SlideShare a Scribd company logo
1 of 64
Download to read offline
KEMBALI KETITIK NOL
Kembali ke titik nol!, tentu berawal dari satu, dua,
tiga atau lebih sebagai awalan sebelum akhirnya kembali ke
titik Nol. Loh, apa bagusnya kembali ke titik nol? Bukannya
dalam hal “angka” ,nilai tentu harusnya semakin lebih
tinggi?!.Lantas kenapa kembali ke titik nol?
Kembali ke titik nol berarti memulai sesuatu mulai
dari awal lagi, ingat bagaimana seorang yang disebut
teroris tertangkap dan akhirnya menguak cerita mulai dari
kehidupannya sebelum masuk kedalam kelompok tertentu,
kemudian secara kebetulan atau tidak masuk kedalam
perekrutan dengan segala metodologinya hingga akhirnya
melalui sebuah fase yang kerap disebut sebagai “pencucian
otak”. Untuk selanjutnya pelatihan pun dimulai sedari awal.
Last Name / SHORT TITLE / 1
Ya dimulai sedari awal ini yang disebut “kembali ke titik
nol!”, selanjutnya pelatihan demi pelatihan, dogma demi
dogma sampai siap menuju aksi yang telah ditetapkan
tujuannya. Bicara soal pemahaman kepercayaan tertentu tentu
bukan hal baru karena agama agama sendiri sudah ada sejak
ribuan tahun yang silam, prinsip prinsip dasar sebuah
organisasi, sebuah komunitas tentu juga sudah ada sejak
lama, para pemuka agama, para motivator, para provokator
juga sudah ada sejak lama dan begitu banyak jumlahnya
disekitar kita.
Pernahkah kita bertanya, kenapa hanya sejumlah kecil
saja yang benar benar berhasil layaknya kelompok tertentu
tadi yang disebut teroris, para anggota didalamnya begitu
sangat setia dan saking setianya mereka tidak akan pernah
melepas janji dan sumpah kesetiaan kelompoknya. Gaya mereka
begitu sama, pola mereka begitu sama.
Sebuah kapal akan berlayar dengan lancar dibawah
komando seorang nakhoda, nakhoda memberi gaya dan budaya.
Budaya kerja dan bukan cara kerja, perbedaannya nyata
karena cara kerja bersifat micro sedang budaya kerja
bersifat makro, konseptual dan bagaiamana seharusnya kita
memandang sebuah tantangan yang dihadapi kapal tersebut
ditengah pelayarannya. Itulah nakhoda yang berperan sangat
Last Name / SHORT TITLE / 2
penting dalam prosesnya.
Di perusahaan, kami membentuk budaya kerja dan saat
kita membentuk budaya kerja kami harus memastikan setiap
individu memulainya laksana kertas putih, karena membentuk
itu memulai dari “nol” sehingga yang sudah jadi harus kami
lebur dahulu. Ibarat sebilah pedang yang harus kami tempa
menjadi sebuah mandao atau samurai, maka kami harus
meleburnya. Kembali ketitik nol, bukan masalah selera tapi
bagaimana setiap orang dalam tim memiliki sifat dasar yang
sama yakni “mental sekuat besi bukan baja!”. Unsur
kreatifitas yang dahsyat, mampu mengeluarkan ide ide liar
yang kadang tak terkendali, everyone is a leader bukan basa
basi.
Di perusahaan, kami menempa setiap orang utamanya para
pimpinan untuk mampu menjadi pemimpin bukan pemimpi,
bermental besi bukan baja karena baja hanya keras tapi
rapuh. Akhirnya hanya ada 3 tipe manusia yang ujungnya
berakhir pada dua hasil, 3 tipe itu adalah mereka yang
setelah kami lebur dan kami tempa menjadi terlalu lunak dan
tetap tidak bisa dibentuk hingga akhirnya “g a g a l”, tipe
kedua adalah tipe yang stelah kami lebur dan kami tempa
ternyata begitu kerasnya hingga akhirnya rapuh dan hingga
akhirnya pun “g a g a l”. Adapun tipe ketiga adalah mereka
yang setelah kami lebur dan kami tempa menjadi pribadi yang
Last Name / SHORT TITLE / 3
tangguh laksana besi, bisa dibentuk atau membetuk secara
alamiah mengikuti bentuk cetakan yang kami siapkan,
mengeras namun tidak rapuh dan akhirnya memulai sebuah
perjalanan dengan jiwa yang perusahaan inginkan!.
Di perusahaan, kami menjalani ketegasan fisik dan
mental berupa, cemoohan, makian sampai yang terendah
“sindiran”, belum lagi ketegasan fisik; lari, jump jack,
push up, dll. Inilah tipe orang yang perusahaan cari.
Adapun dua hasil akhirnya pasti sudah sama sama kita
ketahui yakni; berhasil atau gagal!, do or die!.
Jadi siapkan bahan bahan berupa para pimpinan yang
akan kita lebur dan tempa menjadi pemimpin bukan pemimpi,
lebur dan bentuk. Ingat proses peleburan berarti proses
penghancuran menjadi bagian bagian kecil tanpa
menghilangkan sifatnya dan hanya menghilangkan bentuk atau
coraknya, corak manajemen dan gaya serta budaya kerja yang
tidak di inginkan oleh perusahaan.
Terkadang kita akan melihat pemandangan yang tak lazim
dari sudut pandang umum, seseorang akan menangis, teriak
dan marah meski dalam hati hanya karena begitu besar godaan
yang dibuat berupa “tantangan” , otak kita diperas, habis
sampai ke titik terlelah dengan batasan waktu yang
terkadang tidak masuk diakal sehat. Untuk apa semua
Last Name / SHORT TITLE / 4
dilakukan? Kekuatan mental, ketegaran hati, kemauan
berfikir dalam suasana tekanan yang dahsyat, kreatifitas
dan keberanian mengeluarkan ide liar dalam keterbatasan
waktu! Bukankah bisnis membutuhkan itu semua? Kemampuan IQ,
EQ, SQ..ya semua ditantang untuk digalang dan dipersatukan.
Namun bersiaplah, karena proses ini akan panjang,
melelahkan dan tidak jarang berakhir pada kegagalan salah
satu pihak atau keduanya. Hal nyata adalah akan tidak
sedikit keluar masuk orang, namun untuk mendapatkan yang
terbaik? Kenapa tidak!
Kembali ke titik nol, berani?!
Last Name / SHORT TITLE / 5
DON'T BE MASTERBATE
Kita semua sudah begitu akrab dengan istilah manajemen
yang "result oriented!" atau "process oriented!", keduanya
sama sama bagus dan sangat kondisional. keduanya hanya
berbeda dalam hal aspek kontrol, yang "result oriented"
tentu hanya akan fokus pada hasil akhir sesuai janji
(budget/ target, dst..) sementara yang "process oriented"
top manajemen akan perlu mengikuti prosesi operasional
hingga hasil akhirnya.
Apapun alur yang terkondisi, keduanya memerlukan usaha
yang sama. Kami memilih menggunakan keduanya secara
situasional sehingga sulit secara pasti menyatakan bahwa
kami hanya fanatik pada jenis manajemen yang “result
oriented” atau “process oriented”. Semuanya tergantung
seberapa besar proyek atau target yang dihasilkan dan
Last Name / SHORT TITLE / 6
berdampak. Semakin besar dan berdampak maka “process
oriented” adalah pilihan yang bijak.
Sisi utama dari process oriented adalah “mentoring”
kepada eksekutor yang sedang atau akan melaksanakan tugas
dimaksud, segala hal mulai dari konseptual, perencanaan
hingga eksekusi bahkan penilaian hasil akhir menjadi
rangkaian sangat menarik bagi siapa saja yang terlibat.
Sekali lagi, proses “mentoring” terjadi disini!
Dalam puluhan bahkan ratusan contoh kasus kita
mendapati tidak sedikit usaha yang berhasil namun tidak
sedikit juga yang gagal alias sia sia. Bahkan dalam
manajemen yang berorientasi kepada hasil pun kegagalan
sangat mungkin terjadi meski semua ahli turut dan terlibat,
bagaimana dengan yang lepas begitu saja tanpa “mentoring”?.
Dalam banyak kegagalan kita menemukan satu faktor yang
dominan adalah ketidak mampuan kita melihat akan seperti
apa diujungnya nanti, kita terlalu pandai membuat objective
namun semua serba basa basi.
Karenanya secara ekstrim kami begitu akrab dengan
istilah “don’t be masterbate”, korelasinya adalah budaya
tersebut kami hidupkan pada seluruh tim dan menjadi sebuah
pernyataan wajib acapkali kami atau teman dalam tim akan
membuat sebuah proyek mulai dari konseptual, perencanaan,
Last Name / SHORT TITLE / 7
eksekusi, implementasi hingga penilaian akhir. Apa pesan
yang terkadung dalam manajemen “don’t be masterbate”? ,
tanpa bermaksud menyentuh ranah pornografi atau budaya
kesopanan kita semua tahu masturbasi adalah upaya sesaat
yang hasil akhirnya nyaris tidak ada kecuali kenyamanan
yang juga sesaat dan nyaris semu dan terbuang percuma.
Masturbasi hanya jalan pintas ketidak mampuan seseorang
dalam kaitannya dengan beberapa hal. Seorang teman dalam
tim menyampaikan pendapatnya secara tajam dengan
mengatakan..bukan kah lebih baik masturbasi daripada tidak
sama sekali dalam konteks upaya manajemen! Jawaban kami
“dont be masterbate” jangan juga tidak melakukan sesuatu!
Akhirnya, kita menuntut diri kita untuk membuat segala
sesuatu nya yang lebih jelas, tegas, sistimatis dan terukur
dari semua aspek. Setiap orang dalam tim mempunyai
keberanian untuk mengungkapkan keinginannya dengan terlebih
dahulu mematangkan konsep, perencanaan dan seterusnya
dengan merujuk kepada hasil akhir yang lebih riil, ya hasil
yang lebih riil adalah kata kuncinya.
So, don’t be masterbate!
Last Name / SHORT TITLE / 8
NABUNG WAKTU
“Never postphone what you can do today”, ini bukan
idealisme yang kami gunakan di perusahaan kami. “ never
postphone what you can do tomorrow, two days, three days to
go” dan seterusnya adalah idealisme perusahaan kami. Inilah
yang kami sebut “nabung waktu”.
Bukan hal yang mengherankan bila pimpinan di
perusahaan meminta kita melakukan sebuah analisa terhadap
sesuatu dan memaparkannya dalam sebuah sesi presentasi, si
pimpinan akan setuju bahkan menentukan jadwal sesi
presentasi itu 3 hari yang akan datang. Namun jangan cepat
berlega hati, karena akan ada instruksi susulan pada
beberapa jam kemudian atau ke esokan harinya kalau sesi
presentasi dimajukan dalam 3 jam kedepan!
Last Name / SHORT TITLE / 9
Ungkapan yang kemudian muncul adalah; gila..mana
bisa?!, wah, belum selesai bahkan belum mulai kami analisa
apalagi persiapan presentasinya?!, matilah kita?!, rapot
merah! Dan seterusnya yang tentunya “negatip” . Adrenalin
terpacu, ketegangan muncul di wajah kami, sebagian diam
bukan karena siap namun bingung dan bengong harus
bagaimana? Sebagian lagi begitu tenang meski telapak tangan
dingin berkeringat tidak bisa disembunyikan. What a game to
play!.
Ini terjadi bukan sekali tapi berulang ulang, meski
akhirnya sebagian besar dari kami mulai terbiasa dengan
ritme demikian sambil memutar cara pandang 180 derajat
menjadi “nabung waktu”, yakni ayo kerjakan sekarang dan
harus selesai sekarang juga! Kita tidak perlu sempurna
karena kesempurnaan bisa dilakukan sambil berjalan,
bukankah bisnis bicara waktu?!, mulailah berfikir konsep
makro, budaya kerja dan bukan cara kerja. Akhirnya sebagian
dari kami terbiasa dengan budaya ini dan terbiasa dengan
ulah pimpinan yang se enak nya menggeser waktu semau gue,
it is no problem now.
Memang tidak mudah dalam prakteknya, kita malah sangat
sering menjumpai adanya keterlambatan demi keterlambatan
Last Name / SHORT TITLE / 10
dari proyek yang diberikan, selanjutnya kita akan mendengar
alasan demi alasan baik yang benar adanya atau pembenaran.
Hanya saja sebagai pimpinan sudah seharusnya kita bisa
menelusuri keterlambatan karena alasan yang sebenarnya atau
pembenaran. Sekali kita permisif dengan keterlambatan yang
tidak seharusnya maka ini akan menjadi kebiasaan
seterusnya. Inilah kenyataan yang terjadi bahwasanya
menepati janji sesuai komitmen saja begitu sulitnya apalagi
“nabung waktu”, inilah kenyataan yang harus kami hadapi dan
terus berproses tanpa titik akhir.
Masalah utama yang sering terjadi adalah
ketidakmampuan kita memperkirakan skala waktu (time frame),
dan kita seringkali mengambil jalan pintas dengan sering
menggunakan kalimat “penikmat” sesaat misal; saya akan
selesaikan secepatnya!, I will do that for sure!, segera
saya urus!, dan seterusnya. Kita tidak mampu atau tidak
terbiasa dengan memasukan unsur waktu kedalamnya, semisal;
saya akan selesaikan dan paling lambat besok jam 3 sore
akan terlihat hasilnya! I must solve the problem by
tonight, and tomorrow there will be no more issue, saya
akan menyelesaikan proyek ini paling lambat dalam satu
minggu, sehingga senin depan hasilnya sudah bisa kita lihat
bersama, dan seterusnya. Persoalan yang muncul kemudian
adalah, di saat kita dan tim sudah berkemauan untuk
memasukan rentang waktu dalam setiap target pencapaian
Last Name / SHORT TITLE / 11
tersebut, kita belum berkemampuan untuk menetapkannya.
Orang akan dengan gampangnya menyebutkan bahwa dirinya akan
menyelesaikan hal tersebut dalam 3 hari, 4 hari, seminggu
dan seterusnya namun dalam kenyataannya. Hal tersebut tidak
tercapai.
Pesan moralnya begitu banyak namun intinya adalah,
kita harus terbiasa dengan perubahan cepat dan bereaksi
dengan cepat, tepat namun tenang dan never postphone what
you can do tomorrow!”.
Nabung waktu, bukan basa basi!
Last Name / SHORT TITLE / 12
TAU ATAU SOK TAU
Disekeliling kita, banyak kita jumpai orang orang
cerdas atau terlihat cerdas. Apa yang membedakan?
Perbedaanya ada pada kata "terlihat", sinonim dari kata
"terlihat" berarti; nampaknya, rupanya, sepertinya dan
kesemuanya bermakna sesuatu yang belum tentu benar dan
belum tentu pasti. Nah orang yang terlihat cerdas dicirikan
sebagai orang yang selalu saja mampu mengomentari segala
sesuatu dan hampir semua topik pembicaraan seolah dia
kuasai. Inilah yang disebut "sok tau" karena pada akhirnya
orang seperti ini akan kesulitan untuk menjawab banyak hal
saat topik tersebut diperdalam atau dibutuhkan pembuktian
yang serba faktual.
Adapun "tau" adalah benar benar pemahaman yang
Last Name / SHORT TITLE / 13
dimiliki seseorang dan biasanya orang jenis ini akan lebih
banyak menyimak sebelum mengomentari tentang sesuatu itu.
(Jangan jangan tulisan ini justru menunjukan juga si
penulis yang "sok tau" juga).
ingin dilihat sebagai orang yang "knowledgeable",
tidak ingin menjadi "underbow" dalam sebuah forum adalah
beberapa hal yang menyebabkan seseorang menjadi sok tau.
Bolehkah kita menjadi orang yang sok tau?
dalam konteks manajemen yang profesional, sifat sok
tau diperlukan bagi para pimpinannya, namun hati hati anda
akan dituntut untuk menjadikan ke sok tau-an anda menjadi
benar benar tau. Selanjutnya anda akan harus berusaha untuk
memastikan sedikit pengetahuan anda tentang hal tersebut
menjadi mengetahui seutuhnya karena bila tidak, bisa
dipastikan "label" anda sebagai orang yang sok tau akan
melekat dan berakhir kepada ketidak percayaan permanen.
di Morrissey, kami terbiasa dengan pertanyaan "Anda
tau apa sok tau?"
hal ini terus bergulir menjadi kebiasaan diantara para
pimpinan hingga bawahan dan menjadikan ini sebagai "Golden
Rule #2", lantas apa bagusnya kebiasaan ini?
munculnya stereotype tau dan sok tau dengan segala
Last Name / SHORT TITLE / 14
konsekuensinya menjadikan pemicu semua orang di Morrissey
untuk berada pada golongan orang yang "tau" ketimbang "sok
tau", sayangnya tidak ada ruang bagi orang untuk memilih
diantaranya. hal ini karena penetrapan manajemen mulai dari
tingkat direktur hingga kebawahnya yang memaksa setiap
orang untuk bersuara. Tidak sedikit orang yang bersuara
meski tidak faham atau tidak terlalu faham akan hal
tersebut, selanjutnya orang tersebut akan mulai berusaha
untuk mengetahuinya kemudian. sebagus bagusnya dorongan
tentu tidak lebih bagus dari "Self-Learning Motivation"
bukan?. kebiasaan untuk menyertakan pertanyaan "anda tau
apa sok tau?" dalam rapat baik formal maupun informal juga
memaksa seseorang untuk memastikan dirinya tau banyak akan
hal yang akan didiskusikan.
Last Name / SHORT TITLE / 15
CUMA NGEJEK ANDA
Manusia konon memiliki "the 6th sense" pada dirinya,
dan konon "the 6th sense" itu hanya muncul pada kondisi
tertentu alias tidak gampang munculnya. Apa hebatnya
kekuatan ke enam bila muncul pada diri seseorang?
Dalam banyak kejadian kita kerapkali melihat seseorang
akan melakukan tindakan tindakan luar biasa yang tidak dia
sadari bahkan hingga hal tersebut telah dilakukan, inilah
yang disebut sebagai kekuatan ke enam. Pertanyaannya adalah
bagaimana kita mengaktifkan "the 6th sense" agar kita dan
orang orang yang kita cintai atau orang orang yang ada
dalam tim kita mampu melakukan hal hal yang luar biasa?
Ada dua elemen yang menjadi pemicu seseorang mampu
mengaktifkan "the 6th sense" nya yakni; motivasi atau
Last Name / SHORT TITLE / 16
inspirasi!. Motivasi adalah kekuatan yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu, sesuatu yang bisa baik
ataupun buruk namun sesuatu itu harus berakhir dengan hasil
yang melebihi kepercayaan diri seseorang tersebut pada
awalnya. Misalnya seseorang yang tumbuh dari keluarga
miskin yang serba susah akan memunculkan motivasi untuk
keluar dari kemiskinannya sehingga seseorang tersebut bisa
kemudian menjadi penjahat, perampok atau sebaliknya
memotivasi seseorang tersebut menjadi seorang pengusaha
yang sukses meski dengan tertatih tatih. Terlepas dari
apapun proses yang dia tempuh tentulah seseorang tersebut
membutuhkan kekuatan yang akan digunakannya untuk berfikir
dan bertindak luar biasa dari apa yang dalam kondisi normal
tidak dia miliki.
Inspirasi memiliki kesamaan dengan motivasi yakni
sebuah kekuatan yang menggerakan seseorang untuk berfikir
dan bertindak luar biasa, perbedaan yang nyata terletak
pada keinginan kuat yang datang pada dirinya untuk kemudian
melandasi segala upaya yang dia lakukan. Dorongan kuat
tersebut seringkali muncul akibat adanya kejadian atau
"role model" yang hadir dalam perjalanan hidupnya baik
dengan sengaja dicari ataupun kejadian dan "role model"
tersebut muncul secara tiba tiba. Sebegitu sulitnya kita
memunculkan inspirasi padahal kita perlu menggerakan
Last Name / SHORT TITLE / 17
sekumpulan orang dalam tim untuk berlari, mengejar,
mencari, melawan, berteriak, mengambil dan semua hal yang
tidak pasif dan tidak reaktif. Karenanya memunculkan
motivasi adalah pilihan pertama dari yang ada yang kami
terapkan.
Menariknya adalah, motivasi yang biasa dilakukan oleh
seorang motivator ulung selalu saja yang sifatnya membakar
mengajak. Kami melakukannya dengan cara membakar
merendahkan namun tidak menjatuhkan. Kami akan sering
mengatakan...ya sudah, duduk manis biar kami yang lakukan!
Atau kalau merasa sulit, biarlah kami tunjuk si A atau si B
untuk melakukannya dan dia pasti bisa! Dalam konteks yang
lebih tajam kami akan memanggil karyawan yang bersangkutan
untuk kami ajarkan sesuatu yang terkadang tanpa
sepengetahuan manajer yang bersangkutan, hal tersebut
terjadi dalam hal tertentu yang tidak pernah terlaksana
atau belum terlaksana secara optimal. Akhirnya semua orang
tahu kalau tentetan itu dilakukan maka manajemen tengah
melakukan upaya “cuma ngejek anda”.
Ingat! Setiap orang tidak ingin direndahkan karenanya
sesulit apapun kata yang muncul saat “cuma ngejek anda”
adalah “saya bisa, saya akan selesaikan sekarang!” Akhirnya
dia akan berupaya sekuat tenaga untuk memastikan itu
terjadi.
Last Name / SHORT TITLE / 18
So, apakah anda termasuk orang yang suka di
ejek?..haha, kami “cuma ngejek anda”.
Last Name / SHORT TITLE / 19
HAJAR AJA!
Apa yang terlintas dalam pikiran kita ketika kita
mendengar seruan “hajar aja!”?
