Makalah ini membahas tentang teori-teori etika yang terkait dengan bisnis, meliputi norma umum, teori deontologi yang menekankan pada kewajiban, teori teleologi yang menilai tindakan berdasarkan tujuan dan akibat, serta etika utilitarianisme yang mengukur manfaat bagi masyarakat secara keseluruhan. Makalah ini juga menyoroti pentingnya bisnis dilandasi etika sebagai sebuah profesi yang bertanggung jaw
BE & GG, Alim Suciana, Hapzi Ali, ETHIC BUSINESS di Pt. Prima Konstruksi Utam...
Tugas softskill 1 etika bisnis
1. TEORI ETIKA BISNIS
ETIKA BISNIS
Dibuat Oleh : YAYU MEGA DINI - 18210611
Program Study Ekonomi Manjemen
Jurusan Manajemen
UNIVERSITAS GUNADARMA
2. Mata Kuliah : Etika Bisnis
Dosen : Debita Octaviani
Topik Makalah
TEORITIKA ETIKA BISNIS
Kelas : 4-EA21
Dateline Makalah : 24 Oktober 2013
Tanggal Penyerahan Makalah : 24 Oktober 2013
PE R NYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa seluruh pekerjaan dalam penyusunan
makalah ini saya buat sendiri tanpa meniru atau mengutip dari tim / pihak lain.
Apabila terbukti tidak benar, saya siap menerima konsekuensi untuk mendapat
nilai 1/100 untuk mata kuliah ini.
Penyusun
NPM
Nama Lengkap
18210611
Tanda Tangan
Yayu Mega Dini
Program Sarjana Ekonomi Manajemen
UNIVERSITAS GUNADARMA
3. KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Saya panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan saya
waktu, kesempatan dan juga ilmu dalam menyelesaikan makalah ini, dengan judul :
“Teoritika Etika Bisnis” sebagai tugas mata kuliah Etika Bisnis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam
menyusun makalah ini, khususnya kepada dosen pengajar Etika Bisnis yaitu Ibu Debita
Octaviani yang telah memberikan ilmu kepada saya. Dan juga kepada teman-teman yang
telah membantu.
Saya berusaha menyusun makalah ini dengan segala kemampuan, namun saya menyadari
masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran
membangun sangat saya butuhkan untuk dapat menyempurnakannya di masa mendatang.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat serta menambah ilmu pengetahuan dan
semangat bagi Mahasiswa dan juga para pembaca untuk bersama-sama bisa melakukan bisnis
yang penuh dengan etika baik, demi tercapainya Masyarakat yang Sejahtera di Negara kita
tercinta Republik Indonesia.
Bekasi, 23 Oktober 2013
Yayu Mega Dini
4. DAFTAR ISI
PERNYATAAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN
1. Teori Pengertian Bisnis
-
Norma Umum
-
Teori Etika Deontologi
-
Teori Etika Teleologi
2. Bisnis Sebuah Profesi Etis
-
Etika Terapan
-
Etika Profesi
-
Menuju Bisnis Sebagai Profesi Luhur
II. BISNIS DAN ETIKA
1. Mitos Bisnis Amoral
2. Keutamaannya Etika Bisnis
3. Sasaran Dan Lingkungan Etika Bisnis
4. Prinsip – Prinsip Etika Bisnis
5. Prinsip Utama Etika Bisnis
6. Etos Kerja
7. Realisasi Moral Bisnis
8. Pendekatan – Pendekatan Stackholder
III. ETIKA UTILITARIANISME DALAM BISNIS
1. Kriteria Dan Prinsip Etika Utilitarianisme
2. Nilai Positif Etika Utilitarianisme
3. Utilitarianisme Sebagai Proses Dan Standar Penilaian
4. Analisa Keuntungan Dan Kerugian
5. Kelemahan Etika Utilitarianisme
REFERENSI
5. TEORITIKA ETIKA BISNIS
I. PENDAHULUAN
Menurut bahasa Yunani Kuno, etika berasal dari kata ethikosyang berarti ”timbul dari
kebiasaan”. Etika adalah cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang
menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan
penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab. Etika terbagi
menjadi tiga bagian utama: meta-etika (studi konsep etika), etika normatif (studi
penentuan nilai etika), danetika terapan (studi penggunaan nilai-nilai etika).
