SlideShare a Scribd company logo
1 of 17
Download to read offline
1| Jurnal Misiologi Harun Max Styven Manurung Semester VI (Genap) Tahun Akademik
2022 / 2023
Sekolah Tinggi Teologi Mawar Saron Lampung
MASUKNYA PENGINJILAN MELALUI BUDAYA JAWA, DI PULAU JAWA
Harun Max Styven Manurung
Sekolah Tinggi Teologi Mawar Saron Lampung
harunmanurung02@gmail.com
Abstrak
Memberitakan Injil adalah suatu perintah yang mutlak dari Yesus Kristus, sebagai orang percaya
kita harus wajib memberitakan Injil Kristus kepada orang-orang yang belum mengenal Injil. Maka
dalam Jurnal ini, akan membahas bagaimana Injil itu dapat masuk atau diberitakan dalam
lingkungan masyarakat orang Jawa yang tepatnya ada di Pulau Jawa. Banyaknya cara-cara yang
dilakukan serta strategi-strategi yang dilakukan untuk dapat mengabarkan kabar baik kepada
masyarakat orang Jawa, yaitu melalui tradisi atau adat istiadat orang Jawa (Kejawen) maka para
penginjil mempelajari dan mendekatkan diri dengan budaya orang Jawa dan secara perlahan-lahan
memasukkan atau mengabarkan Injil Kristus, agar masyarakat orang Jawa dapat percaya kepada
Yesus Kristus dan memuliakan nama Tuhan.
Kata Kunci : Penginjil, pengajaran Kristen, Budaya Jawa, Kejawen, Yesus Kristus, tradisi, adat
istiadat, agama.
Abstract
Preaching the Gospel is an absolute commandment from Jesus Christ, as believers we must be
obliged to preach the Gospel of Christ to those who do not know the Gospel. So in this Journal,
we will discuss how the Gospel can enter or be preached in the Javanese community, which is
precisely in Java Island. There are many ways that are done and strategies that are carried out to
be able to preach the good news to the Javanese people, namely through the traditions or customs
of the Javanese (Kejawen) the evangelists learn and get closer to the culture of the Javanese people
and slowly incorporate or preaching the Gospel of Christ, so that the Javanese people can believe
in Jesus Christ and glorify the name of God.
Keywords: Evangelists, Christian teachings, Javanese Culture, Kejawen, Jesus Christ, traditions,
customs, religion.
2| Jurnal Misiologi Harun Max Styven Manurung Semester VI (Genap) Tahun Akademik
2022 / 2023
Sekolah Tinggi Teologi Mawar Saron Lampung
PENDAHULUAN
Orang percaya yang telah diselamatkan dari generasi ke generasi memiliki tugas
penginjilan. Pentingnya penginjilan terletak pada Injil, yaitu kehendak Allah yang terbesar yang
lahir dari kasih-Nya yang terbesar, sebagaimana dinyatakan dalam Yohanes 3:16. Melalui Injil,
orang percaya dapat memiliki hidup yang kekal. Christopher J. Wright
percaya bahwa pemberitaan Injil adalah amanat dari Yesus Kristus, yang
harus diwujudkan sebagai bukti ketaatan orang percaya meskipun ada tantangan dan rintangan.
Sebagai individu yang telah diselamatkan,
kita memiliki tanggung jawab untuk aktif mewartakan Injil dengan berbagai
cara. Namun, penting untuk memastikan bahwa metode yang digunakan sejalan dengan
kebenaran Alkitab dan tidak merugikan. Pemberitaan Injil secara
komprehensif membutuhkan pemahaman dan strategi dalam konteks budaya Indonesia
yang banyak yang tidak mengenal Alkitab. Tujuan akhir kita haruslah untuk membagikan Injil
secara efektif dan akurat.1
Penduduk Jawa bertempat tinggal di wilayah yang terletak di sebelah timur sungai
Citanduy dan Cilosari, namun tidak boleh diasumsikan bahwa wilayah barat
bukan merupakan bagian dari Pulau Jawa. Nilai-nilai budaya yang diwariskan tersebut diteruskan
dari generasi ke generasi menjadi filsafah hidup yang disebut Kejawen. Pada awalnya Kejawen
adalah falsafah orang Jawa, akan tetapi dengan berkembangnya zaman dan kedatangan agama-
agama asing, seperti Hindu, Buddha, Islam dan Kristen, mereka yang secara khusus menjalani
ritual Kejawen mengelompokkan diri menjadi sebuah aliran kepercayaan yang pada akhirnya pada
7 November 2017 menjadi agama Kejawen yang masuk dalam kategori aliran kepercayaan. Nilai-
nilai Kejawen diturunkan dari generasi ke generasi untuk dapat membangun tradisi dan nilai-nilai
kehidupan orang Jawa.
Tujuan Kejawen adalah memperoleh ilmu yang hakiki untuk mencapai kehidupan yang
benar dan harmonis, yang meliputi pendekatan menyeluruh kepada Yang Maha Kuasa
guna menjalin hubungan yang seimbang antara manusia
1
Aji Suseno Ayub Rusmanto, “Misi Gereja Dalam Menghadapi Realitas Budaya Di Indonesia: Refleksi Markus
16:15,” PNEUMATIKOS Jurnal Teologi Kependetaan 12 (n.d.): 45–56.
3| Jurnal Misiologi Harun Max Styven Manurung Semester VI (Genap) Tahun Akademik
2022 / 2023
Sekolah Tinggi Teologi Mawar Saron Lampung
dengan Sang Pencipta. Siapapun yang beriman kepada Tuhan, memiliki moral yang baik,
dan menjaga kebersihan dan kejujuran dapat mencapai keadaan spiritual ini. Namun, ada praktik-
praktik tertentu yang harus dilakukan dengan tekad dan kesadaran yang tinggi. Para pencari ilmu
sejati harus melakukan perbuatan-perbuatan yang bermanfaat bagi
semua, sambil juga berusaha menjaga kesucian hati, niat,
dan perbuatan mereka, memastikan bahwa mereka benar dan suci. Dalam budaya Jawa dikenal
adanya simbolisme, yaitu suatu paham yang menggunakan lambang atau simbol untuk
membimbing pemikirn manusia ke arah pemahaman terhadap suatu hal secara lebih dalam.
Pengetahuan adalah simbol-simbol dari Tuhan, yang diturunkan kepada manusia, oleh manusia
simbol-simbol itu ditelaah, dibuktikan dan kemudian diubah menjadi simbol-simbol yang lebih
mudah dipahami agar bisa diterima oleh manusia lain yang memiliki daya tangkap yang berbeda-
beda. Tindakan ini disebut tindakan simbolis.
Tindakan simbolis terdiri dari tiga bagian yaitu tindakan simbolik hadir dalam agama,
tradisi, dan seni. Orang Jawa memiliki kebiasaan melambangkan Tuhan karena mereka percaya
bahwa Tuhan berada di luar pemahaman manusia dan tidak
dapat dipahami secara langsung. Ini memungkinkan mereka untuk mengakui keberadaan Tuhan.
Sembah cipta adalah menyembah Tuhan dengan kesucian hati dengan cara menjauhkan hati dari
hawa nafsu dan dosa. Sembah jiwa senantiasa mengingat Tuhan. Sembah jiwa kerap kali dilakukan
dengan semedi, mengosongkan diri dan hanya dipenuhi oleh Ruh Tuhan. Berikut sembah rasa,
tingkatan tertinggi sekaligus terdalam dalam hubungan manusia dengan Tuhan. Sudah menjadi
kesatuan dengan Tuhan, yaitu penyembahannya dari roh terdalam tanpa ada bimbingan orang lain
semata-mata langsung dengan Tuhan.
Sikap lemah lembut dan toleran orang Jawa yan membuat orang Jawa dapat menerima
segala bentuk adaptasi dari berbagai agama asing yang masuk. Toleransi inilah yang menyebabkan
orang Jawa memadukan dan meleburkan berbagai agama tersebut sehingga dianggap kurang kuat
atau bergeser dari nilai asli dari agama tersebut. Kejawen menata laku dari berbagai aspek
kehidupan orang Jawa, yaitu meliputi hubungan antara manusia dengan sang Pencipta,
pemahaman jati diri yang utuh, hubungan antar sesama manusia, budi pekerti dan pandangan
terhadap roh-roh halus. Kolaborasi nilai-nilai Kejawen dan agama asing itu yang membentuk
4| Jurnal Misiologi Harun Max Styven Manurung Semester VI (Genap) Tahun Akademik
2022 / 2023
Sekolah Tinggi Teologi Mawar Saron Lampung
sebutan-sebutan Islam Kejawen, Kristen Kejawen, Hindu Kejawen dan seterusnya. Karena itu,
nilai-nilai yang berlaku pada orang Jawa saat ini tidak lepas dari sejarah masuknya berbagai agama
di Indonesia, khususnya tanah Jawa.
METODE PENELITIAN
Jurnal ini ditulis dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan
kepustakaan. Metode deskriptif memberikan informasi tentang hasil penelitian dan permasalahan
yang diteliti. Penulis menganalisis tinjauan misi dan memutakhirkan konstruksi dan implementasi
misi dalam realitas budaya di Indonesia saat ini. Penulis terutama menggunakan Panduan Alkitab,
buku dan jurnal yang berkaitan dengan teks sebagai sumber informasi.
PEMBAHASAN
A. Sejarah Masuknya Injil di Pulau Jawa
Pulau Jawa ialah tanah yang sangat subur, dahulu tanah Jawa dikenal sebagai penghasil
kopi dan padi. Itulah mengapa istilah kopi adalah java yang kemudian disebut Jawa. Dengan hasil
alam yang berlimpah, masyarakat agraris kuno mendatangkan para pedagang dari berbagai negara
untuk dapat datang berdagang sekaligus membawa agam dan kepercayaan mereka. Melalui
perdagangan tersebut membentuk nilai-nilai Kejawen, sebelumnya orang Jawa telah menganut
animisme dan dinamisme. Pada awal abad IV, Hindu datang melalui pedagang India. Agama
Hindu berkembang cukup cepat di tanah Jawa serta membentuk masyarakat Jawa Hindu. Satu
abad kemudian, pada pertengahan abad VI, agama Buddha datang melalui pedagang dari
Tiongkok. Serta ajaran budi pekerti nan luhur dari Buddha diterima sangat baik oleh masyarakat
Jawa yang secara umum budaya memiliki sikap yang serupa.
Kemudian, Injil Kristus sendiri masuk ke Indonesia sejak abad VI, bahkan sebelum agama
Islam berdiri di tanah Arab. Sejarah menjelaskan bahwa masuknya Injil Kristus ke tanah Jawa
tidak mempunyai bukti sejarah, akan tetapi kalau secara logika, mengingat pulau Jawa telah
menjadi tempat perdagangan yang besar dan kemungkinan besar para pedagang Nestorian yang
sama juga sekalian mengabarkan Injil Kristus pada abad-abad tersebut. Akan tetapi, ada beberapa
5| Jurnal Misiologi Harun Max Styven Manurung Semester VI (Genap) Tahun Akademik
2022 / 2023
Sekolah Tinggi Teologi Mawar Saron Lampung
nilai-nilai Kejawen yang berpadanan dengan nilai Kristiani yaitu, dalam penyebutan nama Tuhan
dalam Kejawen disebut Gusti Pangeran, yang diartikan merujuk pada Allah anak, yaitu Yesus
Kristus. Masuknya agama Kristen melalui para penjajah Belada dalam mengabarkan Injil Kristus.
Pada masa penjajahan Belanda, organisasi penginjilan Zending dari Belanda memberikan
perhatian khusus untuk penginjilan di Indonesia dengan mengirimkan banyak misionaris Belanda
ke pulau Jawa. Penginjilan tersebut tidak efektif karena para Zending meniadakan budaya Jawa
dan mengganti budaya Kristen yang bernuansakan Eropa. Untuk perkembangannya, Roh Kudus
menggerakkan para penginjil asli tanah Jawa agar mengabarkan Injil dengan pendekatan budaya
Jawa. Penginjil-penginjil tersebut yang mengabarkan Injil di pulau Jawa ialah Paulus Tosari,
Ditotruno, Kyai Ibrahim Tunggul Wulung dan Kyai Sadrakh. Para penginjil Jawa tersebut tidak
lepas dari sejarah gereja pertama di pulau Jawa, yaitu Gereja Kristen Jawi Wetan di Mojowarno,
Jombang, dan Jawa Timur.
B. Pandangan Alkitab Terhadap Kejawen
Semasa hidup Yesus sebagai manusia, Yesus adalah seorang Yahudi, Rabi, dan Nabi
yang mengikuti adat dan budaya masyarakat Yahudi saat itu, seperti sunat dan penggunaan atribut
Yahudi. Ini menunjukkan bahwa dia tidak menentang
budaya. Namun, dia memprioritaskan Firman Tuhan di atas segalanya dan bersedia menentang
budaya Yahudi jika itu bertentangan dengan kedaulatan dan keutamaan Tuhan.
Sebagai contoh, Yesus mendobrak budaya Sabat dengan melakukan penyembuhan, serta
bilamana murid-murid kedapatan tidak berpuasa pada saat orang Yahudi lainnya berpuasa.
Ini menunjukkan bahwa Yesus lebih unggul dari semua budaya dan adat istiadat, dan bahwa
Firman Tuhan dan iman Kristen adalah satu-satunya kebenaran mutlak.
Berikut beberapa sikap iman Kristen terhadap kebudayaan yaitu:
1. Antagomis
Sikap menentang kebudayaan sepenuhnya, bahwa kebudayaan lahir dari kuasa gelap atau
okultisme. Budaya lahir sepenuhnya dari masyarakat penyembahan berhala dan semuanya
diciptakan semata-mata untuk menyembah dewa-dewa sembahan mereka. Karena itu, iman
6| Jurnal Misiologi Harun Max Styven Manurung Semester VI (Genap) Tahun Akademik
2022 / 2023
Sekolah Tinggi Teologi Mawar Saron Lampung
Kristen sepenuhnya menentang segala bentuk kebudayaan tradisional. Contoh sederhana
penolakan musik tradisional masuk ke ibadah serta lagu-lagu penyembahan yang bermuansakan
budaya tradisional.
2. Akomodasi
Sikap menerima kebudayaan sebagai bagian dari kehidupan masyarakat. Akibatnya
seringkali nilai-nilai Alkitab dikalahkan dengan kebudayaan setempat, dimana secara hirarki nilai
istiadat ditempatkan diatas Alkitab. Ini yang dinamakan Sinkretisme.