Berani, nekat, marah, final, tidak ragu, yakin?
Terdengar agak kasar dan rada premanisme tapi bukankah kita
memerlukan jiwa yang seperti itu hari ini, persaingan
bisnis semakin hari semakin ketat, semakin cepat dan seolah
semakin brutal. Perusahaan tidak mampu bertahan dengan jiwa
jiwa yang lemah, pengeluh atau penggosip, putus asa apalagi
pemutus asa.
Kita selalu saja pandai dalam membuat ide ide,
memaparkan seolah ide tersebut luar biasa dan pantas
dilaksanakan, kita selalu saja pandai menyenangkan atasan
dan mengesankan bahwa kita adalah penggagas yang luar
Last Name / SHORT TITLE / 20
biasa. Pertanyaannya, kapan ide itu anda mau laksanakan?
Kapan bisa dinilai keberhasilannya? Nah pertanyaan demikian
akan membuktikan siapa kita sebenarnya, pembual, pengobral
ide, pemimpi atau penggagas sekaligus eksekutor yang
ulung?, sejatinya sebuah ide disebut ide yang bagus apabila
sudah terlaksana.
Hajar aja!, ungkapan yang sering kita teriakan kepada
tim untuk memupuskan keraguan dan memunculkan keberanian
saat ide sudah disuarakan. Tidak ada waktu untuk terlalu
panjang berdiskusi hal hal yang justru memunculkan
keraguan. Lantas bagaimana kalau gagal?, mike tyson, many
pacquiao bertarung habis habisan sejak ronde pertama, liar
dan buas seolah ronde pertama adalah satu satunya ronde
yang dipertontonkan. Pada pikiran keduanya hanya muncul
satu kata “hajar aja!” Pilihannya hanya satu dari dua,
winner or looser, do or die, now or never....
Kami terbiasa dengan ide tapi kami tidak terbiasa
dengan basa basi serta diskusi yang terlalu panjang apalagi
diskusi seputar angka kekalahan atau kemenangan, persoalan
bagaimana kami bebaskan konsumen kami dari beban biaya
penggunaan di business center adalah salah satu gaya
manajemen “hajar aja” yang kami lakukan. Tentu tidak mudah
pada awalnya karena serombongan anggota tim yang peduli
Last Name / SHORT TITLE / 21
terhadap pendapatan meski tidak besar (minor department)
menentang diberlakukannya pembebasan biaya business center
bahkan dengan nekatnya kami menulis besar besar di area
tersebut “It’s your Office, serve your self”. Kami
membiarkan konsumen menggunakan semua fasilitas di Business
Center mulai dari scanner, Printer, Copier, Mac rental
sesuka hati dan ya benar benar sesuka hati, tanpa keraguan.
Hasilnya? Mereka mengatakan bahwa kami melayani mereka
tanpa basa basi!
Last Name / SHORT TITLE / 22
FORCE AND FUN
Entah seberapa benar kaidah bahasanya, namun kami
mengartikannya sebagai pemaksaan yang menyenangkan.
Disetiap hari senin, rabu dan Jumat kami mengadakan
kegiatan olah raga bareng. Semua orang berkumpul tanpa
terkecuali, bersama tanpa mengindahkan jabatan dan semua
sama. Kegiatan ini hampir wajib karena belum benar benar
diwajibkan namun demikian kesadaran yang luar biasa tiba
tiba muncul dari mereka yang memang merasakan kegiatan olah
raga pada akhirnya bukan lagi pelengkap kegiatan perusahaan
tapi kebutuhan. Lagi lagi kegiatan olah raga bareng ini
bukan kegiatan basa basi karena setiap peserta akan
bersimbah keringat, terengah engah, sebagian memegangi
pinggang, memegangi paha, memegangi betis masing masing.
Last Name / SHORT TITLE / 23
Sebagian lainnya berusaha menarik nafas panjang. Beberapa
yang tidak biasa bahkan terlihat sangat kerepotan, give up?
No way! Diteruskan? Waduh........
Salah satu gerakan “jumping jack” bahkan terus menerus
menjadi trend di lingkungan kami. Sepuluh, lima puluh,
seratus, dua ratus, empat ratus, enam ratus bahkan seribu
kali! Kami melakukannya tidak peduli mereka yang berasal
dari generasi X, Y sampai generasi Milenia. Ini belum
ditambah acara “climb a Rope”, bisa dibayangkan beberapa
dari kami dengan bobot yang rada oversize pun diwajibkan
bisa dan bukan hanya berpartisipasi.
Hebatnya, pola pikir kami terbentuk dan terbiasa
berfikir kedepan dan mengantisipasi perubahan dengan tenang
dan tidak reaktif. Saat sang instruktur yang terkadang
dipimpin oleh pucuk pimpinan tertinggi menginstruksikan
untuk melakukan jumping jack sebanyak seratus terakhir,
namun semenit kami bernafas ternyata itu bukan yang
terakhir karena dia menginstruksikan untuk melakukannya
lagi seratus kali yang terakhir, benar terakhir? Tidak juga
begitu seterusnya. Karenanya kami mulai terbiasa untuk
melebihkan bilangan jumlah dalam pikiran kami, manakala
sang instruktur memerintahkan kami melakukannya seratus
terakhir, kami semua bersiap untuk empat ratusan terakhir,
Last Name / SHORT TITLE / 24
setidaknya itu yang kami tanamkan dalam pikiran kami.
Percaya atau tidak, itu juga yang terefleksi dalam kerjaan
kami sehari hari tanpa disadari oleh kami semua dalam tim,
melebihkan pencapaian dari apa yang manajemen tetapkan.
Fun, siapa yang tidak?! Saat dalam keadaan sadar
beberapa dari kami menyadari bahwa betapa mereka telah
melalui tahapan sulit dari minggu ke minggu dengan sukses,
mampu melakukan “climb a Rope” sesuatu yang tidak pernah
terpikir sebelumnya. Kegiatan ini telah banyak menyita
tenaga, pikiran dan bahan obrolan yang lebih sehat sesehat
raga kami di Tim ketimbang sibuk berbasa basi.
Force and Fun, berani?
Last Name / SHORT TITLE / 25
APA IDEALISME ANDA?
Setiap orang adalah unik, namun tidak semua orang
mempunyai kesempatan untuk menunjukan keunikannya.
Kesempatan itu harus dicari atau sengaja diberikan,
seseorang yang begitu percaya dengan kekuatan keunikannya
akan senantiasa mencari kesempatan menunjukannya namun
lebih banyak orang yang tertutup atau malu malu menunjukan
keunikannya apalagi kalau tidak ada ruang baginya untuk
menunjukannya.
Kalau sudah demikian kondisinya maka, tidak
mengherankan kalau warna perusahaan itu akan terlalu
monotone dan itu itu saja serta akan menemui titik
kulminasi di suatu hari nanti. Mengingat jumlah sebagian
besar yang memilih tidak menunjukan keunikannya lantaran
Last Name / SHORT TITLE / 26
tidak ingin mencari ruang maka perusahaan harus memberikan
ruang bagi mereka. Perlombaan mencari bakat seperti yang
banyak diadakan dan ditayangkan di banyak TV swasta bisa
dilakukan dan kami lakukan, namun itu hanya bersifat
temporer dan terlalu dipaksakan karenanya untuk merangsang
munculnya keunikan pada diri setiap orang dalam tim adalah
dengan menantang “apa idealisme anda?”, ini adalah ungkapan
wajib yang muncul disaat kami berbicara soal sebuah issue
baik yang melibatkan ketidak puasan konsumen, ketidak
puasan teman dalam tim ataupun issue yang sama sekali baru
untuk sebuah perubahan. Bagus, tapi apa idealisme anda? Apa
ya korelasi pertanyaan ini dengan keunikan seseorang dalam
bahasan diatas, ingat! Idealisme seseorang itu dipengaruhi
oleh cara pandang seseorang terhadap sesuatu, sedang cara
pandang seseorang dipengaruhi oleh latar belakang
pendidikan, lingkungan, budaya, pergaulan yang menyebabkan
seseorang tersebut memiliki warnanya masing masing. Nah
idealisme disini bisa juga merupakan pernyataan “tunjukan
kami sekelas apa anda!”.
Mungkin timbul pertanyaan apa keren nya bagian ini
karena pertanyaan “apa idealisme anda?” bukanlah sesuatu
yang asing dan sangat biasa saja. Benar, biasa saja namun
bila ini sudah menjadi budaya yang melekat dan di ungkapkan
dalam setiap momentum dimana antar orang dalam tim, antar
Last Name / SHORT TITLE / 27
bagian dalam perusahaan saling menantang dengan mengatakan
“apa idealisme anda?” ini menimbulkan dinamika tersendiri
yang bukan basa basi.
So, Apa idealisme anda?
Last Name / SHORT TITLE / 28
COMPANY MUST HAVE A PRIDE
Perusahaan harus mempunyai harga diri,
Kenapa perusahaan harus mempunyai harga diri, untuk
tidak basa basi maka jawaban mudahnya adalah “tanpa harga
diri perusahaan akan gampang dilecehkan”. Pembahasan kali
ini adalah harga diri perusahaan yang ditujukan kepada
seluruh karyawan yang bekerja di perusahaan. Kenapa
demikian, berawal tidak sedikit dari kami yang setelah
bekerja sekian lama, berkarya dalam lingkup keleluasaan dan
tanggung jawab yang diberikan perusahaan namun perlahan
tapi pasti sifat dasar manusia mulai bermunculan yakni
“sombong” dan merasa sangat dibutuhkan. Tidak ada yang
salah dari sifat tersebut namun akan sangat mengganggu
manakala itu mulai muncul menjadi tuntutan yang “vulgar”.
Last Name / SHORT TITLE / 29
Hal ini diperparah dengan munculnya kesempatan kerja di
banyak tempat yang membutuhkan posisi orang tersebut.
Tinggalah perusahaan terombang ambing, galau menghadapi
ulah orang “profesional” tersebut.
Kenapa harus galau? “Company must have a pride”, ayo
biarkan orang itu berlalu sedang kita bisa mencari orang
lain sebagai penggantinya, the show must go on!.
Harus bisa dibedakan antara seseorang yang datang
dengan segudang pencapaian dan meminta pengakuan dengan
seseorang yang datang dengan pencapaian yang secara khusus
sudah menjadi tugasnya. Company must have a pride tentu
hanya berlaku pada golongan kedua.
Salah satu wujud nyata dalam merealisasikan “Company
must have a pride” adalah dengan sebuah program yang kami
sebut “Employee Redundancy Prog”. Di Perusahaan, kami terus
mencari calon potensial untuk mengisi semua jabatan mulai
dari jabatan tertinggi hingga jabatan di tingkat
operasional. Setidaknya kami mengantongi 5 nama nama
potensial yang siap setiap saat mengisi kekosongan jabatan
jabatan itu apabila diperlukan. Ini menimbulkan dampak
positif bagi perusahaan secara langsung dan bagi setiap
orang diperusahaan secara tidak langsung. Dampak langsung
bagi perusahaan adalah; perusahaan berjalan dengan tenang
Last Name / SHORT TITLE / 30
tanpa khawatir adanya goncangan, hmm tidur nyeyak semua
orang.sedang dampak positif bagi para karyawan adalah,
mereka tahu persis bahwa setiap jabatan yang mereka pegang
selalu saja ada pemain cadangan yang siap menggantikan
dalam keadaan apapun, hal ini memunculkan pemahaman bahwa
kalau kami tidak menunjukan kinerja yang luar biasa maka
akan ada suatu masa di mana kami bisa dengan mudah
tergantikan. Dengan demikian tidak ada pilihan lain kecuali
bekerja, berkarya dengan idealisme yang tak terbantahkan.
So, do your company have a pride? Sekali lagi, bukan
basa basi
Last Name / SHORT TITLE / 31
GUNAKAN HATI
Perlu beberapa hari bahkan beberapa minggu, saya
berusaha mencerna apa yang dengan istilah “Management by
Heart”. Tidak mudah karena selama ini saya hanya mengenal
“Management by Entrusted or Management by Empower”.
Menggambarkan dalam bentuk kejadian kejadian nyata
mungkin akan membawa kita memahami apa sebenarnya arti
manajemen menggunakan hati.
Kita mulai dengan hubungan interpersonal; antara
bawahan, antara teman sejawat, antara atasan dan antara
konsumen. Tidak ada batasan diantaranya semuanya sama dan
menggunakan bahasa yang sama serta frekuensi yang sama,
dalam hal makan minum, ngopi dan lain lain pun tidak
Last Name / SHORT TITLE / 32
berbeda, ketidak bedaan itu bukan basa basi dan tidak
dibuat buat. Tidak semua orang mampu melakukannya karena
tidak jarang seorang CEO mampu melakukannya namun terjadi
karena dia harus melakukannya dan bukan karena secara
alamiah dia senang menyatu dengan orang orang tersebut
terutama yang berada di barisan bawah perusahaan.lihat
betapa kakunya para pejabat yang mencoba mengikuti gaya
“Jokowi”?!. Jadi yang pertama, menyatulah apa adanya tanpa
basa basi.
Karena ketidak becusan anda, semua ini terjadi!,
karena anda tidak serius menindak lanjuti ini, kita
dianggap tidak mampu!, karena anda telat, kita semua dibuat
repot! Ulah anda membuat saya dipermalukan dan harus “push
up 30 x” jadi anda lakukan 100x di hadapan saya!Kalau saya
harus pergi meninggalkan perusahaan ini, saya pastikan anda
pun akan pergi!, wuihh menyeramkan sekali ungkapan ungkapan
yang sering kita dengar dari atasan kita yang baru saja
mendapat tekanan dari pimpinan tertinggi. Wajar memang
karena sifat dasar manusia yang defensive dan tidak mau
dipersalahkan, namun bisakah kita keluar dari kewajaran dan
menjadi orang yang tidak wajar? Menjadi tidak wajar berarti
kita menjadikan diri kita sebagai “sponge” menyerap tekanan
apapun yang kita terima namun tidak berbagi semua kepada
tim hal mana akan membuat mereka ter-demotivasi, seninya
Last Name / SHORT TITLE / 33
adalah menyampaikan pesan pimpinan tertinggi dengan tajam,
serius namun dengan wajah yang tetap cool, calm dan
confident! Bisa?
Nah, pelajaran kedua adalah, jadilah sponge yang
menyerap permintaan bahkan makian pimpinan namun mampu
menyampaikan kepada tim kita secara selektif dengan cool,
calm dan confident, bukan basa basi!
Ingat bahasan tentang “apa idealisme anda?”, setiap
orang yang berhasil menunjukan keunikan dirinya melalui
karya nyata yang dijalankan dalam perusahaan pasti akan
merasa sangat bergairah dunia profesionalnya, bayangkan
kalau itu bukan hanya segelintir manajer, tapi sebagian
besar manajer bahkan seluruhnya, terlebih bayangkan kalau
itu bukan hanya seluruh manajer tapi sebagian karyawan
dalam tim atau malah seluruh karyawan ditambah seluruh
manajer.wow! Begitu dinamisnya lingkungan yang diciptakan,
setiap bangun pagi hari keceriaan yang nampak dari raut
wajah mereka dan bukan perasaan was was dan khawatir
terhadap atasan. Di setiap pagi ramai mereka membicarakan,
kegilaan apa lagi yang bisa kita lakukan, teman!.
Jadi, ciptakan ruang persamaan untuk semua orang
melakukan hal yang luar biasa, rangsang mereka berkarya
yang tidak rutinitas dan membosankan. Biarkan kegagalan
Last Name / SHORT TITLE / 34
mengisi sebagian besar keberhasilan selebihnya ambil
tanggung jawab dari kegagalan tersebut karena kita adalah
pemimpin “leader of the pack” yang bukan basa basi!
So, pelajaran ketiga!
Bicara sich gampang tapi prakteknya? Hampir saya
yakini ini adalah ungkapan yang paling sering muncul dari
kalangan teman teman yang memiliki atasan, terjadi di
locker room, smoking area, parking area, warung dekat
perusahaan manakala berbicara soal makhluk yang namanya
“Atasan”. Sayangnya masih banyak atasan yang tidak
menyadari hal ini dan terus bermain dengan teori, sepandai
pandainya nasehat bukankah perbuatan lebih indah
difahami?!. So, kami terbiasa melakukan sesuatu usulan
kepada bawahan dengan menunjukan pada mereka bagaimana
melakukannya, saat saya berbicara soal bagaimana manangani
keluhan konsumen dan membuat mereka yang awalnya memaki
menjadi memuji? Bukan teori ini itu yang kami paparkan
tapi, berikan saya satu tamu yang besok, lusa atau kapan
saja mengeluh serius untuk hal tersulit yang anda semua
rahu menghadapinya dan biarkan saya tunjukan pada anda
bagaimana menanganinya. Bila saya berhasil anda akan harus
komit untuk mengikuti cara saya dan bila saya gagal, saya
adalah pemimpin yang omong besar. Setuju?.
Last Name / SHORT TITLE / 35
Pada akhirnya kita akan bisa membedakan mana pemimpin
sejati dengan pemimpin yang hanya bermain di seputar theori
tanpa bisa meyakinkan timnya. So, pelajaran ke empat
beranikah kita menjadi role model sebagai instruksi yang
efektip dan bukan basa basi?.
Seorang petugas keamananan berdiri tegap dan sigap
meski dengan senyuman yang tidak dibuat buat, pertanyaannya
adalah seberapa besar keingin tahuan kita tentang bagaimana
perasaan dia hari ini dan pengharapan dia sesungguhnya
untuk hari esok dan masa depannya? Kami sesekali berdiskusi
soal dia, berapa harga uang sewa kamar yang dia bayar,
berapa biaya hidup lainnya, bagaimana dia bisa
mempertahankan senyuman apa adanya tersebut bila kita tidak
ikut larut dalam pengharapannya akan masa depan? Dengan
melihat jauh kedalam situ kita akan menemukan bahwa
kehebatan perusahaan yang awalnya dimulai dari sikap
profesional seseorang ternyata agak kurang pas, karena
ternyata semuanya dimulai dari sini! Dari bagaimana kita
memahami si petugas keamanan yang berdiri bertugas selama
12 jam! Ya dua belas jam.
Gunakan hati, “Management by Heart” ; tempatkan diri
kita sejajar dengan mereka kemudian berikan mereka
keleluasaan untuk berkarya dan menunjukan keunikan mereka
sembari kita bimbing, setelah itu tetaplah menjadi “sponge”
Last Name / SHORT TITLE / 36
dan terakhir “be the role model”, benarkah demikian? Bukan
basa basi, hajar aja!
Last Name / SHORT TITLE / 37
LITTLE SURPRISE
Kejutan kecil yang berbuntut panjang....
Seorang konsumen sedang asyik duduk di salah satu
outlet kami, tiba tiba salah satu dari kami memberikan
sepiring irisan buah berbagai jenis kepada tamu tersebut
sebagai kejutan kecil untuk menyenangkan. Sementara
konsumen lainnya yang datang malam hari untuk melakukan
proses check in tiba tiba disodorkan dengan sedikit memaksa
untuk memilih salah satu jenis grill sandwitch, lagi lagi
kejutan kecil untuk menyenangkan. Ada lagi kisah seorang
konsumen yang tiba tiba mendapat satu buah melon utuh saat
sedang duduk santai di smoking area kejutan kecil untuk
menyenangkan, atau seorang konsumen yang sedang asyik
bermain dengan laptopnya dan mendapatkan sebotol beer
sambil ditemani oleh salah satu tim kami seraya memohon
Last Name / SHORT TITLE / 38
izin untuk menemani, kejutan kecil untuk menyenangkan. Atau
seorang konsumen yang yang sedang asyik bernyanyi bersama
salah satu tim kami di Lobby tiba tiba mendapatkan sebuah
goodie bag berisi souvenir sebagai tanda terima kasih kami,
kejutan kecil untuk menyenangkan. Atau petugas kami yang
tiba tiba memberikan Ipad dengan unduhan surat kabar
elektronik yang biasa dibacanya tiap pagi, sambil
menerangkan apakah kopi hitam dengan beberapa melon dan
pisang sebagai santapan awal sarapannya bisa kami sajikan,
kejutan kecil untuk menyenangkan. Ada lagi kisah salah satu
tim operasional kami di Lobby yang mengantarkan konsumen
kami dengan scooter menuju pusat perbelanjaan terdekat,
terjadi bukan karena inisiasi konsumen tersebut, kejutan
kecil untuk menyenangkan. Atau seorang petugas operasional
kami yang dalam keseharian sangat terbiasa berbincang
bincang dengan hampir semua konsumen sambil menanyakan
hobby dan sebagainya, menemui konsumen tersebut di hari
yang berbeda dan tiba tiba dengan gitarnya menyanyikan
sebuah lagu yang disenangi konsumen tersebut sebagai hasil
dari informasi yang dia dapatkan dari perbincangan yang
bahkan konsumen tersebut sudah lupa kapan perbincangan itu
pernah terjadi, kejutan kecil untuk menyenangkan. Luar
biasanya, lewat salah satu petugas operasional kami
mendapatkan sebuah konsep “dahsyat” yang kami sebut
“surprise collaboration” sebuah konsep little surprise
Last Name / SHORT TITLE / 39
dengan melibatkan pihak konsumen. Berawal dari obrolannya
kepada suami salah seorang konsumen kami perihal apakah
berniat memberikan kejutan kecil yang bisa menyenangkan
istrinya? Dan kami akan berusaha semampu kami membantu
menyediakannya, akhirnya konsumen tersebut mengatakan bahwa
