentingnya partisipasi publik dan pemangku kepentinga dalam penanganan bencana. 1.1.3 Landasan Yuridis Pertimbanganyuridisadalahmenyangkutmasalah-masalahhukumsertaperan hukum dalam penanganan bencana. Hal ini dikaitkan dengan peran hukum dalam pembangunan, baik sebagai pengatur perilaku, maupun instrumen untuk penyelesaian masalah. Hukum sangat diperlukan, karena hukum atau peraturan perundang-undangan dapat menjamin adanya kepastian dan keadilan dalam penanganan bencana. Undang-Undang No.24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana ditempatkan guna memberikan jawaban atau solusi terhadap permasalahan yang berkaitan dengan penangan bencana, merupakan landasan yuridis paling dekat untuk pelaksanaan usaha- usaha pengurangan risiko bencana di Indonesia. 1.1.4 Pedoman Pengembangan Produk Program pendidikan pengurangan risiko bencana (PRB) bertujuan untuk meminimalisir risiko bencana dan meningkatkan kapasitas sekolah dalam melaksanakan pengurangan risiko bencana, kesiapsiagaan, mitigasi, dan peringatan dini. PRB oleh satuan pendidikan dapat dilakukan dengan cara mengintegrasikan materi pendidikan pengurangan risiko bencana dalam kurikulum yang berlaku di sekolah, mata pelajaran, muatan lokal, kegiatan pengembangan diri dan ekstrakurikuler, dan bahan ajar.
  • 23. Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA/SMK/MA/MAK 5 Dasar hukum yang menjadi pedoman perancangan dan pengembangan serial modul dan modul pelatihan adalah: 1. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional 2. Undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak 3. Undang-undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana 4. Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 - 2025 5. Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004 - 2009 6. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan 7. Peraturan Presiden No. 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana 8. Peraturan Presiden No. 32 Tahun 2008 tentang Pengesahan ASEAN AgreementonDisasterManagementandEmergencyResponse(Persetujuan ASEAN mengenai Penanggulangan Bencana dan Penanganan Darurat) 9. Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana 10. Peraturan Mendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi 11. Peraturan Mendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan 12. Peraturan Mendiknas No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan, yang disempurnakan dengan Peraturan Mendiknas No. 6 Tahun 2007 13. Peraturan Mendiknas No. 40 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balitbang Depdiknas 14. Peraturan Mendiknas No. 50 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Pemerintah Provinsi 15. Peraturan Mendiknas No. 24 tTahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA 16. Surat Edaran Mendiknas No. 33/MPN/SE/2007 tentang Sosialisasi KTSP 1.1.5 Pengintegrasian Pengurangan Risiko Bencana ke dalam Sistem Pendidikan Nasional UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 38 Ayat (2): Kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite sekolah/madrasah dibawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau kantor departemen agama kabupaten/kota untuk pendidikan dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah
  • 24. Pendahuluan 6 Kebijakan yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan bahwa penyusunan kurikulum merupakan tanggung jawab setiap satuan pendidikan (sekolah dan madrasah). Oleh karena itu tidak lagi dikenal apa yang disebut dengan kurikulum nasional, yang pada periode sebelumnya menjadi tanggung jawab pemerintah pusat. Dalam PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 17 menyebutkan: 1. Kurikulum tingkat satuan pendidikan SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/ MA/SMALB, SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah/karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan peserta didik 2. Sekolah dan komite sekolah, atau madrasah dan komite madrasah, mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan, dibawah supervisi dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SD, SMP, SMA, dan SMK dan departemen yang mengurusi urusan pemerintahan di bidang agama untuk MI, MTs, MA, dan MAK Penjabaran kurikulum dilakukan dengan penyusunan silabus dan bahan ajar sesuai dengan kondisi geografis dan demografis untuk daerah, kebutuhan, potensidankarkateristiksatuanpendidikandanpesertadidik,yangselanjutnya diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran. Dalam Permendiknas No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan Pasal 1: 1. Satuan pendidikan dasar dan menengah mengembangkan dan menetapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah sesuai kebutuhan satuan pendidikan. 2. Satuan pendidikan dasar dan menengah dapat mengembangkan kurikulum dengan standar yang lebih tinggi dari standar isi dan standar kompetensi lulusan. 3. Kurikulum satuan pendidikan dasar dan menengah ditetapkan oleh kepala satuan pendidikan dasar dan menengah setelah memperhatikan pertimbangan dari Komite Sekolah atau Komite Madrasah. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 32 Ayat 1, juga telah mengakomodasi kebutuhan pendidikan bencana dalam terminologi ‘pendidikan layanan khusus’. Yakni “pendidikan bagi peserta didik di daerah terpencil atau terbelakang, masyarakat adat yang terpencil, dan/atau mengalami bencana alam, bencana sosial, dan tidak mampu dari segi ekonomi”.
  • 25. Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA/SMK/MA/MAK 7 1.2 Kerangka Kerja Pendidikan untuk Pengurangan Risiko Bencana 1.2.1 Pendidikan untuk Pengurangan Risiko Bencana dan Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan Pada bulan Desember 2002, Majelis Umum PBB mengadopsi resolusi 57/254 untuk menempatkan Dekade Pendidikan Bagi Pembangunan Berkelanjutan, mulai2005-2014,dibawahkoordinasiUNESCO.Pendidikanuntukpengurangan bencana (alam) telah diidentifikasi sebagai masalah inti yang akan dibahas di bawah DESD. Pendidikan dipandang dalam konsep yang lebih luas. Sebagaimana didefinisikan dalam Bab 36 dalam Agenda 21, “Pendidikan sangat penting untuk mencapai perlindungan lingkungan dan kesadaran etika, nilai-nilai dan sikap, keterampilan dan perilaku yang konsisten dengan pembangunan berkelanjutan. Baik formal dan pendidikan non-formal sangat diperlukanuntukpembangunanberkelanjutan“.Pendidikandanpengetahuan berkontribusi untuk meningkatkan kesadaran tentang bahaya (alam) serta kerentanan dan ancaman yang ada yang dihadapi oleh masyarakat. Juga memberikan kontribusi untuk menumbuhkembangkan keterampilan hidup. Dasawarsa ini didukung oleh Kerangka Aksi Hyogo 2005 – 2015 yang menyoroti pentingnya pendidikan dan pembelajaran sebagai bagian dari prioritas aksi, menggunakan pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk membangun sebuah budaya keselamatan dan ketahanan di semua tingkat. Inisiatif pengurangan risiko bencana harus berakar di semua lembaga- lembaga pendidikan, khususnya di sekolah-sekolah dan memasukkan dalam programpendidikan.Pendidikanpenguranganrisikobencanayangmencakup semua aspek peningkatan kesadaran publik, pendidikan dan pelatihan yang bertujuan untuk menciptakan dan atau meningkatkan budaya pencegahan melalui identifikasi dan pemahaman risiko, serta belajar mengenai langkah- langkah pengurangan risiko bencana, dan tanggap bencana. Oleh karena itu Pendidikan untuk Pengurangan Risiko Bencana - sebagai bagian dari Pengurangan Risiko Bencana (PRB) - harus melekat dengan Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (Education for Sustainable Development - ESD), dan mendukung kerangka ESD yang mencakup 3 aspek, yaitu: 1. Pendidikan untuk pengurangan risiko bencana adalah interdisipliner. Oleh karena itu, pertimbangan penting diberikan kepada dampak, dan hubungan antara, masyarakat, lingkungan, ekonomi dan budaya. 2. Pendidikan untuk pengurangan risiko bencana dan meningkatkan pemikirankritisdanpemecahanmasalah,danketrampilanhidupsosialdan emosional untuk pemberdayaan kelompok rentan atau terkena bencana. 3. Pendidikan untuk pengurangan risiko bencana mendukung Tujuan Pembangunan Milenium. Tanpa mempertimbangkan Pengurangan Risiko Bencana dalam perencanaan pembangunan, semua upaya pembangunan termasuk inisiatif DESD dihancurkan dalam hitungan detik.
