Dokumen tersebut membahas pengelolaan limbah padat dan B3 di Kelurahan Sungai Bangkong. Terdapat rencana sistem pewadahan limbah yang meliputi jenis, kapasitas, dan jumlah wadah sampah individual dan komunal sesuai sumbernya. Wadah yang direncanakan terdiri dari bin, tong, bin beroda, dan kontainer fiberglass. [ringkasan selesai]
1. Rekayasa Lingkungan Sampah dan B3
Kelurahan Sungai Bangkong
32
BAB 6
PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DAN B3
Berdasarkan UU RI No. 18 Tahun 2008 pengelolaan sampah yaitu
kegiatan sistematis, menyeluruh dan berkesinambungan yang meliputi
pengurangan dan penanganan sampah. Pengelolaan sampah ini bertujuan untuk
meningkatkan kesehatan lingkungan dan masyarakat, melindungi sumber daya
alam, melindungi fasilitas sosial dan ekonomi serta menunjang pembangunan
sektor strategis. Merujuk pada beberapa hal tersebut, pengelolaan sampah di
Kelurahan Sungai Bangkong direncanakan dalam beberapa bagian, yaitu sistem
pewadahan, sistem pengumpulan, tempat penampungan sementara terpadu (TPST),
sistem pengangkutan, dan tempat pemrosesan akhir (TPA).
6.1 Rencana Sistem Pewadahan
Pewadahan sampah merupakan cara penampungan sampah sementara di
sumbernya baik individual maupun komunal. Wadah sampah individual umumnya
ditempatkan di muka rumah atau bangunan lainnya. Sedangkan wadah sampah
komunal ditempatkan di tempat terbuka yang mudah diakses. Sampah diwadahi
sehingga memudahkan dalam pengangkutannya. Idealnya jenis wadah disesuaikan
dengan jenis sampah yang akan dikelola agar memudahkan dalam penanganan
berikutnya, khususnya dalam upaya daur ulang.
Berdasarkan pedoman dari Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah,
bentuk yang dipakai pewadahan tergantung selera dan kemampuan pengadaannya
dari pemiliknya, dengan kriteria yang terlihat pada Tabel 6.1. Dalam penentuan
jenis wadah yang digunakan perlu diketahui kriteria pemakaian dan kapasitas
wadah. Jenis wadah dapat dibedakan berdasarkan sumbernya yang terdapat pada
Tabel 6.2. Sedangkan untuk kapasitas dan umur wadah dapat terlihat pada Tabel
6.3.
2. Rekayasa Lingkungan Sampah dan B3
Kelurahan Sungai Bangkong
33
Tabel 6.1 Kriteria Wadah Individu dan Komunal
Kriteria Individual Komunal
Peruntukan
toko, kantor, hotel, pemukiman high
income, industri perumahan
pedagang kaki lima, rumah
susun, pemukiman low
income
Bentuk kotak, silinder, kantung, kontainer kotak, silinder, kontainer
Sifat dapat diangkat, tertutup
tidak bersatu dengan tanah,
dapat diangkat, tertutup
Bahan
logam, plastik (alternatif bahan harus bersifat kedap terhadap air,
panas matahari, tahan diperlakukan kasar, mudah dibersihkan)
Ukuran
10-50 liter untuk pemukiman,
toko kecil
100-500 liter untuk kantor, toko
besar, hotel, rumah makan
100-500 liter untuk
pinggir jalan, taman
kota
1-10 m3 untuk
pemukiman dan pasar
Pengadaan
pribadi, swadaya masyarakat,
instansi pengelola
pemilik, badan swasta
(sekaligus sebagai usaha
promosi hasil produksi),
instansi pengelola
Peletakan
di halaman muka (tidak di luar
pagar)
mudah di ambil
sumber sampah besar (hotel,
restoran) boleh di belakang
dengan alasan estetika dan
kesehatan, dengan syarat
menjamin kemudahan
pengambilan
tidak mengambil lahan
trotoar (harus ada
lokasi khusus)
tidak di pinggir jalan
protokol
sedekat mungkin
dengan sumber sampah
tidak pengganggu
pemakai jalan
Sumber: BSN, 2002
3. Rekayasa Lingkungan Sampah dan B3
Kelurahan Sungai Bangkong
34
Tabel 6.2 Jenis Pewadahan Berdasarkan Sumber Sampah
Sumber Sampah Jenis Pewadahan
Daerah Perumahan
Kantong plastik/kertas dengan volume sesuai yang
tersedia di pasaran
Bin plastik/tong, volume 40-60 liter dengan tutup
Pasar
Bin/tong sampah, volume 50–60 liter yang
dipasang secara permanen
Bin/plastik, volume 120-140 liter dengan tutup dan
memakai roda
Gerobak sampah, volume 1,0 m3.
Kontainer dari armroll kapasitas 6–10 m3
Pertokoan
Kantong plastik, volume bervariasi.
Bin plastik/tong, volume 50-60 liter.
Bin plastik, volume 120-140 liter dengan roda.
Perkantoran/Hotel
Kontainer volume 1 m3 beroda.
Kontainer besar volume 6-10 m3.
