SlideShare a Scribd company logo
1 of 19
POLITIK OLIGARKI-
SENTRALISTIK PASCA
#REFORMASIDIKORUPSI
David Efendi, SIP.,MA.,MA |Prodi Ilmu Pemerintahan UMY
Pra kondisi
demokrasi?
◦ Politics is about who get what and
how—>sentralistik, absolutisme,
authoritarianisme, anti demokrasi, dll
◦ Power tends to corrupt, absolute power
corrup absolutely
◦ Oligarki partai politik —mendominasi
ekopol
◦ Semua oligark vs semua orang (demos);
oligarkrasi vs demokrasi
◦ Desentralisasi sebagai idea yang
progresif? Vs pseudo demokrasi,
regresi demokrasi, dll
Demokrasi Kita?
◦ Gelagat resentralisasi sudah terjadi sejak sekitar kurang dari 10 tahun
pasca reformasi 1998 dengan ditandai banyaknya bermunculan
kebijakan yang berasa sentralistik. Sentralisasi politik juga ditandai
dengan koalisi raksasa di kabinet baik era SBY atau Era Jokowi.
Muncullah fenonena exsecutive heavy dan legislative menjadi tukang
stempel (rubber stamp) yang langgeng pasca reformasi ini. Kerugian
bagi demokrasi kemudian adalah kurang bermakanya partisipasi publik:
demokrasi tanpa demos dan memudarnya peran strategis pilar keempat
demokrasi yaitu civil society. Banyak produk legislasi mengalami
dedemokratisasi akibat sentralnya kuasa politik oligarkis. Fenomena ini
jelas menggerus indeks demokrasi Indonesia (internasional) dan juga
meningkatnya indeks persepsi korupsi di Indonesia tahun 2022.
◦ Agenda desentralisasi dengan diformulasikan ke dalam UU no.22
1999(berkali direvisi) mendorong demokrasi tumbuh menguat dari
daerah menjadi makin jauh panggang dari api. Desentralisasi juga punya
banyak idealisasi akan penguatan kapasitas,partisipasi publik, akselerasi
pembangunan mencegah korupsi, integrasi nasional (Syaukani, et.al,
2012). Praktis, desentralisasi berhimpitan dengan demokrasi yang
mengalami inovasi, lalu involusi/stagnasi, dan kondisi masyarakat politik
kian terpolarisasi sedemikian memburuk (Davidson, 2002). Tentu saja
puluhan sarjana punya temuan yang memperlihatkan demokrasi kita
mengalami regresi (Pabotinggi 2014, Power et.al 2021; Barenschott,
2019, dst)
Resentralisasi pasca reformasi
◦ Pasca reformasi, SBY membuat koalisi besar
dalam kebinet eksekutif dan legislatif, jatuh
pada praktik korupsi, cicak vs buaya, UU
otonomi daerah semakin memburuk,
kontroversi daerah istimewa, dan Papua Aceh
terus menuntut keadilan. Konsolidasi oligarki
plus konsolidasi Masy sipil
◦ Era #reformasidikorupsi Jokowi, indeks
demokrasi dan persepsi kurupsi memburuk,
kepercayaan pada KPK menurun, uu
kontroversial anti demokrasi disahkan dan
kriminalisasi masyarakat semakin meningkat.
Menguatnya konsolidasi kapital/oligarki
diikuti dengan dikonsolidasi/fragmentasi
masy sipil.
◦ Kerugian lainnya dari praktik resentralisasi politik di segala bidang
adalah korupsi di sektor SDA dan pelemahan pada kelompok
masyarakat sipil yang mempertahankan lingkungan dan pencegahan
kutukan sumberdaya alam di Indonesia.
◦ Perebutan kekuasaan (++);
sentralisasi/desentralisasi
◦ Alokasi Sumberdaya alam yang
terbatas
◦ Kebijakan (politik
mempertahankan lingkungan
hidup)
◦ Perjuangan Keadilan
(distribustif, rekognitif) (baca:
Michael Flitner);
◦ Politik electoral, politik
kewargaan, politik Gerakan
sosial
◦ SDA berkah atau kutukan?
Mengkritisi kutukan sumber daya
alam
◦ Kutukan sumber daya, juga dikenal sebagai paradoks keberlimpahan (paradox of
plenty), adalah fenomena negara-negara dengan sumber daya alam yang melimpah
(seperti bahan bakar fosil dan mineral tertentu) memiliki pertumbuhan ekonomi yang
lebih rendah, demokrasi yang kurang, atau hasil pembangunan yang lebih buruk