  • 26. Pendahuluan 8 KerangkakerjaPendidikanuntukpenguranganrisikobencanaataupendidikan pengurangan risiko bencana dikembangkan mengikuti arahan UN-ISDR sebagai berikut: “Pendidikan pengurangan risiko bencana adalah sebuah proses pembelajaran bersama yang bersifat interaktif di tengah masyarakat dan lembaga-lembaga yang ada. Cakupan pendidikan pengurangan risiko bencana lebih luas daripada pendidikan formal di sekolah dan universitas. Termasukdidalamnyaadalahpengakuandanpenggunaankearifantradisional dan pengetahuan lokal bagi perlindungan terhadap bencana alam.” HFA pada PRIORITAS AKSI 3, Poin Aktivitas kunci termaktub rekomendasi bahwa PRB dimasukkan dalam kurikulum sekolah, pendidikan formal dan informal. “Menggalakkan dimasukkannya pengetahuan pengurangan risiko bencana dalam bagian yang relevan dalam kurikulum sekolah di semua tingkat dan menggunakan jalur formal dan informal lainnya untuk menjangkau pemuda dan anak-anak; menggalakkan integrasi pengurangan risiko bencana sebagai suatu elemen intrinsik Dekade Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (2005-2015) dari PBB“. 1.2.2 Konsep Pendidikan untuk Pengurangan Risiko Bencana Pendidikan Pengurangan Risiko Bencana adalah usaha sadar dan terencana dalam proses pembelajaran untuk memberdayaan peserta didik dalam upaya untuk pengurangan risiko bencana dan membangun budaya aman serta tangguh terhadap bencana. Pendidikan PRB lebih luas dari penddidikan bencana, bahkan lebih dari pendidikan tentang pengurangan risiko bencana. Tetapi mengembangkan motivasi, ketrampilan, dan pengetahuan agar dapat tertindak dan mengambil bagian dari upaya untuk pengurangan risiko bencana. Tujuan pendidikan untuk pengurangan risiko bencana adalah: 1. Menumbuhkembangkan nilai dan sikap kemanusiaan 2. Menumbuhkembangkan sikap dan kepedulian terhadap risiko bencana 3. Mengembangkan pemahaman tentang risiko bencana, pemahaman tentang kerentanan sosial, pemahaman tentang kerentanan fisik, serta kerentanan prilaku dan motivasi, 4. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan untuk pencegahan dan pengurangan risiko bencana, pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan yang bertanggungjawab, dan adaptasi terhadap risiko bencana 5. Mengembangkanupayauntukpenguranganrisikobencanadiatas,baiksecara individu maupun kolektif 6. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan siaga bencana 7. Meningkatkan kemampuan tanggap darurat bencana 8. Mengembangkan kesiapan untuk mendukung pembangunan kembali komunitas saat bencana terjadi dan mengurangi dampak yang disebabkan karena terjadinya bencana 9. Meningkatkan kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan besar dan mendadak
  • 27. 2.1 Fenomena Kebakaran Kebakaran selalu menghantui warga di perkotaan dimana terdapat banyak kelurahan rawan kebakaran di seluruh wilayah Indonesia. Umumnya kelurahan- kelurahan itu padat penduduk, rumahnya berdempetan, akses jalan sempit, dan banyak instalasi listrik yang tidak sesuai aturan. Gambar 2.1 Kebakaran di perumahan padat penduduk El Nino merupakan fenomena alam yang terjadi secara natural setiap tahun. Terjadinya El Nino ini disebabkan temperatur di perairan tropis di bagian timur Samudra Pasifik bertambah panas secara tidak wajar yang menyebabkan terjadinya pergerakan uap air. Udara yang lebih panas tersebut pada akhirnya menimbulkan kekeringan di sejumlah kawasan Asia Pasifik, seperti Indonesia. Gambar 2.2 Proses terjadinya El Nino FENOMENA DAN PERISTIWA KEBAKARAN BAB II
  • 28. Fenomena dan Peristiwa Kebakaran 10 Pengaruh El Nino di Jawa Barat telah menyebabkan kelembapan udara di Kota Bandung dan wilayah lainnya di Jabar sangat rendah. Jika biasanya saat musim kemarau kelembapan udara Kota Bandung mencapai 75 persen, kini hanya sekitar 40 persen. Akibatnya, musibah kebakaran dan kesulitan air lebih rentan terjadi pada masa ini. Kebakaran pemukiman adalah sebuah risiko maka kita akan berupaya sekuat tenaga untuk menghindari risiko kebakaran, kita semua akan berhati-hati dalam menggunakan dan memperlakukan kompor, lilin, rokok, lampu tempel dan listrik untuk menghindari risiko kebakaran, termasuk juga dalam menata ruangan, akses masuk dan lain sabagainya. Di Jakarta, listrik dan kompor merupakan penyebab utama kebakaran untuk rumah tangga. Selama 10 tahun terakhir telah terjadi lebih dari 800 kebakaran setiap tahun atau sekitar 2 hingga 3 kali kebakaran per hari, dengan korban meninggal mencapai 27 jiwa dan kerugian langsung mencapai nilai Rp 250 miliar setiap tahunnya. Lebih dari 45 persen kebakaran terjadi di bangunan permukiman, dan lebih dari 25 persen terjadi di bangunan umum, seperti pasar tradisional, usaha kecil dan menengah, dan industri manufaktur. Kebakaran telah memberikan dampak kepada lebih dari 22.000 orang setiap tahunnya. Dengan demikian kebakaran sangat berpotensi meninggalkan trauma pada masyarakat luas, dan menyebabkan kerugian perekonomian masyarakat luas. Dari berbagai penelitian yang dilakukan, tampak bahwa kecerobohan atau ketidakdisiplinan, bersama dengan kegagalan peralatan, dan sistem proteksi yang tidak memadai sering kali menjadi penyebab utama kecelakaan, termasuk terjadinya kebakaran. Untuk itu, hal utama yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan upaya pencegahan dengan membangun disiplin teknik keselamatan kebakaran yang memfokuskan upaya pencegahan dan penanganan kebakaran sejak suatu bangunan dirancang dan dioperasikan. DiInggrisdisiplininidikenalsebagaifireengineering,dandiAmerikaSerikatdikenal sebagai fire protection engineering. Terminologi fire safety engineering relatif baru digunakan untuk menjelaskan disiplin yang memanfaatkan prinsip-prinsip sains (matematika, fisika, kimia, statistika) dan teknik (termodinamika, mekanika fluida, perpindahan kalor dan massa, mekanika benda padat) untuk melindungi manusia, lingkungan buatan dan lingkungan alamiah. Fenomena kebakaran merupakan kejadian unik dan khas Indonesia yang nampaknya sebagai konsekwensi dari meningkatnya perumahan atau permukiman padal penduduk di perkotaan yang kerap kumuh sehingga kurang memperhatikan ketentuan dan persyaratan keamanan terhadap bahaya kebakaran. Kebakaran besar ini jelas berimplikasi luas menyangkut aspek sosial, ekonomi, psikologis massa, politik dan lingkungan. Kebakaran jenis ini (kebakaran gedung dan permukiman) pada dasarnya adalah disebabkan oleh kalalian manusia, yaitu karena pemilihan bahan bangunan yang mudah terbakar, pemasangan instalisi listrik yang tidak sesuai dengan aturan, pemakaian alat elektronik yang tidak terpantau dengan baik.
  • 29. Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA/SMK/MA/MAK 11 2.2 Peristiwa Kebakaran Di Indonesia Sementara itu, berkaitan dengan kebakaran pemukiman yang terjadi di Jakarta berdasarkan data Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana, korsleting arus pendek listrik masih menjadi faktor tertinggi penyebab terjadinya kebakaran. Sepanjang tahun 2009, ada sekitar 191 kebakaran yang disebabkan karena korsleting listrik dari total kebakaran yang jumlahnya mencapai 316 kasus. Sementara penyebab lain dari kebakaran seperti akibat ledakan kompor ada sekitar 34 kasus, lampu tempel tiga kali dan rokok delapan kasus. Dari jumlah kasus kebakaran tersebut, sedikitnya menyebabkan kerugian material sebesar Rp 83,2 miliar. Sedangkan luas areal yang terbakar mencapai 85.779 meter persegi. Kebakaran juga menyebabkan 6.457 jiwa kehilangan tempat tinggal atau sekitar 1.724 Kepala Keluarga (KK). Adapun waktu terjadinya kebakaran, terjadi siang hari 99 kasus, malam hari 85 kasus, pagi hari 75 kasus, dan dini hari 57 kasus. Berdasarkan data diatas untuk mengurangi risiko kebakaran maka perlu di sekolah- sekolah diberikan Pendidikan Pengurangan Risiko Bencana dalam bentuk PRB yang di integrasikan ke mata pelajaran, program pengembangan diri dan muatan lokal. Dengan harapan sekolah (guru,karyawan,siswa) memiliki kompetensi yang dapat digunakan untuk mengurangi risiko kebakaran baik kebakaran pemukiman maupun kebarakan hutan. Api kecil jadi sahabat api besar jadi lawan. Kata-kata ini mungkin dulu sering kita dengar tetapi belum tentu benar karena api besar kita butuhkan untuk berbagai keperluan kita yang bermanfaat. Api kecil juga bisa membuat masalah yang tidak dikehendaki jika tidak sesuai dengan pemanfaatan yang kita inginkan. Api bisa merusak semuanya dan apapun yang ia sentuh. Cobalah lihat data statistik di daerah anda, bahkan dinegara kita berapa kali terjadi kebakaran dan berapa yang terluka hingga kehilangan nyawa serta berapa kerugian yang diakibatkannya. Upayapemerintahsendiridalammelakukansosialisasidanpenyuluhanpencegahan kebakaran kepada masyarakat dirasakan masih belum efektif. Media cetak dan elektronik umumnya juga lebih tertarik meliput kebakaran sebagai kecelakaan ketimbang mengungkap akar penyebabnya. Indonesia sampai kini belum mempunyai angka statistik nasional tentang nilai ekonomi kerugian kebakaran baik korban jiwa, luka-luka, maupun harta benda. Dengan demikian persepsi kebakaran sebagai risiko belum dipahami dari aspek nilai ekonomi. Sedangkan pendidikan proteksi kebakaran yang ada masih sangat bersifat sementara belum merupakan kebutuhan pokok. Saat ini belum ada sekolah kebakaran terakreditasi. Yang ada, hanyalah diklat kebakaran milik pemerintah DKI Jakarta dan Kursus kilat yang lebih diminati karena sertifikat yang diterbitkan ketimbang kompetensinya. Di lain pihak sampai saat ini, perguruan tinggi yang membuka program studi kebakaran masih sangat terbatas sekali. Agar bangunan seperti rumah, kantor, sekolah, gudang dan lain sebagainya tidak terbakar dan menimbulkan kebakaran, maka diperlukan pencegahan kebakaran dengan cara memberikan pendidikan pengurangan risiko bencana (kebakaran) kepada siswa dengan berbagai pengetahuan, tips dan trik untuk mencegah terjadinya kebakaran.