istrinya paling suka sebatang kembang ros merah yang
kemudian kami berikan kepada konsumen tersebut, melalui
tangan suaminya “a Red Rosse” diterima dengan begitu
senangnya. Istri konsumen itu tidak pernah tahu kalau “a
Red Rosse” itu kami lah yang membeli, tapi siapa yang
peduli, buat kami si konsumen yang merupakan suaminya sudah
menambatkan hatinya pada kami karena kejutan kecil yang
menyenangkan. Kami menyadari sebagus apapun ide kejutan
yang menyenangkan tentu akan jauh lebih menyenangkan
memberikan sesuatu yang memang konsumen tersebut tergila
gila pada hal itu. Semua itu biasa saja, tentu biasa saja
bila dilakukan oleh seorang manajer yang kita semua tahu
memiliki kewenangan untuk itu. Tapi Bagaimana kalau semua
ide dan aksi itu di inisiasi dan dilakukan dengan sempurna
oleh petugas operasional kami yang bahkan tidak memegang
jabatan sebagai supervisor.
Sungguh sesuatu yang bukan basa basi!
Bagaimana dengan teman satu tim, teman teman
operasional? Little suprise,
Last Name / SHORT TITLE / 40
Kami biasanya mengadakan kegiatan pagi untuk menyapa
semua karyawan dan siapa saja bahkan para supplier yang
datang untuk mengantarkan terutama pesanan pesanan bagian
dapur. Kami sesekali bertanya kepada mereka banyak hal
mulai dari keadaan istrinya, suaminya, anak anaknya atau
orang tuanya. Kami juga barengi dengan pertanyaan seputar
pengetahuan terkini tentang produk dan jasa perusahaan
untuk sekedar memastikan bahwa seluruh tim mengetahui
sedalam pemahaman kami. Dalam hal mereka menjawab dengan
benar dan bang!!!! Mereka mendapatkan sesuatu dari kami
berupa sebatang cokelat, atau apapun juga. Tidak heran
kalau pagi hari kami laksana sinterklas. Dalam kesempatan
yang berbeda salah satu tim kami menginisiasi seluruh
manajer dalam tim untuk datang lebih awal, ya kurang dari
jam tujuh pagi hari semua berkumpul tanpa terpaksa dan
dengan sedikit briefing kami diminta untuk mengenakan apron
dan mulai melayani tamu tamu yang sedang menikmati sarapan
pagi, sementara karyawan operasional kami dibebas tugaskan
selama 2 jam selagi kami menggantikan posisi mereka
melayani tamu tamu tersebut, ada yang mengangkat piring
gelas kotor, sebagiannya memastikan buffet breakfast tetap
terisi dan tertata, sebagian lainnya ikut melayani tamu di
egg corner untuk permintaan omellett dan lain lain,
sementara lainnya sibuk mengantarkan pesanan tamu tamu
tersebut, ada juga yang dengan cerianya menyapa tamu dan
Last Name / SHORT TITLE / 41
mengantarkan ke tempat yang tersedia, ya being a greeter.
Sejujurnya, semua dilakukan tanpa ada diskusi panjang dan
perencanaan kecuali ide sehari yang dilaksanakan esok
paginya. Bagaimana dengan karyawan kami yang dibebas
tugaskan selama 2 jam? Biarlah mereka asyik menonton berita
pagi sembari ngopi dan berbincang bincang di kantin
karyawan.
Last Name / SHORT TITLE / 42
SAMAKAN PERSEPSI
Samakan persepsi, supaya ngga salah bertindak dan
memiliki motivasi yang serupa.
Kenapa persepsi harus disamakan dalam suatu
perusahaan? Karena kalau setiap orang memiliki persepsi
yang sudah sama, tentunya tidak ada lagi ungkapan samakan
persepsi. Setiap orang memiliki cara pandang berbeda beda
terhadap sesuatu, yang konon dipengaruhi oleh pendidikan,
budaya, latar belakang. Seseorang yang tumbuh dilingkungan
yang keras dan melihat apalagi mengalami kekerasan tentu
akan melihat sesuatu dengan cara pandang yang ujungnya ke;
proteksi diri, ofensif, kerugian, kemenangan, pertaruhan,
defensif dan jarang meskipun tidak seluruhnya menyentuh ke
“cinta dan kasih sayang”
Last Name / SHORT TITLE / 43
ide bagus adalah ide yang dijalankan! Dalam sebuah
organisasi, sebuah perusahaan tentu membuat ide kita bisa
diterima dan didukung sangat tidak mudah. Kita tidak bisa
menghindari adanya banyak faktor yang mempengaruhi mulai
dari ide awal yang dalam prosesnya tidak mudah karena
adanya tantangan hingga pemaparan di depan atasan atau
pengambil keputusan. Pertanyaannya adalah, apakah, masih
akan ada pihak pihak yang menyatakan ketidak setujuannya
manakala sang pengambil keputusan sudah dengan jelas
menyatakan setuju?
persoalannya, bagaimana kita memastikan bahwa sebuah
ide tersebut disetujui oleh atasan?
Di perusahaan kami pemaparan terhadap sebuah ide
bukanlah benar benar pemaparan akan tetapi sebuah afirmasi
sebuah ide yang seharusnya telah dikomunikasikan sebelumnya
kepada para pengambil keputusan. Si penggagas sudah
seharusnya mengutarakan idenya terlebih dahulu, si
penggagas sudah seharusnya berkonsultasi untuk memahami
seutuhnya ide yang akan dijalankan agar sesuai dengan
arahan dan kebijakan perusahaan itu sendiri. Kalau boleh
kita ilustrasikan adalah, layaknya seorang pengrajin tanah
liat yang membuat sebuah karya seni sebagai hiasan, kepada
yang mpunya usaha sekaligus orang yang bertanggung jawab
terhadap penjualan tentu si pengrajin akan harus
Last Name / SHORT TITLE / 44
menyampaikan idenya. Hal ini harus dilakukan untuk
memastikan hasil karya tersebut berguna dan memiliki nilai
jual saat itu. Setelah ide itu diterima selanjutnya si,
pengrajin tentu harus terus berkonsultasi perihal bentuk,
warna, dan lain lain. Ini bukan, masalah "mengekang"
kebebasan berkreasi tapi sebuah proses untuk memastikan
bahwa hasil karya tersebut luar biasa dan memiliki nilai
jual.
Inilah ide orisinil yang, kami sebut "samakan
persepsi" di perusahaan kami.
Last Name / SHORT TITLE / 45
JANGAN JADI NOMOR SATU
Setiap dari kita tentu mengharapkan menjadi nomor
satu,begitupun perusahaan, itu harga mutlak!. Masalah yang
muncul adalah apa yang terjadi bila kita telah mencapai
nomor satu, kepuasaan dan keangkuhan serta berpuas diri.
Ini adalah sifat alamiah kita semua dan tidak jarang juga
ada pada perusahaan perusahaan besar.
Ketika kita sudah pada titik jenuh menjadi juara maka
akan muncul kelengahan dan apa yang disebut “over
confident”, sehingga seringkali kita tidak menyadari bahwa
pesaing kita telah bersiap siap menggungguli kita dengan
berbagai cara.
Lantas bagaimana cara bertahan pada urutan nomor satu?
Last Name / SHORT TITLE / 46
Gampang, jangan jadi nomor satu! Caranya? Dalam dunia
olahraga tinju terjadi tingkatan tingkatan mulai dari kelas
bulu sampai kelas berat, seseorang yang sedianya menjadi
juara di kelas.......apalagi sampai beberapa kali
mempertahankan sabuk juaranya tentu akan menemui titik
puncak kepuasannya dan pada momentum tersebut biasanya sang
juara akan menemui titik kritis dimana akan banyak
bermunculan para penantang yang siap mengalahkannya,
terlepas dari faktor usia biasanya hal ini lazimnya terjadi
karena kepercayaan diri dan semangat yang mulai stabil
bahkan cenderung mengendur. Bayangkan semangat yang stabil
saja bisa mulai menjadi ancaman!.
Ingat di chapter sebelumnya saat kami membahas soal
kekuatan ke enam (the 6th sense) itu muncul ketika kita
terdesak dan dalam bahaya sesungguhnya. Berarti para calon
penantang yang terbukti tangguh dan siap merebut sabuk
juara adalah mereka yang bersemangat dengan semangat yang
terus dan terus menggila, meninggi tak terkendali sementara
sang juara hanya memiliki semangat yang hanya di tingkat
stabil hingga menurun.
Jadi, ciptakan persaingan dikelas yang berbeda!
Dikelas yang bukan lagi kelas di mana kita sudah sering
juara, sudah sering menang, dikelas yang diatas kelas kita.
Last Name / SHORT TITLE / 47
Berani?
Diperusahaan kami, disaat kami menyadari bahwa upaya
keras kami mengantarkan kami pada tingkat kemenangan di
persaingan yang ada. Kami bangga, kami senang dan kami
percaya diri dan hal ini berlanjut berbulan bulan bahkan
tahunan. Hal ini menyadarkan kami pada cerita sang
penyandang sabuk juara tinju diatas bahwa kebanggaan kami,
kesenangan kami, kepercayaan diri kami akan menghantarkan
kami pada keterlenaan semata dan tunggu sampai saatnya
jatuh!.
Tuhan menyadarkan kami bahwa kami harus naik ke
tingkat persaingan selanjutnya, Morrissey sebagai hotel
yang hanya memiliki 135 kamar dengan label bintang 4 harus
bersaing dengan mereka yang berada pada label bintang 5! No
choice?!.
Dengan kepercayaan diri kami masukan daftar pesaing
kami sebagian besar hotel hotel berbintang 5 dan ya
ternyata kami turun menjadi peringkat kedua bahkan ketiga
khususnya dalam hal harga kamar rata rata. Sebuah realita
yang mengasyikan bukan? Tidak ada lagi keangkuhan kami
meski kebanggaan tetap harus kami pertahankan dan yang
muncul sesudahnya adalah semangat untuk berpacu kembali
menjadi nomor satu karena realitas kami di nomor ke sekian
di kelas yang bukan kelas kami, di kelas diatas kami selama
Last Name / SHORT TITLE / 48
ini. Munculnya semangat bersaing fase kedua membawa tim
berbenah dan meningkatkan semua upaya, ide dan semangat
berjuang yang tidak pernah pupus. Itulah hakekat perjuangan
sejatinya adalah merebut sesuatu manakala hal itu belum
kita miliki.
Jangan jadi nomor satu, bukan basa basi! Berani?
Last Name / SHORT TITLE / 49
EMANG SIAPA BILANG NGGA BISA?
Badriah adalah seorang public attendant yang lazimnya
disebut “cleaning service”. Kita senantiasa menganggap
orang orang pada posisi tersebut sebagai orang lemah yang
sangat biasa saja, bahkan nyaris seolah tidak memiliki
kelebihan apapun. Sunandar adalah seorang ball man,
pemungut bola tenis lapang saat kita bermain tenis
lapangan. Ridwan hanya seorang pemuda lulusan SMU dari
sekolah yang bahkan bukan sekolah favorit sama sekali, dan
saya? Hanyalah lulusan STM yang sekarang dikenal SMK bagian
tehnik di salah satu sekolah yang juga tidak pupuler.
Apa yang kami hasilkan di perusahaan saat ini bukanlah
hal sepele yang bahkan kita tersentak karena ternyata
Last Name / SHORT TITLE / 50
kebisaan kami seringkali melebihi mereka yang konon
berpendidikan tinggi, yang konon terpelajar, yang konon
upto date, yang konon berkelas. Rupa rupanya semua manusia
benar adanya bahwa mereka diciptakan unik satu sama lain.
Tinggal sejauh dan seberani apa kita menunjukan warna kita,
kelas kita atau istilah abarahm moslow “self-actualism” ke
hadapan publik. Tidak banyak, tidak jauh dan tidak banyak
yang berani. Dalam konteks di perusahaan, persoalan
sebenarnya adalah “ruang”, ya ruang untuk; bergerak
leluasa, membuat kesalahan, ber-ekspresi, untuk tidak
dikecilkan, untuk dianggap sama tanpa memandang posisi atau
jabatan!.
Sayangnya, istilah “do not judge the book by its
cover” pada kenyataanya tidak berlaku di sekitar kita,
utamanya di banyak perusahaan. Kita sudah terlebih dahulu
memandang rendah seseorang beradasarkan fungsi, posisi atau
profesinya. Sayang seribu sayang!.
Emang, siapa bilang ngga bisa? Adalah ungkapan yang
sering bahkan teramat sering dilontarkan oleh kami di
jajaran manajemen bahkan di tingkat tertinggi di perusahaan
kami. Beberapa nama diatas hanyalah sebagian kecil yang
bisa kami sebutkan. Kami mengajak, memaksa dan
mengeksploitasi kemampuan mereka. Kami menekan mereka, kami
marah pada mereka, kami membakar mereka untuk apa? Untuk
Last Name / SHORT TITLE / 51
membuat mereka sadar bahwa tidak ada beda mereka yang
berada diatas mereka dengan kami. Mereka kami beri ruang
dan waktu untuk berkarya, membuat terobosan meskipun salah
dan yang menarik kami melontarkan ungkapan “emang, siapa
bilang ngga bisa?” , ungkapan yang kami lontarkan kehadapan
atasan mereka, boss mereka, superior dan semua orang yang
berada diatas mereka. Hal ini semata mata untuk memastikan
tidak ada satupun dari kami yang sombong, angkuh dan merasa
diri paling pintar. Sedang orang nomor satu diperusahaan
ini saja selalu berucap “kesombongan akan mendekati
kehancuran!”.
Apa sih manfaat dari ungkapan tadi? Jelas bahwa
sebagus apapun konsep manajemen anda, dan sepeduli apapun
manajemen anda terhadap pengembangan diri karyawan karywati
didalamnya, tidak akan pernah berhasil bila keangkuhan diri
para atasan masih bercokol. Akhirnya budaya “emang siapa
bilang ngga bisa?” Menjadi budaya turunan yang membuat kami
sadar diri bahwa kami diatas karena mungkin saja karena
kami tahu lebih dulu, kami diatas mungkn saja karena juga
beruntung, kami diatas mungkin saja karena kami tahu
sedikit lebih banyak.
Berikan mereka ruang untuk berkreasi, berikan
kepercayaan meski berpotensi gagal, hargai mereka sekecil
Last Name / SHORT TITLE / 52
apapun pencapaiannya selebih “emang, siapa bilang ngga
bisa?!”.
Last Name / SHORT TITLE / 53
THOSE ARE ONLY TOOLS!
Lihat donk betapa kerennya sistim yang kami pakai!,
ditempat kami tidak ada tumpukan berkas semua serba cloud
storage, oh kami hanya menggunakan gadget ini untuk melihat
pergerakan manusia di semua outlet, lihat betapa canggihnya
alat yang kami punya! Semua ungkapan demikian terasa sangat
sering kita dengar di era digital teknologi. Setiap
perusahaan seolah berlomba mempercanggih sistim dalam
pekerjaannya dan memperlengkapi karyawan karyawatinya
dengan kecanggihan teknologi. Namun demikian pernahkah kita
menyadari bahwa semua itu ternyata hanya alat kerja, ya
those are only tools! Salahnya?
Setiap alat pasti berguna bila sesuai dengan
kontekstualnya, sebuah gergaji hanya pantas saat kita akan
Last Name / SHORT TITLE / 54
memotong selembar kayu dan sebuah palu hanya pantas saat
kita akan menancapkan sebuah paku. Masalahnya adalah
pernahkah kita benar benar memahami konsep kerja atau
budaya kerja ketimbang cara kerja. Seorang tukang kayu di
saat akan membuat sebuah kursi kayu tentu membutuhkan
peralatan berupa palu, gergaji, paku, penggaris, amplas,
papan kayu, balok kayu dan sebagainya. Namun yang
terpenting dari itu semua tentu adalah konsep, ya konsep
seperti apa bangku kayu tersebut untuk kemudian cara kerja
mulai dari sekuensi apa langkah pertama, langkah kedua dan
seterusnya hingga akhirnya menjadi sebuah bangku kayu.
Proses pembuatan yang terus menerus tentu akan membuat si
tukang kayu berfikir soalan apa alat lainnya yang bisa
mempermudah cara kerjanya. ya, si tukang kayu membutuhkan
pemotong mesin ketimbang gergaji, kenapa? dia membutuhkan
alat tersebut mengingat bangku kayu yang dia buat dalam
skala besar semisal seratusan buah bangku.
Nah alangkah tepatnya keputusan yang diambil oleh si
tukang kayu dengan membeli alat pemotong mesin tersebut,
dan alangkah tidak tepatnya bila keputusannya didasari
hanya karena dia hanya harus membuat satu buah bangku kayu,
betapa kesia siaan dengan investasi besar tersebut. nah
ilustrasi diatas seringkali terjadi dalam dunia kerja, kita
begitu tergiur dengan sistim canggih yang banyak beredar
disekitar kita tapi kita tidak benar benar memulainya
Last Name / SHORT TITLE / 55
dengan budaya kerja laksana tukang kayu tadi. akhirnya
begitu banyak sistim yang kita gunakan namun tidak benar
benar berguna secara optimal. bahayanya adalah, sebagian
besar dari kita akan dengan mudahnya menyalahkan sistim
yang digunakan disaat munculnya persoalan persoalan. jadi,
berhentilah menuhankan sistim karena kitalah yang harus
mengontrol sistim dan bukan sistim yang mengontrol kita.
Last Name / SHORT TITLE / 56
AYO BRAIN GYM
Last Name / SHORT TITLE / 57
HARGAI DIRI ANDA
Last Name / SHORT TITLE / 58
GOOD COP BAD COP
Last Name / SHORT TITLE / 59
BEST IMPROVEMENT OF THE QUATERLY
Last Name / SHORT TITLE / 60
VOLCANO EFFECT
Last Name / SHORT TITLE / 61
LOADING DOCK PARTY
Apresiasi terhadap karyawan? ok, kita buat pesta
meriah di salah satu ruang pertemuan yang perusahaan
miliki. kita atur menu makanannya, minumannya dan jangan
lupa susunan acara. buat susunan acar yang meriah diselingi
sambutan dari si A, si B dan seterusnya baru kita akhiri
dengan acara makan minum dan ramah tamah. tapi nanti dulu,
kita lakukan semua bila kita melebihi target tiga bulan
terakhir!
ungkapan itu hampir terjadi disemua perusahaan.
pertama kita hargai semua karyawan disaat pencapaian kita
melebihi target, lakukan secara seremonial supaya penekanan
betapa perusahaan menghargai mereka benar benar terasa.
kami muak dengan semua itu kami bosan dan inilah titik
balik dimana kami kemudian menyebutnya "Loading Dock
Last Name / SHORT TITLE / 62
Party", ya sebuah pesta rakyat yang "simple but sharp!"
tanpa aturan, tanpa susunan acara, tanpa sambutan yang
bertele tele, tanpa kenyamanan ruang pertemuan. semua
terjadi begitu saja di Loading dock, ya semua berkumpul
bersatu dan menyatu. tidak ada lagi sang manajer, bawahan
teman sejawat semua bersatu bahkan pimpinan tertinggi
sekelas direktur pun hampir tidak terlihat bukan karena
tidak ada, tapi tidak ada kursi VIP yang disiapkan di
bagian terdepan. Gilanya, kami berhasil keluar dari
"polarisasi" dimana tim security tidak hanya ngobrol dan
mengelompok dengan teman securitynya, teman frontliner
tidak hanya menyatu dengan teman front linernya semua
menyatu, tumpah ruah dan larut dalam kebersamaan. tidak
berlebihan kalau kemudian kami lebih suka menyebutya
"nikmatnya kebersamaan" bukan "indahnya kebersamaan" karena
kami tidak perlu keindahan yang kami dan teman teman
perlukan adalah kenikmatan bukan keindahan. dalam kegiatan
ini CSR bukan lagi basa basi, karena mengundang dan
membayar penuh tukang sate di lingkungan sekitar, tukang
bakso, tukang siomay, tukang surabi dan tukang tukang
lainnya padahal bagian food production kami sangat siap
bila harus melakukannya untuk kami. anda tidak perlu
membayangkan betapa menyatunya kami dengan para penjaja
makanan kaki lima yang kami undang dan keceriaan wajah
mereka serta doa doa yang mereka panjatkan demi perusahaan
Last Name / SHORT TITLE / 63
kami, ya keberlangsungan perusahaan dan kemajuan
perusahaan.
Hal lain yang tidak masuk diakal adalah kami
melakukannya bahkan ditengah kondisi pencapaian yang
sebenarnya belum melebihi target yang ditentukan. kok bisa?
kenapa kita harus selalu menggunakan "stick" disaat
pencapaian belum mencapai target sementara disisi lain kita
mendapati pencapaian bentuk lainnya yaitu semangat yang
tidak pernah padam pada semua karyawan. lihatlah bagaimana
tim dayung lomba perahu naga, seorang yang bertugas manabuh
genderang menyemangati teman dalam satu tim diperahunya
mendayung meski mungkin telah tertinggal perahu lainnya.
kita tidak pernah melihat si penabuh genderang menghentikan
tabuhannya manakala dia melihat bahwa perahunya tertinggal
perahu pesaing, hingga akhirnya mereka sampai di garis
finish meski tidak menjadi nomor satu. ingat "success is
not a destination, it is a journey".
akhirnya, kami menutup sesi ini dengan sebuah syair
dari Elvis Presley:
I feel it in my leg, I feel it in my shoe,
Tell me pretty baby, if you think you feel it too
let's have a party, lets have a party
send to the store (loading dock)
and lets buy some more
and lets have a party tonight
Last Name / SHORT TITLE / 64

