1. Simpanse bekerja sama dalam kelompok untuk berburu monyet Colobus dengan membagi peran sebagai pengemudi, penghadang, dan penyergap. Kerja sama ini memungkinkan mereka berburu dengan strategi.
2. Laba-laba Amourobius ferox betina mengajarkan anak-anaknya cara berburu dengan memberi contoh dan makanan. Anak laba-laba belajar menjadi pemangsa secara naluri.
3. Anak k
1. Judul : Predator (Volume 6)
Beberapa pemangsa sejak lahir sudah tahu apa yang harus dilakukan. Mereka diprogram
sebelumnya untuk membunuh. Namun pemangsa lain menghabiskan seumur hidupnya
untuk belajar. Apa yang diperlukan untuk menjadi pemangsa? Dalam film yang kami
saksikan, diungkaplah saat-saat kritis yang membentuk watak pembunuh dari beberapa
spesies pembunuh alami.
1. Simpanse vs Monyet Colobus
Hutan hujan tropis di Pantai Gading, Afrika Barat. Kelompok berburu sedang
berpatroli. Lima ekor simpanse jantan. Dalam keheningan mereka bergerak di dasar
hutan, menyimak suara mangsa. Inilah yang mereka kejar. Monyet Colobus, tengah
makan di pucuk pohon setinggi 30 meter. Untuk menangkapnya, simpanse harus
belajar berburu dengan cara luar biasa. Diam-diam, simpanse mengambil posisi di
bawah buruan mereka. Colobus ringan dan gesit, bisa bergerak di dahan terkecil
sekalipun. Simpanse yang berat ini tidak punya harapan bila sendirian. Namun ini
adalah tim dan masing-masing telah mempelajari peranan spesifiknya. Di dalam tim
terdapat pembagian tugas sebagai berikut:
- Pengemudi
- Penghadang
- Penyergap (pemburu yang paling berpengalaman)
Dengan bekerja sama merekan memiliki peluang. Seekor simpanse pengemudi
membuat gerakan pertama. Simpanse muda, masih hijau dalam berburu. Tugasnya
mudah, memanjat ke tempat monyet Colobus dan membubarkan koloni mereka.
Sedangkan simpanse lainnya mengawasi dari bawah dan bersiap untuk beraksi.
Ketika kelompok monyet Colobus mulai terpisah-pisah, perburuan pun dimulai.
Simpanse yang ada di bawah segera berlari mendahului monyet Colobus. Simpanse
penghadang berada paling depan. Dari kelima Simpanse tersebut tiga ekor
merupakan penghadang. Mereka yang mengantisipasi ke mana arah monyet
Colobus dan memanjat ke kedua sisi. Simpanse yang lebih tua dan berpengalaman
daripada pengemudi, mereka harus memperlihatkan diri bersiap mengerubungi
monyet. Kemudian seekor simpanse lainnya tetap berada di tanah, merupakan
simpanse yang paling cerdas yaitu sebagai penyergap sedang bergerak. Tujuannya
lebih ke depan lagi daripada monyet Colobus. Simpanse penyergap melihat para
penghadang naik dan menyiapkan tempat pengerubungan. Simpanse penyergap
memilih pohon yang strategis untuk menyergap monyet Colobus, ia bersembunyi
dan menunggu. Perangkap pun telah dipasang. Simpanse pengemudi terus
mendesak monyet Colobus. Monyet Colobus mulai berlari ketakutan dan jumlah
kelompoknya pun berkurang. Tiga di antara tujuh monyet Colobus terlihat berlari
menuju ke arah perangkap. Ketika ada jarak di pucuk pohon, monyet Colobus pun
menjauh. Sedangkan para simpanse penghadang yang bertubuh berat tidak bisa
melompat menyeberang. Mereka harus turun sebagai usaha terakhir membuat
ulang perangkap. Mereka berlari mencari pohon yang strategis kembali dan
kemudian naik lagi. Pengejaran monyet Colobus oleh simpanse penghadang pun
kembali terjadi. Seekor monyet Colobus yang panic itu pun akhirnya melompat ke
pohon lain, tepat di pohon simpanse penyergap menunggu. Perangkap pun tertutup,
monyet Colobus terjebak dikerubungi oleh para simpanse. Simpanse penyergap
mulai mencoba menangkap monyet Colobus, tapi gagal. Monyet Colobus berhasil
2. menghindari simpanse penyergap dan berlari berbalik arah, tepat menuju ke tangan
para simpanse penhadang. Perburuan pun selesai, seekor monyet Colobus berhasil
ditangkap oleh kelompok simpanse tersebut. Bagi simpanse, perburuan ini
merupakan kejayaan bagi generasi muda yang sedang belajar. Namun mereka tidak
bisa berburu jika itu tidak ada dalm watak mereka. Bagi semua pemangsa, kisah
berburu ini bermula dari nalur dasar yang mereka miliki, yaitu naluri pembunuh.