daripada negara-negara dengan sumber daya alam yang lebih terbatas. (Smith,
Benjamin; Waldner, David (2021, Rethinking the Resource Curse. Cambridge University
Press).
◦ Perdebatan akan teori kutukan SDA sudah sangat panjang akibat minus narasi
ekonomi politik. Beberapa lebih senang membuat term kutukan kapitalisme oligarkis.
Genealoginya adalah kasusistik ihwal korelasi antara sumber daya alam dan
konsekuensi politik, ekonomi, dan sosial yang negatif di Afrika telah melahirkan apa
yang dikenal "kutukan sumber daya" (Aunty 1993; Bibi dan Gleb 2001; Ross 1999; Sach
dan Warner 2001). Kritikus dan pendukung tesis kutukan sumber daya terus
memperdebatkan manfaatnya, tetapi kemajuan baru-baru ini dalam pengetahuan ilmu
sosial tampaknya menunjukkan bahwa bukan hanya keberadaan sumber daya alam
yang mengarah pada kutukan sumber daya: melainkan, itu adalah "tata kelola". "Good
governance" sumber daya dan pengelolaan pendapatan yang dihasilkan yang
menentukan apakah SDA akan berubah menjadi kutukan/petaka atau berkah (Alao
2007).
Sumber:
https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S22
14790X20301842
Kutukan sumber daya terkait tata kelola SDA
Politik Hijau:
1. Ekologisasi produksi
2. Politik regulasi
3. Green economy
*diadaptasi dari Low & Gleeson, 1998
Korupsi
membuat
kemiskinan
dan
penderitaan
rakyat
Fakta-fakta kutukan
◦ The Corruption Eradication
Commission in Indonesia (KPK)
study revealed that nearly 3
million hectares of natural forest
had been illegally cleared for oil
palm plantations, although this
area was still registered as
natural forest by the government.
As a result of both legal and
illegal logging, Indonesia has one
of the highest rates of
deforestation in the world.
◦ Korupsi pada sektor sumber daya
alam erat sekali dengan
kepentingan ekonomi- politik,
meskipun terjadi pergeseran
trend, sulit dipungkiri kerapkali
terindikasi kuat pembiayaan
politik berasal dari sektor sumber
daya alam. (Wahyu A. Perdana,
Campaigner Pantau Gambut)
◦ “Tidak ada artinya
pertumbuhan
ekonomi jika
lingkungan hidup
rusak”
◦ Kutukan
capitalosene?
Dibalik jargon-jargon
◦ NKRI harga mati= pro pemerintahan sentralistik
◦ Nasionalisme= beri kekuasaan tanpa batas pada pemerintahan pusat
◦ Demokrasi langsung= konsolidasi pasar/oligarki
◦ Masih pandemi= biarkan negara ambil alih kekuasaan publik
◦ Resesi global= dukung regulasi/pengesahan UU yang prosesnya tidak
partisipatif dan tidak demokratis
◦ Akhirnya: dipaksa sehat, di negara yang sakit
#reformasidikorupsi, Demokrasi
digital meluas
◦ Tapi represi digital menguat (UU ITE)
◦ Tapi Kebebasan akademik terancam
◦ Lalu Masyarakat sipil kebebasannya
dipersempit dengan UUKUHP (kasus Haris
Azhar & Fatia)
◦ Suara ilmuwan tidak diperhitungkan,dunia
internasional tidak membuat rezim belajar
sesuatu; ada juga fenomena moncer di luar,
remuk di dalam
Dampak oligarkrasi
◦ GAP kesejahteraan sosial ekonomi meluas, terstruktur, dan sistemis
◦ Kerusakan lingkungan dalam ragam kutukan capitalosene (kutukan
sumber daya alam)
◦ Ruang demokrasi dan ruang hidup semakin terhimpit, hanya CSO
kridibel dan berintegritas yang sanggup mendampingi masyarakat
berhadapan dengan kuasa negara (tirani administratif)
◦ Dunia kampus semakin pragmatis dengan ragam praktik normalisasi
kehidupan kampus yang abai pada masalah-masalah sosial ekonomi
politik kemasyarakatan. Normalisasi kedaruratan demokrasi dan
ekonomi yang justru ditabuh oleh kaum akademisi.
Pembangunan berkelanjutan tanpa keadilan
lingkungan hanyalah omong kosong
Low and Gleeson, 1998

