3. Nama Tanaman : Sanrego (Lunasia amara
Blanco)
Hewan Uji : Tikus putih jantan
Dosis yang menggunakan ekstrak :
- Ekstrak metanol : 10, 50, 100, 200
(mg/kgBB)
- Ekstrak etilasetat : 10, 50, 100, 200
(mg/kgBB)
- Seduhan : 250, 500, 750, 1500
(mg/kgBB)
4. Mekanisme kerja :
Ekstrak dan seduhan kayu Sanrego diberikan
secara peroral dengan dosis untuk masing-masing
ekstrak adalah 10, 50, 100, dan 200 mg/kgBB,
sedangkan untuk seduhan 250, 500, 700, 1500
mg/kgBB. Sebagai kontrol positif digunakan yohimbin
5 mg/kgBB dan kontrol negatif air suling 1 ml/100
gBB. Pengamatan efek afrodisiaka dilakukan selang
satu jam setelah pemberian ekstrak atau seduhan
kayu sanrego, berupa pengamatan dan perhitungan
kuantitas introduksi, climbing, dan coitus yang
dilakukan tikus jantan. Introduksi terjadi pada waktu
tikus jantan mendekati tikus betina, sedangkan
climbing adalah saat tikus jantan menunggangi tikus
betina dan coitus adalah terjadinya senggama dimana
tikus jantan climbing sedangkan tikus betina
merenggangkan badannya dan ekornya terangkat.
7. Nama tanaman : Kunyit
Hewan uji : Mencit
Dosis yang digunakan untuk uji toksisitas
akut :
- Perlakuan 1 : 7680mg/kgBB
- Perlakuan 2 : 5120 mg/kgBB
- Perlakuan 3 : 2560 mg/kgBB
- Kontrol : plasebo
Dosis yang digunakan untuk uji teratogenik :
Dosis yang diberikan pada masing-masing
kelompok perlakuan adalah 1/8 LD50, 1/12
LD50, dan 1/16 LD50
8. Mekanisme kerja uji toksisitas akut :
Pada uji toksisitas akut digunakan hewan coba
mencit yang diberikan minyak atsiri kunyit dengan
rentang dosis 100-8000 mg/kg BB pada perlakuan
dan diberikan plasebo pada kelompok kontrol.
Parameter yang diamati dalam uji toksisitas akut
antara lain adalah berat badan, nafsu makan, minum,
aktivitas gerak, gejala abnormalitas syaraf dan
jumlah mencit yang mati. Pengamatan uji toksisitas
akut dilakukansetiap dua jam dalam waktu 24 jam
pasca pemberian minyak atsiri kunyit. Kelompok
mencit jantan dan betina (1 : 1) dibagi 4 kelompok,
masing-masing 10 ekor. Sebelum diberi perlakuan,
mencit dipuasakan makan selama ±12 jam. Tiap
kelompok mencit diberi minyak atsiri kunyit sesuai
dosis kelompoknya, kecuali kelompok kontrol yang
diberi plasebo. Tanda-tanda keracunan dan total
jumlah mencit yang mati diamati selama 24 jam
setelah pemberian bahan uji.
9. Mekanisme kerja uji teratogenik
Pada uji teratogenik digunakan hewan coba mencit
betina, masing-masing kelompok sebanyak 10 ekor. Mencit
betina disinkronisasi dengan menyuntikkan hormon HCG
dan PMSG, kemudian dikawinkan secara alami dengan
mencit jantan dengan cara dimasukkan dalam satu
kandang dengan perbandingan 1 : 1 antara mencit betina
dan mencit jantan. Setelah 24 jam diamati adanya sumbat
vagina yang merupakan campuran sekret vesikula
seminalis betina dengan ejakulat jantan yang mengeras.
Adanya sumbat vagina dihitung sebagai kebuntingan hari
ke nol. Mencit betina bunting dipisahkan dan diberi
perlakuan sesuai kelompok perlakuan masing-masing per
oral pada hari ke 9 sampai 15 masa kebuntingan. Dosis
yang diberikan pada masing-masing kelompok perlakuan
adalah 1/8 LD50, 1/12 LD50, dan 1/16 LD50.
10. Pada kelompok kontrol diberi air
suling. Pada uji teratogenik, pemberian
bahan uji dimulai pada hari ke-9 sampai
hari ke-15 masa kebuntingan, yang
merupakan masa organogenesis.
Pembedahan dilakukan pada hari ke 18
sebelum terjadinya kelahiran karena masa
kebuntingan mencit rata-rata adalah 19
hari.