2. Amourobius ferox
Di sebuah tembok kebun yang terlihat biasa ini adalah rumah bagi pemangsa yang
seluruh hidupnya diatur oleh naluri. Mereka yang datang ke tembok ini harus sangat
berhati-hati. Namun sepertinya ada seekor lalat yang tidak berhati-hati dan pada
akhirnya terjerat di untaian benang-benang halus yang lengket, yaitu jaring laba-laba
kebun, Amourobius ferox. Akhirnya lalat itu pun menjadi santapan Amourobius
ferox. Amourobius ferox, laba-laba kebun yang tinggal di dalam tembok. Di tempat
tinggalnya itu terlihat banyak telur yang sudah dikeluarkan oleh Amourobius ferox
sekitar sebulan sebelumnya. Kini telur-telur itu menetas tepat pada waktunya.
Sekitar seratus ekor anak labalaba bermunculan dari kulit telurnya. Dalam seminggu,
anak-anak Amourobius ferox akan menjadi pemangsa. Namun kini mereka masih
terlalu kecil untuk berburu sendiri. Mereka pun untuk sementara harus bergantung
pada sang induk. Sang induk mengeluarkan kantung makanan untuk mereka makan,
yaitu susu laba-laba. Di dalamnya terkandung sumber energy tinggi untuk anak laba-
laba sehingga dapat bertahan selama tiga hari. Tahap selanjutnya merupakan
tahapan perkembangan dari anak laba-laba Amourobius ferox. Seperti yang telah
kita ketahui bahwa laba-laba memiliki kerangka di luar tubuhnya. Agar dapat
tumbuh besar, sekitar seminggu keluar dari telur, anak laba-laba mulai melepaskan
kulitnya tersebut dan ini merupakan pergantian kulit nereka yang pertama. Dilihat
dari ukurannya pun mereka Nampak lebih besar dari sebelumnya. Pergantian kulit
itu bertanda bahwa tugas dari induknya. Kulit tua terbuang, anak-anaknya siap
untuk lebih bertumbuh lagi. Namun, mereka memerlukan makanan yang lebih dari
yang bisa diberikan dalam telur. Sang induk menanti waktu yang tepat, sehari
setelah pergantian kulit anak laba-laba yang pertama ia bersiap-siap mengajarkan
pelajaran penting yang harus anak-anaknya lakukan untuk dapat bertahan hidup. Ia
mulai berputar-putar di sekitar anak-anaknya, membuat jaring dan memintal
benang. Tidak lama kemudian anak laba-laba mulai kerkerumun di jaring tersebut.
Ketika anak-anaknya sedang berkerumun, induk Amourobius ferox menghampirinya
dan berdiri di atas anak-anaknya. Lalu sang induk mulai menekan-nekan anaknya
dengan tubuhnya sendiri, anak-anaknya mulai menaiki badan induknya. Awalnya
terlihat lambat, tapi dalam waktu cukup singkat anak-anaknya mulai berkerumun di
atasnya. Hal ini dilakukan sang induk untuk membangkitkan naluri pemangsa anak-
anaknya. Dengan cara ini pulalah, sang induk meberi makan anaknya yang mulai
tumbuh itu dan ia pun menjadi mangsa pertama dari anak-anaknya. Pada saat itu
juga, mereka (anak laba-laba Amourobius ferox) mulai menjadi pemangsa. Anak
laba-laba tidak perlu belajar apa pun untuk menjadi pemangsa. Sama seperti
induknya, semua sudah tersimpan dalam gen mereka. Setelah makan, mereka akan
menghadapi dunia luar dengan naluri pembunuhnya.
