1. PEMANFAATAN LAHAN KRITIS UNTUK
PERLUASAAN LAHAN PERTANIAN
Prof (R ) Dr. Ir. Sukarman, MS
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)
Institute for Sustainable Earth and Resources
(I-SER)
Center for Watershed and Ecosystem Conservation
Bogor, 07 Februari 2023
2. CAKUPAN
Sukarman, 2023
I. Pendahuluan
II. Lahan Kritis di Indonesia
III. Kebutuhan Pangan Pangan Utama
IV. Kebutuhan Lahan Pertanian
V. Pemanfaatan Lahan Kritis untuk Perluasan
Areal Pertanian
VI. Penutup
3. I. PENDAHULUAN
Sukarman, 2023
• Indonesia berpenduduk 275,36 juta jiwa, keempat
tertinggi didunia sesudah Cina, India dan AS.
• Dengan jumlah penduduk yang tinggi tersebut
akan memposisikan Indonesia pada keadaan
rawan pangan bila Indonesia menggantungkan
kebutuhan pangannya pada pasar internasional
• Pada tahun 2045, Indonesia pernah menyatakan
untuk Menjadi Lumbung Pangan Dunia
• Peningkatan produksi pertanian selain dilakukan
melalui peningkatan produktivitas, juga melalui
perluas areal.
4. I. PENDAHULUAN (lanjutan)
Sukarman, 2023
• Masalah perluasan areal pertanian terhambat karena adanya
konversi lahan pertanian produktif masih terus berlangsung
walaupun telah terbit UU 41/2009 tentang Perlindungan Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan
• Tumpang tindih peruntukan lahan antara sektor pertanian dan
non pertanian, atau antara pertanian tanaman semusim dan
tanaman tahunan.
• Lahan kritis masih luas, apakah bisa digunakan untuk
perluasan areal pertanian ???
• Bagaimana prosedur teknis pemanfaatan lahan kritis?
• Perlu ada pengkajian tentang masalah lahan kritis untuk
perluasan areal pertanian
• Persyaratan apa yang harus dipenuhi agar lahan kritis dapat
digunakan untuk lahan pertanian.
5. Pengertian Lahan Kritis
• Lahan kritis adalah lahan yang telah mengalami kerusakan
fisik tanah karena berkurangnya penutupan vegetasi dan
adanya gejala erosi, sehingga mempengaruhi/mengganggu
fungsi hidrologi daerah sekitarnya (Puslitbangtanak, 2004).
• Sektor kehutanan mendefinisikan lahan kritis (critical land)
sebagai lahan yang menurun fungsinya akibat tingkat
penggunaan yang melampaui kemampuannya (capability).
• Munculnya lahan ini sebagian besar disebabkan oleh
degradasi lahan. Degradasi lahan adalah proses karena
kondisi lingkungan fisik yang berubah akibat kegiatan
manusia ketika melakukan pengolahan lahan
II. LAHAN KRITIS DI INDONESIA
Sukarman, 2023
6. Ciri-ciri Lahan Kritis
1. Kandungan Humus (Bahan Organik) Rendah
2. Tidak Subur
3. Daya Dukung Tanah Rendah
4. Fluktuasi Air Tidak Baik
Penyebab Lahan Kritis
1. Faktor Alamiah
• Kekeringan
• Tergenang Air
• Erosi tanah
2. Faktor Non-Alamiah
• Akibat terjadinya Alih Fungsi Lahan
• Kesalahan Pengelolaan Lahan
• Tercemar Bahan Kimia
• Sampah Anorganik
II. LAHAN KRITIS DI INDONESIA
Sukarman, 2023
7. II. LAHAN KRITIS DI INDONESIA
No. Provinsi Luas (Ha)
1 Aceh 389.332
2 Sumatera Utara 777.942