More Related Content

Similar to politik ekonomi sentralistik

Numpang ta
Numpang taNumpang ta
Numpang ta
33335
 
Demokrasi sistem gagal
Demokrasi  sistem gagalDemokrasi  sistem gagal
Demokrasi sistem gagal
Rizky Faisal
 
HAM dan Pelaksanaannya Di Indonesia
HAM dan Pelaksanaannya Di IndonesiaHAM dan Pelaksanaannya Di Indonesia
HAM dan Pelaksanaannya Di Indonesia
PT Lion Air
 
Tugas analisis kebijakan publik uas
Tugas analisis kebijakan publik uasTugas analisis kebijakan publik uas
Tugas analisis kebijakan publik uas
netieli
 
Ppt Kebijakan dan manajemen kesehatan.pptx
Ppt Kebijakan dan manajemen kesehatan.pptxPpt Kebijakan dan manajemen kesehatan.pptx
Ppt Kebijakan dan manajemen kesehatan.pptx
TyazmutzDartha
 
10 alasan menolak demokrasi edit
10 alasan menolak demokrasi edit10 alasan menolak demokrasi edit
10 alasan menolak demokrasi edit
subianti
 
Makalah sistem Ekonomi Pertanian
Makalah sistem Ekonomi PertanianMakalah sistem Ekonomi Pertanian
Makalah sistem Ekonomi Pertanian
dita wahyu
 
Contoh Tentang Perilaku Bisnis yang Melanggar Etika
Contoh Tentang Perilaku Bisnis yang Melanggar EtikaContoh Tentang Perilaku Bisnis yang Melanggar Etika
Contoh Tentang Perilaku Bisnis yang Melanggar Etika
celinatavi
 

Similar to politik ekonomi sentralistik (20)

PKN BAB II Kelas XI
PKN BAB II  Kelas XIPKN BAB II  Kelas XI
PKN BAB II Kelas XI
 
Numpang ta
Numpang taNumpang ta
Numpang ta
 
Makalah korupsi
Makalah korupsiMakalah korupsi
Makalah korupsi
 
Demokrasi sistem gagal
Demokrasi  sistem gagalDemokrasi  sistem gagal
Demokrasi sistem gagal
 
3 refleksi akhir tahun 2012 ust ismail yusanto
3 refleksi akhir tahun 2012   ust ismail yusanto3 refleksi akhir tahun 2012   ust ismail yusanto
3 refleksi akhir tahun 2012 ust ismail yusanto
 
Ancaman politik kel 3
Ancaman politik kel 3Ancaman politik kel 3
Ancaman politik kel 3
 
Ppt demokrasi era reformasi
Ppt demokrasi era reformasiPpt demokrasi era reformasi
Ppt demokrasi era reformasi
 