a. Dualisme
Sikap memisahkan antara kebudayaan dengan iman Kristen. Sebagai mahluk sosial yang
percaya Kristus, di satu sisi tetap harus beriman kepada Kristus, tetapi di lain sisi dalam tatanan
kehidupan sosial harus mengikuti adat istiadat atau kebudayaan yang berlaku, meski bertentangan
dengan nilai Alkitab.
b. Dominasi atau Pengudusan
Sikap menguasai dan mengubah kebudayaan yang ada dengan nilai Alkitabiah. Meskipun
kebudayaan lahir dari masyarakat penyembahan berhala atau tidak mengenal Tuhan, akan tetapi
telah dikuduskan oleh pengorbanan Yesus di kayu salib. Tuhan Yesus telah menjadi kutuk supaya
meniadakan kutuk yang terkandung di dalam kebudayaan. Sejauh tidak menduakan Tuhan dan
menyembah berhala, adat istiadat atau budaya tersebut dapat dilakukan oleh orang beriman dengan
melakukan pembaharuan.
Tentunya masuknya Roh Allah di dalam hati manusia bukan karena manusia mencapai
tingkatan tertinggi dalam ibadahnya, melainkan keputusan untuk menerima dan mengundang
Yesus di dalam hati. Ajaran manunggaling ini berbeda dengan faham Islam yang menganggapnya
sebagai musyrik. Kejawen juga mengakui keesaan Tuhan, yang membuktikan bahwa Kejawen
tidak mengadopsi ajaran Hindu yang menyembah dewa-dewi. Penyebutan nama Tuhan dengan
Gusti Pangeran juga membuktikan adanya pengaruh nilai Kristiani dalam ajaran Kejawen.
Pangeran adalah anak raja, jadi Gusti Pangeran tentunya mengarah kepada Allah Anak, yang hanya
7| Jurnal Misiologi Harun Max Styven Manurung Semester VI (Genap) Tahun Akademik
2022 / 2023
Sekolah Tinggi Teologi Mawar Saron Lampung
ada pada ajaran Trinitas Kristen. Budaya Jawa dan Sunda sama-sama menyebutnya sebagai Gusti
Pangeran.
C. Pengaruh Injil Pada Masyarakat Kejawen
1. Hubungan Manusia dengan Tuhan
Dalam Kejawen, Tuhan itu Esa. Tuhan Maha Kuasa, Maha hadir dan Maha penyayang.
Allah menciptakan manusia dan seluruh alam semesta. Tuhan tidak berwujud dan tidak tersentuh
artinya Tuhan itu Roh. Tidak ada yang dapat menggugat keputusan Tuhan. Manusia hanya dapat
berserah, tetap berusaha dan meletakkan setiap kehendak hanya pada kehendak Tuhan. Pandangan
ini tidak jauh berbeda dengan pandangan Kristen. Begitu banyak agama dan kepercayaan asing
yang masuk ke tanah Jawa, secara sosial terjadi seleksi alami dimana orang Jawa kuno pada
akhirnya memilih sendiri apa yang mereka yakini dan sesuai dengan karakter dasar mereka.
Sebagai ciptaan, manusia harus tunduk, taat dan pasrah kepada kehendak yang Maha
Kuasa, dengan tidak menghilangkan kewajiban sebagai manusia pribadi dan sosial. Dalam sikpa
penundukkan diri orang Jawa terhadap otoritas di atas sudah terbentuk dalam DNA orang Jawa.
Sikap pasrah, prihatin dan nrimo adalah ajaran dasar yang diajarkan turun temurun. Ini membentuk
karakter khusus orang Jawa yaitu tunduk, pasrah dan pekerja keras. Dimanapun orang Jawa
ditempatkan, dia bisa melebur dan berhasil dalam kehidupannya karena sikap hidupnya yang
tunduk pada otoritas. Orang Jawa percaya bahwa sikap tunduk kepada Tuhan akan berbuahkan
rezeki dan berkat dalam kehidupan, selain mendapatkan kehidupan yang tentrem, dan adem ayem.
Manusia harus selalu menyembah Sang Junjungan, yaitu Allah semesta alam. Kejawen
memiliki ritual-ritual penyembahan kepada Yang Maha Kuasa. Ritual peyembahan ini dinilai agak
klenik karena menggunakan kemenyan dan berbagai perangkat yang sering digunakan pada ritual
kuasa kegelapan. Sesungguhnya budaya Yahudi juga mengenal penyembahan dengan
menggunakan dupa atau kemenyan, tetapi terjadi perubahan persepsi masyarakat sehingga saat ini
penyembahan menggunakan kemenyan dinilai klenik. Pemahaman tentang Tuhan yang adalah ruh
menyebabkan pemahaman orang Jawa menjadi bias.
Yesus berkata bahwa kita mengenal Allah yang kita sembah, tidak demikian dengan
masyarakat Jawa Pribadi Allah yang mereka sembah tidak beridentitas. Ini menjadi rancu dengan
8| Jurnal Misiologi Harun Max Styven Manurung Semester VI (Genap) Tahun Akademik
2022 / 2023
Sekolah Tinggi Teologi Mawar Saron Lampung
fakta bahwa banyak mahluk-mahluk roh di sekitar kita, sehingga arah penyembahan mereka yang
seharusnya kepada Allah Pencipta sangat bisa dimanfaatkan dan dikelabui oleh roh jahat.
Ketidakkenalan masyarakat Jawa dengan Tuhan Yang Benar membuat mereka dibutakan untuk
dapat membedakan berbagai roh yang ada. Kristen juga mengakui adanya berbagai roh, tetapi
hanya menyembah Tuhan yang kita kenal sehingga kita dapat membedakan roh-roh yang tidak
berasal dari Tuhan.
Ketika kita menyembah Tuhan dengan sungguh- sungguh maka kita percaya bahwa hadirat
Tuhan-lah yang hadir, bukan roh-roh yang lain, karena mereka tidak akan bisa berada di dalam
hadirat Tuhan. Kita dapat membedakannya dengan damai sejahtera atau roh ketakutan yang hadir
menyertainya. Bagi orang Jawa, karena mahluk-mahluk roh tersebut juga harus dihormati, maka
ketika mengalami kejadian yang supraalami yang diakibatkan sesuatu yang roh, maka roh tersebut
harus dihormati dan kalau perlu disembah.
2. Pemahaman Jati Diri Manusia
Orang Jawa percaya bahwa manusia yaitu makhluk ciptaan yang kuasa. Manusia tidak
muncul dengan sendirinya atau bagian dari sebuah proses evolusi alam semesta, sebagaimana yang
diajarkan kaum Atheis. Pemahaman tentang jati diri ini tidak jauh berbeda dengan pandangan
Alkitab tentang manusia. Alkitab juga mengajarkan bahwa Tuhan menciptakan manusia secara
unik (Maz 139:14) dan sepenuhnya menurut gambaran Sang Pencipta (Yer 18:4). Oleh karena itu
manusia harus senantiasa bersyukur dengan keadaannya.
3. Hubungan Manusia Dengan Sesama
Setiap manusia unik dan keunikan tersebut dapat dihargai sehingga menumbuhkan sikap
toleransi dan nrimo yang kuat di dalam diri orang Jawa sehingga cenderung mudah menerima
perbedaan. Sikap toleran inilah yang membuat orang Jawa cinta damai, menghindari konflik yang
berujung pada kekurang tegasan dalam bertindak. Masyarakat Jawa mengenal system hirarki dan
mengajari tata aturan dan tata sikap antar hirarki tersebut. Para misionari Belanda yang membawa
budaya Eropa mendapatkan penolakan masyarakat Jawa karena berbentur dengan budaya hirarki
yang selama ini mereka anut. Orang Belanda tidak membedakan status suami dan istri, berbeda
degan budaya Jawa, padahal budaya Yahudi sama dengan Jawa dalam menyikapi hal ini. Maka
9| Jurnal Misiologi Harun Max Styven Manurung Semester VI (Genap) Tahun Akademik
2022 / 2023
Sekolah Tinggi Teologi Mawar Saron Lampung
ketika para penginjil mengubah strategi penginjilannya dengan menerapkan pola Yahudi dalam
bermasyarakat dan berkeluarga, Injil dapat diterima.2
D. Kejawen Dalam Agama Kristen
Tingkah laku manusia yang menjalankan kebudayaan tanpa dilandasi Alkitab
menunjukkan ketidaktaatan makhluk-Nya. Memiliki iman sangat penting bagi manusia.3
Kepada
Tuhan agar dapat menyeimbangkan budaya dan Alkitab. Bumi dan segala isinya, termasuk
manusia, diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Melalui Yesus Kristus
yang merupakan penjelmaan dari Allah yang agung, manusia dapat mengenal dan memiliki hidup
yang kekal jika percaya kepada-Nya, sebagaimana dinyatakan dalam (Yohanes 1:18
dan Kolose 1:19). Masih banyak bukti bahwa cinta-Nya kepada manusia bergantung pada manusia
dalam menggunakan cinta-Nya untuk kehidupan di dunia dan di masa depan.
Tradisi adat Kejawen yang masih sering dilakukan oleh masyarakat berupa: Ziarah Kubur,
Slametan, Suroan, dan lain-lain. Ziarah Kubur sendiri memiliki arti penting bagi penganut
Kejawen dan ini merupakan wujud realisasi dari budaya yang ada. Ritual ini dianggap sebagai
bukti penghormatan terhadap leluhur mereka.4
Rasa hormat penting dalam kehidupan orang Jawa.
Menghormati orang lain harus dilaksanakan dengan cara menyapa
Orang lanjut usia menggunakan bahasa yang sopan dan melakukan gerakan membungkuk
ketika mereka berpapasan di hadapan orang Jawa.5
Dalam hal ini, para Kejawen Jawa secara tidak
sadar memiliki komitmen yang telah terbentuk sejak lama melalui tradisi ini; komitmen yang
terkandung dalam integritas telah ditanamkan dalam diri Kejawen Jawa. Oleh karena itu, nilai
integritas dapat diimplementasikan melalui falsafah bangsa, salah satunya adalah falsafah
masyarakat Jawa dalam kepercayaan Kejawen.6
2
Dwi Putranto, “Peranan Penginjilan Dengan Pendekatan Kejawen Dan Budaya Jawa Pada Masyarakat Mojowarno
Jawa Timur,” Jurnal Pembaharu 6, no. 1 (2020): 27–40.
3
Priskila Issak Benyamin, “Peran Keluarga Dalam Pendidikan Anak Pada Masa Pandemi Covid-19,”
KHARISMATA: Jurnal Teologi Pantekosta 3 1 (2020): 13–24, https://doi.org/10.47167/kharis.v3i1.43.
4
Emmanuel Satyo Yuwono, “Kejawaan Dan Kekristenan. Negosiasi Orang Kristen Jawa Soal Tradisi Ziarah
Kubur,” Jurnal Retorik 5 1 (2017): 291–310.
5
fivien Lutfhia Rahmi wardani and Zahrotul Uyun, “Ngajeni Wong Liyo: Menghormati Orang Yang Lebih Tua
Pada Remaja Etnis Jawa,” Indigenous:Jurnal Ilmiah Psikologi 2 (2017): 1.
6
and Ahmad Mabruri Wihaskoro Sukadari, Mahilda Dea Komalasari, “Efektivitas Penanaman Nilai Integritas Pada
Siswa SD Melalui Buku Wayang Pandawa Bervisi Antikorupsi,” Jurnal Integritas 4 no. 1 (2018): 217–44.
10| Jurnal Misiologi Harun Max Styven Manurung Semester VI (Genap) Tahun Akademik
2022 / 2023
Sekolah Tinggi Teologi Mawar Saron Lampung
Pepatah Jawa mengatakan “Wong urip iku mung mampir ngombe”, yang artinya manusia
hanya singgah untuk minum. Orang yang hidup di dunia ini hanyalah persinggahan; akan ada
perjalanan selanjutnya setelah kematian. Oleh karena itu, orang Jawa selalu berdoa kepada orang
mati, karena mereka percaya bahwa roh memiliki keterikatan dengan yang masih hidup. Kematian
seseorang merupakan peristiwa alam yang akan dialami oleh semua manusia. Biasanya, doa
persembahan untuk almarhum disebut Slametan.7
Tradisi ini telah dilestarikan sejak lama, meski bisa dikatakan bertentangan dengan iman
Kristen. Memang konsep kematian dalam budaya Jawa berbeda. Namun dari segi kontekstualisasi,
dapat disesuaikan dengan tradisi “Slametan penyelamatan” yang dilakukan umat Kristen Jawa
dalam bentuk ibadah yang bertujuan untuk memohon keselamatan kepada Tuhan. Seperti tertulis
dalam surat Paulus 1 Korintus 9:20. Misi yang sudah dilakukan Paulus untuk memenangkan jiwa
sebanyak-banyaknya juga bisa dilakukan melalui tradisi Kejawen Jawa.8
Dalam agama Kristen, orang mati tidak memiliki keterikatan dengan yang hidup. Penganut
agama Kristen percaya bahwa orang yang mati pasti masuk surga. Jika kepercayaan ini dapat
disesuaikan dengan tradisi lokal, maka akan tercipta konsep kontekstual. Pendidikan yang tepat
diperlukan untuk memberikan bantuan secara sadar.9
Perubahan pola pikir ini akan memberikan
pandangan terbuka oleh orang Jawa bahwa slametan dapat dikontekstualisasikan dengan ajaran
Kristen, asalkan ada ibadah Kristen dalam acara slametan dan iman Kristen tidak dilupakan. Oleh
karena itu, pelayanan kontekstual adalah pelayanan misionaris yang dikembangkan di gereja masa
kini dan memiliki nilai efektif bagi kehidupan masa kini.10
E. Implikasi Kejawen Terhadap Ajaran Kristen
Kejawen dalam konteks pemahaman masyarakat bukanlah agama, melainkan falsafah
hidup yang dianut oleh masyarakat Jawa. Tidak heran jika masyarakat Jawa menganut Kejawen
7
and Rolyana Ferinia Dwi Andrianta, Stimson Hutagalung, “Kon-Tekstualisasi Ibadah Penghiburan Pada Tradisi
Slametan Orang Meninggal Dalam Budaya Jawa,” Visio Dei: Jurnal Teologi Kristen 2 no. 2 (2020): 64-244,
https://doi.org/10.35909/visiodei.v2i2.163.
8
Yohanes Andi et al, “Strategi Misi Lintas Budaya Berdasarkan 1 Korintus 9:19-23,” Jurnal Teologi Kontekstual
Indonesia 1 no. 1 (2020): 57, https://doi.org/10.46445/jtki.v1i1.249.
9
Yada Putra Gratia et al, “Pengembangan Model Pendidikan Agama Kristen Bagi Anak Korban Kemiskinan,”
Jurnal Ecodunamika 3 no.1 (2020): 1.
10
Krido Siswanto, “Perjumpaan Injil Dan Tradisi Jawa Timuran Dalam Pelayanan Misi Kontekstual,” Evangelikal:
Jurnal Teologi Injili Dan Pembinaan Warga Jemaat 1 no. 1 (2017): 61–66.
11| Jurnal Misiologi Harun Max Styven Manurung Semester VI (Genap) Tahun Akademik
