SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
PT. PUPUK SRIWIJAYA PALEMBANG
1 PT. PETROKIMIA GRESIK
A. INFORMASI MESIN/TEKNIS
Mesin : Blower Prilling Tower (3U-GB302)
Power : 480 KW
Speed Motor : 1500 Rpm
Speed Fan : 1500 Rpm
Transmission : Rubber Insert Type Coupling
Standard Vibrasi : max 7.1 mm/s-RMS (ditentukanberdasarkan ISO 10816-3,
terlampir)
Waktu balancing : Rabu 14Mei 2014
Alatakuisis data : CSI-2130® Machinery Analyzer & Balancer serta
Machinery Health Manager® PC Software.
ConfigurasiMesin :
Gambar 1.Konfigurasi Blower Prilling Tower 3U-GB302
B. DESKRIPSI PEKERJAAN
I. AnalisaVibrasi
Pengukuran vibrasi pada Blower Prilling Tower Pusri III dilakukan pada titik ukur yang
telah ditentukan (lihat gambar 1). Dari data pengukuran dapat dianalisa indikasi-indikasi
adanya kelainan / kerusakan pada komponen baik dari sisi mekanikal maupun elektrikal.
II. Kronologi serta Analisa Hasil Pengukuran Blower Prilling Tower
Pengukuran analisa vibrasi serta kegiatan in-situ balancing dilakukan dalam waktu dua
setengah jam pada hari Rabu tanggal 14 Mei 2014 pada pukul 15.00 hingga pukul 17.30.
Pengukuran dengan menggunakan metode analisa spectrum serta pembacaan phasa
merupakan cara terbaik untuk memperoleh informasi mengenai fenomena yang ada.
Pengambilan data nilai overall vibrasi dilakukan untuk mengetahui titik / point mana
yang mengalami nilai vibrasi tertinggi. Hal ini penting untuk dilakukan agar mengetahui
letak sumber eksitasi getaran dari suatu unit mesin tersebut. Setelah diketahui point / titik
yang mengalami nilai vibrasi tertinggi, analisa spectrum kemudian dilakukan untuk
mengetahui gejala / fenomena yang terjadi.
Tabel 1 menunjukkan hasil pengukuran overall vibrasi pada point point yang telah
ditetapkan sesuai dengan gambar 1.
3
1 2
3 4
PT. PUPUK SRIWIJAYA PALEMBANG
2 PT. PETROKIMIA GRESIK
Tabel 1.Hasil Pengukuran Overall Vibrasi Blower Prilling Tower 3U-GB302
Tabel 1 menunjukkan bahwa point 3 merupakan titik yang mengalami vibrasi tertinggi.
Nilai ini mengindikasikan bahwa letak sumber eksitasi vibrasi memiliki lokasi yang paling
dekat dengan point 3. Sumber eksitasi tersebut memiliki beberapa kemungkinan yang ada,
diantaranya adalah dari impeller, kopling, bearing, housing bearing, maupun struktur /
pondasi bearing point 3.
Analisa Spektrum merupakan langkah terbaik untuk mengetahui gejala/fenomena yang
terjadi pada point 3. Gambar 2, Gambar 3, serta Gambar 4 menunjukkan spectrum
frekuensi point 3 Horizontal, Vertikal, maupun aksial.
Gambar 2.Spektrum Fan Inboard Horizontal Point 3.
TitikUkur Description
Overall Vibrasi
RMS (mm/s)
Zona Status
1
MOH Motor Outboard Horizontal 4.03 B
MOV Motor Outboard Vertial 1.92 A
MOA Motor Outboard Aksial 2.18 A
2
MIH Motor Inboard Horizontal 4.94 C
MIV Motor Inboard Vertikal 3.14 B
MIA Motor Inboard Aksial 2.48 B
3
FIH Fan Inboard Horizontal 5.87 C
FIV Fan Inboard Vertikal 5.89 C
FIA Fan Inboard Aksial 13.90 D
4
FOH Fan Outboard Horizontal 3.30 B
FOV Fan Outboard Vertikal 5.61 C
FOA Fan Outboard Aksial 4.39 B
PT. PUPUK SRIWIJAYA PALEMBANG
3 PT. PETROKIMIA GRESIK
Gambar 3.Spektrum Fan Inboard Vertikal Point 3.
Gambar 4.Spektrum Fan Inboard Aksial Point 3.
Dari gambar spectrum tersebut tampak bahwa pada titik ukur horizontal, vertical,
maupun aksial didominasi oleh frekuensi 1 X RPM dengan diikuti amplitude kecil
spectrum harmonic hingga 7 X RPM. Spektrum dominan 1 X RPM arah radial
menunjukkan indikasi adanya beberapa fenomena yang terjadi yaitu Unbalance, Non-
Rotating Looseness, serta misalignment. Sedangkan spectrum dominan 1 X RPM arah
aksial menunjukkan indikasi adanya fenomena bent shaft serta angular misalignment.
Untuk mengetahui fenomena-fenomena tersebut diperlukan analisa lebih lanjut yaitu
pembacaan phasa. Gambar 5 menunjukkan pembacaan phasa dimana sensor accelerometer
diletakkan antara Motor Inboard point 2 dengan Bearing Inboard point 3.
Gambar 5.Pembacaanphasa point 2 dengan point 3
PhasaarahVertikal : 32o
PhasaarahHorizontal : 38o
PhasaarahAksial: 56o
PT. PUPUK SRIWIJAYA PALEMBANG
4 PT. PETROKIMIA GRESIK
Pembacaan phasa diatas menunjukkan bahwa kondisi misalignment baik secara pararel
misalignment maupun angular misalignment tidak terjadi pada unit blower prilling tower
3U-GB302. Semua sambungan kopling masih dalam kondisi In-Phase (0-60o) dan tidak
dalam kondisi Out-Of-Phase (± 180o).
Pararel Misalignment ditandai dengan adanya amplitudo spectrum 2 X RPM pada arah
radial yang lebih tinggi dibandingkan dengan spectrum 1 X RPM.Gambar spectrum arah
radial (Gambar 2 & Gambar 3) menunjukkan bahwa amplitudo spectrum 1 X RPM jauh
lebih dominan daripada amplitude 2 X RPM, sehingga dapat dipastikan bahwa fenomena
pararel misalignment tidak terjadi pada unit tersebut.
Angular Misalignment ditandai dengan adanya nilai vibrasi yang tinggi pada arah aksial
dimana amplitude spectrum 2 X RPM memiliki nilai minimal ± 1/3 dari amplitude
spectrum 1 X RPM. Spectrum frekuensi arah aksial (Gambar 4) menunjukkan bahwa nilai
amplitude 2 X RPM jauh dibawah nilai 1/3 dari amplitude 1 X RPM sehingga dapat
dipastikan bahwa fenomena angular misalignment tidak terjadi pada unit tersebut.
Rotating Looseness ditandai dengan adanya amplitude spectrum harmonic yang tinggi
pada arah radial maupun aksial diikuti dengan peningkatan level noise floor. Gambar
spectrum arah radial maupun aksial menunjukkan adanya spectrum harmonic hingga 8 X
RPM, namun tidak diikuti dengan peningkatan pada noise floor sehingga dapat dipastikan
bahwa rotating looseness tidak terjadi pada unit 3U-GB302.
Bent-Shaft ditandai dengan adanya nilai vibrasi tinggi arah aksial dengan spectrum
dominan 1 X RPM diikuti dengan spectrum 2 X RPM. Gambar 4 diatas menunjukkan
bahwa spectrum frekuensi arah aksial memiliki bentuk yang mirip dengan ciri-ciri seperti
bent shaft. Hal ini perlu dikonfirmasi lebih lanjut dengan menggunakan pembacaan phasa
(lihat gambar 6). Ternyata beda phasa 32o arah aksial masih dalam kondisi in phase (0 –
60o) sehingga dapat dipastikan tidak terjadi bent shaft.
Rotor Rub ditandai dengan adanya spectrum harmonic hingga 5 X RPM dimana tidak
terjadi peningkatan pada noise floor. Rotor Rub juga dapat diakibatkan oleh fenomena
unbalance. Gaya unbalance menghasilkan gaya sentrifugal yang besar sehingga dapat
menyebabkan impeller akan begerak ke arah luar dan dapat menyebabkan fenomena seperti
rotor rub. Untuk memastikan fenomena unbalance, maka analisa phasa serta menggunakan
program balance pada akuisisi data CSI-2130 merupakan cara yang terbaik. Penggunaan
program balance merupakan langkah terakhir untuk memastikan bahwa fenomena
unbalance terjadi pada unit tersebut, karena program ini dapat memfilter fenomena 1 X
RPM yang tidak diakibatkan oleh gejala unbalance seperti looseness, misalignment dan
sebagainya.
Gambar 6.Pembacaanphasa Horizontal-Vertikal Point 3 dan Point 4
PembacaanVertikaldanHoriz
onal Point 3 : 65o
PembacaanVertikaldanHoriz