3 Sumatera Barat 686.091
4 Riau 221.828
5 Kepulauan Riau 92.573
6 Jambi 219.632
7 Bengkulu 277.708
8 Sumatera Selatan 707.169
9 Lampung 387.494
Luas Lahan Kritis Nasional per Provinsi Tahun 2022
No. Provinsi Luas (Ha)
10 Kep. Bangka Belitung 167.065
11 Banten 197.629
12 DKI Jakarta -
13 Jawa Barat 829.556
14 Jawa Tengah 392.269
15 DI Yogyakarta 72.269
16 Jawa Timur 390.017
17 Kalimantan Barat 743.784
Sukarman, 2023
8. II. LAHAN KRITIS DI INDONESIA
No. Provinsi Luas (Ha)
18 Kalimantan Selatan 458.478
19 Kalimantan Tengah 819.682
20 Kalimantan Timur 274.477
21 Kalimantan Utara 53.881
22 Sulawesi Utara 362.594
23 Gorontalo 225.438
24 Sulawesi Tengah 364.104
25 Selawesi Barat 144.130
26 Sulawesi Selatan 392.797
Luas Lahan Kritis per Provinsi tahun 2022 (lanjutan)
No. Provinsi Luas (Ha)
27 Sulawesi Tenggara 314.318
28 Bali 41.417
29 Nusa Tenggara Barat 490.314
30 Nusa Tenggara Timur 580.731
31 Maluku 487.248
32 Maluku Utara 483.268
33 Papua Barat 331.028
34 Papua 368.637
TOTAL 12.744.925
Sumber : Ditjen Pengelolaan DAS dan Rehabilitasi Hutan (2022)
9. Luas Lahan Kritis (Ditjen Pengelolaan DAS dan Rehabilitasi Hutan, 2022)
1. Seluruh Indonesia 12,745 juta ha
2. Dalam Kawasan hutan seluas 7,411 juta ha
3. Diluar Kawasan Hutan seluas 5,334 juta ha
Contoh Luasan Lahan Kritis :
1. Terluas se Indonesia di Prov. Jawa Barat seluas 829.556 ha
2. Yang paling sedikit se Indonesia di Provinsi Bali seluas 41.417 ha
3. Terluas di P. Sumatera, Provinsi Sumatera Utara seluas 777.942 ha
4. Terluas di P. Kalimantan, Provinsi Kalimantan Tengah seluas 819.682 ha
5. Terluas di P. Sulawesi, Provinsi Sulawesi Selatan seluas 392.797 ha
6. Terluas di Bali/Nusa Tenggara, Provinsi Nusa Tenggara Timur seluas 580.731 ha
7. Terluas di P. Papua, Provinsi Papua seluas 368.637 ha
Lahan kritis tersebut dikategorikan sebagai : Lahan Kritis dan Lahan Sangat Kritis.
Data yang tersedia per wilayah cukup lengkap dan detail
II. LAHAN KRITIS DI INDONESIA
Sukarman, 2023
10. ▪ Pada tahun 2045, Indonesia diharapkan untuk
menjadi Lumbung Pangan Dunia.
▪ Tahun 2022: untuk tujuan ketahanan pangan dan
diversifikasi pangan, Presiden Jokowi telah
menginstruksikan sorgum dijadikan sebagai bahan
pangan alternatif.
▪ Dalam RDP dengan DPR tahun 2022, Kementerian
Pertanian (Kementan) menargetkan produksi 11
komoditas utama pangan cukup agresif pada tahun
2023
III. KEBUTUHAN PANGAN UTAMA
11. Target Produksi 11 Komoditas Utama Pangan Tahun 2023
No. Komoditas Target produksi 2023 (ton)
1 Padi 56,07 juta
2 Jagung 23,21 juta
3 Kedelai 0,55 juta
4 Bawang merah 1,71 juta
5 Cabai 2,93 juta
6 Bawang putih 45,45 ribu
7 Tebu 37,15 juta
8 Kopi 810,95 ribu
9 Kakao 782,01 ribu
10 Kelapa 2,99 juta
11 Daging Sapi Kerbau 465,14 ribu
Sukarman, 2023
13. •Tahun 2025
7,3 juta lahan bukaan baru (padi, jagung
kedele, tebu dan hortikultura
•Tahun 2050
Perlu tambahan lahan ± 17,8 juta ha
(sawah, lahan kering dan rawa).