2022 / 2023
Sekolah Tinggi Teologi Mawar Saron Lampung
dan relatif taat dalam beragama, dimana dalam kehidupannya mereka tetap beribadah dan
menjauhi segala larangan yang terkandung dalam ajaran agama yang mereka anut.11
Namun, ada
juga sebagian masyarakat yang menganut Kejawen sebagai agama atau sistem kepercayaan.
Tradisi tentu saja harus tetap dipertahankan. Tradisi yang tidak bertentangan dengan Alkitab harus
dilestarikan sebagai kekayaan budaya.12
Ajaran Kristen tentu harus memiliki pengaruh terhadap
budaya. Iman harus dibuktikan melalui perbuatan karena iman yang sempurna tentu harus
diwujudkan dalam perbuatan sehari-hari.
Iman manusia harus dilihat dari perbuatannya. Iman sejati harus terlihat dalam tindakan
manusia.13
Budaya bukanlah alat setan untuk dibuang. Sebaliknya, dari kebudayaan, seseorang
dapat menghayati hakekat hidupnya di dunia. Salah jika melihat budaya harus dibuang tanpa
dipelajari terlebih dahulu, begitu pula sebaliknya, salah jika budaya diterima langsung tanpa
penilaian kritis. Tentunya hal ini harus dikaji lebih mendalam bagaimana proses berpikir manusia
dalam mengamalkan kehidupannya. Tidak dapat dipungkiri bahwa masyarakat Jawa pada
dasarnya terjalin dengan budayanya sendiri.14
Doa yang diajarkan oleh Coolen adalah dengan menyisipkan tradisi Kejawen dalam redaksi
doa yang ditujukan kepada Yesus Kristus. Kekristenan berpendapat bahwa doa adalah nafas
kehidupan manusia yang dimiliki oleh orang percaya. Jika seorang Kristen tidak berdoa, dia secara
tidak sadar sedang membunuh dirinya sendiri. Dari sinilah keberadaan doa harus terjadi saling
kontak antara Tuhan dan manusia dengan membiarkan Tuhan menyatakan diri dan kehendak-Nya
untuk dilaksanakan oleh orang Jawa.15
Perilaku, artinya, perubahan merupakan titik untuk
membawa masyarakat Jawa menuju capacity building.16
Pentingnya memiliki kapasitas mengabdi
11
Administator, “Kejawen, Pedoman Berkehidupan Bagi Masyarakat Jawa,” Indonesia.go.id (2018).
12
Aldi Abdillah et al, “Social Interaction in Petamburan as a Form of Socio-Religious Tolerance in Indonesia,” KnE
Social Sciences (2022): 1–19, https://doi.org/10.18502/kss.v7i4.10508.
13
Samuel Julianta Sinuraya, “Makna Dibenarkan Oleh Iman Dan Per-Buatan Menurut Yakobus 2:14-26,” CARAKA:
Jurnal Teologi Biblika Dan Praktika 1 no. 2 (2020): 199–210, https://doi.org/10.46348/car.v1i2.33.
14
Uri Christian Sakti Labeti, “Pandangan Gereja Kristen Jawa (GKJ) Terhadap Budaya Dalam Konteks Masyarakat
Jawa,” Jurnal Teologi Berita Hidup 4 no. 1 (2021): 1–2.
15
Demianus Nahaklay, “Doa Puasa Dan Manfaatnya Terhadap Kehi-Dupan Orang Percaya,” KAPATA: Jurnal
Teologi Dan Pendidikan Kristen 1 no. 1 (2020): 31–39.
16
Gernaida Krisna Pakpahan, “Teologi Hadir Sebagai Jawaban Keki-Nian,” in Quo Vadis Pendidikan Teologi
Pasca Pandemi? (Jakarta: Hegel Pustaka (2021): 75–174.
12| Jurnal Misiologi Harun Max Styven Manurung Semester VI (Genap) Tahun Akademik
2022 / 2023
Sekolah Tinggi Teologi Mawar Saron Lampung
kepada Tuhan dalam ajaran Kristiani, agar ajaran Kristiani hadir sebagai implikasi dari
kepercayaan Kejawen bagi penganutnya saat ini.17
KESIMPULAN
Amanat Yesus kepada kesebelas murid untuk menyebarkan Injil ke seluruh dunia
tidak eksklusif untuk mereka, tetapi merupakan tanggung jawab semua orang yang telah
diselamatkan untuk mewartakan kepada semua bangsa dan semua orang, tanpa batas. Amanat
ini mengharuskan pergi ke seluruh penjuru dunia dan mewartakan pesan Kristus kepada setiap
makhluk hidup, terlepas dari etnis atau latar belakang mereka, karena suara Tuhan tidak
mengenal batas.
Memberitakan Injil adalah tugas yang diberikan kepada orang percaya, yang
harus bertindak sebagai pewarta, menyampaikan pesan secara formal
dan otoritatif, seperti yang dicontohkan oleh Yohanes Pembaptis, Yesus, para rasul, dan orang
Kristen lainnya. Injil harus diberitakan kepada non-Yahudi juga, dan misi ini
terus berlanjut, bahkan di Indonesia. Penting untuk memahami
dan menghargai budaya lokal agar dapat mengkomunikasikan pesan Injil secara efektif.
Dalam budaya Kejawen, sangat terikat tradisi yang dilakukan terus menerus yang menjadi
kebiasaan dan adat istiadat bagi orang Jawa, memang benar tradisi atau adat istiadat itu sulit untuk
dilepaskan bahkan untuk meninggalkan sangat sulit, karena banyaknya masih kepercayaan dan
penolakan-penolakan dalam masyarakat orang Jawa. Oleh karena itu, dengan datangnya penginjil
dari berbagai negara asing, maka Injil bisa disampaikan dan masyarakat dapat mengerti dan
mengenal bagaimana pengajaran Kekristenan yang benar-benar mempunyai pengharapan bagi
keselamatan hidup kekal. Dan dengan dikabarkannya Injil Kristus, maka banyak orang Jawa yang
menjadi percaya kepada Yesus Kristus, karena pengajarannya yang sangat luar biasa dan mampu
17
and Joseph Moris Aser Lasfeto, David Michael Gerungan, Gidion Hery Susanto, Rut, Junifrius Gultom,
“Penyembuhan Tradisi Ziarah Kubur-Slametan Dalam Budaya Kejawen Dengan Kekristenan Dalam Lingkup
Kesatuan,” Jurnal Lektur Keagamaan 20 (n.d.): 117–146.
13| Jurnal Misiologi Harun Max Styven Manurung Semester VI (Genap) Tahun Akademik
2022 / 2023
Sekolah Tinggi Teologi Mawar Saron Lampung
mengalahkan setiap tradisi atau adat istiadat kepercayaan orang Jawa. Karena, Injil Kristus/Alkitab
adalah kebenaran yang mutlak bagi orang-orang yang belum mengenal Injil bahkan yang sudah
percaya kepada Yesus Kristus.
14| Jurnal Misiologi Harun Max Styven Manurung Semester VI (Genap) Tahun Akademik
2022 / 2023
Sekolah Tinggi Teologi Mawar Saron Lampung
DAFTAR PUSTAKA
Administator. “Kejawen, Pedoman Berkehidupan Bagi Masyarakat Jawa.” Indonesia.go.id
(2018).
Aldi Abdillah et al. “Social Interaction in Petamburan as a Form of Socio-Religious Tolerance in
Indonesia.” KnE Social Sciences (2022): 1–19. https://doi.org/10.18502/kss.v7i4.10508.
Aser Lasfeto, David Michael Gerungan, Gidion Hery Susanto, Rut, Junifrius Gultom, and Joseph
Moris. “Penyembuhan Tradisi Ziarah Kubur-Slametan Dalam Budaya Kejawen Dengan
Kekristenan Dalam Lingkup Kesatuan.” Jurnal Lektur Keagamaan 20 (n.d.): 117–146.
Ayub Rusmanto, Aji Suseno. “Misi Gereja Dalam Menghadapi Realitas Budaya Di Indonesia:
Refleksi Markus 16:15.” PNEUMATIKOS Jurnal Teologi Kependetaan 12 (n.d.): 45–56.
Demianus Nahaklay. “Doa Puasa Dan Manfaatnya Terhadap Kehi-Dupan Orang Percaya.”
KAPATA: Jurnal Teologi Dan Pendidikan Kristen 1 no. 1 (2020): 31–39.
Dwi Andrianta, Stimson Hutagalung, and Rolyana Ferinia. “Kon-Tekstualisasi Ibadah
Penghiburan Pada Tradisi Slametan Orang Meninggal Dalam Budaya Jawa.” Visio Dei:
Jurnal Teologi Kristen 2 no. 2 (2020): 244–64. https://doi.org/10.35909/visiodei.v2i2.163.
Dwi Putranto. “Peranan Penginjilan Dengan Pendekatan Kejawen Dan Budaya Jawa Pada
Masyarakat Mojowarno Jawa Timur.” Jurnal Pembaharu 6, no. 1 (2020): 27–40.
Emmanuel Satyo Yuwono. “Kejawaan Dan Kekristenan. Negosiasi Orang Kristen Jawa Soal
Tradisi Ziarah Kubur.” Jurnal Retorik 5 1 (2017): 291–310.
fivien Lutfhia Rahmi wardani and Zahrotul Uyun. “Ngajeni Wong Liyo: Menghormati Orang
Yang Lebih Tua Pada Remaja Etnis Jawa.” Indigenous:Jurnal Ilmiah Psikologi 2 (2017): 1.
Gernaida Krisna Pakpahan. “Teologi Hadir Sebagai Jawaban Keki-Nian.” in Quo Vadis
Pendidikan Teologi Pasca Pandemi? (Jakarta: Hegel Pustaka (2021): 75–174.
Krido Siswanto. “Perjumpaan Injil Dan Tradisi Jawa Timuran Dalam Pelayanan Misi
Kontekstual.” Evangelikal: Jurnal Teologi Injili Dan Pembinaan Warga Jemaat 1 no. 1
(2017): 61–66.
15| Jurnal Misiologi Harun Max Styven Manurung Semester VI (Genap) Tahun Akademik
2022 / 2023
Sekolah Tinggi Teologi Mawar Saron Lampung
Priskila Issak Benyamin. “Peran Keluarga Dalam Pendidikan Anak Pada Masa Pandemi Covid-
19.” KHARISMATA: Jurnal Teologi Pantekosta 3 1 (2020): 13–24.
https://doi.org/10.47167/kharis.v3i1.43.
Samuel Julianta Sinuraya. “Makna Dibenarkan Oleh Iman Dan Per-Buatan Menurut Yakobus
2:14-26.” CARAKA: Jurnal Teologi Biblika Dan Praktika 1 no. 2 (2020): 199–210.
https://doi.org/10.46348/car.v1i2.33.
Sukadari, Mahilda Dea Komalasari, and Ahmad Mabruri Wihaskoro. “Efektivitas Penanaman
Nilai Integritas Pada Siswa SD Melalui Buku Wayang Pandawa Bervisi Antikorupsi.”
Jurnal Integritas 4 no. 1 (2018): 217–44.
Uri Christian Sakti Labeti. “Pandangan Gereja Kristen Jawa (GKJ) Terhadap Budaya Dalam
Konteks Masyarakat Jawa.” Jurnal Teologi Berita Hidup 4 no. 1 (2021): 1–2.
Yada Putra Gratia et al. “Pengembangan Model Pendidikan Agama Kristen Bagi Anak Korban
Kemiskinan.” Jurnal Ecodunamika 3 no.1 (2020): 1.
Yohanes Andi et al. “Strategi Misi Lintas Budaya Berdasarkan 1 Korintus 9:19-23.” Jurnal
Teologi Kontekstual Indonesia 1 no. 1 (2020): 57. https://doi.org/10.46445/jtki.v1i1.249.
Administator. “Kejawen, Pedoman Berkehidupan Bagi Masyarakat Jawa.” Indonesia.go.id
(2018).
Aldi Abdillah et al. “Social Interaction in Petamburan as a Form of Socio-Religious Tolerance in
Indonesia.” KnE Social Sciences (2022): 1–19. https://doi.org/10.18502/kss.v7i4.10508.
Aser Lasfeto, David Michael Gerungan, Gidion Hery Susanto, Rut, Junifrius Gultom, and Joseph
Moris. “Penyembuhan Tradisi Ziarah Kubur-Slametan Dalam Budaya Kejawen Dengan
Kekristenan Dalam Lingkup Kesatuan.” Jurnal Lektur Keagamaan 20 (n.d.): 117–146.
Ayub Rusmanto, Aji Suseno. “Misi Gereja Dalam Menghadapi Realitas Budaya Di Indonesia:
Refleksi Markus 16:15.” PNEUMATIKOS Jurnal Teologi Kependetaan 12 (n.d.): 45–56.
Demianus Nahaklay. “Doa Puasa Dan Manfaatnya Terhadap Kehi-Dupan Orang Percaya.”
16| Jurnal Misiologi Harun Max Styven Manurung Semester VI (Genap) Tahun Akademik
2022 / 2023
Sekolah Tinggi Teologi Mawar Saron Lampung
KAPATA: Jurnal Teologi Dan Pendidikan Kristen 1 no. 1 (2020): 31–39.
Dwi Andrianta, Stimson Hutagalung, and Rolyana Ferinia. “Kon-Tekstualisasi Ibadah
Penghiburan Pada Tradisi Slametan Orang Meninggal Dalam Budaya Jawa.” Visio Dei:
Jurnal Teologi Kristen 2 no. 2 (2020): 244–64. https://doi.org/10.35909/visiodei.v2i2.163.
Dwi Putranto. “Peranan Penginjilan Dengan Pendekatan Kejawen Dan Budaya Jawa Pada
Masyarakat Mojowarno Jawa Timur.” Jurnal Pembaharu 6, no. 1 (2020): 27–40.
Emmanuel Satyo Yuwono. “Kejawaan Dan Kekristenan. Negosiasi Orang Kristen Jawa Soal
Tradisi Ziarah Kubur.” Jurnal Retorik 5 1 (2017): 291–310.
fivien Lutfhia Rahmi wardani and Zahrotul Uyun. “Ngajeni Wong Liyo: Menghormati Orang
Yang Lebih Tua Pada Remaja Etnis Jawa.” Indigenous:Jurnal Ilmiah Psikologi 2 (2017): 1.
Gernaida Krisna Pakpahan. “Teologi Hadir Sebagai Jawaban Keki-Nian.” in Quo Vadis
Pendidikan Teologi Pasca Pandemi? (Jakarta: Hegel Pustaka (2021): 75–174.
Krido Siswanto. “Perjumpaan Injil Dan Tradisi Jawa Timuran Dalam Pelayanan Misi
Kontekstual.” Evangelikal: Jurnal Teologi Injili Dan Pembinaan Warga Jemaat 1 no. 1
(2017): 61–66.
Priskila Issak Benyamin. “Peran Keluarga Dalam Pendidikan Anak Pada Masa Pandemi Covid-
19.” KHARISMATA: Jurnal Teologi Pantekosta 3 1 (2020): 13–24.
https://doi.org/10.47167/kharis.v3i1.43.
Samuel Julianta Sinuraya. “Makna Dibenarkan Oleh Iman Dan Per-Buatan Menurut Yakobus
2:14-26.” CARAKA: Jurnal Teologi Biblika Dan Praktika 1 no. 2 (2020): 199–210.
https://doi.org/10.46348/car.v1i2.33.
Sukadari, Mahilda Dea Komalasari, and Ahmad Mabruri Wihaskoro. “Efektivitas Penanaman
Nilai Integritas Pada Siswa SD Melalui Buku Wayang Pandawa Bervisi Antikorupsi.”
Jurnal Integritas 4 no. 1 (2018): 217–44.
Uri Christian Sakti Labeti. “Pandangan Gereja Kristen Jawa (GKJ) Terhadap Budaya Dalam
Konteks Masyarakat Jawa.” Jurnal Teologi Berita Hidup 4 no. 1 (2021): 1–2.
17| Jurnal Misiologi Harun Max Styven Manurung Semester VI (Genap) Tahun Akademik
2022 / 2023
Sekolah Tinggi Teologi Mawar Saron Lampung
Yada Putra Gratia et al. “Pengembangan Model Pendidikan Agama Kristen Bagi Anak Korban
Kemiskinan.” Jurnal Ecodunamika 3 no.1 (2020): 1.
Yohanes Andi et al. “Strategi Misi Lintas Budaya Berdasarkan 1 Korintus 9:19-23.” Jurnal
Teologi Kontekstual Indonesia 1 no. 1 (2020): 57. https://doi.org/10.46445/jtki.v1i1.249.