1. Teori Pengertian Bisnis
Etika adalah suatu cabang dari filosofi yang berkaitan dengan ”kebaikan (rightness)”
atau moralitas (kesusilaan) dari perilaku manusia. Dalam pengertian ini etika diartikan
sebagai aturan-aturan yang tidak dapat dilanggar dari perilaku yang diterima
masyarakat sebagai baik atau buruk. Sedangkan Penentuan baik dan buruk adalah
suatu masalah selalu berubah. Etika bisnis adalah standar-standar nilai yang menjadi
pedoman atau acuan manajer dan segenap karyawan dalam pengambilan keputusan
dan mengoperasikan bisnis yang etik. Paradigma etika dan bisnis adalah dunia yang
berbeda sudah saatnya dirubah menjadi paradigma etika terkait dengan bisnis atau
mensinergikan antara etika dengan laba. Justru di era kompetisi yang ketat ini,
reputasi perusahaan yang baik yang dilandasi oleh etika bisnis merupakan sebuah
competitive advantage yang sulit ditiru. Oleh karena itu, perilaku etik penting
diperlukan untuk mencapai sukses jangka panjang dalam sebuah bisnis.
Etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan
salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam
kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis (Velasquez, 2005).
Etika bisnis memiliki arti yang berbeda di setiap negara (Bertens, 2000), yaitu:
1. Bahasa Belanda à bedrijfsethiek (etika perusahaan).
2. Bahasa Jerman à Unternehmensethik (etika usaha).
3. Bahasa Inggrisà corporate ethics (etika korporasi).
Analisis Arti Etika dibedakan menjadi 2 jenis (Bertens, 2000), yaitu:
1. Etika sebagai Praktis
a. Nilai-nilai dan norma-norma moral sejauh dipraktekkan atau justru tidak
dipraktekkan walaupun seharusnya dipraktekkan.
b. Apa yang dilakukan sejauh sesuai atau tidak sesuai dengan nilai dan norma
moral.
2. Etika sebagai Refleksi
a. Pemikiran moral berpikir tentang apa yang dilakukan dan khususnya tentang
apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan.
b. Berbicara tentang etika sebagai praksis atau mengambil praksis etis sebagai
objeknya.
c. Menyoroti dan menilai baik buruknya perilaku orang.
d. Dapat dijalankan pada taraf populer maupun ilmiah.
6. -
Norma Umum
Norma Umum lebih bersifat umum dan sampai pada tingkat tertentu boleh
dikatakan lebih bersifat universal atau dipahami atau dijadikan landasan
menentukan perbuatan yang baik atau buruk oleh banyak orang di dunia. norma
umum ini terbagi menjadi 3 yaitu:
1. Norma Sopan santun atau Norma Etiket, yaitu adalah norma yang mengatur
pola perilaku dan sikap lahiriah dalam pergaulan sehari-hari. Etika tidak sama
dengan Etiket. Etiket hanya menyangkut perilaku lahiriah yang menyangkut
sopan santun atau tata krama.
2. Norma Hukum adalah norma yang dituntut keberlakuannya secara tegas oleh
masyarakat karena dianggap perlu dan niscaya demi keselamatan dan
kesejahteraan manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Norma hukum ini
mencerminkan harapan, keinginan dan keyakinan seluruh anggota masyarakat
tersebut tentang bagaimana hidup bermasyarakat yang baik dan bagaimana
masyarakat tersebut harus diatur secara baik
3. Norma Moral, yaitu aturan mengenai sikap dan perilaku manusia sebagai
manusia. Norma moral ini menyangkut aturan tentang baik buruknya, adil
tidaknya tindakan dan perilaku manusia sejauh ia dilihat sebagai manusia.
Ada beberapa ciri utama yang membedakan norma moral dari norma umum
lainnya, yaitu:
-
-
Kaidah moral berkaitan dengan hal-hal yang mempunyai atau yang dianggap
konsekuensi yang serius bagi kesejahteraan, kebaikan dan kehidupan
manusia, baik sebagai pribadi maupun sebagai kelompok.
Norma moral tidak ditetapkan dan/atau diubah oleh keputusan penguasa
tertentu. Norma moral dan juga norma hukum merupakan ekspresi, cermin dan
harapan masyarakat mengenai apa yang baik dan apa yang buruk. Berbeda
dengan norma hukum, norma moral tidak dikodifikasikan, tidak ditetapkan
atau diubah oleh pemerintah. Ia lebih merupakan hukum tak tertulis dalam hati
setiap anggota masyarakat, yang karena itu mengikat semua anggota dari
dalam dirinya sendiri.