3. Kucing
Bagi hewan lain, menjadi pemangsa perlu lebih dari sekadar naluri pembunuh yang
tajam. Di padang rumput di musim panas, kucing peternakan tengah berburu.
3. Rumputnya tinggi, maka ia mengenali mangsanya melalui suara dan bau. Tak lama
kemudian kucing tersebut Nampak sedang mengamati sesuatu, rumput-rumput
bergerak sepertinya ada tikus di suatu tempat di padang rumput tersebut. Jika ada
yang bisa menangkapnya, kucing inilah yang bisa. Bahkan setelah ribuan tahun
dipelihara dalam rumah. Kucing masih memiliki gen pemangsa di tubuhnya. Seperti
laba-laba, kucing ini juga mempunyai naluri pembunuh. Tanpa suara, waspada, luar
biasa penuh keseimbangan. Hewan cerdik ini dari moyang pembunuh. Ia mengintai
korbannya. Tak lama kemudian, kucing pun mulai bergerak, berlari dan melompat
menyerang mangsanya. Namun hal ini tidak selalu berhasil, mangsanya lolos dari
terjangan kucing. Kucing dewasa itu pun kembali ke sarangnya, di ruang
penyimpanan jerami. Rupanya kucing tersebut memiliki tiga ekor bayi. Bayi kucing
ini umurnya baru satu hari. Tanpa sang induk mereka tidak berguna. Dengan usianya
yang baru satu hari, mereka tidak bisa berjalan bahkan mata mereka pun belum
terbuka. Seperti halnya anak laba-laba, mereka terlalu kecil untuk menjadi
pemangsa. Walaupun demikian, pertumbuhan dari bayi kucing tergolong cepat,
dalam kurun waktu tiga minggu mereka akan menjadi predator mini. Inilah
perbedaan antara laba-laba dan kucing. Meski secara fisik bayi kucing kini sudah
tumbuh besar, program pemangsanya belum lengkap. Sekaranglah waktunya sang
induk mengembangkan pikiran anak-anaknya. Pertama-tama naluri mereka
membuat mereka ingin tahu. Naluri membuat mereka bermain. Bermain
menghubungkan tubuh dengan pikiran. Mereka mulai terlihat seperti pemangsa,
menjadi lebih focus, cepat, waspada. Pada tahap ini peaturannya sederhana,
“tangkap apa saja yang bergerak”. Setelah itu, mereka bisa berada di mana saja dan
apa pun bisa jadi mangsa. Seperti contohnya yaitu menangkap bulu yang terbang
atau batu yang menggelinding, setidaknya bermulai dari tahap ini mereka kini
memiliki ketertarikan untuk menangkap sesuatu. Namun, kucing tidak bisa hidup
dari bulu dan batu. Naluri sederhana itu memerlukan focus. Kemudian datanglah
sang induk yang baru saja kembali dari perburuannya. Sang induk pun kembali
dengan membawa mangsanya yang sudah mati. Inilah focus baru permainan anak
kucing. Di tempat lain, salah satu dari anak kucing sedang ‘bermain’ bersama seekor
tikus. Ia mendapatkan apa yang ditangkap, contoh mangsa dari dunia luar. Dari sini,
sang induk memprogramkan mesin pemangsa para anak-anaknya, menyiapkan
untuk perburuan, mengembangkan indera penglihatan, pembau, perasa, dan
pengecap inilah yang harus dimakan. Tahap berikutnya, menggunakan mangsa yang
masih hidup. Kini pikiran mulai terpusat pada mangsa yang lebih spesifik lagi. Anak
kucing mulai mempelajari beberapa hal dari mangsanya, seperti seberapa cepat
mangsnya bergerak, bagaimana ia bergerak, dan bagaimana cara untuk
menangkapnya. Tanpa latihan, anak kucing tidak akan bisa menjadi pemburu yang
baik. Tahap berikutnya yaitu ke lapangan untuk latihan, latihan merupakan hal yang
tidak bisa diberikan dari naluri dasar. Sang induk mulai bergerak, memberikan
pelajaran berburu dengan berjalan di padang rumput cara mengendap-endap agar
tidak diketahui mangsanya. Seekor anaknya pun mulai mengikuti gerakan dari sang
induk. Seekor pemangsa berburu, dipenuhi naluri yang terpasang dengan baik
melalui belajar. Anak kucing itu pun mulai belajar berburu, kini gerakannya sudah
terlihat lebih waspada, berhati-hati dan focus pada mangsa buruanya. Ketika sudah
dekat jaraknya dengan mangsa yang diburu, anak kucing tersebut mulai melompat
untuk menangkap mangsanya, sesuatu yang bergerak. Rupanya anak kucing itu
sedang mencoba menangkap seekor kupu-kupu dengan sayap berwarna putih.