More Related Content

Similar to MASUKNYA PENGINJILAN MELALUI BUDAYA JAWA, DI PULAU JAWA

Kelas_03_SD_Pendidikan_Agama_Katolik_dan_Budi_Pekerti_Guru.pdf
Kelas_03_SD_Pendidikan_Agama_Katolik_dan_Budi_Pekerti_Guru.pdfKelas_03_SD_Pendidikan_Agama_Katolik_dan_Budi_Pekerti_Guru.pdf
Kelas_03_SD_Pendidikan_Agama_Katolik_dan_Budi_Pekerti_Guru.pdf
TitikPurwanti13
 
5. tradisi dan_budaya_masyarakat_jawa_dalam_perspektif_islam
5. tradisi dan_budaya_masyarakat_jawa_dalam_perspektif_islam5. tradisi dan_budaya_masyarakat_jawa_dalam_perspektif_islam
5. tradisi dan_budaya_masyarakat_jawa_dalam_perspektif_islam
dinnianggra
 

Similar to MASUKNYA PENGINJILAN MELALUI BUDAYA JAWA, DI PULAU JAWA (20)

Agama tinjauan
Agama tinjauanAgama tinjauan
Agama tinjauan
 
BAB 6 Agama dan Hubungan Etnik di Malaysia.pptx
BAB 6 Agama dan Hubungan Etnik di Malaysia.pptxBAB 6 Agama dan Hubungan Etnik di Malaysia.pptx
BAB 6 Agama dan Hubungan Etnik di Malaysia.pptx
 
Agama
AgamaAgama
Agama
 
Kelas_03_SD_Pendidikan_Agama_Katolik_dan_Budi_Pekerti_Guru.pdf
Kelas_03_SD_Pendidikan_Agama_Katolik_dan_Budi_Pekerti_Guru.pdfKelas_03_SD_Pendidikan_Agama_Katolik_dan_Budi_Pekerti_Guru.pdf
Kelas_03_SD_Pendidikan_Agama_Katolik_dan_Budi_Pekerti_Guru.pdf
 
5. tradisi dan_budaya_masyarakat_jawa_dalam_perspektif_islam
5. tradisi dan_budaya_masyarakat_jawa_dalam_perspektif_islam5. tradisi dan_budaya_masyarakat_jawa_dalam_perspektif_islam
5. tradisi dan_budaya_masyarakat_jawa_dalam_perspektif_islam
 
Urgensi dan Kedudukan Islam
Urgensi dan Kedudukan IslamUrgensi dan Kedudukan Islam
Urgensi dan Kedudukan Islam
 
Keperawatan agama modul 1 kb3
Keperawatan agama modul 1 kb3Keperawatan agama modul 1 kb3
Keperawatan agama modul 1 kb3
 