onal Point 4 : 132o
Pembacaanphasaarahaksialan
tara point 3 dengan point 4 :
32o
PT. PUPUK SRIWIJAYA PALEMBANG
5 PT. PETROKIMIA GRESIK
Dari pembacaan phasa pada gambar 6 tersebut terlihat bahwa phasa arah radial
mendekati 90o, sehingga dapat dipastikan fenomena unbalance terjadi pada unit tersebut.
Selanjutnya sensor accelerometer diletakkan pada arah horizontal point 3 untuk mengetahui
nilai unbalance murni dengan menggunakan program balance di alat CSI-2130. Nilai
bacaan unbalance murni yang didapat sebesar 5.35 mm/s. Tindakan In-situ balancing
merupakan jalan terbaik untuk menurunkan vibrasi secara signifikan.
II. Kronologi In-Situ Balancing 3U-GB302 Pusri III
Gambar 7. Proses Balancing Pada Diagram Vektor
 Reference Run : 5.35 mm/s SudutPhasa : 345o
 1st Trial Weight : 166 gram, Posisi : 345o (Pembacaan phasa original) + 100o = 445o /
85odarititiknol (titik nol adalah posisi dari reflector).
 First Run : 4.97 mm/s SudutPhasa : 358o
 2nd Trial Weight : 660 gram, Posisi : 85o + 66o = 151o dari titi knol
 Second Run : 1.75 mm/s SudutPhasa : 247o
 3rd Trial Weight : 600 gram, Posisi 151o – 18o = 133o dari titik nol
 Final Run : 0.9 mm/s Sudut Phasa : 55o
66o
18o
Or
igi
na
l
(O
)
2n
d
Tr
ial
(T
)
O + T
1stTrial (T)
O
+
T
PT. PUPUK SRIWIJAYA PALEMBANG
6 PT. PETROKIMIA GRESIK
Tabel 2.Nilai Overall Vibrasi Sebelum dan Setelah dibalancing
Dari table diatas, terlihat bahwa nilai overall vibrasi sebelum dan setelah balancing
dapat turun secara signifikan. Pembacaan vibrasi point 3 arah aksial merupakan nilai
vibrasi tertinggi dimana zona status D (Rough) dapat turun menjadi B (Fair) sehingga
berdasarkan standar ISO 10816-3 dapat dijalankan secara aman.
Gambar 8 dan Gambar 9 menunjukkan spectrum frekuensi arah horizontal dan arah
aksial point 3. Pada spectrum frekuensi arah horizontal menunjukkan bahwa amplitude 1 X
RPM sebelum balancing 5.43 mm/s telah turun menjadi 1.87 mm/s setelah dilakukan
balancing. Selain spectrum 1 X RPM yang telah turun, gejala rotor rub juga dapat turun
secara signifikan. Hal ini ditandai dengan turunnya amplitude dibawah 1 mm/s pada
spectrum harmonic (2 X – 7 X RPM).
Spectrum frekuensi arah aksial menunjukkan bahwa amplitude 1 X RPM sebelum
balancing 11.89 mm/s telah turun menjadi 3.48 mm/s setelah dilakukan balancing. Selain
spectrum 1 X RPM yang telah turun, gejala rotor rub jugadapat turun secara signifikan. Hal
ini ditandai dengan turunnya amplitude dibawah 1 mm/s pada spectrum harmonic (2 X – 7
X RPM). Frekuensi 1 X RPM arah aksial masih tinggi bukan dari gejala unbalance lagi.
Frekuensi tersebut bias dari kemungkinan adanya clearance aksial tinggi pada rumah
bearing atau munculnya angular misalignment akibat adanya fenomena unbalance selama
beberapa hari setelah dilakukan alignment.
TitikUkur Description
Sebelum
Balancing
RMS (mm/s)
Setelah
Balancing
RMS (mm/s)
Zona Status
1
MOH Motor Outboard Horizontal 4.03 2.20 B→A
MOV Motor Outboard Vertial 1.92 0.77 A→A
MOA Motor Outboard Aksial 2.18 1.27 B→A
2
MIH Motor Inboard Horizontal 4.94 1.92 C→A
MIV Motor Inboard Vertikal 3.14 1.58 B→A
MIA Motor Inboard Aksial 2.48 1.04 B→A
3
FIH Fan Inboard Horizontal 5.87 2.19 C→A
FIV Fan Inboard Vertikal 5.89 2.00 C→A
FIA Fan Inboard Aksial 13.90 4.07 D→B
4
FOH Fan Outboard Horizontal 3.30 2.03 B→A
FOV Fan Outboard Vertikal 5.61 1.85 C→A
FOA Fan Outboard Aksial 4.39 3.62 B→B
PT. PUPUK SRIWIJAYA PALEMBANG
7 PT. PETROKIMIA GRESIK
Gambar 8. Spektrum Frekuensi Horizontal Point 3 Sebelum dan Sesudah Balancing
Gambar 9. Spektrum Frekuensi Aksial Point 3 Sebelum dan Sesudah Balancing
C. KESIMPULAN DAN SARAN
 Nilai unbalance murni dengan menggunakan program balance pada akuisisi data CSI-
2130 sebesar 5.35 mm/s phasa 345o. Setelah dilakukan In-Situ Balancing, nilai
pembacaan unbalance murni turun secara signifikan dari 5.35 menjadi 0.9 mm/s phasa
55o.
 Setelah dilakukan balancing, nilai overall vibrasi paling tinggi yang muncul sebesar 4.07
mm/s (lihat tabel 2). Berdasarkan standar ISO 10816-3, nilai overall vibrasi tersebut
masih layak untuk mengoperasikan suatu unit mesin dalam jangka waktu yang panjang.
 Spektrum dominan 1 X RPM arah radial maupun arah aksial telah turun secara signifikan
setelah dilakukan proses Insitu balancing. Selain spectrum dominan 1 X RPM, spectrum
harmonic (2X – 8X RPM) juga telah turun secara signifikan sehingga dapat disimpulkan
bahwa gaya unbalance juga dapat menyebabkan rotor rub.
Rotor Rub turunsecarasignifikan
(Setelah Balancing).
Rotor
rubmasihtinggi(Sebelu
mBalancing).
Rotor rubmasihtinggi
(SebelumBalancing).
Rotor rubturunsecarasignifikan
(SetelahBalancing).
PT. PUPUK SRIWIJAYA PALEMBANG
8 PT. PETROKIMIA GRESIK
 Amplitudo spectrum dominan 1 X RPM arah aksial masih sebesar 3.48 mm/s walaupun
penyebab gejala unbalance murni telah dihilangkan.Penyebab amplitude dominan 1 X
RPM masih tinggi bisa diakibatkan karena clearance axial bearing masih ada maupun
adanya angular misalignment yang mulai muncul. Untuk memastikan kemunculan gejala
tersebut, dapat dilakukan analisa thermography dengan menggunakan kamera
thermography sehingga dapat diketahui dengan pasti terjadinya gejala tersebut (lihat
lampiran halaman 12).
PT. PUPUK SRIWIJAYA PALEMBANG
9 PT. PETROKIMIA GRESIK
LAMPIRAN
Un-Balance
Unbalance Centerhung Rotor :
Misalignment Rotor :
Beda Phasaterbaca ± 90o
PT. PUPUK SRIWIJAYA PALEMBANG
10 PT. PETROKIMIA GRESIK
Looseness :
Typical Spectrum Phase Relationship
Type 'A'
Type 'B'
Mechanical Looseness is indicated by either type A, B or C spectra. Type 'A' is caused by structural
looseness/weakness of machine feet, baseplate or foundation, also by deteriorated grouting, loose hold-
down bolts at the base and distortion of the frame or base (i.e. Soft Foot). Phase analysis may reveal
approx. 180° phase difference between vertical measurements on the machine foot, baseplate and base
itself. Type 'B' is generally caused by loose pillow block bolts, cracks in the frame structure or bearing
pedestal. Type 'C' is normally generated by improper fit between component parts which will cause many
harmonics due to nonlinear response of loose parts to dynamic forces from the rotor. Causes a truncation
of time waveform. Type 'C' is often caused by a bearing liner loose in its cap, excessive clearance in
either a sleeve or rolling element bearing or a loose impeller on a shaft. Type 'C' phase is often unstable
and may vary widely from one measurement to the next, particularly if the rotor shifts position on the shaft
from one start-up to the next. Mechanical looseness is often highly directional and may cause noticeably
different readings if you compare levels at 30° increments in the radial direction all the way around one
bearing housing. Also note that looseness will often cause sub harmonic multiples at exactly 1/2 or 1/3 x
rpm (.5x, 1.5x, 2.5x etc.)
PT. PUPUK SRIWIJAYA PALEMBANG
11 PT. PETROKIMIA GRESIK
PT. PUPUK SRIWIJAYA PALEMBANG
12 PT. PETROKIMIA GRESIK