➔ Lahan cadangan yang tersedia adalah
LAHAN KERING (sebagian merupakan
lahan terdegradasi dan terlantar
termasuk lahan kritis)
Pengembangan dan optimalisasi lahan
(lahan basah maupun lahan kering)
Ketersediaan lahan subur
semakin terbatas
Lahan cadangan yang tersedia
berupa lahan kering
IV. KEBUTUHAN LAHAN PERTANIAN
Sukarman, 2023
14. 14
Kebutuhan Lahan Sawah
Tahun
Kebu-
tuhan
beras1)
(x1000 t)
Kebutuhan lahan sawah
(1000 ha)
Sawah
yang telah
ada (1000
ha)
Prediksi
konversi
lahan
sawah
(1000 ha)
Kebutuhan
penamba-
han sawah
kumulatif
(1000 ha)
Beras/
padi
Bwng
merah
Gula Total
2010 33.065 7.164 65 245 7.474 7.386 88
2020 37.021 8.021 94 285 8.400 7.386 600 1.614
2030 40.183 8.706 126 331 9.163 7.386 1.200 2.977
2040 44.500 9.631 157 384 10.172 7.386 1.800 4.586
2050 48.182 10.439 184 446 11.069 7.386 2.400 6.083
Asumsi: jagung, kedelai, kc. tanah, kc. hijau, ubi jalar ditanam sbg rotasi di lahan sawah,
sedangkan tebu ditanam terus-menerus dalam setahun
1) Kebutuhan beras adalah jumlah kebutuhan beras “as consumed”
Sukarman, 2023
15. Komo-
ditas
Prmintaan
thn 2050
x1000 ton
Pangsa
produksi
thn 2050
(%)
Kebutuhan
produksi
(x1000 ton)
Produk-
tivitas
(ton/ha)
Kebutuhan
x1000 ha
LK
saat ini
x1000 ha
Perluasan
x1000 ha
Padi 80.303 25 20.076 2,4 8.365 1.111 7.254
Jagung 14.859 60 11.915 3,25 3.666 1.883 1.783
Kedelai 3.881 50 1.941 1,25 1.552 215 1.338
Kc.Tanah 1.657 90 1.491 1,2 1.243 498 744
Kc. Hijau 595 30 179 1,2 149 44 104
Ubi kayu 16.243 100 30.243 19 1,.92 1.213 379
Ubi jalar 3.488 30 1.046 10 105 43 62
Tebu 3.966 40 1.860 6,1 260 171 89
Total 16.932 5.179 11.753
Kebutuhan lahan kering
Sukarman, 2023
16. V. PEMANFAATAN LAHAN KRITIS UNTUK
PERLUASAN AREAL PERTANIAN
• Sebelum digunakan untuk perluasan areal pertanian lahan kritis harus
dilakukan proses evaluasi lahan dengan prioritas pada lahan yang
berada di luar Kawasan hutan.
• Evaluasi dilakukan dengan cara membandingkan (matching), antara
karakteristik/kualitas lahan dengan persyaratan tumbuh tanaman.
• Proses evaluasi lahan dilakukan secara terkomputerisasi
menggunakan perangkat lunak SPKL versi 2.0 (Bachri et al. 2015).
• Dilakukan untuk komoditas utama atau tergantung kebutuhan:
✓Padi (Irigasi, tadah hujan, gogo, Ps Surut, Rawa Lebak),
✓Jagung, Kedelai, sorgum, Bawang merah, Cabe merah,
✓Kelapa sawit, Kakao, Tebu, Pakan ternak (Rumput Gajah),
• Hasil evaluasi lahan berupa Peta Kesesuaian Lahan dan Rekomendasi
Penanggulangannya.
Sukarman, 2023
Prosedur Teknis Pemanfaatan Lahan Kritis Menjadi Lahan Pertanian
17. PENGERTIAN EVALUASI LAHAN
Evaluasi lahan merupakan proses
penilaian keragaan (performance) suatu
lahan jika digunakan untuk penggunaan
tertentu (FAO, 1976).
Evaluasi lahan dilakukan dengan cara
mencocokkan (matching) antara
kualitas/karakteristik lahan (LQ/LC)
dengan persyaratan penggunaan lahan
(LUR) yang diinginkan oleh penggunaan
lahan tertentu (LUT).
