Indonesia memiliki potensi sumber daya kelautan yang besar karena wilayahnya yang terdiri atas 70% perairan dan memiliki lebih dari 17.000 pulau dengan garis pantai lebih dari 99.000 km. Potensi sumber daya kelautan Indonesia meliputi perikanan tangkap, budidaya perikanan, pariwisata bahari, mineral dan tambang bawah laut, serta energi panas laut dan gelombang laut. Namun, potensi ini belum dimanfaatkan secara
2. Kenapa Disebut
Negara Maritim ?
Dikutip dari laman kkp.go.id, total wilayah Indonesia sekitar 7,81 juta km2. Dari
total luas wilayah tersebut, 3,25 juta km2 adalah lautan dan 2,55 juta km2 adalah
Zona Ekonomi Eksklusif. Hanya sekitar 2,01 juta km2 yang berupa daratan.
Wilayah Indonesia adalah 70% lautan dan 30% daratan, memiliki lebih dari 17.000
pulau, dengan garis pantai lebih dari 99.000 km. Wilayah laut Indonesia yang luas
membuat Indonesia menjadi negara yang memiliki potensi besar di bidang
kelautan dan perikanan.
3. Mengapa Indonesia
Disebut Negara Maritim?
Dalam pidatonya pada National Maritime Convention tahun
1963, Presiden Soekarno mengatakan bahwa untuk
membangun Indonesia menjadi negara besar, negara kuat,
negara makmur, negara damai, maka Indonesia harus dapat
menguasai lautan.
Dari kutipan tersebut, Bung Karno telah mengarahkan
perhatiannya kepada sisi maritim. Hal ini berkaitan erat
apabila dihubungkan dengan sejarah Indonesia di masa lalu,
Kerajaan Majapahit mengalami masa kejayaan karena
berorientasi pada sektor maritim.
4. MEMILIKI POSISI GEOSTRATEGIS
Letak Geografis yang Strategis
Indonesia terletak di antara dua benua, yaitu benua Asia dan benua
Australia. Indonesia juga terletak di antara dua samudera, yaitu
samudera Pasifik dan samudera Hindia. Ini adalah salah satu
keunggulan yang dimiliki oleh negara Indonesia.
Lokasi Indonesia
Iberada pada persimpangan lintas perjalanan internasional. Contohnya
seperti perdagangan negara-negara di Kawasan Asia dan Australia.
Bahkan, negara-negara di seluruh dunia akan melewati wilayah
Indonesia ini. Perdagangan internasional ini dapat melewati wilayah
laut, darat dan udara. Tidak hanya itu, masih banyak manfaat lain yang
didapatkan dari lokasi strategis ini.
5. Sumberdaya ini meliputi
perikanan tangkap, budidaya
(payau dan laut), bioteknologi
dan biofarmakologi. Potensi
perikanan tangkap di Indonesia
meliputi ikan pelagis (besar dan
kecil), ikan demersal, ikan karang
konsumsi, udang, lobster, cumi-
cumi dan ikan lainnya.
Potensi wisata berbasis laut atau
wisata bahari menjadi komoditas
yang mendunia. Inti dari
pengelolaan pembangunan
wisata bahari adalah dengan
mengembangkan dan
memanfaatkan objek wisata,
baik alam maupun buatan, yang
terdapat di pesisir dan lautan.
Kekayaan Laut yang Melimpah
Potensi energi yang dapat
dikembangkan antara lain
konversi energi panas laut
(ocean thermal energy
conversion), konversi energi
perbedaan salinitas, energi
gelombang pasang surut dan
arus, dan angin. Isu akan adanya
krisis energi dari bahan bakar
minyak menyebabkan potensi
energi kelautan menjadi sangat
penting untuk dikembangkan.
1 2 3
Perikan Tangkapan Mineral dan Tambang Jasa Pariwisata
6. Potensi Energi Kelautan
Menurut Ediar, potensi energi panas laut di seluruh perairan
Indonesia secara total diprediksi menghasilkan daya sekitar
240 Gigawatt (GW). Energi ini akan menghasilkan listrik dan
air murni akibat penguapan air laut. Pemanfaatan OTEC akan
berdampak positif bagi perekonomian masyarakat sekitar di
bidang perikanan karena akan memberikan nutrisi pada biota
laut di permukaan laut.