More Related Content

Similar to KEMBALI KE AWAL

MACAM-MACAM KEPRIBADIAN.ppt
MACAM-MACAM KEPRIBADIAN.pptMACAM-MACAM KEPRIBADIAN.ppt
MACAM-MACAM KEPRIBADIAN.pptmaddassir
 
Panduan menjawab karangan spm
Panduan menjawab karangan spmPanduan menjawab karangan spm
Panduan menjawab karangan spmNorazliah Ani
 
bahan salmiati presentasi-sukses-kuliah-di-utm-dengan-soft-skills.ppt
bahan salmiati presentasi-sukses-kuliah-di-utm-dengan-soft-skills.pptbahan salmiati presentasi-sukses-kuliah-di-utm-dengan-soft-skills.ppt
bahan salmiati presentasi-sukses-kuliah-di-utm-dengan-soft-skills.pptLaksamana Yuda Citra Handika
 
Eksekutifmahasiswa
EksekutifmahasiswaEksekutifmahasiswa
EksekutifmahasiswaNauval Dot
 
Personal Developing.pptx
Personal Developing.pptxPersonal Developing.pptx
Personal Developing.pptxTeguhHWidodo
 
Skill kepemimpinan
Skill kepemimpinanSkill kepemimpinan
Skill kepemimpinanpdatarawa
 
Prinsip dan sikap yang diperlukan
Prinsip dan sikap yang diperlukanPrinsip dan sikap yang diperlukan
Prinsip dan sikap yang diperlukanSumardi Sulaeman
 
1.5 C Tayangan Style Profile
1.5 C  Tayangan  Style Profile1.5 C  Tayangan  Style Profile
1.5 C Tayangan Style Profilerobby chandra
 
1.5 B Manual Style Profile
1.5 B Manual Style Profile1.5 B Manual Style Profile
1.5 B Manual Style Profilerobby chandra
 
10 ramuan rahsia "Grafik Designer" Wajib Tahu
10 ramuan rahsia "Grafik Designer" Wajib Tahu10 ramuan rahsia "Grafik Designer" Wajib Tahu
10 ramuan rahsia "Grafik Designer" Wajib TahuMuhaimin Mohammad
 
Bagaimana lebih sukses di tempat kerja
Bagaimana lebih sukses di tempat kerjaBagaimana lebih sukses di tempat kerja
Bagaimana lebih sukses di tempat kerjaNur Agustinus
 