Norma moral selalu menyangkut sebuah perasaan khusus tertentu, yang oleh
beberapa filsuf moral disebut sebagai perasaan moral (moral sense).
Norma umum dalam kaitannya hubungan dengan berbisnis adalah suatu pedoman
bagi para pelaku bisnis untuk melakukan bisnis sesuai dengan prinsip yang
dipegang oleh lingkungan di mana bisnis itu dilakukan. mengeksploitasi kekayaan
alam secara berlebihan dan mencemari lingkungan adalah salah satu kegiatan
yang sangat melanggar norma umum secara universal. setiap manusia memiliki
hak yang sama untuk menikmati kekayaan alam, namun tak juga hak tersebut
dapat ‘dirampas’ oleh segelintir orang yang mempunyai kepentingan bisnis, dan
memperkaya hak nya.
Di dalam praktik bisnis dikenal istilah tanggung jawab sosial, di mana perusahaan
yang sudah menghabiskan begitu banyak sumber daya diharuskan memberikan
kontribusi dalam pengembangan taraf hidup masyarakat sekitarnya, tempat di
mana suatu unit bisnis menghabiskan sumber daya.
7. Unit bisnis besar yang memiliki banyak cabang di berbagai negara diharuskan
memiliki kepekaan dan kepatuhan terhadap budaya masyarakat setempat dan
hukum yang berlaku. suatu unit bisnis tidak bisa mengabaikan hukum yang sudah
ditetapkan dalam satu negara, ketika suatu perusahaan menjalankan bisnisnya.
suatu perusahaan juga diwajibkan memberikan kontribusi bagi masyarakat dalam
satu negara karena bagaimanapun norma moral yang berlaku adalah
‘menghormati sang tuan rumah’ agar bisnis dapat berjalan lancar dan mendapat
dukungan dari masyarakat sekitar.
-
Teori Etika Deontologi
Istilah deontologi berasal dari kata Yunani ‘deon’ yang berarti kewajiban.
‘Mengapa perbuatan ini baik dan perbuatan itu harus ditolak sebagai buruk’,
deontologi menjawab: ‘karena perbuatan pertama menjadi kewajiban kita dan
karena perbuatan kedua dilarang’.
Yang menjadi dasar baik buruknya perbuatan adalah kewajiban. Pendekatan
deontologi sudah diterima dalam konteks agama, sekarang merupakan juga salah
satu teori etika yang terpenting.
Ada tiga prinsip yg harus dipenuhi :
1. Supaya tindakan punya nilai moral, tindakan ini harus dijalankan berdasarkan
kewajiban.
2. Nilai moral dari tindakan ini tidak tergantung pada tercapainya tujuan dari
tindakan itu melainkan tergantung pada kemauan baik yang mendorong
seseorang untuk melakukan tindakan itu, berarti kalaupun tujuan tidak
tercapai, tindakan itu sudah dinilai baik.
3. Sebagai konsekuensi dari kedua prinsip ini, kewajiban adalah hal yang niscaya
dari tindakan yang dilakukan berdasarkan sikap hormat pada hukum moral
universal.
-
Teori Etika Teleologi
Teleologi berasal dari kata Yunani, telos = tujuan. Mengukur baik buruknya
suatu tindakan berdasarkan tujuan yang mau dicapai dengan tindakan itu, atau
berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh tindakan itu.
Dua aliran etika teleologi :
1. Egoisme Etis
Inti pandangan egoisme adalah bahwa tindakan dari setiap orang pada
dasarnya bertujuan untuk mengejar pribadi dan memajukan dirinya sendiri.
Satu-satunya tujuan tindakan moral setiap orang adalah mengejar kepentingan
pribadi dan memajukan dirinya.
Egoisme ini baru menjadi persoalan serius ketika ia cenderung menjadi
hedonistis, yaitu ketika kebahagiaan dan kepentingan pribadi diterjemahkan
semata-mata sebagai kenikmatan fisik yg bersifat vulgar.
2. Utilitarianisme
Berasal dari bahasa latin utilis yang berarti “bermanfaat”. Menurut teori ini
suatu perbuatan adalah baik jika membawa manfaat, tapi manfaat itu harus
8. menyangkut bukan saja satu dua orang melainkan masyarakat sebagai
keseluruhan.