More Related Content

What's hot

Motor ac sinkron
Motor ac sinkronMotor ac sinkron
Motor ac sinkronRahmat Dani
 
Sistim penguatan generator
Sistim penguatan generatorSistim penguatan generator
Sistim penguatan generatorMuhammad Fachri
 
Iii. generator-arus-searah-berpenguat-terpisah
Iii. generator-arus-searah-berpenguat-terpisahIii. generator-arus-searah-berpenguat-terpisah
Iii. generator-arus-searah-berpenguat-terpisahprayogo07
 
Materi 2-dasar-sistem-proteksi-tt
Materi 2-dasar-sistem-proteksi-ttMateri 2-dasar-sistem-proteksi-tt
Materi 2-dasar-sistem-proteksi-ttTim Suwardiyanto
 
Proteksi sistem-tenaga-listrik
Proteksi sistem-tenaga-listrikProteksi sistem-tenaga-listrik
Proteksi sistem-tenaga-listrikJohari Zhou Hao Li
 
4 klsisfikasi sistem kontrol otomatis
4 klsisfikasi sistem kontrol otomatis4 klsisfikasi sistem kontrol otomatis
4 klsisfikasi sistem kontrol otomatisgalaksiumat
 
Katup-katup Pada Pneumatik
Katup-katup Pada PneumatikKatup-katup Pada Pneumatik
Katup-katup Pada PneumatikToro Jr.
 