"Potensi OTEC di Indonesia merupakan terbesar di dunia,
tersebar di 17 lokasi di Indonesia, dari pantai barat Sumatera,
selatan Jawa, Sulawesi, Maluku Utara, Bali, dan NTT, yang
diprediksi sekitar 41 GW," ungkap Ediar Usman.
7. Potensi
1. Pembangunan Berkelanjutan
Pembangunan berkelanjutan merupakan salah satu amanat dari
pertemuan bumi (Earth Summit) yang diselenggarakan tahun 1992 di
Rio de Janeiro, Brazil. Dalam forum global tersebut, pemahaman
tentang perlunya pembangunan berkelanjutan mulai disuarakan dengan
memberikan definisi sebagai pembangunan yang bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan generasi sekarang dengan tanpa mengabaikan
kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya.
Pengelolaan potensi sumber daya laut perlu diarahkan untuk mencapai
tujuan pendayagunaan potensi untuk meningkatkan kontribusi
terhadap pembangunan ekonomi nasional dan kesejahteraan pelaku
pembangunan kelautan khususnya, serta untuk tetap menjaga
kelestarian sumber daya kelautan khususnya sumber daya pulih dan
kelestarian lingkungan.
8. Potensi
2. Pengelolaan Berbasis Masyarakat
Pendekatan pembangunan termasuk dalam konteks sumber daya
kelautan, sering kali meniadakan keberadaan organisasi lokal (local
organization). Meningkatnya perhatian terhadap berbagai variabel lokal
menyebabkan pendekatan pembangunan dan pengelolaan beralih dari
sentralisasi ke desentralisasi yang salah satu turunannya adalah konsep
otonomi pengelolaan sumber daya kelautan. Dalam konteks ini pula,
kemudian konsep CBM (community based management) dan CM (Co-
Management) muncul sebagai “policy bodies” bagi semangat ”kebijakan
dari bawah” (bottom up policy) yang berkaitan dengan pengelolaan
sumber daya alam. Hal ini diarahkan sesuai dengan tujuan pengelolaan
sumber daya kelautan yang dilakukan untuk mencapai kesejahteraan
bersama sehingga orientasinya adalah pada kebutuhan dan kepentingan
masyarakat sehingga tidak hanya menjadi objek, melainkan subjek
pengelolaan.
9. Potensi
3. Pengeloaan Berbasis Teknologi
Salah satu contoh peran masyarakat terdidik yang sudah menjadi
konsep matang dalam menangani isu ini adalah penggunaan teknologi
informasi berbasis radio atau dinamakan Monitoring Control and
Surveillance (MCS). Tekhnologi ini diharapkan memberikan kontribusi
dalam pengawasan wilayah laut. Monitoring Control and Surveillance
(MCS) merupakan sistem yang telah dipergunakan di banyak negara. Di
dunia internasional MCS ini dikelola secara bersama-sama sejak tahun
2001. Organisasi MCS internasional mengkoordinasikan dan menjalin
kerjasama diantara anggotanya untuk saling mencegah, menghalangi
dan menghapuskan IUU fishing. Indonesia sendiri, telah merintis sistem
MCS. Namun, masih bersifat parsial dalam bagian-bagian yang berdiri
sendiri-sendiri serta bersifat sektoral.
10. Kenyataan yang ada adalah minimnya sumberdaya manusia
yang konsisten dan konsekuen dengan penggunaan teknologi
ini. Padahal kebutuhan kita sebagai negara maritim sudah
sangat jelas dalam menjaga semua potensi kelautan yang kita
miliki. Kembali melakukan refleksi dan merubah mindset yang
ada di masyarakat secepatnya agar kita dapa dengan
secepatnya pula menangani persoalan ini adalah salah satu
rekomendasi yang disampaikan penusli kepada seluruh pihak.