Utilitarianisme, teori ini cocok sekali dengan pemikiran ekonomis, karena
cukup dekat dengan Cost-Benefit Analysis. Manfaat yang dimaksudkan
utilitarianisme bisa dihitung sama seperti kita menghitung untung dan rugi
atau kredit dan debet dalam konteks bisnis
Utilitarianisme, dibedakan menjadi dua macam:
- Utilitarianisme Perbuatan (Act Utilitarianism);
- Utilitarianisme Aturan (Rule Utilitarianism).
2. Bisnis Sebuah Profesi Etis
-
Etika Terapan
Secara umum Etika dibagi menjadi:
1. Etika Umum
Berbicara mengenai norma dan nilai moral, kondisi-kondisi dasar bagi
manusia untuk bertindak secara etis, bgmn manusia mengambil keputusan etis,
teori-teori etika, lembaga-lembaga normatif dan semacamnya.
2. Etika Khusus
Penerapan prinsip-prinsip atau norma-norma moral dasar dalam bidang
kehidupan yang khusus.
-
Etika Profesi
Pengertian Profesi: Profesi dapat dirumuskan sebagai pekerjaan yang dilakukan
sebagai nafkah hidup dengan mengandalkan keahlian dan keterampilan yang
tinggi dan dengan melibatkan komitmen pribadi (moral) yang mendalam.
Prinsip - Prinsip Etika Profesi:
• Prinsip Keadilan
Prinsip ini terutama menuntut orang yg profesional agar dlm menjalankan
profesinya ia tidak merugikan hak dan kepentingan pihak tertentu, khususnya
orang-orang yang dilayani dalam rangka profesinya.
• Prinsip Otonomi
Prinsip yang dituntut oleh kalangan profesional terhadap dunia luar agar
mereka diberi kebebasan sepenuhnya dalam menjalankan profesinya. Karena
hanya kaum profesional ahli dan terampil dalam bidang profesinya, tidak
boleh ada pihak luar yang ikut campur tangan dalam pelaksanaan profesi
tersebut.
Batas-batas prinsip otonomi:
• Tanggung jawab dan komitmen profesional (keahlian dan moral) atas
kemajuan profesi tersebut serta (dampaknya pada) kepentingan masyarakat.
• Kendati pemerintah di tempat pertama menghargai otonomi kaum profesional,
pemerintah tetap menjaga dan pada waktunya malah ikut campur tangan, agar
pelaksanaan profesi tertentu tidak sampai merugikan kepentingan umum.
9. -
Menuju Bisnis Sebagai Profesi Luhur
Baru belakangan ini bisnis dianggap sebagai sebuah profesi. Bahkan belakangan
ini, bisnis seakan memonopoli sebutan profesi, tetapi sekaligus juga menyebabkan
pengertian profesi menjadi rancu atau kehilangan pengertian dasarnya. Ini karena
bisnis modern mensyaratkan dan menuntut para pelaku bisnis untuk menjadi
orang yang professional.
Berdasarkan pengertian profesi yang menekankan pada keahlian dan ketrampilan
yang tinggi serta komitmen moral yang mendalam, maka jelas kiranya bahwa
pekerjaan yang kotor tidak akan disebut sebagai profesi. Karena itu sesungguhnya
bisnis bukanlah merupakan profesi, kalau bisnis dianggap sebagai pekerjaan
kotor, kendati kata profesi, professional, ddan profesionalisme sering begitu
diobaral dalam kaitan dengan kegiatan bisnis. Namun pihak lain tidak dapat
disangkal bahwa ada banyak orang bisnis dan juga perusahaan yang sangat
menghayati pekerjaan dan kegiatan bisnisnya sebagai sebuah profesi dalam
pengertiannya sebagaimana kita jelaskan diatas. Mereka tidak hanya mempunyai
keahlian dan ketrampilan yang tinggi tapi punya komitmen morak yang
mendalam. Karena itu, bukan tiddak mungkin bahwa bisnis pun dapat menjadi
sebuah professi dalam pengertiannya yang sebenar-benarnya bahkan menjadi
sebuah profesi luhur.
a. Pandangan Praktis-Realistis
Dalam pandangan ini ditegaskan secara jelas bahwa tujuan utama bisnis,
bahkan tujuan satu-satunya adalah mencari keuntungan. Bisnis adalah suatu
kegiatan profit-making. Dasar pemikirannya adalahh bahwa orang yang terjun
ke dalam bisnis tidak punya keinginan dan tujuan lain selain ingin mencari
keuntungan, kegiatan bisnis adalah kegiatan ekonomis dan bukan kegiatan
sosial. Karena itu, keuntungan itu sah untuk menunjang kegiatan bisnis. Tanpa
keuntungan bisnis tidak dapat jalan.