The Power of Mind Technology, Be Great Man
The Power of Mind Technology, Be Great ManThe Power of Mind Technology, Be Great Man
The Power of Mind Technology, Be Great ManIhsanHypnotherapy
 
(2021). Silabus_ Training "CREATIVE THINKING and DECISION MAKING"
(2021). Silabus_ Training "CREATIVE THINKING and DECISION MAKING"(2021). Silabus_ Training "CREATIVE THINKING and DECISION MAKING"
(2021). Silabus_ Training "CREATIVE THINKING and DECISION MAKING"Kanaidi ken
 

Similar to KEMBALI KE AWAL (20)

Pengembangan diri
Pengembangan diriPengembangan diri
Pengembangan diri
 
MACAM-MACAM KEPRIBADIAN.ppt
MACAM-MACAM KEPRIBADIAN.pptMACAM-MACAM KEPRIBADIAN.ppt
MACAM-MACAM KEPRIBADIAN.ppt
 
Panduan menjawab karangan spm
Panduan menjawab karangan spmPanduan menjawab karangan spm
Panduan menjawab karangan spm
 
Berfikir kreatif dan inovasi
Berfikir kreatif dan inovasiBerfikir kreatif dan inovasi
Berfikir kreatif dan inovasi
 
bahan salmiati presentasi-sukses-kuliah-di-utm-dengan-soft-skills.ppt
bahan salmiati presentasi-sukses-kuliah-di-utm-dengan-soft-skills.pptbahan salmiati presentasi-sukses-kuliah-di-utm-dengan-soft-skills.ppt
bahan salmiati presentasi-sukses-kuliah-di-utm-dengan-soft-skills.ppt
 
Eksekutifmahasiswa
EksekutifmahasiswaEksekutifmahasiswa
Eksekutifmahasiswa
 
Personal Developing.pptx
Personal Developing.pptxPersonal Developing.pptx
Personal Developing.pptx
 
Leadership
LeadershipLeadership
Leadership
 
Skill kepemimpinan
Skill kepemimpinanSkill kepemimpinan
Skill kepemimpinan
 
Prinsip dan sikap yang diperlukan
Prinsip dan sikap yang diperlukanPrinsip dan sikap yang diperlukan
Prinsip dan sikap yang diperlukan
 
1.5 C Tayangan Style Profile
1.5 C  Tayangan  Style Profile1.5 C  Tayangan  Style Profile
1.5 C Tayangan Style Profile
 
1.5 B Manual Style Profile
1.5 B Manual Style Profile1.5 B Manual Style Profile
1.5 B Manual Style Profile
 
kreativitas dalam da'wah
kreativitas dalam da'wahkreativitas dalam da'wah
kreativitas dalam da'wah
 
Entrepreneur & leadership
Entrepreneur & leadershipEntrepreneur & leadership
Entrepreneur & leadership
 
10 ramuan rahsia "Grafik Designer" Wajib Tahu
10 ramuan rahsia "Grafik Designer" Wajib Tahu10 ramuan rahsia "Grafik Designer" Wajib Tahu
10 ramuan rahsia "Grafik Designer" Wajib Tahu
 
Latih logika-diktat-1
Latih logika-diktat-1Latih logika-diktat-1
Latih logika-diktat-1
 
Pola pikir pns prajab iii
Pola pikir  pns prajab iiiPola pikir  pns prajab iii
Pola pikir pns prajab iii
 
Bagaimana lebih sukses di tempat kerja
Bagaimana lebih sukses di tempat kerjaBagaimana lebih sukses di tempat kerja
Bagaimana lebih sukses di tempat kerja
 
The Power of Mind Technology, Be Great Man
The Power of Mind Technology, Be Great ManThe Power of Mind Technology, Be Great Man
The Power of Mind Technology, Be Great Man
 
(2021). Silabus_ Training "CREATIVE THINKING and DECISION MAKING"
(2021). Silabus_ Training "CREATIVE THINKING and DECISION MAKING"(2021). Silabus_ Training "CREATIVE THINKING and DECISION MAKING"
(2021). Silabus_ Training "CREATIVE THINKING and DECISION MAKING"
 