  • 30. BAB III PENGURANGAN RISIKO KEBAKARAN 3.1 Pengurangan Risiko Kebakaran Langkah-langkah pengurangan Risiko bencana dipahami sebagai pengembangan dan penerapan secara luas dari kebijakan-kebijakan, strategi-strategi dan praktek- praktek untuk meminimalkan kerentanan dan risiko bencana di masyarakat yang berbasis masyarakat. Upaya mengurangi risiko bencana dilakukan melalui tiga langkah yaitu: 3.1.1 Pencegahan Pencegahanadalahserangkaiankegiatanyangdilakukansebagaiupayauntuk menghilangkan dan atau mengurangi ancaman bencana. Sebagai contoh, untuk mencegah terjadinya kebakaran dilakukan tindakan pemasangan instalasi listrik yang benar, pemilihan bahan bangunan yang tidak mudah terbakar, jangan menempatkan bahan yang mudah terbakar di dekat sumber dan sebagainya. 3.1.2 Mitigasi Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melaluipembangunanfisikmaupunpenyadarandanpeningkatankemampuan menghadapi ancaman bencana.Tindakan mitigasi disebut sebagai tindakan struktural dan non struktural. Tindakan mitigasi yang bersifat struktural contohnya adalah pemasangan instalasi listrik oleh orang yang propesinal, bahan bangunan yang tidak mudah terbakar seperti kerangka baja ringan untuk kap rumah. Tindakan mitigasi yang bersifat non struktural misalnya pelatihan untuk membangun kepedulian masyarakat terhadap bahaya yang dihadapi,pelatihandanpengorganisasiansukarelawanbagikegiatanbencana kebakaran. Tujuan pokok dari tindakan mitigasi adalah: a. Mengurangi ancaman Sebagianbencanatidakdapatdicegahagartidakterjadi,tetapiancamannya dapat dikurangi. Misalnya: struktur bangunan yang tahan api.
  • 31. Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA/SMK/MA/MAK 13 b. Mengurangi kerentanan Berbagaifaktorsepertifactorfisik,social,ekonomimaupunkondisigeografis dapat menurunkan kemampuan masyarakat untuk mempersiapkan diri maupun menanggulangi dampak akibat bahaya kebakaran. Hal terpenting dalam kegiatan pengelolaan risiko bencana kebakaran adalah menurunkan kerentanan sehingga masyarakat menjadi tahan terhadap bencana kebakaran. c. Meningkatkan kapasitas Kapasitasmerupakankemampuanmasyarakatdalammenghadapibencana pada semua tahapannya, melalui berbagai sistem yang dikembangkannya. Contoh peningkatan kapasitas adalah dalam menghadapi kebakaran yang bersifat musiman, kelompok masyarakat memiliki posko kebakaran yang akan siap setiap kebakaran terjadi. Peningkatan kapasitas juga bisa dilakukan dengan meningkatkan penyediaan sarana dan prasarana penanggulangan kebakaran, pelatihan tanggap darurat, dan sebagainya. 3.1.3 Kesiapsiagaan Kesiapsiagaan adalah serangkaian tindakan yang dilakukan untuk meng­ antisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Sebagai contoh: membangun system peringatan dini, penyiapan jalur evakuasi bila terjadi bencana, laztihan simulasi bencana. Kesiapsiagaan diri, keluarga dan sekolah akan sangat membantu dalam mengurangi dampak bencana, baik kerugian harta maupun korban jiwa, Kesiapsiagaan dimulai dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Memahami potensi ancaman yang ada di daerah masing-masing 2. Memahami penyebab atau tanda-tanda akan terjadinya bencana 3. Memahami apa yang harus dipersiapkan dan yang harus dilakukan baik sebelum, saat dan sesudah bencana. Tingkat kerentanan perkotaan di Indonesia adalah suatu hal yang sangat penting untuk diketahui sebagai salah satu hal yang berpengaruh terhadap terjadinya bencana alam. Tingkatkerentanankota-kotabesardiIndonesiadapatditinjaudarikerentanan fisik , sosial kependudukan, dan ekonomi. Kerentanan fisik menggambarkan tingkatkerusakanterhadapfisikbilaadafaktorberbahayatertentu.Melihatdari berbagai faktor seperti persentase kawasan terbanguin, kepadatan bangunan, persentase bangunan konstruksi darurat, jaringan listrik, rasio panjang jalan, jaringan telekomunikasi, jaringan PDAM, jaringan rel KA, maka perkotaan di Indonesia dapat dikatakan berada pada kondisi yang sangat rentan karena persentase di antara unsur-unsur tersebut sangat rendah. Kerentanan sosial menunjukkan tingkat kerentanan terhadap keselamatan jiwa/kesehatan penduduk apabila ada bahaya. Dari beberapa indikator antara lainkepadatanpendusuk,lajupertumbuhanpenduudk,persentasependuduk usia tua-balita dan penduduk wanita, maka kota-kota bsar di Indonesia
  • 32. Pengurangan Risiko Kebakaran 14 memiliki kerentanan sosial yang sangat tinggi. Belum lagi jika kita melihat kondisi sosial saat ini yang semakin rentan terhadap bncana non-alam, seperti rentannya kondisi sosial masyarakat terhadap kerusuhan, tingginya angka pengangguran, instabilitas politik, dan tekanan ekonomi. Kerentanan ekonomi menggambarkan besarnya kerugian atau rusaknya kegiatan ekonomi (proses ekonomi) yang terjadi bila ada ancaman bahaya. Indikator yang dapat kita lihat menunjukkan tingkat kerentanan ini misalnya persentase rumah tangga yang bekerja pada sektor rentan (jasa dan distribusi) dan persentase rumah tangga miskin. Beberapa kerentana fisik, sosial, dan ekonomi tersebut di atas`menunjukkan bahwakota-kotabesardiIndonesiamemilikikerentananyangtinggi,sehingga hal ini menyebabkan tingginya risiko terjadi bencana. Tingginya risiko kebakaran gedung dan pemukinan pada berbagai fungsi atau penggunaan bangunan dapat dinyatakan dengan analisis sebagai berikut: 1. Adanya risiko kebakaran karena hadirnya faktor-faktor penyebab kebakarana di setiap tempat dalam kehidupan sehari-hari, seperti: listrik dan peralatan rumah tangga yang menggunakan listrik, kompor (gas atau listrik), lampu tempel/lilin, rokok, obat nyamuk bakar, membakar sampah, dan kembang api/petasan. Kondisi ini apabila dipicu oleh tindakan yang salah atau lalai dapat memunculkan terjadinya kebakaran. 2. Ketiadaan sarana pemadan kebakaran pada suatu lingkungan atau bangunan. Atau kurang terawatnya sarana peringatan dini (sistem alarm kebakaran) dan sarana pemadam kebakaran; sehingga dalam banyak kasus ditemukan berbagai sarana pemadaman kebakaran yang tidak berfungsi. Kondisi ini secara jelas berperan mengurangi atau melemahkan kemampuan suatu lingkungan atau bangunan gedung dalam mencegah dan menanggulangi kebakaran apabila suatu saat terjadi. 3. Perilaku orang-orang pada suatu lingkungan atau yang menghuni bangunan yang cenderung ceroboh/lalai, rendahnya kesadaran menjaga lingkungan, kurang pengetahuan tentang bahaya api, pembiaran terhadap anak-anak yang bermain api, keterpaksaaan karena keterbatasan ekonomi serta vandalisme. Kesemuanya ini merupakan faktor yang ikut menyumbangkan tingkat kerawanan terhadap kebakaran pada suatu bangunan atau lingkungan. Upaya pengurangan risiko kebakaran di lingkungan sekolah dapat dilakukan melalui tindakan-tindakan sebagai berikut: a. Melengkapi bangunan sekolah dengan sarana proteksi kebakaran dan sarana jalan keluar/penyelamatan jiwa b. Memberikanpenyuluhanataupelatihanpencegahandanpenanggulangan kebakaran kepada kepala sekolah, guru, dan tenaga pendidikan c. Memberikan materi pembelajaran pengurangan risiko, termasuk risiko kebakaran kepada siswa d. Menyediakan panduan/prosedur tetap untuk menghadapi bencana
  • 33. Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA/SMK/MA/MAK 15 3.2 Kesiapsiagaan 3.2.1 Tindakan Sebelum Terjadi Kebakaran Karakteristik ancaman a. Pengertian Api Api, adalah reaksi kimia yang terjadi secara berantai dan cepat antara bahan bakar, zat asam, dan panas dalam perbandingan yang sesuai diikuti dengan evolusi pengeluaran cahaya dan panas. b. Pengertian Kebakaran Adalah bentuk nyala api yang sudah tak terkendali c. Pengertian Titik Nyala Adalah tingkatan energi bahan untuk terbakar pada suhu bakarnya, yakni suhu terendah saat bahan bakar mulai terbakar. d. Terjadinya Api Berikut ini diagram proses terjadinya api. Api terjadi ketika tiga unsur penyebabnya tersedia. Gambar 3.1 Diagram proses terjadinya api. e. Bahan Bakar Bahan bakar adalah materi atau zat yang dapat seluruhnya atau sebagian mengalami perubahan secra kimia dan fisika bila terbakar. Bahan bakar dapat berbentuk padat, cair maupun gas. Gas: Gas alam, Acetylene, Propane, Hidrogen, Butan dll Cairan: Bensin, Minyak tanah, Turpentine, cat, varnish, alkohol dll Padat: Batubara, Kayu, kertas, kain, plastik dll