b. Pandangan Ideal
Menurut pandangan ini, bisnis tidak lain adalah suatu kegiatan diantara
manusia yang menyangkut memproduksi, menjual, dan membeli barang dan
jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Pandangan ini tidak menolak
bahwa keuntungan adalah tujuan utama bisnis. Tanpa keuntungan bisnis tidak
bisa bertahan. Namun keuntungan hanya dilihat sebagai konsekuensi logis dari
kegiatan bisnis. Yaitu, bahwa dengan memenuhi kebutuhan masyarakat secara
baik, keuntungan akan datang dengan sendirinya. Masyarakat akan merasa
terikat membeli barang dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan yang
memenuhi kebutuhan mereka dengan mutu dan harga yang baik itu.
II. BISNIS DAN ETIKA
Sebagian orang berpendapat kalau bisnis dan etika tidak punya kaitan sama sekali. bisnis
jika terlalu banyak mementingkan etika akan semakin jauh tertinggal dengan kompetitor.
pernyataan ini jelas sangat salah. bayangkan saja bila satu perusahaan melakukan banyak
cara yang tidak sesuai dengan norma yang berlaku di masyrakat, bahkan cenderung tidak
disukai masyarakat, hal tersebut akan berdampak turunnya citra perusahaan di mata
masyarakat sebagai konsumen.
10. 1. Mitos Bisnis Amoral
Bisnis adalah bisnis. Bisnis jangan dicampuradukkan dengan etika. Bisnis sebagai dua
hal yang terpisah satu sama lain. Ini merupakan ungkapan De George disebut sebagai
Mitos Bisnis Amoral. Bisnis adalah berbisnis dan bukan beretika. Mitos Bisnis
Amoral mengungkapkan suatu keyakinan bahwa antara bisnis dan moralitas atau etika
tidak ada hubungan sama sekali. Bisnis tidak punya sangkut paut dengan etika dan
moralitas. Bisnis dan etika adalah dua hal yang sangat berbeda. Bisnis hanya bisa
dinilai dengan kategori dan norma – norma bisnis dan bukan dengan kategori dan
norma – norma etika. Bisnis adalah melakukan bisnis sebaik mungkin untuk
mendapatkan keuntungan sebesar – besarnya. Bisnis adalah bagaimana memproduksi,
mengedarkan, menjual dan membeli barang dengan memperoleh keuntungan.
-
-
Bisnis adalah sebuah persaingan (yang mengutamakan keuntungan pribadi).
Bisnis berorientasi untuk mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin
tanpa mengindahkan etika dan moralitas.
Bisnis jelas berbeda dari aturan sosial dan moral pada umumnya. Bisnis tidak
bisa dinilai dengan aturan moral dan sosial sebagaiman yang kita temukan
dalam kehidupan sosial pada umumnya. Bisnis dijalankan secara pantas atau
tidak pantas menurut kaidah – kaidah moral.
Bisnis yang masih mau mematuhi aturan moral akan berada dalam posisi yang
tidak menguntungkan di tengah persaingan bisnis yang ketat.
Namun, bisnis amoral sesungguhnya tidak sepenuhnya benar. Bisnis yang tulen, yang
bervisi masa depan dalam jangka panjang, akan sulit menerima kebenaran mitos
tersebut.
2. Keutamaannya Etika Bisnis
a. Dalam bisnis modern, para pelaku bisnis dituntut untuk menjadi orang-orang
profesional di bidangnya.
b. Dalam persaingan bisnis yang sangat ketat,maka konsumen benar-benar raja;
c. Dalam sistem pasar terbuka dengan peran pemerintah yang menjamin kepentingan
dan hak bagi semua pihak, maka perusahaan harus menjalankan bisnisnya dengan
baik dan etis.
d. Perusahaan modern sangat menyadari bahwa karyawan bukanlah tenaga yang
harus dieksploitasi demi mendapat keuntungan.
3. Sasaran Dan Lingkup Etika Bisnis
a. Etika Bisnis sebagai etika profesi membahas berbagai prinsip, kondisi dan
masalah yang terkait dengan praktek bisnis yang baik dan etis.
b. Etika Bisnis untuk menyadarkan masyarakat bahwa hak dan kewajiban mereka
tidak boleh dilanggar oleh pratek bisnis siapapun juga.
c. Etika Bisnis juga berbicara mengenai sistem ekonomi yang sangat menentukan
etis tidaknya suatu usaha bisnis.