Agama Islam
 Agama Islam Agama Islam
Agama Islam
 
Konsep Agama Kristen Katholik
Konsep Agama Kristen KatholikKonsep Agama Kristen Katholik
Konsep Agama Kristen Katholik
 
Mistik Jawa dalam Islam Kebatinan
Mistik Jawa dalam Islam KebatinanMistik Jawa dalam Islam Kebatinan
Mistik Jawa dalam Islam Kebatinan
 
jurnal misiologi.pdf
jurnal misiologi.pdfjurnal misiologi.pdf
jurnal misiologi.pdf
 
Wawancara iv
Wawancara ivWawancara iv
Wawancara iv
 
Buku Siswa Kelas 10 Agama Katolik
Buku Siswa Kelas 10 Agama KatolikBuku Siswa Kelas 10 Agama Katolik
Buku Siswa Kelas 10 Agama Katolik
 
Konsep Agama Kristen Katholik
Konsep Agama Kristen KatholikKonsep Agama Kristen Katholik
Konsep Agama Kristen Katholik
 
Pembimbing pak
Pembimbing pakPembimbing pak
Pembimbing pak
 
Agama dan masyarakat
Agama dan masyarakatAgama dan masyarakat
Agama dan masyarakat
 
ISLAM KEJAWEN DALAM SUDUT PANDANG AGAMA ISLAM
ISLAM KEJAWEN DALAM SUDUT PANDANG AGAMA ISLAMISLAM KEJAWEN DALAM SUDUT PANDANG AGAMA ISLAM
ISLAM KEJAWEN DALAM SUDUT PANDANG AGAMA ISLAM
 
PERAN DAN KARYA ROH KUDUS TERHADAP PENGEMBANGAN PRIBADI DAN KUALITAS PENGAJAR...
PERAN DAN KARYA ROH KUDUS TERHADAP PENGEMBANGAN PRIBADI DAN KUALITAS PENGAJAR...PERAN DAN KARYA ROH KUDUS TERHADAP PENGEMBANGAN PRIBADI DAN KUALITAS PENGAJAR...
PERAN DAN KARYA ROH KUDUS TERHADAP PENGEMBANGAN PRIBADI DAN KUALITAS PENGAJAR...
 
Pertemuan VIII
Pertemuan VIIIPertemuan VIII
Pertemuan VIII
 
P.engetahuanpdf
P.engetahuanpdfP.engetahuanpdf
P.engetahuanpdf
 

Recently uploaded (6)

Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)
Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)
Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)
 
APA YANG TERJADI SEKARANG NEW.pptx BULAN MEI 2024
APA YANG TERJADI SEKARANG NEW.pptx BULAN MEI 2024APA YANG TERJADI SEKARANG NEW.pptx BULAN MEI 2024
APA YANG TERJADI SEKARANG NEW.pptx BULAN MEI 2024
 
Hadits Arbain 35 tentang Sesama Muslim Bersaudara.pptx
Hadits Arbain 35 tentang Sesama Muslim Bersaudara.pptxHadits Arbain 35 tentang Sesama Muslim Bersaudara.pptx
Hadits Arbain 35 tentang Sesama Muslim Bersaudara.pptx
 
SIAPAKAH KITA DI DALAM KRISTUS.pptx BULAN MEI
SIAPAKAH KITA DI DALAM KRISTUS.pptx BULAN MEISIAPAKAH KITA DI DALAM KRISTUS.pptx BULAN MEI
SIAPAKAH KITA DI DALAM KRISTUS.pptx BULAN MEI
 
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
 
Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024
Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024
Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024
 