KEMBALI KE AWAL

  • 1. KEMBALI KETITIK NOL Kembali ke titik nol!, tentu berawal dari satu, dua, tiga atau lebih sebagai awalan sebelum akhirnya kembali ke titik Nol. Loh, apa bagusnya kembali ke titik nol? Bukannya dalam hal “angka” ,nilai tentu harusnya semakin lebih tinggi?!.Lantas kenapa kembali ke titik nol? Kembali ke titik nol berarti memulai sesuatu mulai dari awal lagi, ingat bagaimana seorang yang disebut teroris tertangkap dan akhirnya menguak cerita mulai dari kehidupannya sebelum masuk kedalam kelompok tertentu, kemudian secara kebetulan atau tidak masuk kedalam perekrutan dengan segala metodologinya hingga akhirnya melalui sebuah fase yang kerap disebut sebagai “pencucian otak”. Untuk selanjutnya pelatihan pun dimulai sedari awal. Last Name / SHORT TITLE / 1
  • 2. Ya dimulai sedari awal ini yang disebut “kembali ke titik nol!”, selanjutnya pelatihan demi pelatihan, dogma demi dogma sampai siap menuju aksi yang telah ditetapkan tujuannya. Bicara soal pemahaman kepercayaan tertentu tentu bukan hal baru karena agama agama sendiri sudah ada sejak ribuan tahun yang silam, prinsip prinsip dasar sebuah organisasi, sebuah komunitas tentu juga sudah ada sejak lama, para pemuka agama, para motivator, para provokator juga sudah ada sejak lama dan begitu banyak jumlahnya disekitar kita. Pernahkah kita bertanya, kenapa hanya sejumlah kecil saja yang benar benar berhasil layaknya kelompok tertentu tadi yang disebut teroris, para anggota didalamnya begitu sangat setia dan saking setianya mereka tidak akan pernah melepas janji dan sumpah kesetiaan kelompoknya. Gaya mereka begitu sama, pola mereka begitu sama. Sebuah kapal akan berlayar dengan lancar dibawah komando seorang nakhoda, nakhoda memberi gaya dan budaya. Budaya kerja dan bukan cara kerja, perbedaannya nyata karena cara kerja bersifat micro sedang budaya kerja bersifat makro, konseptual dan bagaiamana seharusnya kita memandang sebuah tantangan yang dihadapi kapal tersebut ditengah pelayarannya. Itulah nakhoda yang berperan sangat Last Name / SHORT TITLE / 2
  • 3. penting dalam prosesnya. Di perusahaan, kami membentuk budaya kerja dan saat kita membentuk budaya kerja kami harus memastikan setiap individu memulainya laksana kertas putih, karena membentuk itu memulai dari “nol” sehingga yang sudah jadi harus kami lebur dahulu. Ibarat sebilah pedang yang harus kami tempa menjadi sebuah mandao atau samurai, maka kami harus meleburnya. Kembali ketitik nol, bukan masalah selera tapi bagaimana setiap orang dalam tim memiliki sifat dasar yang sama yakni “mental sekuat besi bukan baja!”. Unsur kreatifitas yang dahsyat, mampu mengeluarkan ide ide liar yang kadang tak terkendali, everyone is a leader bukan basa basi. Di perusahaan, kami menempa setiap orang utamanya para pimpinan untuk mampu menjadi pemimpin bukan pemimpi, bermental besi bukan baja karena baja hanya keras tapi rapuh. Akhirnya hanya ada 3 tipe manusia yang ujungnya berakhir pada dua hasil, 3 tipe itu adalah mereka yang setelah kami lebur dan kami tempa menjadi terlalu lunak dan tetap tidak bisa dibentuk hingga akhirnya “g a g a l”, tipe kedua adalah tipe yang stelah kami lebur dan kami tempa ternyata begitu kerasnya hingga akhirnya rapuh dan hingga akhirnya pun “g a g a l”. Adapun tipe ketiga adalah mereka yang setelah kami lebur dan kami tempa menjadi pribadi yang Last Name / SHORT TITLE / 3
  • 4. tangguh laksana besi, bisa dibentuk atau membetuk secara alamiah mengikuti bentuk cetakan yang kami siapkan, mengeras namun tidak rapuh dan akhirnya memulai sebuah perjalanan dengan jiwa yang perusahaan inginkan!. Di perusahaan, kami menjalani ketegasan fisik dan mental berupa, cemoohan, makian sampai yang terendah “sindiran”, belum lagi ketegasan fisik; lari, jump jack, push up, dll. Inilah tipe orang yang perusahaan cari. Adapun dua hasil akhirnya pasti sudah sama sama kita ketahui yakni; berhasil atau gagal!, do or die!. Jadi siapkan bahan bahan berupa para pimpinan yang akan kita lebur dan tempa menjadi pemimpin bukan pemimpi, lebur dan bentuk. Ingat proses peleburan berarti proses penghancuran menjadi bagian bagian kecil tanpa menghilangkan sifatnya dan hanya menghilangkan bentuk atau coraknya, corak manajemen dan gaya serta budaya kerja yang tidak di inginkan oleh perusahaan. Terkadang kita akan melihat pemandangan yang tak lazim dari sudut pandang umum, seseorang akan menangis, teriak dan marah meski dalam hati hanya karena begitu besar godaan yang dibuat berupa “tantangan” , otak kita diperas, habis sampai ke titik terlelah dengan batasan waktu yang terkadang tidak masuk diakal sehat. Untuk apa semua Last Name / SHORT TITLE / 4
  • 5. dilakukan? Kekuatan mental, ketegaran hati, kemauan berfikir dalam suasana tekanan yang dahsyat, kreatifitas dan keberanian mengeluarkan ide liar dalam keterbatasan waktu! Bukankah bisnis membutuhkan itu semua? Kemampuan IQ, EQ, SQ..ya semua ditantang untuk digalang dan dipersatukan. Namun bersiaplah, karena proses ini akan panjang, melelahkan dan tidak jarang berakhir pada kegagalan salah satu pihak atau keduanya. Hal nyata adalah akan tidak sedikit keluar masuk orang, namun untuk mendapatkan yang terbaik? Kenapa tidak! Kembali ke titik nol, berani?! Last Name / SHORT TITLE / 5
  • 6. DON'T BE MASTERBATE Kita semua sudah begitu akrab dengan istilah manajemen yang "result oriented!" atau "process oriented!", keduanya sama sama bagus dan sangat kondisional. keduanya hanya berbeda dalam hal aspek kontrol, yang "result oriented" tentu hanya akan fokus pada hasil akhir sesuai janji (budget/ target, dst..) sementara yang "process oriented" top manajemen akan perlu mengikuti prosesi operasional hingga hasil akhirnya. Apapun alur yang terkondisi, keduanya memerlukan usaha yang sama. Kami memilih menggunakan keduanya secara situasional sehingga sulit secara pasti menyatakan bahwa kami hanya fanatik pada jenis manajemen yang “result oriented” atau “process oriented”. Semuanya tergantung seberapa besar proyek atau target yang dihasilkan dan Last Name / SHORT TITLE / 6
  • 7. berdampak. Semakin besar dan berdampak maka “process oriented” adalah pilihan yang bijak. Sisi utama dari process oriented adalah “mentoring” kepada eksekutor yang sedang atau akan melaksanakan tugas dimaksud, segala hal mulai dari konseptual, perencanaan hingga eksekusi bahkan penilaian hasil akhir menjadi rangkaian sangat menarik bagi siapa saja yang terlibat. Sekali lagi, proses “mentoring” terjadi disini! Dalam puluhan bahkan ratusan contoh kasus kita mendapati tidak sedikit usaha yang berhasil namun tidak sedikit juga yang gagal alias sia sia. Bahkan dalam manajemen yang berorientasi kepada hasil pun kegagalan sangat mungkin terjadi meski semua ahli turut dan terlibat, bagaimana dengan yang lepas begitu saja tanpa “mentoring”?. Dalam banyak kegagalan kita menemukan satu faktor yang dominan adalah ketidak mampuan kita melihat akan seperti apa diujungnya nanti, kita terlalu pandai membuat objective namun semua serba basa basi. Karenanya secara ekstrim kami begitu akrab dengan istilah “don’t be masterbate”, korelasinya adalah budaya tersebut kami hidupkan pada seluruh tim dan menjadi sebuah pernyataan wajib acapkali kami atau teman dalam tim akan membuat sebuah proyek mulai dari konseptual, perencanaan, Last Name / SHORT TITLE / 7
  • 8. eksekusi, implementasi hingga penilaian akhir. Apa pesan yang terkadung dalam manajemen “don’t be masterbate”? , tanpa bermaksud menyentuh ranah pornografi atau budaya kesopanan kita semua tahu masturbasi adalah upaya sesaat yang hasil akhirnya nyaris tidak ada kecuali kenyamanan yang juga sesaat dan nyaris semu dan terbuang percuma. Masturbasi hanya jalan pintas ketidak mampuan seseorang dalam kaitannya dengan beberapa hal. Seorang teman dalam tim menyampaikan pendapatnya secara tajam dengan mengatakan..bukan kah lebih baik masturbasi daripada tidak sama sekali dalam konteks upaya manajemen! Jawaban kami “dont be masterbate” jangan juga tidak melakukan sesuatu! Akhirnya, kita menuntut diri kita untuk membuat segala sesuatu nya yang lebih jelas, tegas, sistimatis dan terukur dari semua aspek. Setiap orang dalam tim mempunyai keberanian untuk mengungkapkan keinginannya dengan terlebih dahulu mematangkan konsep, perencanaan dan seterusnya dengan merujuk kepada hasil akhir yang lebih riil, ya hasil yang lebih riil adalah kata kuncinya. So, don’t be masterbate! Last Name / SHORT TITLE / 8
  • 9. NABUNG WAKTU “Never postphone what you can do today”, ini bukan idealisme yang kami gunakan di perusahaan kami. “ never postphone what you can do tomorrow, two days, three days to go” dan seterusnya adalah idealisme perusahaan kami. Inilah yang kami sebut “nabung waktu”. Bukan hal yang mengherankan bila pimpinan di perusahaan meminta kita melakukan sebuah analisa terhadap sesuatu dan memaparkannya dalam sebuah sesi presentasi, si pimpinan akan setuju bahkan menentukan jadwal sesi presentasi itu 3 hari yang akan datang. Namun jangan cepat berlega hati, karena akan ada instruksi susulan pada beberapa jam kemudian atau ke esokan harinya kalau sesi presentasi dimajukan dalam 3 jam kedepan! Last Name / SHORT TITLE / 9
  • 10. Ungkapan yang kemudian muncul adalah; gila..mana bisa?!, wah, belum selesai bahkan belum mulai kami analisa apalagi persiapan presentasinya?!, matilah kita?!, rapot merah! Dan seterusnya yang tentunya “negatip” . Adrenalin terpacu, ketegangan muncul di wajah kami, sebagian diam bukan karena siap namun bingung dan bengong harus bagaimana? Sebagian lagi begitu tenang meski telapak tangan dingin berkeringat tidak bisa disembunyikan. What a game to play!. Ini terjadi bukan sekali tapi berulang ulang, meski akhirnya sebagian besar dari kami mulai terbiasa dengan ritme demikian sambil memutar cara pandang 180 derajat menjadi “nabung waktu”, yakni ayo kerjakan sekarang dan harus selesai sekarang juga! Kita tidak perlu sempurna karena kesempurnaan bisa dilakukan sambil berjalan, bukankah bisnis bicara waktu?!, mulailah berfikir konsep makro, budaya kerja dan bukan cara kerja. Akhirnya sebagian dari kami terbiasa dengan budaya ini dan terbiasa dengan ulah pimpinan yang se enak nya menggeser waktu semau gue, it is no problem now. Memang tidak mudah dalam prakteknya, kita malah sangat sering menjumpai adanya keterlambatan demi keterlambatan Last Name / SHORT TITLE / 10
  • 11. dari proyek yang diberikan, selanjutnya kita akan mendengar alasan demi alasan baik yang benar adanya atau pembenaran. Hanya saja sebagai pimpinan sudah seharusnya kita bisa menelusuri keterlambatan karena alasan yang sebenarnya atau pembenaran. Sekali kita permisif dengan keterlambatan yang tidak seharusnya maka ini akan menjadi kebiasaan seterusnya. Inilah kenyataan yang terjadi bahwasanya menepati janji sesuai komitmen saja begitu sulitnya apalagi “nabung waktu”, inilah kenyataan yang harus kami hadapi dan terus berproses tanpa titik akhir. Masalah utama yang sering terjadi adalah ketidakmampuan kita memperkirakan skala waktu (time frame), dan kita seringkali mengambil jalan pintas dengan sering menggunakan kalimat “penikmat” sesaat misal; saya akan selesaikan secepatnya!, I will do that for sure!, segera saya urus!, dan seterusnya. Kita tidak mampu atau tidak terbiasa dengan memasukan unsur waktu kedalamnya, semisal; saya akan selesaikan dan paling lambat besok jam 3 sore akan terlihat hasilnya! I must solve the problem by tonight, and tomorrow there will be no more issue, saya akan menyelesaikan proyek ini paling lambat dalam satu minggu, sehingga senin depan hasilnya sudah bisa kita lihat bersama, dan seterusnya. Persoalan yang muncul kemudian adalah, di saat kita dan tim sudah berkemauan untuk memasukan rentang waktu dalam setiap target pencapaian Last Name / SHORT TITLE / 11
  • 12. tersebut, kita belum berkemampuan untuk menetapkannya. Orang akan dengan gampangnya menyebutkan bahwa dirinya akan menyelesaikan hal tersebut dalam 3 hari, 4 hari, seminggu dan seterusnya namun dalam kenyataannya. Hal tersebut tidak tercapai. Pesan moralnya begitu banyak namun intinya adalah, kita harus terbiasa dengan perubahan cepat dan bereaksi dengan cepat, tepat namun tenang dan never postphone what you can do tomorrow!”. Nabung waktu, bukan basa basi! Last Name / SHORT TITLE / 12
  • 13. TAU ATAU SOK TAU Disekeliling kita, banyak kita jumpai orang orang cerdas atau terlihat cerdas. Apa yang membedakan? Perbedaanya ada pada kata "terlihat", sinonim dari kata "terlihat" berarti; nampaknya, rupanya, sepertinya dan kesemuanya bermakna sesuatu yang belum tentu benar dan belum tentu pasti. Nah orang yang terlihat cerdas dicirikan sebagai orang yang selalu saja mampu mengomentari segala sesuatu dan hampir semua topik pembicaraan seolah dia kuasai. Inilah yang disebut "sok tau" karena pada akhirnya orang seperti ini akan kesulitan untuk menjawab banyak hal saat topik tersebut diperdalam atau dibutuhkan pembuktian yang serba faktual. Adapun "tau" adalah benar benar pemahaman yang Last Name / SHORT TITLE / 13
  • 14. dimiliki seseorang dan biasanya orang jenis ini akan lebih banyak menyimak sebelum mengomentari tentang sesuatu itu. (Jangan jangan tulisan ini justru menunjukan juga si penulis yang "sok tau" juga). ingin dilihat sebagai orang yang "knowledgeable", tidak ingin menjadi "underbow" dalam sebuah forum adalah beberapa hal yang menyebabkan seseorang menjadi sok tau. Bolehkah kita menjadi orang yang sok tau? dalam konteks manajemen yang profesional, sifat sok tau diperlukan bagi para pimpinannya, namun hati hati anda akan dituntut untuk menjadikan ke sok tau-an anda menjadi benar benar tau. Selanjutnya anda akan harus berusaha untuk memastikan sedikit pengetahuan anda tentang hal tersebut menjadi mengetahui seutuhnya karena bila tidak, bisa dipastikan "label" anda sebagai orang yang sok tau akan melekat dan berakhir kepada ketidak percayaan permanen. di Morrissey, kami terbiasa dengan pertanyaan "Anda tau apa sok tau?" hal ini terus bergulir menjadi kebiasaan diantara para pimpinan hingga bawahan dan menjadikan ini sebagai "Golden Rule #2", lantas apa bagusnya kebiasaan ini? munculnya stereotype tau dan sok tau dengan segala Last Name / SHORT TITLE / 14
  • 15. konsekuensinya menjadikan pemicu semua orang di Morrissey untuk berada pada golongan orang yang "tau" ketimbang "sok tau", sayangnya tidak ada ruang bagi orang untuk memilih diantaranya. hal ini karena penetrapan manajemen mulai dari tingkat direktur hingga kebawahnya yang memaksa setiap orang untuk bersuara. Tidak sedikit orang yang bersuara meski tidak faham atau tidak terlalu faham akan hal tersebut, selanjutnya orang tersebut akan mulai berusaha untuk mengetahuinya kemudian. sebagus bagusnya dorongan tentu tidak lebih bagus dari "Self-Learning Motivation" bukan?. kebiasaan untuk menyertakan pertanyaan "anda tau apa sok tau?" dalam rapat baik formal maupun informal juga memaksa seseorang untuk memastikan dirinya tau banyak akan hal yang akan didiskusikan. Last Name / SHORT TITLE / 15
  • 16. CUMA NGEJEK ANDA Manusia konon memiliki "the 6th sense" pada dirinya, dan konon "the 6th sense" itu hanya muncul pada kondisi tertentu alias tidak gampang munculnya. Apa hebatnya kekuatan ke enam bila muncul pada diri seseorang? Dalam banyak kejadian kita kerapkali melihat seseorang akan melakukan tindakan tindakan luar biasa yang tidak dia sadari bahkan hingga hal tersebut telah dilakukan, inilah yang disebut sebagai kekuatan ke enam. Pertanyaannya adalah bagaimana kita mengaktifkan "the 6th sense" agar kita dan orang orang yang kita cintai atau orang orang yang ada dalam tim kita mampu melakukan hal hal yang luar biasa? Ada dua elemen yang menjadi pemicu seseorang mampu mengaktifkan "the 6th sense" nya yakni; motivasi atau Last Name / SHORT TITLE / 16
  • 17. inspirasi!. Motivasi adalah kekuatan yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu, sesuatu yang bisa baik ataupun buruk namun sesuatu itu harus berakhir dengan hasil yang melebihi kepercayaan diri seseorang tersebut pada awalnya. Misalnya seseorang yang tumbuh dari keluarga miskin yang serba susah akan memunculkan motivasi untuk keluar dari kemiskinannya sehingga seseorang tersebut bisa kemudian menjadi penjahat, perampok atau sebaliknya memotivasi seseorang tersebut menjadi seorang pengusaha yang sukses meski dengan tertatih tatih. Terlepas dari apapun proses yang dia tempuh tentulah seseorang tersebut membutuhkan kekuatan yang akan digunakannya untuk berfikir dan bertindak luar biasa dari apa yang dalam kondisi normal tidak dia miliki. Inspirasi memiliki kesamaan dengan motivasi yakni sebuah kekuatan yang menggerakan seseorang untuk berfikir dan bertindak luar biasa, perbedaan yang nyata terletak pada keinginan kuat yang datang pada dirinya untuk kemudian melandasi segala upaya yang dia lakukan. Dorongan kuat tersebut seringkali muncul akibat adanya kejadian atau "role model" yang hadir dalam perjalanan hidupnya baik dengan sengaja dicari ataupun kejadian dan "role model" tersebut muncul secara tiba tiba. Sebegitu sulitnya kita memunculkan inspirasi padahal kita perlu menggerakan Last Name / SHORT TITLE / 17
  • 18. sekumpulan orang dalam tim untuk berlari, mengejar, mencari, melawan, berteriak, mengambil dan semua hal yang tidak pasif dan tidak reaktif. Karenanya memunculkan motivasi adalah pilihan pertama dari yang ada yang kami terapkan. Menariknya adalah, motivasi yang biasa dilakukan oleh seorang motivator ulung selalu saja yang sifatnya membakar mengajak. Kami melakukannya dengan cara membakar merendahkan namun tidak menjatuhkan. Kami akan sering mengatakan...ya sudah, duduk manis biar kami yang lakukan! Atau kalau merasa sulit, biarlah kami tunjuk si A atau si B untuk melakukannya dan dia pasti bisa! Dalam konteks yang lebih tajam kami akan memanggil karyawan yang bersangkutan untuk kami ajarkan sesuatu yang terkadang tanpa sepengetahuan manajer yang bersangkutan, hal tersebut terjadi dalam hal tertentu yang tidak pernah terlaksana atau belum terlaksana secara optimal. Akhirnya semua orang tahu kalau tentetan itu dilakukan maka manajemen tengah melakukan upaya “cuma ngejek anda”. Ingat! Setiap orang tidak ingin direndahkan karenanya sesulit apapun kata yang muncul saat “cuma ngejek anda” adalah “saya bisa, saya akan selesaikan sekarang!” Akhirnya dia akan berupaya sekuat tenaga untuk memastikan itu terjadi. Last Name / SHORT TITLE / 18
  • 19. So, apakah anda termasuk orang yang suka di ejek?..haha, kami “cuma ngejek anda”. Last Name / SHORT TITLE / 19