Tempat umum, jalan,
dan taman
Bin plastik/tong volume 50-60 liter, yang dipasang
secara permanen
Bin plastik, volume 120 - 140 L dengan roda
Sumber: Damanhuri, 2010
Tabel 6.3 Jenis dan Umur Wadah
No
Jenis
Wadah
Kapasitas Pelayanan
Umur
Wadah
Keterangan
1 Kantong 10 – 40 L 1 kk 2 – 3 hari Individual
2 Bin 60 L 1 kk
2 – 3
tahun
Maksimal
pengambilan 3 hari
sekali
3 Bin 120 L 2 – 3 kk
2 – 3
tahun
Toko
4 Bin 240 L 4 – 6 kk
2 – 3
tahun
5 Kontainer 1000 L 80 kk
2 – 3
tahun
Komunal
6 Kontainer 500 L 40 kk
2 – 3
tahun
Komunal
7 Bin 30 – 40 L
Pejalan Kaki
Taman
2 – 3
tahun
Sumber: Damanhuri, 2010
4. Rekayasa Lingkungan Sampah dan B3
Kelurahan Sungai Bangkong
35
Sarana pewadahan diarahkan untuk memperhatikan hal - hal berikut :
1. Alat pewadahan yang disarankan untuk digunakan adalah tipe tidak tertanam
(dapat diangkat) untuk memudahkan operasi pengumpulan.
2. Wadah mampu mengisolasi sampah dari lingkungan (memiliki tutup)
3. Jenis wadah yang digunakan disesuaikan dengan kemampuan pengadaannya
dapat berupa: tong sampah (plastik, fiberglass, kayu, logam, bambu) atau
kantong plastik.
4. Ukuran wadah minimal dapat mewadahi timbulnya sampah selama 2 hari pada
tiap tempat timbulan sampah (untuk pemukiman 40 liter, sedangkan untuk
komunal 100 liter - 1 m3)
5. Mudah untuk pengoperasiannya, yaitu mudah dan cepat untuk dikosongkan.
6. Jarak antar wadah sampah untuk pejalan kaki minimal 100 m
7. Mudah dijangkau oleh petugas sehingga waktu pengambilan dapat lebih cepat
dan singkat.
8. Aman dari gangguan binatang ataupun dari pemungut barang bekas, sehingga
sampah tidak dalam keadaan berserakan.
9. Tidak mudah rusak dan kedap air.
Perencanaan sistem pewadahan di Kelurahan Sungai Bangkong membagi jenis
sampah menjadi dua, yaitu individual dan komunal, untuk kemudahan sistem
pengangkutan. Wadah pada masing-masing jenis memiliki 3 variasi bin, yaitu
organik, anorganik, dan B3, untuk memudahkan proses reduksi sampah dan
pengelolaan sampah yang sesuai jenisnya. Bahan wadah yang digunakan berbahan
fiberglass yang anti karat, tidak mudah berlubang atau sobek serta ringan, sehingga
diperkirakan lebih kuat dan tahan lama dalam penggunaannya.
Wadah yang digunakan ada 4 jenis, yaitu bin (Gambar 6.1), bin plastik/tong
(Gambar 6.2 dan Gambar 6.3), bin plastik beroda (Gambar 6.4), dan kontainer
(Gambar 6.5). Pemakaian tiap jenis disesuaikan dengan sumbernya dan perkiraan
lapangan. Perhitungan jumlah wadah diperoleh dari perbandingan volume timbulan
dengan kapasitas wadah. Hasil perhitungan terlihat pada Tabel 6.4, Tabel 6.5,
Tabel 6.6, dan Tabel 6.7. Rekapitulasi jumlah wadah terdapat pada Tabel 6.8.
5. Rekayasa Lingkungan Sampah dan B3
Kelurahan Sungai Bangkong
36
Gambar 6.1 Contoh Wadah Jenis Bin (30 L) untuk Fasilitas Umum
Gambar 6.2 Contoh Wadah Jenis Bin / Tong (60 L) untuk Pemukiman
Gambar 6.3 Contoh Wadah Jenis Bin / Tong 60 L untuk Fasilitas Umum
6. Rekayasa Lingkungan Sampah dan B3
Kelurahan Sungai Bangkong
37
Gambar 6.4 Contoh Wadah Jenis Bin Beroda (120 L) untuk Fasilitas Umum
Gambar 6.5 Contoh Wadah Jenis Kontainer (500 L) untuk Fasilitas Umum
7. Rekayasa Lingkungan Sampah dan B3 Kelurahan Sungai Bangkong
38
Tabel 6.4 Jumlah Bin yang Diperlukan
Wadah No Sumber
Timbulan Sampah (l/hari) Kapasitas
Wadah
(liter)
Jumlah Wadah (unit) Total
Wadah
(unit)Organik Anorganik B3 Organik Anorganik B3
Bin
1 Play Group 11,25 24,38 1,88 30 0 1 0 1
2 Lapangan Sepak Bola 3,38 18,00 1,13 30 0 1 0 1
3 Lapangan Bulu Tangkis 9,00 48,00 3,00 30 0 2 0 2
4 Lapangan Tenis 6,75 36,00 2,25 30 0 1 0 2
5 Lapangan Voli 18,00 96,00 6,00 30 1 3 0 4
6 Warung 1.752,66 625,95 125,19 30 58 21 4 83
Jumlah 60 28 5 93
8. Rekayasa Lingkungan Sampah dan B3 Kelurahan Sungai Bangkong
39
Tabel 6.5 Jumlah Bin Plastik/Tong yang Diperlukan
Wadah No Sumber
Timbulan Sampah (l/hari) Kapasitas
Wadah
(liter)
Jumlah Wadah (unit) Total
Wadah
(unit)Organik Anorganik B3 Organik Anorganik B3
Bin
Plastik /
Tong
1 Pemukiman 2.884.811,48 2.168.273,85 521.241,98 60 48.080 36.138 8.687 92.905
2 TK 40,50 87,75 6,75 60 1 1 0 2
3 SD 370,88 803,58 61,81 60 6 13 1 21
4 SMP 154,75 335,29 25,79 60 3 6 0 9
5 SMA 94,12 203,93 15,69 60 2 3 0 5
6 PTS 560,57 1.214,56 93,43 60 9 20 2 31
7 Perpustakaan 112,18 243,06 18,70 60 2 4 0 6
8 Persewaan Kamar 116.688,00 53.856,00 8.976,00 60 1.945 898 150 2.992