Namun sayang, kupu-kupunya berhasil meloloskan diri dari tangkapan si anak
kucing. Dunia luar yang penuh kejutan. Anak-anak kucing tidak bisa bersiap untuk
semua hal. Sebelumnya saat berlatih dengan tikus, ia dapat menahan lebih lama. Hal
4. ini mungkin karena ukuran antara kupu-kupu dan tikus yang berbeda. Jadi secara
tidak sengaja, kupu-kupunya pun berhasil terbang bebas kembali. Bukanlah predator
jika menyerah begitu saja, anak kucing masih melihat kalau mangsanya yang
bergerak itu masih ada di sekitarnya. Sepertinya ia masih bisa menangkapnya, anak
kucing pun mulai melompat untuk menangkap mangsanya yang terbang di atasnya.
Itulah keindahannya belajar. Tak hanya dengan sang induk, tapi lain kali ia akan lebih
mengerti dan lebih siap untuk menangkap mangsanya. Sebagai hewan dewa, belajar
bisa meningkatkan hidup pemangsa.
4. Burung heron hijau vs ikan
Ini seekor heron hijau. Dalam pikirannya hanya ada satu hal yaitu ikan. Heron hijau
merupakan burung kecil yang tidak bisa masuk terlalu jauh ke dalam air. Namun ikan
umumnya tidak suka dengan air dangkal, ikan lebih banyak dan menyukai berenang
di air yang lebih dalam. Hal ini juga berguna untuk menghindari diri dari
pemangsanya seperti burung heron hijau ini. Karena itulah burung heron hijau harus
berdiam diri untuk mendapatkan apa yang ada dipikirannya, sama halnya dengan
seorang pemancing. Kesabaran dan kecepatan yang diseimbangkan dengan baik.
Ketika ia melihat ada ikan yang berenang di dekatnya, ia mulai bergerak cepat
memasukkan paruhnya ke air untuk menangkap ikan tersebut, tapi ikan itu rupanya
bergerak dengan cepat pula. Alhasil, burung heron hijau gagal mendapatkan
mangsanya. Burung heron hijau tetap berusaha untuk mendapatkan ikannya.
Seandainya burung heron dapat mengubah kelebihannya, satu detik lebih cepat
untuk menangkap ikan secara tidak terduga. Burung heron hijau ini juga memiliki
kelebihan yang lain, yaitu kepandaian. Ia telah belajar tipuan yang menakjubkan.