  • 34. Pengurangan Risiko Kebakaran 16 f. Oksigen Oksigen adalah unsur kimia pembakar, yang terdapat dalam jumlah yang cukup di udara (sekitar 21 %). Oksigen merupakan unsur pembentuk api karena reaksi pembakaran yang ditimbulkan. Sebagian besar bahan bakar memerlukan paling sedikit 15% oksigen untuk dapat menimbulkan api untuk serangkaian reaksi kimia. sementara udara normal kita mengandung kurang lebih 21 % oksigen, suatu kadar yang cukup untuk menimbulkan api/kebakaran. Oksigen yang ditambahkan dengan bahan bakar dalam suatu reaksi kimia disebut oksidasi g. Sumber Panas Beberapa jenis sumber panas diantaranya:  Sinar matahari Matahari merupakan sumber utama panas. Sinar matahari dapat memanaskan permukaan atau uap/gas dan kalau uap itu mencapai titik nyala sendiri dan terdapat oksigen maka nyala api / kebakaran bisa terjadi.  Kobaran Api Terbuka Penggunaan api pada tempat-tempat dimana terdapat bahan mudah terbakar.  Gesekan)  Reaksi kimia penyebab kebakaran Adanya dua zat kimia atau lebih, bila bercampur, dapat menimbulkan reaksi. Beberapa reaksi kimia mengeluarkan panas (eksoterm). Panas yang dikeluarakan oleh reaksi kimia tersebut dapat menyebabkan timbulnya uap (gas) atau membakar uap yang sudah ada di dekatnya. Penggabungan panas, uap dan Oksigen (dari reaksi atau yang terdapat dalam atmosfir) dapat menyebabkan kebakarn. Kebakaran ini disebabkan oleh reaksi kimia atau tidak adnya sumber panas dari luar, disebut kebakaran spontan.  Listrik Kebakaran paling banyak disebabkan panas sehingga dapat menyulut bahan mudah terbakar.  Percikan listrik Percikan listrik adalah suatu sentakan keluarnya arus yang secara tiba- tiba mempunyai energi cukup tinggi untuk menyulut bahan mudah terbakar yang terdapat disekitarnya.  Loncatan listrik Loncatan listrik Adalah energi listrik yang meloncat diantara 2 titik. Contoh : Busi  Tahanan listrik Semua konduktor memiliki tahan tersendiri terhadap arus listrik. Energi listrikyanghilangdalamtahanandiubahmenjadipanasdanataucahaya
  • 35. Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA/SMK/MA/MAK 17 (lampu, alat pemanas listrik dan kompor listrik). Semua memanfaatkan tahanan listrik agar berfungsi).  Percikan listrik statis Terjadi ketika dua zat berbeda muatan listrik mengalami kontak. Kalaun kedua zat tersebut tidak dihubungkan ke tanah (bounded atau grounded) untu mecegah timbulnya percikan listrik statis, penyalaan uap mudah terbakar dapat terjadi.  Pemampatan / pemadatan Bila udara atau gas yang dipadatkan/ditekan dengan suatu tekanan yang melebihi tekanan normal, hal ini bisa menyebabkan panas atau ledakan. h. Jenis Pemindahan Panas  Konduksi Perpindahan panas melalui zat perantara. Panas merambat melalui dinding pemisah ruangan, bagian dinding pada ruangan berikutnya menerima kalor atau panas yang dapat membakar permukaan benda- benda yang terletak pada dinding-dinding tersebut.  Konveksi Perpindahan panas dari tekanan tinggi ke tekanan rendah. Panas merambat melalui bagian bangunan yang terbuka seperti tangga dan koridor gang dengan media pengantar udara..  Radiasi Perpindahan panas dalam bentuk pancaran. Panas merambat antara ruang dan bangunan yang berdekatan. hal ini akan lebih cepat terjadi jikasebaranapidibantuolehtekananudaraatauanginkearahbangunan lainnya. i. Klasifikasi jenis kebakaran Jeniskebakaranberdasarkanmateriataubendayangterbakardapatdibagi menjadi 4 (empat) kelas, sebagai berikut:  Kebakaran Klas A Kebakaran dari bahan biasa yang mudah terbakar seperti: kayu, kertas, pakaian dan sejenisnya. Jenis alat pemadam: yang menggunakan air harus digunakan sebagai alat pemadam pokok.  Kebakaran Klas B Kebakaran bahan cairan yang mudah terbakar seperti minyak bumi, gas, lemak dan sejenisnya. Jenis alat pemadam yang digunakan adalah jenis busa sebagai alat pemadam pokok.  Kebakaran Klas C Kebakaran listrik (seperti kebocoran listrik, korsleting) termasuk kebakaran pada alat-alat listrik. Jenis alat pemadam: yang digunakan adalah jenis kimia dan gas sebagai alat pemadam pokok.
  • 36. Pengurangan Risiko Kebakaran 18  Kebakaran Klas D KebakaranlogamsepertiZeng,Magnesium,serbukAluminium,Sodium, Titanium dan lain-lain. Jenis alat pemadam: yang harus digunakan adalah jenis khusus yang berupa bubuk kimia kering. j. Gas Beracun Hasil Pembakaran Mengapa asap menjadi penyebab utama selain api itu sendiri? Hal ini dikarenakan asap mengandung bermacam-macam gas beracun yang dihasilkan oleh peristiwa pembakaran. Beberapa gas beracun yang paling banyak dan selalu ada pada peristiwa kebakaran dapat dilihat dibawah ini.  Karbon monoksida Karbon monoksida (CO) adalah pembunuh terbesar dalam peristiwa kebakaran karena tingkat kehadirannya yang sangat tinggi dan juga cepatnya ia mencapai konsentrasi mematikan pada peristiwa kebakaran. Karbon monoksida adalah hasil produksi dari pembakaran tidak sempurna yang dihasilkan dari pembakaran senyawa-senyawa organic dan berbagai bentuk karbon. Sering juga kematian akibat karbon monoksida terjadi akibat masuknya asap knalpot ke kabin mobil. Karbon monoksida berbahaya karena ia adalah gas yang tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak terlihat. Gas ini mematikan pada konsentrasi 1,28 persen volume dalam udara dalam 1 sampai 3 menit; 0,64 persen mematikan dalam 10 sampai 15 menit; 0,32 persen mematikan dalam 30 sampai 60 menit, dan 0,16 persen mematikan dalam waktu 2 jam. Pada konsentrasi 0,05 persen gas ini tetap menyimpan bahaya.  Karbon dioksida Karbon dioksida adalah hasil dari pembakaran sempurna senyawa organic atau senyawa karbon. Bertambahnya konsentrasi karbon dioksida akan mengakibatkan meningkatnya kecepatan pernafasan; sampai di mana tubuh tidak mampu lagi. Kegagalan pernafasan akhirnya akan terjadi. Karbondioksidadalamjumlahyangsangatbanyakdapatmengakibatkan sesak nafas karena kekurangan oksigen dalam darah, selain itu juga dapat berfungsi sebagai bahan pemadam api. Konsentrasi lebih dari 5 persen di lingkungan dapat merupakan tanda bahaya, bukan karena keberadaannya akan tetapi karena kondisi tersebut adalah kondisi yang jauh dari kondisi normal.  Hidrogen sianida Walau Hidrogen sianida (HCN) jauh lebih beracun dari Karbon monoksida tetapi dalam kebakaran,biasanya, jumlahnya sangat kecil. Pada konsentrasi 100 ppm dapat menyebabkan kematian dalam waktu 30 sampai 60 menit. Hidrogen sianida dihasikan dari pembakaran senyawan hirokarbon terklorinasi di udara, plastik, kulit karet, sutra,
  • 37. Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA/SMK/MA/MAK 19 wool, atau juga kayu. Seperti halnya karbon monoksida hydrogen sianida lebih ringan dari udara sehingga tingkat bahayanya lebih tinggi pada kebakaran dalam ruangan, dibanding kebakaran luar ruangan.  Phosgene Phosgenejugadihasilkanpadadekomposisiataupembakaransenyawa hidrokarbon terklorinasi, seperti karbon tetraklorida, Freon, atau etilene diklorida. Phosgene beracun dan berbahaya pada konsentrasi yang sangat kecil sekalipun. Konsntrasi 25 ppm dapat mematikan dalam waktu 30 sampai 60 menit.  Hidrogen klorida Hidrogen klorida (HCl) dihasilkan oleh pembakaran bahan-bahan yang mengandung klorin. Walau tidak beracun seperti hydrogen sianida ataupun phosgene, HCl berbahaya apabila kita berada dalam waktu yang cukup lama di lingkungan yang terdapat gas ini. Kebanyakan kebakaran di rumah bermula di dapur 1. Dapur masak adalah menjadi pencetus utama kebakaran. 2. Jangan ditinggalkan makanan yang sedang dimasak. 3. Jangan dibiarkan dapur dan pemanggang berlumuran dengan minyak dan lemak saat digunakan 4. Pakai baju berlengan tangan ketat apabila memasak. 5. Jangan dibiarkan api menyala semasa anda tidur atau keluar rumah. 6. Pastikan abu benar-benar sejuk sebelum dibuang. 7. Jangan dibiarkan anak-anak dekat api atau pemanas tanpa kehadiran seorang dewasa. 8. Jauhkan lilin dari langsir dan lain-lain bahan yang mudah terbakar. 9. Tempatkan lilin di atas tempat yang tidak mudah terbakar. Kerusakan instalisi/kabel listrik mendatangkan bahaya 1. Pastikan semua kabel-kabel listrik berada dalam keadaan baik, jangan dibiarkan penutup kabel listrik terkelupas. 2. Gunakan juru elektrik yang telah bersartifikat atau dari PLN untuk memperbaiki kerusakan, jangan dikerjakan sendiri. 3. Sambungan listrik jangan terlalu banyak, penggandanya tidak boleh lebih dari Saturda. Penyesuai berganda yang lebih dari satu dan papan kuasa boleh membebankan poin kuasa. 4. Jangan diletakkan sambungan kabel di bawah permadani/karpet atau perabot.