9 Kos 15.050,10 6.946,20 1.157,70 60 251 116 19 386
Jumlah 50.298 37.199 8.860 96.357
9. Rekayasa Lingkungan Sampah dan B3 Kelurahan Sungai Bangkong
40
Tabel 6.6 Jumlah Bin Plastik Beroda yang Dibutuhkan
Wadah No Sumber
Timbulan Sampah (l/hari) Kapasitas
Wadah
(liter)
Jumlah Wadah (unit) Total
Wadah
(unit)Organik Anorganik B3 Organik Anorganik B3
Bin
Plastik
Beroda
1 Apotik 2.520,00 4.200,00 1.680,00 120 21 35 14 70
2 Toko Obat 720,00 1.200,00 480,00 120 6 10 4 20
3 Toko/Kios 54.600,00 19.500,00 3.900,00 120 455 163 33 650
4 Masjid 26.136,18 56.628,39 4.356,03 120 218 472 36 726
5 Surau 14.001,53 30.336,64 2.333,59 120 117 253 19 389
6 Gereja Kristen Protestan 351,38 761,32 58,56 120 3 6 0 10
7 Gereja Katholik 129,88 281,41 21,65 120 1 2 0 4
8 Wihara 165,93 359,51 27,65 120 1 3 0 5
9 Hotel Melati 243,75 112,50 18,75 120 2 1 0 3
Jumlah 824 945 107 1.876
10. Rekayasa Lingkungan Sampah dan B3 Kelurahan Sungai Bangkong
41
Tabel 6.7 Jumlah Kontainer yang Dibutuhkan
Wadah
yang
Digunakan
No Sumber
Timbulan Sampah (l/hari) Kapasitas
Wadah
(liter)
Jumlah Wadah (unit) Total
Wadah
(unit)Organik Anorganik B3 Organik Anorganik B3
Kontainer
Beroda
1 Rumah Sakit Umum 294,75 176,85 707,40 500 1 0 1 2
2 Puskesmas 589,50 353,70 1.414,80 500 1 1 3 5
3 Poliklinik 393,00 235,80 943,20 500 1 0 2 3
4 Posyandu 1.375,50 825,30 3.301,20 500 3 2 7 11
5 Rumah Bersalin 1.179,00 707,40 2.829,60 500 2 1 6 9
6 Pasar 17.292,58 6.175,92 1.235,18 500 35 12 2 49
7 Swalayan 9.240,00 3.300,00 660,00 500 18 7 1 26
Jumlah 61 24 22 106
Tabel 6.8 Rekapitulasi Kebutuhan Wadah di Kelurahan Sungai Bangkong
No Wadah Volume (liter) Jumlah (unit)
1 Bin 30 93
2 Bin Plastik/Tong 60 96.357
3 Bin Plastik Beroda 120 1.876
4 Kontainer 500 106
11. Rekayasa Lingkungan Sampah dan B3
Kelurahan Sungai Bangkong
42
6.2 Rencana Sistem Pengumpulan
Pengumpulan sampah adalah proses penanganan sampah dengan cara
pengumpulan dari masing-masing sumber sampah untuk diangkut ke (1) tempat
pembuangan sementara atau ke (2) pengolahan sampah skala kawasan, atau (3)
langsung ke tempat pembuangan atau pemerosesan akhir tanpa melalui proses
pemindahan. Salah satu permasalahan di dalam aspek teknis operasional yang
umumnya masih dijumpai adalah terbatasnya jumlah peralatan persampahan
(termasuk di dalamnya peralatan pengumpulan), pemeliharaan yang belum
terencana dengan baik serta belum adanya metode operasi yang sesuai. Secara lebih
mendetail permasalahan-permasalahan yang umumnya dijumpai pada sistem
pengumpulan ini antara lain:
a. Penggunaan waktu kerja yang tidak efisien karena keterlambatan mulai
bekerja, lamanya waktu memuat dan membongkar, hilangnya waktu dan lain-
lain.
b. Penggunaan kapasitas muat yang tidak tepat, misalnya terlalu penuh pada rit
1 dan kosong pada rit berikutnya. Muatan yang terlalu penuh membuat
kendaraan cepat rusak.
c. Jenis pewadahan yang tidak tepat, tidak seragam dan standar sehingga
memperlambat proses pengumpulan sampah oleh petugas pengumpul.
d. Rute pelayanan yang belum optimum, sehingga tidak diperoleh penghematan
waktu untuk operasi pengumpulan.
e. Tingkah laku petugas dan kerja sama masyarakat yang kurang baik, seperti
misalnya kerjasama antara petugas dan masyarakat serta efisiensi kerja
petugas kurang baik.
f. Aksebilitas yang kurang baik, seperti misalnya jalan-jalan yang terlalu
sempit, kondisi jalan yang rusak, kemacetan dan lain-lain.
Operasional pengumpulan dan pengangkutan sampah mulai dari sumber
sampah hingga ke lokasi pemerosesan akhir atau ke lokasi pembuangan akhir, dapat
dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
12. Rekayasa Lingkungan Sampah dan B3
Kelurahan Sungai Bangkong
43
a. Pola Individual Langsung
Pengumpulan dilakukan oleh petugas kebersihan yang mendatangi tiap-tiap
bangunan/sumber sampah (door to door) dan langsung diangkut untuk dibuang di
tempat pembuangan akhir. Pola pengumpulan ini menggunakan kendaraan truk
sampah biasa, dump truck atau compactor truck. Persyaratan pola individual
langsung antara lain:
Kondisi topografi bergelombang (15 – 40% ) hanya alat pengumpul mesin yang
dapat beroperasi
Kondisi jalan cukup lebar dan operasi tidak mengganggu pemakai jalan lainnya
Kondisi dan jumlah alat memadai
Jumlah timbulan sampah > 0,3 m3/hari
Biasanya daerah layanan adalah pertokoan, pemukiman rapi, daerah elit dan
jalan protokol.