  • 20. HAJAR AJA! Apa yang terlintas dalam pikiran kita ketika kita mendengar seruan “hajar aja!”? Berani, nekat, marah, final, tidak ragu, yakin? Terdengar agak kasar dan rada premanisme tapi bukankah kita memerlukan jiwa yang seperti itu hari ini, persaingan bisnis semakin hari semakin ketat, semakin cepat dan seolah semakin brutal. Perusahaan tidak mampu bertahan dengan jiwa jiwa yang lemah, pengeluh atau penggosip, putus asa apalagi pemutus asa. Kita selalu saja pandai dalam membuat ide ide, memaparkan seolah ide tersebut luar biasa dan pantas dilaksanakan, kita selalu saja pandai menyenangkan atasan dan mengesankan bahwa kita adalah penggagas yang luar Last Name / SHORT TITLE / 20
  • 21. biasa. Pertanyaannya, kapan ide itu anda mau laksanakan? Kapan bisa dinilai keberhasilannya? Nah pertanyaan demikian akan membuktikan siapa kita sebenarnya, pembual, pengobral ide, pemimpi atau penggagas sekaligus eksekutor yang ulung?, sejatinya sebuah ide disebut ide yang bagus apabila sudah terlaksana. Hajar aja!, ungkapan yang sering kita teriakan kepada tim untuk memupuskan keraguan dan memunculkan keberanian saat ide sudah disuarakan. Tidak ada waktu untuk terlalu panjang berdiskusi hal hal yang justru memunculkan keraguan. Lantas bagaimana kalau gagal?, mike tyson, many pacquiao bertarung habis habisan sejak ronde pertama, liar dan buas seolah ronde pertama adalah satu satunya ronde yang dipertontonkan. Pada pikiran keduanya hanya muncul satu kata “hajar aja!” Pilihannya hanya satu dari dua, winner or looser, do or die, now or never.... Kami terbiasa dengan ide tapi kami tidak terbiasa dengan basa basi serta diskusi yang terlalu panjang apalagi diskusi seputar angka kekalahan atau kemenangan, persoalan bagaimana kami bebaskan konsumen kami dari beban biaya penggunaan di business center adalah salah satu gaya manajemen “hajar aja” yang kami lakukan. Tentu tidak mudah pada awalnya karena serombongan anggota tim yang peduli Last Name / SHORT TITLE / 21
  • 22. terhadap pendapatan meski tidak besar (minor department) menentang diberlakukannya pembebasan biaya business center bahkan dengan nekatnya kami menulis besar besar di area tersebut “It’s your Office, serve your self”. Kami membiarkan konsumen menggunakan semua fasilitas di Business Center mulai dari scanner, Printer, Copier, Mac rental sesuka hati dan ya benar benar sesuka hati, tanpa keraguan. Hasilnya? Mereka mengatakan bahwa kami melayani mereka tanpa basa basi! Last Name / SHORT TITLE / 22
  • 23. FORCE AND FUN Entah seberapa benar kaidah bahasanya, namun kami mengartikannya sebagai pemaksaan yang menyenangkan. Disetiap hari senin, rabu dan Jumat kami mengadakan kegiatan olah raga bareng. Semua orang berkumpul tanpa terkecuali, bersama tanpa mengindahkan jabatan dan semua sama. Kegiatan ini hampir wajib karena belum benar benar diwajibkan namun demikian kesadaran yang luar biasa tiba tiba muncul dari mereka yang memang merasakan kegiatan olah raga pada akhirnya bukan lagi pelengkap kegiatan perusahaan tapi kebutuhan. Lagi lagi kegiatan olah raga bareng ini bukan kegiatan basa basi karena setiap peserta akan bersimbah keringat, terengah engah, sebagian memegangi pinggang, memegangi paha, memegangi betis masing masing. Last Name / SHORT TITLE / 23
  • 24. Sebagian lainnya berusaha menarik nafas panjang. Beberapa yang tidak biasa bahkan terlihat sangat kerepotan, give up? No way! Diteruskan? Waduh........ Salah satu gerakan “jumping jack” bahkan terus menerus menjadi trend di lingkungan kami. Sepuluh, lima puluh, seratus, dua ratus, empat ratus, enam ratus bahkan seribu kali! Kami melakukannya tidak peduli mereka yang berasal dari generasi X, Y sampai generasi Milenia. Ini belum ditambah acara “climb a Rope”, bisa dibayangkan beberapa dari kami dengan bobot yang rada oversize pun diwajibkan bisa dan bukan hanya berpartisipasi. Hebatnya, pola pikir kami terbentuk dan terbiasa berfikir kedepan dan mengantisipasi perubahan dengan tenang dan tidak reaktif. Saat sang instruktur yang terkadang dipimpin oleh pucuk pimpinan tertinggi menginstruksikan untuk melakukan jumping jack sebanyak seratus terakhir, namun semenit kami bernafas ternyata itu bukan yang terakhir karena dia menginstruksikan untuk melakukannya lagi seratus kali yang terakhir, benar terakhir? Tidak juga begitu seterusnya. Karenanya kami mulai terbiasa untuk melebihkan bilangan jumlah dalam pikiran kami, manakala sang instruktur memerintahkan kami melakukannya seratus terakhir, kami semua bersiap untuk empat ratusan terakhir, Last Name / SHORT TITLE / 24
  • 25. setidaknya itu yang kami tanamkan dalam pikiran kami. Percaya atau tidak, itu juga yang terefleksi dalam kerjaan kami sehari hari tanpa disadari oleh kami semua dalam tim, melebihkan pencapaian dari apa yang manajemen tetapkan. Fun, siapa yang tidak?! Saat dalam keadaan sadar beberapa dari kami menyadari bahwa betapa mereka telah melalui tahapan sulit dari minggu ke minggu dengan sukses, mampu melakukan “climb a Rope” sesuatu yang tidak pernah terpikir sebelumnya. Kegiatan ini telah banyak menyita tenaga, pikiran dan bahan obrolan yang lebih sehat sesehat raga kami di Tim ketimbang sibuk berbasa basi. Force and Fun, berani? Last Name / SHORT TITLE / 25
  • 26. APA IDEALISME ANDA? Setiap orang adalah unik, namun tidak semua orang mempunyai kesempatan untuk menunjukan keunikannya. Kesempatan itu harus dicari atau sengaja diberikan, seseorang yang begitu percaya dengan kekuatan keunikannya akan senantiasa mencari kesempatan menunjukannya namun lebih banyak orang yang tertutup atau malu malu menunjukan keunikannya apalagi kalau tidak ada ruang baginya untuk menunjukannya. Kalau sudah demikian kondisinya maka, tidak mengherankan kalau warna perusahaan itu akan terlalu monotone dan itu itu saja serta akan menemui titik kulminasi di suatu hari nanti. Mengingat jumlah sebagian besar yang memilih tidak menunjukan keunikannya lantaran Last Name / SHORT TITLE / 26
  • 27. tidak ingin mencari ruang maka perusahaan harus memberikan ruang bagi mereka. Perlombaan mencari bakat seperti yang banyak diadakan dan ditayangkan di banyak TV swasta bisa dilakukan dan kami lakukan, namun itu hanya bersifat temporer dan terlalu dipaksakan karenanya untuk merangsang munculnya keunikan pada diri setiap orang dalam tim adalah dengan menantang “apa idealisme anda?”, ini adalah ungkapan wajib yang muncul disaat kami berbicara soal sebuah issue baik yang melibatkan ketidak puasan konsumen, ketidak puasan teman dalam tim ataupun issue yang sama sekali baru untuk sebuah perubahan. Bagus, tapi apa idealisme anda? Apa ya korelasi pertanyaan ini dengan keunikan seseorang dalam bahasan diatas, ingat! Idealisme seseorang itu dipengaruhi oleh cara pandang seseorang terhadap sesuatu, sedang cara pandang seseorang dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan, lingkungan, budaya, pergaulan yang menyebabkan seseorang tersebut memiliki warnanya masing masing. Nah idealisme disini bisa juga merupakan pernyataan “tunjukan kami sekelas apa anda!”. Mungkin timbul pertanyaan apa keren nya bagian ini karena pertanyaan “apa idealisme anda?” bukanlah sesuatu yang asing dan sangat biasa saja. Benar, biasa saja namun bila ini sudah menjadi budaya yang melekat dan di ungkapkan dalam setiap momentum dimana antar orang dalam tim, antar Last Name / SHORT TITLE / 27
  • 28. bagian dalam perusahaan saling menantang dengan mengatakan “apa idealisme anda?” ini menimbulkan dinamika tersendiri yang bukan basa basi. So, Apa idealisme anda? Last Name / SHORT TITLE / 28
  • 29. COMPANY MUST HAVE A PRIDE Perusahaan harus mempunyai harga diri, Kenapa perusahaan harus mempunyai harga diri, untuk tidak basa basi maka jawaban mudahnya adalah “tanpa harga diri perusahaan akan gampang dilecehkan”. Pembahasan kali ini adalah harga diri perusahaan yang ditujukan kepada seluruh karyawan yang bekerja di perusahaan. Kenapa demikian, berawal tidak sedikit dari kami yang setelah bekerja sekian lama, berkarya dalam lingkup keleluasaan dan tanggung jawab yang diberikan perusahaan namun perlahan tapi pasti sifat dasar manusia mulai bermunculan yakni “sombong” dan merasa sangat dibutuhkan. Tidak ada yang salah dari sifat tersebut namun akan sangat mengganggu manakala itu mulai muncul menjadi tuntutan yang “vulgar”. Last Name / SHORT TITLE / 29
  • 30. Hal ini diperparah dengan munculnya kesempatan kerja di banyak tempat yang membutuhkan posisi orang tersebut. Tinggalah perusahaan terombang ambing, galau menghadapi ulah orang “profesional” tersebut. Kenapa harus galau? “Company must have a pride”, ayo biarkan orang itu berlalu sedang kita bisa mencari orang lain sebagai penggantinya, the show must go on!. Harus bisa dibedakan antara seseorang yang datang dengan segudang pencapaian dan meminta pengakuan dengan seseorang yang datang dengan pencapaian yang secara khusus sudah menjadi tugasnya. Company must have a pride tentu hanya berlaku pada golongan kedua. Salah satu wujud nyata dalam merealisasikan “Company must have a pride” adalah dengan sebuah program yang kami sebut “Employee Redundancy Prog”. Di Perusahaan, kami terus mencari calon potensial untuk mengisi semua jabatan mulai dari jabatan tertinggi hingga jabatan di tingkat operasional. Setidaknya kami mengantongi 5 nama nama potensial yang siap setiap saat mengisi kekosongan jabatan jabatan itu apabila diperlukan. Ini menimbulkan dampak positif bagi perusahaan secara langsung dan bagi setiap orang diperusahaan secara tidak langsung. Dampak langsung bagi perusahaan adalah; perusahaan berjalan dengan tenang Last Name / SHORT TITLE / 30
  • 31. tanpa khawatir adanya goncangan, hmm tidur nyeyak semua orang.sedang dampak positif bagi para karyawan adalah, mereka tahu persis bahwa setiap jabatan yang mereka pegang selalu saja ada pemain cadangan yang siap menggantikan dalam keadaan apapun, hal ini memunculkan pemahaman bahwa kalau kami tidak menunjukan kinerja yang luar biasa maka akan ada suatu masa di mana kami bisa dengan mudah tergantikan. Dengan demikian tidak ada pilihan lain kecuali bekerja, berkarya dengan idealisme yang tak terbantahkan. So, do your company have a pride? Sekali lagi, bukan basa basi Last Name / SHORT TITLE / 31
  • 32. GUNAKAN HATI Perlu beberapa hari bahkan beberapa minggu, saya berusaha mencerna apa yang dengan istilah “Management by Heart”. Tidak mudah karena selama ini saya hanya mengenal “Management by Entrusted or Management by Empower”. Menggambarkan dalam bentuk kejadian kejadian nyata mungkin akan membawa kita memahami apa sebenarnya arti manajemen menggunakan hati. Kita mulai dengan hubungan interpersonal; antara bawahan, antara teman sejawat, antara atasan dan antara konsumen. Tidak ada batasan diantaranya semuanya sama dan menggunakan bahasa yang sama serta frekuensi yang sama, dalam hal makan minum, ngopi dan lain lain pun tidak Last Name / SHORT TITLE / 32
  • 33. berbeda, ketidak bedaan itu bukan basa basi dan tidak dibuat buat. Tidak semua orang mampu melakukannya karena tidak jarang seorang CEO mampu melakukannya namun terjadi karena dia harus melakukannya dan bukan karena secara alamiah dia senang menyatu dengan orang orang tersebut terutama yang berada di barisan bawah perusahaan.lihat betapa kakunya para pejabat yang mencoba mengikuti gaya “Jokowi”?!. Jadi yang pertama, menyatulah apa adanya tanpa basa basi. Karena ketidak becusan anda, semua ini terjadi!, karena anda tidak serius menindak lanjuti ini, kita dianggap tidak mampu!, karena anda telat, kita semua dibuat repot! Ulah anda membuat saya dipermalukan dan harus “push up 30 x” jadi anda lakukan 100x di hadapan saya!Kalau saya harus pergi meninggalkan perusahaan ini, saya pastikan anda pun akan pergi!, wuihh menyeramkan sekali ungkapan ungkapan yang sering kita dengar dari atasan kita yang baru saja mendapat tekanan dari pimpinan tertinggi. Wajar memang karena sifat dasar manusia yang defensive dan tidak mau dipersalahkan, namun bisakah kita keluar dari kewajaran dan menjadi orang yang tidak wajar? Menjadi tidak wajar berarti kita menjadikan diri kita sebagai “sponge” menyerap tekanan apapun yang kita terima namun tidak berbagi semua kepada tim hal mana akan membuat mereka ter-demotivasi, seninya Last Name / SHORT TITLE / 33
  • 34. adalah menyampaikan pesan pimpinan tertinggi dengan tajam, serius namun dengan wajah yang tetap cool, calm dan confident! Bisa? Nah, pelajaran kedua adalah, jadilah sponge yang menyerap permintaan bahkan makian pimpinan namun mampu menyampaikan kepada tim kita secara selektif dengan cool, calm dan confident, bukan basa basi! Ingat bahasan tentang “apa idealisme anda?”, setiap orang yang berhasil menunjukan keunikan dirinya melalui karya nyata yang dijalankan dalam perusahaan pasti akan merasa sangat bergairah dunia profesionalnya, bayangkan kalau itu bukan hanya segelintir manajer, tapi sebagian besar manajer bahkan seluruhnya, terlebih bayangkan kalau itu bukan hanya seluruh manajer tapi sebagian karyawan dalam tim atau malah seluruh karyawan ditambah seluruh manajer.wow! Begitu dinamisnya lingkungan yang diciptakan, setiap bangun pagi hari keceriaan yang nampak dari raut wajah mereka dan bukan perasaan was was dan khawatir terhadap atasan. Di setiap pagi ramai mereka membicarakan, kegilaan apa lagi yang bisa kita lakukan, teman!. Jadi, ciptakan ruang persamaan untuk semua orang melakukan hal yang luar biasa, rangsang mereka berkarya yang tidak rutinitas dan membosankan. Biarkan kegagalan Last Name / SHORT TITLE / 34
  • 35. mengisi sebagian besar keberhasilan selebihnya ambil tanggung jawab dari kegagalan tersebut karena kita adalah pemimpin “leader of the pack” yang bukan basa basi! So, pelajaran ketiga! Bicara sich gampang tapi prakteknya? Hampir saya yakini ini adalah ungkapan yang paling sering muncul dari kalangan teman teman yang memiliki atasan, terjadi di locker room, smoking area, parking area, warung dekat perusahaan manakala berbicara soal makhluk yang namanya “Atasan”. Sayangnya masih banyak atasan yang tidak menyadari hal ini dan terus bermain dengan teori, sepandai pandainya nasehat bukankah perbuatan lebih indah difahami?!. So, kami terbiasa melakukan sesuatu usulan kepada bawahan dengan menunjukan pada mereka bagaimana melakukannya, saat saya berbicara soal bagaimana manangani keluhan konsumen dan membuat mereka yang awalnya memaki menjadi memuji? Bukan teori ini itu yang kami paparkan tapi, berikan saya satu tamu yang besok, lusa atau kapan saja mengeluh serius untuk hal tersulit yang anda semua rahu menghadapinya dan biarkan saya tunjukan pada anda bagaimana menanganinya. Bila saya berhasil anda akan harus komit untuk mengikuti cara saya dan bila saya gagal, saya adalah pemimpin yang omong besar. Setuju?. Last Name / SHORT TITLE / 35
  • 36. Pada akhirnya kita akan bisa membedakan mana pemimpin sejati dengan pemimpin yang hanya bermain di seputar theori tanpa bisa meyakinkan timnya. So, pelajaran ke empat beranikah kita menjadi role model sebagai instruksi yang efektip dan bukan basa basi?. Seorang petugas keamananan berdiri tegap dan sigap meski dengan senyuman yang tidak dibuat buat, pertanyaannya adalah seberapa besar keingin tahuan kita tentang bagaimana perasaan dia hari ini dan pengharapan dia sesungguhnya untuk hari esok dan masa depannya? Kami sesekali berdiskusi soal dia, berapa harga uang sewa kamar yang dia bayar, berapa biaya hidup lainnya, bagaimana dia bisa mempertahankan senyuman apa adanya tersebut bila kita tidak ikut larut dalam pengharapannya akan masa depan? Dengan melihat jauh kedalam situ kita akan menemukan bahwa kehebatan perusahaan yang awalnya dimulai dari sikap profesional seseorang ternyata agak kurang pas, karena ternyata semuanya dimulai dari sini! Dari bagaimana kita memahami si petugas keamanan yang berdiri bertugas selama 12 jam! Ya dua belas jam. Gunakan hati, “Management by Heart” ; tempatkan diri kita sejajar dengan mereka kemudian berikan mereka keleluasaan untuk berkarya dan menunjukan keunikan mereka sembari kita bimbing, setelah itu tetaplah menjadi “sponge” Last Name / SHORT TITLE / 36
  • 37. dan terakhir “be the role model”, benarkah demikian? Bukan basa basi, hajar aja! Last Name / SHORT TITLE / 37
  • 38. LITTLE SURPRISE Kejutan kecil yang berbuntut panjang.... Seorang konsumen sedang asyik duduk di salah satu outlet kami, tiba tiba salah satu dari kami memberikan sepiring irisan buah berbagai jenis kepada tamu tersebut sebagai kejutan kecil untuk menyenangkan. Sementara konsumen lainnya yang datang malam hari untuk melakukan proses check in tiba tiba disodorkan dengan sedikit memaksa untuk memilih salah satu jenis grill sandwitch, lagi lagi kejutan kecil untuk menyenangkan. Ada lagi kisah seorang konsumen yang tiba tiba mendapat satu buah melon utuh saat sedang duduk santai di smoking area kejutan kecil untuk menyenangkan, atau seorang konsumen yang sedang asyik bermain dengan laptopnya dan mendapatkan sebotol beer sambil ditemani oleh salah satu tim kami seraya memohon Last Name / SHORT TITLE / 38
  • 39. izin untuk menemani, kejutan kecil untuk menyenangkan. Atau seorang konsumen yang yang sedang asyik bernyanyi bersama salah satu tim kami di Lobby tiba tiba mendapatkan sebuah goodie bag berisi souvenir sebagai tanda terima kasih kami, kejutan kecil untuk menyenangkan. Atau petugas kami yang tiba tiba memberikan Ipad dengan unduhan surat kabar elektronik yang biasa dibacanya tiap pagi, sambil menerangkan apakah kopi hitam dengan beberapa melon dan pisang sebagai santapan awal sarapannya bisa kami sajikan, kejutan kecil untuk menyenangkan. Ada lagi kisah salah satu tim operasional kami di Lobby yang mengantarkan konsumen kami dengan scooter menuju pusat perbelanjaan terdekat, terjadi bukan karena inisiasi konsumen tersebut, kejutan kecil untuk menyenangkan. Atau seorang petugas operasional kami yang dalam keseharian sangat terbiasa berbincang bincang dengan hampir semua konsumen sambil menanyakan hobby dan sebagainya, menemui konsumen tersebut di hari yang berbeda dan tiba tiba dengan gitarnya menyanyikan sebuah lagu yang disenangi konsumen tersebut sebagai hasil dari informasi yang dia dapatkan dari perbincangan yang bahkan konsumen tersebut sudah lupa kapan perbincangan itu pernah terjadi, kejutan kecil untuk menyenangkan. Luar biasanya, lewat salah satu petugas operasional kami mendapatkan sebuah konsep “dahsyat” yang kami sebut “surprise collaboration” sebuah konsep little surprise Last Name / SHORT TITLE / 39