  • 38. Pengurangan Risiko Kebakaran 20 Penggunaan alat-alat elektrik 1. Pastikan semua alat elektrik digunakan mengikuti buku panduan pabrik pembuat. 2. Pastikan alat-alat elektrik berada dalam keadaan baik. Jika anda merasa ragu pada kondisi alat, panggil seorang juru elektrik supaya memeriksa alat-alat tersebut. 3. Untuk memperbaiki alat-alat di rumah harus dengan orang yang ahlinya. 4. Jika terjadi kebakaran dirumah, lakukan pemutusan arus listrik dari skring utama. Peringatan Bagi Perokok 1. Jangan sekali-kali merokok di atas kasur. 2. Jangan buang abu rokok sembarangan. 3. Pastikan puntung rokok dipadamkan sebelum dibuang. Kebakaran dapat disebabkan oleh anak-anak, maka; 1. Simpan semua korek api, pemetik api dan lilin di tempat tidak mudah diambil anak-anak. 2. Gunakan pemetik api yang tidak mudah dinyalakan oleh kanak-kanak. 3. Ajar anak-anak kecil supaya menyerahkan semua mancis api dan pemetik api kepada seorang dewasa. 4. Pastikan korek api boleh digunakan oleh anak-anak hanya jika seorang dewasa ada bersama mereka. 5. Ajar anak-anak supaya memanggil 113 dalam keadaan darurat kebakaran. 6. Didik anak-anak supaya mereka tahu bagaimana keluar dari rumah jika terjadi kebakaran. 7. Jalankan latihan kebakaran selalu bersama anak-anak supaya mereka tahu dimana keluarga harus berkumpul sesudah keluar dari rumah. 8. Ajar anak-anak supaya merangkak dan cepat bergerak jika ada asap di dalam rumah. 9. Ajar anak-anak supaya berhenti, merebahkan badan dan bergolek-golek jika pakaian mereka terbakar. Gambar 3.2 Korek api
  • 39. Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA/SMK/MA/MAK 21 k. Alarm Kebakaran Pada saat kita tidur, kita tidak bisa mencium/memabui asap, untuk maka di setiap rumah diperluakan system alarm asap. Dengan alat ini asap akan terdeteksi dengan mengeluarkan bunyi yang dapat membangunkan anda saat tidur apabila ada bahaya api/asap. Untuk mengurangi risiko bencana kebakaran, maka dianjurkan setiap rumah penduduk memasang alarm pendeteksi asap. Dan alarm pendeteksi asap yang mudah didapat adalah alarm yang menggunakan batrai. Untuk memastikan alarm kebakaran berfungsi dengan baik, maka anda diharapkan:  Uji alat setiap minggu. Gunakan ujung tangkai sapu/kayu dan tekan butang ujian untuk memastikan ada bunyi bip.  Bersihkan permjukaan alarem dengan kain kering/sapu.  Ganti bateri sekurang-kurangnya sekali setahun. Ada dua jenis alarm asap – alarm terion yang mendeteksi asap yang sangat kecil, dan alarm foto-elektrik yang lebih baru yang mendeteksi asap yang dapat dilihat. Alarm asap tidak boleh digunakan selama-lamanya dan biasanya masa pakainya lebih-kurang 10 tahun sahaja. Jika alarm asap anda lebih tua dari 10 tahun, disarankan untuk diganti. Cara pemasangan alarm pendeteksi asap  pasang alarm asap diluar setiap kamar atau ruang tidur di rumah anda. Jika anda tinggal di rumah yang bertingkat, pasang alarm asap di setiap tingkat.  Adalah lebih baik jika semua alarm asap berhubungan antara satu dengan lain, supaya jika satu alarm berbunyi yang lain juga akan berbunyi.  Rumah-rumahyangmemilikikamartidur anak-anakmestimenyediakan alarm asap yang bersampung dengan alarm asap yang berdekatan dengan kamar orang tuanya.  Hasil penyelidikan menunjukkan bahwa 85% anak-anak yang tidur tidak terjaga walaupun alarm asap berbunyi. Oleh karena itu perlu diadakan latihan cara menyelamatkan diri jika kebakaran terjadi.
  • 40. Pengurangan Risiko Kebakaran 22 Gambar 3.3 Latihan cara keluar menyelamatkan diri jika berlaku kebakaran  Terdapat juga alarm asap untuk orang-orang yang cacat pendengaran. Alarm asap khusus ini boleh dibeli untuk orang-orang yang cacat pendengaran. Alarm ini dicirikan oleh lampu strob yang memancar dan/atau pad bergetar yang diletakkan di bawah bantal yang akan aktif apabila alarm asap berbunyi. Gambar 3.4 Menyimpan selimut api dan pemadam api di dalam dapur  Api yang kecil di rumah cepat merebak, maka setiap rumah perlu memilikialat-alatpenjinakapiyangdiletakkandiditempatyangmudah diraih.  Pastikan rumah anda memiliki pemadam api dan selimut api yang dijaga baik dan belajar bagaimana menggunakannya. Belilah alat-alat yang memenuhi standar.  Sebaiknya alat penjinak api disimpan di dapur kerena pada umumnya api bermula dari dapur
  • 41. Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA/SMK/MA/MAK 23  Jika kebakaran itu kecil dan dapat dikendalikan sendiri maka sebaiknya dipadamkan langsung menggunakan selimut api atau pemadam api. Alat-alat ini dapat dibeli toko bangunan atau toko alat rumah tangga Pencegahan Kebakaran Prinsip-prinsip pencegahan kebakaran pada bangunan gedung meliputi hal- hal sebagai berikut: 1. Identifikasi bahaya yang dapat mengakibatkan kebakaran pada gedung Identifikasi ini meliputi : a. Bahan Mudah Terbakar, seperti karpet, kertas, karet, dan lain-lain; b. Sumber Panas, seperti Listrik, Listrik statis, nyala api rokok, ruang dapur, ruang laundry dan lain-lain. 2. Penilaian Risiko Melakukan analisis risiko terjadinya kebakaran dan kemungkinan kerugian yang ditimbulkan sebagai akibat kebakaran (harta-benda, citra/image perusahaan, terhentinya kegiatan operasional perusahaan selama masa rekonstruksi bangunan dan korban jiwa). 3. Pemeliharaan / Perawatan Inspeksi utilitas bangunan seperti: instalasi kelistrikan, dan Instalasi Peralatan proteksi/pemadam Kebakaran. 4. Latihan dan gladi pemadaman kebakaran dan evakuasi Karyawan gedung, khususnya yang ditugaskan pada unit tanggap darurat kebakaran harus mendapat latihan tentang prinsip-prinsip pencegahan dan keselamatan kebakaran. Selain mereka, para penghuni gedung, terutama pada gedung-gedung yang menampung banyak orang harus juga mendapat latihan tentang cara-cara penyelamatan jiwa pada saat terjadi kebakaran (gladi evakuasi). Pelaksanaan gladi evakuasi penghuni ini dianjurkan minimal dua kali dalam setahun. 5. Rencana Tindakan Keadaan Darurat (RTDK) Rencana Tindakan Tanggap Darurat adalah suatu rencana yang berisi tentang hal-hal yang harus dilakukan oleh pengelola gedung apabila terjadi suatu keadaan darurat, termasuk dalam keadaan kebakaran. Isi RTDK meliputi diantaranya : susunan nama-mana Tim Tanggap Darurat, struktur organisasi, uraian masing-masing regu (misalnya: Regu Pemadam, Regu P3K, Regu Pengamanan, Regu Dokumen, Regu Evakuasi), Prosedur- Prosedur, dan lain-lain. Mencegah Kebakaran akibat Konsleting Listrik Perlu diketahui bahwa hubungan arus pendek atau korsleting adalah kontak langsung antara kabel positif dan negatif yang biasanya dibarengi dengan percikan bunga api, dan bunga api inilah yang memicu kebakaran. PLN telah memasang MCB yang terpadu dengan kWh dan OA Kast yang berfungsi sebagai pembatas bila pemakaian beban melebihi kapasitas daya sekaligus sebagai pengaman bila terjadi hubungan arus pendek.