4. Prinsip – Prinsip Etika Bisnis
a. Prinsip otonomi
11. Otonomi adalah sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil keputusan dan
bertindak berdasarkan kesadaran sendiri tentang apa yang dianggapnya baik untuk
dilakukan.
b. Prinsip Kejujuran
- Kejujuran dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak.
- Kejujuran dalam penawaran barang dan jasa dengan mutu dan harga
sebanding.
- Kejujuran dalam hubungan kerja intern dalam suatu perusahaan.
c. Prinsip Keadilan
Prinsip keadilan menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama sesuai
dengan aturan yang adil dan sesuai dengan kriteria yang rasional objektif dan
dapat dipertanggung- jawabkan.
d. Prinsip Saling Menguntungkan
Prinsip ini menuntut agar bisnis dijalankan sedemikian rupa sehingga
menguntungkan semua pihak.
e. Prinsip Integritas Moral
Prinsip ini dihayati sebagai tuntutan internal dalam diri pelaku bisnis atau
perusahaan agar dia menjalankan bisnis dengan tetap menjaga nama baiknya atau
nama baik perusahaan.
5. Prinsip Utama Etika Bisnis
Prinsip utama etika bisnis adalah harus menjadi pebinis yang baik. Prinsip moral
menjadi orang baik itu banyak. Banyak yang menjadi kesepakatan umum, Artinya,
yang memenuhi prinsip moral untuk komunitas yang lebih besar. Dalam dunia bisnis,
ada beberapa prinsip moral utama agar menjadi pebisnis yang baik.
Pertama, Kejujuran adalah landasan dari kepercayaan, kepercayaan adalah landasan
dari bisnis yang sehat. Salah satu figure yang jelas adalah Nabi Muhammad SAW
yang menjadi pedagang yang maju karena menjunjung tinggi kejujuran. Memang ada
kalanya ketidakjujuran menghasilkan keuntungan, namun hanya sesaat, tidak bisa
terus-menerus, maka kejujuran dan kepercayaan adalah yang utama.
Kedua, Taat kepada hukum dan aturan di suatu negara. Ini perlu dipenuhi, salah
satunya adalah membayar pajak.
Ketiga, Bersedia untuk berbagi. Meski ada persaingan, tidak berarti harus saling
menuduh. Menang dalam bisnis, bukan berarti membunuh lawan. Menang untuk
mendapatkan sesuatu. Memang kalau sudah saling membunuh, lingkungannya lain.
Kompetisi yang sehat contohnya adalah olahraga. Kalau kalah, kalau diikuti
sebenarnya adalah sama-sama mendapatkan kemenangan dalam kompetisi yang sehat.
Keempat, Menjaga lingkungan hidup. Jika pebisnis peduli pada bisnisnya, maka
mereka harus peduli pada lingkungan dan masyarakat di sekitarnya. Sebab itu
menyangkut generasi yang akan datang.
12. Terakhir adalah CSR (Tanggung jawab perusahaan kepada masyarakat) untuk
memberikan manfaat kepada masyarakat sekelilingnya.
6. Etos Kerja
Etos bisnis adalah suatu kebiasaan atau budaya moral menyangkut kegiatan bisnis
yang dianut dalam suatu perusahaan dari satu generasi ke generasi yang lain. Inti etos
ini adalah pembudayaan atau pembiasaan penghayatan akan nilai, norma, atau prinsip
moral tertentu yang dianggap sebagai inti kekuatan dari suatu perusahaan yang juga
membedakannya dari perusahaan yang lain.
Etos kerja dapat diartikan sebagai konsep tentang kerja yang diyakini seseorang atau
sekelompok orang sebagai baik dan benar yang diwujudkan melalui perilaku
kerja. Etos kerja berhubungan dengan beberapa hal, seperti:
1. Orientasi ke masa depan, yaitu segala sesuatu direncanakan dengan baik, baik
waktu, kondisi untuk ke depan agar lebih baik dari kemarin
2. Menghargai waktu dengan adanya disiplin waktu merupakan hal yang sangat
penting guna efesien dan efektivitas bekerja.
3. Tanggung jawab, yaitu memberikan asumsi bahwa pekerjaan yang dilakukan
merupakan sesuatu yang harus dikerjakan dengan ketekunan dan kesungguhan.
4. Hemat dan sederhana, yaitu sesuatu yang berbeda dengan hidup boros, sehingga
bagaimana pengeluaran itu bermanfaat untuk kedepan.