MASUKNYA PENGINJILAN MELALUI BUDAYA JAWA, DI PULAU JAWA

  • 1. 1| Jurnal Misiologi Harun Max Styven Manurung Semester VI (Genap) Tahun Akademik 2022 / 2023 Sekolah Tinggi Teologi Mawar Saron Lampung MASUKNYA PENGINJILAN MELALUI BUDAYA JAWA, DI PULAU JAWA Harun Max Styven Manurung Sekolah Tinggi Teologi Mawar Saron Lampung harunmanurung02@gmail.com Abstrak Memberitakan Injil adalah suatu perintah yang mutlak dari Yesus Kristus, sebagai orang percaya kita harus wajib memberitakan Injil Kristus kepada orang-orang yang belum mengenal Injil. Maka dalam Jurnal ini, akan membahas bagaimana Injil itu dapat masuk atau diberitakan dalam lingkungan masyarakat orang Jawa yang tepatnya ada di Pulau Jawa. Banyaknya cara-cara yang dilakukan serta strategi-strategi yang dilakukan untuk dapat mengabarkan kabar baik kepada masyarakat orang Jawa, yaitu melalui tradisi atau adat istiadat orang Jawa (Kejawen) maka para penginjil mempelajari dan mendekatkan diri dengan budaya orang Jawa dan secara perlahan-lahan memasukkan atau mengabarkan Injil Kristus, agar masyarakat orang Jawa dapat percaya kepada Yesus Kristus dan memuliakan nama Tuhan. Kata Kunci : Penginjil, pengajaran Kristen, Budaya Jawa, Kejawen, Yesus Kristus, tradisi, adat istiadat, agama. Abstract Preaching the Gospel is an absolute commandment from Jesus Christ, as believers we must be obliged to preach the Gospel of Christ to those who do not know the Gospel. So in this Journal, we will discuss how the Gospel can enter or be preached in the Javanese community, which is precisely in Java Island. There are many ways that are done and strategies that are carried out to be able to preach the good news to the Javanese people, namely through the traditions or customs of the Javanese (Kejawen) the evangelists learn and get closer to the culture of the Javanese people and slowly incorporate or preaching the Gospel of Christ, so that the Javanese people can believe in Jesus Christ and glorify the name of God. Keywords: Evangelists, Christian teachings, Javanese Culture, Kejawen, Jesus Christ, traditions, customs, religion.
  • 2. 2| Jurnal Misiologi Harun Max Styven Manurung Semester VI (Genap) Tahun Akademik 2022 / 2023 Sekolah Tinggi Teologi Mawar Saron Lampung PENDAHULUAN Orang percaya yang telah diselamatkan dari generasi ke generasi memiliki tugas penginjilan. Pentingnya penginjilan terletak pada Injil, yaitu kehendak Allah yang terbesar yang lahir dari kasih-Nya yang terbesar, sebagaimana dinyatakan dalam Yohanes 3:16. Melalui Injil, orang percaya dapat memiliki hidup yang kekal. Christopher J. Wright percaya bahwa pemberitaan Injil adalah amanat dari Yesus Kristus, yang harus diwujudkan sebagai bukti ketaatan orang percaya meskipun ada tantangan dan rintangan. Sebagai individu yang telah diselamatkan, kita memiliki tanggung jawab untuk aktif mewartakan Injil dengan berbagai cara. Namun, penting untuk memastikan bahwa metode yang digunakan sejalan dengan kebenaran Alkitab dan tidak merugikan. Pemberitaan Injil secara komprehensif membutuhkan pemahaman dan strategi dalam konteks budaya Indonesia yang banyak yang tidak mengenal Alkitab. Tujuan akhir kita haruslah untuk membagikan Injil secara efektif dan akurat.1 Penduduk Jawa bertempat tinggal di wilayah yang terletak di sebelah timur sungai Citanduy dan Cilosari, namun tidak boleh diasumsikan bahwa wilayah barat bukan merupakan bagian dari Pulau Jawa. Nilai-nilai budaya yang diwariskan tersebut diteruskan dari generasi ke generasi menjadi filsafah hidup yang disebut Kejawen. Pada awalnya Kejawen adalah falsafah orang Jawa, akan tetapi dengan berkembangnya zaman dan kedatangan agama- agama asing, seperti Hindu, Buddha, Islam dan Kristen, mereka yang secara khusus menjalani ritual Kejawen mengelompokkan diri menjadi sebuah aliran kepercayaan yang pada akhirnya pada 7 November 2017 menjadi agama Kejawen yang masuk dalam kategori aliran kepercayaan. Nilai- nilai Kejawen diturunkan dari generasi ke generasi untuk dapat membangun tradisi dan nilai-nilai kehidupan orang Jawa. Tujuan Kejawen adalah memperoleh ilmu yang hakiki untuk mencapai kehidupan yang benar dan harmonis, yang meliputi pendekatan menyeluruh kepada Yang Maha Kuasa guna menjalin hubungan yang seimbang antara manusia 1 Aji Suseno Ayub Rusmanto, “Misi Gereja Dalam Menghadapi Realitas Budaya Di Indonesia: Refleksi Markus 16:15,” PNEUMATIKOS Jurnal Teologi Kependetaan 12 (n.d.): 45–56.
  • 3. 3| Jurnal Misiologi Harun Max Styven Manurung Semester VI (Genap) Tahun Akademik 2022 / 2023 Sekolah Tinggi Teologi Mawar Saron Lampung dengan Sang Pencipta. Siapapun yang beriman kepada Tuhan, memiliki moral yang baik, dan menjaga kebersihan dan kejujuran dapat mencapai keadaan spiritual ini. Namun, ada praktik- praktik tertentu yang harus dilakukan dengan tekad dan kesadaran yang tinggi. Para pencari ilmu sejati harus melakukan perbuatan-perbuatan yang bermanfaat bagi semua, sambil juga berusaha menjaga kesucian hati, niat, dan perbuatan mereka, memastikan bahwa mereka benar dan suci. Dalam budaya Jawa dikenal adanya simbolisme, yaitu suatu paham yang menggunakan lambang atau simbol untuk membimbing pemikirn manusia ke arah pemahaman terhadap suatu hal secara lebih dalam. Pengetahuan adalah simbol-simbol dari Tuhan, yang diturunkan kepada manusia, oleh manusia simbol-simbol itu ditelaah, dibuktikan dan kemudian diubah menjadi simbol-simbol yang lebih mudah dipahami agar bisa diterima oleh manusia lain yang memiliki daya tangkap yang berbeda- beda. Tindakan ini disebut tindakan simbolis. Tindakan simbolis terdiri dari tiga bagian yaitu tindakan simbolik hadir dalam agama, tradisi, dan seni. Orang Jawa memiliki kebiasaan melambangkan Tuhan karena mereka percaya bahwa Tuhan berada di luar pemahaman manusia dan tidak dapat dipahami secara langsung. Ini memungkinkan mereka untuk mengakui keberadaan Tuhan. Sembah cipta adalah menyembah Tuhan dengan kesucian hati dengan cara menjauhkan hati dari hawa nafsu dan dosa. Sembah jiwa senantiasa mengingat Tuhan. Sembah jiwa kerap kali dilakukan dengan semedi, mengosongkan diri dan hanya dipenuhi oleh Ruh Tuhan. Berikut sembah rasa, tingkatan tertinggi sekaligus terdalam dalam hubungan manusia dengan Tuhan. Sudah menjadi kesatuan dengan Tuhan, yaitu penyembahannya dari roh terdalam tanpa ada bimbingan orang lain semata-mata langsung dengan Tuhan. Sikap lemah lembut dan toleran orang Jawa yan membuat orang Jawa dapat menerima segala bentuk adaptasi dari berbagai agama asing yang masuk. Toleransi inilah yang menyebabkan orang Jawa memadukan dan meleburkan berbagai agama tersebut sehingga dianggap kurang kuat atau bergeser dari nilai asli dari agama tersebut. Kejawen menata laku dari berbagai aspek kehidupan orang Jawa, yaitu meliputi hubungan antara manusia dengan sang Pencipta, pemahaman jati diri yang utuh, hubungan antar sesama manusia, budi pekerti dan pandangan terhadap roh-roh halus. Kolaborasi nilai-nilai Kejawen dan agama asing itu yang membentuk
  • 4. 4| Jurnal Misiologi Harun Max Styven Manurung Semester VI (Genap) Tahun Akademik 2022 / 2023 Sekolah Tinggi Teologi Mawar Saron Lampung sebutan-sebutan Islam Kejawen, Kristen Kejawen, Hindu Kejawen dan seterusnya. Karena itu, nilai-nilai yang berlaku pada orang Jawa saat ini tidak lepas dari sejarah masuknya berbagai agama di Indonesia, khususnya tanah Jawa. METODE PENELITIAN Jurnal ini ditulis dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan kepustakaan. Metode deskriptif memberikan informasi tentang hasil penelitian dan permasalahan yang diteliti. Penulis menganalisis tinjauan misi dan memutakhirkan konstruksi dan implementasi misi dalam realitas budaya di Indonesia saat ini. Penulis terutama menggunakan Panduan Alkitab, buku dan jurnal yang berkaitan dengan teks sebagai sumber informasi. PEMBAHASAN A. Sejarah Masuknya Injil di Pulau Jawa Pulau Jawa ialah tanah yang sangat subur, dahulu tanah Jawa dikenal sebagai penghasil kopi dan padi. Itulah mengapa istilah kopi adalah java yang kemudian disebut Jawa. Dengan hasil alam yang berlimpah, masyarakat agraris kuno mendatangkan para pedagang dari berbagai negara untuk dapat datang berdagang sekaligus membawa agam dan kepercayaan mereka. Melalui perdagangan tersebut membentuk nilai-nilai Kejawen, sebelumnya orang Jawa telah menganut animisme dan dinamisme. Pada awal abad IV, Hindu datang melalui pedagang India. Agama Hindu berkembang cukup cepat di tanah Jawa serta membentuk masyarakat Jawa Hindu. Satu abad kemudian, pada pertengahan abad VI, agama Buddha datang melalui pedagang dari Tiongkok. Serta ajaran budi pekerti nan luhur dari Buddha diterima sangat baik oleh masyarakat Jawa yang secara umum budaya memiliki sikap yang serupa. Kemudian, Injil Kristus sendiri masuk ke Indonesia sejak abad VI, bahkan sebelum agama Islam berdiri di tanah Arab. Sejarah menjelaskan bahwa masuknya Injil Kristus ke tanah Jawa tidak mempunyai bukti sejarah, akan tetapi kalau secara logika, mengingat pulau Jawa telah menjadi tempat perdagangan yang besar dan kemungkinan besar para pedagang Nestorian yang sama juga sekalian mengabarkan Injil Kristus pada abad-abad tersebut. Akan tetapi, ada beberapa
  • 5. 5| Jurnal Misiologi Harun Max Styven Manurung Semester VI (Genap) Tahun Akademik 2022 / 2023 Sekolah Tinggi Teologi Mawar Saron Lampung nilai-nilai Kejawen yang berpadanan dengan nilai Kristiani yaitu, dalam penyebutan nama Tuhan dalam Kejawen disebut Gusti Pangeran, yang diartikan merujuk pada Allah anak, yaitu Yesus Kristus. Masuknya agama Kristen melalui para penjajah Belada dalam mengabarkan Injil Kristus. Pada masa penjajahan Belanda, organisasi penginjilan Zending dari Belanda memberikan perhatian khusus untuk penginjilan di Indonesia dengan mengirimkan banyak misionaris Belanda ke pulau Jawa. Penginjilan tersebut tidak efektif karena para Zending meniadakan budaya Jawa dan mengganti budaya Kristen yang bernuansakan Eropa. Untuk perkembangannya, Roh Kudus menggerakkan para penginjil asli tanah Jawa agar mengabarkan Injil dengan pendekatan budaya Jawa. Penginjil-penginjil tersebut yang mengabarkan Injil di pulau Jawa ialah Paulus Tosari, Ditotruno, Kyai Ibrahim Tunggul Wulung dan Kyai Sadrakh. Para penginjil Jawa tersebut tidak lepas dari sejarah gereja pertama di pulau Jawa, yaitu Gereja Kristen Jawi Wetan di Mojowarno, Jombang, dan Jawa Timur. B. Pandangan Alkitab Terhadap Kejawen Semasa hidup Yesus sebagai manusia, Yesus adalah seorang Yahudi, Rabi, dan Nabi yang mengikuti adat dan budaya masyarakat Yahudi saat itu, seperti sunat dan penggunaan atribut Yahudi. Ini menunjukkan bahwa dia tidak menentang budaya. Namun, dia memprioritaskan Firman Tuhan di atas segalanya dan bersedia menentang budaya Yahudi jika itu bertentangan dengan kedaulatan dan keutamaan Tuhan. Sebagai contoh, Yesus mendobrak budaya Sabat dengan melakukan penyembuhan, serta bilamana murid-murid kedapatan tidak berpuasa pada saat orang Yahudi lainnya berpuasa. Ini menunjukkan bahwa Yesus lebih unggul dari semua budaya dan adat istiadat, dan bahwa Firman Tuhan dan iman Kristen adalah satu-satunya kebenaran mutlak. Berikut beberapa sikap iman Kristen terhadap kebudayaan yaitu: 1. Antagomis Sikap menentang kebudayaan sepenuhnya, bahwa kebudayaan lahir dari kuasa gelap atau okultisme. Budaya lahir sepenuhnya dari masyarakat penyembahan berhala dan semuanya diciptakan semata-mata untuk menyembah dewa-dewa sembahan mereka. Karena itu, iman