Karakteristik motor listrik
Karakteristik motor listrikKarakteristik motor listrik
Karakteristik motor listriksuparman unkhair
 
PPt Motor DC.pptx
PPt Motor DC.pptxPPt Motor DC.pptx
PPt Motor DC.pptxSetia33
 
02 bab 05 motor listrik ac
02 bab 05 motor listrik ac02 bab 05 motor listrik ac
02 bab 05 motor listrik acEko Supriyadi
 
Pltg pdf
Pltg pdfPltg pdf
Pltg pdftchakap
 
Rumus menghitung kebutuhan capasitor bank
Rumus menghitung kebutuhan capasitor bankRumus menghitung kebutuhan capasitor bank
Rumus menghitung kebutuhan capasitor bankReza Pahlepi
 
contoh-soal-motor-induksi-satu-phasa.
contoh-soal-motor-induksi-satu-phasa.contoh-soal-motor-induksi-satu-phasa.
contoh-soal-motor-induksi-satu-phasa.Kevin Adit
 
Generator Set - Materi 8 - Fisika Listrik dan Magnet
Generator Set - Materi 8 - Fisika Listrik dan MagnetGenerator Set - Materi 8 - Fisika Listrik dan Magnet
Generator Set - Materi 8 - Fisika Listrik dan Magnetahmad haidaroh
 

What's hot (20)

Teori dasar pompa
Teori dasar pompaTeori dasar pompa
Teori dasar pompa
 
Motor ac sinkron
Motor ac sinkronMotor ac sinkron
Motor ac sinkron
 
Sistim penguatan generator
Sistim penguatan generatorSistim penguatan generator
Sistim penguatan generator
 
Contoh soal
Contoh soalContoh soal
Contoh soal
 
Iii. generator-arus-searah-berpenguat-terpisah
Iii. generator-arus-searah-berpenguat-terpisahIii. generator-arus-searah-berpenguat-terpisah
Iii. generator-arus-searah-berpenguat-terpisah
 
Materi 2-dasar-sistem-proteksi-tt
Materi 2-dasar-sistem-proteksi-ttMateri 2-dasar-sistem-proteksi-tt
Materi 2-dasar-sistem-proteksi-tt
 
Proteksi sistem-tenaga-listrik
Proteksi sistem-tenaga-listrikProteksi sistem-tenaga-listrik
Proteksi sistem-tenaga-listrik
 
4 klsisfikasi sistem kontrol otomatis
4 klsisfikasi sistem kontrol otomatis4 klsisfikasi sistem kontrol otomatis
4 klsisfikasi sistem kontrol otomatis
 
Katup-katup Pada Pneumatik
Katup-katup Pada PneumatikKatup-katup Pada Pneumatik
Katup-katup Pada Pneumatik
 
Karakteristik motor listrik
Karakteristik motor listrikKarakteristik motor listrik
Karakteristik motor listrik
 
PPt Motor DC.pptx
PPt Motor DC.pptxPPt Motor DC.pptx
PPt Motor DC.pptx
 
02 bab 05 motor listrik ac
02 bab 05 motor listrik ac02 bab 05 motor listrik ac
02 bab 05 motor listrik ac
 
Pltg pdf
Pltg pdfPltg pdf
Pltg pdf
 
Rumus menghitung kebutuhan capasitor bank
Rumus menghitung kebutuhan capasitor bankRumus menghitung kebutuhan capasitor bank
Rumus menghitung kebutuhan capasitor bank
 
contoh-soal-motor-induksi-satu-phasa.
contoh-soal-motor-induksi-satu-phasa.contoh-soal-motor-induksi-satu-phasa.
contoh-soal-motor-induksi-satu-phasa.
 
dynamic braking resistor selection calculation
dynamic braking resistor selection calculationdynamic braking resistor selection calculation
dynamic braking resistor selection calculation
 
Generator Set - Materi 8 - Fisika Listrik dan Magnet
Generator Set - Materi 8 - Fisika Listrik dan MagnetGenerator Set - Materi 8 - Fisika Listrik dan Magnet
Generator Set - Materi 8 - Fisika Listrik dan Magnet
 
Motor Stepper (Pengendali)
Motor Stepper (Pengendali)Motor Stepper (Pengendali)
Motor Stepper (Pengendali)
 
Kompressor
Kompressor Kompressor
Kompressor
 
PEMBANGKIT DAN PENGUKURAN TEGANGAN IMPULS
PEMBANGKIT DAN PENGUKURAN TEGANGAN IMPULS PEMBANGKIT DAN PENGUKURAN TEGANGAN IMPULS
PEMBANGKIT DAN PENGUKURAN TEGANGAN IMPULS
 

Viewers also liked

Everspoon For Serious
Everspoon For SeriousEverspoon For Serious
Everspoon For SeriousCarolyn Prusa
 
Prezentacja antysmogowa
Prezentacja antysmogowaPrezentacja antysmogowa
Prezentacja antysmogowaMadMuflon
 
Informática ramiro y angeles º1
Informática ramiro y angeles º1Informática ramiro y angeles º1
Informática ramiro y angeles º1ramiro_777
 
Duy trì hệ thống tự hoại và sức khỏe của gia đình bạn
Duy trì hệ thống tự hoại và sức khỏe của gia đình bạnDuy trì hệ thống tự hoại và sức khỏe của gia đình bạn
Duy trì hệ thống tự hoại và sức khỏe của gia đình bạnTrần Toàn
 
Century Sale & Map Spanish Flier
Century Sale & Map Spanish FlierCentury Sale & Map Spanish Flier
Century Sale & Map Spanish FlierAnn Brucciani Lyon
 
Interview with Confidence - Women 2015
Interview with Confidence - Women 2015Interview with Confidence - Women 2015
Interview with Confidence - Women 2015Elizabeth Hart
 
Read It, Make It, Take It: A Year's Worth of Storytime Crafts
Read It, Make It, Take It: A Year's Worth of Storytime CraftsRead It, Make It, Take It: A Year's Worth of Storytime Crafts
Read It, Make It, Take It: A Year's Worth of Storytime CraftsKathryn Salo
 
Daniel Kearns Resume-October 2015 general
Daniel Kearns Resume-October 2015 generalDaniel Kearns Resume-October 2015 general
Daniel Kearns Resume-October 2015 generalDan Kearns
 

Viewers also liked (14)

Everspoon For Serious
Everspoon For SeriousEverspoon For Serious
Everspoon For Serious
 