5. Persaingan sehat, yaitu dengan memacu diri agar pekerjaan yang dilakukan tidak
mudah patah semangat dan menambah kreativitas diri.
7. Realisasi Moral Bisnis
Tiga pandangan yang dianut, yaitu:
a. Norma etis berbeda antara satu tempat dengan tempat yang lain.
b. Norma sendirilah yang paling benar dan tepat.
c. Tidak ada norma moral yang perlu diikuti sama sekali.
8. Pendekatan – Pendekatan Stackholder
a. Kelompok primer
Yaitu pemilik modal, saham, kreditor, karyawan, pemasok, konsumen, penyalur
dan pesaing atau rekanan.
b. Kelompok Sekunder
Yaitu pemerintah setempat, pemerintah asing, kelompok social, media massa,
kelompok pendukung, dan masyarakat.
III.ETIKA UTILITARIANISME DALAM BISNIS
Utilitarianisme pertama kali dikembangkan oleh Jeremy Bentham (1748-1832). Persoalan
yang dihadapi oleh Bentham dan orang-orang sezamannya adalah bagaimana menilai baik
buruknya suatu kebijaksanaan sosial politik, ekonomi, dan legal secara moral.
Singkatnya, bagaimana menilai sebuah kebijaksanaan publik, yaitu kebijaksanaan yang
punya dampak bagi kepentingan banyak orang, secara moral.
13. 1. Kriteria Dan Prinsip Etika Utilitarianisme
a. Manfaat, yaitu bahwa kebijaksanaan atau tindakan itu mendatangkan manfaat atau
kegunaan tertentu. Jadi, kebijaksanaan atau tindakan yang baik adalah yang
menghasilkan hal yang baik. Sebaliknya, kebijaksanaan atau tindakan yang tidak
baik adalah yang mendatangkan kerugian tertentu.
b. Manfaat terbesar, yaitu bahwa kebijaksanaan atau tindakan itu mendatangkan
manfaat terbesar (atau dalam situasi tertentu lebih besar) dibandingkan dengan
kebijaksanaan atau tindakan alternatif lainnya.
c. Manfaat terbesar bagi sebanyak mungkin orang, yaitu dengan kata lain suatu
kebijaksanaan atau tindakan yang baik dan tepat dari segi etis menurut etika
utilitarianisme adalah kebijaksanaan atau tindakan yang membawa manfaat
terbesar bagi sebanyak mungkin orang atau sebaliknya membawa akibat
merugikan yang sekecil mungkin bagi sedikit mungkin orang.
Secara padat ketiga prinsip itu dapat dirumuskan sebagai berikut: Bertindaklah
sedemikian rupa sehingga tindakanmu itu mendatangkan keuntungan sebesar
mungkin bagi sebanyak mungkin orang.
2. Nilai Positif Etika Utilitarianisme
a. Rasionalitas, prinsip moral yang diajukan oleh etika utilitarianisme ini tidak
didasarkan pada aturan-aturan kaku yang mungkin tidak kita pahami dan yang
tidak bias kita persoalkan keabsahannya.
b. Dalam kaitannya dengan itu, utilitarianisme sangant menghargai kebebasan setiap
pelaku moral. Setiap orang dibiarkan bebas untuk mengambil keputusan dan
bertindak dengan hanya memberinya ketiga kriteria objektif dan rasional tadi.
c. Universalitas yaitu berbeda dengan etika teleologi lainnya yang terutama
menekankan manfaat bagi diri sendiri atau kelompok sendiri, utilitarianisme justru
mengutamakan manfaat atau akibat baik dari suatu tindakan bagi banyak orang.
3. Utilitarianisme Sebagai Proses Dan Standar Penilaian
a. Etika utilitarianisme dipakai sebagai proses untuk mengambil sebuah keputusan,
kebijaksanaan, ataupun untuk bertindak. Dengan kata lain, etika utilitarianisme
dipakai sebagai prosedur untuk mengambil keputusan. Ia menjadi sebuah metode
untuk bisa mengambil keputusan yang tepat tentang tindakan atau kebijaksanaan
yang akan dilakukan.
b. Etika utilitarianisme juga dipakai sebagai standar penilaian bai tindakan atau
kebijaksanaan yang telah dilakukan. Dalam hal ini, ketiga criteria di atas lalu
benar-benar dipakai sebagai criteria untuk menilai apakah suatu tindakan atau
kebijaksanaan yang telah dilakukan memang baik atau tidak. Yang paling pokok
adalah menilai tindakan atau kebijaksanaan yang telah terjadi berdasarkan akibat
atau konsekuensinya yaitu sejauh mana ia mendatangkan hasil terbaik bagi banyak
orang.