✓ Manual
✓ Sistem Penilaian
Kesesuaian Lahan
SPKL Versi 2
Sukarman, 2023
18. Kualitas/Karak-
teristiklahanyang
digunakan
No. Kualitas Lahan Karakteristik Lahan Sumber data
1. Temperatur (tc) • Temperatur rata-rata
tahunan (°C)
Stasiun iklim setempat/
data sekunder (BPS)
2. Ketersediaan air (wa) • Curah hujan (mm)
• Kelembaban udara (%)
Stasiun iklim setempat/
data sekunder (BPS)
3. Ketersediaan oksigen
(oa)
• Drainase Pengamatan lapang
4. Media perakaran (rc) • Tekstur
• Bahan kasar (%)
• Kedalaman efektif (cm)
• Kematangan gambut
• Ketebalan gambut (cm)
Analisis laboratorium
Pengamatan lapang
5. Retensi hara (nr) • KTK tanah (me/100 g)
• Kejenuhan Basa (%)
• pH tanah
• C organik (%)
Analisis laboratorium
Analisis laboratorium
Lapang/Laboratorium
Analisis laboratorium
6. Hara tersedia (na) • N total (%)
• P2O5 (mg/100 g)
• K2O (mg/100 g)
Analisis laboratorium
7. Toksisitas (xc) • Salinitas (mmhos/cm) Analisis laboratorium
Sumber : Ritung et al. (2011)
Sukarman, 2023
19. Kualitas/Karak-
teristiklahan
yangdigunakan
No. Kualitas Lahan Karakteristik Lahan Sumber data
8. Sodisitas (xn) • Alkalinitas (%) Perhitungan
9. Bahaya sulfidik (xs) • Kedalaman sulfidik
(cm)
Pengamatan
lapang
10. Tingkat bahaya
erosi (eh)
• Lereng (%)
• Bahaya erosi
(cm/tahun)
• Kedalaman tanah
(cm)
Pengamatan
lapang
Perhitungan
Pengamatan
lapang
11. Bahaya longsor (lh) • Lereng (%)
• Bahaya longsor
Pengamatan
lapang
12. Bahaya banjir/
genangan (fh)
• Genangan
(cm/bulan)
Pengamatan
lapang
13. Penyiapan lahan (lp) • Batuan di
permukaan (%)
• Singkapan batuan
(%)
Pengamatan
lapang
Sumber : Ritung et al. (2011)
Sukarman, 2023
20. PEMBAGIAN KELAS KESESUAIAN LAHAN
Kelas kesesuaian
lahan
Faktor pembatas
Sangat Sesuai (S1) Lahan tidak mempunyai faktor pembatas yang berarti atau
mempunyai faktor pembatas minor yang tidak mereduksi
produktivitas lahan secara nyata.
Cukup Sesuai (S2) Lahan mempunyai faktor pembatas yang berpengaruh
terhadap produktivitas, memerlukan input, namun masih dapat
diatasi oleh petani.
Sesuai Marginal (S3) Lahan mempunyai faktor pembatas berat yang berpengaruh
terhadap produktivitasnya, memerlukan input yang lebih
banyak dari kelas S2. Untuk mengatasi faktor pembatas pada
kelas S3 memerlukan modal yang tinggi, sehingga perlu adanya
bantuan atau campur tangan (intervensi) pemerintah atau
swasta.
Tidak sesuai (N) Lahan yang tidak sesuai karena mempunyai faktor pembatas
yang sangat berat dan/atau sulit diatasi.
Sukarman,
2023
21. KRITERIAKESESUAIANLAHANUNTUKTANAMANSORGUM
Persyaratan penggunaan/
karakteristik lahan
Kelas Kesesuaian Lahan
S1 S2 S3 N
Temperatur (tc)
Temperatur rata-rata (oC) 25 - 27 27 - 30 30 - 35 > 35
Ketinggian tempat dpl (m) < 200 200 – 1.200 1.200 – 2.000 > 2.000
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan (mm) 400 - 900 300 – 400
900-1.200
130 – 400
1.200 – 1.400
< 150
> 1.400
Lamanya masa kering (bulan) 4 - 8 8 – 8,5
2.5-4
8,5 – 9,5 > 9,5
Kelembaban (%) < 75 75 - 85 > 85 -
Ketersediaan oksigen (oa)
Drainase Baik-agak terhambat Agak cepat, sedang Terhambat Sangat terhambat-
cepat
Media perakaran (rc)
Tekstur Halus, agak halus,
sedang
Halus, agak halus,
sedang
Agak kasar Kasar
Bahan kasar (%) < 15 15 - 35 35 - 55 > 55
Kedalaman tanah (cm) > 60 40 - 60 25 - 40 < 25
Gambut
Ketebalan (cm) < 50 50 - 100 100 - 150 >150