Gambar 6.6 Skema Pola Individual Langsung
b. Pola Individual Tidak Langsung
Pengumpulan dilakukan oleh petugas kebersihan dengan mendatangi tiap-tiap
bangunan/sumber sampah (door to door) dan dikumpulkan ke lokasi pemindahan
atau transfer depo sebelum diangkut ke tempat pembuangan akhir dengan truk
sampah. Persyaratan pola individual tidak langsung antara lain:
Bagi daerah yang partisipasi masyarakatnya pasif
Lahan untuk lokasi pemindahan ada, sebagai tempat pemrosesan skala kawasan
Kondisi topografi relatif datar (rata-rata <5%)
Dapat menggunakan alat non mesin (gerobak, becak)
Alat pengumpul dapat menjangkau langsung
Lebar jalan atau gang cukup lebar untuk dilalui alat pengumpul
Terdapat organisasi pengelola pengumpul sampah dengan sistem
pengendaliannya.
Sumber Sampah Pengangkutan Pembuangan Akhir
13. Rekayasa Lingkungan Sampah dan B3
Kelurahan Sungai Bangkong
44
Gambar 6.7 Skema Pola Individual Tidak Langsung
c. Pola Komunal Langsung
Pengumpulan sampah dilakukan sendiri oleh masing-masing penghasil sampah
(rumah tangga, dll) ke tempat-tempat pewadahan sampah komunal. Kemudian truk
sampah mendatangi tempat pewadahan komunal tersebut dan diangkut ke tempat
pembuangan akhir. Persyaratan pola komunal langsung antara lain:
Alat angkut terbatas
Kemampuan kendali personil dan alat relatif rendah
Alat pengumpul sulit menjangkau sumber-sumber sampah individual (berbukit,
jalan sempit)
Peran serta masyarakat tinggi
Wadah komunal ditempatkan sesuai dengan kebutuhan dan di lokasi yang
mudah dijangkau truk
Pemukiman tidak teratur
Gambar 6.8 Skema Pola Komunal Langsung
Perencanaan untuk sistem pengumpulan harus disesuaikan dengan kondisi
eksisting di mana perencanaan tersebut akan diberlakukan. Sistem pengumpulan
yang direncanakan untuk sumber pemukiman di Kelurahan Sungai Bangkong
adalah dengan cara individual tidak langsung yang dikelola oleh perangkat
masyarakat sekitar atau instansi terkait. Hal ini dilakukan karena lebih teratur dan
sebagian besar daerah penelitian merupakan kompleks perumahan yang sudah ada
sistem pengumpulan individual tidak langsung, namun kurang diberdayakan dan
kurang disiplin sehingga dibutuhkan partisipasi masyarakat yang lebih baik. Pada
sistem individual tidak langsung, sampah dari sumber rumah tangga (pemukiman)
Sumber
Sampah
Pengumpulan Pengangkutan
Pembuangan
Akhir
Sumber
Sampah
Wadah
Komunal
Pengangkutan
Pembuangan
Akhir
14. Rekayasa Lingkungan Sampah dan B3
Kelurahan Sungai Bangkong
45
dikumpulkan dahulu dalam motor sampah (Gambar 6.9), kemudian diangkut ke
tempat pengolahan. Motor sampah merupakan inovasi dalam pengumpulan sampah
yang dapat menampung 3 m3 sampah per unitnya, bisa masuk ke jalan perumahan,
dan lebih efisien dibandingkan gerobak tangan.
Gambar 6.9 Contoh Motor Sampah
Dengan faktor iritasi 5 dan faktor pemadatan 1,2, diperoleh jumlah motor sampah
yang diperlukan yang terdapat pada Tabel 6.9.
Tabel 6.9 Estimasi Kebutuhan Motor Sampah untuk Pemukiman
No Tahun
Jumlah Sampah yang Diangkut Kebutuhan Alat
(m3/hari) (unit)
1 2017 3.004,56 167
2 2018 3.338,65 185
3 2019 3.682,90 205
4 2020 4.037,30 224
5 2021 4.401,86 245
6 2022 4.727,84 263
7 2023 5.108,79 284
8 2024 5.499,79 306
9 2025 5.900,84 328
10 2026 6.311,95 351
Pengumpulan secara terpisah diatur dengan menggunakan perbedaan warna
gerobak dan penyusunan jadwal pengumpulan. Pengumpulan sampah organik
dilaksanakan 1-2 hari sekali, sedangkan sampah non organik dilaksanakan 4-8 hari
sekali. Setelah mengumpulkan sampah rumah tangga yang telah dipisah
15. Rekayasa Lingkungan Sampah dan B3
Kelurahan Sungai Bangkong
46
berdasarkan jenisnya, motor pengumpul langsung membawa sampah ke TPST.
Sedangkan sampah selain dari sumber pemukiman yang berwadahkan bin, tong, bin
beroda, dan kontainer dikumpulkan dengan sistem individual langsung.
Dalam sistem pengumpulan diatur pula waktu pengumpulan, yaitu setiap
harinya di saat tidak mengganggu masyarakat terpadat. Berdasarkan Perda Kota
Pontianak, waktu pengumpulan di TPS adalah pukul 18.00 – 06.00 WIB. Hal ini
diwajibkan agar lingkungan dapat terjaga kebersihan dan kelestariannya, sehingga
pada siang hari tidak terjadi penumpukan sampah yang dapat memberi dampak
buruk bagi kesehatan maupun keindahan Kelurahan Sungai Bangkong.