Ags 246 X 107
Ags 246 X 107Ags 246 X 107
Ags 246 X 107
 
Prezentacja antysmogowa
Prezentacja antysmogowaPrezentacja antysmogowa
Prezentacja antysmogowa
 
Informática ramiro y angeles º1
Informática ramiro y angeles º1Informática ramiro y angeles º1
Informática ramiro y angeles º1
 
Duy trì hệ thống tự hoại và sức khỏe của gia đình bạn
Duy trì hệ thống tự hoại và sức khỏe của gia đình bạnDuy trì hệ thống tự hoại và sức khỏe của gia đình bạn
Duy trì hệ thống tự hoại và sức khỏe của gia đình bạn
 
La enredadera
La enredaderaLa enredadera
La enredadera
 
13 12 11 Sr
13 12 11 Sr13 12 11 Sr
13 12 11 Sr
 
EU and UK private competition litigation
EU and UK private competition litigationEU and UK private competition litigation
EU and UK private competition litigation
 
Autorretrato
AutorretratoAutorretrato
Autorretrato
 
Century Sale & Map Spanish Flier
Century Sale & Map Spanish FlierCentury Sale & Map Spanish Flier
Century Sale & Map Spanish Flier
 
Presentation on EU competition law issues 2016
Presentation on EU competition law issues 2016Presentation on EU competition law issues 2016
Presentation on EU competition law issues 2016
 
Interview with Confidence - Women 2015
Interview with Confidence - Women 2015Interview with Confidence - Women 2015
Interview with Confidence - Women 2015
 
Read It, Make It, Take It: A Year's Worth of Storytime Crafts
Read It, Make It, Take It: A Year's Worth of Storytime CraftsRead It, Make It, Take It: A Year's Worth of Storytime Crafts
Read It, Make It, Take It: A Year's Worth of Storytime Crafts
 
Daniel Kearns Resume-October 2015 general
Daniel Kearns Resume-October 2015 generalDaniel Kearns Resume-October 2015 general
Daniel Kearns Resume-October 2015 general
 

Similar to OPTIMASI VIBRASI

Analisa getaran di main condenser ec 301
Analisa getaran di main condenser ec 301Analisa getaran di main condenser ec 301
Analisa getaran di main condenser ec 301jonogibran
 
Analisa Getaran di Main Condenser EC-301
Analisa Getaran di Main Condenser EC-301Analisa Getaran di Main Condenser EC-301
Analisa Getaran di Main Condenser EC-301Jono Gibran
 
Analisa Getaran Di Main Condenser Ec 301
Analisa Getaran Di Main Condenser Ec 301Analisa Getaran Di Main Condenser Ec 301
Analisa Getaran Di Main Condenser Ec 301gibran5150
 
Analisa vibrasi Turbine-Generator unit 1 PLTU AMURANG 2x25MW
Analisa vibrasi Turbine-Generator  unit 1 PLTU AMURANG 2x25MWAnalisa vibrasi Turbine-Generator  unit 1 PLTU AMURANG 2x25MW
Analisa vibrasi Turbine-Generator unit 1 PLTU AMURANG 2x25MWIdabagus Mahartana
 
Problem 2 gb 401a nash vacuum pump
Problem 2 gb 401a nash vacuum pumpProblem 2 gb 401a nash vacuum pump
Problem 2 gb 401a nash vacuum pumpjonogibran
 
problem 2GB-401A NASH Vacuum Pump
problem 2GB-401A NASH Vacuum Pumpproblem 2GB-401A NASH Vacuum Pump
problem 2GB-401A NASH Vacuum PumpJono Gibran
 
Laporan job-5-asinkron
Laporan job-5-asinkronLaporan job-5-asinkron
Laporan job-5-asinkronAji Dzularief
 
2 b 59_utut muhammad_laporan_gerak harmonik sederhana pada bandul reversibel
2 b 59_utut muhammad_laporan_gerak harmonik sederhana pada bandul reversibel2 b 59_utut muhammad_laporan_gerak harmonik sederhana pada bandul reversibel
2 b 59_utut muhammad_laporan_gerak harmonik sederhana pada bandul reversibelumammuhammad27
 
PREDICTIVE DECONVOLUTION IN SEISMIC DATA PROCESSING
PREDICTIVE DECONVOLUTION IN SEISMIC DATA PROCESSINGPREDICTIVE DECONVOLUTION IN SEISMIC DATA PROCESSING
PREDICTIVE DECONVOLUTION IN SEISMIC DATA PROCESSINGFajar Nawawi
 
Unbalance Di 2 Ga 721 A Sea Water Intak E
Unbalance Di 2 Ga 721 A Sea Water Intak EUnbalance Di 2 Ga 721 A Sea Water Intak E
Unbalance Di 2 Ga 721 A Sea Water Intak Egibran5150
 
Analisis getaran pompa
Analisis getaran pompaAnalisis getaran pompa
Analisis getaran pompaibnu_hajar
 
Stator earth fault protection
Stator earth fault protectionStator earth fault protection
Stator earth fault protectionwimbo_h
 

Similar to OPTIMASI VIBRASI (16)

Proyek-Pusri 1B
Proyek-Pusri 1BProyek-Pusri 1B
Proyek-Pusri 1B
 
Proyek-Polowijo
Proyek-PolowijoProyek-Polowijo
Proyek-Polowijo
 
Analisa getaran di main condenser ec 301
Analisa getaran di main condenser ec 301Analisa getaran di main condenser ec 301
Analisa getaran di main condenser ec 301
 
Analisa Getaran di Main Condenser EC-301
Analisa Getaran di Main Condenser EC-301Analisa Getaran di Main Condenser EC-301
Analisa Getaran di Main Condenser EC-301
 
Analisa Getaran Di Main Condenser Ec 301
Analisa Getaran Di Main Condenser Ec 301Analisa Getaran Di Main Condenser Ec 301
Analisa Getaran Di Main Condenser Ec 301
 
Analisa vibrasi Turbine-Generator unit 1 PLTU AMURANG 2x25MW
Analisa vibrasi Turbine-Generator  unit 1 PLTU AMURANG 2x25MWAnalisa vibrasi Turbine-Generator  unit 1 PLTU AMURANG 2x25MW
Analisa vibrasi Turbine-Generator unit 1 PLTU AMURANG 2x25MW
 
