4. “Waktu yang sedikit adalah harta berharga bagi seorang muslim
di dunia ini. Waktu adalah nafas yang terbatas dan hari-hari
yang dapat terhitung. Jika waktu yang sedikit itu yang hanya
sesaat atau beberapa jam bisa berbuah kebaikan, maka ia sangat
beruntung. Sebaliknya jika waktu disia-siakan dan dilalaikan,
maka sungguh ia benar-benar merugi. Dan namanya waktu
yang berlalu tidak mungkin kembali selamanya.”
(Lihat risalah “Al Waqtu Anfas Laa Ta’ud”, hal. 3)
Syaikh ‘Abdul Malik Al Qosim berkata,
7. “Dan jika kamu mengikuti KEBANYAKAN manusia di muka bumi, niscaya mereka akan
MENYESATKANMU dari jalan Allah. Mereka tiada lain hanyalah mengikuti persangkaan
belaka dan mereka tidak lain hanyalah berdusta.”
TQS Al AN’AM : 116
12. Setiap perjalanan, pasti
ada titik hentinya…
“Sesungguhnya cukup bagi kalian di
dunia ini seperti bekal orang yang
dalam perjalanan”
HR. Abu Ya’la, XIII/no. 7214, ath-Thabrani
dalam al-Mu’jamul Kabîr, no. 3695
14. “Dan sesungguhnya bagi orang-orang yang bertakwa benar-
benar (disediakan) tempat kembali yang baik,
(yaitu) syurga 'Adn yang pintu-pintunya terbuka bagi mereka,
di dalamnya mereka bertelekan (diatas dipan-dipan) sambil
meminta buah-buahan yang banyak dan minuman di surga itu.
Dan pada sisi mereka (ada bidadari-bidadari) yang tidak liar
pandangannya dan sebaya umurnya.
Inilah apa yang dijanjikan kepadamu pada hari berhisab.
Sesungguhnya ini adalah benar-benar rezki dari Kami yang
tiada habis-habisnya.”
(QS. Shad,38 : 49-54)
15. “Maka orang kafir akan dibuatkan untuk mereka pakaian-
pakaian dari api neraka.
Disiramkan air yang sedang mendidih ke atas kepala mereka.
Dengan air itu dihancur luluhkan segala apa yang ada dalam
perut mereka dan juga kulit (mereka).
Dan untuk mereka cambuk-cambuk dari besi.
Setiap kali mereka hendak ke luar dari neraka lantaran
kesengsaraan mereka, niscaya mereka dikembalikan ke
dalamnya. (Kepada mereka dikatakan),
"Rasakanlah azab yang membakar ini.“
(Al Hajj, 22: 19-22)
16. “Tidaklah mungkin untuk menghasilkan bibit (tanaman)
ini kecuali di dunia, tidak ditanam, kecuali pada kalbu
dan tidak dipanen kecuali di akhirat.”
(Imam Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin)
20. Apa kata Al Quran?
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan
bumi, dan silih bergantinya malam dan siang,
terdapat tanda-tanda (ayat) bagi orang yang
berakal”
(QS. Ali Imran :190)
24. “Dan Aku tidak menciptakan jin
dan manusia melainkan supaya
mereka beribadah kepada-Ku.”
(QS. Adz Dzariyat: 56)
25. Dari mana
kita berasal?
Untuk apa
kita hidup di
dunia?
Setelah hidup
di dunia kita
kemana?
3 Simpul besar (Uqdatul Kubra)
Yang menjadi pertanyaan kita bersama
Editor's Notes
Tanya kepada audience..
Jika anda diminta memasuki pintu itu, siap atau tidak?
Apa kira-kira yang akan terjadi?
Mengapa bisa terjadi?
Jika kita memasuki sebuah tempat tanpa jelas tujuannya dan tanpa jelas pula jalan mana saja yang harus dilalui, apakah kira2 yg akan terjadi?
Bukankah hidup kita juga butuh petunjuk?