6.3 Rencana Tempat Pengolahan Sementara Terpadu (TPST)
Tempat pengolahan sementara terpadu atau material recovery facility (MRF)
adalah tempat berlangsungnya kegiatan pemisahan dan pengolahan sampah secara
terpusat. Tempat pengolahan sampah terpadu adalah tempat dilaksanakannya
kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendauran ulang,
pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah (Pemerintah RI, 2008). Fungsi TPST
adalah sebagai tempat berlangsungnya pemisahan, pembersihan, pengemasan, dan
pengiriman produk daur ulang sampah. Skema TPST terlihat pada Gambar 6.10.
16. Rekayasa Lingkungan Sampah dan B3
Kelurahan Sungai Bangkong
47
Gambar 6.10 Diagram Alir TPST
Sumber: Permana, 2010
TPST merupakan bagian dari perubahan paradigma pengelolaan limbah padat
dengan tujuan meningkatkan pola pengelolaan sampah terpadu dengan
mengedepankan konsep 3R, meningkatkan proses pemberdayaan masyarakat
dalam pengelolaan sampah sejak dari sumbernya, dan meningkatkan kualitas
kebersihan lingkungan perumahan melalui pengelolaan sampah terpadu berbasis
masyarakat. Menurut penelitian Permana (2010), besar recovery (daur ulang)
sampah anorganik adalah 40% dan pengomposan sampah organik 60%, sedangkan
sisanya adalah residu yang diangkut ke TPA. Adapun fasilitas di TPST antara lain
fasilitas pre processing, pemilahan, dan pengolahan.
a. Fasilitas Pre Processing
Fasilitas pre processing, merupakan tahap awal pemisahan sampah,
mengetahui jenis sampah yang masuk, meliputi proses sebagai berikut:
Penimbangan, mengetahui jumlah sampah yang masuk
Penerimaan dan penyimpanan, menentukan area untuk mengantisipasi jika
sampah yang terolah tidak secepat sampah yang datang ke lokasi.
17. Rekayasa Lingkungan Sampah dan B3
Kelurahan Sungai Bangkong
48
b. Fasilitas Pemilahan
Fasilitas pemilahan, bisa secara manual maupun mekanis. Secara manual
akan membutuhkan area dan tenaga kerja untuk melakukan pemilahan dengan
cepat. Secara mekanis akan mempermudah proses pemilahan dan menghemat
waktu. Peralatan mekanis yang digunakan antara lain: alat untuk memisahkan
berdasarkan ukuran (misalnya reciprocating screen, trommel screen, disc
screen), dan alat untuk memisahkan berdasarkan berat jenis (misalnya air
classifier, pemisahan inersi, dan flotation). Contoh peralatan yang dibutuhkan
dalam pemilahan berdasarkan bahan sampah terdapat pada Tabel 6.9.
Tabel 6.10 Contoh Kebutuhan Peralatan dalam TPST
Bahan Operasi Kebutuhan Peralatan
Kertas dan
Karton
- Pemisah secara manual
kertas yang berkualitas
tinggi dan karton
- Baling
Front end loader, conveyor,
baler, forklift
Plastik
campuran
- Pemisahan manual PETE
dan HDPE
- Baling
- Penyimpanan
Area penerimaan, conveyor,
kontainer untuk penyimpanan,
baler, forklift
Gelas
campuran
- Pemisahan manual gelas
warna hijau, bening, dan
warna lain
- Penyimpanan
Area penerimaan, conveyor,
penghancur gelas, kontainer
untuk penyimpanan, baler,
forklift
Sumber: Irman, 2013
c. Fasilitas Pengolahan
Fasilitas pengolahan dibagi atas dua yaitu pengolahan secara fisik dan
pengolahan tambahan. Penanganan secara fisik dilakukan berdasarkan jenis dan
ukuran material. Peralatan yang digunakan antara lain hammer mill dan shear
shredder. Sedangkan pengolahan tambahan dapat berupa proses komposting.
18. Rekayasa Lingkungan Sampah dan B3
Kelurahan Sungai Bangkong
49
6.3.1 Rancangan TPST Sungai Bangkong
Kelurahan Sungai Bangkong merupakan kelurahan besar dan padat penduduk
yang diproyeksikan menghasilkan sampah sebesar 3.400,11 m3/hari pada tahun
2026. Lahan yang dapat digunakan untuk TPST terletak di Jalan Karya Sosial
karena lokasi tersebut merupakan kawasan yang belum dibangun, cukup jauh dari
badan air, dan memiliki luas wilayah yang cukup besar. Diharapkan dengan adanya
TPST dapat menghemat luas lahan landfill TPA, mengurangi biaya operasional
pengangkutan, dan dapat memberikan masukan keuangan yang kontinyu dengan
adanya daur ulang. Perencanaan TPST perlu menghitung besar reduksi sampah dari
pengomposan dan pendaur ulangan yang ditampilkan pada Tabel 6.11. Dari hasil
tersebut pula dapat diketahui luas operasional TPST yang dibutuhkan yang
ditampilkan pada Tabel 6.12.