7. bab ii
7. bab ii7. bab ii
7. bab ii
 
Problem 2 gb 401a nash vacuum pump
Problem 2 gb 401a nash vacuum pumpProblem 2 gb 401a nash vacuum pump
Problem 2 gb 401a nash vacuum pump
 
problem 2GB-401A NASH Vacuum Pump
problem 2GB-401A NASH Vacuum Pumpproblem 2GB-401A NASH Vacuum Pump
problem 2GB-401A NASH Vacuum Pump
 
Laporan job-5-asinkron
Laporan job-5-asinkronLaporan job-5-asinkron
Laporan job-5-asinkron
 
89567132 bab-2-sabuk
89567132 bab-2-sabuk89567132 bab-2-sabuk
89567132 bab-2-sabuk
 
2 b 59_utut muhammad_laporan_gerak harmonik sederhana pada bandul reversibel
2 b 59_utut muhammad_laporan_gerak harmonik sederhana pada bandul reversibel2 b 59_utut muhammad_laporan_gerak harmonik sederhana pada bandul reversibel
2 b 59_utut muhammad_laporan_gerak harmonik sederhana pada bandul reversibel
 
PREDICTIVE DECONVOLUTION IN SEISMIC DATA PROCESSING
PREDICTIVE DECONVOLUTION IN SEISMIC DATA PROCESSINGPREDICTIVE DECONVOLUTION IN SEISMIC DATA PROCESSING
PREDICTIVE DECONVOLUTION IN SEISMIC DATA PROCESSING
 
Unbalance Di 2 Ga 721 A Sea Water Intak E
Unbalance Di 2 Ga 721 A Sea Water Intak EUnbalance Di 2 Ga 721 A Sea Water Intak E
Unbalance Di 2 Ga 721 A Sea Water Intak E
 
Analisis getaran pompa
Analisis getaran pompaAnalisis getaran pompa
Analisis getaran pompa
 
Stator earth fault protection
Stator earth fault protectionStator earth fault protection
Stator earth fault protection
 