Untuk bisa melakukan suatu perjalanan, pasti butuh peta sebagai petunjuk.
Bagaimana jika berjalan tanpa petunjuk, padahal kita harus terus berjalan untuk sampai ke tujuan?
Waktu pun terus berputar yang itu artinya usia kita berkurang jatahnya, padahal kita perlu untuk segera sampai tujuan
Pertama harus tahu dulu tujuan perjalanan hidup kita mau kemana
Jika kita saksikan kehidupan di sekitar kita, secara sederhana dalam hidup kita yang niscaya terus bergerak, berubah, dan berjalan maka kehidupan kita layaknya kehidupan di sungai. Perhatikanlah kehidupan sungai, kita punya pilihan untuk DIAM seperti BATU menyaksikan perubahan yang ada di sekitar kita. Kita bisa memilih HANYUT seperti DAUN, kemanapun arus air mengalir kita mengikuti arus tersebut. Dan kita juga bisa memilih untuk MELAWAN ARUS seperti IKAN, walaupun ikan sekecil apapun dia bisa melawan arus. Jadi kita pilih yang mana?
Apakah hidup kita selama ini mengikuti arus kebanyakan manusia (seperti daun), kebanyakan teman-teman kita. Padahal Allah sudah mengingatkan .....
Atau kita memilih Pilihan DIAM.... Seperti batu. Bersifat acuh
Sebagaimana kita sebagai muslim, maka pilihan kita akan memberi konsekuensi dimana kita berada nantinya, surge atau neraka
Mainkan video dengan mengklik tanda play warna abu2
Padahal hidup kita jika ibarat sebuah perjalanan, jika ada titik bernagkat pasti ada titik hentinya...
Dimana titik henti kehidupan kita?
Akhirat adalah titik henti kehidupan manusia yang lamanya kita 1 hari disana = 1000 tahun di dunia
“Sesungguhnya sehari disisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu.” (QS. Al Hajj: 47)
Apakah surga tempat kembali kita?
Atau justru di neraka?
Maka jika diakhir hidup kita dua tempat pilihan (surga-neraka) maka sekarang ketika kita di dunia inilah tempat untuk menentukan kehidupan kita di akhirat...
Mari kita mulai dari titik awal kehidupan manusia
Tentang penciptaan Alam, Manusia dan Kehidupan ini…
Pemateri bias membantu peserta memahami isi video
Suatu hari, ada seorang penyelam yang disuruh untuk mengambil mutiara yang berada di dalam lautan. Sang penyelam pun melaksanakan tugasnya dan menyelamlah ia ke dalam lautan yang dalam. Di sana, ia menemukan pemandangan yang sangat indah dan menakjubkan, semakin menyelam ke dalam semakin indah segala sesuatu yang ditemuinya. Ikan-ikan berwarna-warni yang cantik berlalu lalang menarik perhatiannya, tanaman-tanaman laut dan terumbu karang, serta biota-biota laut lainnya membuat sang penyelam semakin terpesona dan terhanyut untuk menikmati keindahan dan bermain-main dengannya, sampai-sampai ia lupa akan tugasnya untuk mengambil mutiara-mutiara cantik yang berada di dalam laut. Setelah lama bermain-main dan asyik menyelam menikmati pemandangan di sana, sang penyelam pun merasa kelelahan dan tidak kuat lagi untuk melanjutkan perjalanan (menyelam) mencari mutiara. Akhirnya, sang penyelam memutuskan untuk berenang ke permukaan air dan keluar dari dalam laut tanpa membawa apa pun yang sudah ditugaskan kepadanya.
Sang penyelam diibaratkan seperti kita(manusia), lautan adalah dunia tempat kita hidup, mutiara adalah tujuan hidup, dan ikan-ikan serta keindahan alam di dalam laut adalah perhiasan dunia yang melenakan (harta, anak, istri, jabatan, keindahan dan kenikmatan dunia yang ada saat ini).