Tabel 6.11 Besar Hasil Reduksi TPST
No Tahun
Sampah yang Diangkut
(m3/hari)
MRF (m3/hari)
Organik Anorganik B3 Organik Anorganik B3
1 2017 764,37 764,19 213,56 458,62 305,68 85,43
2 2018 837,67 837,47 234,04 502,60 334,99 93,62
3 2019 913,19 912,97 255,14 547,91 365,19 102,06
4 2020 990,94 990,71 276,86 594,57 396,28 110,75
5 2021 1.070,92 1.070,66 299,21 642,55 428,27 119,68
6 2022 1.143,69 1.143,42 319,54 686,21 457,37 127,82
7 2023 1.227,27 1.226,97 342,89 736,36 490,79 137,16
8 2024 1.313,04 1.312,73 366,86 787,83 525,09 146,74
9 2025 1.401,03 1.400,69 391,44 840,62 560,28 156,58
10 2026 1.491,83 1.491,47 416,81 895,10 596,59 166,72
19. Rekayasa Lingkungan Sampah dan B3
Kelurahan Sungai Bangkong
50
Tabel 6.12 Luas TPST yang Dibutuhkan
No Tahun
Total MRF
(m3/hari)
MRF (m3/tahun) Luas (m2) Luas (ha)
1 2017 849,73 310.150,21 49.934,18 4,99
2 2018 931,20 339.888,93 54.722,12 5,47
3 2019 1.015,16 370.531,82 59.655,62 5,97
4 2020 1.101,59 402.081,75 64.735,16 6,47
5 2021 1.190,50 434.533,00 69.959,81 7,00
6 2022 1.271,40 464.059,22 74.713,53 7,47
7 2023 1.364,31 497.972,09 80.173,51 8,02
8 2024 1.459,66 532.777,06 85.777,11 8,58
9 2025 1.557,47 568.476,97 91.524,79 9,15
10 2026 1.658,41 605.319,14 97.456,38 9,75
6.4 Rencana Sistem Pengangkutan
Pengangkutan sampah menurut UU no 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah, merupakan bagian dari penanganan sampah. Pengangkutan di
definisikan sebagai dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari
tempat penampungan sampah sementara atau dari TPS 3R menuju ke tempat
pengolahan sampah terpadu atau tempat pemrosesan akhir. Pengangkutan sampah
residu dari TPS/TPS Terpadu ke TPA dilakukan bila container telah penuh dan
sesuai dengan jadwal pengangkutan yang telah dikonfirmasikan dengan pengelola
sampah kota. Khusus untuk pengangkutan dicantumkan bahwa jenis alat angkut
mempengaruhi pelayanan, sebagai berikut:
1. Dump truck
Merupakan kendaraan angkut yang dilengkapi sistem hidrolis untuk
mengangkat bak dan membongkar muatannya. Pengisian muatan masih tetap
secara manual dengan tenaga kerja. Truk ini memiliki kapasitas yang bervariasi
yaitu 6m3, 8m3, 10m3, 14m3. Dalam pengangkutan sampah, efisiensi
penggunaan Dump truck dapat dicapai apabila memenuhi beberapa kriteria yaitu
jumlah trip atau ritasi perhari minimum 3 dan jumlah crew maksimum 3 orang.
Agar tidak mengganggu lingkungan selama perjalanan ke TPA, Dump truck
sebaiknya dilengkapi dengan tutup terpal.
20. Rekayasa Lingkungan Sampah dan B3
Kelurahan Sungai Bangkong
51
Gambar 6.11 Contoh Dump Truck
2. Arm roll truck
Merupakan kendaraan angkut yang dilengkapi sistem hidrolis untuk
mengangkat bak dan membongkar muatannya. Pengisian muatan masih tetap
secara manual dengan tenaga kerja. Truk ini memiliki kapasitas yang bervariasi
yaitu 6m3, 8m3, dan 10m3. Dalam pengangkutan sampah, efisiensi penggunaan
arm roll truck dapat dicapai apabila memenuhi beberapa kriteria yaitu jumlah
trip atau ritasi perhari minimum 5 dan jumlah crew maksimum 1 orang. Agar tidak
mengganggu lingkungan selama perjalanan ke TPA, kontainer sebaiknya
memiliki tutup dan tidak rembes sehingga leachate tidak mudah tercecer. Kontainer
yang tidak memiliki tutup sebaiknya dilengkapi dengan tutup terpal selama
pengangkutan.
Gambar 6. 12 Contoh Arm Roll Truck
21. Rekayasa Lingkungan Sampah dan B3
Kelurahan Sungai Bangkong
52
3. Compactor Truck
Merupakan kendaraan angkut yang dilengkapi sistem hidrolis untuk
memadatkan dan membongkar muatannya. Pengisian muatan masih tetap secara
manual dengan tenaga kerja. Truk ini memiliki kapasitas yang bervariasi yaitu
6m3, 8m3, dan 10m3. Dalam pengangkutan sampah, efisiensi penggunaan
compactor truck dapat dicapai apabila memenuhi beberapa kriteria yaitu jumlah
trip atau ritasi perhari minimum 3 dan jumlah crew maksimum 2 orang.
Gambar 6. 13 Contoh Compactor Truck
4. Trailer Truck
Merupakan kendaraan angkut berdaya besar sehingga mampu mengangkut
sampah dalam jumlah besar hingga 30 ton. Trailer truck terdiri atas primer over
dan kontainer beroda. Kontainer dilengkapi sistem hidrolis untuk membongkar
muatannya. Pengisian muatan dilakukan secara hidrolis dengan kepadatan tinggi
di transfer station. Trailer memiliki kapasitas antar 20-30 ton. Dalam pengangkutan
sampah, efisiensi penggunaan trailer truck dapat dicapai apabila memenuhi
beberapa kriteria yaitu jumlah trip atau ritasi perhari minimum 5 dan jumlah
crew maksimum 2 orang.