HAM dan Pelaksanaannya Di Indonesia
HAM dan Pelaksanaannya Di IndonesiaHAM dan Pelaksanaannya Di Indonesia
HAM dan Pelaksanaannya Di Indonesia
 
Sejarah reformasi
Sejarah reformasiSejarah reformasi
Sejarah reformasi
 
Pembangunanpolitik 130805210239-phpapp01
Pembangunanpolitik 130805210239-phpapp01Pembangunanpolitik 130805210239-phpapp01
Pembangunanpolitik 130805210239-phpapp01
 
Sosialisasi Politik dan Partisipasi Politik
Sosialisasi Politik dan Partisipasi PolitikSosialisasi Politik dan Partisipasi Politik
Sosialisasi Politik dan Partisipasi Politik
 
Tugas analisis kebijakan publik uas
Tugas analisis kebijakan publik uasTugas analisis kebijakan publik uas
Tugas analisis kebijakan publik uas
 
BE &GG, Antoni Butarbutar, Hapzi Ali, Ethics and Business; Corruption and Fra...
BE &GG, Antoni Butarbutar, Hapzi Ali, Ethics and Business; Corruption and Fra...BE &GG, Antoni Butarbutar, Hapzi Ali, Ethics and Business; Corruption and Fra...
BE &GG, Antoni Butarbutar, Hapzi Ali, Ethics and Business; Corruption and Fra...
 
Ppt Kebijakan dan manajemen kesehatan.pptx
Ppt Kebijakan dan manajemen kesehatan.pptxPpt Kebijakan dan manajemen kesehatan.pptx
Ppt Kebijakan dan manajemen kesehatan.pptx
 
Revormasi di indonesia
Revormasi di indonesiaRevormasi di indonesia
Revormasi di indonesia
 
KEL.1 KEPEMIMPINAN OLIGARKI.pptx
KEL.1 KEPEMIMPINAN OLIGARKI.pptxKEL.1 KEPEMIMPINAN OLIGARKI.pptx
KEL.1 KEPEMIMPINAN OLIGARKI.pptx
 
281669604 makalah-kasus-korupsi
281669604 makalah-kasus-korupsi281669604 makalah-kasus-korupsi
281669604 makalah-kasus-korupsi
 
10 alasan menolak demokrasi edit
10 alasan menolak demokrasi edit10 alasan menolak demokrasi edit
10 alasan menolak demokrasi edit
 
Makalah sistem Ekonomi Pertanian
Makalah sistem Ekonomi PertanianMakalah sistem Ekonomi Pertanian
Makalah sistem Ekonomi Pertanian
 
Contoh Tentang Perilaku Bisnis yang Melanggar Etika
Contoh Tentang Perilaku Bisnis yang Melanggar EtikaContoh Tentang Perilaku Bisnis yang Melanggar Etika
Contoh Tentang Perilaku Bisnis yang Melanggar Etika
 