Ketika sedang berburu, ia melihat ada dua anak kecil di pinnggir kolam. Mereka
sedang memberi makan bebek potongan-potongan kecil roti. Mereka melemparkan
potongan roti itu ke kolam. Tidak jauh dari kerumunan bebek, rupanya di bawah
permukaan air juga ada spesies lain yang ikut memakan roti-roti tersebut. ikan-ikan
pun memakan roti yang masuk ke dalam air. Peristiwa ini direkam dan dipelajari
oleh burung heron hijau, karena kepandaiannya maka burung heron hijau menyusun
rencana perburuan yang lain. Burung heron hijau pun berjalan menuju tepi kolam,
tempat anak-anak kecil memberi makan bebek. Lalu ia mengambil beberapa potong
roti tersebut dan membawa ke suatu bagian kolam yang sepi. Kemudian ia mulai
memancing ikan dengan potongn roti yang ia bawa. Umpan pertamanya sudah
diletakkan, tapi tidak ada seekor ikan pun yang datang. Lalu ia meletakkan
umpannya tersebut lebih jauh lagi agar ikan berani menghamiprinya. Namun,
letaknya pun tidak boleh terlalu jauh, apalagi jika sudah melebihi jangkauan area
tangkapannya. Jika demikian, ia pun tidak dapat menangkap ikannya. Sekiranya jarak
roti itu sudah cukup jauh darinya tapi masih bisa ia jangkau, ia meletakkan
umpannya tersebut lalu berdiam diri. Ikan-ikan mulai mendekat, burung heron hijau
mulai bersiap untuk menangkap cepat ikan dengan paruhnya. Ia berhasil
mendapatkan apa yang diinginkannya, ia berhasil menangkap ikan tersebut dan
mulai menelannya bulat-bulat. Namun, kepandaiannya belum cukup baik, karena
pengetahuan yang ia dapatkan hanya ia yang mengerti. Ketika ia mati, maka
pengetahuan akan berburunya tersebut juga akan mati. Seharusnya untuk
mendapatkan hasil terbaik dari belajar, pengetahuan harus diberikan. Seperti yang
dilakukan oleh ikan paus pembunuh.
5. 5. Ikan Paus Pembunuh vs Singa Laut
Di sebuah pantai, nampak seekor paus pembunuh sedang menangkap buruannya
yaitu singa laut. Ikan paus pembunuh secara luar biasa belajar untuk menepi untuk
memangsa. Singa laut adalah mangsa mereka. Di laut terbuka, di mana mereka
makan, mereka cepat dan tangkas, serta sulit ditangkap mereka yaitu singa laut. Di
darat, tempat mereka berkembang biak, mereka berada di luar jangkauan dan
aman. Namun saat daratan dan laut bertemu, keadaan berbalik. Di perbatasan
pantai yang pendek ini, ikan paus pembunuh memanfaatkan keadaan. Bagi seekor
snga laut, zona selancar adalah zona berbahaya. Ketika bergerak dari laut menuju
daratan, renang indah menjadi gerakan yang sulit dilakukannya. Mereka pun
akhirnya justru jadi berkumpul di pantai. Mereka hanya melambat sedikit dan waktu
yang sedikit inilah yang dimanfaatkan oleh ikan paus pembunuh. Ikan dengan berat
6.5 ton dan kecepatan renangnya 25 mil/jam, ia melintas di atas gelombang
tubuhnya sendiri dan keuntungannya merupakan sebuah momentum untuk
mendapatkan mangsanya. Jika gagal, ia akan berbalik dan meregangkan tubuh mulai
menjauhi pantai dan kembali ke habitatnya. Ikan paus tidak terlahir untuk
memangsa, ia membutuhkan waktu lebih dari 40 tahun untuk belajar menjadi
predator. Di tempat lain, ada seekor anak paus pembunuh berusia lima tahun
sedang belajar untuk menepi, ia berenang perlahan ke zona selancar. Tidak seperti
heron, ia tidak harus belajar senidrian. Ia ditemani oleh induknya yang lebih
berpengalaman. Sang induk mendampingi anaknya dan menunjukkan caranya.
Menepi adalah hal yang berbahaya. Ia tahu ada batas tipis antara jarak yang tak
terlalu jauh dan tidak tersangkut. Anak ikan paus pembunuh takut pada laut dangkal
sehingga sang induk harus mendorongnya hingga ke pantai. Sang induk terlihat
mengajari anaknya secara aktif, untuk menenangkan anaknya itu sang induk
berenang mengitarinya dan membantunya keluar dari pantai. Anak ikan paus harus
belajar dan bisa caranya menepi dan melaut. Kini ia siap untuk tahap selanjutnya
yaitu menangkap mangsa sebenarnya dan tetap didampingi oleh induknya. Pada
video ini juga diperlihatkan perburuan pertama yang dilakukan oleh anak paus, ia
berhasil menangkap mangsanya yaitu singa laut dengan didampingi oleh induknya.