  • 42. Pengurangan Risiko Kebakaran 24 Hindari pemakaian listrik secara illegal karena disamping membahayakan keselamatan jiwa, tindakan itu juga tergolong tindak kejahatan yang dipidanakan. Jadi sebelum hal-hal yang tak diinginkan terjadi seperti musibah kebakaran menimpa Anda, sebaiknya kita melakukan tindakan/upaya pencegahan. Bukankah mencegah itu lebih baik daripada mengobati! Ada beberapa cara untuk mencegah bahaya kebakaran akibat korsleting listrik: 1. Percayakan pemasangan instalasi rumah/bangunan anda pada instalatir yang terdaftar sebagai anggota AKLI (Assosiasi Kontraktor Listrik Indonesia) dan terdaftar di PLN. Secara legal instalatir mempunyai tanggung jawab terhadap keamanan instalasi. 2. Jangan menumpuk steker atau colokan listrik terlalu banyak pada satu tempat karena sambungan seperti itu akan terus menerus menumpuk panas yang akhirnya dapat mengakibatkan korsleting listrik. 3. Jangan menggunakan material listrik sembarangan yang tidak standar walaupun harganya murah. Tetapi memiliki sertifikat Sistim Pengawasan Mutu (SPM) yang berlabel tulisan Standar Nasional Indonesia (SNI) . 4. Jika sering putus jangan menyambungnya dengan serabut kawat yang bukan fungsinya karena setiap sekring telah diukur kemampuan menerima beban tertentu. 5. Lakukan pemeriksaan secara rutin terhadap kondisi isolasi pembungkus kabel.bilaadaisolasiyangterkupasatautelahmenipisagarsegeradilakukan penggantian. Gantilah instalasi rumah/bangunan anda secara menyeluruh minimal lima tahun sekali. pekerjaan pemeriksaan dan penggantian sebaiknya dilakukan oleh instalatir anggota AKLI dan terdaftar di PLN. 6. Gunakan jenis dan ukuran kabel sesuai peruntukan dan kapasitas hantar arusnya. 7. Bila terjadi kebakaran akibat korsleting listrik akibat pengaman MainCircuit Breaker (MCB) tidak berfungsi dengan baik, matikan segera listrik dari kWh meter. Jangan menyiram sumber kebakaran dengan air bila masih ada arus listrik. Peralatan Pencegahan Kebakaran 1. Racun Api Peralatan ini merupakan peralatan reaksi cepat yang multi guna karena dapat dipakai untuk jenis kebakaran A,B dan C. Peralatan ini mempunyai berbagai ukuran beratnya, sehingga dapat ditempatkan sesuai dengan besar-kecilnya risiko kebakaran yang mungkin timbul dari daerah tersebut, misalnya tempat penimbunan bahan bakar terasa tidak rasional bila di situ kita tempatkan racun api dengan ukuran 1,2 Kg dengan jumlah satu tabung. Bahan yang ada dalam tabung pemadam api tersebut ada yang dari bahan kinia kering, foam / busa dan CO2, untuk Halon tidak diperkenankan dipakai di Indonesia. halon. Khusus alat pemadam jenis
  • 43. Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA/SMK/MA/MAK 25 Halon saat ini tidak diperkenankan lagi dipakai karena media pemadam ini termasukmengandungbahanyangdapatmerusakozonyangberpengaruh terhadap terjadinya pemanasan global. Gambar 3.5 Racun Api 2. Hidran Ada 3 jenis hidran, yaitu hidran gedung, hidran halaman dan hidran kota. Sesuai namanya, hidran gedung ditempatkan dalam gedung, hidran halaman ditempatkan di halaman, sedangkan hidran kota biasanya ditempatkan pada beberapa titik yang memungkinkan Unit Pemadam Kebakaran suatu kota mengambil cadangan air. Gambar 3.6 Hidran
  • 44. Pengurangan Risiko Kebakaran 26 3 Detektor Asap Salah satu jenis peralatan proteksi kebakaran pada bangunan gedung adalah sistem instalasi alarm kebakaran. Di dalam sistem tersebut terdapat suatu komponen, yakni pengindera (detector). Pada kebanyakan gedung terpasang 3 (tiga) jenis pengindera, yakni pengindera asap, pengindera panas dan pengindera nyala api. Pengindera atau detektor dalam suatu sistem alarm kebakaran tersebut mampu mengindera (mendeteksi) gejala kebakaran yang berbentuk asap, panas dan nyala api. Cara bekerjanya, apabila terdapat sekumpulan asap atau panas pada temperatur tertentu atau nyala api pada daerah di sekitar detektor tersebut terpasang, maka detektor tersebut secara otomatis merespons dan kemudian mengirim signal/tanda ke Panel Kontrol, dan kemudian dari Panel Kontrol akan memproses signal tersebut untuk kemudian membunyikan alarm dan atau lampu indikasi kebakaran di lantai-lantai tertentu. Gambar 3.7 Detektor Asap 4. Titik Panggil Manual Adalah suatu komponen dalam sistem instalasi alarm kebakaran gedung, yang terpasang pada setiap lantai pada suatu bangunan gedung yang berfungsi untuk memberitahukan terjadinya keadaan darurat (kebakaran). Cara mengaktifkannya adalah, apabila terjadi kebakaran maka alat ini dipecahkan kemudian ditekan/ditarik tombolnya. Dengan menekan/ menarik tombol ini maka sistem alarm kebakaran gedung akan aktif, bel alarm pada lantai-lantai akan berbunyi serentak – sebagai tanda terjadinya suatu keadaan darurat. Gambar 3.8 Titik Panggil Manual
  • 45. Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA/SMK/MA/MAK 27 5. Sprinkler Peralatan yang dipergunakan khusus dalam gedung, yang akan memancarkan air secara otomatis apabila terjadi pemanasan pada suatu suhu tertentu pada daerah di mana ada sprinkler tersebut terpasang. Gambar 3.9 Sprinkler Prinsip Penangan Bahan Rawan Api 1. Kendalikan panas agar tidak melebihi suhu nyala bahan. 2. Kendalikan bahan-bahan agar tidak bereaksi yang memicu kenaikan temperatur. 3. Kendalikan perjalaran panas, gas agar tidak masuk pada tempratur sumber api. Jenis Media Pemadam 1. Jenis Padat, misalnya pasir, tanah, selimut api, tepung kimia 2. Jenis Cair, misalnya air ,busa, cairan mudah menguap 3. Jenis Gas, misalnya Gas CO2, gas lemas (N2), argon dan sebagainya 3.2.2 Tindakan Saat Terjadi Kebakaran Prinsip Pemadaman Kebakaran Kebakaran adalah suatu nyala api, baik kecil atau besar pada tempat yang tidak kita kehendaki, merugikan dan pada umumnya sukar dikendalikan. Api terjadi karena persenyawaan dari: 1. Sumber panas, seperti energi elektron (listrik statis atau dinamis), sinar matahari, reaksi kimia dan perubahan kimia. 2. Benda mudah terbakar, seperti bahan-bahan kimia, bahan bakar, kayu, plastik dan sebagainya. 3. Oksigen (tersedia di udara) Apabila ketiganya bersenyawa maka akan terjadi api. Dalam pencegahan terjadinya kebakaran kita harus bisa mengontrol sumber panas dan benda mudah terbakar, misalnya dilarang merokok ketika sedang melakukan pengisian bahan bakar, pemasangan tanda-tanda peringatan, dan sebagainya.
  • 46. Pengurangan Risiko Kebakaran 28 Apabila sudah terjadi kebakaran maka langkah kita adalah menghilangkan adanya oksigen dalam kebakaran tersebut, misalnya: seperti ketika kita menghidupkan lilin, lalu coba kita tutup dengan gelas maka api pada lilin tersebut akan mati karena oksigen yang berada di luar gelas tidak dapat masuk dan oksigen yang berada dalam gelas berubah menjadi Karbon Dioksida (CO2) yang mematikan api. Ketika kita memadamkan kebakaran dengan mengunakan racun api, karung goni yang basah atau pasir, maka yang terjadi adalah kita mengisolasi adanya oksigen dalam api tersebut. Namun syaratnya, semua permukaan api tersebut harus tertutupi oleh media pemadaman yang digunakan (air, karung goni basah, atau pasir) tersebut. Bila kita menggunakan air sebagai media pemadaman maka terjadi reaksi pendinginan panas dan isolasi oksigen dari kebakaran tersebut. Tindakan Penyelamatan Diri Saat terjadi kebakaran, waktu sangatlah menentukan. Setiap detik sangat berharga untuk menyelamatkan diri. Berikut adalah hal-hal yang harus dilakukan saat terjadi kebakaran : a. Jangan panik dan menangis. Usahakan untuk tetap tenang b. Segeralah menyelamatkan diri dan jangan menunda-nunda. Jangan membuang waktu untuk menyelamatkan barang-barang berharga ataupun mencari hewan peliharaan. c. Jika terdapat asap, jangan berdiam diri di dalam ruangan yang terbakar, merangkaklah serendah mungkin dibawah asap dan usahakan untuk menutup mulut. d. Saat menyelamatkan diri, bukalah pintu yang diperlukan sebagai jalan keluar dan tutup juga pintu-pintu yang telah anda lewati sepanjang jalan menuju keluar. Sebelum membuka pintu keluar, rasakan pegangan atau badan pintu terlebih dahulu. Jika pintu terasa panas, ada kemungkinan terdapat api dibalik pintu. Carilah jalan keluar yang lain, missal melalui jendela atau mengibarkan kertas atau kain berwarna mencolok untuk mengundang perhatian orang. e. Jangan bersembunyi di kamar mandi, karena jika api membesar dan air di bak mandi akan mendidih dan mengering. f. Apabila pakaian kita terkena api, yang harus dilakukan adalah :  Berhenti, jangan berlari dengan pakaian yang terbakar karena akan mengakibatkan api membesar.  Berbaring, berbaringlah di lantai dan tutupi muka dengan tangan.  Berguling, bergulinglah di lantai untuk memadamkan api. g. Jangan kembali kedalam bangunan yang terbakar untuk alasan apapun. Hal ini dapat mengancam keselamatan jiwa. h. Setelah berhasil keluar rumah, segera hubungi pemadam kebakaran.
  • 47. Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA/SMK/MA/MAK 29 Menyelamatkan Diri dari kebakaran di Bangunan Tinggi Bangunan tinggi adalah bangunan yang mempunyai ketinggian dari permukaan tanah atau lantai dasar lebih dari 40 meter atau lebih dari 8 (delapan) lantai Gambar 3.10 Kebakaran di bangunan tinggi Karakteristik bangunan tinggi  Jalan keluar terbatas  Proses evakuasi kritis  Bahaya jebakan asap a. Pemadaman kebakaran hanya efektif dilakukan dari dalam gedung Pemadaman kebakaran dalam bangunan tinggi efektif dilakukan dengan sarana proteksi kebakaran yang tersedia di dalam bangunan seperti racun api, Hidran dan Sprinker otomatis b. Bangunan dikondisikan siap & mandiri dalam menanggulangi kebakaran Kemampuan suatu bangunan memadamkan kebakaran yang terjadi di dalamnya secara mandiri menurut kesiapan dari peralatan proteksi yang dipasang. Oleh sebab itu kesiapan sarana proteksi kebakaran yang tersedia pada bangunan harus selalu di jaga dan dipaksa kesiapannya termasuk kesediaan dari kapasitas air sebagai bahan pemadam utama c. Penyelamatan jiwa efektif dilakukan melalui sarana jalan keluar dari dalam gedung atau tangga darurat kebakaran. Kendala yang sering dilakukan dalam penggunaan sarana jalan keluar adalah sarana jalan keluar sering digunakan sebagai gudang penyimpan barang bekas atau akses menuju jalan keluar terhalang oleh barang- barang serta panah menuju arah lokasi pintu sarana jalan keluar tidak jelas. Untuk efektifnya penggunaan sarana jalan keluar yang telah tersedia perlu dilakukan pengawasan dan pemeriksaan secara harian d. Evakuasi penghuni bangunan terbakar diarahkan ke bawah Hal ini dimaksudkan agar tidak terperangkap oleh asap panas dan api yang cenderung menjalar ke lantai atas.