  • 6. 6| Jurnal Misiologi Harun Max Styven Manurung Semester VI (Genap) Tahun Akademik 2022 / 2023 Sekolah Tinggi Teologi Mawar Saron Lampung Kristen sepenuhnya menentang segala bentuk kebudayaan tradisional. Contoh sederhana penolakan musik tradisional masuk ke ibadah serta lagu-lagu penyembahan yang bermuansakan budaya tradisional. 2. Akomodasi Sikap menerima kebudayaan sebagai bagian dari kehidupan masyarakat. Akibatnya seringkali nilai-nilai Alkitab dikalahkan dengan kebudayaan setempat, dimana secara hirarki nilai istiadat ditempatkan diatas Alkitab. Ini yang dinamakan Sinkretisme. a. Dualisme Sikap memisahkan antara kebudayaan dengan iman Kristen. Sebagai mahluk sosial yang percaya Kristus, di satu sisi tetap harus beriman kepada Kristus, tetapi di lain sisi dalam tatanan kehidupan sosial harus mengikuti adat istiadat atau kebudayaan yang berlaku, meski bertentangan dengan nilai Alkitab. b. Dominasi atau Pengudusan Sikap menguasai dan mengubah kebudayaan yang ada dengan nilai Alkitabiah. Meskipun kebudayaan lahir dari masyarakat penyembahan berhala atau tidak mengenal Tuhan, akan tetapi telah dikuduskan oleh pengorbanan Yesus di kayu salib. Tuhan Yesus telah menjadi kutuk supaya meniadakan kutuk yang terkandung di dalam kebudayaan. Sejauh tidak menduakan Tuhan dan menyembah berhala, adat istiadat atau budaya tersebut dapat dilakukan oleh orang beriman dengan melakukan pembaharuan. Tentunya masuknya Roh Allah di dalam hati manusia bukan karena manusia mencapai tingkatan tertinggi dalam ibadahnya, melainkan keputusan untuk menerima dan mengundang Yesus di dalam hati. Ajaran manunggaling ini berbeda dengan faham Islam yang menganggapnya sebagai musyrik. Kejawen juga mengakui keesaan Tuhan, yang membuktikan bahwa Kejawen tidak mengadopsi ajaran Hindu yang menyembah dewa-dewi. Penyebutan nama Tuhan dengan Gusti Pangeran juga membuktikan adanya pengaruh nilai Kristiani dalam ajaran Kejawen. Pangeran adalah anak raja, jadi Gusti Pangeran tentunya mengarah kepada Allah Anak, yang hanya
  • 7. 7| Jurnal Misiologi Harun Max Styven Manurung Semester VI (Genap) Tahun Akademik 2022 / 2023 Sekolah Tinggi Teologi Mawar Saron Lampung ada pada ajaran Trinitas Kristen. Budaya Jawa dan Sunda sama-sama menyebutnya sebagai Gusti Pangeran. C. Pengaruh Injil Pada Masyarakat Kejawen 1. Hubungan Manusia dengan Tuhan Dalam Kejawen, Tuhan itu Esa. Tuhan Maha Kuasa, Maha hadir dan Maha penyayang. Allah menciptakan manusia dan seluruh alam semesta. Tuhan tidak berwujud dan tidak tersentuh artinya Tuhan itu Roh. Tidak ada yang dapat menggugat keputusan Tuhan. Manusia hanya dapat berserah, tetap berusaha dan meletakkan setiap kehendak hanya pada kehendak Tuhan. Pandangan ini tidak jauh berbeda dengan pandangan Kristen. Begitu banyak agama dan kepercayaan asing yang masuk ke tanah Jawa, secara sosial terjadi seleksi alami dimana orang Jawa kuno pada akhirnya memilih sendiri apa yang mereka yakini dan sesuai dengan karakter dasar mereka. Sebagai ciptaan, manusia harus tunduk, taat dan pasrah kepada kehendak yang Maha Kuasa, dengan tidak menghilangkan kewajiban sebagai manusia pribadi dan sosial. Dalam sikpa penundukkan diri orang Jawa terhadap otoritas di atas sudah terbentuk dalam DNA orang Jawa. Sikap pasrah, prihatin dan nrimo adalah ajaran dasar yang diajarkan turun temurun. Ini membentuk karakter khusus orang Jawa yaitu tunduk, pasrah dan pekerja keras. Dimanapun orang Jawa ditempatkan, dia bisa melebur dan berhasil dalam kehidupannya karena sikap hidupnya yang tunduk pada otoritas. Orang Jawa percaya bahwa sikap tunduk kepada Tuhan akan berbuahkan rezeki dan berkat dalam kehidupan, selain mendapatkan kehidupan yang tentrem, dan adem ayem. Manusia harus selalu menyembah Sang Junjungan, yaitu Allah semesta alam. Kejawen memiliki ritual-ritual penyembahan kepada Yang Maha Kuasa. Ritual peyembahan ini dinilai agak klenik karena menggunakan kemenyan dan berbagai perangkat yang sering digunakan pada ritual kuasa kegelapan. Sesungguhnya budaya Yahudi juga mengenal penyembahan dengan menggunakan dupa atau kemenyan, tetapi terjadi perubahan persepsi masyarakat sehingga saat ini penyembahan menggunakan kemenyan dinilai klenik. Pemahaman tentang Tuhan yang adalah ruh menyebabkan pemahaman orang Jawa menjadi bias. Yesus berkata bahwa kita mengenal Allah yang kita sembah, tidak demikian dengan masyarakat Jawa Pribadi Allah yang mereka sembah tidak beridentitas. Ini menjadi rancu dengan
  • 8. 8| Jurnal Misiologi Harun Max Styven Manurung Semester VI (Genap) Tahun Akademik 2022 / 2023 Sekolah Tinggi Teologi Mawar Saron Lampung fakta bahwa banyak mahluk-mahluk roh di sekitar kita, sehingga arah penyembahan mereka yang seharusnya kepada Allah Pencipta sangat bisa dimanfaatkan dan dikelabui oleh roh jahat. Ketidakkenalan masyarakat Jawa dengan Tuhan Yang Benar membuat mereka dibutakan untuk dapat membedakan berbagai roh yang ada. Kristen juga mengakui adanya berbagai roh, tetapi hanya menyembah Tuhan yang kita kenal sehingga kita dapat membedakan roh-roh yang tidak berasal dari Tuhan. Ketika kita menyembah Tuhan dengan sungguh- sungguh maka kita percaya bahwa hadirat Tuhan-lah yang hadir, bukan roh-roh yang lain, karena mereka tidak akan bisa berada di dalam hadirat Tuhan. Kita dapat membedakannya dengan damai sejahtera atau roh ketakutan yang hadir menyertainya. Bagi orang Jawa, karena mahluk-mahluk roh tersebut juga harus dihormati, maka ketika mengalami kejadian yang supraalami yang diakibatkan sesuatu yang roh, maka roh tersebut harus dihormati dan kalau perlu disembah. 2. Pemahaman Jati Diri Manusia Orang Jawa percaya bahwa manusia yaitu makhluk ciptaan yang kuasa. Manusia tidak muncul dengan sendirinya atau bagian dari sebuah proses evolusi alam semesta, sebagaimana yang diajarkan kaum Atheis. Pemahaman tentang jati diri ini tidak jauh berbeda dengan pandangan Alkitab tentang manusia. Alkitab juga mengajarkan bahwa Tuhan menciptakan manusia secara unik (Maz 139:14) dan sepenuhnya menurut gambaran Sang Pencipta (Yer 18:4). Oleh karena itu manusia harus senantiasa bersyukur dengan keadaannya. 3. Hubungan Manusia Dengan Sesama Setiap manusia unik dan keunikan tersebut dapat dihargai sehingga menumbuhkan sikap toleransi dan nrimo yang kuat di dalam diri orang Jawa sehingga cenderung mudah menerima perbedaan. Sikap toleran inilah yang membuat orang Jawa cinta damai, menghindari konflik yang berujung pada kekurang tegasan dalam bertindak. Masyarakat Jawa mengenal system hirarki dan mengajari tata aturan dan tata sikap antar hirarki tersebut. Para misionari Belanda yang membawa budaya Eropa mendapatkan penolakan masyarakat Jawa karena berbentur dengan budaya hirarki yang selama ini mereka anut. Orang Belanda tidak membedakan status suami dan istri, berbeda degan budaya Jawa, padahal budaya Yahudi sama dengan Jawa dalam menyikapi hal ini. Maka
  • 9. 9| Jurnal Misiologi Harun Max Styven Manurung Semester VI (Genap) Tahun Akademik 2022 / 2023 Sekolah Tinggi Teologi Mawar Saron Lampung ketika para penginjil mengubah strategi penginjilannya dengan menerapkan pola Yahudi dalam bermasyarakat dan berkeluarga, Injil dapat diterima.2 D. Kejawen Dalam Agama Kristen Tingkah laku manusia yang menjalankan kebudayaan tanpa dilandasi Alkitab menunjukkan ketidaktaatan makhluk-Nya. Memiliki iman sangat penting bagi manusia.3 Kepada Tuhan agar dapat menyeimbangkan budaya dan Alkitab. Bumi dan segala isinya, termasuk manusia, diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Melalui Yesus Kristus yang merupakan penjelmaan dari Allah yang agung, manusia dapat mengenal dan memiliki hidup yang kekal jika percaya kepada-Nya, sebagaimana dinyatakan dalam (Yohanes 1:18 dan Kolose 1:19). Masih banyak bukti bahwa cinta-Nya kepada manusia bergantung pada manusia dalam menggunakan cinta-Nya untuk kehidupan di dunia dan di masa depan. Tradisi adat Kejawen yang masih sering dilakukan oleh masyarakat berupa: Ziarah Kubur, Slametan, Suroan, dan lain-lain. Ziarah Kubur sendiri memiliki arti penting bagi penganut Kejawen dan ini merupakan wujud realisasi dari budaya yang ada. Ritual ini dianggap sebagai bukti penghormatan terhadap leluhur mereka.4 Rasa hormat penting dalam kehidupan orang Jawa. Menghormati orang lain harus dilaksanakan dengan cara menyapa Orang lanjut usia menggunakan bahasa yang sopan dan melakukan gerakan membungkuk ketika mereka berpapasan di hadapan orang Jawa.5 Dalam hal ini, para Kejawen Jawa secara tidak sadar memiliki komitmen yang telah terbentuk sejak lama melalui tradisi ini; komitmen yang terkandung dalam integritas telah ditanamkan dalam diri Kejawen Jawa. Oleh karena itu, nilai integritas dapat diimplementasikan melalui falsafah bangsa, salah satunya adalah falsafah masyarakat Jawa dalam kepercayaan Kejawen.6 2 Dwi Putranto, “Peranan Penginjilan Dengan Pendekatan Kejawen Dan Budaya Jawa Pada Masyarakat Mojowarno Jawa Timur,” Jurnal Pembaharu 6, no. 1 (2020): 27–40. 3 Priskila Issak Benyamin, “Peran Keluarga Dalam Pendidikan Anak Pada Masa Pandemi Covid-19,” KHARISMATA: Jurnal Teologi Pantekosta 3 1 (2020): 13–24, https://doi.org/10.47167/kharis.v3i1.43. 4 Emmanuel Satyo Yuwono, “Kejawaan Dan Kekristenan. Negosiasi Orang Kristen Jawa Soal Tradisi Ziarah Kubur,” Jurnal Retorik 5 1 (2017): 291–310. 5 fivien Lutfhia Rahmi wardani and Zahrotul Uyun, “Ngajeni Wong Liyo: Menghormati Orang Yang Lebih Tua Pada Remaja Etnis Jawa,” Indigenous:Jurnal Ilmiah Psikologi 2 (2017): 1. 6 and Ahmad Mabruri Wihaskoro Sukadari, Mahilda Dea Komalasari, “Efektivitas Penanaman Nilai Integritas Pada Siswa SD Melalui Buku Wayang Pandawa Bervisi Antikorupsi,” Jurnal Integritas 4 no. 1 (2018): 217–44.
  • 10. 10| Jurnal Misiologi Harun Max Styven Manurung Semester VI (Genap) Tahun Akademik 2022 / 2023 Sekolah Tinggi Teologi Mawar Saron Lampung Pepatah Jawa mengatakan “Wong urip iku mung mampir ngombe”, yang artinya manusia hanya singgah untuk minum. Orang yang hidup di dunia ini hanyalah persinggahan; akan ada perjalanan selanjutnya setelah kematian. Oleh karena itu, orang Jawa selalu berdoa kepada orang mati, karena mereka percaya bahwa roh memiliki keterikatan dengan yang masih hidup. Kematian seseorang merupakan peristiwa alam yang akan dialami oleh semua manusia. Biasanya, doa persembahan untuk almarhum disebut Slametan.7 Tradisi ini telah dilestarikan sejak lama, meski bisa dikatakan bertentangan dengan iman Kristen. Memang konsep kematian dalam budaya Jawa berbeda. Namun dari segi kontekstualisasi, dapat disesuaikan dengan tradisi “Slametan penyelamatan” yang dilakukan umat Kristen Jawa dalam bentuk ibadah yang bertujuan untuk memohon keselamatan kepada Tuhan. Seperti tertulis dalam surat Paulus 1 Korintus 9:20. Misi yang sudah dilakukan Paulus untuk memenangkan jiwa sebanyak-banyaknya juga bisa dilakukan melalui tradisi Kejawen Jawa.8 Dalam agama Kristen, orang mati tidak memiliki keterikatan dengan yang hidup. Penganut agama Kristen percaya bahwa orang yang mati pasti masuk surga. Jika kepercayaan ini dapat disesuaikan dengan tradisi lokal, maka akan tercipta konsep kontekstual. Pendidikan yang tepat diperlukan untuk memberikan bantuan secara sadar.9 Perubahan pola pikir ini akan memberikan pandangan terbuka oleh orang Jawa bahwa slametan dapat dikontekstualisasikan dengan ajaran Kristen, asalkan ada ibadah Kristen dalam acara slametan dan iman Kristen tidak dilupakan. Oleh karena itu, pelayanan kontekstual adalah pelayanan misionaris yang dikembangkan di gereja masa kini dan memiliki nilai efektif bagi kehidupan masa kini.10 E. Implikasi Kejawen Terhadap Ajaran Kristen Kejawen dalam konteks pemahaman masyarakat bukanlah agama, melainkan falsafah hidup yang dianut oleh masyarakat Jawa. Tidak heran jika masyarakat Jawa menganut Kejawen 7 and Rolyana Ferinia Dwi Andrianta, Stimson Hutagalung, “Kon-Tekstualisasi Ibadah Penghiburan Pada Tradisi Slametan Orang Meninggal Dalam Budaya Jawa,” Visio Dei: Jurnal Teologi Kristen 2 no. 2 (2020): 64-244, https://doi.org/10.35909/visiodei.v2i2.163. 8 Yohanes Andi et al, “Strategi Misi Lintas Budaya Berdasarkan 1 Korintus 9:19-23,” Jurnal Teologi Kontekstual Indonesia 1 no. 1 (2020): 57, https://doi.org/10.46445/jtki.v1i1.249. 9 Yada Putra Gratia et al, “Pengembangan Model Pendidikan Agama Kristen Bagi Anak Korban Kemiskinan,” Jurnal Ecodunamika 3 no.1 (2020): 1. 10 Krido Siswanto, “Perjumpaan Injil Dan Tradisi Jawa Timuran Dalam Pelayanan Misi Kontekstual,” Evangelikal: Jurnal Teologi Injili Dan Pembinaan Warga Jemaat 1 no. 1 (2017): 61–66.