politik ekonomi sentralistik

  • 1. POLITIK OLIGARKI- SENTRALISTIK PASCA #REFORMASIDIKORUPSI David Efendi, SIP.,MA.,MA |Prodi Ilmu Pemerintahan UMY
  • 2. Pra kondisi demokrasi? ◦ Politics is about who get what and how—>sentralistik, absolutisme, authoritarianisme, anti demokrasi, dll ◦ Power tends to corrupt, absolute power corrup absolutely ◦ Oligarki partai politik —mendominasi ekopol ◦ Semua oligark vs semua orang (demos); oligarkrasi vs demokrasi ◦ Desentralisasi sebagai idea yang progresif? Vs pseudo demokrasi, regresi demokrasi, dll
  • 3. Demokrasi Kita? ◦ Gelagat resentralisasi sudah terjadi sejak sekitar kurang dari 10 tahun pasca reformasi 1998 dengan ditandai banyaknya bermunculan kebijakan yang berasa sentralistik. Sentralisasi politik juga ditandai dengan koalisi raksasa di kabinet baik era SBY atau Era Jokowi. Muncullah fenonena exsecutive heavy dan legislative menjadi tukang stempel (rubber stamp) yang langgeng pasca reformasi ini. Kerugian bagi demokrasi kemudian adalah kurang bermakanya partisipasi publik: demokrasi tanpa demos dan memudarnya peran strategis pilar keempat demokrasi yaitu civil society. Banyak produk legislasi mengalami dedemokratisasi akibat sentralnya kuasa politik oligarkis. Fenomena ini jelas menggerus indeks demokrasi Indonesia (internasional) dan juga meningkatnya indeks persepsi korupsi di Indonesia tahun 2022.
  • 4. ◦ Agenda desentralisasi dengan diformulasikan ke dalam UU no.22 1999(berkali direvisi) mendorong demokrasi tumbuh menguat dari daerah menjadi makin jauh panggang dari api. Desentralisasi juga punya banyak idealisasi akan penguatan kapasitas,partisipasi publik, akselerasi pembangunan mencegah korupsi, integrasi nasional (Syaukani, et.al, 2012). Praktis, desentralisasi berhimpitan dengan demokrasi yang mengalami inovasi, lalu involusi/stagnasi, dan kondisi masyarakat politik kian terpolarisasi sedemikian memburuk (Davidson, 2002). Tentu saja puluhan sarjana punya temuan yang memperlihatkan demokrasi kita mengalami regresi (Pabotinggi 2014, Power et.al 2021; Barenschott, 2019, dst)
  • 5. Resentralisasi pasca reformasi ◦ Pasca reformasi, SBY membuat koalisi besar dalam kebinet eksekutif dan legislatif, jatuh pada praktik korupsi, cicak vs buaya, UU otonomi daerah semakin memburuk, kontroversi daerah istimewa, dan Papua Aceh terus menuntut keadilan. Konsolidasi oligarki plus konsolidasi Masy sipil ◦ Era #reformasidikorupsi Jokowi, indeks demokrasi dan persepsi kurupsi memburuk, kepercayaan pada KPK menurun, uu kontroversial anti demokrasi disahkan dan kriminalisasi masyarakat semakin meningkat. Menguatnya konsolidasi kapital/oligarki diikuti dengan dikonsolidasi/fragmentasi masy sipil.
  • 6. ◦ Kerugian lainnya dari praktik resentralisasi politik di segala bidang adalah korupsi di sektor SDA dan pelemahan pada kelompok masyarakat sipil yang mempertahankan lingkungan dan pencegahan kutukan sumberdaya alam di Indonesia.
  • 7. ◦ Perebutan kekuasaan (++); sentralisasi/desentralisasi ◦ Alokasi Sumberdaya alam yang terbatas ◦ Kebijakan (politik mempertahankan lingkungan hidup) ◦ Perjuangan Keadilan (distribustif, rekognitif) (baca: Michael Flitner); ◦ Politik electoral, politik kewargaan, politik Gerakan sosial ◦ SDA berkah atau kutukan?
  • 8.
  • 9.
  • 10.