  • 40. dengan melibatkan pihak konsumen. Berawal dari obrolannya kepada suami salah seorang konsumen kami perihal apakah berniat memberikan kejutan kecil yang bisa menyenangkan istrinya? Dan kami akan berusaha semampu kami membantu menyediakannya, akhirnya konsumen tersebut mengatakan bahwa istrinya paling suka sebatang kembang ros merah yang kemudian kami berikan kepada konsumen tersebut, melalui tangan suaminya “a Red Rosse” diterima dengan begitu senangnya. Istri konsumen itu tidak pernah tahu kalau “a Red Rosse” itu kami lah yang membeli, tapi siapa yang peduli, buat kami si konsumen yang merupakan suaminya sudah menambatkan hatinya pada kami karena kejutan kecil yang menyenangkan. Kami menyadari sebagus apapun ide kejutan yang menyenangkan tentu akan jauh lebih menyenangkan memberikan sesuatu yang memang konsumen tersebut tergila gila pada hal itu. Semua itu biasa saja, tentu biasa saja bila dilakukan oleh seorang manajer yang kita semua tahu memiliki kewenangan untuk itu. Tapi Bagaimana kalau semua ide dan aksi itu di inisiasi dan dilakukan dengan sempurna oleh petugas operasional kami yang bahkan tidak memegang jabatan sebagai supervisor. Sungguh sesuatu yang bukan basa basi! Bagaimana dengan teman satu tim, teman teman operasional? Little suprise, Last Name / SHORT TITLE / 40
  • 41. Kami biasanya mengadakan kegiatan pagi untuk menyapa semua karyawan dan siapa saja bahkan para supplier yang datang untuk mengantarkan terutama pesanan pesanan bagian dapur. Kami sesekali bertanya kepada mereka banyak hal mulai dari keadaan istrinya, suaminya, anak anaknya atau orang tuanya. Kami juga barengi dengan pertanyaan seputar pengetahuan terkini tentang produk dan jasa perusahaan untuk sekedar memastikan bahwa seluruh tim mengetahui sedalam pemahaman kami. Dalam hal mereka menjawab dengan benar dan bang!!!! Mereka mendapatkan sesuatu dari kami berupa sebatang cokelat, atau apapun juga. Tidak heran kalau pagi hari kami laksana sinterklas. Dalam kesempatan yang berbeda salah satu tim kami menginisiasi seluruh manajer dalam tim untuk datang lebih awal, ya kurang dari jam tujuh pagi hari semua berkumpul tanpa terpaksa dan dengan sedikit briefing kami diminta untuk mengenakan apron dan mulai melayani tamu tamu yang sedang menikmati sarapan pagi, sementara karyawan operasional kami dibebas tugaskan selama 2 jam selagi kami menggantikan posisi mereka melayani tamu tamu tersebut, ada yang mengangkat piring gelas kotor, sebagiannya memastikan buffet breakfast tetap terisi dan tertata, sebagian lainnya ikut melayani tamu di egg corner untuk permintaan omellett dan lain lain, sementara lainnya sibuk mengantarkan pesanan tamu tamu tersebut, ada juga yang dengan cerianya menyapa tamu dan Last Name / SHORT TITLE / 41
  • 42. mengantarkan ke tempat yang tersedia, ya being a greeter. Sejujurnya, semua dilakukan tanpa ada diskusi panjang dan perencanaan kecuali ide sehari yang dilaksanakan esok paginya. Bagaimana dengan karyawan kami yang dibebas tugaskan selama 2 jam? Biarlah mereka asyik menonton berita pagi sembari ngopi dan berbincang bincang di kantin karyawan. Last Name / SHORT TITLE / 42
  • 43. SAMAKAN PERSEPSI Samakan persepsi, supaya ngga salah bertindak dan memiliki motivasi yang serupa. Kenapa persepsi harus disamakan dalam suatu perusahaan? Karena kalau setiap orang memiliki persepsi yang sudah sama, tentunya tidak ada lagi ungkapan samakan persepsi. Setiap orang memiliki cara pandang berbeda beda terhadap sesuatu, yang konon dipengaruhi oleh pendidikan, budaya, latar belakang. Seseorang yang tumbuh dilingkungan yang keras dan melihat apalagi mengalami kekerasan tentu akan melihat sesuatu dengan cara pandang yang ujungnya ke; proteksi diri, ofensif, kerugian, kemenangan, pertaruhan, defensif dan jarang meskipun tidak seluruhnya menyentuh ke “cinta dan kasih sayang” Last Name / SHORT TITLE / 43
  • 44. ide bagus adalah ide yang dijalankan! Dalam sebuah organisasi, sebuah perusahaan tentu membuat ide kita bisa diterima dan didukung sangat tidak mudah. Kita tidak bisa menghindari adanya banyak faktor yang mempengaruhi mulai dari ide awal yang dalam prosesnya tidak mudah karena adanya tantangan hingga pemaparan di depan atasan atau pengambil keputusan. Pertanyaannya adalah, apakah, masih akan ada pihak pihak yang menyatakan ketidak setujuannya manakala sang pengambil keputusan sudah dengan jelas menyatakan setuju? persoalannya, bagaimana kita memastikan bahwa sebuah ide tersebut disetujui oleh atasan? Di perusahaan kami pemaparan terhadap sebuah ide bukanlah benar benar pemaparan akan tetapi sebuah afirmasi sebuah ide yang seharusnya telah dikomunikasikan sebelumnya kepada para pengambil keputusan. Si penggagas sudah seharusnya mengutarakan idenya terlebih dahulu, si penggagas sudah seharusnya berkonsultasi untuk memahami seutuhnya ide yang akan dijalankan agar sesuai dengan arahan dan kebijakan perusahaan itu sendiri. Kalau boleh kita ilustrasikan adalah, layaknya seorang pengrajin tanah liat yang membuat sebuah karya seni sebagai hiasan, kepada yang mpunya usaha sekaligus orang yang bertanggung jawab terhadap penjualan tentu si pengrajin akan harus Last Name / SHORT TITLE / 44
  • 45. menyampaikan idenya. Hal ini harus dilakukan untuk memastikan hasil karya tersebut berguna dan memiliki nilai jual saat itu. Setelah ide itu diterima selanjutnya si, pengrajin tentu harus terus berkonsultasi perihal bentuk, warna, dan lain lain. Ini bukan, masalah "mengekang" kebebasan berkreasi tapi sebuah proses untuk memastikan bahwa hasil karya tersebut luar biasa dan memiliki nilai jual. Inilah ide orisinil yang, kami sebut "samakan persepsi" di perusahaan kami. Last Name / SHORT TITLE / 45
  • 46. JANGAN JADI NOMOR SATU Setiap dari kita tentu mengharapkan menjadi nomor satu,begitupun perusahaan, itu harga mutlak!. Masalah yang muncul adalah apa yang terjadi bila kita telah mencapai nomor satu, kepuasaan dan keangkuhan serta berpuas diri. Ini adalah sifat alamiah kita semua dan tidak jarang juga ada pada perusahaan perusahaan besar. Ketika kita sudah pada titik jenuh menjadi juara maka akan muncul kelengahan dan apa yang disebut “over confident”, sehingga seringkali kita tidak menyadari bahwa pesaing kita telah bersiap siap menggungguli kita dengan berbagai cara. Lantas bagaimana cara bertahan pada urutan nomor satu? Last Name / SHORT TITLE / 46
  • 47. Gampang, jangan jadi nomor satu! Caranya? Dalam dunia olahraga tinju terjadi tingkatan tingkatan mulai dari kelas bulu sampai kelas berat, seseorang yang sedianya menjadi juara di kelas.......apalagi sampai beberapa kali mempertahankan sabuk juaranya tentu akan menemui titik puncak kepuasannya dan pada momentum tersebut biasanya sang juara akan menemui titik kritis dimana akan banyak bermunculan para penantang yang siap mengalahkannya, terlepas dari faktor usia biasanya hal ini lazimnya terjadi karena kepercayaan diri dan semangat yang mulai stabil bahkan cenderung mengendur. Bayangkan semangat yang stabil saja bisa mulai menjadi ancaman!. Ingat di chapter sebelumnya saat kami membahas soal kekuatan ke enam (the 6th sense) itu muncul ketika kita terdesak dan dalam bahaya sesungguhnya. Berarti para calon penantang yang terbukti tangguh dan siap merebut sabuk juara adalah mereka yang bersemangat dengan semangat yang terus dan terus menggila, meninggi tak terkendali sementara sang juara hanya memiliki semangat yang hanya di tingkat stabil hingga menurun. Jadi, ciptakan persaingan dikelas yang berbeda! Dikelas yang bukan lagi kelas di mana kita sudah sering juara, sudah sering menang, dikelas yang diatas kelas kita. Last Name / SHORT TITLE / 47
  • 48. Berani? Diperusahaan kami, disaat kami menyadari bahwa upaya keras kami mengantarkan kami pada tingkat kemenangan di persaingan yang ada. Kami bangga, kami senang dan kami percaya diri dan hal ini berlanjut berbulan bulan bahkan tahunan. Hal ini menyadarkan kami pada cerita sang penyandang sabuk juara tinju diatas bahwa kebanggaan kami, kesenangan kami, kepercayaan diri kami akan menghantarkan kami pada keterlenaan semata dan tunggu sampai saatnya jatuh!. Tuhan menyadarkan kami bahwa kami harus naik ke tingkat persaingan selanjutnya, Morrissey sebagai hotel yang hanya memiliki 135 kamar dengan label bintang 4 harus bersaing dengan mereka yang berada pada label bintang 5! No choice?!. Dengan kepercayaan diri kami masukan daftar pesaing kami sebagian besar hotel hotel berbintang 5 dan ya ternyata kami turun menjadi peringkat kedua bahkan ketiga khususnya dalam hal harga kamar rata rata. Sebuah realita yang mengasyikan bukan? Tidak ada lagi keangkuhan kami meski kebanggaan tetap harus kami pertahankan dan yang muncul sesudahnya adalah semangat untuk berpacu kembali menjadi nomor satu karena realitas kami di nomor ke sekian di kelas yang bukan kelas kami, di kelas diatas kami selama Last Name / SHORT TITLE / 48
  • 49. ini. Munculnya semangat bersaing fase kedua membawa tim berbenah dan meningkatkan semua upaya, ide dan semangat berjuang yang tidak pernah pupus. Itulah hakekat perjuangan sejatinya adalah merebut sesuatu manakala hal itu belum kita miliki. Jangan jadi nomor satu, bukan basa basi! Berani? Last Name / SHORT TITLE / 49
  • 50. EMANG SIAPA BILANG NGGA BISA? Badriah adalah seorang public attendant yang lazimnya disebut “cleaning service”. Kita senantiasa menganggap orang orang pada posisi tersebut sebagai orang lemah yang sangat biasa saja, bahkan nyaris seolah tidak memiliki kelebihan apapun. Sunandar adalah seorang ball man, pemungut bola tenis lapang saat kita bermain tenis lapangan. Ridwan hanya seorang pemuda lulusan SMU dari sekolah yang bahkan bukan sekolah favorit sama sekali, dan saya? Hanyalah lulusan STM yang sekarang dikenal SMK bagian tehnik di salah satu sekolah yang juga tidak pupuler. Apa yang kami hasilkan di perusahaan saat ini bukanlah hal sepele yang bahkan kita tersentak karena ternyata Last Name / SHORT TITLE / 50
  • 51. kebisaan kami seringkali melebihi mereka yang konon berpendidikan tinggi, yang konon terpelajar, yang konon upto date, yang konon berkelas. Rupa rupanya semua manusia benar adanya bahwa mereka diciptakan unik satu sama lain. Tinggal sejauh dan seberani apa kita menunjukan warna kita, kelas kita atau istilah abarahm moslow “self-actualism” ke hadapan publik. Tidak banyak, tidak jauh dan tidak banyak yang berani. Dalam konteks di perusahaan, persoalan sebenarnya adalah “ruang”, ya ruang untuk; bergerak leluasa, membuat kesalahan, ber-ekspresi, untuk tidak dikecilkan, untuk dianggap sama tanpa memandang posisi atau jabatan!. Sayangnya, istilah “do not judge the book by its cover” pada kenyataanya tidak berlaku di sekitar kita, utamanya di banyak perusahaan. Kita sudah terlebih dahulu memandang rendah seseorang beradasarkan fungsi, posisi atau profesinya. Sayang seribu sayang!. Emang, siapa bilang ngga bisa? Adalah ungkapan yang sering bahkan teramat sering dilontarkan oleh kami di jajaran manajemen bahkan di tingkat tertinggi di perusahaan kami. Beberapa nama diatas hanyalah sebagian kecil yang bisa kami sebutkan. Kami mengajak, memaksa dan mengeksploitasi kemampuan mereka. Kami menekan mereka, kami marah pada mereka, kami membakar mereka untuk apa? Untuk Last Name / SHORT TITLE / 51
  • 52. membuat mereka sadar bahwa tidak ada beda mereka yang berada diatas mereka dengan kami. Mereka kami beri ruang dan waktu untuk berkarya, membuat terobosan meskipun salah dan yang menarik kami melontarkan ungkapan “emang, siapa bilang ngga bisa?” , ungkapan yang kami lontarkan kehadapan atasan mereka, boss mereka, superior dan semua orang yang berada diatas mereka. Hal ini semata mata untuk memastikan tidak ada satupun dari kami yang sombong, angkuh dan merasa diri paling pintar. Sedang orang nomor satu diperusahaan ini saja selalu berucap “kesombongan akan mendekati kehancuran!”. Apa sih manfaat dari ungkapan tadi? Jelas bahwa sebagus apapun konsep manajemen anda, dan sepeduli apapun manajemen anda terhadap pengembangan diri karyawan karywati didalamnya, tidak akan pernah berhasil bila keangkuhan diri para atasan masih bercokol. Akhirnya budaya “emang siapa bilang ngga bisa?” Menjadi budaya turunan yang membuat kami sadar diri bahwa kami diatas karena mungkin saja karena kami tahu lebih dulu, kami diatas mungkn saja karena juga beruntung, kami diatas mungkin saja karena kami tahu sedikit lebih banyak. Berikan mereka ruang untuk berkreasi, berikan kepercayaan meski berpotensi gagal, hargai mereka sekecil Last Name / SHORT TITLE / 52
  • 53. apapun pencapaiannya selebih “emang, siapa bilang ngga bisa?!”. Last Name / SHORT TITLE / 53
  • 54. THOSE ARE ONLY TOOLS! Lihat donk betapa kerennya sistim yang kami pakai!, ditempat kami tidak ada tumpukan berkas semua serba cloud storage, oh kami hanya menggunakan gadget ini untuk melihat pergerakan manusia di semua outlet, lihat betapa canggihnya alat yang kami punya! Semua ungkapan demikian terasa sangat sering kita dengar di era digital teknologi. Setiap perusahaan seolah berlomba mempercanggih sistim dalam pekerjaannya dan memperlengkapi karyawan karyawatinya dengan kecanggihan teknologi. Namun demikian pernahkah kita menyadari bahwa semua itu ternyata hanya alat kerja, ya those are only tools! Salahnya? Setiap alat pasti berguna bila sesuai dengan kontekstualnya, sebuah gergaji hanya pantas saat kita akan Last Name / SHORT TITLE / 54
  • 55. memotong selembar kayu dan sebuah palu hanya pantas saat kita akan menancapkan sebuah paku. Masalahnya adalah pernahkah kita benar benar memahami konsep kerja atau budaya kerja ketimbang cara kerja. Seorang tukang kayu di saat akan membuat sebuah kursi kayu tentu membutuhkan peralatan berupa palu, gergaji, paku, penggaris, amplas, papan kayu, balok kayu dan sebagainya. Namun yang terpenting dari itu semua tentu adalah konsep, ya konsep seperti apa bangku kayu tersebut untuk kemudian cara kerja mulai dari sekuensi apa langkah pertama, langkah kedua dan seterusnya hingga akhirnya menjadi sebuah bangku kayu. Proses pembuatan yang terus menerus tentu akan membuat si tukang kayu berfikir soalan apa alat lainnya yang bisa mempermudah cara kerjanya. ya, si tukang kayu membutuhkan pemotong mesin ketimbang gergaji, kenapa? dia membutuhkan alat tersebut mengingat bangku kayu yang dia buat dalam skala besar semisal seratusan buah bangku. Nah alangkah tepatnya keputusan yang diambil oleh si tukang kayu dengan membeli alat pemotong mesin tersebut, dan alangkah tidak tepatnya bila keputusannya didasari hanya karena dia hanya harus membuat satu buah bangku kayu, betapa kesia siaan dengan investasi besar tersebut. nah ilustrasi diatas seringkali terjadi dalam dunia kerja, kita begitu tergiur dengan sistim canggih yang banyak beredar disekitar kita tapi kita tidak benar benar memulainya Last Name / SHORT TITLE / 55
  • 56. dengan budaya kerja laksana tukang kayu tadi. akhirnya begitu banyak sistim yang kita gunakan namun tidak benar benar berguna secara optimal. bahayanya adalah, sebagian besar dari kita akan dengan mudahnya menyalahkan sistim yang digunakan disaat munculnya persoalan persoalan. jadi, berhentilah menuhankan sistim karena kitalah yang harus mengontrol sistim dan bukan sistim yang mengontrol kita. Last Name / SHORT TITLE / 56
  • 57. AYO BRAIN GYM Last Name / SHORT TITLE / 57
  • 58. HARGAI DIRI ANDA Last Name / SHORT TITLE / 58
  • 59. GOOD COP BAD COP Last Name / SHORT TITLE / 59
  • 60. BEST IMPROVEMENT OF THE QUATERLY Last Name / SHORT TITLE / 60
  • 61. VOLCANO EFFECT Last Name / SHORT TITLE / 61
  • 62. LOADING DOCK PARTY Apresiasi terhadap karyawan? ok, kita buat pesta meriah di salah satu ruang pertemuan yang perusahaan miliki. kita atur menu makanannya, minumannya dan jangan lupa susunan acara. buat susunan acar yang meriah diselingi sambutan dari si A, si B dan seterusnya baru kita akhiri dengan acara makan minum dan ramah tamah. tapi nanti dulu, kita lakukan semua bila kita melebihi target tiga bulan terakhir! ungkapan itu hampir terjadi disemua perusahaan. pertama kita hargai semua karyawan disaat pencapaian kita melebihi target, lakukan secara seremonial supaya penekanan betapa perusahaan menghargai mereka benar benar terasa. kami muak dengan semua itu kami bosan dan inilah titik balik dimana kami kemudian menyebutnya "Loading Dock Last Name / SHORT TITLE / 62
  • 63. Party", ya sebuah pesta rakyat yang "simple but sharp!" tanpa aturan, tanpa susunan acara, tanpa sambutan yang bertele tele, tanpa kenyamanan ruang pertemuan. semua terjadi begitu saja di Loading dock, ya semua berkumpul bersatu dan menyatu. tidak ada lagi sang manajer, bawahan teman sejawat semua bersatu bahkan pimpinan tertinggi sekelas direktur pun hampir tidak terlihat bukan karena tidak ada, tapi tidak ada kursi VIP yang disiapkan di bagian terdepan. Gilanya, kami berhasil keluar dari "polarisasi" dimana tim security tidak hanya ngobrol dan mengelompok dengan teman securitynya, teman frontliner tidak hanya menyatu dengan teman front linernya semua menyatu, tumpah ruah dan larut dalam kebersamaan. tidak berlebihan kalau kemudian kami lebih suka menyebutya "nikmatnya kebersamaan" bukan "indahnya kebersamaan" karena kami tidak perlu keindahan yang kami dan teman teman perlukan adalah kenikmatan bukan keindahan. dalam kegiatan ini CSR bukan lagi basa basi, karena mengundang dan membayar penuh tukang sate di lingkungan sekitar, tukang bakso, tukang siomay, tukang surabi dan tukang tukang lainnya padahal bagian food production kami sangat siap bila harus melakukannya untuk kami. anda tidak perlu membayangkan betapa menyatunya kami dengan para penjaja makanan kaki lima yang kami undang dan keceriaan wajah mereka serta doa doa yang mereka panjatkan demi perusahaan Last Name / SHORT TITLE / 63
  • 64. kami, ya keberlangsungan perusahaan dan kemajuan perusahaan. Hal lain yang tidak masuk diakal adalah kami melakukannya bahkan ditengah kondisi pencapaian yang sebenarnya belum melebihi target yang ditentukan. kok bisa? kenapa kita harus selalu menggunakan "stick" disaat pencapaian belum mencapai target sementara disisi lain kita mendapati pencapaian bentuk lainnya yaitu semangat yang tidak pernah padam pada semua karyawan. lihatlah bagaimana tim dayung lomba perahu naga, seorang yang bertugas manabuh genderang menyemangati teman dalam satu tim diperahunya mendayung meski mungkin telah tertinggal perahu lainnya. kita tidak pernah melihat si penabuh genderang menghentikan tabuhannya manakala dia melihat bahwa perahunya tertinggal perahu pesaing, hingga akhirnya mereka sampai di garis finish meski tidak menjadi nomor satu. ingat "success is not a destination, it is a journey". akhirnya, kami menutup sesi ini dengan sebuah syair dari Elvis Presley: I feel it in my leg, I feel it in my shoe, Tell me pretty baby, if you think you feel it too let's have a party, lets have a party send to the store (loading dock) and lets buy some more and lets have a party tonight Last Name / SHORT TITLE / 64