22. Rekayasa Lingkungan Sampah dan B3
Kelurahan Sungai Bangkong
53
Gambar 6. 14 Contoh Trailer Truck
6.4.1 Pola Pengangkutan
Pola pengangkutan sampah dapat dilakukan berdasarkan sistem
pengumpulan sampah. Jika pengumpulan dan pengangkutan sampah
menggunakan sistem pemindahan (transfer depo) atau sistem tidak langsung,
proses pengangkutannya dapat menggunakan sistem kontainer angkat (Hauled
Kontainer Sistem = HCS) ataupun sistem kontainer tetap (Stationary Kontainer
Sistem = SCS). Sistem kontainer tetap dapat dilakukan secara mekanis maupun
manual. Sistem mekanis menggunakan truk kompaktor dan kontainer yang
kompatibel dengan jenis truknya, sedangkan sistem manual menggunakan
tenaga kerja dan kontainer dapat berupa bak sampah atau jenis penampungan
lainnya. Pola pengangkutan antara lain:
a. Pengangkutan pada Pengumpulan dengan Pola Individual Langsung
Kendaraan yang digunakan untuk pengumpulan juga langsung digunakan
untuk pengangkutan ke TPA. Dari pool, kendaraan langsung menuju ke titik - titik
pengumpulan (sumber sampah ) dan setelah penuh dari titik pengumpulan terakhir
(dalam suatu rit atau trip). Setelah menurunkan sampah di TPA, kemudian kembali
ke titik pengumpulan pertama untuk rit atau trip berikutnya, setelah penuh dari titik
pengumpulan terakhir pada rit tersebut langsung menuju ke TPA demikian
seterusnya dan akhirnya dari TPA langsung kembali ke pool.
23. Rekayasa Lingkungan Sampah dan B3
Kelurahan Sungai Bangkong
54
Gambar 6.15 Skema Pola Pengumpulan Sampah Individual Langsung
b. Pengangkutan pada Pengumpulan dengan Pola Individual Tidak Langsung
Untuk pengumpulan sampah dengan pola individual tidak langsung
(menggunakan gerobak/becak sampah dan transfer depo tipe I atau II), angkutan
sampahnya sebagai berikut:
1) Kendaraan angkutan keluar dari pool langsung menuju lokasi Transfer Depo
dan sampah - sampah tersebut diangkut ketempat pembuangan akhir
2) Dari TPA, kendaraan tersebut kembali ke Transfer Depo untuk pengambilan /
pengangkutan pada rit atau trip berikutnya. Path rit terakhir sesuai dengan yang
ditentukan ,( jumlah sampah yang harus diangkut habis ) kendaraan tersebut
langsung kembali ke polo
3) Dapat terjadi setelah sampah di salah satu Transfer Depo habis mengambil
sampah dari Transfer Depo lain atau dari TPS/TPSS
4) Selain itu dapat diatur pula pengangkutannya bergantian dengan TD lain
sehingga tidak ada waktu kosong dari Dump Truck untuk tidak beroperasi. Hal
ini dimungkinkan bila jarak TPA dekat ke TD sehingga waktu tempuh truck
cukup singkat, sehingga bila langsung dari TPA menuju TD yang sama,
kemungkinan akan menganggur menunggu gerobak yang sedang melakukan
pengumpulan sampah dari rumah ke rumah (door to door). Dengan
memperhitungkan waktu secara cukup cermat (waktu tempuh gerobak 1
perjalanan dan waktu tempuh truk 1 perjalanan) maka dapat disusun jadwal
pengangkutan pada tiap TD.
24. Rekayasa Lingkungan Sampah dan B3
Kelurahan Sungai Bangkong
55
Gambar 6.16 Skema Pola Pengangkutan Sampah Individu Tidak Langsung
c. Pengangkutan pada Pengumpulan dengan Pola Komunal Langsung
Pada sistem ini terdapat beberapa pilihan, yaitu:
1) Kontainer Diganti
Dari Pool, Armroll truck membawa container kosong (C0) menuju landasan
container pertama (C1), menurunkan container kosong dan mengambil container
penuh (C1) secara hidrolis, selanjutnya menuju TPA untuk menurunkan sampah.
Dari TPA membawa container kosong (C1) menuju landasan landasan container
ke - dua, menurunkan container (C1) kemudian mengambil container penuh (C2)
untuk dibawa ke TPA, selanjutnya menuju kelandasan container berikutnya
demikian seterusnya. Setelah rit yang terakhir ( 4 s/d 6 rit/hari ), dari TPA bersama
container terakhir (Cn) yang telah kosong kembali ke Pool. Pada cara ini Transfer
Depo/landasan container setiap saat selalu tersedia container ; sehingga gerobak
tidak terikat pada waktu pemindahan karena menunggu container kembali dari
TPA.
25. Rekayasa Lingkungan Sampah dan B3
Kelurahan Sungai Bangkong
56
Gambar 6.17 Pola Pengangkutan Kontainer Diganti
2) Kontainer Dipindah
Armroll truck tanpa container keluar dari pool langsung menuju lokasi
container pertama (C1), untuk mengambil/mengangkut container pertama (C1) ke
TPA. Dari TPA, kendaraan tersebut dengan container kosong (C1) kembali menuju
lokasi container berikutnya (C2), menurunkan container yang kosong (C1) dan
mengambil container yang berisi sampah (C2) untuk diangkut ke TPA demikian
seterusnya. Pada rit terakhir setelah container kosong (Cn) diletakkan pada lokasi
container pertama, kendaraan tersebut kembali ke pool.
Pada lokasi container pertama, kendaraan tersebut kembali ke pool. Pada cara
ini terdapat kekosongan container pada landasan container pertama sampai Armroll
truck membawa container kosong yang terakhir (Cn) dari TPA ke landasan
pertama. Pada landasan ke dua dan landasan terkhir tidak terjadi kekosongan
container. Tentunya yang rawan adalah pada landasan pertama karena
kemungkinan ada gerobak yang menurunkan sampah atau individu yang
membuang sampah di landasan yang tidak ada containernya.