OPTIMASI VIBRASI

  • 1. PT. PUPUK SRIWIJAYA PALEMBANG 1 PT. PETROKIMIA GRESIK A. INFORMASI MESIN/TEKNIS Mesin : Blower Prilling Tower (3U-GB302) Power : 480 KW Speed Motor : 1500 Rpm Speed Fan : 1500 Rpm Transmission : Rubber Insert Type Coupling Standard Vibrasi : max 7.1 mm/s-RMS (ditentukanberdasarkan ISO 10816-3, terlampir) Waktu balancing : Rabu 14Mei 2014 Alatakuisis data : CSI-2130® Machinery Analyzer & Balancer serta Machinery Health Manager® PC Software. ConfigurasiMesin : Gambar 1.Konfigurasi Blower Prilling Tower 3U-GB302 B. DESKRIPSI PEKERJAAN I. AnalisaVibrasi Pengukuran vibrasi pada Blower Prilling Tower Pusri III dilakukan pada titik ukur yang telah ditentukan (lihat gambar 1). Dari data pengukuran dapat dianalisa indikasi-indikasi adanya kelainan / kerusakan pada komponen baik dari sisi mekanikal maupun elektrikal. II. Kronologi serta Analisa Hasil Pengukuran Blower Prilling Tower Pengukuran analisa vibrasi serta kegiatan in-situ balancing dilakukan dalam waktu dua setengah jam pada hari Rabu tanggal 14 Mei 2014 pada pukul 15.00 hingga pukul 17.30. Pengukuran dengan menggunakan metode analisa spectrum serta pembacaan phasa merupakan cara terbaik untuk memperoleh informasi mengenai fenomena yang ada. Pengambilan data nilai overall vibrasi dilakukan untuk mengetahui titik / point mana yang mengalami nilai vibrasi tertinggi. Hal ini penting untuk dilakukan agar mengetahui letak sumber eksitasi getaran dari suatu unit mesin tersebut. Setelah diketahui point / titik yang mengalami nilai vibrasi tertinggi, analisa spectrum kemudian dilakukan untuk mengetahui gejala / fenomena yang terjadi. Tabel 1 menunjukkan hasil pengukuran overall vibrasi pada point point yang telah ditetapkan sesuai dengan gambar 1. 3 1 2 3 4
  • 2. PT. PUPUK SRIWIJAYA PALEMBANG 2 PT. PETROKIMIA GRESIK Tabel 1.Hasil Pengukuran Overall Vibrasi Blower Prilling Tower 3U-GB302 Tabel 1 menunjukkan bahwa point 3 merupakan titik yang mengalami vibrasi tertinggi. Nilai ini mengindikasikan bahwa letak sumber eksitasi vibrasi memiliki lokasi yang paling dekat dengan point 3. Sumber eksitasi tersebut memiliki beberapa kemungkinan yang ada, diantaranya adalah dari impeller, kopling, bearing, housing bearing, maupun struktur / pondasi bearing point 3. Analisa Spektrum merupakan langkah terbaik untuk mengetahui gejala/fenomena yang terjadi pada point 3. Gambar 2, Gambar 3, serta Gambar 4 menunjukkan spectrum frekuensi point 3 Horizontal, Vertikal, maupun aksial. Gambar 2.Spektrum Fan Inboard Horizontal Point 3. TitikUkur Description Overall Vibrasi RMS (mm/s) Zona Status 1 MOH Motor Outboard Horizontal 4.03 B MOV Motor Outboard Vertial 1.92 A MOA Motor Outboard Aksial 2.18 A 2 MIH Motor Inboard Horizontal 4.94 C MIV Motor Inboard Vertikal 3.14 B MIA Motor Inboard Aksial 2.48 B 3 FIH Fan Inboard Horizontal 5.87 C FIV Fan Inboard Vertikal 5.89 C FIA Fan Inboard Aksial 13.90 D 4 FOH Fan Outboard Horizontal 3.30 B FOV Fan Outboard Vertikal 5.61 C FOA Fan Outboard Aksial 4.39 B
  • 3. PT. PUPUK SRIWIJAYA PALEMBANG 3 PT. PETROKIMIA GRESIK Gambar 3.Spektrum Fan Inboard Vertikal Point 3. Gambar 4.Spektrum Fan Inboard Aksial Point 3. Dari gambar spectrum tersebut tampak bahwa pada titik ukur horizontal, vertical, maupun aksial didominasi oleh frekuensi 1 X RPM dengan diikuti amplitude kecil spectrum harmonic hingga 7 X RPM. Spektrum dominan 1 X RPM arah radial menunjukkan indikasi adanya beberapa fenomena yang terjadi yaitu Unbalance, Non- Rotating Looseness, serta misalignment. Sedangkan spectrum dominan 1 X RPM arah aksial menunjukkan indikasi adanya fenomena bent shaft serta angular misalignment. Untuk mengetahui fenomena-fenomena tersebut diperlukan analisa lebih lanjut yaitu pembacaan phasa. Gambar 5 menunjukkan pembacaan phasa dimana sensor accelerometer diletakkan antara Motor Inboard point 2 dengan Bearing Inboard point 3. Gambar 5.Pembacaanphasa point 2 dengan point 3 PhasaarahVertikal : 32o PhasaarahHorizontal : 38o PhasaarahAksial: 56o
  • 4. PT. PUPUK SRIWIJAYA PALEMBANG 4 PT. PETROKIMIA GRESIK Pembacaan phasa diatas menunjukkan bahwa kondisi misalignment baik secara pararel misalignment maupun angular misalignment tidak terjadi pada unit blower prilling tower 3U-GB302. Semua sambungan kopling masih dalam kondisi In-Phase (0-60o) dan tidak dalam kondisi Out-Of-Phase (± 180o). Pararel Misalignment ditandai dengan adanya amplitudo spectrum 2 X RPM pada arah radial yang lebih tinggi dibandingkan dengan spectrum 1 X RPM.Gambar spectrum arah radial (Gambar 2 & Gambar 3) menunjukkan bahwa amplitudo spectrum 1 X RPM jauh lebih dominan daripada amplitude 2 X RPM, sehingga dapat dipastikan bahwa fenomena pararel misalignment tidak terjadi pada unit tersebut. Angular Misalignment ditandai dengan adanya nilai vibrasi yang tinggi pada arah aksial dimana amplitude spectrum 2 X RPM memiliki nilai minimal ± 1/3 dari amplitude spectrum 1 X RPM. Spectrum frekuensi arah aksial (Gambar 4) menunjukkan bahwa nilai amplitude 2 X RPM jauh dibawah nilai 1/3 dari amplitude 1 X RPM sehingga dapat dipastikan bahwa fenomena angular misalignment tidak terjadi pada unit tersebut. Rotating Looseness ditandai dengan adanya amplitude spectrum harmonic yang tinggi pada arah radial maupun aksial diikuti dengan peningkatan level noise floor. Gambar spectrum arah radial maupun aksial menunjukkan adanya spectrum harmonic hingga 8 X RPM, namun tidak diikuti dengan peningkatan pada noise floor sehingga dapat dipastikan bahwa rotating looseness tidak terjadi pada unit 3U-GB302. Bent-Shaft ditandai dengan adanya nilai vibrasi tinggi arah aksial dengan spectrum dominan 1 X RPM diikuti dengan spectrum 2 X RPM. Gambar 4 diatas menunjukkan bahwa spectrum frekuensi arah aksial memiliki bentuk yang mirip dengan ciri-ciri seperti bent shaft. Hal ini perlu dikonfirmasi lebih lanjut dengan menggunakan pembacaan phasa (lihat gambar 6). Ternyata beda phasa 32o arah aksial masih dalam kondisi in phase (0 – 60o) sehingga dapat dipastikan tidak terjadi bent shaft. Rotor Rub ditandai dengan adanya spectrum harmonic hingga 5 X RPM dimana tidak terjadi peningkatan pada noise floor. Rotor Rub juga dapat diakibatkan oleh fenomena unbalance. Gaya unbalance menghasilkan gaya sentrifugal yang besar sehingga dapat menyebabkan impeller akan begerak ke arah luar dan dapat menyebabkan fenomena seperti rotor rub. Untuk memastikan fenomena unbalance, maka analisa phasa serta menggunakan program balance pada akuisisi data CSI-2130 merupakan cara yang terbaik. Penggunaan program balance merupakan langkah terakhir untuk memastikan bahwa fenomena unbalance terjadi pada unit tersebut, karena program ini dapat memfilter fenomena 1 X RPM yang tidak diakibatkan oleh gejala unbalance seperti looseness, misalignment dan sebagainya. Gambar 6.Pembacaanphasa Horizontal-Vertikal Point 3 dan Point 4 PembacaanVertikaldanHoriz onal Point 3 : 65o PembacaanVertikaldanHoriz onal Point 4 : 132o Pembacaanphasaarahaksialan tara point 3 dengan point 4 : 32o