  • 48. Pengurangan Risiko Kebakaran 30 e. Menuju tenpat berhimpun sementara di luar bangunan Pada saat kebakaran tidak dapat dikendalikan, seluruh penghuni gedung diperintahkan untuk evakuasi (keluar gedung), tapi tidak boleh langsung pergi ke sembarang tempat, melainkan harus langsung menuju tempat berhimpun sementara (assembly area). Mengapa harus berkumpul dulu di tempat ini, karena pengelola (manajemen) gedung perlu memastikan apakah ada di antara penghuni gedung yang mungkin terperangkap di dalam dan perlu pertolongan segera. Kepastian tersebut dapat diperoleh setelah dilakukan pengecekan terhadap seluruh penghuni yang selamat dan berada di tempat berhimpun tersebut. Menyelamatkan Diri dari kebakaran di Rumah Berikut ini adalah tindakan yang perlu dilakukan sebagai upaya membangun kesiapsiagaan menghadapi bahaya kebakaran di rumah: a. Buatlah rencana penyelamatan rumah. Rencana penyelamatan diri berisi denah rumah, rencana jalan keluar untuk menyelamatkan diri, serta tempat berkumpul di luar rumah jika terjadi kebakaran. b. Upayakan agar sedapat-dapatnya terdapat 2 (dua) jalan keluar pada setiap rumah untuk menyelamatkan diri. Pastikan setiap anggota keluarga mengetahui hal tersebut. c. Pastikan seluruh anggota keluarga mengikuti latihan dan mengetahui langkah-langkahyangharusdilakukansaatterjadikebakaransertarencana penyelamatan diri yang telah dibuat. d. Berlatih keluar dari rumah dengan cara merangkak dan upayakan untuk menutup mulut. e. Berlatih menajamkan intuisi untuk mencari jalan keluar dengan mata tertutup. Saat terjadi kebakaran dan asap kebakaran semakin tebal, kemungkinan kita tidak dapat melihat apapun. f. Berlatih untuk berhenti, menjauhkan diri ke lantai, serta menggulingkan badan di lantai jika pakaian kita terbakar. g. Jika memugkinkan, pasanglah alarm kebakaran di setiap rumah. Cara Memadamkan Api Sebagaian besar api yang besar berasal dari api yang kecil. Api yang kecil dapat dipadamkan dengan cara: a. Menutup api dengan karung atau kain yang basah b. Menimbun api dengan pasir dan tanah c. Menggunakan racun api d. Penggunaan selang pemadam kebakaran Sebelum memutuskan untuk memadamkan api kecil sendiri dengan menggunakan alat pemadam api yang tersedia, kita harus yakin mengenai: 1. Mengetahui apa yang terbakar sehingga dapat mengetahui jenis jenis media pemadam kebakaran yang dinutuhkan.
  • 49. Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA/SMK/MA/MAK 31 2. Walaupun kita sudah memiliki alat pemadam kebakaran, kemungkinan terjadinya ledakan dan gas beracunyang keluar dari kebakaran tetap dapat terjadi.Jikakitatidakmengetahuiapayangterbakar,janganmemadamkan api sendiri, serahkan pada petugas pemadam kebakaran. 3. Jika api telah membesar dan menyebar dengan cepat, segera selamatkan diri dan jangan mencoba untuk memadamkan api sendiri. Jangan memadamkan api sendiri jika: 1. Tidak memiliki alat untuk memadamkan api yang memadai: 2. Tercium bau menyengat yang diduga gas beracun. Material sintetik seperti benang nilon yang berasal dari karpet atau busa kursi sofa yang terbakar akan membentuk gas hydrogen sianida, amonia, dan karbon monoksida yang berasap dan beracun. Kondisi seperti ini apabila terhirup akan sangat berbahaya bagi saluran pernafasan dan paru-paru kita. 3. Tidak memiliki kemampuan dan pengetahuan yang cukup untuk memadamkan api sndiri. Jika terjadi kebakaran di dapur 1. Usahakan memadamkan api sebisa mungkin. Jika tersedia alat pemadam apai. Jika tidak tersedia alat pemadam api ringan, soda kue dapat digunakan untuk memadamkan api. Alat lain yang dapat digunakan untuk memadamkan api adalah menggunakan karung goni atau kain yang telah dibasahiair.Kainataukarungbasahmenutuppori-pori,sehinggamemecah udara masuk. 2. Jangan menyiram air pada kebakaran yang disebabkan oleh minyak. Menyiram air keatas kompor yang terbakar justru akan memperluas daerah yang terbakar. 3. Jika kebakaran disebabkan oleh listrik, segera putuskan aliran listrik lebih dulu, baru kemudian padamkan percikan apinya. 4. Apabila panci terbakar, segera tutup panci tersebut. Jangan pindahkan panci yang terbakar karena api akan menyambar. 5. Jikaapitidakkunjungpadam,segeralahmenyelamatkandiri,hubungiDinas Pemadam Kebakaran setempat, dengan menekan nomor 113. Usahakan memberi informasi yang benar dan jelas, seperti jati diri penelpon, apa yang terbakar dan dimana lokasinya agar petugas pemadam kebakaran dapat mengirim unit pemadam kebakaran yang sesuai kebutuhan. 6. Cara menggunakan alat pemedaman api ringan (racun api) Tahapan yang harus dilakukan adalah :Tarik, Arahkan, Remas, Sapukan.  Tarik Tarik pen pengaman (pin) yang ada di sisi alat pemadam api ringan kemudian tarik slangnya.  Arahkan Arahkan ke dasar/bagian bawah api, yakni mengenai bahan bakarnya.
  • 50. Pengurangan Risiko Kebakaran 32  Tekan Tekan handle pada bagian kepala tabung pemadam api, maka bahan pemadam akan tersembur keluar dari dalam tabung.  Sapukan. Mulai dari jarak yang agak jauh, sapukan hose (slang) pemadam kebakaran ke kiri dan kekanan, bergerak ke depan perlahan-lahan sampai api padam. Yang harus anda lakukan jika terjadi kebakaran di rumah anda Semua keluarga harus tenang dan berlatih menyelamatkan diri. 1. Untuk dapat bersikap tenang, maka semua anggota keluarga harus tahu jalan untuk menyelamat diri ke luar rumah dan mengetahui tempat berkumpul yang aman 2. Sediakan nomor-nomor panggilan darurat untuk kejadian kebakaran yaitu nomor 113 3. Letakkan nomor-nomor panggilan kebakaran, polisi, dan ambulan di dekat telepon rumah 4. Jika ada asap di dalam rumah, cepat merangkakdan terus bergerak keluar 5. Sentuh handel/pegangan pintu dengan punggung tangan untuk mengetahui apakah pegangan pintu panas, kemudian merangkak keluar. 6. Jika pintu panas, gunakan jalan keluar lain. 7. Keluarkan setiap anggota keluarga dari rumah secepat mungkin. 8. Beritahu petugas pemadam kebakaran apabila ada anggota keluarga yang masih di dalam rumah saat rumah kebakaran. 9. Jangan masuk ke dalam rumah untuk mengambil benda apapun apabila kobaran api telah besar Sejukkan bahagian tubuh yang terbakar dengan air yang mengalir. Gambar 3.11 Pertolongan pertama pada luka bakar
  • 51. Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA/SMK/MA/MAK 33 3.2.3 Tindakan Setelah Terjadi Kebakaran Jika seorang terbakar 1. Berhentikan proses kebakaran atau padam api 2. Tanggalkan pakaian, kecuali jika pakaian melekat ke kulit 3. Sejukkan bahagain yang terbakar 4. Rendam atau siram bagian yang terbakar dengan air yang mengalir selama 15 hingga 20 menit. Jangan gunakan minyak, mentega atau salap. 5. Tutup bahagian yang terbakar dengan kain bersih atau ‘cling wrap’ dan jangan dibiarkan korban kebakaran kedinginan. Pengobatan Luka Bakar Luka Bakar adalah cedera pada jaringan tubuh akibat panas, bahan kimia maupun arus listrik. 1. Jenis Luka Bakar  Luka bakar akibat panas Yaitu luka bakar yang disebabkan oleh paparan panas yang merusak kulit. Penyebabnya antara lain api, cairan panas,uap panas , atau benda- benda panas lainnya.  Luka bakar akibat bahan kimia Yaitu luka bakar yang disebabkan oleh paparan bahan-bahan kimia pada kulit, seperti cairan pembersih lantai, ammonia , pemutih, dan pembersih kuku. Luka bakar jenis ini disebabkan oleh perubahan energi kimia menjadi energi panas. Reaksi kimia dapat bersifat setempat maupun sistemik (seluruh tubuh). Jika luka bersifat setempat, luka ditandai dengan kulit yang kemerahan atau timbul ruam-ruam. Proses terbakarnyakulitakanterusberlanjutsepanjangbahankimiamengenai kulit.  Luka bakar akibat arus listik Yaitu luka pada kulit atau organ internal akibat terpapar arus listrik. Luka yang diakibatkan dapat terlihat kecil, tetapi kerusakan yang diakibatkannya dapat cukup luas karena panas akan mengikuti aliran arus listrik keseluruh tubuh melalui pembuluh darah dan syaraf.  Luka bakar akibat radiasi Yaitu luka yang disebabkan oleh paparan radiasi tinggi. Contohnya adanya luka akibat terpapar sinar matahari.  Luka bakar karena gesekan Yaitu luka yang diakibatkan gesekan kulit dengan benda-benda, seperti karpet, pakaian atau akibat aktivitas oleh raga, gesekan menghasilkan panas yang menyebabkan kulit kemerahan, mengelupas, dan melepuh.