26. Rekayasa Lingkungan Sampah dan B3
Kelurahan Sungai Bangkong
57
Gambar 6.18 Pola Pengangkutan Kontainer Dipindah
3) Kontaner Diangkat
Pada cara ke-3 relatif sama dengan cara ke-2, hanya setelah container pertama
(C1) dibawa ke TPA untuk dikosongkan kembalinya dari TPA tidak menuju ke
lokasi landasan pertama, demikian pula container kedua (C2) dari TPA kembali ke
landasan kedua demikian selanjutnya. Secara merata setiap landasan (TD-III) akan
terjadi kekosongan container selama kegiatan pengangkutan dari landasan ke TPA
dan kembali ke landasan yang sama.
Gambar 6.19 Pola Pengangkutan Kontainer Diangkat
4) Kontainer Tetap
Sistem ini biasanya untuk container kecil serta alat angkut berupa truck
compactor. Kendaraan keluar dari pool langsung menuju lokasi container pertama
(C1) dan mengambil sampahnya untuk dituangkan ke dalam truck compactor dari
27. Rekayasa Lingkungan Sampah dan B3
Kelurahan Sungai Bangkong
58
meletakkan kembali container yang kosong itu ditempatnya semula, kemudian
kendaraan langsung menuju lokasi container kedua (C2) mengambil sampahnya
dan meninggalkan container dalam keadaan kosong dan seterusnya.
Gambar 6.20 Pola Pengangkutan Kontainer Tetap
6.4.2 Rancangan Sistem Pengangkutan
Dalam perencanaan sistem pengangkutan sampah Kelurahan Sungai
Bangkong digunakan sistem kontainer tetap (SCS) secara mekanis untuk
memudahkan dari proses pengumpulan. Kendaraan yang digunakan adalah
compactor truck berkapasitas 8 m3 yang mampu mengangkut untuk 2500 KK.
Untuk menghitung kebutuhan truk digunakan Persamaan 6.1 dan Persamaan 6.2.
Untuk kapasitas wadah adalah 8 m3 dan ritasi sebanyak 5 kali. Hasil perhitungan
terdapat pada Tabel 6.13.
Jumlah 𝑇𝑟𝑢𝑘 =
Jumlah TPS
Ritasi
..............................................................................(6.1)
Jumlah Kebutuhan TPS =
TS
Kk×Fp×Rk
...............................................................(6.2)
Di mana:
Ts : Timbulan sampah
Kk : Kapasitas wadah
fp : Faktor pemandatan = 1,2
Rk : Ritasi alat pengumpul
28. Rekayasa Lingkungan Sampah dan B3
Kelurahan Sungai Bangkong
59
Tabel 6.13 Estimasi Kebutuhan Truk
No Tahun
Jumlah Sampah yang Diangkut
(m3/hari)
Kebutuhan TPS
(unit)
Jumlah Truk
(unit)
1 2017 1742,13 36 7
2 2018 1909,17 40 8
3 2019 2081,30 43 9
4 2020 2258,51 47 9
5 2021 2440,79 51 10
6 2022 2606,64 54 11
7 2023 2797,13 58 12
8 2024 2992,64 62 12
9 2025 3193,16 67 13
10 2026 3400,11 71 14
6.5 Rencana Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)
Rancangan TPA dari Kelurahan Sungai Bangkong mengikuti TPA yang sudah
ada di Kota Pontianak, yaitu TPA Batulayang. Volume sampah dimaksimalkan
berkurang karena sudah melalui proses reduksi dari sumber dan TPST. Kebutuhan
lahan untuk TPA dihitung dengan memperhitungkan faktor kompaksi TPA, tutupan
lahan, dan faktor pengurugan. Hasil kalkulasi terdapat pada Tabel 6.14. Sarana dan
prasarana yang ada dalam sebuah TPA antara lain:
- Jalan, di mana semakin baik kondisi jalan maka pengangkutan lebih efisien.
Jalan tersebut terbagi atas jalan masuk, jalan penghubung, jalan operasi, dan
jalan ke IPLT.
- Drainase, berfungsi untuk mengendalikan aliran limpasan air hujan dengan
tujuan untuk memperkecil aliran yang masuk ke timbunan sampah sehingga
diharapkan air lindi dapat dikendalikan.
- Fasilitas penerimaan, dimaksudkan sebagai tempat pemeriksaan sampah yang
datang, pencatatan data, dan pengaturan kedatangan truk sampah. Pada
umumnya fasilitas ini dibangun berupa pos pengendali di pintu masuk TPA.
Pada TPA besar di mana kapasitas pembuangan telah melampaui 50 ton/hari
maka dianjurkan penggunaan jembatan timbang untuk efisiensi dan ketepatan
pendataan. Sementara TPA kecil bahkan dapat memanfaatkan pos tersebut
29. Rekayasa Lingkungan Sampah dan B3
Kelurahan Sungai Bangkong
60
sekaligus sebagai kantor TPA sederhana di mana kegiatan administrasi ringan
dapat dijalankan.
- Lapisan kedap air, berfungsi untuk mencegah rembesan air lindi yang
terbentuk di dasar TPA ke dalam lapisan tanah di bawahnya. Untuk itu
lapisan ini harus dibentuk di seluruh permukaan dalam TPA baik dasar
maupun dinding.
- Fasilitas pengamanan gas, perlu dipasang pipa-pipa ventilasi agar gas dapat
keluar dari timbunan sampah pada titik-titik tertentu.
- Fasilitas pengamanan lindi, dapat berupa perpipaan berlubang-lubang,
saluran pengumpul maupun pengaturan kemiringan dasar TPA
- Alat Berat, seperti buldoser, excavator, dan loader
- Penghijauan, dengan tujuan peningkatan estetika lingkungan dan sebagai
buffer zone untuk pencegahan bau dan lalat yang berlebihan
- Fasilitas penunjang, seperti pemadam kebakaran, mesin pengasap (mist
blower), kesehatan/keselamatan kerja, toilet, dan lain lain.