  • 11. 11| Jurnal Misiologi Harun Max Styven Manurung Semester VI (Genap) Tahun Akademik 2022 / 2023 Sekolah Tinggi Teologi Mawar Saron Lampung dan relatif taat dalam beragama, dimana dalam kehidupannya mereka tetap beribadah dan menjauhi segala larangan yang terkandung dalam ajaran agama yang mereka anut.11 Namun, ada juga sebagian masyarakat yang menganut Kejawen sebagai agama atau sistem kepercayaan. Tradisi tentu saja harus tetap dipertahankan. Tradisi yang tidak bertentangan dengan Alkitab harus dilestarikan sebagai kekayaan budaya.12 Ajaran Kristen tentu harus memiliki pengaruh terhadap budaya. Iman harus dibuktikan melalui perbuatan karena iman yang sempurna tentu harus diwujudkan dalam perbuatan sehari-hari. Iman manusia harus dilihat dari perbuatannya. Iman sejati harus terlihat dalam tindakan manusia.13 Budaya bukanlah alat setan untuk dibuang. Sebaliknya, dari kebudayaan, seseorang dapat menghayati hakekat hidupnya di dunia. Salah jika melihat budaya harus dibuang tanpa dipelajari terlebih dahulu, begitu pula sebaliknya, salah jika budaya diterima langsung tanpa penilaian kritis. Tentunya hal ini harus dikaji lebih mendalam bagaimana proses berpikir manusia dalam mengamalkan kehidupannya. Tidak dapat dipungkiri bahwa masyarakat Jawa pada dasarnya terjalin dengan budayanya sendiri.14 Doa yang diajarkan oleh Coolen adalah dengan menyisipkan tradisi Kejawen dalam redaksi doa yang ditujukan kepada Yesus Kristus. Kekristenan berpendapat bahwa doa adalah nafas kehidupan manusia yang dimiliki oleh orang percaya. Jika seorang Kristen tidak berdoa, dia secara tidak sadar sedang membunuh dirinya sendiri. Dari sinilah keberadaan doa harus terjadi saling kontak antara Tuhan dan manusia dengan membiarkan Tuhan menyatakan diri dan kehendak-Nya untuk dilaksanakan oleh orang Jawa.15 Perilaku, artinya, perubahan merupakan titik untuk membawa masyarakat Jawa menuju capacity building.16 Pentingnya memiliki kapasitas mengabdi 11 Administator, “Kejawen, Pedoman Berkehidupan Bagi Masyarakat Jawa,” Indonesia.go.id (2018). 12 Aldi Abdillah et al, “Social Interaction in Petamburan as a Form of Socio-Religious Tolerance in Indonesia,” KnE Social Sciences (2022): 1–19, https://doi.org/10.18502/kss.v7i4.10508. 13 Samuel Julianta Sinuraya, “Makna Dibenarkan Oleh Iman Dan Per-Buatan Menurut Yakobus 2:14-26,” CARAKA: Jurnal Teologi Biblika Dan Praktika 1 no. 2 (2020): 199–210, https://doi.org/10.46348/car.v1i2.33. 14 Uri Christian Sakti Labeti, “Pandangan Gereja Kristen Jawa (GKJ) Terhadap Budaya Dalam Konteks Masyarakat Jawa,” Jurnal Teologi Berita Hidup 4 no. 1 (2021): 1–2. 15 Demianus Nahaklay, “Doa Puasa Dan Manfaatnya Terhadap Kehi-Dupan Orang Percaya,” KAPATA: Jurnal Teologi Dan Pendidikan Kristen 1 no. 1 (2020): 31–39. 16 Gernaida Krisna Pakpahan, “Teologi Hadir Sebagai Jawaban Keki-Nian,” in Quo Vadis Pendidikan Teologi Pasca Pandemi? (Jakarta: Hegel Pustaka (2021): 75–174.
  • 12. 12| Jurnal Misiologi Harun Max Styven Manurung Semester VI (Genap) Tahun Akademik 2022 / 2023 Sekolah Tinggi Teologi Mawar Saron Lampung kepada Tuhan dalam ajaran Kristiani, agar ajaran Kristiani hadir sebagai implikasi dari kepercayaan Kejawen bagi penganutnya saat ini.17 KESIMPULAN Amanat Yesus kepada kesebelas murid untuk menyebarkan Injil ke seluruh dunia tidak eksklusif untuk mereka, tetapi merupakan tanggung jawab semua orang yang telah diselamatkan untuk mewartakan kepada semua bangsa dan semua orang, tanpa batas. Amanat ini mengharuskan pergi ke seluruh penjuru dunia dan mewartakan pesan Kristus kepada setiap makhluk hidup, terlepas dari etnis atau latar belakang mereka, karena suara Tuhan tidak mengenal batas. Memberitakan Injil adalah tugas yang diberikan kepada orang percaya, yang harus bertindak sebagai pewarta, menyampaikan pesan secara formal dan otoritatif, seperti yang dicontohkan oleh Yohanes Pembaptis, Yesus, para rasul, dan orang Kristen lainnya. Injil harus diberitakan kepada non-Yahudi juga, dan misi ini terus berlanjut, bahkan di Indonesia. Penting untuk memahami dan menghargai budaya lokal agar dapat mengkomunikasikan pesan Injil secara efektif. Dalam budaya Kejawen, sangat terikat tradisi yang dilakukan terus menerus yang menjadi kebiasaan dan adat istiadat bagi orang Jawa, memang benar tradisi atau adat istiadat itu sulit untuk dilepaskan bahkan untuk meninggalkan sangat sulit, karena banyaknya masih kepercayaan dan penolakan-penolakan dalam masyarakat orang Jawa. Oleh karena itu, dengan datangnya penginjil dari berbagai negara asing, maka Injil bisa disampaikan dan masyarakat dapat mengerti dan mengenal bagaimana pengajaran Kekristenan yang benar-benar mempunyai pengharapan bagi keselamatan hidup kekal. Dan dengan dikabarkannya Injil Kristus, maka banyak orang Jawa yang menjadi percaya kepada Yesus Kristus, karena pengajarannya yang sangat luar biasa dan mampu 17 and Joseph Moris Aser Lasfeto, David Michael Gerungan, Gidion Hery Susanto, Rut, Junifrius Gultom, “Penyembuhan Tradisi Ziarah Kubur-Slametan Dalam Budaya Kejawen Dengan Kekristenan Dalam Lingkup Kesatuan,” Jurnal Lektur Keagamaan 20 (n.d.): 117–146.
  • 13. 13| Jurnal Misiologi Harun Max Styven Manurung Semester VI (Genap) Tahun Akademik 2022 / 2023 Sekolah Tinggi Teologi Mawar Saron Lampung mengalahkan setiap tradisi atau adat istiadat kepercayaan orang Jawa. Karena, Injil Kristus/Alkitab adalah kebenaran yang mutlak bagi orang-orang yang belum mengenal Injil bahkan yang sudah percaya kepada Yesus Kristus.
  • 14. 14| Jurnal Misiologi Harun Max Styven Manurung Semester VI (Genap) Tahun Akademik 2022 / 2023 Sekolah Tinggi Teologi Mawar Saron Lampung DAFTAR PUSTAKA Administator. “Kejawen, Pedoman Berkehidupan Bagi Masyarakat Jawa.” Indonesia.go.id (2018). Aldi Abdillah et al. “Social Interaction in Petamburan as a Form of Socio-Religious Tolerance in Indonesia.” KnE Social Sciences (2022): 1–19. https://doi.org/10.18502/kss.v7i4.10508. Aser Lasfeto, David Michael Gerungan, Gidion Hery Susanto, Rut, Junifrius Gultom, and Joseph Moris. “Penyembuhan Tradisi Ziarah Kubur-Slametan Dalam Budaya Kejawen Dengan Kekristenan Dalam Lingkup Kesatuan.” Jurnal Lektur Keagamaan 20 (n.d.): 117–146. Ayub Rusmanto, Aji Suseno. “Misi Gereja Dalam Menghadapi Realitas Budaya Di Indonesia: Refleksi Markus 16:15.” PNEUMATIKOS Jurnal Teologi Kependetaan 12 (n.d.): 45–56. Demianus Nahaklay. “Doa Puasa Dan Manfaatnya Terhadap Kehi-Dupan Orang Percaya.” KAPATA: Jurnal Teologi Dan Pendidikan Kristen 1 no. 1 (2020): 31–39. Dwi Andrianta, Stimson Hutagalung, and Rolyana Ferinia. “Kon-Tekstualisasi Ibadah Penghiburan Pada Tradisi Slametan Orang Meninggal Dalam Budaya Jawa.” Visio Dei: Jurnal Teologi Kristen 2 no. 2 (2020): 244–64. https://doi.org/10.35909/visiodei.v2i2.163. Dwi Putranto. “Peranan Penginjilan Dengan Pendekatan Kejawen Dan Budaya Jawa Pada Masyarakat Mojowarno Jawa Timur.” Jurnal Pembaharu 6, no. 1 (2020): 27–40. Emmanuel Satyo Yuwono. “Kejawaan Dan Kekristenan. Negosiasi Orang Kristen Jawa Soal Tradisi Ziarah Kubur.” Jurnal Retorik 5 1 (2017): 291–310. fivien Lutfhia Rahmi wardani and Zahrotul Uyun. “Ngajeni Wong Liyo: Menghormati Orang Yang Lebih Tua Pada Remaja Etnis Jawa.” Indigenous:Jurnal Ilmiah Psikologi 2 (2017): 1. Gernaida Krisna Pakpahan. “Teologi Hadir Sebagai Jawaban Keki-Nian.” in Quo Vadis Pendidikan Teologi Pasca Pandemi? (Jakarta: Hegel Pustaka (2021): 75–174. Krido Siswanto. “Perjumpaan Injil Dan Tradisi Jawa Timuran Dalam Pelayanan Misi Kontekstual.” Evangelikal: Jurnal Teologi Injili Dan Pembinaan Warga Jemaat 1 no. 1 (2017): 61–66.
  • 15. 15| Jurnal Misiologi Harun Max Styven Manurung Semester VI (Genap) Tahun Akademik 2022 / 2023 Sekolah Tinggi Teologi Mawar Saron Lampung Priskila Issak Benyamin. “Peran Keluarga Dalam Pendidikan Anak Pada Masa Pandemi Covid- 19.” KHARISMATA: Jurnal Teologi Pantekosta 3 1 (2020): 13–24. https://doi.org/10.47167/kharis.v3i1.43. Samuel Julianta Sinuraya. “Makna Dibenarkan Oleh Iman Dan Per-Buatan Menurut Yakobus 2:14-26.” CARAKA: Jurnal Teologi Biblika Dan Praktika 1 no. 2 (2020): 199–210. https://doi.org/10.46348/car.v1i2.33. Sukadari, Mahilda Dea Komalasari, and Ahmad Mabruri Wihaskoro. “Efektivitas Penanaman Nilai Integritas Pada Siswa SD Melalui Buku Wayang Pandawa Bervisi Antikorupsi.” Jurnal Integritas 4 no. 1 (2018): 217–44. Uri Christian Sakti Labeti. “Pandangan Gereja Kristen Jawa (GKJ) Terhadap Budaya Dalam Konteks Masyarakat Jawa.” Jurnal Teologi Berita Hidup 4 no. 1 (2021): 1–2. Yada Putra Gratia et al. “Pengembangan Model Pendidikan Agama Kristen Bagi Anak Korban Kemiskinan.” Jurnal Ecodunamika 3 no.1 (2020): 1. Yohanes Andi et al. “Strategi Misi Lintas Budaya Berdasarkan 1 Korintus 9:19-23.” Jurnal Teologi Kontekstual Indonesia 1 no. 1 (2020): 57. https://doi.org/10.46445/jtki.v1i1.249. Administator. “Kejawen, Pedoman Berkehidupan Bagi Masyarakat Jawa.” Indonesia.go.id (2018). Aldi Abdillah et al. “Social Interaction in Petamburan as a Form of Socio-Religious Tolerance in Indonesia.” KnE Social Sciences (2022): 1–19. https://doi.org/10.18502/kss.v7i4.10508. Aser Lasfeto, David Michael Gerungan, Gidion Hery Susanto, Rut, Junifrius Gultom, and Joseph Moris. “Penyembuhan Tradisi Ziarah Kubur-Slametan Dalam Budaya Kejawen Dengan Kekristenan Dalam Lingkup Kesatuan.” Jurnal Lektur Keagamaan 20 (n.d.): 117–146. Ayub Rusmanto, Aji Suseno. “Misi Gereja Dalam Menghadapi Realitas Budaya Di Indonesia: Refleksi Markus 16:15.” PNEUMATIKOS Jurnal Teologi Kependetaan 12 (n.d.): 45–56. Demianus Nahaklay. “Doa Puasa Dan Manfaatnya Terhadap Kehi-Dupan Orang Percaya.”
  • 16. 16| Jurnal Misiologi Harun Max Styven Manurung Semester VI (Genap) Tahun Akademik 2022 / 2023 Sekolah Tinggi Teologi Mawar Saron Lampung KAPATA: Jurnal Teologi Dan Pendidikan Kristen 1 no. 1 (2020): 31–39. Dwi Andrianta, Stimson Hutagalung, and Rolyana Ferinia. “Kon-Tekstualisasi Ibadah Penghiburan Pada Tradisi Slametan Orang Meninggal Dalam Budaya Jawa.” Visio Dei: Jurnal Teologi Kristen 2 no. 2 (2020): 244–64. https://doi.org/10.35909/visiodei.v2i2.163. Dwi Putranto. “Peranan Penginjilan Dengan Pendekatan Kejawen Dan Budaya Jawa Pada Masyarakat Mojowarno Jawa Timur.” Jurnal Pembaharu 6, no. 1 (2020): 27–40. Emmanuel Satyo Yuwono. “Kejawaan Dan Kekristenan. Negosiasi Orang Kristen Jawa Soal Tradisi Ziarah Kubur.” Jurnal Retorik 5 1 (2017): 291–310. fivien Lutfhia Rahmi wardani and Zahrotul Uyun. “Ngajeni Wong Liyo: Menghormati Orang Yang Lebih Tua Pada Remaja Etnis Jawa.” Indigenous:Jurnal Ilmiah Psikologi 2 (2017): 1. Gernaida Krisna Pakpahan. “Teologi Hadir Sebagai Jawaban Keki-Nian.” in Quo Vadis Pendidikan Teologi Pasca Pandemi? (Jakarta: Hegel Pustaka (2021): 75–174. Krido Siswanto. “Perjumpaan Injil Dan Tradisi Jawa Timuran Dalam Pelayanan Misi Kontekstual.” Evangelikal: Jurnal Teologi Injili Dan Pembinaan Warga Jemaat 1 no. 1 (2017): 61–66. Priskila Issak Benyamin. “Peran Keluarga Dalam Pendidikan Anak Pada Masa Pandemi Covid- 19.” KHARISMATA: Jurnal Teologi Pantekosta 3 1 (2020): 13–24. https://doi.org/10.47167/kharis.v3i1.43. Samuel Julianta Sinuraya. “Makna Dibenarkan Oleh Iman Dan Per-Buatan Menurut Yakobus 2:14-26.” CARAKA: Jurnal Teologi Biblika Dan Praktika 1 no. 2 (2020): 199–210. https://doi.org/10.46348/car.v1i2.33. Sukadari, Mahilda Dea Komalasari, and Ahmad Mabruri Wihaskoro. “Efektivitas Penanaman Nilai Integritas Pada Siswa SD Melalui Buku Wayang Pandawa Bervisi Antikorupsi.” Jurnal Integritas 4 no. 1 (2018): 217–44. Uri Christian Sakti Labeti. “Pandangan Gereja Kristen Jawa (GKJ) Terhadap Budaya Dalam Konteks Masyarakat Jawa.” Jurnal Teologi Berita Hidup 4 no. 1 (2021): 1–2.
  • 17. 17| Jurnal Misiologi Harun Max Styven Manurung Semester VI (Genap) Tahun Akademik 2022 / 2023 Sekolah Tinggi Teologi Mawar Saron Lampung Yada Putra Gratia et al. “Pengembangan Model Pendidikan Agama Kristen Bagi Anak Korban Kemiskinan.” Jurnal Ecodunamika 3 no.1 (2020): 1. Yohanes Andi et al. “Strategi Misi Lintas Budaya Berdasarkan 1 Korintus 9:19-23.” Jurnal Teologi Kontekstual Indonesia 1 no. 1 (2020): 57. https://doi.org/10.46445/jtki.v1i1.249.