  • 11. Mengkritisi kutukan sumber daya alam ◦ Kutukan sumber daya, juga dikenal sebagai paradoks keberlimpahan (paradox of plenty), adalah fenomena negara-negara dengan sumber daya alam yang melimpah (seperti bahan bakar fosil dan mineral tertentu) memiliki pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah, demokrasi yang kurang, atau hasil pembangunan yang lebih buruk daripada negara-negara dengan sumber daya alam yang lebih terbatas. (Smith, Benjamin; Waldner, David (2021, Rethinking the Resource Curse. Cambridge University Press). ◦ Perdebatan akan teori kutukan SDA sudah sangat panjang akibat minus narasi ekonomi politik. Beberapa lebih senang membuat term kutukan kapitalisme oligarkis. Genealoginya adalah kasusistik ihwal korelasi antara sumber daya alam dan konsekuensi politik, ekonomi, dan sosial yang negatif di Afrika telah melahirkan apa yang dikenal "kutukan sumber daya" (Aunty 1993; Bibi dan Gleb 2001; Ross 1999; Sach dan Warner 2001). Kritikus dan pendukung tesis kutukan sumber daya terus memperdebatkan manfaatnya, tetapi kemajuan baru-baru ini dalam pengetahuan ilmu sosial tampaknya menunjukkan bahwa bukan hanya keberadaan sumber daya alam yang mengarah pada kutukan sumber daya: melainkan, itu adalah "tata kelola". "Good governance" sumber daya dan pengelolaan pendapatan yang dihasilkan yang menentukan apakah SDA akan berubah menjadi kutukan/petaka atau berkah (Alao 2007).
  • 12. Sumber: https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S22 14790X20301842 Kutukan sumber daya terkait tata kelola SDA Politik Hijau: 1. Ekologisasi produksi 2. Politik regulasi 3. Green economy *diadaptasi dari Low & Gleeson, 1998
  • 14. Fakta-fakta kutukan ◦ The Corruption Eradication Commission in Indonesia (KPK) study revealed that nearly 3 million hectares of natural forest had been illegally cleared for oil palm plantations, although this area was still registered as natural forest by the government. As a result of both legal and illegal logging, Indonesia has one of the highest rates of deforestation in the world. ◦ Korupsi pada sektor sumber daya alam erat sekali dengan kepentingan ekonomi- politik, meskipun terjadi pergeseran trend, sulit dipungkiri kerapkali terindikasi kuat pembiayaan politik berasal dari sektor sumber daya alam. (Wahyu A. Perdana, Campaigner Pantau Gambut)
  • 15. ◦ “Tidak ada artinya pertumbuhan ekonomi jika lingkungan hidup rusak” ◦ Kutukan capitalosene?
  • 16. Dibalik jargon-jargon ◦ NKRI harga mati= pro pemerintahan sentralistik ◦ Nasionalisme= beri kekuasaan tanpa batas pada pemerintahan pusat ◦ Demokrasi langsung= konsolidasi pasar/oligarki ◦ Masih pandemi= biarkan negara ambil alih kekuasaan publik ◦ Resesi global= dukung regulasi/pengesahan UU yang prosesnya tidak partisipatif dan tidak demokratis ◦ Akhirnya: dipaksa sehat, di negara yang sakit
  • 17. #reformasidikorupsi, Demokrasi digital meluas ◦ Tapi represi digital menguat (UU ITE) ◦ Tapi Kebebasan akademik terancam ◦ Lalu Masyarakat sipil kebebasannya dipersempit dengan UUKUHP (kasus Haris Azhar & Fatia) ◦ Suara ilmuwan tidak diperhitungkan,dunia internasional tidak membuat rezim belajar sesuatu; ada juga fenomena moncer di luar, remuk di dalam
  • 18. Dampak oligarkrasi ◦ GAP kesejahteraan sosial ekonomi meluas, terstruktur, dan sistemis ◦ Kerusakan lingkungan dalam ragam kutukan capitalosene (kutukan sumber daya alam) ◦ Ruang demokrasi dan ruang hidup semakin terhimpit, hanya CSO kridibel dan berintegritas yang sanggup mendampingi masyarakat berhadapan dengan kuasa negara (tirani administratif) ◦ Dunia kampus semakin pragmatis dengan ragam praktik normalisasi kehidupan kampus yang abai pada masalah-masalah sosial ekonomi politik kemasyarakatan. Normalisasi kedaruratan demokrasi dan ekonomi yang justru ditabuh oleh kaum akademisi.
  • 19. Pembangunan berkelanjutan tanpa keadilan lingkungan hanyalah omong kosong Low and Gleeson, 1998