  • 5. PT. PUPUK SRIWIJAYA PALEMBANG 5 PT. PETROKIMIA GRESIK Dari pembacaan phasa pada gambar 6 tersebut terlihat bahwa phasa arah radial mendekati 90o, sehingga dapat dipastikan fenomena unbalance terjadi pada unit tersebut. Selanjutnya sensor accelerometer diletakkan pada arah horizontal point 3 untuk mengetahui nilai unbalance murni dengan menggunakan program balance di alat CSI-2130. Nilai bacaan unbalance murni yang didapat sebesar 5.35 mm/s. Tindakan In-situ balancing merupakan jalan terbaik untuk menurunkan vibrasi secara signifikan. II. Kronologi In-Situ Balancing 3U-GB302 Pusri III Gambar 7. Proses Balancing Pada Diagram Vektor  Reference Run : 5.35 mm/s SudutPhasa : 345o  1st Trial Weight : 166 gram, Posisi : 345o (Pembacaan phasa original) + 100o = 445o / 85odarititiknol (titik nol adalah posisi dari reflector).  First Run : 4.97 mm/s SudutPhasa : 358o  2nd Trial Weight : 660 gram, Posisi : 85o + 66o = 151o dari titi knol  Second Run : 1.75 mm/s SudutPhasa : 247o  3rd Trial Weight : 600 gram, Posisi 151o – 18o = 133o dari titik nol  Final Run : 0.9 mm/s Sudut Phasa : 55o 66o 18o Or igi na l (O ) 2n d Tr ial (T ) O + T 1stTrial (T) O + T
  • 6. PT. PUPUK SRIWIJAYA PALEMBANG 6 PT. PETROKIMIA GRESIK Tabel 2.Nilai Overall Vibrasi Sebelum dan Setelah dibalancing Dari table diatas, terlihat bahwa nilai overall vibrasi sebelum dan setelah balancing dapat turun secara signifikan. Pembacaan vibrasi point 3 arah aksial merupakan nilai vibrasi tertinggi dimana zona status D (Rough) dapat turun menjadi B (Fair) sehingga berdasarkan standar ISO 10816-3 dapat dijalankan secara aman. Gambar 8 dan Gambar 9 menunjukkan spectrum frekuensi arah horizontal dan arah aksial point 3. Pada spectrum frekuensi arah horizontal menunjukkan bahwa amplitude 1 X RPM sebelum balancing 5.43 mm/s telah turun menjadi 1.87 mm/s setelah dilakukan balancing. Selain spectrum 1 X RPM yang telah turun, gejala rotor rub juga dapat turun secara signifikan. Hal ini ditandai dengan turunnya amplitude dibawah 1 mm/s pada spectrum harmonic (2 X – 7 X RPM). Spectrum frekuensi arah aksial menunjukkan bahwa amplitude 1 X RPM sebelum balancing 11.89 mm/s telah turun menjadi 3.48 mm/s setelah dilakukan balancing. Selain spectrum 1 X RPM yang telah turun, gejala rotor rub jugadapat turun secara signifikan. Hal ini ditandai dengan turunnya amplitude dibawah 1 mm/s pada spectrum harmonic (2 X – 7 X RPM). Frekuensi 1 X RPM arah aksial masih tinggi bukan dari gejala unbalance lagi. Frekuensi tersebut bias dari kemungkinan adanya clearance aksial tinggi pada rumah bearing atau munculnya angular misalignment akibat adanya fenomena unbalance selama beberapa hari setelah dilakukan alignment. TitikUkur Description Sebelum Balancing RMS (mm/s) Setelah Balancing RMS (mm/s) Zona Status 1 MOH Motor Outboard Horizontal 4.03 2.20 B→A MOV Motor Outboard Vertial 1.92 0.77 A→A MOA Motor Outboard Aksial 2.18 1.27 B→A 2 MIH Motor Inboard Horizontal 4.94 1.92 C→A MIV Motor Inboard Vertikal 3.14 1.58 B→A MIA Motor Inboard Aksial 2.48 1.04 B→A 3 FIH Fan Inboard Horizontal 5.87 2.19 C→A FIV Fan Inboard Vertikal 5.89 2.00 C→A FIA Fan Inboard Aksial 13.90 4.07 D→B 4 FOH Fan Outboard Horizontal 3.30 2.03 B→A FOV Fan Outboard Vertikal 5.61 1.85 C→A FOA Fan Outboard Aksial 4.39 3.62 B→B
  • 7. PT. PUPUK SRIWIJAYA PALEMBANG 7 PT. PETROKIMIA GRESIK Gambar 8. Spektrum Frekuensi Horizontal Point 3 Sebelum dan Sesudah Balancing Gambar 9. Spektrum Frekuensi Aksial Point 3 Sebelum dan Sesudah Balancing C. KESIMPULAN DAN SARAN  Nilai unbalance murni dengan menggunakan program balance pada akuisisi data CSI- 2130 sebesar 5.35 mm/s phasa 345o. Setelah dilakukan In-Situ Balancing, nilai pembacaan unbalance murni turun secara signifikan dari 5.35 menjadi 0.9 mm/s phasa 55o.  Setelah dilakukan balancing, nilai overall vibrasi paling tinggi yang muncul sebesar 4.07 mm/s (lihat tabel 2). Berdasarkan standar ISO 10816-3, nilai overall vibrasi tersebut masih layak untuk mengoperasikan suatu unit mesin dalam jangka waktu yang panjang.  Spektrum dominan 1 X RPM arah radial maupun arah aksial telah turun secara signifikan setelah dilakukan proses Insitu balancing. Selain spectrum dominan 1 X RPM, spectrum harmonic (2X – 8X RPM) juga telah turun secara signifikan sehingga dapat disimpulkan bahwa gaya unbalance juga dapat menyebabkan rotor rub. Rotor Rub turunsecarasignifikan (Setelah Balancing). Rotor rubmasihtinggi(Sebelu mBalancing). Rotor rubmasihtinggi (SebelumBalancing). Rotor rubturunsecarasignifikan (SetelahBalancing).
  • 8. PT. PUPUK SRIWIJAYA PALEMBANG 8 PT. PETROKIMIA GRESIK  Amplitudo spectrum dominan 1 X RPM arah aksial masih sebesar 3.48 mm/s walaupun penyebab gejala unbalance murni telah dihilangkan.Penyebab amplitude dominan 1 X RPM masih tinggi bisa diakibatkan karena clearance axial bearing masih ada maupun adanya angular misalignment yang mulai muncul. Untuk memastikan kemunculan gejala tersebut, dapat dilakukan analisa thermography dengan menggunakan kamera thermography sehingga dapat diketahui dengan pasti terjadinya gejala tersebut (lihat lampiran halaman 12).
  • 9. PT. PUPUK SRIWIJAYA PALEMBANG 9 PT. PETROKIMIA GRESIK LAMPIRAN Un-Balance Unbalance Centerhung Rotor : Misalignment Rotor : Beda Phasaterbaca ± 90o
  • 10. PT. PUPUK SRIWIJAYA PALEMBANG 10 PT. PETROKIMIA GRESIK Looseness : Typical Spectrum Phase Relationship Type 'A' Type 'B' Mechanical Looseness is indicated by either type A, B or C spectra. Type 'A' is caused by structural looseness/weakness of machine feet, baseplate or foundation, also by deteriorated grouting, loose hold- down bolts at the base and distortion of the frame or base (i.e. Soft Foot). Phase analysis may reveal approx. 180° phase difference between vertical measurements on the machine foot, baseplate and base itself. Type 'B' is generally caused by loose pillow block bolts, cracks in the frame structure or bearing pedestal. Type 'C' is normally generated by improper fit between component parts which will cause many harmonics due to nonlinear response of loose parts to dynamic forces from the rotor. Causes a truncation of time waveform. Type 'C' is often caused by a bearing liner loose in its cap, excessive clearance in either a sleeve or rolling element bearing or a loose impeller on a shaft. Type 'C' phase is often unstable and may vary widely from one measurement to the next, particularly if the rotor shifts position on the shaft from one start-up to the next. Mechanical looseness is often highly directional and may cause noticeably different readings if you compare levels at 30° increments in the radial direction all the way around one bearing housing. Also note that looseness will often cause sub harmonic multiples at exactly 1/2 or 1/3 x rpm (.5x, 1.5x, 2.5x etc.)
  • 11. PT. PUPUK SRIWIJAYA PALEMBANG 11 PT. PETROKIMIA GRESIK
  • 12. PT. PUPUK SRIWIJAYA PALEMBANG 12 PT. PETROKIMIA GRESIK