  • 52. Pengurangan Risiko Kebakaran 34 2. Tingkatan luka bakar Beratnya luka bakar tergantung kepada jumlah jaringan yang terkena dan kedalaman luka:  Luka bakar tingkat I Merupakan luka bakar yang paling ringan. Kulit yang terbakar menjadi merah, nyeri, sangat sensitif terhadap sentuhan dan lembab atau membengkak.Jikaditekan,daerahyangterbakarakanmemutih;belum terbentuk lepuhan.  Luka bakar tingkat II Menyebabkan kerusakan yang lebih dalam, kulit melepuh, dasarnya tampak merah atau keputihan dan terisi oleh cairan kental yang jernih. Jika disentuh warnanya berubah menjadi putih dan terasa nyeri.  Luka bakar tingkat III Menyebabkan kerusakan yang paling dalam, permukaannya bisa berwarna putih dan lembut atau berwarna hitam, hangus dan kasar. Kerusakan sel darah merah pada daerah yang terbakar bisa menyebabkan luka bakar berwarna merah terang. Kadang daerah yang terbakar melepuh dan rambut/bulu di tempat tersebut mudah dicabut dari akarnya. Jika disentuh, tidak timbul rasa nyeri karena ujung saraf pada kulit telah mengalami kerusakan. 3. Pengobatan luka bakar Untuk membantu menghentikan luka bakar dan mencegah luka lebih lanjut,  Sebaiknya lepaskan semua pakaian penderita.  Kulit segera dibersihkan dari bahan kimia (termasuk asam, basa dan senyawa organik) dengan mengguyurnya dengan air. Penderita perlu dirawat di rumah sakit jika: 1. Luka bakar mengenai wajah, tangan, alat kelamin atau kaki 2. Penderita akan mengalami kesulitan dalam merawat lukanya secara baik dan benar di rumah 3. Penderita berumur kurang dari 2 tahun atau lebih dari 70 tahun 4. Terjadi luka bakar pada organ dalam. Luka bakar ringan 1. Jika memungkinkan, luka bakar ringan harus segera dicelupkan ke dalam air dingin. 2. Luka bakar kimia sebaiknya dicuci dengan air sebanyak dan selama mungkin
  • 53. Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA/SMK/MA/MAK 35 3. Luka bakar dibersihkan secara hati-hati dengan sabun dan air untuk membuang semua kotoran yang melekat. 4. Jika kotoran sukar dibersihkan, daerah yang terluka diberi obat bius dan digosok dengan sikat. 5. Lepuhan yang telah pecah biasanya dibuang. 6. Jika daerah yang terluka telah benar-benar bersih, maka dioleskan krim antibiotik (misalnya perak sulfadiazin). 7. Untuk melindungi luka dari kotoran dan luka lebih lanjut, biasanya dipasang verban. Sangat penting untuk menjaga kebersihan di daerah yang terluka, karena jika lapisan kulit paling atas (epidermis) mengalami kerusakan maka bisa terjadi infeksi yang dengan mudah akan menyebar. Jika diperlukan, untuk mencegah infeksi bisa diberikan antibiotik, 8. Untuk mengurangi pembengkakan, lengan atau tungkai yang mengalami luka bakar biasanya diletakkan/digantung dalam posisi yang lebih tinggi dari jantung.Pembidaian harus dilakukan pada persendian yang mengalami luka bakar derajat II atau III, karena pergerakan bisa memperburuk keadaan persendian. 9. Mungkin perlu diberikan obat pereda nyeri selama beberapa hari. Pemberian booster tetanus disesuaikan dengan status imunisasi penderita. Luka bakar berat 1. Luka bakar yang lebih berat dan membahayakan nyawa penderitanya harus segera ditangani, sebaiknya dirawat di rumah sakit. 2. Kepada korban kebakaran biasanya diberikan oksigen melalui sungkup muka (masker) untuk membantu menghadapi efek dari karbon monoksida (gas beracun yang sering terbentuk di lokasi kebakaran). 3. Di ruang emergensi, dilakukan pemeriksaan terhadap fungsi pernafasan, luka lainnya di tubuh serta dilakukan pengobatan untuk menggantikan cairan yang hilang dan untuk mencegah infeksi. 4. Untuk mengobati luka bakar yang berat kadang digunakan terapi oksigen hiperbarik, dimana penderita ditempatkan dalam ruangan khusus yang mengandung oksigen bertekanan tinggi. 5. Jika terjadi cedera pada saluran udara dan paru-paru akibat kebakaran, untuk membantu fungsi pernafasan bisa dipasang sebuah selang yang dimasukkan ke dalam tenggorokan. 6. Selang tersebut perlu dipasang jika cedera menimpa wajah atau jika pembengkakan pada tenggorokan menyebabkan terganggunya fungsi pernafasan.
  • 54. Pengurangan Risiko Kebakaran 36 7. Jika tidak terjadi gangguan pada sistem pernafasan maka yang perlu dilakukan hanya memberikan oksigen tambahan melalui sungkup muka. Membantu Korban Kebakaran Kebakaran mendatangkan kerugian dan penderitaan bagi korbannya. Untuk membantu korban bencana kebakaran, usaha-usaha yang bisa kita lakukan adalah: 1. Mendirikan tenda-tenda pengungsian. Tendapengungsianinidapatdigunakansebagaipenampungansementara untuk para korban. Tenda-tenda ini didirikan di tempat-tempat yang aman. 2. Mendirikan dapur-dapur umum Dapur umum berfungsi untuk menyediakan makanan dan minuman bagi para korban kebakaran. Keberadaan dapur umum ini memberikan banyak manfaat bagi para korban. 3. Pos kesehatan Pos kesehatan perlu didirikan di tempat-tempat pengungsian karena sesudahterjadikebakaranbiasanyaadasajakorbanmengalamicederaatau luka-luka, dari cedera ringan sampai berat. Pos kesehatan ini menyediakan obat-obatan yang diperlukan. 4. Mengumpulkanbantuandanmembagikannya kepadakorban.Sumbangan dapat berupa: pakaian pantas pakai, makanan siap saji (mie instan, susu, biskuit, minuman, dsb), obat-obatan, selimut, dan sebagainya. 5. Menyediakan air bersih Para korban kebakaran sangat membutuhkan air bersih terutama untuk minum, memasak dan mandi sementara air yang tersedia sudah tercemar berbagai macam bakteri sehingga tidak layak untuk di konsumsi. Bantuan dan penyediaan air bersih sangat dibutuhkan bagi para korban bencana.
  • 55. 4.1. Identifikasi Materi Pembelajaran Materi pembelajaran adalah bahan yang diperlukan untuk pembentukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai siswa dalam rangka memenuhi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang tertuang di dalam standari isi pendidikan. Materi pembelajaran dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut: 1. Prinsip relevansi Materi pembelajaran hendaknya relevan dengan pencapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Jika kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa berupa menghafal fakta, maka materi pembelajaran yang diajarkan harus berupa fakta, bukan konsep atau prinsip ataupun jenis materi yang lain. 2. Prinsip konsistensi Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa ada empat macam, maka materi yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam. 3 .Prinsip kecukupan Materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Materi pembelajaran tentang Pengurangan Risiko Bencana dapat mencakup tiga ranah sekaligus yaitu: ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. 1. Ranah Kognitif jika kompetensi yang ditetapkan meliputi pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan penilaian. 2. Ranah Psikomotorik jika kompetensi yang ditetapkan meliputi gerak awal, semi rutin, dan rutin. 3. RanahAfektif(Sikap)jikakompetensiyangditetapkanmeliputipemberian respons, apresiasi, penilaian, dan internalisasi. MATERI PEMBELAJARAN PENGURANGAN RISIKO KEBAKARAN BAB IV
  • 56. Materi Pembelajaran Pengurangan Risiko Kebakaran 38 Identifikasi materi pembelajaran tentang PRB mempertimbangkan hal-hal berikut: 1. Potensi peserta didik; 2. Relevansi dengan karakteristik daerah; Daerah dengan karakteristik rawan bencana dapat menyesuaikan materi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan daerah dengan tetap memperhatikan tuntutan kompetensi dasar. Pada saat mengidentifikasi materi pembelajaran ini sudah harus ditetapkan dan dirumuskan materi pembelajaran yang sesuai dengan jenis bencana yang ada di daerah tersebut. 3. Tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spritual peserta didik; 4. Kebermanfaatan bagi peserta didik 5. Struktur keilmuan; 6. Aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran; 7. Relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan; Materi pembelajaran yang relevan dan dibutuhkan serta sesuai dengan tuntutan lingkungan di daerah rawan bencana dapat dimasukkan ke dalam silabus yang disusun. Contoh: a. Tanda-tanda bencana kebakaran akan terjadi b. Tindakan penyelamatan disaat bencana kebakaran c. Tindakan yang harus dilakukan setelah bencana kebakaran 8. Alokasi waktu.