Kematangan Saprik Saprik, hemik Hemik Fibrik
Sukarman, 2023
22. KRITERIAKESESUAIANLAHANUNTUKTANAMANSORGUM
Persyaratan penggunaan/
karakteristik lahan
Kelas Kesesuaian Lahan
S1 S2 S3 N
Retensi hara (nr)
KTK tanah (cmol) > 16 5 - 16 < 5 -
Kejenuhan basa (%) > 50 35 - 50 < 35 -
pH H2O 5,5 – 8,2 5,3 – 5,5
8,2 – 8,5
< 5,3
> 8,5
-
C-Organik > 1,2 0,8 – 1,2 < 0,8 -
Hara tersedia (na)
N total (%) Sedang Rendah Sangat rendah -
P2O5 (mg/100 g) Tinggi Sedang Rendah-Sangat rendah -
K2O (mg/100 g) Tinggi Sedang Rendah-Sangat rendah -
Toksisitas (xc)
Salinitas (ds/m) < 0,8 8 - 12 12 - 16 >16
Sodisitas (xn)
Alkalinitas / ESP (%) < 20 20 - 28 28 - 35 >35
Bahaya sulfidic (xs)
Kedalaman sulfidik (cm) > 100 75 - 100 40 - 75 < 40
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%) < 3 3 - 8 8 - 15 > 15
Bahaya erosi - Sangat ringan Ringan-Sedang Berat-Sangat Berat
Bahaya Banjir/genangan (fh)
Tinggi (m) - - 25 >25
Lama (hari) - - < 7 > 7
Penyiapan lahan (lp)
Batuan di permukaan (%) < 5 5 – 15 15 – 40 >40
Singkapan batuan (%) < 5 5 – 15 15 - 40 >25
Sukarman,
2023
23. Hasil Penilaian: S3-eh, wa
Artinya:
Lahan sesuai marjinal (S3) disebabkan
lereng 8 – 15 %(eh), curah hujan
(wa) : 1.200 – 1.400 mm
Contoh Penilaian Kes-Lah
untuk Sorgum
Sukarman, 2023
24. FAKTOR PEMBATAS DAN PENGANGGULANGAN
No Faktor pembatas Penanggulangan
1 Drainase terhambat Pembuatan/perbaikan saluran drainase
2 Bahan sulfidik dangkal Pengolahan dangkal, pemberian kapur
dan amelioran.
3. Ketersediaan hara Pemupukan
4 Retensi hara Pengapuran, penambahan bahan
organik, amelioran.
5 Bahaya erosi/tanah berlereng Pembuatan teras (gulud, bangku),
tergantung kemringan lereng
Sukarman, 2023
27. KETERSEDIAAN DATA DAN TINDAK LANJUT
Sukarman, 2023
❖ Data dasar berupa Peta Tanah, Peta Kasesuaian Lahan untuk 9 komoditas
strategis skala 1 : 50.000 sudah tersedia di 512 Kabupaten/Kota di seluruh
Indonesia ada di Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, Kementan
❖ Peta dan data tabular lahan kritis di seluruh Indonesia sudah tersedia
(Keputusan Dirjen Pengelolaan DAS dan Rehabilitasi Hutan No.
SK.49/PDASRH/PPPDAS/DAS.0/12/2022, tanggal 27 Desember 2022
❖ Data tersebut di atas dapat digunakan untuk mengevaluasi kesesuaian lahan
berbagai tanaman pertanian baik di tingkat nasional, di tingkat provinsi, tingkat
kabupaten, maupun tingkat kecamatan.
❖ Teknis evaluasi lahan agar melibatkan peneliti sumberdaya lahan pertanian
yang ada di BRIN atau Universitas.
❖ Pelaksanaannya perlu melibatkan institusi terkait, Kementan, Kemen LHK,
BRIN, Institute for Sustainable Earth and Resources (I-SER), Center for
Watershed and Ecosystem Conservation
28. VI PENUTUP
Sukarman, 2023
• Upaya untuk meningkatkan produksi pertanian saat
ini dan masa yad memerlukan perluasan lahan
pertanian.
• Salah satu lahan yang dapat dimanfaatkan untuk
perluasan areal pertanian adalah lahan kritis.
• Pemanfaatan lahan kritis untuk perluasan lahan
pertanian harus didahului dengan proses EVALUASI
LAHAN
• Pemanfaatan lahan kritis menjadi areal pertanian
perlu disertai dengan Kerjasama antara Kementan,
Kemen LHK, (I-SER), Center for Watershed and
Ecosystem Conservation dan Universitas.
• Teknis pelaksanaan evaluasi lahan agar melibatkan
institusi resmi peneliti pertanian yaitu Badan Riset
dan Inovasi Nasional (BRIN) atau Universitas.