Sang induk mendorong anak dan mangsanya kembali ke laut yang lebih dalam. Inilah
yang berbeda dari burung heron hijau dengan ikan paus pembunuh. Induk ikan paus
pembunuh memberikan pengetahuan berburunya pada generasi berikutnya. Anak
ikan paus pun kini bergabung dengan tradisi menepi. Di zona selancar banyak yang
bisa diburu dari sekadar menepi untuk memangsa. Singa laut di Argentina terlindung
dari serangan ikan paus oleh karena adanya karang pantai. Sebenarnya ada jalan
masuk yaitu kanal, tapi hanya cukup dalam bila sedang terjadi pasang tinggi. Dari
osenografi dapat dilihat bahwa dari atas kanal itu merupakan jalan dari laut untuk
singa laut. Ternyata ada sekelompok ikan paus yang telah mengenal kanal tersebut
selama beberapa generasi dan mereka pun telah belajar bagaimana
memanfaatkannya. Tepat dua jam sebelum psang tinggi, paus mengambil posisi di
luar karang. Dan pada saat itu pula, bagi singa laut perlindungan telah hilang dan
ikan paus mulai beraksi. Ada seekor induk ikan paus pembunuh dan dua ekor paus
muda yang sudah cukup umur untuk latihan tingkat akhir yaitu berburu dalam
kelompok. Pertama mereka mulai memasuki kanal. Ikan paus memiliki sonar untuk
menandai mangsanya tapi singa laut memiliki pendengaran yang sangat baik dan
ikan paus pun harus ‘menonaktifkan sonarnya’ ketika memasukki kanal. Tak lama
kemudian mereka sudah berada dalam jarak serang pantai, hanya 50 meter dari
zona selancar dan mereka pun menunggu di sana. Penglihatan mereka tidak cukup
bagus, jadi mereka menggunakan pendengarannya. Singa laut pun mulai bergerak ke
wilayah makan dan ikan paus mendengar pergerakan mereka sedang berada di zona
6. selancar. Ikan paus bisa membedakan singa laut dewasa dan anaknya dari jarak 50
meter. Anak singa laut yang ceroboh tidak menyadari bahaya yang mengintai
mereka. Sekelompok ikan paus bergerak ke pantai, ikan paus betina beraksi lebih
dulu. Pelindungnya yaitu induknya berada sangat dekat dengannya, dan perburuan
tingkat tinggi bagi paus muda pun dimulai. Sebuah formasi menyerang, singa laut
digiring menuju ikan paus dewasa dan tentu saja tidak ada jalan keluar bagi anak
singa laut. Mereka mengurung mangsanya di zona selancar. Ketika paus muda
berburu dengan induknya, mereka belajar kesempurnaan. Kini pengetahuannya pun
berhasil diterapkan dengan baik. Pengalaman berburu selama 40 tahun dipindahkan
ke generasi berikutnya. Inilah kelebihan dari ikan paus pembunuh. Seperti halnya
simpanse, mereka memang dilahirkan dengan kemampuan untuk belajar
keterampilan baru dari yang lainnya. Ketika ikan paus mati, pengetahuanya selama
bertahun-tahun tetap hidup dalam sebuah GENERASI PEMBUNUH ALAMI.
Kesimpulan:
Induk Amourobius ferox, laba-laba kebun sangat telaten dalam menjaga
keselamatan anak-anaknya bahkan ia rela mengorbankan dirinya menjadi santapan
pertama dari anak-anaknya. Hal ini dilakukan agar anak-anaknya dapat
mempraktekan cara berburu mangsa yang benar dan tentunya untuk
membangkitkan naluri pembunuh mereka.
CARI :
Predator adalah
Gambar perburuan oleh simpanse, Amourobius ferox, kucing peternakan, dan Paus
pembunuh.