14. 4. Analisa Keuntungan Dan Kerugian
a. Keuntungan dan kerugian (cost and benefits) yang dianalisis jangan semata-mata
dipusatkan pada keuntungan dan kerugian bagi perusahaan, kendati benar bahwa
ini sasaran akhir. Yang juga perlu mendapat perhatian adalah keuntungan dan
kerugian bagi banyak pihak lain yang terkait dan berkepentingan, baik kelompok
primer maupun sekunder. Jadi, dalam analisis ini perlu juga diperhatikan
bagaimana daan sejauh mana suatu kebijaksanaan dan kegiatan bisnis suatu
perusahaan membawa akibat yang menguntungkan dan merugikan bagi kreditor,
konsumen, pemosok, penyalur, karyawan, masyarakat luas, dan seterusnya. Ini
berarti etika utilitarianisme sangat sejalan dengan apa yang telah kita bahas
sebagai pendekatan stakeholder.
b. Seringkali terjadi bahwa analisis keuntungan dan kerugian ditempatkan dalam
kerangka uang (satuan yang sangat mudah dikalkulasi). Yang juga perlu mendapat
perhatian serius adalah bahwa keuntungan dan kerugian disini tidak hanya
menyangkut aspek financial, melainkan juga aspek-aspek moral; hak dan
kepentingan konsimen, hak karyawan, kepuasan konsumen, dan sebagainya. Jadi,
dalam kerangka klasik etika utilitarianisme, manfaat harus ditafsirkan secara luas
dalam kerangka kesejahteraan, kebahagiaan, keamanan sebanyak mungkin pihak
terkait yang berkepentingan.
c. Bagi bisnis yang baik, hal yang juga mendapat perhatian dalam analisis
keuntungan dan kerugian adalah keuntungan dan kerugian dalam jangka panjang.
Ini penting karena bias saja dalam jangka pendek sebuah kebijaksanaan dan
tindakan bisnis tertentu sangat menguntungkan, tapi ternyata dalam jangka
panjang merugikan atau paling kurang tidak memungkinkan perusahaan itu
bertahan lama. Karena itu, benefits yang menjadi sasaran utama semua perusahaan
adalah long term net benefits.
Sehubungan dengan ketiga hal tersebut, langkah konkret yang perlu dilakukan dalam
membuat sebuah kebijaksanaan bisnis adalah :
- Mengumpulkan dan mempertimbangkan alternatif kebijaksanaan bisnis sebanyakbanyaknya. Semua alternatif kebijaksanaan dan kegiatan itu terutama
dipertimbangkan dan dinilai dalam kaitan dengan manfaat bagi kelompokkelompok terkait yang berkepentingan atau paling kurang, alternatif yang tidak
merugikan kepentingan semua kelompok terkait yang berkepentingan.
- Semua alternatif pilihan itu perlu dinilai berdasarkan keuntungan yang akan
dihasilkannya dalam kerangka luas menyangkut aspek-aspek moral.
- Neraca keuntungan dibandingkan dengan kerugian, dalam aspek itu, perlu
dipertimbagkan dalam kerangka jangka panjang. Kalau ini bias dilakukan, pada
akhirnya ada kemungkinan besar sekali bahwa kebijaksanaan atau kegiatan yang
dilakukan suatu perusahaan tidak hanya menguntungkan secara financial,
melainkan juga baik dan etis.
5. Kelemahan Etika Utilitarianisme
a. Manfaat merupakan konsep yang begitu luas sehingga dalam kenyataan praktis
akan menimbulkan kesulitan yang tidak sedikit.
15. b. Etika utilitarianisme tidak pernah menganggap serius nilai suatu tindakan pada
dirinya sendiri dan hanya memperhatikan niali suatu tindakan sejauh berkaitan
dengan akibatnya.
c. Etika utilitarianisme tidak pernah menganggap serius kemauan baik seseorang.
d. Variable yang dinilai tidak semuanya dapat dikualifikasi.
e. Seandainya ketiga kriteria dari etika utilitarianisme saling bertentangan, maka
akan ada kesulitan dalam menentukan prioritas di antara ketiganya.
f. Etika utilitarianisme membenarkan hak kelompok minoritas tertentu dikorbankan
demi kepentingan mayoritas.